Jawaban Pertanyaan
Jawaban Pertanyaan
1. SUMBER 1
Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau
dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga yang pada
prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya..
Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi terjadi
pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap warga negara memiliki
hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya
banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya.
Semua itu terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak
daripada kewajiban. Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat
akan tetapi mereka berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini,
maka tidak ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan
terjadi kesenjangan sosial yang berkepanjangan.
Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui posisi
diri kita sendiri. Sebagai seorang warga negara harus tahu hak dan kewajibannya. Seorang
pejabat atau pemerintah pun harus tahu akan hak dan kewajibannya. Seperti yang sudah
tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang berlaku. Jika hak dan kewajiban seimbang dan
terpenuhi, maka kehidupan masyarakat akan aman sejahtera. Hak dan kewajiban di Indonesia ini
tidak akan pernah seimbang. Apabila masyarakat tidak bergerak untuk merubahnya. Karena para
pejabat tidak akan pernah merubahnya, walaupun rakyat banyak menderita karena hal ini.
Mereka lebih memikirkan bagaimana mendapatkan materi daripada memikirkan rakyat, sampai
saat ini masih banyak rakyat yang belum mendapatkan haknya. Oleh karena itu, kita sebagai
warga negara yang berdemokrasi harus bangun dari mimpi kita yang buruk ini dan merubahnya
untuk mendapatkan hak-hak dan tak lupa melaksanakan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia.
Sebagaimana telah ditetapkan dalam UUD 1945 pada pasal 28, yang menetapkan bahwa hak
warga negara dan penduduk untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan
maupun tulisan, dan sebagainya, syarat-syarat akan diatur dalam undang-undang. Pasal ini
mencerminkan bahwa negara Indonesia bersifat demokrasi. Pada para pejabat dan pemerintah
untuk bersiap-siap hidup setara dengan kita. Harus menjunjung bangsa Indonesia ini kepada
kehidupan yang lebih baik dan maju. Yaitu dengan menjalankan hak-hak dan kewajiban dengan
seimbang. Dengan memperhatikan rakyat-rakyat kecil yang selama ini kurang mendapat
kepedulian dan tidak mendapatkan hak-haknya.
HAK DAN KEWAAJIBAN WARGA NEGARA :
1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Wujud hubungan warga negara dan negara
pada umumnya berupa peranan (role).
2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga negara Indonesia
tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945.
- Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).
- Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”(pasal 28A).
- Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah
(pasal 28B ayat 1).
- Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
Berkembang”
- Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan berhak
mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi
meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)
- Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).
- Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
- Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,
hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun. (pasal 28I ayat 1).
- Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi :
segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
- Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara”.
- Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan :
- Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J ayat 2
menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis.”
- Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945.
menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.”
Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28, dan 30, yaitu :
1. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Dan pada
ayat (2), syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.
2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu. Pada ayat (2),
taip-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
3. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan, dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
4. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan negara.
Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan undang-undang.
SUMBER 2
1. Hak, antra lain melalui pasal 27(2) hak untuk mendapatkan pekerjaan. Pasal 30(1) hak
ikut serta dalam usahaa pembelaan negara dan pasal 31(1) hak mendapatkan pengajaran.
2. Kewajiban, antara lain melalui pasal 27(1) kewajiban untuk menjunjung hukum dan
pemerintahan dengan tidak ada kecuali, serta pasal 30(1) kewajiban ikut serta dalam
usaha pembelaan negara.
3. Kemerdekaan warga negara, antara lain melalui pasal 27(1) yaitu persamaan di dalam
hukum dan pemerintahan, pasal 29(2) kemerdekaan untuk memeluk agama dan beribadat
menurut agama dankepercayaannya, serta pasal 28 kemerdekaan berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran.
Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945 adalah salah satu hasil
gerakan kontitusionalisme. Yaitu paham yang selalu mengawasi dan meinjau kembali agar
pmerintahan tetap pada jalan yang tetap dan benar. Dalam sejarah negara kita UUD 1945 telah
diamandemen sebanyak 4 kali agar ssuai dengan eranya.
Pada amandemen UUD 1945 tidak ada lagi Penjelasan tentang Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia. Padahal dengan membaca teksnya saja masih sulit dimengerti tentang maksud dan
makna pada saat UUD tersebut dibuat. Pembukaan UUD dengan Batang Tubuh UUD hendaknya
relevan. Dalam Batang Tubuh UUD sebenarnya merupakan penjabaran dari pembukaan dengan
melalui pasal-pasal. Pasal-pasal akan sulit dimengerti oleh masyarakat oleh karena itu, sebaiknya
diikuti Penjelasan pada pasalpasalnya melalui bagian atau bab tersendiri. Karena tidak ada
penjelasa maka akan terlihat adanya ketidaksamaan dalam isi UUD NKRI 1945.
Dalam UUD NKRI 1945 tersurat prinsip peyelenggaraan Negara:
Prinsip penyelenggaraan negara tersirat dalam Pembukaan UUD 1945 dan penjabarannya
melalui pasal-pasal asli UUD maupun pasal-pasal hasil amandemen
2. SUMBER 1
Identitas Nasional pada hakikatnya merupakan "manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan
berkembang dalam aspek kehidupan suatu nation (bangsa) dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri
yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam hldup dan kehidupannya".(Wibisono
Koento : 2005) Kata identitas berasal dari bahasa Inggris identity yang memiliki pengertian harfiah ciri-
ciri, tanda-tanda, atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan
yang lain. Dalam terminologi antropologi, identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan sesuai
dengan kesadaran diri pribadi sendiri, golongan sendiri, kelompok sendiri, komunitas sendiri, atau
negara sendiri. Mengacu pada pengertian ini identitas tidak terbatas pada individu semata, tetapi
berlaku pula pada suatu kelompok. Adapun kata nasional merupakan identitas yang melekat pada
kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik, seperti budaya,
agama, dan bahasa, maupun nonfisik, seperti keinginan, cita-cita, dan tujuan. Himpunan kelompok-
kelompok inilah yang disebut dengan istilah identitas bangsa atau identitas nasional yang pada akhirnya
melahirkan tindakan kelompok (colective action) yang diwujudkan dalam bentuk organisasi atau
pergerakan-pergerakan yang diberi atribut-atribut nasional. Kata nasional sendiri tidak bisa dipisahkan
dari kemunculan konsep nasionalisme. Bila dilihat dalam konteks Indonesia maka Identitas Nasional itu
merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek
kehidupan dari ratusan suku yang "dihimpun" dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan
nasional dengan acuan Pancasila dan roh "Bhinneka Tunggal Ika" sebagai dasar dan arah
pengembangannya. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa hakikat Identitas Nasional kita sebagai
bangsa di dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang aktualisasinya
tercermin dalam penataan kehidupan dalam arti luas. Misalnya, dalam aturan perundang-undangan
atau hukum, sistem pemerintahan yang diharapkan, serta dalam nilai-nilai etik dan moral yang secara
normatif diterapkan di dalam pergaulan, baik dalam tataran nasional maupun internasional, dan
sebagainya. Nilai-nilai budaya yang tercermin di dalam Identitas Nasional tersebut bukanlah barang jadi
yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan dogmatis, melainkan sesuatu yang "terbuka" yang
cenderung terus-menerus bersemi karena hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat
pendukungnya. Konsekuensi dan implikasinya adalah bahwa Identitas Nasional adalah sesuatu yang
terbuka untuk ditafsirkan dengan diberi makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi
aktual yang berkembang dalam masyarakat.
SUMBER 2
Istilah identitas nasional dapat disamakan dengan identitas kebangsaan. Secara etimologis ,
identitas nasional berasal dari kata “identitas” dan “ nasional”. Kata identitas berasal dari bahasa
Inggris identity yang memiliki pengertian harfiah; ciri, tanda atau jati diri yang melekat pada
seseorang, kelompok atau . sesuatu sehingga membedakan dengan yang lain. Kata “nasional”
merujuk pada konsep kebangsaan. Kata identitas berasal dari bahasa Inggris identiti yang
memiliki pengerian harfiah ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang atau
sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. Jadi, pegertian Identitas Nsaional adalah
pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, filsafat pancasila dan juga sebagai Ideologi
Negara sehingga mempunyai kedudukan paling tinggi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan
bernegara termasuk disini adalah tatanan hukum yang berlaku di Indonesia, dalam arti lain juga
sebagai Dasar Negara yang merupakan norma peraturan yang harus dijnjung tinggi oleh semua
warga Negara tanpa kecuali “rule of law”, yang mengatur mengenai hak dan kewajiban warga
Negara, demokrasi serta hak asasi manusia yang berkembang semakin dinamis diIndonesia.
"Kita punya titik krusial budaya hukum, seperti undang-undang korupsi, lalu lintas, dan perbankan itu disusun
berdasarkan bentuk abstrak. Sedangkan budaya hukum kita itu konkrit, jadi ada persoalan," ujar salah satu
Komisioner Komisi Yudisial, Jaja Ahmad Yusuf dalam diskusi dengan tema 'Setahun Wajah Hukum Indonesia' di
Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (22/12/2012).
Untuk itu, Jaja mengatakan paradigma masyarakat atas hukum sebagai produk politik harus diubah. KY, dikatakan
Jaja, adalah penegak kode etik dan hanya menyangkut aspek perilaku bagaimana seorang hakim menangani
perkara.
"Tapi memang di Indonesia kita harus merubah paradigma, yang selama ini terbangun di masyarakat yaitu hukum
itu produk politik. Padahal seharusnya politik itu produk hukum," tegas Jaja.
Jika paradigma masyarakat tidak diubah, maka akan menimbulkan adanya kasus 'perfect crime', yakni kejahatan
yang telah dilakukan sejak suatu undang-undang dibuat untuk memudahkan sebuah bentuk kejahatan.
"Dalam konteks teori, ada yang dikatakan, berkembang seperti Perancis, kejahatan sempurna (perfect crime),
anatara lain kejahatan yang dibuat si pembuat undang-undang. Terjadi disharmonisasi undang-undang, sehingga
menimbulkan persoalan. Harus ada perubahan paradigma di sini," jelas Jaja.
Paradigma tersebut, menurut Jaja lahir karena budaya masyarakat Indonesia yang konkrit. Artinya, masyarakat
Indonesia cenderung tidak mematuhi peraturan jika tidak ada otoritas yang mengawasi.
"Karena budaya kita konkrit maka tidak terlaksana. Jadi harus ada perubahan budaya dulu. Budaya kesewenang-
wenangan gitu, mumpung berkuasa. Harusnya berubah, harus ada pertanggungjawaban hukum," tegas Jaja.
Selain pengubahan paradigma tersebut, Jaja juga mengatakan hal lain yang tidak kalah penting untuk menjadi
pusat perhatian Bangsa Indonesia adalah mengenai upaya tentu saja terkait pemberantasan korupsi. Dimana
kolusi dan nepotisme menjadi bagian tak terpisahkan dalam pemberantasan korupsi.
"Kita ini memang 10 sampai 12 tahun ke belakang ini fokus pada pemberantasan korupsi. Padahal TAP MPR
mengatakan berantas KKN. Kolusi dan nepotisme itu tidak lebih kecil kasatnya daripada korupsinya," tutup Jaja.
Demokrasi
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos, artinya rakyat, dan kratos/kratein,
artinya kekuasaan/berkuasa. Demokrasi berarti rakyat berkuasa atau government or rule by the
people.[5]Demokrasi juga dapat diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, untuk rakyat, dan
oleh rakyat.
Terdapat berbagai tipe demokrasi, salah satunya yang akan dibahas di sini adalah sistem
demokrasi langsung (direct democracy). Demokrasi langsung adalah suatu kondisi ketika
keseluruhan warga negara dengan nyata ikut serta dalam permusyawaratan, untuk menentukan
kebijaksanaan umum atau undang-undang. Demokrasi langsung ditandai dengan fakta
pembuatan UU, dan juga fungsi eksekutif dan yudikatif yang utama, dijalankan oleh rakyat
dalam pertemuan akbar atau rapat umum. Bentuk semacam ini hanya mungkin dijalankan pada
kelompok yang relative kecil .[6]
Sistem demokrasi langsung awalnya dilaksanakan di Yunani Kuno yang masih berbentuk
negara kota (city state) pada abad ke 6 sampai abad ke 3 SM. Pelaksanaan demokrasi langsung
saat itu adalah dalam hal membuat keputusan politik dijalankan secara langsung oleh warga
negara dengan prosedur mayoritas. Sistem ini berjalan dengan efektif karena kondisi yang masih
sederhana, wilayah terbatas, dan jumlah penduduk sedikit.[7]
e. Integrasi sosial
Integrasi sosial merupakan proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda
dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki
keserasian fungsi.Definisi lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-
kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas
masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing. Terdapat
dua bentuk integrasi sosialyaitu asimilasi dan akulturasi. Asimilasi adalah pembauran
kebudayaan yang disertai ciri khas kebudayaan asli. Akulturasi adalah penerimaan unsur-unsur
asing tanpa menghilangkan kebudayaan asli.[8]
4.