Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Blok Sistem Metodologi Penelitian dan Evidence Base Medicine
adalah Blok XVIII pada Semester 6 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang. Salah satu strategi pembelajaran sistem Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) ini adalah Problem Based Learning (PBL). Tutorial
merupakan pengimplementasian dari metode Problem Based Learning (PBL).
Dalam tutorial, mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan setiap
kelompok dibimbing oleh seorang tutor/dosen sebagai fasilitator untuk
memecahkan kasus yang ada.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan dari sistem
pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Fakultas
Kedokteran Muhammadiyah.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis dan pembelajaran kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Tutor : dr. Nyayu Fitriani, M.Bmd
Moderator : M. Putra Nurcahya
Sekretaris : Reval Zakyal Govind
Notulen : Delis Qurrota A’yun
Waktu : 1. Selasa, 15 Mei 2018
Pukul : 13.00-15.00 WIB
2. Sabtu, 19 Mei 2018
Pukul : 08.00 – 09.30 WIB

Aturan tutorial : 1. Dilarang mengaktifkan ponsel.


2. Dilarang makan di dalam ruangan.
3. Dilarang keluar tanpa izin tutor.
4. Boleh menjawab/mengajukan pertanyaan
setelah ditunjuk oleh moderator.

2.2 Skenario Kasus

Dokter Boy, pakar obesitas merasa prihatin terhadap tingginya


prevalensi obesitas dikalangan remaja. Dokter Boy melakukan kajian
pustaka bahwa kasus obesitas disebabkan karna tingkat aktivitas fisik yang
rendah. Ia juga mendapatkan literatur bahwa penyuluhan saja tidak efektif
untuk memperbaiki tingkat aktivitas fisik tersebut.
Dokter Boy berasumsi bahwa penyuluhan akan lebih efektif bila
diikuti dengan pemberian motivasi secara rutin yang dikirimkan melalui
media sosial kepada kelompok remaja tersebut. Oleh karena itu, dokter Boy
mengajukan usulan hibah kepada pihak sponsor untuk merancang program
aplikasi android berupa broadcast motivasi rutin sekaligus monitoring
aktivitas fisik kepada kelompok remaja.
Akan tetapi pihak sponsor belum bersedia memberikan hibah
sebelum ada bukti ilmiah bahwa penyuluhan yang diikuti dengan pemberian
motivasi rutin lebih efektif dibandingkan hanya penyuluhan, dalam
memperbaiki tingkat aktivitas fisik pada kelompok remaja.

2.3 Klarifikasi Istilah


1. Prevalensi : Jumlah total kasus penyakit tertentu yang terjadi pada
waktu tertentu dan diwilayah tertentu.
2. Literatur : Sumber atau pedoman yang digunakan untuk berbagai
jenis kegiatan dibidang pendidikan.
3. Kajian pustaka: Kumpulan buku-buku bacaan.
4. Hibah : Pemberian bantuan dana/modal untuk melakukan
penelitian.
5. Bukti ilmiah : Bersiifat ilmu; bukti secara ilmu pengetahuan.
6. Penyuluhan : Keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi
informasi secara sadar dengan tujuan membantu
sesamanya.

7. Monitoring : Aktivitas yang ditujukan untuk memberikan informasi


tentang sebab dan akibat dari suatu kebijakan yang
dilaksanakan.
8. Motivasi : Dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar
atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan
tujuan tertentu.
2.4 Identifikasi Masalah
1. Dokter Boy, pakar obesitas merasa prihatin terhadap tingginya prevalensi
obesitas dikalangan remaja. Dokter Boy melakukan kajian pustaka bahwa
kasus obesitas disebabkan karna tingkat aktivitas fisik yang rendah. Ia juga
mendapatkan literatur bahwa penyuluhan saja tidak efektif untuk
memperbaiki tingkat aktivitas fisik tersebut.
2. Dokter Boy berasumsi bahwa penyuluhan akan lebih efektif bila diikuti
dengan pemberian motivasi secara rutin yang dikirimkan melalui media
sosial kepada kelompok remaja tersebut. Oleh karena itu, dokter Boy
mengajukan usulan hibah kepada pihak sponsor untuk merancang program
aplikasi android berupa broadcast motivasi rutin sekaligus monitoring
aktivitas fisik kepada kelompok remaja.
3. Akan tetapi pihak sponsor belum bersedia memberikan hibah sebelum ada
bukti ilmiah bahwa penyuluhan yang diikuti dengan pemberian motivasi
rutin lebih efektif dibandingkan hanya penyuluhan, dalam memperbaiki
tingkat aktivitas fisik pada kelompok remaja.

2.5 Analisis Masalah


1. Dokter Boy, pakar obesitas merasa prihatin terhadap tingginya prevalensi
obesitas dikalangan remaja. Dokter Boy melakukan kajian pustaka bahwa
kasus obesitas disebabkan karna tingkat aktivitas fisik yang rendah. Ia juga
mendapatkan literatur bahwa penyuluhan saja tidak efektif untuk
memperbaiki tingkat aktivitas fisik tersebut.
a. Apa makna tingginya prevalensi obesitas dikalangan remaja?
Jawab:
Merupakan data deskriptif dan juga dapat menjadi latar belakang untuk
dilakukan penelitian selanjutnya.

Sintesis :
Pada penelitian deskriptif, peneliti hanya melakukan deskripsi megenai
fenomena yang ditemukan. Hasil pengukuran disajikan secara apa
adanya, sering dikelompokkan tergantung sifat topik yang diteliti,
namun tidak dilakukan analisis mengapa fenomena tersebut terjadi
(sastroasmoro. 2014)

b. Bagaimana cara menentukan prevalensi dalam suatu penelitian?


Jawab:
Prevalensi adalah semua populasi yang menderita penyakit (kasus baru
dan lama) dari populasi yang berisiko menderita penyakit tersebut
dalam periode waktu tertentu dengan cara sebagai berikut

Jumlah orang yang menderita sakit


pada periode waktu tertentu
P= Jumlah populasi yang berisiko pada X 10x
periode waktu tertentu

Prevalensi dibedakan menjadi dua tipe yaitu point prevalence yang


mengukur semua kasus yang terjadi pada waktu tertentu dan period
prevalence yang mengukur semua kasus yang terjadi pada periode
tertentu (Dwiprahasto, 2009).

c. Bagaimana langkah-langkah penyusunan kajian pustaka yang baik dan


benar?
Jawab:
Pembuatan kajian pustaka sebaiknya mengikuti langkah awal, sebagai
berikut:
1. Mencari informasi ke perpustakaan atau internet.
2. Menyiapkan butir-butir yang perlu dalam mencatat informasi dari
pustaka, meliputi kelengkapan sumber informasi, kriteria
informasi, cara mencatat sumber informsi dari internet, dan
sebagainya.
3. Menyiapkan kartu atau buku untuk mengumpulkan informasi yang
relevan.
4. Menyiapkan sistematika pengumpulan informasi.
Penulisan kajian pustaka sebaiknya mengikuti saran sebagai berikut:
1. Pertahankan fokus perhatian pada masalah penelitian yang akan
dilaksanakan, agar penulisan kajian pustaka tetap relevan dengan
masalah yang akan diteliti.
2. Buatlah rencana struktur penulisan kajian pustaka dengan baik
(jangan menulis menurut urutan ditemukannya pustaka itu).
3. Tekankan keterkaitan antara pustaka dengan masalah penelitian
yang (akan, sedang, atau baru saja) dipecahkan oleh peneliti.
(Suryanto, 2006).

d. Bagaimana cara mencari literatur yang valid?


Jawab:
Adapun langka-langka dalam mencari literatur yang valid adalah
sebagai berikut:
Langka 1
Membaca tulisan-tulisan ilmiah terkait.
- Tahap 1
Perhatikan struktur dan teks misalnya daftar isi, abstrak, heading
dan sub-headings, untuk melihat apakah teks sesuai untuk tujuan.
- Tahap 2
Jika teks terlihat sesuai untuk tujuan anda maka baca dengan lebih
detail untuk mencari penelitian tertentu yang akan mendukung
literatur review. Teknik ini memungkinkan untuk mengidentifikasi
materi yang sesuai dengan membaca secara luas dan untuk
memperoleh pengertian umum mengenai literatur yang sesuai
dengan bidang.
Langkah 2
Mengevaluasi semua tulisan ilmiah yang dibaca hal-hal yang harus
diperhatikan dalam mengevaluasi ilmiah.
a. Akuransi
Pastikan apakah literatur ini akurat dengan cara mengecek apakah
penelitian yang sama diacu disumber lain atau apakah sumber ini
tidak konsisten dengan lain. Dan pastikan literatur dari sumber
terpecaya.
b. Objektivitas
- Apakah ada bukti bias dalam artikel
- Apakah statik sesuai dengan publikasi lain? jika tidak apakah
argumen (metode, rancangan penelitian, dll) yang dipakai
dasar cukup meyakinkan.
- Bagaimana anda mengetahui kalau data yang dimuat adalah
benar? data pendukung apa yang tersedia.
c. Kemutahiran
- Pastikan kapan tanggal publikasi material
- Pastikan apakah mungkin ada informasi yang lebih terbaru dan
menimbulkan keraguan atau menentang beberapa teman yang
sudah ada.
d. Cakupan
- Informasi dari literatur yang tersedia harus lengkap dan
mencakup bidang yang diteliti
- Pastikan apakah ada penelitian lebih lanjutyang tidak disebut
atau secara sengaja yang dihilangkan dari penelitian.
Langkah 3
Buat ringkasan publikasi-publikasi tersebut
- Apakah poin/teori/masalah utama yang diangkat dalam teks
misalnya buku atau artikel
- Rangkum poin utama yang diajukan pengarang
- Apa kesimpulan yang dibuat oleh pengarang

(Suryanto, 2006).
2. Dokter Boy berasumsi bahwa penyuluhan akan lebih efektif bila diikuti
dengan pemberian motivasi secara rutin yang dikirimkan melalui media
sosial kepada kelompok remaja tersebut. Oleh karena itu, dokter Boy
mengajukan usulan hibah kepada pihak sponsor untuk merancang program
aplikasi android berupa broadcast motivasi rutin sekaligus monitoring
aktivitas fisik kepada kelompok remaja.
a. Apa saja jenis-jenis penelitian kuantitatif?
Jawab:
Desain penelitian kuantitatif dibagi atas dua pembagian besar yaitu
observasional dan eksperimental.
Penelitian observasional
1. Penelitian cross sectional
Merupakan salah satu studi obsevarsional untuk menentukan
hubungan antara faktor risiko dan penyakit (Sastroasmoro, 2008).
2. Penelitian casus control/retrospektif study
Merupakan penelitian epidemiologis analitik observasional yang
menelaah hubungan antara efek (penyakit atau kodisi kesehatan)
tertentu dengan faktor risiko tertentu. Desain penelitian ini dapat
digunakan untuk menilai berapa besarkah peran faktor risiko
dalam kejadian suatu penyakit.
3. Penelitian cohort
Merupakan studi epidemiologis non ekspiremental yang sering
digunakan untuk mempelajari hubungan antara faktor risiko
dengan efek atau penyakit. Model pendekatan yang digunakan
pada rancangan cohort ialah pendekana waktu secara longitudinal
atau time periode approach.

Penelitian ekperimental
Dilihat dari kemampuan dalam melakukan control terhadap variabel-
variabel penelitian, jenis/bentuk rancangan penelitian eksperimen
dibedakan dalam tiga kelompok besar, antara lain:
1. Rancangan Pra-Eksperimen (Pra -Experiment Design)
Rancangan ini digunakan untuk mengungkap hubungan sebab-
akibat hanya dengan cara melibatkan satu kelompok subjek,
sehingga tidak ada control yang ketat terhadap variabel. Terdapat
tiga jenis rancangan penelitian yang dapat dimasukkan
dalamkelompok rancangan penelitian ini, yaitu:
a) Studi Kasus Bentuk Tunggal (One - Shot Case Study)
Merupakan sebuah eksperimen yang dilaksanakan tanpa
adanya kelompok pembanding dan juga tanpa adanya tes awal.
Dengan model ini peneliti tujuannya sederhana yaitu ingin
mengetahui efek dari perlakuan yang diberikan pada kelompok
tanpa mengindahkan pengaruh faktor yang lain.
b) Pratest-Postest Kelompok Tunggal (The One Group Pratest
Posttest)
Rancangan eksperimen yang dilakukan pada satu kelompok
saja tanpa kelompok pembanding.Model ini lebih sempurna
jika dibandingkan dengan model pertama, karena sudah
menggunakan tes awal (pratest) kemudian setelah diberikan
perlakukan dilakukan pengukuran (post test) lagi untuk
mengetahui akibat dari perlakukan itu, sehingga besarnya efek
dari eksperimen dapat diketahui dengan pasti.
c) Perbandingan Kelompok Statis (The Static Group Comparison
Group)
Pada rancangan ini, ada kelompok yang diberikan treatmen
eksperimental, dan ada kelompok lainnya yang tak diberikan
treatmen, dua-duanya adalah kelompok yang sudah ada.

2. Rancangan Eksperimen Murni (True- Experimental Design)


Rancangan penelitian ekperimen ini digunakan untuk
mengungkapkan hubungan sebab-akibat dengan cara melibatkan
kelompok control disamping kelompok eksperimental, yang
pemilihan kedua kelompok tersebut menggunakan tekhnik acak.
Terdapat tiga karakter dalam rancangan penelitian ini:
1) Adanya kelompok kontrol
2) Siswa ditarik secara random/acak dan ditandai untuk masing-
masing kelompok
3) Sebuah tes awal dilakukan untuk mengetahui perbedaan antar
kelompok.
Terdapat lima jenis rancangan penelitian eksperimen murni, antara
lain:
a) Rancangan secara acak dengan tes akhir dan kelompok control
(The randomized posttest only control group design)
Pada rancangan ini, ada kelompok eksperimen dan ada
kelompok kontrol.Pada kelompok eksperimen dikenai
perlakuan X1 dan pada kelompok kontrol tidak dikenai
perlakuan.Dan pada akhir penelitian kedua kelompok dikenai
posttest. Pemilihan subjek ke dalam kedua kelompok yang
dikenai eksperimen menggunakan proses randomisasi.
Dengan begitu, sesuai dengan asumsi randomisasi, kedua
kelompok yang dikenai eksperimen adalah ekuivalen (hampir
sama).
b) Rancangan secaraacak dengan tes awal dan tes akhir dengan
kelompok kontrol (The randomized pretest-posttest contol
group design)
Dalam rancangan ini, kelompok eksperimental diberi
perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak. Pada kedua
kelompok diawali dengan pratest, dan setelah pemberian
perlakuan diadakan pengukuran kembali (pascatest). Subjek
yang dipilih pada racangan penelitian ini menggunakan
tekhnik acak.
c) Empat kelompok Solomon (The randomized Solomon four
group design)
Rancangan ini pada dasarnya menggabungkan dua rancangan
eksperimental sebelumnya sehingga terbentuk rancangan yang
melibatkan empat kelompok. Dua kelompok sebagai kelompok
eksperimen dan dua lainnya sebagai kelompok control. Pada
kedua kelompok eksperimental diberi perlakuan sedangkan
pada kedua kelompok control tidak. Pada satu pasangan
kelompok eksperimen dan control diawali dengan pratest,
sedangkan pada pasangan yang lain tidak. Setelah pemberian
perlakuan selesai diadakan pengukuran atau pascatest pada
keempat kelompok.Peneliti dapat menekan sekecil mungkin
sumber-sumber kesalahan karena adanya empat kelompok
yang berbeda dengan enam format pengukuran.
d) Rancangan penelitian dua kelompok matching randomisasi
Pada rancangan penelitian ini, selain melakukan randomisasi
pada kelompok eksperimen maupun control juga dilakukan
teknik control tambahan dengan dilakukannya matching.
Matching dilakukan agar kedua kelompok menjadi setara pada
beberapa variabeltergantung yang diduga dapat berpengaruh
pada variabel terikat. Matching dilakukan sebelum dilakukan
randomisasi.

3.Rancangan Eksperiment Semu (Quasi-Experimental Design)


Penelitian eksperimen semu adalah penelitian yang dilaksanakan
dengan menggunakan seluruh subjek dalam kelompok belajar
(intact group) untuk diberi perlakuan (treatment) dan bukan
menggunakan subjek yang diambil secara acak. Penggunaan
rancangan ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang
merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan
eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua
variabel yang relevan.
Ciri-ciri rancangan eksperimen semu adalah:
1) Manipulasi eksperimen hanya pada variabel bebas.
2) Tidak ada pemilihan secara acak untuk kelompok dan atau
3) Tidak ada kelompok control

Dalam rancangan ini biasanya menggunakan kelompok subjek yang


telah terbentuk secara wajar, sehingga sejak awal bisa saja kedua
kelompok subjek telah memiliki karakteristik berbeda. Apabila pada
pascatest ternyata kedua kelompok itu berbeda mungkin saja
perbedaannya bukan disebabkan oleh perlakuan tetapi karena sejak
awal kedua kelompok sudah berbeda. Control terhadap variabel-
variabel yang berpengaruh terhadap eksperimen tidak dilakuan
karena akesperimen ini biasanya dilakukan dimasyarakat. Beberapa
jenis rancangan penelitian antara lain:

a. Posttest Only, Non-Equivalent Control Group Design


Rancangan ini pada dasarnya sama dengan rancangan secara
acak dengan tes akhir dan kelompok control diatas tadi.
Perbedaannya hanyalah terletak pada teknik yang digunakan di
dalam upaya mengekuivalenkan/menyamakan kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol. Pada rancangan ini,
bukan proses randomisasi yang digunakan, melainkan
menggunakan kelompok yang sudah ada, akan tetapi subjek
yang dikenai pascates terbatas pada subjek-subjek yang dapat
dijodohkan. Skema model penelitian ini adalah:
b. Pretest-Posttest, Non-Equivalent Control Group Design
Rancangan ini pada dasarnya sama dengan rancangan secara
acak pratest-posttest dan kelompok control diatas tadi.
Perbedaannya hanyalah terletak pada teknik yang digunakan di
dalam upaya mengekuivalenkan/menyamakan kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol. Pada rancangan ini,
bukan proses randomisasi yang digunakan, melainkan
menggunakan kelompok yang sudah ada, akan tetapi subjek
yang dikenai pratest dan pascates terbatas pada subjek-subjek
yang dapat dijodohkan.
c. Rancangan rangkaian waktu (A basic time-series design)
Pada design time series,peneliti melakukan pengukuran di
depan selama tiga kali berturut, kemudian peneliti memberikan
perlakuan pada obyek yang diteliti. Kemudian peneliti
melakukan pengukuran selama tiga kali lagi setelah perlakuan
dilakukan. Design ini merupakan pengembangan dari One
Group Pretest-Posttest Design, jika pengukuran dilakukan
secara berulang-ulang dalam kurun waktu tertentu.
d. Rancangan rangkaian waktu dengan kelompok pembanding
(control time series design)
Pada dasarnya rancangan ini adalah rancangan rangkaian
waktu, hanya dengan menggunakan kelompok pembanding
(kontrol). Rancangan ini lebih memungkinkan adanya control
terhadap validitas internal, sehingga keuntungan dari
rancangan ini lebih menjamin adanya validitas internal yang
tinggi.
(Sastroasmoro, 2014)

b. Apa jenis penelitian yang dapat digunakan pada kasus?


Jawab:
Jenis penelitian yang dapat digunakan pada kasus adalah penelitian
ekperimen semu atau quasi experimental.

Sintesis:
Quasi experimental adalah penelitian yang bersifat intervensi tetapi
syarat-syarat sebagai eksperimen tidak cukup memadai karena tidak
adanya randomisasi dan kontrol terhadap variabel-variabel yang
berpengaruh terhadap eksperimen tidak dilakukan (Notoatmodjo, 2005).

Quasy eksperimental design adalah penelitian yang


dilaksanakan dengan menggunakan seluruh subjek dalam kelompok
belajar (intact group) untuk diberi perlakuan (treatment) dan bukan
menggunakan subjek yang diambil secara acak. Penggunaan rancangan
ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan
bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang
sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk
mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variabel yang relevan
(Sastroasmoro, 2014).

c. Apakah asumsi dokter Boy bisa dijadikan sebagai landasan penelitian


ilmiah?
Jawab:
Asumsi dapat dijadikan sebagai landasan penelitian ilmiah, asalkan
asumsi (anggapan dasar) penelitian yang dilakukan peneliti harus
dinyatakan dengan jelas. Karena dalam suatu penelitian asumsi
berperan dalam perumusan masalah dan penyusunan hipotesis
berdasarkan teori-teori yang ada. Asumsi juga berfungsi memperjelas
dan mempertegas variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian
(Ridwan, 2010).

Sintesis:
Asumsi adalah landasan berfikir karena dianggap benar. Peneliti harus
dapat memberikan sederet asumsi tentang kedudukan masalahnya.
Karena asumsi atau anggapan dasar ini menjadi landasan teori di dalam
pelaporan hasil penelitian. Asumsi dapat berupa teori, evidensi-
evidensi, dan dapat pula berupa pikiran peneliti sendiri. Adapun
materinya, asumsi tersebut harus menyatakan keadaan sebenarnya,
bukan keadaan yang diprediksi atau seharusnya dan sudah merupakan
suatu yang tidak perlu dipersoalkan atau dibuktikan lagi kebenarannya,
sekurang-kurangnya bagi masalah yang akan diteliti pada masa itu.
Asumsi-asumsi dirumuskan sebagai landasan bagi hipotesis laporan
atau penelitian (Ridwan, 2010).

d. Apa makna penelitian yang dilakukan dengan pemberian motivasi rutin


yang dikirimkan melalui media sosial kepada kelompok remaja
tersebut?
Jawab:
Penelitian yang dilakukan dengan pemberian motivasi rutin yang
dikirimkan melalui media sosial kepada kelompok remaja tersebut
maknanya merupakan jenis penelitian secara Quasy Eksperiment
design.

Sintesis:
Quasi experimental adalah penelitian yang bersifat intervensi tetapi
syarat-syarat sebagai eksperimen tidak cukup memadai karena tidak
adanya randomisasi dan kontrol terhadap variabel-variabel yang
berpengaruh terhadap eksperimen tidak dilakukan (Notoatmodjo, 2005).

3. Akan tetapi pihak sponsor belum bersedia memberikan hibah sebelum ada
bukti ilmiah bahwa penyuluhan yang diikuti dengan pemberian motivasi
rutin lebih efektif dibandingkan hanya penyuluhan, dalam memperbaiki
tingkat aktivitas fisik pada kelompok remaja.
a. Apakah jenis-jenis dari pada penelitian kesehatan?
Jawab :
Menurut Sastroasmoro (2014), jenis-jenis desain penelitian ialah
sebagai berikut:
1. Berdasarkan pada ruang lingkup penelitian
- Penelitian klinis
- Penelitian lapangan
- Penelitian laboratorium
2. Berdasarkan pada waktu
- Penelitian transversal
- Penelitian longitudinal
3. Berdasarkan pada substansi
- Penelitian dasar
- Penelitian terapan
4. Berdasarkan ada atau tidaknya analisis hubungan antar-variabel
- Penelitian deskriptif
- Penelitian analitik
5. Desain khusus
- Uji diagnostik
- Analisis kesintasan
- Meta-analisis

b. Apa latar belakang penelitian dokter Boy?


Jawab:
Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan atau abnormal
pada jaringan adiposa sehingga dapat menyebabkan timbulnya
berbagai penyakit. Faktor risiko yang disebabkan karena obesitas
adalah penyakit kardiovaskular, diabetes, gangguan musculoskeletal
dan beberapa kanker (WHO, 2014).
Body mass index (BMI) adalah berat badan seseorang dalam kilogram
dibagi dengan kuadrat dari tinggi badan dalam meter. Perhitungan
dengan BMI merupakan salah satu cara untuk menentukan apakah
seseorang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas (National
Obesity Observatory, 2009).
Penentuan tingkat obesitas dapat dilakukan dengan menggunakan
kurva persentil. Kurva persentil merupakan instrumen spesifik yang
digunakan untuk mengukur keadaan obesitas yang terjadi pada anak-
anak. Keadaan obesitas menurut Central for Disease Control and
Prevention (CDC) 2015 adalah underweight ( persentil <5), normal
(persentil 5-84), overweight ( persentil 85-94) dan obese ( persentil ≥
95) digunakan pada anak-anak dari usia 2-20 tahun.
Obesitas merupakan salah satu risiko yang memimpin dalam kematian
global. Sekitar 3,4 juta orang dewasa meninggal karena kasus obesitas.
Tahun 2008, lebih dari 1,4 miliar yang berusia 20 tahun atau lebih
dinyatakan mengalami kelebihan berat badan (WHO, 2015).
Prevalensi obesitas di Indonesia secara nasional menurut Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 sebesar 7,93% dan mengalami
peningkatan menjadi 9,2% menurut Riskesdas 2010. Berdasarkan
Riskesdas 2013, obesitas pada usia 5-12 tahun secara nasional 18,8%
dan menurut Riskesdas 2010 masalah kegemukan pada anak umur 13-
15 tahun masih tinggi, dengan perbandingan antara laki-laki dan
perempuan adalah 2,9% dan 2,0% .
Obesitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor utama yang
mempengaruhi obesitas adalah faktor lingkungan yaitu keseimbangan
pola makan, perilaku makan dan aktivitas fisik. Faktor lain yang dapat
mempengaruhi obesitas adalah genetik pada saat anak-anak, nutrisi,
sedentary lifestyle, dan aspek sosial-ekonomi dari masyarakat (Kiess,
2015).
Obesitas juga dapat disebabkan oleh penurunan aktivitas fisik dan
pengaturan makan yang tidak normal, selain itu kebiasaan hidup yang
bersifat sedentary dapat menjadi penyebab utama obesitas (Guyton and
Hall, 2011).
Aktivitas fisik adalah semua gerakan otot bergaris yang membakar
energi tubuh (Tandra, 2009). Aktivitas fisik yang kurang memiliki
risiko untuk menjadi obesitas (Sudikno dkk, 2010). Aktivitas fisik
sangat berpengaruh terhadap keseimbangan energi. Aktivitas fisik
penting untuk kesehatan fisik, emosional, dan mencapai berat badan
yang normal. Aktivitas fisik dapat menyeimbangkan kalori yang
terkandung dalam makanan dengan kalori yang digunakan selama
aktivitas fisik, sehingga dapat mengontrol berat badan (Suandana dan
Sidiartha, 2014).
Jenis aktivitas fisik berat menurut Nurmalina (2011) adalah berlari,
bermain sepak bola, aerobik, bela diri sedangkan aktivitas fisik ringan
adalah berjalan kaki, menyapu lantai, mencuci, berdandan, duduk, les,
nonton TV, aktivitas main play station, main komputer, belajar di
rumah.
Penelitian terdahulu yang mengkaji hubungan aktivitas fisik dengan
obesitas di kalangan remaja dilakukan oleh Hendra dkk (2016)
menyatakan bahwa faktor pola hidup, aktivitas fisik dan lingkungan
berpengaruh terhadap terjadinya obesitas. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan 24% remaja mengalami obesitas berdasarkan faktor pola
hidup, aktivitas fisik dan lingkungan.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Batara dkk (2016) yang
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara aktivitas fisik
dengan obesitas pada remaja (nilai p > 0,05). Hal ini dapat terjadi
karena mekanisme terjadinya obesitas yang bukan hanya dipengaruhi
oleh aktivitas fisik, namun pola makan dan genetik juga dapat
mempengaruhi terjadinya obesitas. Berdasarkan data prevalensi
obesitas pada remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhi seperti
yang telah dikemukakan di atas, maka perlu dilakukan penelitian ini
yang bertujuan untuk melihat proporsi yang terjadi antara aktivitas
fisik dan motivasi dengan obesitas pada Remaja.

c. Apa rumusan masalah penelitian pada kasus?


Jawab:
Apakah efektif pemberian penyuluhan dan motivasi secara rutin
terhadap tingkat aktivitas fisik pada remaja obesitas?

d. Apa tujuan penelitian pada kasus?


Jawab:
Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektivitas pemberian penyuluhan dan motivasi
secara rutin terhadap tingkat aktivitas fisik pada remaja obesitas.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui efektivits pemberian penyuluhan dengan aktifitas fisik
pada kelompok remaja yang mengalami obesitas.
2. Mengetahui efektivits pemberian penyuluhan dan motivasi secara
rutin terhadap tingkat aktifitas fisik pada remaja obesitas.

e. Apa manfaat penelitian pada kasus?


Jawab:
1. Bagi Peneliti
Dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu, pengetahuan dan wawasan
mengenai pengaruh pemberian motivasi secara rutin dan
penyuluhan lebih efektif dibandingkan hanya penyuluhan terhadap
tingkat aktivitas fisik remaja.
2. Bagi Perusahaan
Dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan kebijakan dalam
perusahaan untuk merancang program yang bermanfaat dalam
meningkatkan aktifitas fisik remaja sehingga dapat mengurangi
prevalensi obesitas.
3. Bagi Masyarakat
Dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan mengenai
pemberian motivasi secara rutin dan penyuluhan lebih efektif
dibandingkan dengan hanya penyuluhan untuk meningkatkan
aktivitas fisik dalam rangka mengurangi obesitas.

Sintesis:
Manfaat Penelitian berisi uraian tentang manfaat hasil penelitian baik
secara teoritis/akademis maupun praktis, yang benar-benar dapat
dipraktikan atau digunakn oleh dokter dan atau masyarakat.

f. Apa metode penelitian pada kasus?


Jawab:

a) Jenis Penelitian: Quasi eksperimental yang menggunakan rancangan


non-randomized pretest – posttest control group design.
b) Waktu Penelitian: -
c) Tempat Penelitian: SMP/SMA Swasta
d) Populasi Target: seluruh remaja obesitas di Kota Palembang.
e) Populasi Terjangkau: seluruh remaja obesitas di SMP/SMA Swasta
Kota Palembang.
f) Besar Sampel: cara total sampling, dengan mengambil sampel pada
seluruh siswa SMP/SMA Swasta di Kota Palembang.
g) Kriteria Inklusi meliputi:
 Remaja
 Remaja obesitas (IMT >30)
 Telah menendatangani surat persetujuan penelitian
h) Kriteria ekslusi meliputi:
 Remaja dengan penyakit kronis
 Remaja dalam masa penurunan berat badan (diet)
i) Variabel Penelitian
 Variabel Dependent: tingkat aktivitas fisik
 Variabel Independent: penyuluhan, pemberian motivasi
j) Analisis Data
 Uji normalitas menggunakan uji Saphiro-wilk
 Melihat perbedaan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan
dan motivasi pada kelompok dilakukan dengan uji t
berpasangan, jika data tidak terdistribusi normal dilakukan
dengan uji Wilcoxon.
 Melihat efektivitas 2 kelompok intervensi secara bersamaan
dengan uji t tidak berpasangan, jika data tidak terdistribusi
normal, maka dengan uji Mann Whitney.

Sintesis:
 Untuk menentukan jumlah sampel yang diambil pada penelitian dapat
menggunakan rumus berikut jika populasi tidak diketahui:

𝑍 ∝2 . 𝑃𝑄
𝑛=
𝑑2

Keterangan:
n= besar sampel penelitian
p= proporsi yang diteliti/proporsi pasien hipertensi (nilai maksimal 0,5)
Z∝= derivat baku alfa (1,96)
d= tingkat ketetapan absolut yang dikendaki (0,05)
q= 1-p (pasien tidak hipertensi)

 Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:


1. Data primer
Data primer adalah data yang langsung di ambil dari sumbernya.
Ada 3 cara pengumpulan data primer yaitu:
- Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan melakukan pengamatan. Data yang di hasilkan adalah
data yang kualitatif.
- Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan secara lisan, biasanya dilakukan
jika ingin diketahui hal-hal yang lebih mendalam dari
responden.
- Kuesioner
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan
tertulis kepada responden untuk di jawab.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil dari hasil mengumpulkan
orang lain, contohnya: data yang dimiliki suatu perusahaan atau data
BPS.

 Analisis Data
1. Statistik deskriptif dan inferensial
Yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau mengambarkan data yang telah trkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi.
2. Statistik parametris dan non-parametris
Biasanya digunakan untuk menguji parameter populasi statistik, atau
menguji ukuran populasi melalui data sampel.
(Sastroasmoro, 2014)

4. Bagaimana pandangan islam pada kasus?


“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” (QS
Al-Hujuraat Ayat : 6).
2.6 Kesimpulan
Desian penelitian yang cocok digunakan dokter Boy adalah Quasy
Eksperiment dengan 2 grup pretest post test kontrol desain.

2.7 Kerangka Konsep

Tingginya prevalensi obesitas

Dokter Boy melakukan


penelitian berupa
penyuluhan dan motivasi

Quasy eksperimen 2 grup


pretest post test control
desain

Laporan penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Dwiprahasto, I. 2008. Epidemilogi. Yogyakarta: Bagian Farmakologi FK UGM.

Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penterjemah:

Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,


2006.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Nurmalina, Rina. 2011. Pencegahan & Manajemen Obesitas. Bandung :Elex
Media Komputindo.
Riduwan, M.B.A., 2010. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian.
Alfabeta, Bandung.
Sastroasmoro. 2014. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Ed.5. Sagung Seto
: Jakarta.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung


Alfabeta.

Suryanto. 2006. Kajian Pustaka (Materi Pelatihan PPKP dan PTK). Jakarta:
Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti Depdiknas.

World Health Organization (WHO). 2014. Prevalence Obesity and Overweight.

Diakses pada 17 Mei 2018. Dari http;//www.who. Int/growthref /who.

bmi.for.age/enhtml.

Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai