Pengampu :
Evi Widowati,S.K.M., M.Kes.
Oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan hidayah-
Nya sehingga tim penulis dapat menyelesaikan laporan dengan judul Laporan
Hasil Observasi Kesehatan Kerja Sektor Informal di Sentra Pengasapan Ikan
Bandaharjo. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan
Kerja Sektor Informal.
Tim penulis sadar bahwa selesainya lapor ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Zaenuri selaku salah satu pemilik usaha sentra pengasapan ikan
Bandarharjo dan selaku ketua Koperasi Pengerajin Ikan
2. Dosen pengampu Kesehatan Kerja Sektor Informal, Evi
Widowati,S.K.M., M.Kes.
3. Bapak Eko selaku pemegang program UKK di Puskesmas Bandaharjo
Oleh karena itu tim penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca. Tim penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat
serta menambah pengetahuan bagi pembaca.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap jenis dan tempat pekerjaan baik pada pekerja formal maupun
Selain masalah gizi, penyakit tidak menular, dan penyakit menular, para
rangka, gangguan mata dan gangguan kesehatan kulit. Para pekerja informal
terpapar potensi bahaya pekerjaan dengan kecenderungan tidak ada badan usaha
ataupun pemilik yang secara langsung bertanggung jawab atas kesehatan dan
penyakit dan gangguan akibat kesehatan dan kecelakaan kerja. Data BPS tahun
2013 menunjukkan sebanyak 114 juta penduduk merupakan pekerja, atau 48%
dari jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan yakni 237,64 juta orang. Dari
angka tersebut, 68,4 juta (60%) bekerja di usaha skala mandiri, mikro dan kecil,
serta 45,6 juta (40%) ada di usaha skala menengah dan besar.
dan kesehatan kerja yang mereka hadapi, perlu dibina dan diberikan pelayanan
1
2
Kesehatan Kerja (Pos UKK). Keberadaan Pos UKK (Upaya Kesehatan Kerja)
setempat terkait dengan adanya sector usaha informal di sentra pengasapan ikan
Bandarharjo.
1.3 Tujuan
GAMBARAN UMUM
Semarang. Terdapat jalan yang akan segera selesai dibangun aspal sepanjang kali
pembuangan limbah dari sisa hasil proses pengasapan ikan langsung ke badan
Kali Semarang sehingga terlihat kotor dan menimbulkan bau. Seperti terlihat pada
samping sungai. Kondisi ini merusak lingkungan dan dapat merugikan pelaku
usaha, terutama pada saat musim hujan yang sering mengalami banjir. Dalam
Sungai, Daerah Penguasaan Sungai, dan Bekas Sungai yang didalamnya mengatur
adalah sekurang kurangnya 3 meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul dan
4
5
kelancaran pemasaran dan penjualan produk. Komoditas hasil olahan ikan asap
mencapai kurang lebih 5-6 ton/hari dari Bandarharjo. Untuk itu, pengelolaan
karena keterbatasan modal dan pengetahuan serta belum adanya pengenalan dan
arahan untuk memperluas teknik pemasaran produk ikan asap. Kondisi ini terkait
menengah atas belum begitu tertarik dengan kemasan yang ada. Proses
pengemasan, terkait pula daya tahan produk yang tidak tahan lama (umumnya
bertahan hanya 2 hari) dan tidak melalui proses penjaminan mutu. Produk
olahan yang dihasilkan belum bisa dikatakan higienis, karena pada proses
jaminan mutu.
ikan pada umumnya adalah ibu-ibu dan para wanita. Disamping itu ada juga
pekerja laki- laki yang mempunyai tanggung jawab mengerjakan pekerjaan yang
pendidikan Sekolah Dasar yaitu 51,2 % pekerja laki-laki dari keseluruhan pekerja
dan 20,9% pekerja wanita. Artinya, tingkat pendidikan yang dimiliki oleh
sebagian besar pekerja pengasapan ikan hanya sampai pada tingkat pendidikan
dasar. Ada juga yang tidak bersekolah sama sekali, karena sejak kecil sudah
pekerja dianggap sebagai buruh. Tenaga kerja terbesar berasal dari lingkup
Usaha pengasapan ikan ini dikelola secara tradisional, oleh karena itu
dari tiap kegiatan. Saat ini kurang lebih terdapat 40 rumah pengasapan yang aktif
berproduksi dengan jumlah pekerja 160 orang dengan kapasitas produksi berkisar
6 ton per hari. Ikan yang digunakan sebagai bahan baku ikan asap adalah ikan
merendam dalam air tawas, memasang lidi, menata ikan di para- para kemudian
mengasap.
Pada proses pencucian, terlihat tempat mencuci yang basah, becek dengan
bau yang tidak sedap. Hal tersebut disebabkan karena tempat mencuci yang tidak
higienis dan penggunaan air yang berasal dari sumur dangkal dengan dinding
sumur rendah sehingga berpotensi untuk tercemar air rob. Setelah pencucian,
ikan dipotong-potong. Pada proses ini dihasilkan limbah yang cukup bernilai
ekonomis, misalnya kulit ikan pari. Untuk ukuran kecil dijual Rp 15.000,- per kg,
sedangkan yang berukuran besar Rp 3.000 per cm. Kulit tersebut dibeli orang
untuk disamak sebagai bahan dasar tas dan dompet. Sedangkan tulang yang
sudah dijemur dibeli orang dengan harga Rp.40.000,- per kg untuk diproses
sebagai bahan dasar kosmetik. Untuk oesophagus atau kerongkongan yang biasa
disebut cekathak dijual dengan harga Rp 150.000,- per kg kering. Jeroan ikan
juga dimanfaatkan sebagai campuran pellet pakan ternak. Ikan yang sudah
dipotong, direndam dalam air tawas yang tujuannya untuk menghilangkan lendir
dan membuat ikan kesat. Air dan tawas yang digunakan takarannya tidak pernah
Proses selanjutnya adalah memasang lidi agar tidak hancur pada saat
diberi minyak tanah untuk menghasilkan aroma yang khas dan warna coklat
keemasan.
yang terbatas (1 cerobong asap untuk 3-4 tungku). Tempat penyimpanan bahan
bakar menjadi satu dengan ruang pengasapan. Sirkulasi udara yang tidak baik
ruang pengasapan terlihat kotor dan berdebu. Ikan yang sudah selesai diasap
ditunggu supaya dingin untuk ditata dikeranjang bambu dan siap dipasarkan.
9
Penjualan ikan asap dipasarkan ke Pasar Johar, Pasar Peterongan, Pasar Bulu dan
sekitar kota Semarang. Seiris ikan asap Manyung dijual antara Rp 1000 – Rp
1500. Sedangkan jenis lainnya dijual antara Rp 500 – Rp 1000 tergantung dari
besar kecilnya irisan dan musim. Kepala ikan juga diasap dengan cara dijemur
dulu yang dijual dengan harga Rp 15.000 per kg yang berisi 5-6 kepala ikan.
Sampai saat ini ikan asap yang diproduksi selalu terserap oleh pasar, sehingga
tenaga kerja belum dimasukkan sebagai komponen pada harga produksi ikan
asap. Padahal dari beberapa pengusaha mempekerjakan buruh dengan upah harian
Waktu bekerja dimulai pada jam 6 pagi sampai jam 5 sore. Keuntungan para
pengusaha ikan asap (juragan) sangat bervariatif, tergantung kepada lingkup dan
METODOLOGI OBSERVASI
50175.
10
11
Semarang.
data yaitu :
1. Wawancara
2. Dokumentasi
lapangan.
BAB IV
menghasilkan limbah jeroan ikan dimana pada tahap ini potensi bahaya yang
ditimbulkan adalah tangan tersayat pisau dan juga timbul bau tidak sedap dari
kotoran ikan yang diakibatkan oleh buruknya sistem drainase pembuangan limbah
jeroan ikan itu sendiri juga tidak berfungsinya IPAL sebagaimana mestinya IPAL
atau instalasi pengolahan air limbah yang ada pada lokasi sentra pengasapan ikan
tanpa ada proses pengolahan, sehingga hal tersebut memicu pencemaran kualitas
air tanah di tambah dengan letak saluran drainase pembuangan limbah jaraknya
Pada saat proses pencucian ikan segar tidak menggunakan air yang
mengalir melainkan dengan air tampungan yang diambil dari sumur dan
dimasukan pada ember ember besar . Kondisi tempat kerja di bagian ini banyak
genangan air dan Lantainya licin. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
dengan pekerja, risiko terkena penyakit akibat kerja adalah iritasi pada kulit
karena terkena air kotor, sedangkan risiko kecelakaan kerja yaitu terpeleset dan
12
13
juga terjatuh. Kemungkinan hal ini terjadi karena pekerja tidak memperhatikan
dan badan ikan setelah itu memotong kecil-kecil pada bagian badan ikan.
penyakit akibat kerja yaitu nyeri pada kaki, pegal-pegal, hal tersebut terjadi
karena pekerja melakukan posisi duduk yang tidak nyaman dan terlalu lama duduk
pada saat memotong ikan sedangkan risiko kecelakaan kerja yaitu tergores benda
tajam (pisau) yang diakibatkan oleh kelalaian pekerja pada saat memotong dan
risiko terkena penyakit akibat kerja yaitu nyeri pada kaki yang terjadi karena
pekerja melakukan posisi duduk yang tidak nyaman dan terlalu lama duduk
pada saat menusuk ikadengan lidi sedangkan terjadinya kecelakaan kerja yang
dapat terjadi adalah tangan tertusuk lidi yang diakibatkan kalalaian pekerja saat
menusuk ikan dengan lidi dan pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri
Pada proses ini pekerja menjemur ikan agar kadar airnya berkurang
dan mudah saat diasap. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan
14
pekerja, risiko terkena penyakit kerja yaitu nyeri pada punggung karena sering
barang karena kelalaian pada pekerja saat mengangkat ikan-ikan yang akan
dijemur.
Pada proses ini pekerja menata ikan di atas rak-rak dari kawat lalu di
asap. Kondisi tempat dibagian ini yaitu panas. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara dengan pekerja, risiko terkena penyakit akibat kerja yaitu sakit mata,
sesak nafas, nyeri pada kaki, pegal-pegal terjadi akibat pekerja melakukan posisi
kerja yaitu terkena benda tajam, terciprat bara api , tangan melepuh. Kecelakaan
kerja tersebut terjadi karena kelalaian pekerja saat melakukan pengasapan dan
pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri berupa sarung tangan selain hal
terjadinya kebakaran cerobong asap apabila api yang dihasilkan terlalu besar .
1. Nyeri punggung
15
2. Tersetrum alat vacuum akibat kondisi lingkungan kerja yang lembab dan terdapat genangan air yang dapat
4.2 Penilaian
Penilaian Risiko
Peluang Akibat Tingkat
UraianKegiatan Potensi
Risiko
Risiko Rekomendasi
Tangan Lecet dan C 1 L Menggunakan
Pembersihan
tersayat
Bahaya berdarah sarung tangan
Perut Ikan
pisau
Bau tidak Pusing dan C 1 L Penyediaan
sedap dari mual IPAL yang
kotoran memadai.
ikan Menggunakan
masker.
Tangan Gatal dan C 1 L Menggunakan
mengalami kemerahan sarung tangan
iritasi kulit
16
terpapar oleh
air.
Keterangan:
Peluang:
Akibat:
2 = Medical Treatment
22
pekerja adalah hal yang penting. Disisi lain, dalam 20 kegiatan pokok
Semarang Utara ini masuk pada wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo dalam
upaya kesehatan kerja pada wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo ini telah
berlangsung sejak tahun 2015 dan kegiatan UKK yang dilakukan oleh pihak
darah, berat badan (BB), tinggi badan (TB) , serta kondisi umum lainnya seperti
mata, telinga, pernafasan dll yang dilakukan 2 kali dalam kurun waktu 1 bulan.
Pengecekan kesehatan tersebut dilakukan pada saat pagi hari sebelum para pekerja
mulai bekerja , pada pelaksanaannya pihak puskesmas belum memiliki pos ukk
tetap sehingga kegiatan pelayanan dilakukan secara fleksible dan dapat berpindah
tempat, lokasi yang biasa digunakan yakni di salah satu halaman depan rumah
petugas puskesmas mendata keluhan- keluhan yang dialami oleh pekerja dan
memberikan alternatif solusi pada keluhan pekerja tersebut, karena pada UKK
dari pihak Puskesmas Bandarharjo sendiri belum memiliki fasilitas yang memadai
UKK serta pada saat pelaksanaan pemerikasaan petugas tidak membewa serta
puskesmas alasan mengapa para petugas yang terjun langsung untuk memerikas
kondisi kesehatan pekerja tidak dilengkapi dengan obat obatan adalah untuk
sehingga apabila pekerja sudah mengeluhkan sakit tidak langsung berinisiatif pergi
ke layanan kesehatan lainnya karena merasa ukk ini telah memfasilitasi obat yang
lainnya.Hasil dari pemeriksaan kesehatan yang telah didata oleh petugas diperoleh
hasil keluhan tertinggi yang dialami oleh pekerja adalah sakit kepala, nyeri
pinggang, batuk, gatal, tekanan darah tinggi serta beberapa pekerja yang
oleh puji pranowowati, asap yang ada mengandung bahan kimia yang berpotensi
sebagai penurunan fungsi paru berupa partikulat dan komponen gas dimana
diketahui pekerja pada sektor pengasapan ini sebanyak 33 orang mengalami batuk
24
mengalami nyeri dada. Berdasarkan penelitian dari Erliana Ima Suprapti pada
tahun 2015 dari hasil wawancara pada 15 responden diketahui bahwa sebanyak 7
orang atau 46,7% selalu mengalami nyeri pada punggung,10 orang atau 66,7 %
hal tersebut pihak puskesmas telah melakukan beberapa langkah preventif yakni
meliputi masker dan juga sarung tangan serta pemberian bantuan penyediaan
masker dan sarung tangan, namun hal tersebut dinilai belum efektif karena dari
pihak pekerja merasa tidak nyaman dalam menggunakan APD tersebut. Petugas
yang dialami oleh pekerja setiap 2 kali dalam kurun waktu 1 bulan.
4.4.1 Jurnal 1
Volume : 02
Halaman : 88-92
Tahun : 2015
25
Latar Belakang: Khoshmanesh, (2006) dan Eyo, (1997) mengamati bahwa ikan
adalah yang paling tahan lama dari semua makanan segar. Segera ikan dari
pertumbuhan bakteri, dan oksidasi kimia lemak yang menyebabkan tengik dan /
atau off-rasa. Penelitian tentang kualitas produk ikan asap telah dilakukan oleh
menunjukkan bahwa ikan dengan tekstur baik merupakan hal yang dicari
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk fabrikasi kiln merokok secara
lokal, murah dan terjangkau yang akan digunakan oleh nelayan di wilayah
memakai analisis statistik, Data yang diperoleh menjadi sasaran analisis varians
Hasil Penelitian: Hasil penurunan berat badan sampel dari spesies yang
digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada penurunan Tabel I. Berat lebih
tinggi pada sampel Heterobranchus longfilis dengan nilai 56,29% sedangkan yang
paling sedikit adalah di Clarias gariepinus dengan nilai persentase 53,85. Tidak
ada perbedaan yang signifikan (P> 0,05) dalam penurunan berat badan dari tiga
spesies yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel II dan III menunjukkan hasil
26
dikumpulkan sangat rinci dan baik, serta terdapat table-tabel yang sangat jelas dan
lengkap.
Didalam penelitian ini dibahas tentang cara pengasapan yang menggunakan cara
4.4.2 Jurnal 2
and Nurses)
Latar Belakang :
bahwa 15% sampai dengan 20% kasus kronis obstructive pulmonary disease
27
terbatas untuk suatu asosiasi anatara COPD dan paparan pekerjaan. Insustri
karet sering mengekspo pekerja dengan partkel debu berbahaya. Selain debu yang
berkembang.
Tujuan yang ingin dicapai : untuk mengeksplorasi efek gabungan dari merokok
Metode Penelitian:
Subjek Penilitian : kelompok yang terpapar dan yang tidak terpapar Teknik
Hasil Penilitian:
Deskripsi hasil penilitian : Studi ini menunjukkan efek gabungan dari merokok
dan paparan pekerjaan pada fungsi paru-paru. Tidak ada perbedaan signifikan
yang terdeteksi antara Dalam penelitian ini, korelasi signifikan ditemukan antara
paparan kesehatan paru kerja bahaya dan temuan spirometrik yang abnormal,
bahkan setelahnya menyesuaikan usia, lama kerja, dan merokok kebiasaan. Studi
mereka yang terpapar kesehatan paru kerja Bahaya memiliki risiko 3,48 kali lipat
28
dan 3,45 kali lipat lebih tinggi dari temuan spirometrik yang abnormal, masing-
merokok di eksekutif.
4.4.3 Jurnal 3
Reviewer : Muhammad Asholin Mushopa
fish
Jurnal : Elsevier
Tahun : 2004
pembudidayaan ikan secara tradisional yaitu budidaya ikan air tawar, ikan air
dari dua peternakan ikan sebelum dan sesudah proses pengasapan diperiksa
menggunakan pengujian bakteri standar. Empat puluh Liza aurata (Mullet dore)
dan 20 pengasapan H. molitrix yang dibeli dari pasar ikan (SMH-m) adalah juga
diuji.
29
asin berat dan ikan asin, pengasapan ikan. Karena produk ini dikonsumsi mentah
atau belum dimasak di Iran, konsumsi mereka dapat menimbulkan risiko infeksi
aurata (FL) dan 50% SAL. Untuk 7,5% FL dan 2,5% SAL, V. parahaemolyticus
lebih besar dari 1 , 102g_1. Escherichia coli dan Salmonella dublin masing-masing
diperoleh 30,8% dan 2,6% FH. Tidak ada coliform dan Salmonella spp.
terdeteksi pada ikan asin dan ikan asap. Staphylococcus aureus lebih besar dari 1
, 105 cfu g_1 diperoleh dalam 55% SMH-m dan SAL 10%. Konsumsi ikan ini,
baik mentah atau kurang matang dapat berkontribusi terhadap penyakit bawaan
makanan di Iran.
pengolahan ikan. Peneliti melakukan pengujian bakteri ikan sebelum dan sesudah
ikan asap saja, tetapi dengan jenis ikan lain yakni ikan asin, sehingga dapat
total bakteri patogen yang aman di konsumsi masyarakat pada penelitian ini.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
utara. Proses produksi yang dilakukan mulai dari proses pembersihan perut ikan,
lingkungan yang tidak bersih, tidak adanya pasokan air bersih dan IPAL yang
sesuai, polusi udara dari proses pengasapan ikan, penataan tempat industri yang
tidak ergonomis, serta pekerja yang tidak menggunakan alat pelingdung diri
(APD). Risiko bahaya yang dapat terjadi pada sentra pengasapan ikan bandarharjo
adalah terpeleset akibat lantai yang licin, tergores pisau saat melakukan proses
produksi, iritasi kulit, terpapar suhu panas akibat proses pembakaran dari tungku,
terpapar asap hasil pengasapan ikan yang dapat menyebabkan iritasi mata serta
infeksi saluran pernafasan serta nyeri punggung akibat posisi kerja yang tidak
ergonomis.
kegiatan upaya UKK dari pihak puskesmas diketahui bahwa penyakit akibat kerja
yang dialami oleh pekerja pada sentra pengasapan ikan Bandarharjo meliputi sakit
30
31
kepala, nyeri pinggang, batuk, gatal, tekanan darah tinggi serta beberapa pekerja
5.2 Rekomendasi
mestinya agar limbah yang dihasilkan dapat diolah terlebih dahulu sehingga tidak
sistem drainase agar tidak ada yang menyumbat jalannya air limbah yang
untuk mengurangi nyeri punggung dan nyeri tangan serta menggunakan alat
pelindung diri (APD) berupa sarung tangan guna mengurangi risiko tergores
pisau.
4. Proses pengeringan
Pekerja perlu menggunakan sarung tangan saat mengangkat rak-rak irisan ikan
serta
32
Menambah waktu istirahat pada pekerja disela-sela proses pembuatan ikan asap
5. Proses pengasapan
aspek pengendalian pencemaran udara dengan melihat lokasi dan kegiatan lain
6. Proses pengemasan
maupun kondisi tempat kerja, melakukan penataan dan perbaikan ulang kondisi
lingkungan kerja yang lebih aman sehingga dapat mencegah terjadinya bahaya
yang ditimbulkan , memastikan tidak ada kabel yang telah mengelupas guna
Suprapti Erlina I, Analisis Risiko Penyakit Akibat Kerja dan Kecelakaan Kerja
Semarang. 2015
Kota Semarang
http://www.depkes.go.id/article/view/16110900002/hidupkan-pos-ukk-agar-
pekerja-sektor-informal-tersentuh-layanan-kesehatan-kerja-.html (diakses
http://www.kesjaor.kemkes.go.id/content/news/pos-ukk-upaya-kesehatan-kerja
sebagai-wadah-pembinaan-dan-pengawasan-pelaksanaan-kesehatan-
33
LAMPIRAN
Dokumentasi
34
35
Pembagian Jobdesk
NAMA JOB DESK