Anda di halaman 1dari 42

Laporan Hasil Observasi Kesehatan Kerja Sektor Informal di

Sentra Pengasapan Ikan Bandarharjo

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Kerja Sektor


Informal

Pengampu :
Evi Widowati,S.K.M., M.Kes.
Oleh :

Gita Megantari (6411416012)


Indah Fauzi Lestari (6411416024)
Ainun Naim (6411416040)
Muhammad Asholin M. (6411416041)
Chrisna Yudha Bayu D.P (6411416043)
Binta Yustika Inadiafa (6411416045)
Seti Tyas Kusumawardani (6411416096)

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan hidayah-
Nya sehingga tim penulis dapat menyelesaikan laporan dengan judul Laporan
Hasil Observasi Kesehatan Kerja Sektor Informal di Sentra Pengasapan Ikan
Bandaharjo. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan
Kerja Sektor Informal.

Tim penulis sadar bahwa selesainya lapor ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Zaenuri selaku salah satu pemilik usaha sentra pengasapan ikan
Bandarharjo dan selaku ketua Koperasi Pengerajin Ikan
2. Dosen pengampu Kesehatan Kerja Sektor Informal, Evi
Widowati,S.K.M., M.Kes.
3. Bapak Eko selaku pemegang program UKK di Puskesmas Bandaharjo

Laporan ini disusun berdasarkan pengamatan diSentra Pengasapan Ikan


Bandarhajo Semarang. Berbagai upaya telah tim penulis lakukan untuk
mendapatkan hasil terbaik dalam laporan ini. Tim penulis menyadari bahwa
laporan ini tak lepas dari kesalahan dan kekurangan dikarenakan keterbatasan
kemampuan dan pengalaman.

Oleh karena itu tim penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca. Tim penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat
serta menambah pengetahuan bagi pembaca.

Semarang, 31 Maret 2019

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 3
BAB II GAMBARAN UMUM ............................................................................. 4
1.1 Gambaran Umum Sentra Pengasapan Bandaharjo ................................... 4
2.2 Pemasaran Sentra Industri Pengasapan.......................................................... 5
2.3 Tenaga Kerja ............................................................................................ 5
2.4 Proses Pengasapan Ikan ............................................................................ 6
BAB III METODOLOGI OBSERVASI ........................................................... 10
3.1 Anggota Kelompok ................................................................................ 10
3.2 Tempat Pelaksanaan ............................................................................... 10
3.3 Waktu Pelaksanaan ................................................................................. 10
3.4 Metode Penelitian ................................................................................... 10
3.5 Objek Penelitian ..................................................................................... 10
3.6 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 12
4.1 Identifikasi Bahaya ................................................................................. 12
4.2 Penilaian ................................................................................................. 15
4.3 Upaya Kesehatan Kerja Sentra Pengasapan Ikan Bandaharjo ............... 22
4.4 Review Jurnal ......................................................................................... 24
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 30
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 30
5.2 Rekomendasi .......................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 33
LAMPIRAN ......................................................................................................... 34

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap jenis dan tempat pekerjaan baik pada pekerja formal maupun

informal memiliki risiko yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Pada

umumnya, para pekerja sektor informal kurang memiliki kesadaran dan

pengetahuan tentang bahaya di lingkungan kerjanya.

Selain masalah gizi, penyakit tidak menular, dan penyakit menular, para

pekerja informal juga memiliki risiko keselamatan dan kesehatan terkait

pekerjaannya yang dapat mengganggu produktifitas mereka seperti kondisi

lingkungan kerja yang berbahaya, masalah kesehatan seperti gangguan otot

rangka, gangguan mata dan gangguan kesehatan kulit. Para pekerja informal

terpapar potensi bahaya pekerjaan dengan kecenderungan tidak ada badan usaha

ataupun pemilik yang secara langsung bertanggung jawab atas kesehatan dan

keselamatan kerja mereka terutama yang berhubungan dengan berbagai

penyakit dan gangguan akibat kesehatan dan kecelakaan kerja. Data BPS tahun

2013 menunjukkan sebanyak 114 juta penduduk merupakan pekerja, atau 48%

dari jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan yakni 237,64 juta orang. Dari

angka tersebut, 68,4 juta (60%) bekerja di usaha skala mandiri, mikro dan kecil,

serta 45,6 juta (40%) ada di usaha skala menengah dan besar.

Pekerja informal dengan jumlahnya yang besar dan risiko keselamatan

dan kesehatan kerja yang mereka hadapi, perlu dibina dan diberikan pelayanan

kesehatan, salah satunya melalui pengembangan dan pemanfaatan Pos Upaya

1
2

Kesehatan Kerja (Pos UKK). Keberadaan Pos UKK (Upaya Kesehatan Kerja)

sangat penting sebagai wadah pembinaan dan pengawasan pelaksanaan kesehatan

kerja oleh Puskesmas di daerahnya.

Salah satu usaha sector informal di Semarang yaitu sentra pengasapan

ikan di Bandarharjo. Pengasapan merupakan salah satu cara mengawetkan

daging menggunakan kombinasi antara penggunaan panas dihasilkan dari

pembakaran kayu. Sentra pengasapan ikan di Bandarharjo termasuk di dalam

cakupan wilayah kerja Puskesmas Bandaharjo Semarang.

Banyaknya risiko bahaya yang ada di sentra pengasapan ikan serta

rendahnya pengetahuan tentang keselamtan dan kesehatan kerja yang dimiliki

baik pemilik maupun pekerja, maka kami melakukan observasi untuk

mengidentifikasi risiko bahaya serta penilaian risiko di sentra pengasapan ikan

Bandarharjo, dan mengidentifikasi peran Unit Kesehatan Kerja Puskesmas

setempat terkait dengan adanya sector usaha informal di sentra pengasapan ikan

Bandarharjo.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran risiko bahaya di sentra pengasapan ikan Bandarharjo?

2. Bagaimana penilaian risiko bahaya di sentra pengasapan ikan Bandarharjo?

3. Bagaimana peran Unit Kesehatan Kerja Puskesmas setempat terkait dengan

adanya sector usaha informal di sentra pengasapan ikan Bandarharjo?


3

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui gambaran risiko bahaya ergonomi di sentra

pengasapan ikan Bandarharjo.

2. Untuk mengetahui hasil penilaian risiko bahaya di sentra

pengasapan ikan Bandarharjo.

3. Untuk mengetahui peran Unit Kesehatan Kerja Puskesmas setempat terkait


dengan adanya sektor usaha informal di sentra pengasapan ikan
Bandarharjo
BAB II

GAMBARAN UMUM

1.1 Gambaran Umum Sentra Pengasapan Bandaharjo

Lokasi pengasapan ikan Bandarharjo berbatasan langsung dengan Kali

Semarang. Terdapat jalan yang akan segera selesai dibangun aspal sepanjang kali

Semarang. Luas kawasan studi/penelitian yaitu kawasan sentra industri

pengasapan ikan bandaharjo kurang lebih 4 Ha. Lokasi pengasapan ikan

Bandarharjo berbatasan langsung dengan Kali Semarang. Tidak adanya garis

sempadan sebagai jarak pemisah dengan sungai dapat mengakibatkan kerusakan

lingkungan, khususnya habitat sungai. Jalan inspeksi yang seharusnya terdapat di

sepanjang sungai dimanfaatkan oleh pelaku industri pengasapan ikan untuk

pembuangan limbah dari sisa hasil proses pengasapan ikan langsung ke badan

Kali Semarang sehingga terlihat kotor dan menimbulkan bau. Seperti terlihat pada

gambar 7, lokasi industri pengasapan ikan Bandarharjo hanya dipisahkan oleh

jalan inspeksi yang semakin menyusut lebarnya, kumuh dan becek.

Beberapa rumah pengasapan prosesnya langsung menempati lahan tepat di

samping sungai. Kondisi ini merusak lingkungan dan dapat merugikan pelaku

usaha, terutama pada saat musim hujan yang sering mengalami banjir. Dalam

Permen PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat

Sungai, Daerah Penguasaan Sungai, dan Bekas Sungai yang didalamnya mengatur

garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, kondisi ideal

adalah sekurang kurangnya 3 meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul dan

pemanfaatannya yang memang tidak diperuntukkan untuk kegiatan industri.

4
5

2.2 Pemasaran Sentra Industri Pengasapan

Potensi pengembangan sentra pengasapan ikan, sangat ditentukan oleh

kelancaran pemasaran dan penjualan produk. Komoditas hasil olahan ikan asap

mencapai kurang lebih 5-6 ton/hari dari Bandarharjo. Untuk itu, pengelolaan

sentra pengasapan ikan harus diarahkan agar mampu meningkatkan kapasitas

produksi dan menjaga mutu produk.

Produsen ikan asap menggunakan teknik pemasaran yang sederhana,

karena keterbatasan modal dan pengetahuan serta belum adanya pengenalan dan

arahan untuk memperluas teknik pemasaran produk ikan asap. Kondisi ini terkait

pula pengemasan produk yang kurang menarik, sehingga konsumen kelas

menengah atas belum begitu tertarik dengan kemasan yang ada. Proses

pengemasan, terkait pula daya tahan produk yang tidak tahan lama (umumnya

bertahan hanya 2 hari) dan tidak melalui proses penjaminan mutu. Produk

olahan yang dihasilkan belum bisa dikatakan higienis, karena pada proses

pengasapan masih banyak potensi risiko terjadinya kontaminasi.Model

pemasaran yang dilakukan oleh pengusaha pengasapan ikan di Bandarharjo

adalah model sederhana yang kurang menggunakan standardisasi mutu dan

jaminan mutu.

2.3 Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang terampil dan terbiasa melakukan pekerjaan pengasapan

ikan pada umumnya adalah ibu-ibu dan para wanita. Disamping itu ada juga

pekerja laki- laki yang mempunyai tanggung jawab mengerjakan pekerjaan yang

lebih banyak di luar wilayah pengasapan.


6

Mayoritas pekerja, baik laki-laki dan perempuan berada pada tingkat

pendidikan Sekolah Dasar yaitu 51,2 % pekerja laki-laki dari keseluruhan pekerja

dan 20,9% pekerja wanita. Artinya, tingkat pendidikan yang dimiliki oleh

sebagian besar pekerja pengasapan ikan hanya sampai pada tingkat pendidikan

dasar. Ada juga yang tidak bersekolah sama sekali, karena sejak kecil sudah

membantu orangtuanya mengasap ikan. Pendidikan pekerja yang rendah,

merupakan alasan para pengusaha pengasapan memberikan upah yang rendah.

Pekerjaan pengasapan merupakan pekerjaan yang mudah dan kasar, sehingga

pekerja dianggap sebagai buruh. Tenaga kerja terbesar berasal dari lingkup

internal Kelurahan Bandarharjo dan sekitarnya, meliputi

Kelurahan Kuningan, Panjang dan Tanjung Mas. Keberadaan sumber

tenaga kerja yang mengumpul di satu wilayah ini, disebabkan keberadaan

industri yang ada merupakan industri kecil/industri rumah tangga, dimana

bercirikan mempekerjakan anggota keluarga juga warga sekitar wilayah industri

dan berorientasi pada pasar lokal.

2.4 Proses Pengasapan Ikan

Usaha pengasapan ikan ini dikelola secara tradisional, oleh karena itu

belum ada pencatatan pembukuan untuk mencatat pengeluaran dan pemasukan

dari tiap kegiatan. Saat ini kurang lebih terdapat 40 rumah pengasapan yang aktif

berproduksi dengan jumlah pekerja 160 orang dengan kapasitas produksi berkisar

6 ton per hari. Ikan yang digunakan sebagai bahan baku ikan asap adalah ikan

segar dengan berbagai kualitas kesegaran.


7

Setelah bahan baku datang, proses selanjutnya adalah mencuci ikan,

membuang bagian yang tidak digunakan, memotong seukuran kepalan tangan,

merendam dalam air tawas, memasang lidi, menata ikan di para- para kemudian

mengasap.

Pada proses pencucian, terlihat tempat mencuci yang basah, becek dengan

bau yang tidak sedap. Hal tersebut disebabkan karena tempat mencuci yang tidak

higienis dan penggunaan air yang berasal dari sumur dangkal dengan dinding

sumur rendah sehingga berpotensi untuk tercemar air rob. Setelah pencucian,

ikan dipotong-potong. Pada proses ini dihasilkan limbah yang cukup bernilai

ekonomis, misalnya kulit ikan pari. Untuk ukuran kecil dijual Rp 15.000,- per kg,

sedangkan yang berukuran besar Rp 3.000 per cm. Kulit tersebut dibeli orang

untuk disamak sebagai bahan dasar tas dan dompet. Sedangkan tulang yang

sudah dijemur dibeli orang dengan harga Rp.40.000,- per kg untuk diproses

sebagai bahan dasar kosmetik. Untuk oesophagus atau kerongkongan yang biasa

disebut cekathak dijual dengan harga Rp 150.000,- per kg kering. Jeroan ikan

juga dimanfaatkan sebagai campuran pellet pakan ternak. Ikan yang sudah

dipotong, direndam dalam air tawas yang tujuannya untuk menghilangkan lendir

dan membuat ikan kesat. Air dan tawas yang digunakan takarannya tidak pernah

sama. Begitu juga dengan lama perendaman.


8

Proses selanjutnya adalah memasang lidi agar tidak hancur pada saat

diasap, kemudian menata ikan di para-para untuk diasap. Proses pengasapan

memerlukankan waktu 20 menit dengan menggunakan tempurung kelapa yang

diberi minyak tanah untuk menghasilkan aroma yang khas dan warna coklat

keemasan.

Kegiatan pengasapan dilakukan di ruang tertutup dengan jumlah cerobong

yang terbatas (1 cerobong asap untuk 3-4 tungku). Tempat penyimpanan bahan

bakar menjadi satu dengan ruang pengasapan. Sirkulasi udara yang tidak baik

menyebabkan asap tidak sepenuhnya bisa keluar melalui cerobong. Sehingga

ruang pengasapan terlihat kotor dan berdebu. Ikan yang sudah selesai diasap

ditunggu supaya dingin untuk ditata dikeranjang bambu dan siap dipasarkan.
9

Penjualan ikan asap dipasarkan ke Pasar Johar, Pasar Peterongan, Pasar Bulu dan

berbagai pasar di Kota Semarang atau diambil bakul untuk pemasaran di

sekitar kota Semarang. Seiris ikan asap Manyung dijual antara Rp 1000 – Rp

1500. Sedangkan jenis lainnya dijual antara Rp 500 – Rp 1000 tergantung dari

besar kecilnya irisan dan musim. Kepala ikan juga diasap dengan cara dijemur

dulu yang dijual dengan harga Rp 15.000 per kg yang berisi 5-6 kepala ikan.

Sampai saat ini ikan asap yang diproduksi selalu terserap oleh pasar, sehingga

pengembalian ikan asap karena kelebihan pasokan belum pernah terjadi.Biaya

tenaga kerja belum dimasukkan sebagai komponen pada harga produksi ikan

asap. Padahal dari beberapa pengusaha mempekerjakan buruh dengan upah harian

antara Rp 20.000,- sampai dengan Rp 30.000,- tergantung pada jenis pekerjaan.

Waktu bekerja dimulai pada jam 6 pagi sampai jam 5 sore. Keuntungan para

pengusaha ikan asap (juragan) sangat bervariatif, tergantung kepada lingkup dan

jenis usaha mereka.


BAB III

METODOLOGI OBSERVASI

3.1 Anggota Kelompok

1. Gita Megantari (6411416012)

2. Indah Fauzi Lestari (6411416024)

3. Ainun Naim (6411416040)

4. Muhammad Asholin M. (6411416041)

5. Chrisna Yudha Bayu D.P (6411416043)

6. Binta Yustika Inadiafa (6411416045)

7. Seti Tyas Kusumawardani (6411416096)

3.2 Tempat Pelaksanaan

Lokasi observasi di Sentra Pengasapan Ikan Bandarharjo Jalan Lodan Raya

RT.006 / RW.002, Bandarharjo, Semarang Utara, Kota Semarang, Jawa Tengah

50175.

3.3 Waktu Pelaksanaan

Hari/Tanggal : Kamis, 21 Maret 2019

Lama Pelaksanaan : 1 Hari

Waktu : 08.00 WIB s.d selesai.

3.4 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah dengan wawancara dan

observasi kegiatan di Sentra Pengasapan Ikan Bandarharjo Semarang

3.5 Objek Penelitian

10
11

Objek penelitian yang digunakan pada laporan ini yaitu mengenai

Kesehatan Kerja Sektor Informal Pada Sentra Pengasapan Ikan Bandarharjo

Semarang.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Dalam kegiatan observasi ini digunakan beberapa teknik pengumpulan

data yaitu :

1. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab dengan

narasumber yang terkait.

2. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan saat melakukan wawancara dan observasi

lapangan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Bahaya

4.1.1 Proses Pembersihan Perut Ikan

Pada proses ini dilakukan pembersihan isi perut ikan yang

menghasilkan limbah jeroan ikan dimana pada tahap ini potensi bahaya yang

ditimbulkan adalah tangan tersayat pisau dan juga timbul bau tidak sedap dari

kotoran ikan yang diakibatkan oleh buruknya sistem drainase pembuangan limbah

jeroan ikan itu sendiri juga tidak berfungsinya IPAL sebagaimana mestinya IPAL

atau instalasi pengolahan air limbah yang ada pada lokasi sentra pengasapan ikan

hanya berfungsi sebagai penampungan sementara air limbah yang dihasilkan

tanpa ada proses pengolahan, sehingga hal tersebut memicu pencemaran kualitas

air tanah di tambah dengan letak saluran drainase pembuangan limbah jaraknya

dekat dengan sumur yang digunakan untuk melakukan pencucian ikan.

4.1.2 Proses Pencucian

Pada saat proses pencucian ikan segar tidak menggunakan air yang

mengalir melainkan dengan air tampungan yang diambil dari sumur dan

dimasukan pada ember ember besar . Kondisi tempat kerja di bagian ini banyak

genangan air dan Lantainya licin. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara

dengan pekerja, risiko terkena penyakit akibat kerja adalah iritasi pada kulit

karena terkena air kotor, sedangkan risiko kecelakaan kerja yaitu terpeleset dan

12
13

juga terjatuh. Kemungkinan hal ini terjadi karena pekerja tidak memperhatikan

kebersihan pada lantai hal itu mengakibatkan lantai menjadi licin.

4.1.3 Proses Pemotongan

Pada proses ini pekerja memotong ikan dengan memisahkan kepala

dan badan ikan setelah itu memotong kecil-kecil pada bagian badan ikan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pekerja, risiko terkena

penyakit akibat kerja yaitu nyeri pada kaki, pegal-pegal, hal tersebut terjadi

karena pekerja melakukan posisi duduk yang tidak nyaman dan terlalu lama duduk

pada saat memotong ikan sedangkan risiko kecelakaan kerja yaitu tergores benda

tajam (pisau) yang diakibatkan oleh kelalaian pekerja pada saat memotong dan

pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri berupa sarung tangan.

4.1.4 Proses Penusukan

Proses dimana pekerja menusukan lidi pada ikan yang sudah

dipotong kecil-kecil. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pekerja,

risiko terkena penyakit akibat kerja yaitu nyeri pada kaki yang terjadi karena

pekerja melakukan posisi duduk yang tidak nyaman dan terlalu lama duduk

pada saat menusuk ikadengan lidi sedangkan terjadinya kecelakaan kerja yang

dapat terjadi adalah tangan tertusuk lidi yang diakibatkan kalalaian pekerja saat

menusuk ikan dengan lidi dan pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri

berupa sarung tangan.

4.1.5 Proses Pengeringan

Pada proses ini pekerja menjemur ikan agar kadar airnya berkurang

dan mudah saat diasap. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan
14

pekerja, risiko terkena penyakit kerja yaitu nyeri pada punggung karena sering

mengangkat beban berlebihan sedangkan risiko kecelakaan kerja yaitu tertimpa

barang karena kelalaian pada pekerja saat mengangkat ikan-ikan yang akan

dijemur.

4.1.6 Proses Pengasapan

Pada proses ini pekerja menata ikan di atas rak-rak dari kawat lalu di

asap. Kondisi tempat dibagian ini yaitu panas. Berdasarkan hasil observasi dan

wawancara dengan pekerja, risiko terkena penyakit akibat kerja yaitu sakit mata,

sesak nafas, nyeri pada kaki, pegal-pegal terjadi akibat pekerja melakukan posisi

duduk yang tidak nyaman, menempatkan peralatan tidak rapi, tidak

menggunakan alat pelindung diri berupa masker sedangkan risiko kecelakaan

kerja yaitu terkena benda tajam, terciprat bara api , tangan melepuh. Kecelakaan

kerja tersebut terjadi karena kelalaian pekerja saat melakukan pengasapan dan

pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri berupa sarung tangan selain hal

tersebut kelalaian pekerja dalam melakukan pembakaran tungku dapat berakibat

terjadinya kebakaran cerobong asap apabila api yang dihasilkan terlalu besar .

4.1.7 Proses Pengemasan


Pada saat proses pengemasan menggunakan vacum sealer risiko

yang dapat diakibatkan pada proses ini antara lain :

1. Nyeri punggung
15

2. Tersetrum alat vacuum akibat kondisi lingkungan kerja yang lembab dan terdapat genangan air yang dapat

mengakibatkan kabel mesin vacum mengalami konsleting.

4.2 Penilaian

Penilaian Risiko
Peluang Akibat Tingkat
UraianKegiatan Potensi
Risiko
Risiko Rekomendasi
Tangan Lecet dan C 1 L Menggunakan
Pembersihan
tersayat
Bahaya berdarah sarung tangan
Perut Ikan
pisau
Bau tidak Pusing dan C 1 L Penyediaan
sedap dari mual IPAL yang
kotoran memadai.
ikan Menggunakan
masker.
Tangan Gatal dan C 1 L Menggunakan
mengalami kemerahan sarung tangan
iritasi kulit
16

Terpeleset Cidera B 1 M Pembersihan


Pencucian
karena ringan saluran air
permukaan pembuangan
lantai yang agar tidak
licin temsumbat.
Tangan Lecet dan B 1 M Menggunakan
tersayat berdarah sarung tangan
pisau
Pemotongan Nyeri Nyeri B 1 M Melakukan
punggung peregangan di
punggung
sela waktu
bekerja
Tangan Tangan B 1 M Menggunakan
tertusuk berdarah sarung tangan
lidi
Penusukan Nyeri Nyeri B 1 M Melakukan
punggung peregangan di
punggung
sela waktu
bekerja
17

Pengeringan Tertimpa Cidera C 1 L Menambah


barang ringan waktu istirahat
berat pekerja agar
tidak mudah
alami
kelelahan .

Kebakaran Luka D 2 L Perawatan


cerobong bakar rutin pada
asap cerobong.
Menjaga api
yang
dihasilkan
tidak terlalu
besar.
18

Pengasapan Terciprat Luka B 1 M Menjaga jarak


bara api bakar agar tidak
terlalu dekat
dengan
tungku
pembakaran.
Mata Iritasi B 1 M Mendesain
pedih mata ulang
terkena ketinggian
asap cerobong
asap, sesuai
dengan
peraturan.
19

Gangguan Sesak B 1 M Mendesain


pernafasan nafas, ulang
karena batuk ketinggian
asap cerobong
asap, sesuai
dengan
peraturan.
Menggunakan
masker
20

Nyeri di Nyeri tangan C 1 L Melakukan


tangan peregangan di
sela sela
waktu bekerja
Nyeri Nyeri tangan B 1 M Melakukan
punggung peregangan di
sela waktu
bekerja
Tersetrum Luka D 2 L Melakukan
alat Bakar pengecekan
vacuum pada kabel
Pengemasan jika ada rusak
segera di
benahi,
kemudian
kabel bisa
dilintangkan
di atas untuk
memperkecil
21

terpapar oleh
air.

Keterangan:

Peluang:

A: Hampir pasti akan terjadi / almost certain

B: Cenderung untuk terjadi / likely

C: Mungkin dapat terjadi

D: Kecil kemungkinan terjadi / unlikely

E: jarang terjadi / rare

Akibat:

1 = cedera ringan (P3K, kerugian materi sedang )

2 = Medical Treatment
22

3 = hilang hari kerja, kerugian cukup besar

4 = cacat, kerugian materi besar

5 = kematian, kerugian materi sangat besar

Tingkat Resiko: E = Extreme Risk H = High Risk

M = Moderate RiskL = Low Risk

4.3 Upaya Kesehatan Kerja Sentra Pengasapan Ikan Bandaharjo

Dalam mewujudkan visi Kementrian Kesehatan, yaitu “ masyarakat

mandiri untuk hidup sehat “ , maka upaya pemberdayaan masyarakat termasuk

pekerja adalah hal yang penting. Disisi lain, dalam 20 kegiatan pokok

Puskesmas, terdapat salah satunya upaya kesehatan kerja.

Sentra pengasapan ikan Bandarharjo yang terletak di wilayah kecamatan

Semarang Utara ini masuk pada wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo dalam

pelaksanaannya dilakukan oleh puskesmas pembantu Bandarharjo. Program

upaya kesehatan kerja pada wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo ini telah

berlangsung sejak tahun 2015 dan kegiatan UKK yang dilakukan oleh pihak

puskesmas yakni adalah pengecekan kesehatan meliputi pemeriksaan tekanan

darah, berat badan (BB), tinggi badan (TB) , serta kondisi umum lainnya seperti

mata, telinga, pernafasan dll yang dilakukan 2 kali dalam kurun waktu 1 bulan.

Pengecekan kesehatan tersebut dilakukan pada saat pagi hari sebelum para pekerja

mulai bekerja , pada pelaksanaannya pihak puskesmas belum memiliki pos ukk

tetap sehingga kegiatan pelayanan dilakukan secara fleksible dan dapat berpindah

tempat, lokasi yang biasa digunakan yakni di salah satu halaman depan rumah

penduduk disekitar sentra pengasapan ikan Bandarharjo ada kegiatan tersebut


23

petugas puskesmas mendata keluhan- keluhan yang dialami oleh pekerja dan

memberikan alternatif solusi pada keluhan pekerja tersebut, karena pada UKK

dari pihak Puskesmas Bandarharjo sendiri belum memiliki fasilitas yang memadai

untuk melakukan pengobatan secara langsung akibat belum terbentuknya pos

UKK serta pada saat pelaksanaan pemerikasaan petugas tidak membewa serta

obat-obatan , jadi puskesmas hanya sebatas memfasilitasi pekerja apabila ingin

mengosultasikan keluahan kesehatannya dan akan di berikan kemudahan rujukan

dari Puskesmas Pembantu Bandarharjo apabila ingin melakukan pengobatan pada

instansi layanan kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas

puskesmas alasan mengapa para petugas yang terjun langsung untuk memerikas

kondisi kesehatan pekerja tidak dilengkapi dengan obat obatan adalah untuk

menghindari ketergantungan para pekerja pada sentra pengasapan bandarharjo

untuk hanya menggantungkan kondisi kesehatannya pada kegiatan ukk ini

sehingga apabila pekerja sudah mengeluhkan sakit tidak langsung berinisiatif pergi

ke layanan kesehatan lainnya karena merasa ukk ini telah memfasilitasi obat yang

lebih mudah didapatkan darpada harus pergi ke pusat layanan kesehatan

lainnya.Hasil dari pemeriksaan kesehatan yang telah didata oleh petugas diperoleh

hasil keluhan tertinggi yang dialami oleh pekerja adalah sakit kepala, nyeri

pinggang, batuk, gatal, tekanan darah tinggi serta beberapa pekerja yang

menderita penyakit diabetes. Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh puji pranowowati, asap yang ada mengandung bahan kimia yang berpotensi

sebagai penurunan fungsi paru berupa partikulat dan komponen gas dimana

diketahui pekerja pada sektor pengasapan ini sebanyak 33 orang mengalami batuk
24

28 orang mengalami batuk berdahak, 35 mengalami sesak nafas dan 20 orang

mengalami nyeri dada. Berdasarkan penelitian dari Erliana Ima Suprapti pada

tahun 2015 dari hasil wawancara pada 15 responden diketahui bahwa sebanyak 7

orang atau 46,7% selalu mengalami nyeri pada punggung,10 orang atau 66,7 %

mengalami pegal-pegal, 7 orang atau 46,7% selalu mengalami pusing Menyikapi

hal tersebut pihak puskesmas telah melakukan beberapa langkah preventif yakni

dengan melakukan sosialisasi akan pentingnya menggunakan Alat pelindung diri

meliputi masker dan juga sarung tangan serta pemberian bantuan penyediaan

masker dan sarung tangan, namun hal tersebut dinilai belum efektif karena dari

pihak pekerja merasa tidak nyaman dalam menggunakan APD tersebut. Petugas

puskesmas juga rutin melakukan pemeriksaan dan pendataan keluhan kesehatan

yang dialami oleh pekerja setiap 2 kali dalam kurun waktu 1 bulan.

4.4 Review Jurnal

4.4.1 Jurnal 1

Reviewer : Ainun Naim

Judul Jurnal : Quality characteristics of three Hot-Smoked fish species

using locally fabricated Smoking kiln

Jurnal : Asian Journal of Environment-Behaviour Studies

Penulis : I. Magawata, T. Musa

Volume : 02

Halaman : 88-92

Tahun : 2015
25

Latar Belakang: Khoshmanesh, (2006) dan Eyo, (1997) mengamati bahwa ikan

adalah yang paling tahan lama dari semua makanan segar. Segera ikan dari

kerusakan air dimulai karena beberapa faktor seperti aktivitas enzimatik,

pertumbuhan bakteri, dan oksidasi kimia lemak yang menyebabkan tengik dan /

atau off-rasa. Penelitian tentang kualitas produk ikan asap telah dilakukan oleh

banyak penulis terutama di bagian selatan Nigeria. (Kumolu-Johnson dan

Ndimele, 2001) dan (Kumolu-Johnson dan Ndimele, 2001) menuis laporan

menunjukkan bahwa ikan dengan tekstur baik merupakan hal yang dicari

perusahaan (yang merupakan karakteristik dari produk pengasapan) lebih disukai

untuk ikan dengan tekstur yang lembut.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk fabrikasi kiln merokok secara

lokal, murah dan terjangkau yang akan digunakan oleh nelayan di wilayah

ini.Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan tiga spesies sebagai sampel.

Serta dengan melakukan penilain-penilain dari sampel tersebut. Penelitian ini

memakai analisis statistik, Data yang diperoleh menjadi sasaran analisis varians

(ANOVA) dan sarana dipisahkan oleh Multiple Range Test Duncan ,

menggunakan paket statistik untuk ilmu sosial (SPSS) .

Hasil Penelitian: Hasil penurunan berat badan sampel dari spesies yang

digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada penurunan Tabel I. Berat lebih

tinggi pada sampel Heterobranchus longfilis dengan nilai 56,29% sedangkan yang

paling sedikit adalah di Clarias gariepinus dengan nilai persentase 53,85. Tidak

ada perbedaan yang signifikan (P> 0,05) dalam penurunan berat badan dari tiga

spesies yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel II dan III menunjukkan hasil
26

komposisi proksimat sampel ikan sebelum dan setelah pengasapan. Tabel IV

menunjukkan hasil analisis organoleptik menggunakan penilaian rasa panelis. Ini

menggambarkan perbedaan yang signifikan .

Kelebihan Penelitian: Kekuatan dari penelitian ini adalah data-data yang

dikumpulkan sangat rinci dan baik, serta terdapat table-tabel yang sangat jelas dan

lengkap.

Kelemahan Penelitian: Tidak terdapat poin-poin saran yang lengkap.

Review Jurnal: Jurnal ini menyampaikan tentang spesies ikan di Negeria.

Didalam penelitian ini dibahas tentang cara pengasapan yang menggunakan cara

kiln yang lebih cepat dari pada cara yang sebelumnya.

4.4.2 Jurnal 2

Reviewer : Chrisna Yudha Bayu Dwi Pamungkas

Judul Jurnal : Combined Effect of Cigarette Smoking and Occupational

Exposures on Lung Function

Sumber Jurnal : Sage Journal (American Association of Occupational Health

and Nurses)

Penulis Jurnal : Mirsaeed Attarchi, Faezeh Dehghan, Mehdi Afrasyabi,

Zargham Sadeghi, and Saber Mohammadi.

Instansi asal penulis jurnal : University of Medical Science Tehran, Iran.

Latar Belakang :

Landasan teori penilitian : menurut WHO penyakit paru merupakan nomer 3

penyakit terbesar yang menyerang para pekerja. Penelitian telah menunjukan

bahwa 15% sampai dengan 20% kasus kronis obstructive pulmonary disease
27

disebabkan oleh paparan. Namun demikian penelitian terbaru menemukan bukti

terbatas untuk suatu asosiasi anatara COPD dan paparan pekerjaan. Insustri

karet sering mengekspo pekerja dengan partkel debu berbahaya. Selain debu yang

menyebabkan penyakit paru adalah merokok. Prevalensi merokok dan kematian

terkait tembakaudan tingkat morbiditas tampaknya meningkat di negara

berkembang.

Tujuan yang ingin dicapai : untuk mengeksplorasi efek gabungan dari merokok

dan paparan pekerjaan pada fungsi paru.

Metode Penelitian:

Metode yang digunakan : Studi penelitian epidemiologi (cross-sectional)

Subjek Penilitian : kelompok yang terpapar dan yang tidak terpapar Teknik

Pengumpulan data : wawancara, observasi dan tes

Alat Pengumpul data : alat spirometry dan kuesioner

Analisis data yang digunakan : analisis data kuantitatif

Hasil Penilitian:

Deskripsi hasil penilitian : Studi ini menunjukkan efek gabungan dari merokok

dan paparan pekerjaan pada fungsi paru-paru. Tidak ada perbedaan signifikan

yang terdeteksi antara Dalam penelitian ini, korelasi signifikan ditemukan antara

paparan kesehatan paru kerja bahaya dan temuan spirometrik yang abnormal,

bahkan setelahnya menyesuaikan usia, lama kerja, dan merokok kebiasaan. Studi

saat ini menunjukkan bahwaefek bersamaan merokok dan paparan pekerjaan

mungkin memiliki dampaksinergis pada fungsi paru-paru. Pekerja merokok dan

mereka yang terpapar kesehatan paru kerja Bahaya memiliki risiko 3,48 kali lipat
28

dan 3,45 kali lipat lebih tinggi dari temuan spirometrik yang abnormal, masing-

masing, daripada pekerja non-merokok di unit eksekutif. Juga, pekerja merokok

terpapar bahaya kesehatan paru kerja memiliki secara signifikan meningkatkan

risiko temuan spirometrik yang abnormal dibandingkan dengan pekerja non-

merokok di eksekutif.

4.4.3 Jurnal 3
Reviewer : Muhammad Asholin Mushopa

Judul : Bacterial pathogens in fresh, smoked and salted Iranian

fish

Jurnal : Elsevier

Tahun : 2004

Penulis : Afshin Akhondzadeh Basti, Ali Misaghi , Taghi

Zahraei Salehi, Abolfazl Kamkar

Tujuan penelitian : Di dalam penelitian ini menyelidiki beberapa patogen

pembudidayaan ikan secara tradisional yaitu budidaya ikan air tawar, ikan air

laut, ikan asin, dan pengasapan ikan

Metode Penelitian : Penelitian ini dirancang dengan metode eksperimen.

Dua puluh delapan Alosa kessleri (Caspian anadromous shad) dari

Laut Kaspia dan 39 dibudidayakan Hypophthalmichthys molitrix (ikan mas perak)

dari dua peternakan ikan sebelum dan sesudah proses pengasapan diperiksa

menggunakan pengujian bakteri standar. Empat puluh Liza aurata (Mullet dore)

dan 20 pengasapan H. molitrix yang dibeli dari pasar ikan (SMH-m) adalah juga

diuji.
29

Hasil Penelitian : Kesimpulannya, penelitian ini menunjukkan bahwa L.

monocytogenes, V. parahaemolyticus dan S. aureus dapat ditemukan pada ikan

asin berat dan ikan asin, pengasapan ikan. Karena produk ini dikonsumsi mentah

atau belum dimasak di Iran, konsumsi mereka dapat menimbulkan risiko infeksi

bawaan makanan dan keracunan.Vibrio parahaemolyticus ditemukan pada

21,4% A. kessleri segar, 7,1% pengasapan A. kessleri, 5% SMH- m, 35% segar L.

aurata (FL) dan 50% SAL. Untuk 7,5% FL dan 2,5% SAL, V. parahaemolyticus

lebih besar dari 1 , 102g_1. Escherichia coli dan Salmonella dublin masing-masing

diperoleh 30,8% dan 2,6% FH. Tidak ada coliform dan Salmonella spp.

terdeteksi pada ikan asin dan ikan asap. Staphylococcus aureus lebih besar dari 1

, 105 cfu g_1 diperoleh dalam 55% SMH-m dan SAL 10%. Konsumsi ikan ini,

baik mentah atau kurang matang dapat berkontribusi terhadap penyakit bawaan

makanan di Iran.

Kelebihan Penelitian : Meneliti banyak bakteri patogen pada proses

pengolahan ikan. Peneliti melakukan pengujian bakteri ikan sebelum dan sesudah

di lakukannya pengasapan. Pengujian dilakukan tidak hanya menggunakan jenis

ikan asap saja, tetapi dengan jenis ikan lain yakni ikan asin, sehingga dapat

dibandingkan jumlah kandngan bakterinya

Kekurangan Penelitian : Tidak tercantumnnya nilai ambang batas kandungan

total bakteri patogen yang aman di konsumsi masyarakat pada penelitian ini.

Belum dijelaskan tentang dampak spesifik dari pengkomsumsian ikan tersebut.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Sentra pengasapan ikan Bandarharjo adalah salah satu sektor informal

penghasil ikan asap yang terletak di kelurahan Bandarharjo wilayah semarang

utara. Proses produksi yang dilakukan mulai dari proses pembersihan perut ikan,

proses pencucian, proses pemotongan, proses penusukan lidi , proses

pengeringan, proses pengasapan dan proses pengemasan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan

permasalahan yang dihadapi pada sentra pengasapan ikan bandarharjo adalah

lingkungan yang tidak bersih, tidak adanya pasokan air bersih dan IPAL yang

sesuai, polusi udara dari proses pengasapan ikan, penataan tempat industri yang

tidak ergonomis, serta pekerja yang tidak menggunakan alat pelingdung diri

(APD). Risiko bahaya yang dapat terjadi pada sentra pengasapan ikan bandarharjo

adalah terpeleset akibat lantai yang licin, tergores pisau saat melakukan proses

produksi, iritasi kulit, terpapar suhu panas akibat proses pembakaran dari tungku,

terpapar asap hasil pengasapan ikan yang dapat menyebabkan iritasi mata serta

infeksi saluran pernafasan serta nyeri punggung akibat posisi kerja yang tidak

ergonomis.

Berdasarkan hasil pemerikasaan kesehatan yang merupakan salah satu

kegiatan upaya UKK dari pihak puskesmas diketahui bahwa penyakit akibat kerja

yang dialami oleh pekerja pada sentra pengasapan ikan Bandarharjo meliputi sakit

30
31

kepala, nyeri pinggang, batuk, gatal, tekanan darah tinggi serta beberapa pekerja

yang menderita penyakit diabetes.

5.2 Rekomendasi

Setelah melakukan observasi serta wawancara pada pihak responden dan

berdasarkan permasalahan serta identifikasi risiko yang telah dilakukan kami

dapat memberi rekomendasi sebagai berikut :

1. Proses pembersihan perut ikan

Memperbaiki IPAL yang telah ada agar dapat difungsikan sebagaimana

mestinya agar limbah yang dihasilkan dapat diolah terlebih dahulu sehingga tidak

mencemari badanair dan tidak menimbulkan bau.

2. Proses pencucian ikan

Penyediaan air bersih yang disalurkan melalui pemipaaan ke rumah

rumah pengasapan, perbaikan sistem drainase serta rutin melakukan pembersihan

sistem drainase agar tidak ada yang menyumbat jalannya air limbah yang

mengalir sehingga tidak menimbulkan genangan di tempat proses produksi.

3. Proses pemotongan dan penusukan

Melakukan peregangan peregangan otot tubuh disela sela waktu istirahat

untuk mengurangi nyeri punggung dan nyeri tangan serta menggunakan alat

pelindung diri (APD) berupa sarung tangan guna mengurangi risiko tergores

pisau.

4. Proses pengeringan

Pekerja perlu menggunakan sarung tangan saat mengangkat rak-rak irisan ikan

serta
32

Menambah waktu istirahat pada pekerja disela-sela proses pembuatan ikan asap

untuk mengurangi timbulnya kelelahan.

5. Proses pengasapan

Mendesain ulang ketinggian cerobong asap dengan mempertimbangkan

aspek pengendalian pencemaran udara dengan melihat lokasi dan kegiatan lain

disekitarnya. Perhitungan tinggi cerobong seharusnya mengacu berdasarkan

Keputusan Kepala Bapedal no. Kep. 205/07/BAPEDAL/1996 Lampiran III

tentang persyaratan cerobong. Persyaratan tersebut antara lain tinggi cerobong

minimum 2-2,5 kali tinggi bangunan disekitarnya, sehingga lingkungan disekitar

cerobong tidak terkena turbulensi. Menyediakan air minum untuk pekerja.

6. Proses pengemasan

Perlu dilakukan pengecekan secara rutin terhadap kondisi peralatan

maupun kondisi tempat kerja, melakukan penataan dan perbaikan ulang kondisi

lingkungan kerja yang lebih aman sehingga dapat mencegah terjadinya bahaya

yang ditimbulkan , memastikan tidak ada kabel yang telah mengelupas guna

menghindari terjadinya konsleting pada mesin vacum.


DAFTAR PUSTAKA

Suprapti Erlina I, Analisis Risiko Penyakit Akibat Kerja dan Kecelakaan Kerja

Pada Karyawan Sentra Pengasapan Ikan di Kelurahan Bandarharjo

Semarang. Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro :

Semarang. 2015

Bapedalda Kota Semarang. 2006. Sekilas Tentang Persoalan Penanganan Ikan di

Bandarharjo Kota Semarang

Pranowowati, Puji.2007. Induksi Partikel Terhirup Dalam Asap Terhadap

Kapasitas Fungsi Paru Pada Pengrajin Pengasapan Ikan di Kelurahan

Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang. STIKES

Ngudi Waluyo. Ungaran

Arsiken, PT. 2007. Studi Kelayakan Pembangunan Sentra Pengasapan Ikan di

Kota Semarang

http://www.depkes.go.id/article/view/16110900002/hidupkan-pos-ukk-agar-

pekerja-sektor-informal-tersentuh-layanan-kesehatan-kerja-.html (diakses

pada 19 Maret 2019)

http://www.kesjaor.kemkes.go.id/content/news/pos-ukk-upaya-kesehatan-kerja

sebagai-wadah-pembinaan-dan-pengawasan-pelaksanaan-kesehatan-

kerja-oleh-puskesmas.html (diakses pada 19 Maret 2019)

33
LAMPIRAN

Dokumentasi

Gambar Proses Pencucian dan pemotongan ikan

Gambar Tungku Pengasapan

34
35

Gambar ikan segar yang diantarkan distributor

Gambar Penyimpanan Ikan pada Frezzer


36

Gambar Limbah Ikan Hasil Produksi

Gambar Cerobong Asap Rumah Produksi Pengasapan


37

Gambar Foto Bersama dengan Bapak Zaenuri Ketua Kopin

Gambar Foto Bersama dengan Bapak Zaenuri Ketua Kopin


38

Gambar Foto Bersama dengan Bapak Eko Pemegang program UKK


39

Pembagian Jobdesk
NAMA JOB DESK

Gita Megantari 1. Menyusun BAB I


2. Menyusun BAB IV
3. Membuat PPT

Indah Fauzi Lestari 1. Menyusun BAB IV


2. Menyusun BAB II
3. Menyusun BAB V

Ainun Naim 1. Merapikan dan Mengedit


Laporan
2. Meriview Jurnal
3. Menyusun BAB IV
Muhammad Asholin M. 1. Menyusun BAB IV
2. Menghubungi Perusahaan
3. Meriview Jurnal

Chrisna Yudha Bayu D.P 1. Meriview Jurnal


2. Menyusun BAB IV
3. Transportasi

Binta Yustika Inadiafa 1. Menyusun BAB IV


2. Menyusun BAB III
3. Koordinasi dengan
Perusahaan
Seti Tyas Kusumawardani 1. Menyusun BAB II
2. Membuat Surat Observasi
3. Menyusun BAB IV

Anda mungkin juga menyukai