Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor industri merupakan sektor yang penting sehingga mendapat

perhatian yang serius baik dari pemerintah maupun masyarakat. Industri

merupakan sektor yang strategis dalam pembangunan nasional. Dengan majunya

sektor industri maka semakin memperkuat perekonomian yang juga dapat pula

memperluas lapangan pekerjaan. Luasnya lapangan pekerjaan otomatis dapat

menyerap tenaga kerja yang mampu menaikkan pendapatan dan kesejahteraan

masyarakat. Apalagi bangsa Indonesia pada saat ini sedang melaksanakan

pembangunan disegala bidang secara berencana, menyeluruh terpadu, terarah

bertahap dan berkesinambungan (Wijayanti, 2013).

Proses industrialisasi-modernisasi peran perempuan akan semakin

meningkat. Banyaknya jumlah kaum wanita yang memasuki dunia kerja pada saat

ini menunjukkan keberadaan wanita dalam dunia usaha semakin penting dan

dibutuhkan. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya pengusaha yang

memperkerjakan pekerja wanita dalam perusahaan. Dasar pertimbangannya

adalah kaum wanita lebih teliti, cermat, dan patuh dalam menjalankan

kewajibannya sebagai seorang pekerja (ILO, 2013).

Jumlah tenaga kerja di Indonesia yang tercatat pada 2017 sebanyak 131,55

juta orang, naik sebanyak 6,11 juta orang dibanding 2016, sedangkan penduduk

bekerja di Indonesia pada 2017 tercatat sebanyak 124,54 juta orang, atau naik

sebanyak 6,13 juta orang dibanding 2016. Adapun status pekerjaan utama yang

1
2

terbanyak sebagai buruh/karyawan/pegawai (38,08%), berusaha sendiri (17,55%),

berusaha dibantu buruh (17,09%), dan pekerja keluarga (14,58%).Memasuki era

dimana telah terjadi kemajuan industri yang cukup pesat, banyak wanita yang

bekerja untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga, karena potensi

yang dimiliki oleh kaum wanita juga tidak kalah dibandingkan dengan kaum pria,

baik dari segi intelektual, kemampuan, maupun keterampilan. Hal tersebut dapat

dilihat dari adanya peningkatan partisipasi pekerja wanita pada tahun 2015

sebesar 47,04%, kemudian pada tahun 2016 meningkat menjadi 47,08%, dan

tahun 2017 menjadi 47,94% (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2017).

Fenomena meningkatnya angka tenaga kerja dan pekerja atau buruh

wanita tersebut akan menimbulkan permasalahan resiko terjadinya gangguan

kesehatan yang akan didapat dari lingkungan kerja. Wanita yang bekerja memiliki

resiko lebih tinggi mengalami gangguan kesehatan yang terjadi akibat dari

lingkungan maupun karakteristik jenis pekerjaan nya. Para wanita yang bekerja

sebagai buruh di sektor industri beresiko untuk terpapar zat-zat kimia toksik,

kondisi didalam pabrik seperti panas yang berlebihan, kebisingan, radiasi, stres

pada pekerja wanita yang hamil dan berdiri sepanjang hari dapat berbahaya

terhadap sistem reproduksi manusia, terutama wanita (Hariyanti, 2014).

Secara umum perlindungan yang diberikan terhadap tenaga kerja dan

pekerja atau buruh wanita diarahkan untuk menjamin terlaksananya fungsi

reproduksi secara baik, meningkatkan kesetaraan, menghilangkan prilaku

diskriminasi dan meningkatkan kualitas dalam rangka menjalankan peran, fungsi,

dan tanggung jawabnya di dunia kerja. Upaya perlindungan terhadap tenaga kerja
3

dan pekerja atau buruh wanita,agar mereka dapat melaksanakan perannya secara

maksimal baik sebagai istri, ibu rumah tangga, pekerja atau buruh dan sebagai

anggota masyarakat (Agusminah, 2012).

Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian dari pembangunan nasional

dilaksanakan dalam rangka membangun manusia indonesia yang seutuhnya dan

pembangunan masyarakat indoneisa seluruhnya untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat, khususnya derajat kesehatan pekerja. Pembangunan

ketenagakerjaan harus diatur sebaik mungkin sehingga terpenuhi hak-hak dan

perlindungan yang mendasar bagi tenaga kerja dan pekerja atau buruh pada saat

yang bersamaan dapat mewujudkan kondisi yang kondusif bagi pengembangan

dunia usaha (Ismantoro, 2013).

Permasalahan yang muncul akibat meningkatnya angka pekerja wanita,

mulai dari masalah kesetaraan gender, kesehatan, perlindungan hukum dan upah.

Dokumen pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Indonesia tahun 2000

menjelaskan bahwa bahan-bahan kimia tertentu, kondisi di dalam pabrik seperti

panas yang berlebihan, kebisingan, radiasi, stres pada pekerja wanita yang hamil,

mengangkat barang-barang berat dan berdiri sepanjang hari dapat berbahaya

terhadap sistem reproduksi manusia, dalam hal ini pekerja, baiklaki-

lakimaupunwnita (Suma’mur, 2014).

Menurut Komite Perempuan Industrial Indonesia Council (2014),

perlindungan maternitas dan hak-hak reproduksi buruh perempuan telah menjadi

salah satu isu yang cukup penting dalam gerakan serikat buruh di Indonesia

Perlindungan maternitas terkait erat dengan pemenuhan hak cuti haid dan
4

melahirkan serta penyediaan fasilitas penunjang seperti pojok laktasi dan tempat

penitipan anak, meskipun hokum perburuhan memberikan perlindungan terhadap

pelaksanaan perlindungan maternitas, nyatanya kasus-kasus pelanggaran terhadap

aturan cuti haid dan melahirkan masih kerap terjadi tanpa penyelesaian yang

maksimal. Pengusaha sering kali abai terhadap pelaksanaan undang-undang dan

serikat buruh merasa tugasnya telah selesai setelah menuntaskannya dalam pasal-

pasal terkait cuti haid dan melahirkan dalam Perjanjian Kerja Bersama tanpa

berusaha untuk memeriksa kembali bagaimana pelaksanaan pasal tersebut

terhadap buruh perempuan di tempat kerja. Buruh perempuan yang bekerja

sebagai buruh kontrak dan outsourcing adalah mereka yang paling merasakan

lemahnya pengawasan perlindungan maternitas pada kelompok rentan ini. Mereka

seringkali harus di putus kontrak kerja karena hamil atau melahirkan, sebagian

lagi bahkan harus menandatangani kontrak kerja dengan janji tidak akan menikah

dan hamil selama menjalani kontrak.

Kasus-kasus pelanggaran hak maternitas seringkali tidak tercatat dan

terdokumentasi dengan baik, padahal pemetaan pelanggaran atas hak ini amatlah

diperlukan untuk menentukan arah kebijakan advokasi baik itu melalui Perjanjian

Kerja Bersama dan kampanye perubahan kebijakan nasional yang melemahkan

terlaksananya perlindungan maternitas dan hak-hak reproduksi. Berdasarkan fakta

tersebut, Komite Perempuan Industrial Indonesia Council melakukan survey

terhadap pelaksanaan hak maternitas dan hak-hak reproduksi pada 10 afiliasi

Industrial di Indonesia dengan latar belakang sector usaha yang berbeda-beda

(Komite Perempuan Industrial Indonesia Council, 2014).


5

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan berupaya untuk memberdayakan dan melindungi tenaga

kerja wanita. Dalam pasal 76 – pasal 84 pada undang-undang tersebut juga sudah

di jelaskan kewajiban perusahaan yang harus diberikan kepada pekerja wanita

mulai dari pemberian cuti hamil, melahirkan, haid, nifas, dan menyusui.

Penerapan undang-undang dan kebijakan seringkali tidak dipatuhi dari pengatur,

pembuat, dan pelaksana kebijakan.

Teori Edwards III dalam Misroji (2014) masalah utama kebijakan publik

adalah lack of attention to implementation. Dikatakannya, ―without effective

implementation the decission of policymakers will not be carried otu

successfully”. Ada empat isu pokok agar implementasi kebijakan menjadi efektif,

yaitu communication (komunikasi), resource (sumber daya), disposition or

attitudes (sikap pelaksana), dan bureaucratic structures (struktur birokrasi).

Komunikasi kebijakan berarti proses penyampaian informasi kebijakan

dari pembuat kebijakan (policy maker) kepada pelaksana kebijakan (policy

implementors). Informasi perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan agar pelaku

kebijakan dapat memahami apa yang menjadi isi, tujuan, arah, kelompok sasaran

(target group) kebijakan. Tanpa dukungan sumber daya (manusia) yang cukup,

baik secara kuantitas maupun kualitasnya, maka sebuah implementasi kebijakan

tidak akan berhasil terlaksana dan tercapai tujuannya. Disposisi yang

dimaksudkan Edwads III adalah sikap, yakni para pelaksana kebijakan, yang

sangat berperan dalam upaya keberhasilan implementasi kebijakan sehingga

sesuai dengan dengan tujuan. Struktur birokrasi memiliki tugas-tugas rutin yang
6

dicapai melalui spesialisasi, aturan dan ketentuan yang sangat formal, termasuk

dalam hal implementasi kebijkan (Widodo, 2011).

Menurut hasil penelitian Dellila (2014) didapatkan hasil bahwa menurut

responden PT. APAC INTI CORPORA sudah memiliki kondisi komunikasi baik

(53,85%), sumber daya mencukupi (66,15%), kondisi struktur birokrasi juga baik

(70,77%) dan implementasi program baik (50,77%). Hasil penelitian juga

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan komunikasi dengan implementasi

(p=0,679), sumber daya dengan implementasi (p=0,100) dan struktur birokrasi

dengan implementasi (p=0,106) perlindungan maternitas dan pelayanan kesehatan

reproduksi pada pekerja wanita di PT. APAC INTI CORPORA.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan di PT. Indah Glorymas Indonesia

merupakan salah satu perusahaan milik asing yaitu negara Malaysia yang

bergerak dalam industri Tie Down, Bungee Cord dan Safety Harness yang terbuat

dari plastik dan karet. Hasil produksi tersebut kemudian diekspor ke berbagai

negara. PT.Indah Glorymas Indonesia memilik 321 karyawan, yang terdiri dari 76

karyawan laki-laki dan 245 karyawan wanita. PT. Indah Glorymas Indonesia

sudah memiliki pojok laktasi untuk pekerja wanita yang masih dalam masa

menyusui, angkutan untuk tenaga kerja wanita yang berkerja pada malam hari.

Namun berdasarkan hasil pengamatan awal penelitian diketahui bahwa

perusahaan tidak memiliki klinik perusahaan yang menangani pelayanaan

kesehatan reproduksi dan maternitas bagi tenaga kerja wanita. Berdasarkan hasil

wawancara peneliti dengan pekerja wanita didapatkan hasil bahwa perusahaan

tidak memberikan pelayanan maternitas dan kesehatan reproduksi kepada pekerja


7

wanita seperti tidak adanya cuti kerja pada masa haid bagi wanita dan tidak

adanya perbedaan beban kerja yang diberikan antara pekerja laki-laki dengan

pekerja wanita.

Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor

yang berhubungan dengan implementasi perlindungan maternitas dan pelayanan

kesehatan reproduksi pada pekerja wanita di PT. Indah Glorymas Indonesiatahun

2018.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini ialah mengenai “Faktor Apa Saja yang Berhubungan dengan

Implementasi Perlindungan Maternitas dan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada

Pekerja Wanita di PT. Indah Glorymas Indonesia Tahun 2018?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dalam penelitian ialah untuk menganalisa faktor

yang berhubungan dengan implementasi perlindungan maternitas dan pelayanan

kesehatan reproduksi pada pekerja wanita di PT. Indah Glorymas Indonesia tahun

2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini ialah untuk :

1. Mengetahui hubungan struktur birokrasi dengan implementasi perlindungan

maternitas dan pelayanan kesehatan reproduksi pada pekerja wanita.


8

2. Mengetahui hubungan sumber daya dengan implementasi perlindungan

maternitas dan pelayanan kesehatan reproduksi pada pekerja wanita.

3. Mengetahui hubungan sikap pelaksana dengan implementasi perlindungan

maternitas dan pelayanan kesehatan reproduksi pada pekerja wanita.

4. Mengetahui hubungan komunikasi dengan implementasi perlindungan

maternitas dan pelayanan kesehatan reproduksi pada pekerja wanita.

1.4 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H0 : Tidak ada faktor yang berhubungan dengan implementasi perlindungan

maternitas dan pelayanan kesehatan reproduksi pada pekerja wanita.

Ha : Ada faktor yang berhubungan dengan implementasi perlindungan

maternitas dan pelayanan kesehatan reproduksi pada pekerja wanita.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yakni:

1. Bagi pimpinan PT. Indah Glorymas Indonesia sebagai bahan masukan untuk

memberikan perlindung maternitas dan pelayanan kesehatan reprodusi pada

pekerja wanita.

2. Bagi para pekerja wanitadi PT. Indah Glorymas Indonesia, sebagai bahan

masukan untuk memiliki pengetahuan yang baik mengenai hak pekerja

wanita untuk mendapatkan perlindungan maternitas dan pelayanan kesehatan

reproduksi di perusahaan.

3. Bagi Universitas Sumatera Utara, sebagai literatur kepustakaan di bidang

penelitian mengenai faktor yang berhubungan dengan implementasi


9

perlindungan maternitas dan pelayanan kesehatan reproduksi pada pekerja

wanita di PT. Indah Glorymas Indonesia tahun 2018.

4. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat digunakan sebagai perbandingan atau

bahan referensi bagi penelitian dengan objek yang sama di masa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai