Perang Suriah yang terjadi merupakan fenomena kompleks antar aktor-aktor yang
oposisi kepada pemerintahan Bashar al-Assad membuat kekacauan menjadi semakin tidak
terkontrol akibat adanya korban jiwa atas penembakan senjata oleh pihak pemerintah.
Adanya peran dari negara-negara besar, Amerika Serikat dan Rusia menjadikan
bersenjata dan masuknya persenjataan yang berasal dari industri militer negara Amerika
Latar Belakang
Perang merupakan hal yang paling di hindarkan bagi setiap negara untuk terjadi di
zaman modern ini. Dimana ke khawatiran setiap negara akan timbulnya perang semakin tinggi
apabila telah terjadi chaos didalam negeri nya sendiri. Tetapi ada kalanya perang menjadi
menandakan bahwa adanya hubungan antara ekonomi dan pasar dengan perang menjadi tren
tersendiri bagi negara-negara maju. Ekspor senjata dari produsen senjata dari negara-negara
besar yang menjadi penyuplai utama persenjataan, memudahkan barang tersebut untuk masuk
ke wilayah negara yang berkonflik. Suriah menjadi tempat bagi negara-negara besar untuk
mempengaruhi aktor-aktor yang ada di negara tersebut untuk saling menciptakan konflik yang
tak ada hentinya. Adanya saling ketergantungan dan menguntungkan serta kebutuhan perlu
mengambil tindakan yang cepat apabila konflik telah terjadi di wilayah tersebut. Kebijakan
luar negeri negara-negara yang akan menunjukkan bagaimana negara negara tersebut
Konflik di Suriah merupakan rencana dari negara-negara yang memiliki modal dalam
penjualan senjata (produsen) untuk menginginkan sebuah keuntungan dari terjadinya perang
tersebut. Perang sipil bersenjata di Suriah merupakan fakta yang terjadi atas perkembangan
dari industri militer. Amerika Serikat maupun Rusia dalam hal ini menjadi aktor ketiga setelah
sebuah alat bagi kepentingan negara-negara besar sebagai tempat menunjukkan bahwa
kompleks industri militer dapat menjadi dasar kepentingan ekonomi maupun kepentingan
PEMBAHASAN
Perang di suatu negara antara pemerintah dan warga sipil tidak lepas adanya kontribusi
dari negara-negara besar yang ikut berperan dalam perkembangannya. Negara-negara besar
yang berperan tersebut antaralain adalaah Amerika Serikat dan Rusia. Dari kedua negara
tersebut ternyata memiliki keterlibatan dalam perang sipil di Suriah. Keterlibatan mereka
dalam konflik memiliki peran masing-masing bagi keduanya. Kepentingan kedua negara dalam
menjalankan Military Industrial Complex atau Kompleks Industri Militer ini telah mengarah
kepada perjuangan dari kepentingan nasional mereka masing masing. Hal ini sudah terlihat
dengan adanya perkembangan teknologi militer, keterlibatan peran dari biroktrat militer yang
kepemilikan dalam setiap pengambilan keputusan belanja militer mereka telah membuat
kebijakan pemerintah mendapatkan keuntungan dalam sektor pertahanan hingga sektor
militer kedalam sebuah hubungan yang erat dan saling menguntungkan satu sama lain. Military
Industrial Complex atau MIC lebih bertujuan dalam membuat sebuah ancaman keamanan pada
suatu negara, dengan menggunakan perkembangan teknologi senjata dari industri militer.
Dalam sebuah buku Llyod Jensen yang berjudul Explaining Foreign Policy menyatakan bahwa
Military Industrial Complex ada pada tahun 1957 oleh seorang ahli sosiologi yaitu C. Wright
Mills yang mempublikasikan karya ilmiahnya tentang panggilan atau julukan terhadap
kekuatan elit. Kekuatan elit menurut Mills terdapat tiga kelompok yang ikut terlibat dalam
menjaga pengeluaran besar tentara diantaranya militer, bisnis dan kepemimpinan politik (Mills,
Wright 1998). Seperti dalam pidato Einshower, Presiden Amerika Serikat ke-34 pada 17
Januari 1961 mengatakan bahwa kekayaan dan kekuatan militer bagi negara yang bebas
merupakan hal penting untuk melindungi dan memupuk kebebasan (Smart, Barry 2016).
merubah komponen dan unsur-unsur dari MIC hampir secara keseluruhan, tetapi tetap ada
perubahan dalam sebuah dampak yang mempengaruhi langsung. Dalam setiap perang sipil
disetiap negara pasti memiliki keterlibatan dari pemerintahan yang mengarah ke arah sektor
pereokonomian. Sehingga, perkembangan dari MIC tiap tahunya akan terus mengalami
peningkatan yang signifikan selama konflik terus menerus dan akan adanya kepentingan
Negara dalam pemasokan atau perdagangan senjata militer. Peningkatan permintaan dari
konsumen membuat teknologi ini akan terus berevolusi untuk mencapai kepuasan atau sesuai
kebutuhan yang akan digunakan. Sehingga akan memunculkan daya pacu untuk terus
berperang, selama keterlibatan dari negara-negara besar masih aktif. Hal ini membuat pengauh
dari MIC yang akan terus memberikan gesekan senjata dan bukan menjadi solutor di kawasan
Suriah.
Berdasarkan data yang didapat dari SIPRI, perusahaan terbesar yang bergerak dalam
tersebut adalah Boeing, Lockheed Martin Corp., Northrop Gruman Crop., dan Raytheon.
Perusahaan itu pada tahun 2002 mendapatkan keuntungan lebih dari 500 juta dollar namun
setelah setaun kemudian keuntungan mereka mencapai kisaran 700 juta dikarenakan deklarasi
yang di buat oleh President Bush mengenai War On Terrorism (SIPRI 2015). Keuntungan yang
melesat tinggi dengan adanya peperangan di Kawasan Timur Tengah ini. Keberpihakan dari
Amerika Serikat dalam kebijakan luar negerinya yang melakukan intervensi ke negara Suriah
di tahun 2011 membuat Amerika leluasa dalam memasok senjata kepada yang membutuhkan.
Kepentingan dari para produsen yang memiliki kebijakan dalam menjual senjatanya, meraup
untung yang sangat besar. Hal tersebut efek dari adanya sinergi antara aktor konflik dan
produsen militer. Namun dibalik keuntungan yang besar bagi para produsen, disisi lain ada
penduduk sipil disana yang sangat menderita dari dampak kebijakan penjualan senjata,
Kehadiran Amerika Serikat di Suriah bukanlah suatu kebetulan belaka saja, dimana Amerika
Serikat bersimapati atas kejadian yang terjadi oleh masyarakat atau penduduk sipil Suriah,
Lebih dari itu, ternyata kepentingan sesungguhnya yang Amerika serikat inginkan yaitu dengan
Pemanfaatna sumber daya alam pada saat terjadinya revolusi mesir, hal ini merupakan sebuah
momentum yang besar dalam pemanfaatan sumber daya alam. Kepentingan negara Amerika
Serikat menjadi penting ketika telah tercapainya kepentingan Politik dan Ekonomi.
Dalam segi kepentingan politik terlihat jelas bahwa Amerika Serikat mendukung akan
geakan-gerakan yang dilakukan oleh individu dan kelompok oposisi, yaitu FSA dan SNC.
Keinginan menggulingkan dari pihak oposisi terhadap rezim pemerintahan Assad. Didukung
penuh oleh Amerika Serikat sehingga membuat langkah-langkah dan berbagai tindakan .
Dalam menggulingkan rezim Assad, menciptakan berbagai langkah atau seperangkat tindakan
dan cara telah dilakukan oleh Amerika Serikat demi memperoleh pengaruh di Suriah.
Pandangan Amerika Serikat dalam mendukung FSA dan SNC keduanya dianggap sebagai
kelompok yang berpotensi besar untuk mempengaruhi kondisi internal perpolitikan Suriah (
Bahar 2019 ). Dua kelompok tersebut membuka keterlibatan asing di Suriah karena sebagian
besar anggota SNC berdomisili di luar Suriah, sehingga dapat dilihat dari sudut pandang
internasional keduanya tidak dapat dinilai sebagai kelompok ekstrimis ataupun terroris yang
mana nantinya tidak akan membahayakan agenda Amerika Serikat dan Eropa di Suriah.
Dengan melihat hal tersebut kemungkinan mendapatkan peluang dukungan dari berbagai
Unsur yang paling mempengaruhi kondisi suatu negara adalah warga negara itu
sendiri, dimana warga negara dapat mempengaruhi arah kebijakan atau keberlangsungan rezim
yang ada di negaranya dan pengaruh bisa kuat apabila setiap kelompok bersatu dalam kekuatan
yang kolektif. Disinilah SNC dan FSA beraliansi sesuai dorongan Amerika Serikat, Inggris,
Perancis dan negara Arab serta negara Eropa lainnya. Hal ini dapat dilihat sebagai sebuah
skenario yang sangat besar dalam menciptakan pengaruh di Suriah dengan modus yang
diterapkan di Irak yang didasarkan pada banyaknya kesamaan antara konflik Irak dengan
Suriah.
Dukungan terhadap kedua kelompok oposisi tersebut merupakan suatu instrument atau
alat untuk mencapai kepentingan politik yang ingin dicapai Amerika Serikat, sehingga dapat
membuka gerbang baru dengan tujuan-tujuan agenda baru Amerika Serikat di Suriah dan
negara-negara Timur Tengah lainnya. Tujuan relatifnya yaitu mengejar perekonomian yang
berkaitan dengan sumber daya alam (bahan mentah) dan dari segi keamanan dapat melakukan
menyediakan kemampuan militer yang mempuni seperti senjata, amunisi, kendaraan tempur,
miliki Assad, yang mana dipasok oleh Iran dan Rusia. Selain itu dalam diplomasi Amerika
Serikat melakukan pengaruh terhadap negara lain dengan pembentukan sebuah opini publik
yang mendorong terbentuknya “Friend of Syria” yang merupakan sebuah kumpulan negara-
negara yang memiliki kemampuan untuk mendukung oposisi dalam perundingan internasional
sehingga masa depan Suriah dapat dikuasai sesuai keinginan Amerika Serikat. (Bahar,Zulman,
Dilihat dari konsep yang diajukan Holsti kondisi yang terjadi di Suriah terdapat tiga
aspek untuk menjalakan setiap pengaruhnya. Pertama, adanya aspek tindakan, yang dapat
mempengaruhi negara atau kelompok lain. Hal ini telah terwujud dengan bantuan dan
dukungan yang diberikan oleh Amerika Serikat terhadap FSA berupa pendanaan, pelatihan,
informasi intelijen, suplai peralatan dan kelengkapan militer untuk berperang. Kedua, aspek
sumber, yang digunakan untuk memberikan pengaruh terhadap kekuatan militer yang lebih
kuat dibandingkan negara-negara lain serta memiliki pengaruh yang kuat dalam lobby terhaap
negara-negara sekutunya untuk terlibat di Suriah, keberadaan negara sekutu yang banyak
memili kemampuan dalam menunjang tercapainya tujuan Amerika Serikat di Suriah, karena
kemampuan tersebut telah dimobilisasi ke dalam golongan sumber daya. Ketiga, aspek
tanggapan yang mana telah mendapatkan dukungan penuh dari pihak FSA tetapi semua bentuk
bantuan tidak keseluruhan dapat diterima oleh rakyat Suriah dalam mendukung hal tersebut.
Ada pula tanggapan dari dunia internasional antara lain dukungan yang muncul dari Eropa dan
sekutu Arab, namun seperti sebelumnya terdapat penolakan dari pihak yang bertentangan
diantaranya negara Rusia, Iran dan China. Dilihat dari hal tersebut Amerika Serikat secara
keseluruhan belum mencapai pengaruh (kendalinya) terhadap Suriah. Bantuan yang diberikan
oleh Amerika Serikat terhadap Suriah ini ternyata belum bisa memback-up pihak oposisi
Pada kepentingan yang lainnya yaitu kepentingan Ekonomi, Amerika Serikat sebagai
negara kapitalis yang sangat maju di sektor indsutri telah menjadi konsumsi bahan bakar fosil
terbesar dunia seperti minyak bumi dan gas. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat
menggambarkan semenanjung Arabia sebagai berikut: “Suatu sumber besar bagi kekuasaan
strategis dan hadiah material terbesar dalam sejarah dunia”. Dalam pandangannya Amerika
Serikat menyadari bahwa persediaan minyak di kawasan tersebut merupakan sarana untuk
Timur Tengah yaitu sebagai penjamin mengontrol keberlangsungan negara Israel. Keberadaan
Israel menyita banyak perhatian dan menguras negara-negara Arab dengan konflik yang selalu
dimunculkan olehnya, sehingga Amerika Serikat dapat selalu hadir dan leluasa ikut terlibat.
Oleh karena itu Amerika Serikat dapat mempertahankan kepentingannya sendiri maupun
kepentingan Israel. Dalam kaitan Amerika Serikat dengan Suriah sebenarnya tidak ada kaitan
secara langsung mengenai kepentingan ekonomi pada sumber daya alam, karena Suriah masih
tergolong kecil dibanding cadangan minyak di Kawasan negara Arab lainnya. Negara kapitalis
seperti Amerika Serikat memiliki pemikiran decision maker, yang mana minyak lebih berharga
jika di banding nyawa manusia. Anggapan tersebut terjadi akibat kebutuhan dalam negeri yang
sangat tinggi akan bahan bakar penggerak industri mereka. Namun di Suriah bukan melihat
dari sisi cadangan minyak dan gas tetapi lebih kepada keberadaan yang strategis sebagai
”Jantung Timur Tengah” dan akan lebih mudah untuk mengontrol Kawasan lainnya apabila
telah dikuasai, karena jalur penghubung minyak dari Negara Irak dan Iran harus melewati
Suriah terlebih dahulu untuk menuju laut Mediterania yang akan di kirim ke benua Eropa dan
telah dikuasai. Pertama, krisis air bersih di negara Israel, Israel diharuskan mencari solusi
dalam hal memenuhi kebutuhan air bersih, yang paling memungkinkan suplai didapat berasal
dari negara Turki. Sebagai negara yang tergolong kaya akan air itu memungkinkan bisa dicapai,
karena Turki merupakan salah satu sekutu Amerika Serikat sehingga dapat mudah untuk di
dikte dalam membantu Israel. Namun yang menjadi masalah adalah saluran air yang harus
melalui negara Suriah terlebih dahulu. Sedangkan Suriah selama ini tidak bersahabat dengan
Israel maupun Amerika Serikat. Sehingga hal ini menjadi sebuah rencana dari alasan
kepentingan ekonomi bagi Amerika Serikat untuk menguasai Suriah agar tujuan tersebut dapat
terpenuhi.
Kedua, Peran sentral Suriah dalam hal pipa gas di Timur Tengah merupakan faktor
kunci sebagai target imperialisme Barat terutama Amerika Serikat. Dimana banyak jalur pipa
minyak dan gas yang harus melalui Negara Suriah dan juga menjadi tempat transit jalur
perdagangan minyak di Kawasan Timur Tengah. Dilihat dari lokasi yang strategis seperti
dataran yang landai menjadikan jalur yang sangat efektif sebagai jalur pipa minyak bumi dan
gas. Keberadaan kerjasama pipa gas antara Iran, Irak dan Suriah sebelumnya akan memberikan
dampak buruk bagi Suriah. Karena penguasaan terhadap Suriah oleh Amerika Serikat
berdampak kepada dua Negara lainnya yaitu Iran dan Irak karena kendali monopoli Amerika
Serikat merusak kerjasama antara ketiga Negara tersebut termasuk dampak terhadap negara
Eropa lainnya.
Ketiga, adanya penemuan sumber energi baru yaitu cekugan mediterania yang
mengandung cadangan gas terbesar didunia. Dari hal tersebut Suriah sudah menjadi satu-
satunya negara yang menjadi produsen minyak dan gas diantara negara-negara pesisir Laut
Mediterania.
Dari tiga alasan tersebut semuanya adalah kepentingan ekonomi yang menjadi motif
atau pola yang dibuat oleh Amerika Serikat dalam mendukung pihak oposisi Suriah. Tuntutan
tiada henti yang dirasakan oleh Amerika Serikat dalam hal kebutuhan sumber daya (minyak
dan gas) membuat sebuah tindakan yang harus maksimal dalam menghadapi setiap konflik
mengenai Suriah ini dan pasti segala cara akan ditempuh agar tidak mengalami kehancuran
bagi ekonomi Amerika Serikat diantranya bidang perindustrian. Sikap yang dilakukan Amerika
Serikat merupakan pilihan paling logis dalam mendukung kelompok oposisi (FSA dan NC)
untuk menjatuhkan atau menggantikan dengan rezim yang baru dan yang lebih kooperatif
Pertentangan antara kelompok oposisi dan pemerintahan Suriah yang terjadi bukan
hanya melibatkan perannan dari Amerika Serikat saja namun peranan Negara Rusia pun ikut
terlibat dalam perang sipil yang terjadi di Suriah dan memberikan dukungan terhadap
pemerintahan Suriah dalam melawan kelompok pemberontak (oposisi) yang didukug oleh
Amerika Serikat, Inggris dan Perancis. Rusia dibawah rezim Vladimir Putin terlihat membantu
pihak pemerintahan Suriah untuk memberikan bantuan dan dukungan militer. Putin pun
menegaskan mendukung penuh terhadap rezim Bashar al Assad yang merupakan pemimpin
sah dan pemerintahan yang legal sehingga mendapatkan dukungan. “Pada Maret 2011 terdapat
pelajar yang berumur 9 tahun hingga 15 tahun menuliskan slogan mengenai anti-pemerintahan
yang berisikan keinginan rakyat untuk menuntut turunnya rezim yang berkuasa. Namun dalam
menyikapi demonstran ini, Suriah melakukan tindakan militer yang berujung pada penekanan
Sebenarnya konflik yang terjadi sudah dari tahun 2001, demonstrasi terhadap
komunikasi masyarakat, dan mencegah pertemuan publik yang dapat mengancam keamanan
dan ketelibatan umum di dalam pemerintahan Suriah. Emergency Law ini sebenarnya telah
diterapkan oleh pemerintahan Hafiz Al-Assad namun karena tidak adanya perubahan yang
signifikan oleh Bashar Al-Assad untuk menjadi lebih demokratis hal tersebut menjadi pemicu
terjadinya demonstrasi.
Diawali pada tanggal 25 maret 2011, demonstrasi di kota Daraa dalam menuntut
menyebar ke kota kota dan pelosok Suriah karena terlibatnya kelompok-kelompok militan dan
pemberontak (BBC 2019). Dari hal teresebut terdapat kelompok-kelompok yang terlibat yaitu
(1) Pendukung Pemerintahan Bashar Al-Assad yaitu Hizbullah dan Islam yang bermahzab
Syiah, (2) Kelompok Opsisi diantaranya Free Syrian Army (FSA), Syrian National Counil
(SNC) dan Syrian National Council for Opposition and Revolutionary Forces (SNCORF), dan
(3) Kelompok jihadis seperti Jabha, al-Nusrah, Liwa’ al-Tauhid, al-Harakah al-Fajr al-
Islamiyah, Ahrar al-Sham kateb, Ahrar Souria, Halab al-Shahba, Dar al-Ummah, Liwa Jaish
Muhammad, Lliwa’ al-Nasr, Liwa’ Dar al-Islam dan ISIS (Wadrianto, Glori 2019).
Dari sisi lain, pihak Rusia telah memberikan bantuan militer. Hal ini diperkuat dengan
adanya hubungan antara pemerintahan Rusia dan Suriah sebelumnya, walaupun Suriah telah
mengalami embargo tapi hal tersebut tidak membuat Rusia menghentikan pasokan senjatanya.
Keterlibatan Rusia dalam perang sipil Suriah membuktikan bahwa ada kerjasama disegi
militer. “Rusia memveto kebijakan dewan keamanan PBB terhadap Suriah yang dianggap
melakukan pelangggaran Hak Asasi Manusia dalam rentang perang sipil yang terjadi di Suriah.
Keputusan Rusia ini juga diikuti oleh China yang bertolak belakang dengan keputusan Amerika
Keterlibatan Rusia dalam perang sipil di Suriah ini memiliki faktor-faktor penting,
dengan adanya peran Rusia yang sudah memliki hubungan bilateral yang dinamis sebelumnya
dengan Suriah, membuat hubungan bilateral tersebut berupa pasokan alat utama sistem senjata
(alutsista). Tindakan tersebut lebih dipergunakan atau mengarah, untuk melawan para
pemberontak dan oposisi. Faktor-faktor yang melatar belakangi Rusia yaitu adanya pemberian
fasilitas militer Rusia terhadap pemerintahan Suriah. Kerjasama fasilitas militer ini dijalin pada
tahun 2012, hal tersebut membuat Rusia menjadi pelindung serta pemasok senjata ke Suriah.
“Rusia ini menjaga pemerintahan al-Assad di Tartus yang merupakan satu-satunya pelabuhan
Mediterania. Ini menunjukkan adanya peranan Rusia dalam membantu pemerintahan Suriah
Dalam penggunaan tersebut menggunakan senjata kimia oleh al-Assad yang membuat
posisi Putin semakin sulit, tetapi tidak masalah selama orang orang Rusia di tanah Suriah tidak
menjadi actor secara langsung dalam tindakan agresif al-Assad. Sehingga Putin akan tetap terus
mendukung Bashar al-Assad di Damaskus. Adanya sebuah tindakan dari Rusia dalam
Putin membuat perubahan besar dalam menyediakan pasukan hingga senjata seperti
halnya (1) memperluas fasilitas pelabuhan Ruisa di pangkalan laut di Tartus dan lapangan
penerbangan di selatan Latkia, (2) menyebarkan 3 hingga 4 Su-27 fighters, 12 Su-24 strike
fighters, 12Su-10 close support fighters, dan pchela-1T UAVs, (3) menyediakan R-166-0,5
HF/VHF sebuah kendaraan komunikasi suara dan data yang tahan lama dan akurat, (4) Senjata
Artileri baru, (5) menyebarkan enam buah tank atau lebih seperti T-90, 35 atau BTR-82A/B,
AFV dengan 30mm cannon turret, (7) menyebarkan prefabricated housing hingga 2000 tentara,
(8) menyebarkan sistem pertahanan udara berbasis SA-22 dan mengerahkan 200 marinir dan
housing sebanyak 1.500 personel dilapangan terbang dekat rumah keluarga al-Assad
(Cordesman).
Faktor lain dari tindakan Rusia pada perang sipil Suriah ditujukan untuk kelompok-
kelompok terorisme yang ada di Suriah seperti al-Qaeda dan ISIS. Putin menyatakan bahwa
sekitar dari 2.000 pejuangnya dari Rusia bekas Uni Soviet berada di wilayah Suriah untuk
lain dalam perang sipil di Suriah ini menimbulkan perkembangan konflik yang semakin parah.
Sebagai contoh sebelumnya Pasalnya al-Qaeda dan ISIS serta ada kelompok lainnya Jabath al-
Nursa dan Omar al-Sishani membuat Putin menunjukkan kemampuannya untuk menghadapi
maupun oposisi dengan mengerahkan militernya tidak lain memiliki alasan utama yang kuat,
“Putin said We act based on the United Nations Charter, i.e. the fundamental
aid, including military assistance, can and must be provided exclusively to the
or upon the decision of the United Nations Security Council.” (RT 2015).
Penekanan yang dilakukan terus digaungkan oleh Rusia untuk upaya melawan para
terorisme di daerah Timur Laut Damaskus, karena telah terkepung dan diberi ultimatum untuk
menerima aturan negara atau segera keluar dari wilayahnya. Upaya yang dilakukan ini
menghasilkan hasil yang signifikan dalam mengurangi para pemberontak dan teroris. Kontrol
penjualan senjata militer menggunakan kebijakan dan kesepakatan antar negara dalam politik
untuk meningkatkan pengaruh negara rusia dan menegaskan dalam upaya tujuan kebijakan
politik luar negerinya. Dari hal tersebut kita dapat melihat bahwa campur tangan Rusia ini
memberi arti yang sebenarnya dalam mempengaruhi permasalahan negara lain dengan
menggunakan instrument penjualan senjata. Dampak yang dapat dilihat dalam pemanfaatan
teknologi militer Rusia di Suriah mendapatkan hasil yang memuaskan bahkan tujuan tujuan
seperti strategi keamanan nasional dari agenda yang dibuat oleh Rusia pun mendapatkan
KESIMPULAN
Perang yang terjadi di Suriah menjadikan sebuah kerugian bagi masyarakat yang berada
di Suriah. Demonstrasi dari masyarakat yang menjadi pemicu perang ini terjadi disesali oleh
pendemo (kelompok demonstran) yang merasa telah melukai negeri sendiri. Disisi lain peran
dari negara besar pun membuat wilayah Suriah ini menjadi sebuah arena untuk pembuktian
Perkembangan teknologi militer dari Amerika Serikat dalam konflik Suriah ini
dalam mensinergikan hubungan pengusaha dan birokrat militer serta pemerintahan Amerika
Serikat menjadi hal yang menakutkan bagi negara-negara di Timur Tengah, karena hal tersebut
(MIC) memberikan dampak yang membahayakan apabila hal tersebut terus berlanjut.
Timur Tengah ini, karena selain dari penjualan senjata, Amerika Serikat pun telah menginvasi
sebagian wilayah di Suriah untuk mengelola minyak dan gas alam yang terkandung di Kawasan
Lain hal dengan Rusia, dukungan yang diberikan kepada pemerintahan Bashar al-Assad
memiliki ciri khas tersendiri, karena sebenarnya bantuan yang di berikan tidak memiliki
kepentingan ekonomi dari pihak negara Rusia. Hal tersebut dibuktikan dari hutang Negara
Suriah yang belum pernah melunasi fasilitas militer yang dipasok oleh Rusia. Oleh karena itu
jelas kepentingan nasional dari negara Rusia adalah ingin menjadikan negaranya focus pada
bergaining power di Kawasan Timur Tengah. Dampak bantuan berupa fasilitas senjata militer
pemberontak di Suriah. Namun Rusia tidak menganggapnya karena hal tersebut aktor
Sehingga melihat dari hal tersebut kepentingan dua negara dalam pandangan kompleks
militer industri ternyata memiliki kepentingan nasional yang memiliki perbedaan pada tujuan
akhirnya. Amerika Serikat lebih mengutamakan untuk keuntungan ekonominya, tetapi disisi
Rusia lebih mementingkan kekuasaan power untuk menjadi lawan Amerika Serikat di Timur
Tengah.
DAFTAR PUSTAKA
“Demonstrasi Suriah Telan Korban Jiwa”. BBC News Indonesia. 9 April 2011. Web. 8 Mei
2019. https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2011/04/110408_syrianrally
Bahar, Zulman. “Dukungan Amerika Serikat Terhadap Kelompok Oposisi Suriah” N.p. n.d.
Web. 7 Mei 2019
Bremmer, Ian. 2018, “Why the Syrian Civil War Is Becoming Even More Complex,” Time.com
(online), http://time.com/5229691/syria-trump-putin-saudi-arabia/ . 3 Mei 2019
C. Wright Mills. The Power Elite (New York: Oxford Unversity Press. 1998)
Cordesman, Anthony H. t.t, “Russia in Syria: Hybrid Political Warfare,” Centert For Strategic
& International Studies (online rev.), https://csis-prod.s3.amazonaws.com/s3fs-
public/legacy_files/files/publication/150922_Cordesman_Russia_Syria_Hybrid_P
olitical_Warfare.pdf . 3 Mei 2019.
RT. 2015, “Assad’s enemies may be portrayed as opposition, but he fights terrorists – Putin,”
RT.com (online), https://www.rt.com/news/316633-putin-interview-syrian-
conflict/. 3 Mei 2019.
Saputra, G. “Keterlibatan Rusia dalam Perang Sipil Suriah Tahun 2011-2016” Jurnal Analisis
Hubungan Internasional. 7.3 (2018): 268-285. Web
SIPRI. 2015. “The SIPRI Top 100 arms-producing and military services companies in the
world (excluding China) in 2015”. Melalui
<https://www.sipri.org/sites/default/files/SIPRI-Top-100-2002-2015.xlsx>
[21/3/2017]
Wajdi, Farid. “Middle East (Timur Tengah)”. FaridWadjdi. 5 Maret 2008. Web. 8 Mei 2019