Anda di halaman 1dari 5

BANTUAN HIDUP DASAR

No. Dokumen No. Revisi Halaman

61.DIKLAT.12.2015 0 1/2
RSU AN NISAA‘
BLITAR
Standar Prosedur Tanggal terbit Ditetapkan oleh,
Operasional
15 Desember 2015

dr. Devvy Megawati


Direktur
Pengertian Tindakan pertolongan medis sederhana yang dilakukan pada
penderita yang mengalami henti jantung sebelum diberikan tindakan
pertolongan medis lanjutan.
Tujuan Memberikan bantuan sirkulasi dan pernapasan yang adekat sampai
keadaan henti jantung teratasi atau sampai penderita dinyatakan
meninggal.
Kebijakan 1. Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009
2. Kepmenkes RI No. 279/Menkes/SK/IV/2006
3. Permenkes RI No. 269/Menkes/Per/III/2008
Persiapan Alat 1. Alat pelindung diri (masker, handscoen)
2. Trolly emergency yang berisi :
a. Laryngoscope lurus dan bengkok (anak dan dewasa)
b. Magil force
c. Endotrakheal tube berbagai ukuran
d. Gudel berbagai ukuran
e. Papan resusitasi
f. Gunting verband
g. Ambubag lengkap
h. Semprit 10 cc – venocath no. 18
i. Set therapy oksigen lengkap dan siap pakai
j. Set suction lengkap dan siap pakai
k. EKG record
l. EKG monitor
Prosedur 1. 1.Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan
dilakukan
2. Posisi pasien diatur terlentang di tempat datar dan alas keras
3. Baju bagian atas pasien dibuka
4. Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)
5. Mengecek kesadaran pasien dengan cara :
a. Memanggil nama pasien
b. Menanyakan keadaannya
c. Menepuk bahu pasien/menekan bagian sternum pasien
6. Buka jalan nafas dengan head tilt chin lift atau jaw thrust dan
bersihkan jalan nafas dari sumbatan
7. Menilai pernafasan dengan cara :
a. Melihat pergerakan dada/perut
b. Mendengar suara keluar/masuk udara dari hidung
c. Merasakan adanya udara dari mulut/hidung pipi atau
punggung tangan
BANTUAN HIDUP DASAR

8. Periksa denyut jantung pasien dengan cara meraba arteri karotis,


penilaian pulsasi dilakukan kurang dari 10 detik, jika dalam 10
detik penolong belum bias meraba pulsasi arteri, maka segera
RSU AN NISAA‘ lakukan kompresi dada. Jika arteri carotis teraba cukup berikan
BLITAR nafas buatan setiap 5-6 detik sekali
9. Pemeriksaan arteri besar pada bayi tidak dilakukan pada arteri
karotis, melainkan pada arteri brakialis atau arteri femoralis.
Sedangkan untuk anak berumur lebih dari satu tahun dapat
dilakukan mirip pada orang dewasa.
10. Jika arteri carotis tidak teraba lakukan kombinasi nafas buatan
dan kompresi jantung luar dengan perbandingan 30: 2 untuk
dewasa baik 1 atau 2 penolong dan untuk anak dan bayi 30:2 bila
1 penolong, atau 15:2 bila 2 penolong.
11. Komponen yang perlu diperhatikan saat melakukan kompresi
dada:
a. frekuensi minimal 100 kali per menit untuk dewasa
kedalaman minimal 5 cm (2 inch) pada bayi dan anak
kedalaman minimal sepertiga
b. diameter dinding anteroposterior dada, atau 4 cm (1.5 inch)
pada bayi dan sekitar 5 cm (2 inch) pada anak.
c. Berikan kesempatan untuk dada mengembang kembali secara
sempurna setelah setiap kompresi Seminimal mungkin
melakukan interupsi Hindari pemberian nafas buatan
berlebihan
13. kompresi dada pada anak umur 1-8 tahun:
a. letakkan tumit satu tangan pada setengan bawah sternum,
hindarkan jari-jari pada tulang iga anak
b. menekan sternum sekitar 5 cm dengan kecepatan minimal100
kali per menit
c. setelah 30 kompresi, buka jalan nafas dan berikan 2 kali napas
buatan sampai dada terangkat (1 penolong)
d. kompresi dan napas bantuan dengan rasio 15:2 bila 2
penolong
14. kompresi pada bayi:
a. letakkan 2 jari satu tangan pada setengah bawah sternum;
lebar 1 jari diibawah garis intermamari
b. menekan sternum sekitar 4 cm kemudian angkat tanpa
melepas jari dari sternum dengan kecepatan minimal 100 kali
permenit
c. setelah 30 kompresi, buka jalan nafas dan berikan 2 kali napas
buatan sampai dada terangkat (1 penolong)
d. kompresi dan napas bantuan dengan rasio 15:2 bila 2
penolong
15. evaluasi setiap 2 menit
16. RJP dilakukan sampai:
a. Timbul napas spontan
b. Diambil alih petugas lain
c. Asistol yang menetap atau tidak tedapat denyut nadi yang
menetap selama10 menit atau lebih
d. Penderita yang tidak respon setelah dilakukan bantuan hidup
jantung lanjut (ACLS) minimal 20 menit

Unit Terkait Seluruh unit kerja


STANDAR
OPERASIONAL PROSEDUR
Tanggal Terbit
15 September 2015
Ditetapkan Oleh
Kepala UPT Puskesmas Sedong
dr. Prabowo Djiwo Anggoro
NIP. 19800101 201001 1 007
PENGERTIAN
TUJUAN
Memberikan bantuan sirkulasi dan pernapasan yang adekat sampai
keadaan henti jantung teratasi atau sampai penderita dinyatakan
meninggal.
KEBIJAKAN
1. Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009
2. Kepmenkes RI No. 279/Menkes/SK/IV/2006
3. Permenkes RI No. 269/Menkes/Per/III/2008
PERSIAPAN ALAT DAN
BAHAN
1. Alat pelindung diri (masker, handscoen)
2. Trolly emergency yang berisi :
a. Laryngoscope lurus dan bengkok (anak dan dewasa)
b. Magil force
c. Endotrakheal tube berbagai ukuran
d. Gudel berbagai ukuran
e. Infus set/blood set
f. Papan resusitasi
g. Gunting verband
h. Ambubag lengkap
i. Semprit 10 cc – venocath no. 18
j. Set therapy oksigen lengkap dan siap pakai
k. Set suction lengkap dan siap pakai
l. EKG record
m. EKG monitor bila memungkinkan
PROSEDUR 1. Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan
dilakukan
2. Posisi pasien diatur terlentang di tempat datar dan alas keras
3. Baju bagian atas pasien dibuka
4. Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)
5. Mengecek kesadaran pasien dengan cara :
a. Memanggil nama pasien
b. Menanyakan keadaannya
c. Menepuk bahu pasien/menekan bagian sternum pasien
6. Buka jalan nafas dengan head tilt chin lift atau jaw thrust dan
bersihkan jalan nafas dari sumbatan
7. Menilai pernafasan dengan cara :
a. Melihat pergerakan dada/perut
b. Mendengar suara keluar/masuk udara dari hidung
c. Merasakan adanya udara dari mulut/hidung pipi atau
punggung tangan
8. Jika pasien tidak bernafas, berikan nafas buatan dengan
ambubag sebanyak 2 kali dalam waktu 1 detik setiap
hembudan.
9. Periksa denyut jantung pasien dengan cara meraba arteri
karotis, penilaian pulsasi dilakukan kurang dari 10 detik, jika
dalam 10 detik penolong belum bias meraba pulsasi arteri,
maka segera lakukan kompresi dada. Jika arteri carotis teraba
cukup berikan nafas buatan setiap 5-6 detik sekali
10. Pemeriksaan arteri besar pada bayi tidak dilakukan pada arteri
karotis, melainkan pada arteri brakialis atau arteri femoralis.
Sedangkan untuk anak berumur lebih dari satu tahun dapat
dilakukan mirip pada orang dewasa.
11. Jika arteri carotis tidak teraba lakukan kombinasi nafas
buatan dan kompresi jantung luar dengan perbandingan 30: 2
untuk dewasa baik 1 atau 2 penolong dan untuk anak dan bayi
30:2 bila 1 penolong, atau 15:2 bila 2 penolong.
12. Komponen yang perlu diperhatikan saat melakukan kompresi
dada:
a. frekuensi minimal 100 kali per menit
b. untuk dewasa kedalaman minimal 5 cm (2 inch)
c. pada bayi dan anak kedalaman minimal sepertiga
diameter dinding anteroposterior dada, atau 4 cm (1.5
inch) pada bayi dan sekitar 5 cm (2 inch) pada anak.
d. Berikan kesempatan untuk dada mengembang kembali
secara sempurna setelah setiap kompresi
e. Seminimal mungkin melakukan interupsi
f. Hindari pemberian nafas buatan berlebihan
13. kompresi dada pada anak umur 1-8 tahun:
a. letakkan tumit satu tangan pada setengan bawah sternum,
hindarkan jari-jari pada tulang iga anak
b. menekan sternum sekitar 5 cm dengan kecepatan
minimal100 kali per menit
c. setelah 30 kompresi, buka jalan nafas dan berikan 2 kali
napas buatan sampai dada terangkat (1 penolong)
d. kompresi dan napas bantuan dengan rasio 15:2 bila 2
penolong
14. kompresi pada bayi:
a. letakkan 2 jari satu tangan pada setengah bawah sternum;
lebar 1 jari diibawah garis intermamari
b. menekan sternum sekitar 4 cm kemudian angkat tanpa
melepas jari dari sternum dengan kecepatan minimal 100
kali permenit
c. setelah 30 kompresi, buka jalan nafas dan berikan 2 kali
napas buatan sampai dada terangkat (1 penolong)
d. kompresi dan napas bantuan dengan rasio 15:2 bila 2
penolong
15. evaluasi setiap 2 menit
16. RJP dilakukan sampai:
a. Timbul napas spontan
b. Diambil alih petugas lain
c. Asistol yang menetap atau tidak tedapat denyut nadi
yang menetap selama10 menit atau lebih
d. Penderita yang tidak respon setelah dilakukan bantuan
hidup jantung lanjut (ACLS) minimal 20 menit
UNIT TERKAIT UGD
REFERENSI
1. Standar pelayanan medis,2006.
1. Kedaruratan Medis, 2000
2. Bantuan hidup jantung dasar, PERKI 2014

Anda mungkin juga menyukai