Stadium I Stadium II
(analgesia) (eksitasi/delirium)
STADIUM ANESTESI UMUM
Stadium III (Pembedahan)
Pernafasan teratur→ pernafasan spontan
hilang
Tk I :Nafas teratur, gerakan bola mata tidak
menurut kehendak, miosis, relaksasi otot
skelet belum sempurna
Tk II :Nafas teratur, bola mata tidak bergerak,
pupil lebar, relaksasi otot sedang, refleks
laring hilang → dapat intubasi
STADIUM ANESTESI UMUM
Tk III : nafas perut > nyata, relaksasi otot
lurik sempurna, pupil> lebar
Tk IV : nafas perut, tekanan darah
menurun, pupil sangat lebar, reflex cahaya
hilang
STADIUM ANESTESI UMUM
Stadium IV (paralisis medula oblongata)
Pernafasan perut lemah
Tekanan darah tidak dapat diukur
Denyut jantung → kematian
Kelumpuhan pernafasan
N2O (gas gelak)
Selalu dicampur O2
Potensi rendah →induksi dan operasi ringan
Relaksasi otot kurang baik
Induksi penunjang : N2O : O2 = 80 : 20
70 : 30
Partus : kontraksi → N2O 100%
relaksasi → O2 100%
ES : mual, muntah, lambat sadar
Umumnya dikombinasi dengan anestesi lain
ETER (dietil eter)
Cairan tidak berwarna, mudah menguap,
berbau
Mudah terbakar dan meledak
Anestetik & analgesik kuat
Relaksasi otot
Iritasi saluran nafas, salivasi → diberikan
atropin sebagai premedikasi
Depresi nafas
Tidak mensesitisasi jantung terhadap
katekolamin
ETER (dietil eter)
Vasodilatasi di otak
Mual, muntah→pada waktu pemulihan
Aktivasi saluran cerna dihambat, selama
dan sesudah anestesi
Absorpsi dan ekskresi melalui paru.
Ekskresi juga di urin, ASI, keringat, kulit
Kombinasi dengan O2 atau N2O pada
operasi kauterisasi → berbahaya
HALOTAN
Banyak digunakan
Berbau enak, tidak mudah terbakar & tidak
mudah meledak
Analgesik lemah
Mendepresi nafas
Mencegah spasme laring, bronkus, batuk
Menghambat salivasi
Relaksasi otot mulut baik →intubasi mudah
HALOTAN
Meningkatkan aktivitas vagus → bradikardia
Menghambat otot jantung pembuluh darah
Menurunkan aktivitas simpatis, curah jantung,
TD , dapat henti jantung
Vasodilatasi di otot rangka, otak
Sensitisasi jantung terhadap katekolamin
Berulang kali → kerusakan hati : nekrosis
sentralobularis
Menghambat tonus miometrium
Dosis : Induksi = 1-4% dengan O2/N2O
Penunjang = 0,5 – 2%
METOKSIFLURAN
Tidak mudah terbakar/ meledak
Induksi lambat
Analgesik kuat
Sensitisasi jantung terhadap katekolamin <
halotan
Tidak iritasi kelenjar bronkus / spasme
Hepatotoksik, mengganggu fungsi ginjal
Dosis :
induksi : 1,5-3% kombinasi dengan N2O/O2
Penunjang : 0,5%
ENFLURAN
Tidak mudah terbakar
Induksi cepat
Sekresi saliva hanya sedikit >>
Relaksasi otot lurik > halotan
Tidak banyak menurunkan tekanan darah
dan meningkatkan frekuensi jantung
Mensensitisasi jantung terhadap katekolamin
Kadar tinggi mendepresi KV, stimulasi SSP
Kombinasi dengan O2 dan N2O menurunkan
tekanan intraokuler
ENFLURAN
Efek samping : nausea, muntah, menggigil,
gelisah, delirium
Anestesi dalam → dapat kejang
Gangguan fungsi hati, ginjal
Dosis:
Induksi : 2-4,5%, kombinasi dengan O2 atau
campuran N2O dan O2
Maintenance : 0,5-3%
Waktu pemulihan cepat→analgesik
ISOFLURAN
Sensitisasi jantung terhadap katekolamin
Mual, muntah, eksitasi tidak terjadi
Induksi : 3-3,5% dengan O2, N2O
Penunjang : 0,5-3%
KETAMIN
Anestesia dissociative: katatonia, amnesia, analgesik
(kuat)
Kerja singkat, sangat lipofilik
Tidak merelaksasi otot lurik→kadang spasme
Meningkatkan tekanan darah, frekuensi nadi, curah
jantung
Refleks faring, laring N/
Umumnya penurunan frekuensi nafas
Sering menimbulkan halusinasi, disorientasi, ilusi
sehingga jarang dipakai
Dosis :
Induksi IV : 2 mg/kgBB dalam 60’, stadium operasi dicapai dalam
5-10 menit
IM : 10 mg/kgBB
Na Tiopental
Ultrashort acting Barbiturat
Untuk induksi kesadaran hilang dalam 30-
60 detik setelah IV
Anestesia ringan karena redistribusi cepat
Biasanya tidak digunakan untuk
maintenance tindakan > 15-20’
ES : kantuk, hipotensi, takikardia, depresi
respirasi, apnea bronkospasme, batuk,
anafilaksis
Ekstravasasi: nekrosis jaringan, gangren,
eksitasi, menggigil, delusi, rasa nyeri
ETOMIDAT
Untuk induksi, tidak sadar dalam 1 menit
Efek KV, respirasi minimal, aritmia jantung,
apnea jarang
Analgesik <<
Me cerebral BF, tekanan intrakranial →
neurosurgery
ES : mioklonik spontan, apnea sementara >
orang tua batuk, kadang-kadang spasme
laring nausea, muntah > sering tiopental,
kadang-kadang hipersensitivitas
Dosis : IV, dewasa : 0,3 mg/kg dalam 30-60’
PROPOFOL
Banyak digunakan
Kecepatan timbul anestesi seperti pada
barbiturat tetapi pemulihan > cepat untuk
outpatient
Muntah pasca operasi : jarang
Antiemetik
Untuk induksi dan mempertahankan
anestesi
Prolonged sedation
ES : nyeri pada tempat suntikan, stimulasi
SSP, depresi CV
MEDIKASI PREANESTETIK
Mengurangi kecemasan Analgesik opioid : morfin
Memperlancar induksi Barbiturat : pentobarbital
Mengurangi Antikolinergik : atropin,
hipersalivasi,bradikardia, skopolamin
muntah (sesudah/selama Penenang : diazepam,
operasi) lorazepam, midazolam,
fenotiazin
Tujuan : OBAT :
MORFIN
Mengurangi rasa sakit, cemas, tegang
Kerugian : waktu pemulihan lama, kolik,
konstipasi, retensi urin, hipotensi,
depresi nafas
Dosis:
Morfin 8-10 mg IM
Meperidin 50-100 mg IM
PENTOBARBITAL
Untuk sedasi
Keuntungan:
Waktu pemulihan tidak memanjang
Jarang mual, muntah
Hanya sedikit mempengaruhi pernafasan
dan sirkulasi
Dosis : dewasa 100-200 mg IM
ANTIKOLINERGIK
Eter : hipersekresi kelenjar
Atropin :
0,4-0,6 mg IM, mencegah hipersekresi kelenjar
ludah, bronkus
Mula kerja : 10-15 menit
Masa kerja : 90 menit
Skopolamin : jarang digunakan
Sedasi >jelas
Kadang-kadang gelisah,bingung
PENENANG
Fenotiazin : sedasi
Antiemetik gol. Benzodiazepin → banyak
digunakan
Lorazepam : 0,05 mg/kg BB IM
Midazolam : 0,07 mg/kg BB, IM 2 jam
sebelum operasi
Amnesia
Sedasi
Fentanil
Opioid + dropredol→analgesia+amnesia
+ N2O → neurolept anestesia