KEPENDUDUKAN
PENGETAHUAN TENTANG PEMELIHARAAN KESEHATAN ANAK
Disusun Oleh :
i
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh :
Kelompok 3
Dita Putri Annisa H0817032
Irfan Jauza Nurfauzi H0817046
Krisnandhita Bayu Ajie H0817048
Marsinta R D Sibuea H0817053
Megawati H0817059
Mengetahui, Co-Assisten
Kependudukan
Dosen Pengampu
Kependudukan
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan kasih dan rahmat-Nya sehingga laporanKependudukan ini dapat
terselesaikan dengan baik. Laporan ini dibuat guna melengkapi tugas mata kuliah
Kependudukan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Laporan praktikum Kependudukan ini dapat terselesaikan dengan bantuan
berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dosen Mata Kuliah Kependudukan yang telah membimbing kami baik dalam
praktikum maupun dalam penyusunan laporan ini.
3. Segenap Co-Assiten yang telah membimbing kami baik dalam praktikum maupun
dalam penyusunan laporan ini.
4. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah yang telah membantu dalam
pengolahan data sekunder yang diberikan.
5. Teman-teman dan semua pihak yang turut membantu dalam proses penyusunan
laporan praktikum Kependudukan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan langkah
selanjutnya.Akhirnya penulis berharap laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan
dapat dipergunakan sebaik-baiknya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
vi
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kependudukan adalah hal yang berkaitan dengan jumlah, pertumbuhan,
persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, kondisi kesejahteraan yang
menyangkut politik, ekonomi, sosial, budaya, agama serta lingkungan (UU No.
23 Tahun 2006). Data kependudukan memegang peranan penting karena
dengan adanya data yang lengkap dan akurat akan lebih mudah dalam
mengevaluasi sumber daya manusia di suatu wilayah. Data kependudukan juga
memiliki peran dalam pembangunan. Penduduk merupakan pelaku dan sasaran
pembangunan. Berkaitan dengan peran tersebut maka kualitas mereka perlu
ditingkatkan melalui berbagai sumber daya yang melekat.
Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat
tinggal di Indonesia (UUD 1945 Pasal 26 ayat 2). Kependudukan adalah hal
ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, umur, jenis kelamin, agama,
kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian, persebaran, mobilitas dan kualitas
serta ketahanannya yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan
budaya.Sebagainegara berkembang, masalah atas kependudukan masih banyak
dijumpai terlebih telah diatur dalam beberapa instrumen hukum.
Masalah kependudukan sudah merupakan masalah serius yang bukan saja
dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang, tetapi juga oleh negara-
negara maju karena menyangkut banyak segi seperti ekonomi, sosial dan
budaya. Pengetahuan tentang penduduk dan masalah kependudukan merupakan
salah satu masalah di dunia dewasa ini yang selalu berhubungan dengan
kebutuhan-kebutuhan hidup yang selalu diperlukan semua umat
manusia.Penduduk merupakan objek dan sekaligus subjek dalam pembangunan
nasional, kebijaksanaan di bidang kependudukan bukan saja hanya menyangkut
jumlah dan kepadatan, arus penduduk arus migrasi, kelahiran dan kematian
juga kebijakan dalam mengendalikan pertumbuhan yang tinggi serta
1
2
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat menganalisis posisi pria dan wanita dalam bidang
ekonomi.
b. Mahasiswa dapat menganalisis prevalensi dan pengobatan penyakit
demam dan diare pada data SDKI Provinsi Jawa Tengah.
c. Mahasiswa dapat menganalisis data imunisasi dari SDKI Provinsi Jawa
Tengah.
C. Lokasi dan Tempat Pelaksanaan Praktikum
Lokasi dan tempat praktikum Mata Kuliah Kependudukan ini bertempat di
Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan tujuan untuk
mendapatkan dan menganalisis data SDKI Provinsi Jawa Tengah Tahun
2019.
D. Metode Pengumpulan dan Analisis Data
1. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian yaitu dengan
melakukan pencatatan data yang diperoleh dari suatu instansi terkait dan
melakukan studi ilmiah terhadap data apa saja yang akan digunakan.
Pengumpulan data praktikum ini dilakukan dengan mengambil data
sekunder dari data SDKI Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019.
2. Metode Analisis Data
a. Menyajikan dalam bentuk tabel
Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan
laporan hasil pengamatan yang telah dilakukan agar dapat dipahami
dan diolah sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Data yang disajikan
harus sederhana dan jelas agar mudah di baca. Data-data yang
diperoleh disajikan dalam table secara detail. Salah satu cara
penyajian data yang lebih baik daripada penyusunan data secara
naskah adalah penyajian data dalam bentuk daftar baris dan kolom
4
A. Tinjauan Pustaka
1. Demografi
Demografi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan proses
penduduk di suatu daerah. Struktur merupakan gambaran atau potret
penduduk dari hasil sensus penduduk (cacah jiwa) pada hari sensus tertentu,
struktur penduduk meliputi: jumlah, persebaran, dan komposisi penduduk.
struktur penduduk ini selalu berubah-ubah dan perubahan tersebut
disebabkan karena proses demografi yaitu kelahiran, kematian dan migrasi
penduduk. Ketiga unsur tersebut saling berpengaruh, jika pada suatu
penduduk tingkat kelahiran tinggi maka akan berpengaruh pada struktur
penduduk di daerah 2 tersebut yaitu prosentase penduduk usia muda
jumlahnya akan menjadi lebih besar. Demografi tidak mempelajari
penduduk sebagai individu tetapi penduduk sebagai suatu kelompok, jadi
yang dimaksud dengan penduduk dalam kajian demografi adalah
sekelompok orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah (Fitri, 2017).
Demografi sendiri berasal dari kata Yunani yaitu ”Demos”yang
berarti rakyat atau penduduk dan “Grafein” yang berarti menulis. Jadi
demografi adalah tulisan tulisan mengenai rakyat atau penduduk.
Demografi mempelajari penduduk (suatu wilayah) terutama mengenai
jumlah, struktur (komposisi) penduduk dan perkembangannya
(perubahannya). Demografi mempelajari jumlah, persebaran teritorial dan
komposisi penduduk serta perubahannya dan sebab-sebab perubahan itu,
yang biasanya timbul karena fertilitas, mortalitas, gerak teritorial (migrasi)
dan mobilitas sosial (perubahan status) (Rahmawati, 2017)
Demografi adalah studi ilmiah tentang penduduk, terutama tentang
fertilitas, mortalitas, dan mobilitas. Demografi meliputi studi ilmiah tentang
jumlah, persebaran geografis, komposisi penduduk dan karakter demografis
5
6
batang, diagram lingkaran, atau peta. Arus perpindahan penduduk dari satu
wilayah ke wilayah lain dapat dilihat dari peta perpindahan penduduk. Cara
penyajian data tertentu dapat melalui data yang menggambarkan kepadatan
penduduk atau arus migrasi penduduk (Hayati, 2016).
3. Komponen Demografi
Komponen Demografi, daripengertian demografi tersebut di atas,
dapat dikatakan bahwa komponen-komponen yang berkaitan dengan
demografi adalah : kelahiran (fertilitas atau natalitas). kematian (mortalitas).
perpindahan/gerak penduduk (migrasi). mobilitas sosial. pernikahan.
Kelahiran hidup adalah lepasnya bayi dari rahim seorang wanita terlepas
dari durasi kehamilan, dengan adanya tanda-tanda bernafas atau
menunjukkan bukti lain tentang kehidupan, seperti detak jantung, denyut
nadi dari tali pusar telah dipotong atau plasenta terpasang; setiap kelahiran
seperti itu dianggap lahir hidup (United Nations Statistical Office, 1955:
p.6). Apabila tanda-tanda kehidupan tidak ada maka disebut dengan lahir
mati (still live) yang di dalam demografi tidak dianggap sebagai suatu
peristiwa kelahiran. Mortalitas merupakan salah satu komponen dalam
proses demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk dan bersifat
mengurangi jumlah penduduk. Mortalitas merupakan indikator yang
menentukan kesejahteraan penduduk, dan merepresentasikan kualitas
penduduk dalam suatu wilayah. Tingkat mortalitas yang rendah
menunjukkan keberhasilan pembangunan suatu wilayah, khususnya dalam
bidang kesehatan (Rusli,2008).
Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis
antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang
mengurangi jumlah penduduk. Secara terus menerus penduduk disuatu
wilayah dipengaruhi oleh besarnya kelahiran (fertilitas), kematian
(mortalitas), in-migration (migrasi masuk) dan out-migration (migrasi
keluar). Besar kecilnya laju pertambahan penduduk disuatu wilayah sangat
9
nilai sosio-budaya yang kuat maka dapat diramalkan bahwa kecepatan dan
tingkat kemajuan suatu penduduk akan relatif tinggi. Perencanaan
pengembangan kualitas penduduk perlu dibarengi dengan penguatan energi
sosial yang digerakkan oleh tata-nilai sosio-budayanya. Peningkatan
kesejahteraan, keadilan sosial, dan kemandirian suatu masyarakat juga
sangat ditentukan sejauh mana elemen-elemen tata-nilai sosio-budaya dapat
dikembangkan (Pranadji, 2007).
Indikator kualitas penduduk digunakan untuk mengukur tingkat
kemajuan suatu masyarakat atau bangsa. Upaya mencari indikator kualitas
penduduk masih terus berkembang, yaitu untuk menentukan indikator yang
lebih mencerminkan gambaran yang sebenarnya tentang kemajuan suatu
masyarakat. Setiap negara berhak mengembangkan sendiri indikator kualitas
penduduk yang dianggap sesuai. Sisi konstitusi (UUD 1945), seharusnya
dapat dikembangkan indikator kualitas penduduk Indonesia, yaitu yang
terkait erat dengan pencapaian kesejahteraan dan keadilan sosial. Para pakar
pembangunan nasional seharusnya dapat merumuskan indikator kemajuan
yang sejalan dengan misi konstitusi, sekaligus bagaimana melaksanakan
misi konstitusi dan mengukur keberhasilannya. Pra-Kongres I Nasional
Pembangunan Manusia Indonesia 21-22 Maret 2006 dibahas tentang
bagaimana membangun manusia (”penduduk”) Indonesia yang dilandaskan
pada kualitas. Paling tidak ada empat cara untuk mengukur kemajuan
kualitas penduduk, yaitu: dengan menggunakan beberapa indeks sekaligus,
yaitu: (1) Indeks Pembangunan Manusia; (2) Indeks Kemiskinan Manusia;
(3) Indeks Pembangunan Jender; and (4) Indeks Pemberdayaan Jender. Pada
3-4 dekade terakhir indikator ekonomi terlalu mendominasi pengukuran
kemajuan suatu masyarakat atau penduduk suatu bangsa. Keempat indikator
untuk mengukur kualitas penduduk ini dapat dipandang sebagai kritik
terhadap pengukuran penduduk yang semata-mata dilihat dari dimensi
material atau ekonomi. (Todaro,2008)
14
diterima. Standar hidup diukur dengan pendapatan nasional bruto per kapita
(Rusli, 2010)
Konsep pembangunan manusia (Human Development) UNDP (United
Nation Development Program) mengandung empat unsur yaitu
produktivitas (productivity), pemerataan pembangunan tentang penduduk
(of people), untuk penduduk (for people) dan oleh penduduk (by people).
Tentang penduduk adalah pemberdayaan penduduk diupayakan melalui
invesstasi bidang-bidang pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial
lainnya. Penduduk adalah pemberdayaan penduduk yang dapat diupayakan
melalui program penciptaan lapangan pekerjaan dan memperluas
kesempatan berusaha. Oleh penduduk adalah pemberdayaan penduduk yang
dapat meningkatkan harkat dan martabat melalui peningkatan partisipasi
dalam pengambilan keputusan dalam bidang politik dan proses
pembangunan (Faqihudin, 2009)
Informasi angka dan peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
dari dua hal tersebut dapat diperoleh gambaran keadaaan kesejahteraan
masyarakat yang diukur dari harapan hidup masyarakat di suatu negara
dengan mengukur kesehatan. Indeks Pembangunan Manusia juga mengukur
pada bagian pendidikan yang diukur dengan harapan lama sekolah dan
rerata partisipasi sekolah, serta standar hiudp yang diukur dengan PNB per
kapita. PNB adalah Pendapatan Nasional Bruto (Vinod, 2009).
Human Development Index dapat mencerminkan bagaimana posisi
sebuah negara dengan negara lain dalam tingkat kesejahteraan masyarakat
yaitu pembangunan manusianya termasuk didalamnya pembangunan
dibidang kesehattan sehingga analisis Human Development Index dapat
digunakan sebagai acuan untuk melakukan pembangunan. Salah satu aspek
dari bidang kesehatan yaitu usia hidup. Banyak indikator sebenarnya yang
dapat digunakan untuk mengukur pada bidang kesehatan seperti contoh
fasilitas pelayanan kesehatan pada masyarakat (Yuliani, 2016).
18
B. Instrumen Hukum
Instrumen hukum merupakan sekumpulan dasar atau peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang hukum terkait. Instrumen hukum sama halnya
dengan landasan hukum. Tujuan dibuatnya instrumen hukum adalah menjadi
dasar dalam menilai, menimbang, dan memutuskan mengenai suatu hal.
Instumen hukum sendiri bergantung pada apa yang akan diatur, misalnya
Undang-Undang kesehatan berarti mengatur mengenai segala hal yang
berhubungan dengan di Indonesia.Instrumen Hukum tentunya sangat penting
dalam sebuah negara, terutama yang berkaitan dengan kependudukan negara.
Terdapat beberapa instrumen hukum yang berkaitan dengan kesehatan
masyarakat, antara lain:
1. Instrumen hukum tentang penyelenggaraan layanankesehatan di Indonesia
sebagai berikut :
a. Undang-Undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan Bab 4 Pasal 14,
yaitu : Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur,
menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya
kesehatan, yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Berdasarkan
undang-undang tersebut dijelaskan mengenai tanggung jawab pemerintah
dalam merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina dan
mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan untuk masyarakat.
b. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang kesehatanpada pasal 35 ayat
(2) dijelaskan bahwa dalam pemerataan pelayanan kesehatan dam
penambahan layanan kesehatan terdapat beberapa syarat dan beberapa
pertimbangan.
2. Instrumen hukum tentang penyelenggaraan imunisasi di Indonesia sebagai
berikut :
a. Peraturan Menteri Kesehatan No. 12 tentang penyelenggaraan
imunisasipada pasal 5 ayat (1) menjelaskan: imunisasi rutin dilaksanakan
secara terus menerus dan berkesinambungan. Berdasarkan Peraturan
19
20
21
Tabel 3.3 Hasil Wawancara Rumah Tangga dan Perseorangan Provinsi Jawa
Tengah
perkotaan terdapat 1.875 rumah tangga yang ditemui dari 1.900 rumah
tangga sampel, sedangkan pada pedesaan 1.876 dari 1.902 rumah tangga
sampel. Rumah tangga yang diwawancarai berjumlah 3.747 dari 3.751
rumah tangga yang ditemui. Pada perkotaan terdapat 1.873 rumah tangga
yang diwawancarai dari 1.875 rumah tangga yang ditemui, sedangkan
pada pedesaan rumah tangga yang diwawancarai berjumlah 1.874 dari
1.876 rumah tangga yang ditemui. Hasil kunjungan dari rumah tangga
yang diwawancarai/rumah tangga yang ditemui yaitu sebesar 99,9%.
2. Wawancara Perseorangan Wanita
Dari tabel tersebut dapat diketahui wanita yang memenuhi syarat
berjumlah 3.441 yang terbagi menjadi dua menurut daerah tempat
tinggalnya, yaitu pedesaan dan perkotaan. Pada perkotaan terdapat 1.790
wanita yang memenuhi syarat, sedangkan pada pedesaan terdapat 1.651
wanita yang memenuhi syarat, pada perkotaan wanita yang memenuhin
syarat lebih banyak daripada di pedesaan. Wanita yang diwawancarai
berjumlah 3.414 dari 3.441 wanita yang memenuhi syarat. Pada perkotaan
terdapat 1.776 wanita yang diwawancarai dari 1.790 wanita yang
memenuhi syarat, sedangkan pada pedesaan wanita yang diwawancarai
berjumlah 1.638 dari 1.651 wanita yang memenuhi syarat. Hasil
kunjungan dari wanita yang diwawancarai/wanita yang memenuhi syarat
yaitu sebesar 99,2%.
3. Wawancara Perseorangan Pria
Dari tabel tersebut dapat diketahui pria yang memenuhi syarat
berjumlah 698 yang terbagi menjadi dua menurut daerah tempat
tinggalnya, yaitu pedesaan dan perkotaan. Pada perkotaan terdapat 336
pria yang memenuhi syarat, sedangkan pada pedesaan terdapat 362 pria
yang memenuhi syarat, pada pedesaan pria yang memenuhin syarat lebih
banyak daripada di perkotaan. Pria yang diwawancarai berjumlah 688
dari 698 pria yang memenuhi syarat. Pada perkotaan terdapat 330 pria
27
yang diwawancarai dari 336 pria yang memenuhi syarat, sedangkan pada
pedesaan pria yang diwawancarai berjumlah 358 dari 362 pria yang
memenuhi syarat. Hasil kunjungan dari pria yang diwawancarai/wanita
yang memenuhi syarat pada perkotaan 98,2%, pada pedesaan 98,9%,
secara keseluruhan presentasenya sebesar 98,6%
28
28
29
kesehatan ibu krena merokok atau tidak dapat mempengaruhi berat baan
bayi saat lahir.
4. Daerah tempat tinggal
Berdasarkan tabel, presentase bayi yang lahir pada daerah perkotaan
terdapat 7,5% bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2,5kg, dan 97,5%
bayi yang lahir dengan berat lebih dari 2,5kg. Presentase bayi yang lahir
pada daerah pedesaan terdapat 5,5% bayi yang lahir dengan berat kurang
dari 2,5kg, dan terdapat 94,5% bayi yang lair dengan berat lebih dari
2,5kg. Berdasarkan tabel daat dsimpulkan bahwa bayi yang lahir di
daerah pedesaan cenderung memiliki berat badan yang tinggi atau baik.
5. Pendidikan ibu
Berdarakan tabel, saat tingkat pendidikan ibu tidak bersekolah
terdapat presentase bayi 0% yang lahir dengan berat badan kurang dari
2,5kg dan 100% bayi yang lahir dengan berat badan lebih dari 2,5kg.
Pada urutan kedua dengan presentase berat bayi yang lahir dengan berat
lebih dari 2,5kg dengan jumlah 95,6% adalah ibu dengan tingkat
pendidikan perguruan tinggi. Pada urutan ketiga dengan presentase bayi
yang lahir dengan berat lebih dari 2,5kg dengan jumlah 94,8% adalah ibu
dengan tingkat pendidikan tidak tamat SLTA, kemudian diikuti tingkat
pendidikan tamat SD, tamat SLTA dan tidak tamat SD.
6. Kuintil kekayaan
Berdasarkan tabel, status kuintil kekayaan orang tua mempengaruhi berat
badan bayi saat lahir. Pada urutan pertama adalah kuntil kekayaan dengan
presentase 95,6% bayi yang lahir dengan berat lebih dari 2,5kg. Pada
urutan kedua adalah kuintil kekayaan teratas dengan presentase 94,4%
bayi yang lahir dengan berat lebih dari 2,5kg
B. Imunisasi Menurut Sumber Informasi
Imunisasi adalah proses untuk membuat seseorang imun atau kebal
terhadap suatu penyakit. Proses ini dilakukan dengan pemberian vaksin yang
32
merangsang sistem kekebalan tubuh agar kebal terhadap penyakit tersebut. Bayi
yang baru lahir memang sudah memiliki antibodi alami yang disebut kekebalan
pasif. Antibodi tersebut didapatkan dari ibunya saat bayi masih di dalam
kandungan. Akan tetapi, kekebalan ini hanya dapat bertahan beberapa minggu
atau bulan saja. Setelah itu, bayi akan menjadi rentan terhadap berbagai jenis
penyakit.
Tabel 4.2 Imunisasi Menurut Sumber Informasi
Anak umur 12-23 bulan Anak umur 24-35 bulan
Kartu Kartu
imunisasi+ Vaksinasi imunisasi+ Vaksinasi
No.
Kartu pengakuan sesuai dengan Kartu Pengakuan pengakuan sesuai dengan
Jenis imunisasi imunisasi1 Pengakuan ibu ibu umur2,3,4 imunisasi1 ibu ibu umur2,3,4
HB (dosis saat
2.
lahir)1
0 hari (saat
lahir) 78,1 20,1 98,2 98,2 59,6 35,0 94,6 94,6
Lebih dari 1
hari setelah
lahir 76,6 na Na na 55,1 na na na
3. HB
1 76,5 19,1 95,6 95,6 61,9 34,5 96,4 94,7
2 75,3 17,2 92,5 92,5 61,9 31,6 93,5 91,2
3 74,5 16,7 91,2 90,8 61,5 31,0 92,5 90,9
4. DPT
1 76,5 20,6 97,0 97,0 61,9 34,8 96,7 95,1
2 75,6 18,8 94,4 94,4 61,9 33,9 95,8 93,4
3 74,5 16,7 91,2 90,8 61,5 32,9 94,4 92,7
5. Polio2
1 76,5 20,1 96,6 96,6 61,9 35,7 97,6 96,8
2 77,2 20,1 97,3 97,3 61,9 34,8 96,7 95,1
3 75,8 18,7 94,5 94,5 61,9 33,3 95,2 92,9
4 74,6 13,2 87,8 86,7 61,5 26,1 87,6 85,2
6. Campak
1 66,9 19,0 85,9 79,6 59,7 32,9 92,5 80,4
Imunisasi dasar
7.
lengkap6 66,0 10,2 76,2 68,3 56,9 23,8 80,7 57,7
Tidak pernah
8.
imunisasi 0,0 0,9 0,9 na 0,0 1,3 1,3 na
Jumlah anak 328 89 418 418 244 150 394 394
2
Diperoleh sampai dengan umur 12 bulan.
3
Untuk anak yang sumber informasi imunisasi berdasarkan pengakuan ibu,
tanggal saat imunisasi tidak diketahui, Proporsi imunisasi sebelum umur 1 dan
2 tahun diasumsikan sama dengan anak yang memiliki catatan tertulis.
4
Memperoleh seluruh imunisasi sebelum umur 12 bulan kecuali campak 2 yang
seharusnya diperoleh sebelum umur 24 bulan.
5
Untuk anak yang sumber informasi imunisasi berdasarkan pengakuan ibu,
anak dinyatakan telah memperoleh hepatitis B (saat lahir) apabila imunisasi
diperoleh sebelum 24 jam setelah lahir, Untuk anak yang sumber informasi
imunisasi berdasarkan catatan, anak dinyatakan telah memperoleh imunisasi
hepatitis B (saat lahir) apabila imunisasi tersebut tertulis dalam kartu yang
mereka miliki, tanpa mempertimbangkan kapan dosis tersebut diberikan.
BCG, 3 dosis [DPT-HB-Hib], 4 dosis polio, dan1 dosis campak.
1. BCG
Berdasarkan tabel, imunisasi jenis BCG untuk anak usia 12-23 bulan
menurut data atau sumber informasi kartu imunisasi BCG adalah 76,5.
pengakuan ibu 20,6. Jika keduanya digabungkan kartu imunisasi dengan
pengakuan ibu adalah sebesar 97,1. Persentase vaksinasi pada umur 12-23
bulan sebanyak 97,1. Kemudian imunisasi jenis BCG untuk umur 24-35
bulan menurut data atau sumber informasi kartu imunisasi sebanyak 61,9
pengakuan ibu 35,8. Jika keduanya digabungkan kartu imunisasi dengan
pengakuan ibu sebesar 97,8. Persentase vaksinasi 24-35 bulan sebanyak
96,9.
2. HB (dosis saat lahir)
Berdasarkan tabel, imunisasi jenis HB dosis untuk anak yang baru
lahir (kurang dari 24 jam) menurut data atau sumber informasi kartu
imunisasi HB ini pada usia 12-23 bulan sebanyak 78,1 pengakuan ibu 20,1.
Jika keduanya digabungkan kartu imunisasi dengan pengakuan ibu adalah
sebesar 98,2. Persentase vaksinasi dosis untu anak yang baru lahir (kurang
dari 24 jam) pada umur 12-23 bulan sebesar 98,2. Dosis HB untuk usia 24-
35 bulan menurut data atau sumber informasi kartu imunisasi sebanyak
59,6 pengakuan ibu 35,0. Jika keduanya digabungkan maka jumlahnya
sebesar 94,6. Vaksinasi untuk usia 24-35 sebesar 94,6.
34
Imunisasi jenis HB dosis untuk anak yang lebih dari 1 hari menurut
data atau sumber informasi kartu imunisasi pada usia 12-23 bulan sebanyak
76,6 sedangkan pengakuan ibu tidak berlaku. Vaksinasi untuk usia 12-23
bulan tidak dibelakukan. Selanjutnya usia 24-35 bulan berdasrkan kartu
imunisasi sebanyak 55,1 dan pengakuan ibu tidak diberlakukan. Vaksinasi
pada usia anak 24-35 bulan juga tidak diberlakukan.
Dalam tabel terdapat 3 jenis HB yaitu HB1, HB2 dan HB3. Untuk
HB 1 yang diberikan pada anak usia 12-23 bulan sebanyak 95,6 dan usia
24-35 bulan sebanyak 94,7. HB2 yang diberikan pada anak usia 12-23
bulan sebanyak 92,5 dan untuk usia 24-35 bulan sebanyak 91,2. Sedangkan
HB3 diberikan pada anak usia 12-23 bulan sebanyak 74,5 dan untuk usia
24-35 bulan sebanyak 90,9
3. DPT
Berdasarkan tabel, imunisasi jenis DPT terbagi menjadi 3 jenis yaitu
DPT1, DPT2 dan DPT3. Pemberian imunisasi ini terbagi menjadi 2
golongan umur yaitu 12-23 bulan dan 24-35 bulan. Pemberian DPT1 untuk
anak usia 12-23 sebanyak 97,0 untuk usia 24-35 bulan sebanyak 96,1.
DPT2 yang diberikan kepada anak usia 12-23 bulan sebanyak 94,4 dan
untuk usia 24-35 bulan sebanyak 93,4. Sedangkan jenis DPT 3 yang
diberikan kepada anak usia 12-23 bulan sebanyak 91,2 dan untuk usia 24-
35 bulan sebanyak 92,7.
4. Polio
Berdasarkan tabel, imunisasi jenis Polio terbagi menjadi 4.
Pemberian imunisasi ini dibagi berdasarkan 2 golongan umur yaitu 12-23
bulan dan 24-35 bulan. Pemberian Polio1 pada anak usia 12-23 bulan
sebanyak 96,6 dan usia 24-35 bulan sebanyak 96,8. Polio2 pada anak usia
12-23 bulan sebanyak 97,3 dan usia 24-35 bulan sebanyak 96,1. Kemudian
Polio3 untuk anak usia 12-23 bulan sebanyak 94,5 dan usia 24-35 sebanyak
35
92,9. Terakhir adalah Polio4 yang diberikan untuk anak usia 12-23 bulan
sebanyak 86,7 dan usia 24-35 sebanyak 85,2.
5. Campak
Berdasarkan tabel diatas, imunisasi jenis Campak ini diberikan pada
anak usia 12-23 bulan dan 24-35 bulan. Dilihat dari sumber kartu imunisasi
pada usia 12-23 bulan sebanyak 66,9 dan dari pengakuan ibu sebanyak
19,0. Pesentase vaksinasi ini sebanyak 86,7. Kemudian untuk usia 24-35
bulan, berdasarkan kartu imunisasi sebanyak 59,7 dan pengakuan ibu
sebanyak 32,9. Persentase vaksinasi ini sebanyak 80,4.
6. Imunisasi dasar lengkap
Imunisasi dasar lengkap berdasarkan kartu imunisasi anak usia 12-23
bulan sebanyak 66,0 dan pengakuan ibu sebanyak 10,2. Persentase
vaksinasi sebanyak 68,2. Selanjutnya untuk anak usia 24-35 bulan
berdasarkan kartu imunisasi sebanyak 56,9 dan pengakuan ibu sebanyak
23,8. Persentase vaksinasi ini sebanyak 57,7.
7. Tidak pernah imunisasi
Berdasarkan tabel diatas, terdapat beberapa anak yang tidak pernah
melakukan imunisasi. Informasi ini didapat dari pengakuan ibu. Untuk
anak usia 12-23 bulan sebanyak 0,9 dan untuk usia 24-35 bulan sebanyak
1,3. Dari tabel diatas dapat diketahui jumlah anak dalam usia 12-23 bulan
sebanyak 418, informasi ini diambil berdasarkan kartu imunisasi dan
pengakuan ibu. Untuk anak usia 24-35 bulan informasi juga sama diambil
dari kartu imunisasi dan pengakuan ibu sebanyak 394.
C. Imunisasi Menurut Karakteristik Latar Belakang
tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses sosial yakni
orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol
(khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau
mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang
optimal. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting
dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik orang tua
dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan
anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan
sebagainya.
37
Jumlah 97,1 97,0 94,4 91,2 98,2 95,6 92,5 91,2 96,6 97,3 94,5 87,8 85,9 76,7 76,2 76,2 0,9 418
Angka dalam kurung berdasarkan pada 25-49 kasus yang tidak tertimbang.
Tanda bintang (*) menunjukkan bahwa angka berdasarkan kurang dari 25 kasus tertimbang
1 Untuk anak yang sumber informasinya berdasarkan pengakuan ibu, anak dinyatakan telah memperoleh HB (saat lahir) apabila
imunisasi sebelum 24 jam setelah lahir, Untuk anak yang sumber informasi imunisasi berdasarkan catatan, anak dinyatakan telah
memperoleh imunisasi hepatitis B (saat lahir) apabila imunisasi tersebut tertulis dalam kartu yang mereka miliki, tanpa
mempertimbangkan kapan dosis tersebut diberikan.
2 Polio 1 adalah imunisasipolio yang diberikan pada saat usia 0-1 bulan
3 BCG, tiga dosis [DPT-HepB-Hib], empat dosis imunisasi polio, dan satu dosis [imunisasi yang mengandung vaksin campak].
39
1. Jenis kelamin
Berdasarkan tabel, pada bayi jenis kelamin laki-laki terdapat
presentase imunisasi BCG sebesar 99,2%, imunisasi campak 85,8%, dan
yang sama sekali tidak pernah imunisasi sebanyak 0,8%. Pada bayi jenis
kelamin perempuan terdapat presentase BCG sebesar 95,25, imunisasi
campak 85,9%, dan yang tidak pernah imuniasi sama sekali 0,9%.
Berdasrakan tabel jumlah bayi yang paling banyak mendapatkan imunisas
BCG dan campak adalah bayi perempuan.
2. Urutan kelahiran
Berdasarkan tabel, pada urutan kelahiran pertama terdapat presentase
bayi yang menerima imunisasi BCG sebesar 98,6% dan imunisasi campak
sebesar 86,3% dari 156 bayi. Pada urutan kelahiran 2-3 terdapat presentase
bayi yang menerima imunisasi BCG sebesar 96,6% dan imunisasi campak
sebesar 87,2% dari 249 bayi. Pada urutan kelahiran 4-5 terdapat presentase
bayi yang menerima imunisasi BCG sebesar 0% dan imunisasi campak
sebesar 0% dari 13 bayi.
3. Daerah tempat tinggal
Berdasarkan tabel, latar belakang daerah tempat tinggal
mempengaruhi imunisasi yang didapatkan ole bayi. Pada bayi yang
tinggal di daerah perkotaan terdapat presentase sebanyak 98,1% bayi
yang menerima imunisasi BCG dan sebanyak 78,45 yang mnerima
imunisasi campak dari 191 bayi. Pada bayi yang tinggal di daerah
pedesaan terdapat presentase sebanyak 96,25 bayi yang mendapat
imunisasi BCG dan 75,25 yang menerima imunisasi campak dari 227
bayi.
4. Pendidikan ibu
Berdarkan tabel dapat dilihat bahwa pendidikan ibu memepengaruhi
imunisasi yang akan didapatkan oleh bayi. Pada status pendidikan ibu
tidak bersekolah sebanyak 8 orang bayi tidak mendapatkan imunisasi
40
1. Jenis kelamin
Laki-laki 98,9 75,2 197 94,8 60,5 188
Perempuan 98,1 81,6 220 94,7 63,2 206
2. Urutan kelahiran
1 98,6 81,4 156 100,0 65,1 178
2-3 98,3 76,4 249 92,4 63,1 202
4-5 * * 13 * * 12
6+ * * 0 * * 1
4 Pendidikan Ibu
Tidak tamat SD * * 8 * * 19
Tamat SD 95,8 76,5 102 (89,4) (62,2) 76
Tidak tamat SLTA 98,5 78,8 141 96,5 63,2 159
Tamat SLTA 100,0 82,4 115 (96,6) (59,6) 89
Perguruan tinggi (100,0) (70,3) 52 (96,7) (68,1) 50
5. Kuintil kekayaan
Terbawah (96,6) (73,5) 58 * * 45
Menengah bawah (97,3) (89,8) 84 94,5 61,0 99
Menengah 100,0 83,1 113 (96,0) (63,9) 92
Menengah atas 100,0 73,1 96 98,1 61,7 92
Teratas (96,7) (69,1) 67 (95,5) (57,9) 65
Keterangan :
1 Kartu imunisasi, KMS, buku KIA atau pencatatan lainnya.
Angka dalam kurung berdasarkan pada 25-49 kasus yang tidak tertimbang.
Tanda bintang (*) menunjukkan bahwa angka berdasarkan kurang dari 25 kasus
tertimbang
1. Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel, bayi jenis kelamin laki-laki pada saat umur 12-23
bulan memiliki presentase kepemilikan catatan imunisasi sebesar 98,9%
dan presentase tidak dapat menunjukkan bukti kepemilikan sebesar 75,2%
dari 97 orang bayi. Pada bayi dengan jenis kelamin laki-laki usia 24-35
bulan memiliki presentase kepemilikan catatan imunisasi sebesar 94,8%
dari 188 orang bayi. Pada bayi jenis kelamin perempuan pada saat umur
12-23 bulan memiliki presentase kepemilikan catatan imunisasi sebesar
98,1% dari 220bayi dan pada saat umur 24-35 bulan presentase
kepemilikan catatan imunisasi sebesar 94,7% dari 206 bayi.
2. Urutan kelahiran
Berdasarkan tabel, bayi dengan urutan kelahiran pertama pada saat
umur 12-23 bulan memiliki presentase kepemilikan catatan imunisasi
sebesar 98,6% dari 156 orang bayi. Dengan urutan kelahiran pertama usia
24-35 bulan memiliki presentase kepemilikan catatan imunisasi sebesar
100% dari 178 orang bayi. Pada bayi dengan urutan kelahiran 2-3 pada saat
umur 12-23 bulan memiliki presentase kepemilikan catatan imunisasi
sebesar 98,3% dari 249 bayi dan pada saat umur 24-35 bulan presentase
kepemilikan catatan imunisasi sebesar 92,4% dari 202 bayi.
3. Daerah tempat tinggal
Berdasarkan tabel, bayi yang tinggal di daerah perkotaan pada saat
umur 12-23 bulan memiliki presentase kepemilikan catatan imunisasi
sebesar 98,9% dari 191 bayi. Pada bayi yang tinggal di daerah perkotaan
usia 24-35 bulan memiliki presentase kepemilikan catatan imunisasi
sebesar 92,0% dari 177 bayi. Pada bayi yang tinggal di daerah pedesaan
43
Tabel 4.5. Prevalensi dan Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Di antara balita
dengan gejala
Di antara balita: ISPA:
Persentase
No. Karakteristik balita dengan Jumlah Jumlah
latar belakang gejala ISPA1 Anak Anak
2. Jenis kelamin
Laki-laki 2,2 1.003 22
Perempuan 2,5 986 25
6. Pendidikan ibu
Tidak sekolah * 5 0
Tidak tamat SD (3,5) 58 2
Tamat SD 1,6 429 7
Tidak tamat SLTA 2,8 736 21
Tamat SLTA 2,8 532 15
Perguruan tinggi 1,0 228 2
45
7. Kuintil kekayaan
Terbawah 3,4 252 9
Menengah bawah 3,3 431 14
Menengah 1,2 519 6
Menengah atas 2,7 458 12
Teratas 1,6 329 5
2,2% dari 1,003 anak yaitu sebanyak 22 anak. Jumlah balita perempuan
lebih banyak mengalami gejala ISPA dibandingkan jumlah balita laki-laki.
3. Status Merokok Ibu
Dapat diketahui dari tabel tersebut bahwa presentase balita dengan
gejala ISPA terbesar yaitu pada anak yang memilki ibu tidak merokok
sebesar 2,4% dari 1.973 anak yang berjumlah 47 anak. Balita yang
memiliki ibu perokok tidak dapat dijelaskan karena angka yang didapat
berdasarkan pada kurang dari 25 kasus tidak tertimbang dan tidak
ditampilkan. Balita yang memiliki ibu perokok berjumlah 16 orang dan
tidak ada yang mengalami gejala ISPA.
4. Bahan Bakar Untuk Memasak
Dapat diketahui dari tabel tersebut bahwa presentase balita dengan
gejala ISPA terbesar yaitu pada balita yang pada tempat tinggalnya
menggunakan bahan bakar kayu/jerami (rumput, semak, sisa tanaman)
untuk memasak, sebesar 3% dari 433 sedangkan yang menggunakan listrik
atau gas memiliki presentase sebesar 2,2% dari 1.546 anak. Berdasarkan
jumlah anak yang terkena gejala ISPA lebih banyak yang menggunakan
listrik atau gas yaitu sejumlah 34 anak. Balita yang menggunakan
kayu/jerami sebagai bahan bakar untuk memasak di tempat tinggalnya
terdapat 13 balita yang mengalami gejala ISPA. Kategori minyak tanah,
tidak ada makanan yang dimasak dalam rumah tangga, dan tidak menjawab
tidak dapat dijelaskan karena angka berdasarkan pada kurang dari 25 kasus
tidak tertimbang dan tidak ditampilkan.
5. Daerah Tempat Tinggal
Dapat diketahui dari tabel tersebut bahwa presentase balita dengan
gejala ISPA terbesar yaitu pada balita yang tinggal pada perkotaan yaitu
sebesar 2,4% dari 862 anak. Balita yang bertempat tinggal pada pedesaan
memiliki presentase sebesar 2,3% dari 1.127 anak. Menurut jumlah balita
yang mengalami gejala ISPA yang bertempat tinggal di pedesaan lebih
47
Jumlah anak 47 44
Sumber : Data SDKI Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019
Keterangan :
1
Gejala ISPA meliputi pernafasan pendek, cepat dan sulit bernafas yang disertai
dengan tarikan dinding dada.
Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa presentase anak yg berobat menurut
tiap jenis sumber pelayanan itu terbagi menjadi 2 kondisi. Diantara balita
dengan gejala ISPA dalam 2 minggu sebelum survei yaitu sebanyak 47%.
Diantara balita dengan gejala ISPA dalam 2 minggu sebelum survei yang
berobat ke fasilitas atau tenaga kesehatan adalah sebanyak 44%. Dari antara dua
jenis kondisi ini presentase terbanyak adalah kondisi dimana diantara balita
dengan gejala ISPA dalam dua minggu sebelum survei.
49
No. Persentase
yang berobat Persentase Persentase Jumlah
Karakteristik
Persentase ke fasilitas atau balita balita anak
latar belakang Jumlah
balita dengan tenaga mendapat obat mendapat dengan
1
demam Anak kesehatan antimalaria antibiotik demam
2. Jenis kelamin
4. Pendidikan ibu
Tidak sekolah * 5 * * * 0
Tidak tamat SD (34,1) 58 * * * 20
Tamat SD 30,7 429 88,3 0,0 17,2 132
Tidak tamat SLTA 28,9 736 90,9 0,0 18,1 213
Tamat SLTA 28,4 532 94,0 1,0 14,9 151
Perguruan tinggi 20,3 228 (97,0) (0,0) (32,6) 46
5. Kuintil kekayaan
Tanda bintang (*) menunjukkan bahwa angka berdasarkan kurang dari 25 kasus
tertimbang
1. Umur anak
Berdasarkan tabel diatas untuk anak usia dibawah 6 bulan, persentase balita
dengan demam adalah 21,7 dengan jumlah anak 187, persentase yang berobat
ke fasilitas atau tenaga kesehatan sebanyak 0. Persentase balita mendapat obat
antimalaria adalah 0. Persentase balita mendapat antibiotic sebanyak 0 dan
jumlah anak dengan demam adalah 40. Untuk anak usia 6-11 bulan persentase
balita dengan demam adalah 38,5 jumlah anak 204. Persentase yang berobat
ke fasilitas atau tenaga kesehatan sebanyak 100,0. Persentase balita mendapat
obat antimalaria 0,0. Persentase balita mendapat antibiotic sebanyak 15,1 dan
jumlah anak dengan demam sebanyak 70. Untuk anak usia 12-23 bulan,
persentase balita dengan demam sebanyak 29,2 dengan jumlah anak sebanyak
418. Persentase yang berobat ke fasilitas atau tenaga kesehatan sebanyak 94,1.
Persentase balita mendapat obat antimalaria adalah 0,0. Persentase balita
mendapat antibiotic sebesar 22,6 dengan jumlah anak dengan demam
berjumlah 122. Untuk anak usia 24-35 bulan persentase balita dengan demam
sebanyak 29,9 dengan jumlah anak sebanyak 394. Persentase yang berobat ke
fasilitas atau tenaga kesehatan sebanyak 90,1. Persentase balita mendapat obat
antimalaria adalah 0,0. Persentase balita mendapat antibiotic sebesar 19,0
dengan jumlah anak dengan demam berjumlah 118. Untuk anak usia 36-47
bulan persentase balita dengan demam sebanyak 26,0 dengan jumlah anak
sebanyak 396. Persentase yang berobat ke fasilitas atau tenaga kesehatan
sebanyak 92,8. Persentase balita mendapat obat antimalaria adalah 0,0.
Persentase balita mendapat antibiotic sebesar 24,8 dengan jumlah anak
dengan demam berjumlah 103. Untuk anak usia 48-59 bulan persentase balita
dengan demam sebanyak 25,7 dengan jumlah anak sebanyak 390. Persentase
yang berobat ke fasilitas atau tenaga kesehatan sebanyak 96,4. Persentase
52
yang berobat ke fasilitas atau tenaga kesehatan tidak ada. Persentase balita
mendapat obat antimalarial tidak ada. Persentase balita mendapat antibiotic
tidak ada dengan jumlah anak dengan demam berjumlah 20. Untuk ibu yang
tamat SD persentase balita dengan demam sebanyak 30,7 dengan jumlah anak
sebanyak 429. Persentase yang berobat ke fasilitas atau tenaga kesehatan
sebanyak 88,3. Persentase balita mendapat obat antimalaria adalah 0,0.
Persentase balita mendapat antibiotic sebesar 17,2 dengan jumlah anak
dengan demam berjumlah 132. Untuk ibu yang tidak tamat SLTA persentase
balita dengan demam sebanyak 28,9 dengan jumlah anak sebanyak 736.
Persentase yang berobat ke fasilitas atau tenaga kesehatan sebanyak 90,9.
Persentase balita mendapat obat antimalaria adalah 0,0. Persentase balita
mendapat antibiotic sebesar 18,1 dengan jumlah anak dengan demam
berjumlah 213. Untuk ibu yang tamat SLTA persentase balita dengan demam
sebanyak 28,4 dengan jumlah anak sebanyak 532. Persentase yang berobat ke
fasilitas atau tenaga kesehatan sebanyak 94,0. Persentase balita mendapat obat
antimalaria adalah 1,0. Persentase balita mendapat antibiotic sebesar 14,9
dengan jumlah anak dengan demam berjumlah 151. Untuk ibu yang telah
menempu perguruan tinggi persentase balita dengan demam sebanyak 20,3
dengan jumlah anak sebanyak 228. Persentase yang berobat ke fasilitas atau
tenaga kesehatan sebanyak 97,0. Persentase balita mendapat obat antimalarial
adalah 0,0. Persentase balita mendapat antibiotic sebesar 32,6 dengan jumlah
anak dengan demam berjumlah 46.
5. Kuintil kekayaan
Berdasarkan tabel diatas kuintil kekayaan digolongkan mulai dari
terbawah hingga teratas. Untuk kuintil kekayaan terbawah persentase balita
dengan demam sebanyak 27,5 dengan jumlah anak sebanyak 252. Persentase
yang berobat ke fasilitas atau tenaga kesehatan sebanyak 87,6. Persentase
balita mendapat obat antimalaria adalah 0,0. Persentase balita mendapat
antibiotic sebesar 11,2 dengan jumlah anak dengan demam berjumlah 69.
54
2. Jenis kelamin
Laki-laki 13,2 1.003 75,3 133
Perempuan 11,6 986 80,6 115
6. Pendidikan ibu
Tidak sekolah * 5 * 0
Tidak tamat SD (22,9) 58 * 13
Tamat SD 12,6 429 (88,1) 54
Tidak tamat SLTA 13,7 736 75,8 101
Tamat SLTA 12,4 532 (77,5) 66
Perguruan tinggi 5,8 228 * 13
7. Kuintil kekayaan
Terbawah 12,5 252 * 31
Menengah bawah 11,3 431 * 49
Menengah 15,1 519 (85,3) 78
Menengah bawah 14,1 458 (88,4) 65
Teratas 7,4 329 * 24
4. Fasilitas Jamban
Dapat diketahui dari tabel tersebut bahwa presentase balita dengan
penyakit diare terbesar yaitu pada balita yang menggunakan jamban
bersama, sebesar 20,8% dari 127 anak sedangkan yang menggunakan
jamban cemplung memiliki presentase sebesar 8,1% dari 55 anak.
Berdasarkan jumlah anak yang terkena penyakit diare lebih banyak yang
menggunakan jamban dengan tangka septik yaitu sejumlah 169 anak.
Balita yang buang air besar pada hutan terdapat 2 balita yang mengalami
penyakit diare. Kategori minyak tanah, tidak ada makanan yang dimasak
dalam rumah tangga, dan tidak menjawab tidak dapat dijelaskan karena
angka berdasarkan pada kurang dari 25 kasus tidak tertimbang dan tidak
ditampilkan.
5. Daerah Tempat Tinggal
Dapat diketahui dari tabel tersebut bahwa presentase balita dengan
penyakit diare terbesar yaitu pada balita yang tinggal pada pedesaan yaitu
sebesar 13,4% dari 1.127 anak. Balita yang bertempat tinggal pada
perkotaan memiliki presentase sebesar 11,2% dari 862 anak. Menurut
jumlah balita yang mengalami penyakit diare yang bertempat tinggal di
pedesaan lebih banyak yaitu sebanyak 151 anak. Pada daerah perkotaan
berjumlah 96 anak.
6. Pendidikan Ibu
Dapat diketahui dari tabel tersebut bahwa presentase balita dengan
penyakit diare terbesar yaitu pada balita yang memiliki ibu tidak tamat
pendidikan SD 22,9% dari 58 anak tetapi angka ini berdasarkan pada
kurang dari 25 kasus tidak tertimbang dan tidak ditampilkan. Presentase
paling kecil berada pada balita yang memiliki ibu tamat pendidikan
perguruan tinggi yaitu sebesar 5,8% dari 228 anak. Berdasarkan jumlah
anak yang memiliki balita dengan penyakit diare tebanyak yaitu pada
balita yang memiliki ibu tidak tamat SLTA sebanyak 101 anak Balita
59
yang paling sedikit mengalami penyakit diare yaitu ada pada balita yang
memiliki ibu tidak tamat SD dan tamat perguruan tinggi yaitu sebanyak
13 anak.
7. Kuintil Kekayaan
Dapat diketahui dari tabel tersebut bahwa presentase balita
dengan penyakit diare terbesar yaitu pada keluarga yang memiliki kuintil
kekayaan terbawah yaitu sebesar 12,5% dari 252 anak. Presentase paling
kecil yaitu ada pada keluarga teratas sebesar 7,4% dari 329 anak.
Berdasarkan jumlah anak keluarga yang memiliki kuintil kekayaan
menegah memiliki balita dengan penyakit diare sebanyak 78 anak.
Jumlah anak paling sedikit ada pada keluarga dengan kuintil kekayaan
teratas yaitu 24 anak.
I. Paket Garam Rehidrasi Oral (Oralit), Seng dan Pengobatan Diare Lainnya
Diare merupakan sebuah kondisi ketika pengidapnya melakukan buang
air besar (BAB) lebih sering dari biasanya. Selain itu, diare juga ditandai
dengan kondisi feses yang lebih encer dari biasanya. Penyakit ini biasanya
berlangsung selama beberapa hari dan dalam kasus tertentu bisa berlangsung
hingga berminggu-minggu. Dehidrasi merupakan gejala paling umum yang
menyertai diare. Pada anak-anak, diare dapat ditandai dengan jarang buang air
kecil, mulut kering, serta menangis tanpa mengeluarkan air mata. Pada keadaan
dehidrasi berat, anak dapat terlihat cenderung mengantuk, tidak responsif, mata
cekung, serta kulit perut yang dicubit tidak kembali dengan cepat. Sedangkan
tanda dehidrasi pada orang dewasa, antara lain kelelahan dan tidak bertenaga,
kehilangan nafsu makan, pusing, mulut kering, serta nyeri kepala.
60
Persentase anak-anak
dengan diare untuk siapa Larutan Gula
saran atau pengobatan Garam yang Oralit atau Perawatan
Karakteristik dicari dari fasilitas atau dibuat sendiri Oralit atau Minum lebih minum lebih Obat Obat anti- dirumah/lainy Tidak Tanpa Jumlah anak
No. latar belakang penyedia kesehatan1 Cairan oralit (LGG) LGG banyak banyak antibiotik motility Seng a Oralit dan seng terjawab pengobatan diare
2. Jenis kelamin
Laki-laki 53,2 29,2 17,9 34,7 47,5 60,5 4,9 2,8 30,4 39,5 13,8 0,0 12,5 133
Perempuan 60,1 27,6 15,4 34,1 46,7 61,5 1,5 2,0 45,5 41,4 13,7 1,5 16,1 115
3. Jenis Diare
Tanpa darah 55,4 28,0 16,8 34,3 45,7 60,1 3,5 1,6 35,6 41,3 12,7 0,7 14,8 237
Ada darah 78,9 37,9 15,9 37,9 80,8 80,8 0,0 22,0 78,9 19,2 37,9 0,0 0,0 10
Daerah tempat
4.
tinggal
Perkotaan 47,5 24,7 20,8 35,4 37,1 57,0 6,6 1,9 39,6 40,9 15,6 1,7 9,1 96
Perdesaan 62,1 30,8 14,1 33,9 53,5 63,5 1,3 2,8 36,0 40,1 12,6 0,0 17,4 151
5. Pendidikan ibu
Tidak tamat SD 66,2 47,8 32,9 47,8 50,8 66,2 0,0 0,0 83,1 83,1 47,8 0,0 16,9 13
Tamat SD 67,8 26,5 17,2 33,7 32,9 49,2 6,3 0,0 41,4 50,6 13,5 0,0 12,3 54
Tidak tamat SLTA 54,7 29,0 13,5 36,8 52,0 66,6 3,2 1,9 34,2 34,2 8,7 0,0 14,4 101
Tamat SLTA 53,0 28,6 21,3 33,4 48,0 61,2 2,4 3,4 37,3 34,9 17,4 2,5 12,0 66
Perguruan tinggi 29,9 11,8 0,0 11,8 60,2 60,2 0,0 13,8 0,0 29,9 0,0 0,0 28,1 13
6. Kuintilkekayaan
Terbawah 37,0 14,7 0,0 14,7 12,4 27,1 0,0 0,0 32,2 45,2 0,0 0,0 27,9 31
Menengah bawah 50,5 44,3 19,3 48,4 46,2 70,1 0,0 0,0 19,7 42,6 15,1 0,0 17,8 49
Menengah 66,9 25,0 16,1 30,9 51,1 62,8 10,5 4,8 34,1 42,4 9,6 0,0 10,8 78
Menengah atas 63,4 35,6 30,0 48,4 53,9 67,6 0,0 3,5 61,5 34,2 29,7 2,6 6,0 65
Teratas 41,3 6,4 0,0 6,4 63,1 63,1 0,0 0,0 26,2 40,2 0,0 0,0 21,6 24
Jumlah 56,4 28,4 16,7 34,4 47,1 61,0 3,3 2,4 37,4 40,4 13,7 0,7 14,2 247
1. Umur anak
Berdasarkan tabel diatas, untuk anak usia kurang dari 6 bulan
persentase anak-anak dengan diare untuk siapa saran atau pengobatan
dicari dari fasilitas atau penyedia kesehatan sebanyak 50,0. Untuk
pengobatan cairan oralit sebesar 0,0. Larutan gula garam yang dibuat
sendiri sebanyak 0,0. Oralit atau LGG sebanyak 0,0. Pengobatan lainnya
dengan cara minum lebih banyak sejumlah 0,0 oralit atau minum lebih
banyak 0,0 obat antibiotic sebanyak 13,0 obat anti motility sebanyak 0,0
seng sebanyak 0,0 perawatan dirumah sebanyak 36,4. Oralit dan seng
sebanyak 0,0 tidak terjawab sebanyak 0,0 tanpa pengobatan sebanyak 50,6
dengan jumlah total anak sebanyak 12.
Usia anak 6-11 bulan persentase anak-anak dengan diare untuk siapa
saran atau pengobatan dicari dari fasilitas atau penyedia kesehatan
sebanyak 66,6. Untuk pengobatan cairan oralit sebesar 18,4. Larutan gula
garam yang dibuat sendiri sebanyak 11,2. Oralit atau LGG sebanyak 29,6.
Pengobatan lainnya dengan cara minum lebih banyak sejumlah 34,6 oralit
atau minum lebih banyak 50,8 obat antibiotic sebanyak 4,2 obat anti
motility sebanyak 0,0 seng sebanyak 37,7 perawatan dirumah sebanyak
33,2. Oralit dan seng sebanyak 8,5 tidak terjawab sebanyak 0,0 tanpa
pengobatan sebanyak 20,9 dengan jumlah total anak sebanyak 46.
Usia anak 12-23 bulan persentase anak-anak dengan diare untuk
siapa saran atau pengobatan dicari dari fasilitas atau penyedia kesehatan
sebanyak 47,7. Untuk pengobatan cairan oralit sebesar 24,6. Larutan gula
garam yang dibuat sendiri sebanyak 17,6. Oralit atau LGG sebanyak 29,4.
Pengobatan lainnya dengan cara minum lebih banyak sejumlah 38,9 oralit
atau minum lebih banyak 53,2 obat antibiotic sebanyak 2,3 obat anti
motility sebanyak 0,0 seng sebanyak 40,1 perawatan dirumah sebanyak
34,2. Oralit dan seng sebanyak 15,4 tidak terjawab sebanyak 0,0 tanpa
pengobatan sebanyak 21,2 dengan jumlah total anak sebanyak 64.
62
2. Jenis kelamin
Berdasarkan tabel diatas, untuk jenis kelamin laki-laki persentase
anak-anak dengan diare untuk siapa saran atau pengobatan dicari dari
fasilitas atau penyedia kesehatan sebanyak 53,2. Untuk pengobatan cairan
oralit sebesar 29,2. Larutan gula garam yang dibuat sendiri sebanyak 17,9.
Oralit atau LGG sebanyak 34,7. Pengobatan lainnya dengan cara minum
lebih banyak sejumlah 47,5 oralit atau minum lebih banyak 60,5 obat
antibiotic sebanyak 4,9 obat anti motility sebanyak 2,8 seng sebanyak 30,4
perawatan dirumah sebanyak 39,5. Oralit dan seng sebanyak 13,8 tidak
terjawab sebanyak 0,0 tanpa pengobatan sebanyak 12,5 dengan jumlah
total anak sebanyak 133. Untuk jenis kelamin perempuan persentase anak-
anak dengan diare untuk siapa saran atau pengobatan dicari dari fasilitas
atau penyedia kesehatan sebanyak 60,1. Untuk pengobatan cairan oralit
sebesar 27,6. Larutan gula garam yang dibuat sendiri sebanyak 15,4. Oralit
atau LGG sebanyak 34,1. Pengobatan lainnya dengan cara minum lebih
banyak sejumlah 46,7 oralit atau minum lebih banyak 61,5 obat antibiotic
sebanyak 1,5 obat anti motility sebanyak 2,0 seng sebanyak 45,5 perawatan
dirumah sebanyak 41,4. Oralit dan seng sebanyak 13,7 tidak terjawab
sebanyak 1,5 tanpa pengobatan sebanyak 16,1 dengan jumlah total anak
sebanyak 115.
3. Jenis diare
Berdasarkan tabel diatas, jenis diare terbagi menjadi 2 yaitu diare
tanpa darah dan diare ada darah. Untuk diare tanpa darah persentase anak-
anak dengan diare untuk siapa saran atau pengobatan dicari dari fasilitas
atau penyedia kesehatan sebanyak 55,4. Untuk pengobatan cairan oralit
sebesar 28,0. Larutan gula garam yang dibuat sendiri sebanyak 16,8. Oralit
atau LGG sebanyak 34,3. Pengobatan lainnya dengan cara minum lebih
banyak sejumlah 45,7 oralit atau minum lebih banyak 60,1 obat antibiotic
sebanyak 3,5 obat anti motility sebanyak 1,6 seng sebanyak 35,6 perawatan
64
dirumah sebanyak 41,3. Oralit dan seng sebanyak 12,7 tidak terjawab
sebanyak 0,7 tanpa pengobatan sebanyak 14,8 dengan jumlah total anak
sebanyak 237. Jenis diare ada darah persentase anak-anak dengan diare
untuk siapa saran atau pengobatan dicari dari fasilitas atau penyedia
kesehatan sebanyak 78,9. Untuk pengobatan cairan oralit sebesar 37,9.
Larutan gula garam yang dibuat sendiri sebanyak 15,9. Oralit atau LGG
sebanyak 37,9. Pengobatan lainnya dengan cara minum lebih banyak
sejumlah 80,8 oralit atau minum lebih banyak 80,8 obat antibiotic
sebanyak 0,0 obat anti motility sebanyak 22,0 seng sebanyak 78,9
perawatan dirumah sebanyak 19,2. Oralit dan seng sebanyak 37,9 tidak
terjawab sebanyak 0,0 tanpa pengobatan sebanyak 17,4 dengan jumlah
total anak sebanyak 152.
4. Daerah tempat tinggal
Berdasarkan tabel diatas, daerah tempat tinggal dibagi menjadi
daerah perkotaan dan daerah pedesaan. Untuk daerah perkotaan persentase
anak-anak dengan diare untuk siapa saran atau pengobatan dicari dari
fasilitas atau penyedia kesehatan sebanyak 47,5. Untuk pengobatan cairan
oralit sebesar 24,7. Larutan gula garam yang dibuat sendiri sebanyak 20,8.
Oralit atau LGG sebanyak 35,4. Pengobatan lainnya dengan cara minum
lebih banyak sejumlah 37,1 oralit atau minum lebih banyak 57,0 obat
antibiotic sebanyak 6,613,0 obat anti motility sebanyak 1,9 seng sebanyak
39,6 perawatan dirumah sebanyak 40,9. Oralit dan seng sebanyak 15,6
tidak terjawab sebanyak 1,7 tanpa pengobatan sebanyak 9,1 dengan jumlah
total anak sebanyak 96. Untuk daerah pedesaan persentase anak-anak
dengan diare untuk siapa saran atau pengobatan dicari dari fasilitas atau
penyedia kesehatan sebanyak 62,1. Untuk pengobatan cairan oralit sebesar
30,8. Larutan gula garam yang dibuat sendiri sebanyak 14,1. Oralit atau
LGG sebanyak 33,9. Pengobatan lainnya dengan cara minum lebih banyak
sejumlah 53,5 oralit atau minum lebih banyak 63,5 obat antibiotic
65
sebanyak 1,3 obat anti motility sebanyak 2,8 seng sebanyak 36,0 perawatan
dirumah sebanyak 40,1. Oralit dan seng sebanyak 12,6 tidak terjawab
sebanyak 0,0 tanpa pengobatan sebanyak 17,4 dengan jumlah total anak
sebanyak 151.
5. Pendidikan ibu
Berdasarkan tabel diatas, pendidikan ibu terdiri dari tidak tamat SD
hingga jenjang perguruan tinggi. Untuk ibu yang tidak tamat SD persentase
anak-anak dengan diare untuk siapa saran atau pengobatan dicari dari
fasilitas atau penyedia kesehatan sebanyak 66,2. Untuk pengobatan cairan
oralit sebesar 47,8. Larutan gula garam yang dibuat sendiri sebanyak 32,9.
Oralit atau LGG sebanyak 47,8. Pengobatan lainnya dengan cara minum
lebih banyak sejumlah 50,8 oralit atau minum lebih banyak 66,2 obat
antibiotic sebanyak 0,0 obat anti motility sebanyak 0,0 seng sebanyak 83,1
perawatan dirumah sebanyak 83,1. Oralit dan seng sebanyak 47,8 tidak
terjawab sebanyak 0,0 tanpa pengobatan sebanyak 16,9 dengan jumlah
total anak sebanyak 13.
Pendidikan ibu tamat SD persentase anak-anak dengan diare untuk
siapa saran atau pengobatan dicari dari fasilitas atau penyedia kesehatan
sebanyak 67,8. Untuk pengobatan cairan oralit sebesar 26,5. Larutan gula
garam yang dibuat sendiri sebanyak 17,2. Oralit atau LGG sebanyak 33,7.
Pengobatan lainnya dengan cara minum lebih banyak sejumlah 32,9 oralit
atau minum lebih banyak 49,2 obat antibiotic sebanyak 6,3 obat anti
motility sebanyak 0,0 seng sebanyak 41,4 perawatan dirumah sebanyak
50,6. Oralit dan seng sebanyak 13,5 tidak terjawab sebanyak 0,0 tanpa
pengobatan sebanyak 12,3 dengan jumlah total anak sebanyak 54.
Pendidikan ibu tidak tamat SLTA persentase anak-anak dengan diare
untuk siapa saran atau pengobatan dicari dari fasilitas atau penyedia
kesehatan sebanyak 54,7. Untuk pengobatan cairan oralit sebesar 29,0.
Larutan gula garam yang dibuat sendiri sebanyak 13,5. Oralit atau LGG
66
sebanyak 63,4. Untuk pengobatan cairan oralit sebesar 35,6. Larutan gula
garam yang dibuat sendiri sebanyak 30,0. Oralit atau LGG sebanyak 48,4.
Pengobatan lainnya dengan cara minum lebih banyak sejumlah 53,9 oralit
atau minum lebih banyak 67,6 obat antibiotic sebanyak 0,0 obat anti
motility sebanyak 3,5 seng sebanyak 61,5 perawatan dirumah sebanyak
34,2. Oralit dan seng sebanyak 29,7 tidak terjawab sebanyak 2,6 tanpa
pengobatan sebanyak 6,0 dengan jumlah total anak sebanyak 63.
Golongan atas untuk persentase anak-anak dengan diare untuk siapa
saran atau pengobatan dicari dari fasilitas atau penyedia kesehatan
sebanyak 41,3. Untuk pengobatan cairan oralit sebesar 6,4. Larutan gula
garam yang dibuat sendiri sebanyak 63,1. Oralit atau LGG sebanyak 0,0.
Pengobatan lainnya dengan cara minum lebih banyak sejumlah 0,0 oralit
atau minum lebih banyak 26,2 obat antibiotic sebanyak 40,2 obat anti
motility sebanyak 0,0 seng sebanyak 0,0 perawatan dirumah sebanyak
36,4. Oralit dan seng sebanyak 0,0 tidak terjawab sebanyak 0,0 tanpa
pengobatan sebanyak 21,6 dengan jumlah total anak sebanyak 24.
J. Pemberian Makanan Selama Diare
Diare dapat menyerang siapa saja dan bisa bertahan selama beberapa
hari, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari Makanan untuk diare sangat
berguna dalam membantu meredakan gejala encernya tinja dan frekuensi buang
air besar yang lebih sering dibanding biasanya. Dengan memilih makanan yang
tepat, diare bisa reda dan aktivitas kembali seperti semula.Penyebab diare ada
bermacam-macam, namun yang paling sering terjadi adalah kebiasaan buruk
yang kita lakukan, seperti mengonsumsi makanan yang tidak bersih dan
malas mencuci tangan. Hal ini membuat usus mengalami infeksi akibat virus,
bakteri, atau parasit yang masuk ke dalam perut sehingga tubuh terserang diare.
Diare juga dapat disebabkan oleh obat-obatan, intoleransi terhadap makanan
tertentu, keracunan makanan, dan kondisi peradangan pada usus
69
2. Jenis kelamin
Laki-laki 47,5 47,9 2,9 0,0 1,7 0,0 100,0 7,9 41,9 35,4 6,3 3,1 5,4 0,0 100,0 42,9 55,9 133
Perempuan 46,7 44,9 8,4 0,0 0,0 0,0 100,0 5,0 33,9 52,0 5,6 0,0 3,4 0,0 100,0 43,1 56,4 115
4. Status menyusui
Menyusui 32,8 61,4 4,0 0,0 1,8 0,0 100,0 1,8 40,6 38,5 6,9 3,3 8,9 0,0 100,0 26,1 41,0 125
Tidak menyusui 61,7 31,4 6,9 0,0 0,0 0,0 100,0 11,4 35,7 47,8 5,1 0,0 0,0 0,0 100,0 60,1 71,5 123
6. Pendidikan ibu
Tidak tamat SD * * * * * * * * * * * * * * * * * 13
Tamat SD (32,9) (62,9) (0,0) (0,0) (4,1) (0,0) (100,0) (4,2) (26,4) (57,7) (8,1) (3,6) (0,0) (0,0) (100,0) (28,9) (45,1) 54
Tidak tamat SLTA 52,0 42,2 5,7 0,0 0,0 0,0 100,0 6,4 40,7 42,9 6,1 2,2 1,7 0,0 100,0 48,0 60,9 101
Tamat SLTA (48,0) (43,7) (8,3) (0,0) (0,0) (0,0) (100,0) (9,0) (45,6) (31,1) (0,0) (0,0) (14,3) (0,0) (100,0) (44,9) (58,1) 66
Perguruan tinggi * * * * * * * * * * * * * * * * * 13
7. Kuintil kekayaan
Terbawah * * * * * * * * * * * * * * * * * 31
Menengah bawah * * * * * * * * * * * * * * * * * 49
Menengah (51,1) (46,9) (2,0) (0,0) (0,0) (0,0) (100,0) (8,3) (32,6) (46,3) (0,0) (5,3) (7,5) (0,0) (100,0) (51,1) (62,8) 78
Menengah atas (53,9) (37,4) (8,6) (0,0) (0,0) (0,0) (100,0) (9,2) (43,8) (41,4) (2,9) (0,0) (2,6) (0,0) (100,0) (51,0) (62,1) 65
Teratas * * * * * * * * * * * * * * * * * 24
Jumlah 47,1 46,5 5,5 0,0 0,9 0,0 100,0 6,6 38,2 43,1 6,0 1,7 4,5 0,0 100,0 43,0 56,1 247
tidak tidak ada, dan 5,4 tidak diberi makan. Total Presentase yang diberi
minum lebih banyak dan makanan dilanjutkan sebesar 42,9% dan
presentase makan yang dilanjutkan dan diberi oralite dan atau minum
lebih banyak sebesar 55,9% dengan Jumlah balita perempuan yang
terkena diare sebanyak 133 balita.
3. Adanya darah dikotoran
Dilihat dari aspek keberadaan darah pada kotoran, didapatkan data
yang menunjukan adanya keberadaan darah saat diare pada anak-anak
yang disurvei sebanyak 10 anak, akan tetapi dalam penanganannya, tidak
ditemukan data yang menunjukan adanya perlakuan guna mengatasi hal
tersebut. Penangan justru dapat dilihat pada anak-anak yang tidak terdapat
darah saat diare. Penanganan tertinggi dari segi pemberian cairan terdapat
47,7% penderita diare diberikan perlakuan berupa dengan pemberian
makanan yang seperti biasa, bila dilihat dari segi pemberian makanan
presentase tertinggi berada diangka 40,6% yakni pada anak yang diberi
penguruangan pada makanan yang diberikan. Dan dari segi penanganan
terdapat 41,4% anak-anak penderita diare diberi perlakuan memberikan
air minum yang lebih banyak dari biasanya, 55,1% diberikan oralit
setalah makan dan diberi minum.
4. Status menyesui
Terbagi menjadi dua kelompok yakni kelompok anak yang
menysusi dan tidak menyusui. Dari data anak yang menyusui, terdapat
125 anak balita yang mengalami diare, dengan perlakuan yang beragam.
Perlakuan terdiri atas berbagai macam yakni dari segi pemberian cairan,
makanan, minuman, dan pemberian oralit. Dapat diketahui bahwa
kelompok balita menyusi yang diberikan perlakuan pemberian cairan
seperti biasa berada di tingkat persentase tertinggi yakni berada di nilai
61,4% anak, dan bila dilihat dari aspek pemberian makanan angaka
persentase tertinggia ada pada kelompok anak- anak menyusui diberi
72
1. UKBM
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa sumber saran atau
pengobatan anak diare pada UKBM (Usaha Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat). Tidak ada anak diare yang mendapat sumber saran atau
pengobatan dari puskesmas, tidak ada anak diare yang dibawa kefasilitas
kesehatan dan tenaga kerja UKBM dan tidak ada balita diare yang diberi
oralit di UKBM. Posyandu dan Poskeddes merupakan contoh dari
UKBM.
2. Sektor Pemerintah
Dari tabel tersebut dapat diketahui presentase anak diare yang
mendapat sumber saran atau pengobatan dari sektor pemerintah sebesar
24,8%, anak diare yang dibawa ke fasilitas atau tenaga kesehatan sektor
pemerintah sebesar 31,9%, dan balita diare yang diberi oralit oleh sektor
pemerintah sebesar 30,8% tetapi angka ini berdasarkan pada 25-49 kasus
yang tidak tertimbang. Pada sektor pemerintah presentase anak diare yang
mendapat sumber saran atau pengobatan paling banyak yaitu dari
Puskesmas sebanyak 17%, diikuti dengan Bidan sebanyak 2% lalu paling
kecil pada klinik pemerintah sebesar 0,8%. Presentase anak diare yang
dibawa ke fasilitas atau tenaga kesehatan paling banyak yaitu dibawa ke
Puskesmas sebanyak 21,8 % lalu diikuti dengan bidan sebanyak 2,6%,
dan presentase paling kecil ada pada klinik pemerintah yaitu sebesar 1%.
Presentase balita diare yang diberi oralit paling banyak yaitu diberikan
dari puskesmas sebesar 30,8% lalu diikuti dengan klinik pemerintah
sebesar 2,8%, bidan tidak memberikan oralit kepada balita diare, angka
ini berdasarkan pada 25-49 kasus yang tidak tertimbang.
3. Sektor Swasta
Dari tabel tersebut dapat diketahui presentase anak diare yang
mendapat sumber saran atau pengobatan dari sektor swasta sebesar
44,8%, anak diare yang dibawa ke fasilitas atau tenaga kesehatan sektor
77
swasta sebesar 57,7%, dan balita diare yang diberi oralit oleh sektor
swasta sebesar 51,1% tetapi angka ini berdasarkan pada 25-49 kasus yang
tidak tertimbang. Pada sektor swasta presentase anak diare yang
mendapat sumber saran atau pengobatan paling banyak yaitu dari praktik
bidan sebanyak 20,6%, diikuti dengan Apotik sebanyak 10,5% lalu paling
kecil pada rumah sakit swasta sebesar 2,5%. Presentase anak diare yang
dibawa ke fasilitas atau tenaga kesehatan paling banyak yaitu dibawa ke
praktik bidan sebanyak 26,5 % lalu diikuti dengan apotik sebanyak
13,4%, dan presentase paling kecil ada pada rumah sakit swasta yaitu
sebesar 3,2%. Presentase balita diare yang diberi oralit paling banyak
yaitu diberikan dari praktik bidan sebesar 20% lalu diikuti dengan apotik
sebesar 8,8%, dan presentase paling kecil yaitu diberikan dari klinik
swasta sebesar 2,5%, angka ini berdasarkan pada 25-49 kasus yang tidak
tertimbang.
4. Sektor Swasta Lainnya
Dari tabel tersebut dapat diketahui presentase anak diare yang
mendapat sumber saran atau pengobatan dari sektor swasta lainnya
sebesar 5,9%, anak diare yang dibawa ke fasilitas atau tenaga kesehatan
sektor swasta lainnya sebesar 7,6%, dan balita diare yang diberi oralit
oleh sektor swasta lainnya sebesar 2,5% tetapi angka ini berdasarkan pada
25-49 kasus yang tidak tertimbang. Pada sektor swasta lainnya presentase
anak diare yang mendapat sumber saran atau pengobatan paling banyak
yaitu dari sumber pelayanan lainnya sebanyak 5,8%, diikuti dengan
warung/toko sebesar 5% lalu paling kecil pada dukun/paraji sebesar
0,9%. Presentase anak diare yang dibawa ke fasilitas atau tenaga
kesehatan paling banyak yaitu dibawa ke sumber pelayanan lainnya
sebanyak 7,4% lalu diikuti dengan warung/toko sebanyak 6,5%, dan
presentase paling kecil ada pada dukun/paraji yaitu sebesar 1,1%.
Presentase balita diare yang diberi oralit paling banyak yaitu diberikan
78
1. Umur
15-19 * 26
20-24 92,2 362
25-34 96,4 919
35-49 98,3 555
3. Pendidikan ibu
Tidak sekolah * 3
Tidak tamat SD (86,6) 57
Tamat SD 93,7 413
Tidak tamat SLTA 95,8 690
Tamat SLTA 97,5 499
Perguruan tinggi 99,2 199
4. Kuintil kekayaan
Terbawah 90,2 236
Menengah bawah 95,7 408
Menengah 94,6 491
Menengah atas 98,7 425
Teratas 98,8 301
Berdasarkan tabel 4.13 presentase wanita yang mengetahui tentang paket oralit
menurut karakteristik latar belakang.
1. Umur
Dapat diketahui dari tabel tersebut bahwa presentase wanita yang
mengetahui tentang paket oralit terbesar menurut umur yaitu pada wanita
yang berumur 35 – 49 tahun sebesar 98,3% dari jumlah total 555 orang.
Wanita berumur 25 – 34 tahun dengan presentase 96,4% dari 999 orang.
Wanita berumur 20 – 24 tahun dengan presentase 92,2% dari 362
orang.Presentase wanita dengan pengetahuan tentang paket oralit terkecil
yaitu pada umur 15 - 19 tahun sebesar 0% dari 26 orang.
2. Daerah Tempat Tinggal
Dapat diketahui dari tabel bahwa presentase perbandingan antara
wanita yang mengetahui tentang paket oralit di daerah perkotaan dan di
pedesaan.Presentase wanita yang bertempat tinggal di perkotaanyang
mengetahui tentang paket oralit sebesar 96% dari 803 orang sedangkan
yang bertempat tinggal di pedesaan yaitu sebesar 95,8% dari 1.058 orang.
Dari hasil tersebut didapat presentase terbesar adalah dariibu yang
bertempat tinggal di perkotaan yaitu sebesar 771 orang.
3. Pendidikan ibu
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa presentase wanita yang
mengetahui tentang paket oralit terbesar adalah tamatan perguruan tinggi
sebesar 99,2% dari 199 orang. Jumlah presentase terbesar kedua adalah
97,5% dari 499 orang yaitu tamatan SLTA sedangkan wanita yang tidak
tamat SLTA, tamat SD, dan tidak tamat SD memiliki presentase sebesar
95,8% dari 690 orang, 93,7% dari 413 orang, dan 86,6% dari 57 orang.
Terdapat jumlah persentase terkecil yaitu ketika ibu tidak sekolah yaitu
sebesar 0% dari 3 orang.
81
4. Kuintil Kekayaan
Dapat diketahui dari tabel tersebut bahwa presentase wanita yang
mengetahui pengetahuan tentang paket oralit terbesar yaitu pada keluarga
yang memiliki kuintil kekayaan teratas yaitu sebesar 98,8% dari 301 orang.
Presentase paling kecil yaitu ada pada keluarga terbawah sebesar 90,2%
dari 236 anak. Jumlah presentase pada keluarga menengah bawah,
menengah dan menengah atas adalah 95,7% dari 408 orang, 94,6% dari
491 orang, dan 98,7% dari 425 orang.
M. Pembuangan Tinja Anak
Tinja adalah buangan sisa makanan yang tidak dicerna dan diserap tubuh.
Selain itu, terdapat pula sisa cairan tubuh yang digunakan untuk pencernaan
makanan dan pelepasan komponen saluran tubuh yang sudah tua, serta
komponen tubuh yang dilepaskan akibat penyakit tertentu. Oleh karena itu,
pemeriksaan tinja dapat digunakan untuk mendeteksi berbagai penyakit yang
terkait saluran cerna. Kerap kali pendistribusian tinja sembarangan, ke sungai
misalnya dapat mencemarkan sungai sedangkan sungai tersebut merupakan
sumber mata air yang digunakan sehari-hari sehingga hal ini dapat
menyebabkan penyakit, diare contohnya.
82
Persentase
No.
Selalu Dibuang/ Dibuang/ Dibuang ke Tidak pembuangan
Karakteristik menggunakan disiram ke disiram ke tempat diapa- Tidak tinja balita
latar belakang jamban jamban Ditimbun selokan sampah Dikubur apakan Lainnya terjawab Jumlah yang aman1 Jumlah ibu
2. Fasilitas jamban2
Sendiri - dengan tangki
septik
11,7 55,2 2,8 7,8 21,3 0,3 0,0 0,6 0,2 100,0 69,7 624
Sendiri - tanpa tangki
septik
(24,9) (53,8) (3,8) (10,6) (6,9) (0,0) (0,0) (0,0) (0,0) (100,0) (82,5) 60
Jamban bersama * * * * * * * * * * * 42
Jamban cemplung * * * * * * * * * * * 21
Halaman/ hutan * * * * * * * * * * * 3
Sungai/kolam/dan anak
sungai
* * * * * * * * * * * 42
4. Pendidikan ibu
Tidak tamat SD * * * * * * * * * * * 14
Tamat SD 16,0 51,4 2,3 15,1 14,0 1,3 0,0 0,0 0,0 100,0 69,7 165
Tidak tamat SLTA 11,6 52,3 3,4 12,1 18,3 0,0 0,0 2,4 0,0 100,0 67,2 289
Tamat SLTA 13,5 52,7 3,5 7,5 22,1 0,0 0,0 0,0 0,7 100,0 69,7 222
Perguruan tinggi 7,3 55,2 0,0 3,7 32,2 0,0 0,0 1,5 0,0 100,0 62,5 103
5. Kuintilkekayaan
Terbawah 13,5 45,2 5,8 21,0 10,4 2,0 0,0 2,0 0,0 100,0 64,5 103
Menengah bawah 15,6 51,1 2,5 12,7 16,5 0,0 0,0 1,5 0,0 100,0 69,2 155
Menengah 14,8 57,1 2,7 8,1 17,2 0,0 0,0 0,0 0,0 100,0 74,7 218
Menengah atas 9,7 51,3 4,2 8,5 23,4 0,0 0,0 2,1 0,8 100,0 65,2 186
Teratas 8,2 53,0 0,0 7,6 31,2 0,0 0,0 0,0 0,0 100,0 61,2 132
Jumlah 12,5 52,3 3,0 10,7 20,0 0,3 0,0 1,1 0,2 100,0 67,8 793
1. Umur anak
Berdasarkan tabel, persentase tertinggi pembuangan tinja anak yang
aman berdasarkan usia anak dalam bulan adalah ketika anak berusia 0-1
bulan. Persentase tertinggi ini sebesar 83,0%. Persentase terendah adalah
ketika anak berusia 2-3 bulan,dengan persentase sebesar 43,3%.
2. Fasilitas Jamban
Berdasarkan tabel, seluruh keluarga rumah tangga yang di data
sudah memiliki jamban sendiri. Rumah tangga yang menggunakan
jamban dengan septic tank memiliki persentase sebesar69,7%. Rumah
tangga yang menggunakan jamban tanpa septic tank memiliki persentase
sebesar 82,5%.
3. Daerah Tempat Tinggal
Berdasarkan tabel, rumah tangga yg tinggal di daerah perkotaan
memiliki kesadaran lebih tinggi akan penggunaan jamban dibandingkan
rumah tangga pedesaan. Pada rumah tangga perkotaan sebanyak 69,2%
pembuangan tinja balita sudah aman. Pada daerah pedesaan pembuangan
tinja balita yang sudah aman adalah sebesar 66,7%.
4. Pendidikan Ibu
Berdasarkan tabel, pendidikan ibu mempengaruhi presentasi
pembuangan tinja balita yang aman. Pada pendidikan ibu tamat SD
lumayan banyak yang membuang tinja balitanya ke selokan, yaitu sebesar
15,1%. Pada pendidikan ibu yang telah lulus perguruan tinggi, memiliki
tingkat kesadaran yang cukup besar, yaitu hanya 3,7% yang membuang
tinja balitanya ke selokan.
5. Kuintil Kekayaan
Berdasarkan tabel, kuintil Kekayaan rumah tangga mempengaruhi
presentasi pembuangan tinja balita yang aman. Pada kuintil Kekayaan
terendah terdapat sebesar 21,0% yang membuang tinja balitanya ke
84
V. REKOMENDASI
85
86
Peraturan Menteri Kesehatan juga sudah mengatur hal ini yaitu pada Peraturan
Menteri Kesehatan No. 2 Tahun 2019 tentang Petunjuk Operasional
Penggunaan Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Kesehatan, salah satunya yaitu
menyediakan peralatan pendukung imunisasi di puskesmas, hal ini juga kami
rekomendasikan supaya masyarakat tidak kebingungan akan melakukan
imunisasi dimana, tidak harus ke dokter spesialis anak.
3. Pengawasan Pada Bidang Kesehatan
Rekomendasi selanjutnya yaitu berkaitan dengan tenaga pengawasan di
bidang kesehatan, pemerintah daerah supaya lebih menegaskan agar tidak
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan di bidang kesehatan terjadi. Hal ini
berkaitan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10 Tahun 2018 tentang
pengawasan di bidang kesehatan menurut Bab 1 Pasal 1 pengawasan di bidang
kesehatan adalah kegiatan mengawasi dan menegakkan pelaksanaan peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan. Tenaga pengawasan di bidang
kesehatan seharusnya diberi pelatihan secara intensif dan memenuhi syarat
yang disebutkan pada Pasal 10 ayat (1).
Ketiga rekomendasi tersebut diberikan supaya Provinsi Jawa Tengah
dalam bidang kesehatan bisa menjadi lebih baik lagi dengan mengevaluasi hasil
analisis data survey yang didapat. Fasilitas kesehatan bagi masyarakat juga bisa
lebih meningkatkan kualitasnya dan semakin diperhatikan oleh pemerintah
daerah yang ada. Pemerintah daerah juga selalu bisa mendukung
keberlangsungan fasilitas kesehatan yang ada pada daerah/wilayah tertentu.
DAFTAR PUSTAKA