Anda di halaman 1dari 35

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

KIMIA DASAR II
(KIM )

Oleh:
Drs. Sapto Raharjo, M.Si

Program Studi Kimia


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Haluoleo
2011
SATUAN ACARA PERKULIAHAN
Mata Kuliah: Kimia Dasar II
Kode/Sks: KIM , 4(1) sks
Pertemuan Ke: I
Pokok Bahasan: Larutan dan Sifat Koligatif
Sub Pokok Bahasan: Persen Berat, Persen Volume, Fraksi Mol, Molaritas, Molalitas, ppm
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

A. Standar Kompetensi:
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa dapat memahami konsep larutan untuk
digunakan dalam mempelajari kecepatan reaksi, kesetimbangan kimia, kesetimbangan
ion, redoks dan elektrokimia, memahami proses spontan dengan menggunakan
parameter termodinamika, menggunakan prinsip-prinsip elektrokimia di dalam proses
pemurnian unsur-unsur logam
B. Kompetensi dasar:
Mahasiswa dapat memahami berbagai macam cara menyatakaan konsentrasi larutan
sebagai dasar untuk mempelajari sifat-sifat koligatif
C. Indikator-Indikator:
1. Mahasiswa dapat mendefinisikan pengertian larutan
2. Mahasiswa dapat menyebutkan komponen larutan
3. Mahasiswa dapat menghitung persen berat suatu larutan
4. Mahasiswa dapat menentukan volumen larutan yang ditambahkan apabila ingin
membuat larutan dengan persen volume tertentu
5. Mahasiswa dapat menjelaskan langkah-langkah dalam pembuatan suatu larutan
dengan molaritas terttentu
6. Mahasiswa dapat mencari berat solut yang har mencari berat solut yang harus
ditimbang untuk membuat molalitas tertentu sutau larutan
D. Pokok-Pokok Materi:
Larutan ialah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat, yang bisa
berupa padatan, cairan, atau gas.
Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dalam persen berdasar massa, fraksi mol,
molaritas, dan molalitas.
Jenis Satuan Konsentrasi
Persen berdasar Massa
Persen berdasar massa (percent by mass) (juga disebut persen berdasar bobot atau
persen bobot) didefinisikan sebagai
massa zat terlarut
persen berdasar massa zat terlarut = X 100%
massa zat terlarut + massa pelarut
massa zat terlarut
= X 100%
massa larutan
Persen berdasar massa tidak mempunyai satuan sebab merupakan perbandingan dari
dua kuantitas yang sama.
Molaritas (M)
Satuan molaritas didefinisikan sebagai banyaknya mol zat terlarut dalam 1 L larutan;
artinya
mol zat terlarut
molaritas =
liter larutan

Jadi, molaritas mempunyai satuan mol per liter (mol/L).

Molalitas (m)
Molalitas (molality) ialah banyaknya mol zat terlarut yang dilarutkan dalam 1 kg
(1000 g) pelarut, artinya
mol zat terlarut
molalitas =
massa pelarut (kg)

E. Metode:
Ceramah dan latihan soal
F. Alat/Media :
Papan tulis
G. Penilaian:
1. Prosedur: Tertulis, dan lisan
2. Alat penilaian: Soal
H. Referensi:

Brown, Lemay, Bursten, 1997:Chemistry, Seven edition. Prentice Hall, New Jersey

Brady, J.E. and Humiston, 1990: General Chemistry, Principles and Structure, 5th
Edition, Jhon Wiley and Sons, New York.
SATUAN ACARA PERKULIAHAN
Mata Kuliah: Kimia Dasar II
Kode/Sks: KIM , 4(1) sks
Pertemuan Ke: II
Pokok Bahasan: Sifat Koligatif
Sub Pokok Bahasan: Penurunan tekanan uap, Kenaikan Titik Didih, Penurunan Titik Beku,
Tekanan Osmosis

A. Standar Kompetensi:
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa dapat memahami konsep larutan untuk
digunakan dalam mempelajari kecepatan reaksi, kesetimbangan kimia, kesetimbangan
ion, redoks dan elektrokimia, memahami proses spontan dengan menggunakan
parameter termodinamika, menggunakan prinsip-prinsip elektrokimia di dalam proses
pemurnian unsur-unsur logam
B. Kompetensi Dasar:
Mahasiswa dapat memahami berbagai macam cara menyatakaan konsentrasi larutan
sebagai dasar untuk mempelajari sifat-sifat koligatif
C. Indikator-Indiktor:
1. Mahasiswa dapat mencari penurunan tekanan uap larutan
2. Mahasisw dapat mengurutkan larutan-larutan berdasarkan meningkatnya nilai
kenaikan titik didih.
3. Mahasiswa dapat menentukan berat molekul suatu senyawa apabila diketahui nilai
tekanan osmosisnya
D. Pokok-Pokok Materi:
Beberapa sifat penting larutan bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam
larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel zat terlarut. Sifat-sifat ini disebut sifat
koligatif (colligative properties) (atau sifat kolektif) sebab sifat-sifat tersebut
memiliki sumber yang sama; dengan kata lain, semua sifat tersebut bergantung pada
banyaknya partikel zat terlarut yang ada, apakah partikel-partikel tersebut atom, ion,
atau molekul.
Beberapa sifat koligatif ialah:
Penurunan Tekanan Uap
Jika zat terlarut bersifat tidak mudah menguap (nonvolatile, artinya tidak memiliki
tekanan uap yang dapat diukur), tekanan uap dari larutan selalu lebih kecil daripada
pelarut murninya. Jadi, hubungan antara tekanan uap larutan dan tekanan uap pelarut
bergantung pada konsentrasi zat terlarut dalam larutan. Hubungan itu dirumuskan
dalam hukum Raoult, yang menyatakan bahwa tekanan parsial pelarut dari larutan,
P1, adalah tekanan uap pelarut murni, Po1, dikalikan fraksi mol pelarut dalam
larutan, X1.
P1 = X1Po1
Dalam larutan yang mengandung hanya satu zat terlarut, X1 = 1 – X2, dimana X2
adalah fraksi mol zat terlarut. Persamaan diatas dengan demikian dapat dituliskan
sebagai
P1 = (1 – X2)Po1
Po1 – P1 = ∆P = X2Po1
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa penurunan tekanan uap, ∆P, berbanding
lurus terhadap konsentrasi (diukur dalam fraksi mol) zat terlarut yang ada.
Kenaikan Titik Didih

Titik didih larutan ialah suhu pada saat tekanan uap larutan sama dengan tekanan
atmosfer luar.
Kenaikan titik didih, ∆Td, didefinisikan sebagai
∆Td = Td - Tod
dimana Td adalah titik didih larutan dan Tod adalah titik didih pelarut murni. Karena
∆Td berbanding lurus dengan penurunan tekanan uap, maka juga berbanding lurus
dengan konsentrasi (molalitas) larutan. Dengan kata lain
∆Td ∞ m
∆Td = Kdm
dimana m adalah molalitas larutan dan Kd adalah konstanta kenaikan titik didih molal.
Satuan Kd ialah oC/m.
Penjelasan kualitatif untuk fenomena penurunan titik beku ialah: pembekuan
melibatkan transisi dari keadaan tidak teratur ke keadaan teratur. Agar proses itu
terjadi, energi harus diambil dari sistem. Karena kelarutan lebih tidak teratur
dibandingkan pelarut, maka lebih banyak energi yang harus diambil darinya untuk
menciptakan keteraturan dibandingkan dalam kasus pelarut murni. Jadi, larutan
memiliki titik beku lebih rendah dibandingkan pelarut.
Penurunan Titik Beku
Penurunan tiitik beku, ∆Tb, didefinisikan sebagai
∆Tb = Tob – Tb
dimana Tob adalah titik beku pelarut murni, dan Tb adalah titik beku larutan. ∆Tb
berbanding lurus dengan konsentrasi larutan
∆Tb ∞ m
∆Tb = Kbm
dimana dalam persamaan ini m adalah konsentrasi dari zat terlarut dalam satuAn
molalitas, dan Kb ialah konstanta penurunan titik beku molal. Seperti halnya Kd, Kb
mempunyai satuan oC/m
Osmosis yaitu gerakan bersih molekul pelarut melewati membran semipermeabel dari
pelarut murni atau dari larutan encer ke larutan yang lebih pekat. Tekanan osmotik
(osmotic pressure) (π) suatu larutan adalah tekanan yang diperlukan untuk
menghentikan osmosis.
Tekanan osmosis larutan dinyatakan sebagai
π = MRT
di mana M adalah molaritas larutan, R adalah konstanta gas (0,0821 L.atm/K.mol),
dan T adalah suhu mutlak. Tekanan osmotik, π, dinyatakan dalam atmosfer. Karena
pengukuran tekanan osmotik dilakukan pada suhu tetap, disini dinyatakan bahwa
konsentrasi larutan dengan satuan yang lebih mudah yaitu molaritas, bukannya
molalitas.
Seperti halnya kenaikan titik didih dan penurunan titik beku, tekanan osmotik pun
berbanding lurus dengan konsentrasi larutan.
E. Metode:
Ceramah dan latihan soal
F. Alat/Media :
OHP dan papan tulis
G. Penilaian:
1. Prosedur: Tertulis, dan lisan
2. Alat penilaian: Soal
H. Referensi:
Brown, Lemay, Bursten, 1997:Chemistry, Seven edition. Prentice Hall, New Jersey

Brady, J.E. and Humiston, 1990: General Chemistry, Principles and Structure, 5th
Edition, Jhon Wiley and Sons, New York.
SATUAN ACARA PERKULIAHAN
Mata Kuliah: Kimia Dasar II
Kode/Sks: KIM , 4(1) sks
Pertemuan Ke: III
Pokok Bahasan: Kecepatan Reaksi
Sub Pokok Bahasan: Hukum Kecepatan Reaksi
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
A. Standar Kompetensi:
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa dapat memahami konsep larutan untuk
digunakan dalam mempelajari kecepatan reaksi, kesetimbangan kimia, kesetimbangan
ion, redoks dan elektrokimia, memahami proses spontan dengan menggunakan
parameter termodinamika, menggunakan prinsip-prinsip elektrokimia di dalam proses
pemurnian unsur-unsur logam
B. Kompetensi Dasar:
Mahasiswa dapat memahami konsep kecepatan reaksi dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya
C. Indikator-Indikator:
1. Mahasiswa dapat menuliskan persamaan kecepatan rata-rata dari suatu
persamaan reaksi
2. Mahasiswa dapat menentukan kecepatan pembentukan produk jika diketahui
kecepatan rata-rata peruraian reaktan
3. Mahasiswa dapat menentukan orde reaksi suatu reaksi dari suatu percobaan
4. Mahasiswa dapat menentukan satuan tetapan laju, k
D. Pokok-Pokok Materi:
Kecepatan atau laju reaksi (reaction rate), yaitu perubahan konsentrasi reaktan atau
produk terhadap waktu (M/s). Reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan umum
reaktan → produk
Persamaan reaksi umum dengan jenis
αA + βB → cC + dD
hukum lajunya berbentuk
𝑙𝑎𝑗𝑢 = 𝑘[𝐴]𝑥 [𝐵]𝑦

Suku k ialah konstanta laju (rate constant), yaitu konstanta perbandingan


(proporsionalitas) antara laju reaksi dan konsentrasi reaktan. Persamaan ini disebut
hukum laju (rate law), persamaan yang menghubungkan laju reaksi dengan
konstanta laju dan konsentrasi reaktan.
Jika diketahui nilai k, x dan y, serta konsentrasi A dan B, dapat digunakan hukum laju
untuk menghitung laju reaksi. Jumlah dari pangkat-pangkat setiap konsentrasi
reaktan yang ada dalam hukum laju disebut orde reaksi (reaction order) keseluruhan.
Orde reaksi selalu ditentukan oleh konsentrasi reaktan dan tidak pernah oleh
konsentrasi produk.

E. Metode:
Ceramah dan latihan soal
F. Alat/Media :
OHP dan papan tulis
G. Penilaian:
1. Prosedur: Tertulis, dan lisan
2. Alat penilaian: Soal

H. Referensi:

Brown, Lemay, Bursten, 1997:Chemistry, Seven edition. Prentice Hall, New Jersey

Brady, J.E. and Humiston, 1990: General Chemistry, Principles and Structure, 5th
Edition, Jhon Wiley and Sons, New York.
SATUAN ACARA PERKULIAHAN
Mata Kuliah: Kimia Dasar II
Kode/Sks: KIM , 4(1) sks
Pertemuan Ke: IV
Pokok Bahasan: Kecepatan Reaksi
Sub Pokok Bahasan: Energi Aktivasi, Katalis
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
A. Standar Kompetensi:
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa dapat memahami konsep larutan untuk
digunakan dalam mempelajari kecepatan reaksi, kesetimbangan kimia, kesetimbangan
ion, redoks dan elektrokimia, memahami proses spontan dengan menggunakan
parameter termodinamika, menggunakan prinsip-prinsip elektrokimia di dalam proses
pemurnian unsur-unsur logam
B. Kompetensi Dasar:
Mahasiswa dapat memahami konsep kecepatan reaksi dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya
C. Indikator-Indikator:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan energi aktivisai (Ea)
2. Mahasiswa dapat menggambarkan diagram energi aktivasi
3. Mahasiswa dapat menuliskan hubungan antara energi ativasi dengan suhu
4. Mahasiswa dapat menjelaskan katalis
5. Mahasiswa dapat menggambarkan pengaruh katalis pada suatu reaksi kimia
6. Mahasiswa dapat menuliskan suatu persamaan reaksi yang menggunakan katalis
D. Pokok-Pokok Materi:
Jika suatu reaksi hanya melibatkan satu reaktan, hukum laju dapat dengan mudah
ditentukan dengan mengukur laju awal reaksi sebagai fungsi konsentrasi reaktan.
Contohnya, jika laju menjadi dua kali lipat bila konsentrasi reaktan dilipatduakan,
maka reaksinya adalah orde pertama dalam reaktan tersebut. Jika laju menjadi empat
kali lipat bila konsentrasi dilipatduakan, maka reaksinya adalah orde kedua dalam
reaktan.
Untuk reaksi yang melibatkan lebih dari satu reaktan, dapat ditentukan hukum laju
dengan mengukur ketergantungan laju reaksi terhadap konsentrasi masing-masing
reaktan, satu per satu. Dibuat semua konsentrasi sama kecuali satu reaktan dan dicatat
laju reaksi sebagai fungsi dari konsentrasi reaktan tersebut. Jadi, dari
ketergantunganyang teramati ini diketahui orde dalam reaktan tersebut. Prosedur yang
sama juga berlaku untuk reaktan berikutnya, dan seterusnya. Cara ini dikenal sebagai
metode isolasi.
Contoh, penguraian termal N2O5.
2N2O5(g) → 4NO2(g) + O2(g)
Hukum lajunya ialah
𝑙𝑎𝑗𝑢 = 𝑘[𝑁2 𝑂5 ]
dan bukan 𝑙𝑎𝑗𝑢 = 𝑘[𝑁2 𝑂5 ]2, sebagaimana diduga dari persamaan yang setara.
Umumnya, orde reaksi harus ditentukan lewat percobaan dan tidak dapat ditentukan
dari persamaan setara keseluruhannya.
Katalis (catalyst) ialah zat yang meningkatkan laju reaksi kimia tanpa ikut terpakai.
Katalis dapat bereaksi membentuk zat antara, tetapi akan diperoleh kembali dalam
tahap reaksi berikutnya.
Katalis mempercepat reaksi dengan menyediakan serangkaian tahapan elemnter
k lebih baik dibandingkan jika tanpa katalis. Konstanta laju k
dengan kinetika yang
reaksi bergantung pada faktor frekuensi A dan energi aktivasi Ea- semakin besar A
atau semakin kecil Ea, semakin tinggi lajunya. Katalis meningkatkan laju dengan cara
menurunkan energi aktivasi reaksinya. Misal reaksi berikut memiliki konstanta laju k
tertentu dan energi aktivasi Ea.
A + B C + D
Namun demikian, dengan kehadiran katalis, konstanta lajunya adalah kc (disebut
konstanta laju katalitik):
kc
A + B C + D
Berdasarkan definisi katalis,
lajuberkatalis > lajutakberkatalis
Terdapat tiga jenis katalis yang umum, tergantung jenis zat yang menaikan lajunya:
katalis heterogen, katalis homogen, dan katalis enzim.
Katalis Heterogen
Dalam katalis heterogen, reaktan dan katalis berbeda fasa. Biasanya katalis berupa
padatan dan reaktan berwujud gas atau cairan. Contoh katalisis heterogen yang
spesifik yaitu pembuatan asam nitrat dan konventer katalitik.
Katalis Homogen
Dalam katalis homogen, reaktan dan katalis terdispersi dalam satu fasa, biasanya fasa
cair. Katalis asam dan basa adalah jenis katalisis homogen yang paling penting dalam
larutan cairan. Contohnya, reaksi etil asetat dengan air yang menghasilkan asam asetat
dan etanol.
Katalis Enzim
Dari semua proses rumit yang ada dalam sistem makhluk hidup, tidak satupun yang
lebih menarik atau lebih penting daripada katalis enzim. Enzim ialah katalis biologis.

E. Metode
Penugasan dan diskusi
F. Alat/Media :
LCD Proyektor
G. Penilaian:
1. Prosedur: Tertulis, dan lisan
2. Alat penilaian: Soal
H. Referensi:

Brown, Lemay, Bursten, 1997:Chemistry, Seven edition. Prentice Hall, New Jersey

Brady, J.E. and Humiston, 1990: General Chemistry, Principles and Structure, 5th
Edition, Jhon Wiley and Sons, New York.
SATUAN ACARA PERKULIAHAN
Mata Kuliah: Kimia Dasar II
Kode/Sks: KIM , 4(1) sks
Pertemuan Ke: V
Pokok Bahasan: Kesetimbangan Kimia
Sub Pokok Bahasan: Cara mengungkapkan kesetimbangan dari suatu persamaan reaksi
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
A. Standar Kompetensi:
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa dapat memahami konsep larutan untuk
digunakan dalam mempelajari kecepatan reaksi, kesetimbangan kimia, kesetimbangan
ion, redoks dan elektrokimia, memahami proses spontan dengan menggunakan
parameter termodinamika, menggunakan prinsip-prinsip elektrokimia di dalam proses
pemurnian unsur-unsur logam

B. Kompetensi Dasar:
Mahasiswa dapat memahami konsep reaksi setimbang disertai dengan cara
mengungkapkan konstanta kesetimbangan, K, dan faktor-faktor yang mempengaruhi
kesetimbangan tersebut
C. Indikator-Indikator:
1. Mahasiswa dapat mendefinisikan reaksi setimbang
2. Mahasiswa dapat menuliskan ungkapan konstanta kesetimbangan, K
3. Mahasiswa dapat menentukan nilai K pada suatu reaksi
4. Mahasiswa dapat menentukan konsentrasi masing-masing senyawa dalam
reaksi setimbang jika diketahui nilai K-nya
D. Pokok-Pokok Materi:
Kesetimbangan kimia menjelaskan keadaan dimana laju reaksi maju dan laju reaksi
balik sama besar dan dimana konsentrasi reaktan dan produk tetap tidak berubah
seiring berjalannya waktu. Kesetimbangan kimia (chemical equilibrium) tercapai bila
laju reaksi maju dan reaksi balik sama besar dan konsentrasi reaktan dan produk
tidak lagi berubah seiring berjalannya waktu.
Perhatikan reaksi reversibel berikut:

aA + bB cC + dD
dimana a, b, c, dan d adalah koefisien stoikiometri untuk spesi-spesi yang bereaksi A,
B, C, dan D. Konstanta kesetimbangan untuk reaksi pada suhu tertentu ialah
[C]c [D]d
K=
[A]a [B]b

Dua aturan penting tentang penulisan konstanta kesetimbangan, K:


 Ketika persamaan untuk suatu reaksi reversibel dituliskan dengan arah yang
berlawanan, konstanta kesetimbangannya menjadi kebalikan dari konstanta
kesetimbangan asal. Jadi, jika dituliskan kesetimbangan NO2-N2O4 pada 25oC
sebagai
N2O4(g) 2NO2(g)
[NO2 ]2
maka, K c = [N
2 O4 ]

 Nilai K juga bergantung pada bagaimana persamaan kesetimbangan tersebut


disetarakan. Berikut dua cara untuk menjelaskan kesetimbangan yang sama:
[NO2]
1/2N2O4(g) NO2(g) Kc =
[N2O4]1/2

N2O4(g) [NO2]2
2NO2(g) Kc =
[N2O4]
Jadi, jika kita lipatduakan seluruh bagian persamaan kimia, konstanta
kesetimbangannya akan menjadi pangkat dua dari nilai kesetimbangan asalnya: jika
persamaan dilipattigakan, konstanta kesetimbangan akan menjadi pangkat tiga dari
nilai asalnya, dan seterusnya.
Aturan-aturan penulisan persamaan konstanta kesetimbangan:
 Konsentrasi dari spesi-spesi yang konsentrasi-reaksi didalam fasa terkondensasi
dinyatakan dalam mol per liter; dalam fasa gas, konsentrasinya dapat dinyatakan
dalam mol per liter atau dalam atmosfer.
 Konsentrasi dari padatan murni, cairan murni (dalam kesetimbangan heterogen),
dan pelarut (dalam kesetimbangan homogen) tidak dituliskan dalam persamaan
konstanta kesetimbangan.
 Konstanta kesetimbangan (Kc dan Kp) tidak berdimensi.
 Dalam menyatakan nilai konstanta kesetimbangan, harus dituliskan persamaan
yang setara dan suhunya.

E. Metode:
Ceramah dan latihan soal
F. Alat/Media :
OHP dan papan tulis
G. Penilaian:
1. Prosedur: Tertulis, dan lisan
2. Alat penilaian: Soal
H. Referensi:

Brown, Lemay, Bursten, 1997:Chemistry, Seven edition. Prentice Hall, New Jersey

Brady, J.E. and Humiston, 1990: General Chemistry, Principles and Structure, 5th
Edition, Jhon Wiley and Sons, New York.
SATUAN ACARA PERKULIAHAN
Mata Kuliah: Kimia Dasar II
Kode/Sks: KIM , 4(1) sks
Pertemuan Ke: VI
Pokok Bahasan: Kesetimbangan Kimia
Sub Pokok Bahasan: Kesetimbangan Heterogen, faktor-faktor yang mempengaruhi
kesetimbangan
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
A. Standar Kompetensi:
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa dapat memahami konsep larutan untuk
digunakan dalam mempelajari kecepatan reaksi, kesetimbangan kimia, kesetimbangan
ion, redoks dan elektrokimia, memahami proses spontan dengan menggunakan
parameter termodinamika, menggunakan prinsip-prinsip elektrokimia di dalam proses
pemurnian unsur-unsur logam
B. Kompetensi Dasar:
Mahasiswa dapat memahami konsep reaksi setimbang disertai dengan cara
mengungkapkan konstanta kesetimbangan, K, dan faktor-faktor yang mempengaruhi
kesetimbangan tersebut
C. Indikator-Indikator:
1. Mahasiswa dapat menuliskan ungkapan Kp dari suatu reaksi kesetimbangan
heterogen
2. Mahasiswa dapat menentukan nilai Kp dari suatu reaksi kesetimbangan
heterogen
3. Mahasiswa dapat menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
kesetimbangan kimia
4. Mahasiswa dapat memprediksi pergeseran reaksi setimbang akibat berubahnya
sistem
D. Pokok-Pokok Materi:
Kesetimbangan Heterogen
Reaksi reversibel yang melibatkan reaktan dan produk yang fasanya berbeda
menghasilkan kesetimbangan heterogen (heterogeneous equilibrium). Contoh, ketika
kalsium karbonat dipanaskan dalam wadah tertutup, kesetimbangan berikut akan
tercapai:
CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g)
Dua padatan dan satu gas ini membentuk tiga fasa yang terpisah. Pada kesetimbangan,
dapat dituliskan konstanta kesetimbangan sebagai
[CaO] [CO2]
K'c =
[CaCO3]
Kesetimbangan Homogen
Kesetimbangan homogen (homogeneous equilibrium) berlaku untuk reaksi yang
semua spesi bereaksinya berada pada fasa yang sama. Contoh dari kesetimbangan
fasa-gas homogen adalah penguraian N2O4, konstanta kesetimbangannya adalah
[NO2 ]2
Kc =
[N2 O4 ]
Subskrib dalam Kc menyatakan bahwa konsentrasi spesi yang bereaksi dinyatakan
dalam mol per liter. Tekanan P dari suatu gas berbanding lurus dengan konsentrasi
dalam mol per liter gas tersebut; artinya P = (n/V)RT. Jadi, untuk proses
kesetimbangan
N2O4(g) 2NO2(g)
Dapat dituliskan,
P2NO2
Kp =
PN2O4

dimana PNO2 dan PN2O4 adalah tekanan parsial kesetimbangan (dalam atmosfer),
masing-masing untuk NO2 dan N2O4. Subskrib pada Kp menyatakan bahwa
konsentrasi kesetimbangan dinyatakan dalam tekanan.

Aturan umum yang membantu kita memprediksi ke arah mana reaksi kesetimbangan
akan bergeser bila terjadi perubahan konsentrasi, tekanan, volume, atau suhu dikenal
sebagai asas Le Chatelier (Le Chatelier’s principle), menyatakan bahwa jika suatu
tekanan eksternal diberikan kepada suatu sistem yang setimbang, sistem ini akan
menyesuaikan diri sedemikian rupa untuk mengimbangi sebagian tekanan ini pada
saat sistem mencoba setimbang kembali.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kesetimbangan:
Perubahan Konsentrasi
Kesetimbangan antara ion-ion FeSCN2+ yang tidak terurai dan Fe3+ dan SCN-
dituliskan sebagai
FeSCN2+(aq) Fe3+(aq) + SCN-(aq)
merah kuning pucat tak berwarna
Jika ditambahkan sedikit natrium tiosianat (NaSCN) ke dalam larutan, dalam hal ini,
tekanan yang diberikan pada kesetimbangan sistem ialah penambahan konsentrasi
SCN- (berasal dari penguraian NaSCN). Untuk mengkompensasi tekanan ini,
beberapa ion Fe3+ bereaksi dengan ion SCN- yang ditambahkan, sehingga
kesetimbangannya bergeser dari kanan ke kiri:
FeSCN2+(aq) Fe3+(aq) + SCN-(aq)
Akibatnya, warna merah larutan bertambah tua.
Perubahan Tekanan dan Volume
Perubahan tekanan biasanya tidak mempengaruhi konsentrasi spesi yang bereaksi
dalam fasa terkondensasi (dalam larutan berair) sebab cairan dan padatan pada
dasarnya tidak dapat dimampatkan. Sebaliknya, konsentrasi gas sangat dipengaruhi
oleh perubahan tekanan. 𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇
𝑛
𝑃 = ( ) 𝑅𝑇
𝑉
Jadi, P dan V berbanding terbalik: Semakin besar tekanan, semakin kecil volume, dan
sebaliknya. Suku (n/V) ialah konsentrasi gas dalam mol per liter, dan konsentrasinya
ini berbanding lurus dengan tekanan.
Perubahan Suhu
Perubahan konsentrasi, tekanan, atau volume dapat mengubah posisi kesetimbangan,
tetapi tidak mengubah nilai konstanta kesetimbangan. Hanya perubahan suhu yang
dapat mengubah konstanta kesetimbangan.
E. Metode:
Penugasan dan diskusi
F. Alat/Media :
LCD Proyektor dan papan tulis
G. Penilaian:
1. Prosedur: Tertulis, dan lisan
2. Alat penilaian: Soal
H. Referensi:
Brown, Lemay, Bursten, 1997:Chemistry, Seven edition. Prentice Hall, New Jersey

Brady, J.E. and Humiston, 1990: General Chemistry, Principles and Structure, 5th
Edition, Jhon Wiley and Sons, New York.
SATUAN ACARA PERKULIAHAN
Mata Kuliah: Kimia Dasar II
Kode/Sks: KIM , 4(1) sks
Pertemuan Ke: VII
Pokok Bahasan: Kesetimbangan Ion
Sub Pokok Bahasan: pH asam-basa kuat, pH asam-basa lemah
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
A. Standar Kompetensi:
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa dapat memahami konsep larutan untuk
digunakan dalam mempelajari kecepatan reaksi, kesetimbangan kimia, kesetimbangan
ion, redoks dan elektrokimia, memahami proses spontan dengan menggunakan
parameter termodinamika, menggunakan prinsip-prinsip elektrokimia di dalam proses
pemurnian unsur-unsur logam
B. Kompetensi Dasar:
Mahasiswa mampu menggunakan konsep kesetimbangan kimia dalam reaksi-reaksi
ionsisasi sehingga dapat merumuskan persamaan pH dan menggunakannya untuk
perhitungan secara kuantitatif.
C. Indikator-Indikator:
1. Mahasiswa dapat menentukan pH asam kuat
2. Mahasiswa dapat menentukan pH basa kuat
3. Mahasiswa dapat menuliskan persamaan pH untuk asam lemah
4. Mahasiswa dapat menentukan pH basa lemah
D. Pokok-Pokok Materi:
pH suatu larutan didefinisikan sebagai logaritma negatif dari konsentrasi ion
hidrogen dalam mol per liter.
pH = -log [H3O+] atau pH = -log [H+]
pH Asam Kuat
Bagi asam-asam kuat ( α = 1), maka menyatakan nilai pH larutannya dapat dihitung
langsung dari konsentrasi asamnya (dengan melihat valensinya).
pH Asam Lemah
Bagi asam-asam lemah, karena harga derajat ionisasinya ≠ 1 (0 < a < 1) maka
besarnya konsentrasi ion H+ tidak dapat dinyatakan secara langsung dari konsentrasi
asamnya (seperti halnya asam kuat). Langkah awal yang harus ditempuh adalah
menghitung besarnya [H+] dengan rumus.
[𝐻 + ] = √(𝐶𝑎 . 𝐾𝑎)
dimana:
Ca = konsentrasi asam lemah
Ka = tetapan ionisasi asam lemah

E. Metode
Ceramah dan latihan soal
F. Alat/Media :
OHP dan papan tulis
I. Penilaian:
1. Prosedur: Tertulis, dan lisan
2. Alat penilaian: Soal
G. Referensi:
Brown, Lemay, Bursten, 1997:Chemistry, Seven edition. Prentice Hall, New Jersey

Brady, J.E. and Humiston, 1990: General Chemistry, Principles and Structure, 5th
Edition, Jhon Wiley and Sons, New York.
SATUAN ACARA PERKULIAHAN
Mata Kuliah: Kimia Dasar II
Kode/Sks: KIM , 4(1) sks
Pertemuan ke: IX
Pokok Bahasan: Kesetimbangan Ion
Sub Pokok Bahasan: Larutan penyangga (Buffer), hidrolisis
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
A. Standar Kompetensi:
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa dapat memahami konsep larutan untuk
digunakan dalam mempelajari kecepatan reaksi, kesetimbangan kimia, kesetimbangan
ion, redoks dan elektrokimia, memahami proses spontan dengan menggunakan
parameter termodinamika, menggunakan prinsip-prinsip elektrokimia di dalam proses
pemurnian unsur-unsur logam
B. Kompetensi Dasar:
Mahasiswa mampu menggunakan konsep kesetimbangan kimia dalam reaksi-reaksi
ionsisasi sehingga dapat merumuskan persamaan pH dan menggunakannya untuk
perhitungan secara kuantitatif.
C. Indikator-Indikator:
1. Mahasiswa dapat mendefinisikan pengertian larutan buffer
2. Mahasiswa dapat memberikan contoh-contoh larutan buffer
3. Mahasiswa dapat menurunkan rumus pH untuk campuran dari asam lemah
dengan garamnya
4. Mahasiswa dapat memprediksi secara kualitatif dari suatu reaksi pembentukan
garam
5. Mahasiswa dapat menentukan nilai pH dari suatu garam
D. Pokok-Pokok Materi:
Larutan buffer adalah larutan yang terdiri dari (1) asam lemah atau basa lemah dan
(2) garamnya; kedua komponen itu harus ada.
Larutan buffer harus mengandung konsentrasi asam yang cukup tinggi untuk bereaksi
dengan ion OH- yang dtambahkan kepadanya dan harus mengandung konsentrasi basa
yang sama tingginya untuk bereaksi dengan ion H+ yang ditambahkan. Selain itu,
komponen asam dan basa dari buffer tidak boleh saling menghabiskan dalam suatu
reaksi penetralan. Persyaratan ini dipenuhi oleh pasangan asam-basa konjugat (asam
lemah dan basa konjugatnya atau basa lemah dan asam konjugatnya).
Larutan buffer sederhana dapat dibuat dengan menambahkan asam asetat
(CH3COOH) dan natrium asetat (CH3COONa) dalam jumlah yang sama ke dalam air.
Konsentrasi kesetimbangan baik asam maupun basa konjugat (dari CH3COONa)
diasumsikan sama dengan konsentrasi awalnya. Ini karena (1) CH3COOH adalah
asam lemah dan hidrolisis ion CH3COO- sangat kecil dan (2) keberadaan ion
CH3COO- menekan ionisasi CH3COOH, dan keberadaan CH3COOH menekan
hidrolisis ion CH3COO-.
Kapasitas buffer, yaitu keefektifan larutan buffer, bergantung pada jumlah asam dan
basa konjugat yang menyusun buffer tersebut. Semakin besar jumlahnya, semakin
besar kapasitas buffernya.
Pada umumnya, sistem buffer dapat dinyatakan sebagai garam/asam atau basa
konjugat/asam. Jadi, sistem buffer natrium asetat-asam asetat dapat dituliskan sebagai
CH3COONa/CH3COOH atau CH3COO-/CH3COOH.
Hidrolisis garam menjelaskan reaksi anion atau kation suatu garam, atau keduanya,
dengan air. Hidrolisis garam biasanya mempengaruhi pH larutan.
Garam yang Mengahasilkan Larutan Netral
Pada umumnya garam mengandung ion logam alkali atau ion logam alkali tanah
(kecuali Be2+) dan basa konjugat suatu asam kuat (misalnya, Cl-, Br-, dan NO3-) tidak
mengalami hidrolisis dalam jumlah banyak , dan larutan dianggap netral. Misalnya,
bila NaNO3, suatu garam yang terbentuk oleh reaksi NaOH dengan HNO3, larut
dalam air, garam ini terurai sempurna menjadi
H2 O
NaNO3(s) Na+(aq) + NO-3(aq)

Ion Na+ terhidrasi tidak memberikan pun tidak juga menerima ion H+. Ion NO3-
adalah basa konjugat dari asam kuat HNO3 dan tidak memiliki afinitas ion H+.
Akibatnya, suatu larutan yang mengandung ion Na+ dan NO-3 akan netral, dengan pH
7.
Garam yang Menghasilkan Larutan Basa
Penguraian natrium asetat (CH3COONa) dalam air menghasilkan
H2O
CH3COONa(s) Na+(aq) + CH3COO-(aq)

Ion Na+ yang terhidrasi tidak memiliki sifat asam maupun sifat basa. Namun ion
asetat CH3COO- adalah basa konjugat dari asam lemah CH3COOH dan dengan
demikian memiliki afinitas untuk ion H+. Reaksi hidrolisisnya sebagai berikut
CH3COO-(aq) + H2O(l) CH3COOH(aq) + OH-(aq)

Karena reaksi ini menghasilkan ion OH-, larutan natrium asetat akan bersifat basa.
Konstanta kesetimbangan reaksi hidrolisis ini yaitu
[CH3 COOH][OH − ]
𝐾𝑏 =
[CH3 COO− ]
Garam yang Menghasilakan Larutan Asam
Ketika garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah larut dalam air, larutannya
menjadi larutan asam. Sebagai contoh
H2O
NH4Cl(s) NH4+(aq) + Cl-(aq)

Ion Cl- tidak mempunyai afinitas untuk ion H+. Ion amonium NH4+ adalah asam
konjugat lemah dari basa lemah NH3 dan terionisasi sebagai:
NH4+(aq) NH3(aq) + H+(aq)

Karena reaksi ini menghasilkan ion H+, pH larutan menurun. Hidrolisis ion NH4+
sama dengan ionisasi asam NH4+. Konstanta kesetimbangan untuk proses ini adalah
[NH3 ][H+ ] Kw
Ka = =
[NH+
4] Kb

E. Metode:
Ceramah dan latihan soal
F. Alat/Media :
Papan tulis
G. Penilaian:
1. Prosedur: Tertulis, dan lisan
2. Alat penilaian: Soal
H. Referensi:

Brown, Lemay, Bursten, 1997:Chemistry, Seven edition. Prentice Hall, New Jersey

Brady, J.E. and Humiston, 1990: General Chemistry, Principles and Structure, 5th
Edition, Jhon Wiley and Sons, New York.
SATUAN ACARA PERKULIAHAN
Mata Kuliah: Kimia Dasar II
Kode/Sks: KIM , 4(1) sks
Pertemua Ke: X
Pokok Bahasan: Kesetimbangan Ion
Sub Pokok Bahasan: Hasil kali kelarutan (Ksp)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
A. Standar Kompetensi:
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa dapat memahami konsep larutan untuk
digunakan dalam mempelajari kecepatan reaksi, kesetimbangan kimia, kesetimbangan
ion, redoks dan elektrokimia, memahami proses spontan dengan menggunakan
parameter termodinamika, menggunakan prinsip-prinsip elektrokimia di dalam proses
pemurnian unsur-unsur logam
B. Kompetensi Dasar:
Mahasiswa mampu menggunakan konsep kesetimbangan kimia dalam reaksi-reaksi
ionsisasi sehingga dapat merumuskan persamaan pH dan menggunakannya untuk
perhitungan secara kuantitatif.
C. Indikator-Indikator:
1. Mahasiswa dapat menuliskan ungkapan Ksp suatu reaksi kimia
2. Mahasiswa dapat menurunkan hubungan antara Ksp dengan kelarutan
3. Mahasiswa dapat mencari nilai Ksp
4. Mahasiswa dapat menghitung kelarutan suatu senyawa dalam satuan gram/L
5. Mahasiswa dapat memprediksi apakah suatu reaksi terjadi endapan atau tidak
6. Mahasiswa dapat menyimpulkan endapan manakah yang pertama kali terbentuk
dari beberapa reaksi pengendapan
D. Pokok-Pokok Materi:
Larutan jenuh perak klorida yang bersentuhan dengan perak klorida padat,
kesetimbangan kelarutannya dapat dinyatakan sebagai berikut
AgCl(s) Ag+(aq) + Cl-(aq)

Karena garam seperti AgCl dianggap sebagai elektrolit kuat, semua AgCl yang larut
dalam air dianggap teruarai sempurna menjadi ion Ag+ dan Cl-. Untuk reaksi
heterogen, konsentrasi padatan adalah konstanta. Jadi, dapat dituliskan konstanta
kesetimbangan untuk pelarutan AgCl sebagai
Ksp = [Ag+][Cl-]
di mana Ksp disebut konstanta hasilkali kelarutan atau, ringkasnya, hasilkali kelarutan.
Secara umum, hasilkali kelarutan suatu senyawa ialah hasilkali konsentrasi molar
dari ion-ion penyusunnya, dimana masing-masing dipangkatkan dengan koefisien
stoikiometrinya didalam persamaan kesetimbangan.
Untuk pelarutan padatan ionik dalam larutan berair, salah satu kondisi berikut dapat
terjadi: (1) larutan tak jenuh, (2) larutan jenuh, atau (3) larutan lewat jenuh. Untuk
menyatakan hasilkali konsentrasi molar ion dipangkatkan dengan koefisien
stoikiometrinya maka digunakan Q (hasilkali ion):
Q = [Ag+][Cl-]
Nilai Ksp menyatakan kelarutan senyawa ionik-semakin kecil nilainya, semakin
sedikit kelarutan senyawa tersebut dalam air. Namun, dalam menggunakan nilai Ksp
untuk membandingkan kelarutan, harus dipilih senyawa yang memiliki rumus yang
sama, misalnya AgCl dan ZnS, atau CaF2 dan Fe(OH)2. Terdapat dua kuantitas lain
yang menyatakan kelarutan zat: kelarutan molar, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam
1 L larutan jenuh (mol per liter), dan kelarutan, yaitu jumlah gram zat terlarut dalam
1 L larutan jenuh (gram per liter).
Misalkan s adalah kelarutan molar (dalam mol/L). Karena satu unit AgBr
menghasilkan satu ion Ag+ dan satu ion Br-, pada kesetimbangan baik [Ag+] maupun
[Br-] sama dengan s. Dapat diringkas perubahan konsentrasinya sebagai berikut:
AB A+ + B-
Awal (M): - -
Perubahan (M): +s +s
Kesetimbangan (M) s s
Ksp = [A+][B-]

𝑠 = √𝐾𝑠𝑝
E. Metode:
Ceramah dan latihan soal
F. Alat/Media :
OHP dan papan tulis
G. Penilaian:
1. Prosedur: Tertulis, dan lisan
2. Alat penilaian: Soal
H. Referensi:

Brown, Lemay, Bursten, 1997:Chemistry, Sven edition. Prentice Hall, New Jersey
SATUAN ACARA PERKULIAHAN
Mata Kuliah: Kimia Dasar II
Kode/Sks: KIM , 4(1) sks
Pertemuan Ke: XI
Pokok Bahasan: Termodinamika
Sub Pokok Bahasan: Entropi, dan Energi Bebas
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
A. Standar Kompetensi:
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa dapat memahami konsep larutan untuk
digunakan dalam mempelajari kecepatan reaksi, kesetimbangan kimia, kesetimbangan
ion, redoks dan elektrokimia, memahami proses spontan dengan menggunakan
parameter termodinamika, menggunakan prinsip-prinsip elektrokimia di dalam proses
pemurnian unsur-unsur logam
B. Kompetensi Dasar:
Mahasiswa mengerti penggunaan variabel-variabel termodinamika untuk menentukan
spontan tidaknya suatu proses perubahan
C. Indikator-Indikator
1. Mahasiswa dapat mengungkapkan bunyi hukum termodinamika ke-2
2. Mahasiswa dapat memprediksi suatu reaksi menghasilkan perubahan entropi
positif atau negatif
3. Mahasiswa dapat menghitung nilai ΔS
4. Mahasiswa dapat menuliskan hubungan antara G, H, dan S
5. Mahasiswa dapat memprediksi suatu proses berlangsung secara spontan atau
tidak dengan memperhatikan variabel G, S, H dan T
D. Pokok-Pokok Materi:
Entropi (S), yakni ukuran keacakan atau ketidakteraturan suatu sistem. Semakin
besar ketidakteratutan suatu sistem, semakin besar entropinya. Sebaliknya, semakin
teratur suatu sistem, semakin kecil entropinya.
Seperti halnya energi dan entalpi, entropi merupakan suatu fungsi keadaan (state
function). Mari kita lihat proses tertentu yang sistemnya berubah dari suatu keadaan
awal ke suatu keadaan akhir. Perubahan entropi untuk proses ini, ∆S, ialah
∆S = Sf - Si
dimana Sf dan Si berturut-turut adalah entropi sistem pada keadaan akhir (final state)
dan keadaan awal (initial state). Jika perubahan mengakibatkan kenaikan keacakan,
atau ketidakteraturan, maka Sf > Si atau ∆S > 0.
Hubungan antara entropi dan kespontanan reaksi dinyatakan oleh hukum kedua
termodinamika: Entropi semesta (universe) akan meningkat dalam proses spontan
dan tidak berubah dalam proses kesetimbangan. Karena semesta terdiri atas sistem
dan lingkungan (surrounding), perubahan entropi dalam semesta (∆Suniv) untuk proses
apa saja adalah jumlah perubahan entropi dalam sistem (∆Ssis) dan perubahan entropi
lingkungan (∆Ssurr). Secara matematis, dapat dinyatakan hukum kedua termodinamika
sebagai berikut:
Untuk proses spontan: ∆Suniv = ∆Ssis + ∆Ssurr 0
Untuk proses kesetimbangan: ∆Suniv = ∆Ssis + ∆Ssurr = 0

Hukum kedua termodinamika menyatakan bahwa reaksi spontan akan meningkatkan


entropi semesta; artinya, ∆Suniv > 0. Diketahui bahwa untuk proses spontan:
∆Suniv = ∆Ssis + ∆Ssurr > 0
Dengan mensubtitusikan -∆Hsis/T pada ∆Ssurr, dituliskan
∆𝐻𝑠𝑖𝑠
∆Suniv = ∆Ssis - >0
𝑇

Dengan mengalikan kedua sisi persamaan dengan T akan dihasilkan


T∆Suniv = -∆Hsis + T∆Ssis > 0
Sekarang kita mempunyai satu kriteria untuk reaksi spontan yang dinyatakan hanya
dalam sifat-sifat sistem itu (∆Hsis dan ∆Ssis) sehingga lingkungan dapat diabaikan.
Untuk mudahnya, persamaan diatas dapat diubah dengan mengalikan semua dengan -
1 dan mengganti tanda > dengan <:
-T∆Suniv = ∆Ssis - T∆Ssis < 0
Persamaan ini menyatakan bahwa untuk proses yang dilaksanakan pada tekanan
konstan dan suhu T, jika perubahan entalpi dan entropi sistem itu sedemikian rupa
sehingga ∆Ssis - T∆Ssis lebih kecil daripada nol, maka proses itu haruslah spontan.
Untuk menyatakan kespontanan reaksi secara lebih langsung, kita dapat menggunakan
satu fungsi termodinamik lain yang disebut energi bebas Gibbs (G), atau lebih
singkatnya energi bebas.
G = H – TS
Semua kuantitas dalam persamaan diatas berhubungan dengan sistem, dan T adalah
suhu sistem. G mempunyai satuan energi (baik H maupun TS adalah dalam satuan
energi). Sama seperti H dan S, G adalah fungsi keadaan.
Perubahan energi bebas (∆G) suatu sistem pada proses pada suhu tetap ialah
∆G = ∆H - T∆S
Dalam konteks ini, energi bebas ialah energi yang tersedia untuk melakukan kerja.
Syarat-syarat untuk kespontanan dan kesetimbangan pada suhu dan tekanan tetap dari
segi ∆G:
∆G < 0 Reaksi spontan ke arah depan
∆G > 0 Reaksi nonspontan. Reaksi ini spontan pada arah yang berlawanan.
∆G = 0 Sistem berada pada kesetimbangan. Tidak ada perubahan bersih.
E. Metode
Ceramah dan latihan soal
F. Alat/Media :
Papan tulis
G. Penilaian:
1. Prosedur: Tertulis, dan lisan
2. Alat penilaian: Soal
F. Referensi:
Brown, Lemay, Bursten, 1997:Chemistry, Seven edition. Prentice Hall, New Jersey
Brady, J.E. and Humiston, 1990: General Chemistry, Principles and Structure, 5th
Edition, Jhon Wiley and Sons, New York.
SATUAN ACARA PERKULIAHAN
Mata Kuliah: Kimia Dasar II
Kode/Sks: KIM , 4(1) sks
Pertemuan Ke: XIII
Pokok Bahasan: Redoks dan Elektrokimia
Sub Pokok Bahasan: Bilangan Oksidasi dan Penyetaraan Redoks
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
A. Standar Kompetensi:
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa dapat memahami konsep larutan untuk
digunakan dalam mempelajari kecepatan reaksi, kesetimbangan kimia, kesetimbangan
ion, redoks dan elektrokimia, memahami proses spontan dengan menggunakan
parameter termodinamika, menggunakan prinsip-prinsip elektrokimia di dalam proses
pemurnian unsur-unsur logam
B. Kompetensi Dasar:
Mahasiswa dapat memahami konsep reaksi reduksi dan oksidasi dan penerpannya
pada sel elektrokimia, sehingga mampu memberikan wawasan yang luas pada
aplikasinya di masyarakat
C. Indikator-Indikator:
1. Mahasiswa dapat menentukan bilangan oksidasi suatu unsur dalam suatu senyawa
2. Mahasiswa dapat menentukan oksidator dan reduktor pada suatu persamaan reaksi
redoks
3. Mahasiswa dapat menyetarakan persamaan reaksi rredoks dengan cara setengah
reaksi oksidasi reduksi
D. Pokok-Pokok Materi:
Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang berkenaan dengan interkonversi energi
listrik dan energi kimia. Proses elektrokimia adalah reaksi redoks dimana dalam
reaksi ini energi yang dilepas oleh reaksi spontan diubah menjadi listrik atau dimana
energi listrik digunakan agar reaksi yang nonspontan bisa terjadi.
Istilah redoks berasal dari dua konsep, yaitu reduksi dan oksidasi. Dapat dijelaskan
dengan mudah sebagai berikut:
 Oksidasi menjelaskan pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion.
 Reduksi menjelaskan penambahan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion.
Dalam reaksi redoks, elektron-elektron ditransfer dari satu zat ke zat lain. Reaksi
antara logam magnesium dan asam klorida merupakan satu contoh reaksi redoks:
0 +1 +2 0
Mg(s) + 2HCl(aq) MgCl2(aq) + H2(g)

Angka yang ditulis diatas unsur adalah bilangan oksidasi dari unsur tersebut.
Dilepasnya elektron oleh suatu unsur selama oksidasi ditandai dengan meningkatnya
bilangan oksidasi unsur itu. Dalam reduksi, terjadi penurunan bilangan oksidasi
karena diperolehnya elektron oleh unsur tersebut. Dalam reaksi yang ditunjukan
disini, logam Mg dioksidasi dan ion H+ direduksi; ion Cl- adalah ion pengamat.
Untuk lebih memudahkan penyetaraan reaksi redoks dapat digunakan metode ion-
elektron. Dalam metode ini, reaksi keseluruhan dibagi menjadi dua setengah-reaksi,
satu untuk oksidasi dan satu untuk reduksi. Persamaan untuk kedua setengah-reaksi
ini disetarakan secara terpisah dan kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan
persamaan setara keseluruhannya.
Misal untuk menyetarakan persamaan yang menunjukkan terjadinya oksidasi ion Fe2+
menjadi ion Fe3+ oleh ion dikromat (Cr2O72-) dalam medium asam.sebagai hasilnya,
ion (Cr2O72-) tereduksi menjadi ion-ion Cr3+. Berikut adalah tahap-tahapnya.
Tahap 1. Tulis persamaan taksetara untuk reaksi ini dalam bentuk ionik.
Fe2+ + Cr2O72- Fe3+ + Cr3+

Tahap 2. Pisahkan persamaan tersebut menjadi dua setengah-reaksi.


+2 +3
Oksidasi: Fe2+ Fe3+

+6 +3
2-
Reduksi: Cr2O7 Cr3+
Tahap 3. Setarakan atom yang bukan O dan H disetiap setengah-reaksi secara
terpisah.
Setengah-reaksi oksidasi sudah setara untuk atom Fe. Untuk setengah-reaksi reduksi
kalikan Cr3+ dengan 2 untuk menyetarakan atom Cr.
Cr2O2-7 2Cr3+

Tahap 4. Untuk reaksi dalam medium asam, tambahkan H2O untuk menyetarakan
atom O dan tambahkan H+ untuk menyetarakan atom H.
Tahap 5. Tambahkan elektron pada salah satu sisi dari setiap setengah-reaksi untuk
menyetarakan muatan. Jika perlu, samakan jumlah elektron di kedua
setengah-reaksi dengan cara mengalikan satu atau kedua setengah-reaksi
dengan koefisien yang sesuai.
Tahap 6. Jumlahkan kedua setengah-reaksi dan setarakan persamaan akhir dengan
pengamatan. Elektron-elektron dikedua sisi harus saling meniadakan.
Tahap 7. Periksa kembali apakah persamaan ini mengandung jenis dan jumlah atom
yang sama serta periksa juga apakah muatan pada kedua sisi persamaan
sudah sama.
Pengecekan terakhir menunjukkan bahwa persamaan yang dihasilkan sudah setara
“secara atom” dan “secara muatan”.

E. Metode
Penugasan dan Diskusi
F. Alat/Media :
LCD proyektor dan papan tulis
G. Penilaian:
3. Prosedur: Tertulis, dan lisan
4. Alat penilaian: Soal
H. Referensi:

Brown, Lemay, Bursten, 1997:Chemistry, Seven edition. Prentice Hall, New Jersey

Brady, J.E. and Humiston, 1990: General Chemistry, Principles and Structure, 5th
Edition, Jhon Wiley and Sons, New York.
SATUAN ACARA PERKULIAHAN
Mata Kuliah: Kimia Dasar II
Kode/Sks: KIM , 4(1) sks
Pertemuan Ke: XIV
Pokok Bahasan: Redoks dan Elektrokimia
Sub Pokok Bahasan: Sel Volta dan Sel Elektrolisis
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
A. Standar Kompetensi:
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa dapat memahami konsep larutan untuk
digunakan dalam mempelajari kecepatan reaksi, kesetimbangan kimia, kesetimbangan
ion, redoks dan elektrokimia, memahami proses spontan dengan menggunakan
parameter termodinamika, menggunakan prinsip-prinsip elektrokimia di dalam proses
pemurnian unsur-unsur logam
B. Kompetensi Dasar:
Mahasiswa dapat memahami konsep reaksi reduksi dan oksidasi dan penerapannya
pada sel elektrokimia sehingga mampu memberikan wawasan yang luas pada
aplikasinya di masyarakat
C. Indikator-Indikator:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan proses yang terjadi dalam suatu sel volta
2. Mahasiswa dapat menghitung potensial sel dari sel volta
3. Mahasiswa dapat memprediksi spontan tidaknya suatu reaksi kimia
4. Mahasiswa dapat menuliskan proses elektrolisis suatu larutan dengan elektroda
inert
5. Mahaiswa dapat mnuliskan persamaan reaksi elektrolisis suatu larutan dengan
elektroda aktif
6. Mahasiswa dapat menghitung jumlah endapan pada suatu elektrolisis jika
diberikan waktu dan arus yang digunakan
D. Pokok-Pokok Materi:
Peralatan percobaan untuk menghasilkan listrik dengan memanfaatkan reaksi redoks
sontan disebut sel galvanik atau sel volta.
Sebatang seng dicelupkan ke dalam larutan ZnSO4, dan sebatang tembaga
dicelupkanke dalam larutan CuSO4. Sel bekerja berdasarkan asas bahwa oksidasi Zn
menjadi Zn2+ dan reduksi Cu2+ menjadi Cu dapat dibuat berlangsung serentak dalam
lokasi-lokasi yang terpisah dimana transfer elektron antara lokasi-lokasi tersebut
terjadi melalui sebuah kawat eksternal. Batang seng dan tembaga dinamakan
elektroda. Susunan elektroda (Zn dan Cu) dan larutan (ZnSO4 dan CuSO4) ini disebut
sel Daniell. Berdasarkan definisi, anoda dalam sel galvanik ialah elektroda tempat
terjadinya oksidasi dan katoda ialah elektroda tempat terjadinya reduksi.
Untuk sel Daniell, reaksi-reaksi setengah-sel, yaitu, reaksi oksidasi dan reduksi pada
masing-masing elektroda, ialah
Elektroda Zn (anoda) : Zn(s) Zn2+(aq) + 2e-
Elektroda Cu (katoda): 2+
Cu (aq) + 2e- Cu(s)

Perhatikan bahwa kecuali kedua larutan dipisahkan satu sama lain, ion Cu2+ akan
bereaksi langsung dengan batang seng:
Cu2+(aq) + Zn(s) Cu(s) + Zn2+(aq)

dan tidak akan ada kerja listrik berguna yang diperoleh.


Elektrolisis ialah proses yang menggunakan energi listrik agar reaksi kimia
nonspontan dapat terjadi. Sel elektrolitik ialah alat untuk melaksanakan elektrolisis.
Dalam elektrolisis, arus listrik dari sumber luar digunakan untuk menggerakkan reaksi
kimia nonspontan. Banyaknya produk yang terbentuk atau reaktan yang dikonsumsi
dalam sel lektrolitik bergantung pada kuantitas listrik yang ditransfer pada elektroda.
Elektrolisis memainkan peran penting dalam memperoleh logam murni dari bijihnya
dan dalam pemurnian logam.
Adapun contoh elektrolisis yaitu elektrolisis lelehan natrium klorida, elektrolisis air,
dan elektrolisis larutan berair natrium klorida.
Elektrolisis Lelehan Natrium Klorida
Dalam keadaan meleleh, natrium klorida, suatu senyawa ionik, dapat dielektrolisis
agar membentuk logam natrium dan klorin. Dalam lelehan NaCl, kation dan anionnya
masing-masing adalah ion Na+ dan Cl-.
Reaksi yang terjadi pada elektroda adalah
Anoda (oksidasi): 2Cl-(l) Cl2(g) + 2e-
+
Katoda (reduksi): 2Na (l) + 2e- 2Na(l)
Keseluruhan: 2Na+(l) + 2Cl-(l) 2Na(l) + Cl2(g)

Proses ini merupakan sumber utama logam natrium murni dan gas klorin.
Elektrolisis Air
Reaksi secara keseluruhan yang terjadi adalah
Anoda (oksidasi): 2H2O(l) O2(g) + 4H+(aq) + 4e-
+
Katoda (reduksi): 4[H (aq) + e- 1/2H2(g)]
Keseluruhan: 2H2O(l) 2H2(g) + O2(g)
Secara total tidak ada H2SO4 yang dikonsumsi dalam reaksi ini.
Elektrolisis Larutan Berair Natrium Klorida
Elektrolisis larutan berair natrium klorida merupakan contoh yang paling rumit
diantara ketiga contoh elektrolisis karena larutan natrium klorida mengandung
beberapa spesi yang dapat dioksidasi dan direduksi.
E. Metode
Ceramah dan latihan soal
F. Alat/Media :
OHP dan papn tulis
G. Penilaian:
5. Prosedur: Tertulis, dan lisan
6. Alat penilaian: Soal

H. Referensi:
Brown, Lemay, Bursten, 1997:Chemistry, Seven edition. Prentice Hall, New Jersey

Brady, J.E. and Humiston, 1990: General Chemistry, Principles and Structure, 5th
Edition, Jhon Wiley and Sons, New York.
SATUAN ACARA PERKULIAHAN
Mata Kuliah: Kimia Dasar II
Kode/Sks: KIM , 4(1) sks
Pertemuan Ke: XV
Pokok Bahasan: Kimia Unsur
Sub Pokok Bahasan: 1) Pengelompokkan unsur-unsur logam dan non logam
2) Beberapa aplikasi redoks dan elektrokimia dalam produksi logam
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
I. Standar Kompetensi:
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa dapat memahami konsep larutan untuk
digunakan dalam mempelajari kecepatan reaksi, kesetimbangan kimia, kesetimbangan
ion, redoks dan elektrokimia, memahami proses spontan dengan menggunakan
parameter termodinamika, menggunakan prinsip-prinsip elektrokimia di dalam proses
pemurnian unsur-unsur logam
J. Kompetensi Dasar:
Mahasiswa dapat memahami pengelompokkan unsur-unsur dalam dua bagian yaitu
logam dan non logam serta penerapan konsep elektrokimia dalam pengolahan logam-
logam
K. Indikator-Indikator:
1. Mahasiswa dapat memperkirakan kekuatan basa dari logam gol. IA, dan IIA
2. Mahasiswa dapat mengurutkan kekuatan asam-asam oksi dari halogen
3. Mahasiswa dapat menuliskan persamaan reaksi antara oksida logam dengan
air
4. Mahasiswa dapat menuliskan persamaan reaksi antara oksida non logam
dengan air
5. Mahasiswa dapat menceritakan proses metalurgi pengolahan logam tembaga
6. Mahasiswa dapat memperkirakan jumlah alumunium yang dihasilkan dari
proses elektrometalurgi biji bauksit
L. Pokok-Pokok Materi:
Metode elektrolisis berguna untuk memperoleh logam murni dai bijihnya atau untuk
pemurnian logam. Secara kolektif, proses-proses ini disebut sebagai elektrometalurgi.
Berikut adalah contoh proses elektrometalurgi.
Produksi Logam Aluminium
Aluminium biasanya dibuat dari bijih bauksit (Al2O3.2H2O). pertama-tama bijihnya
diolah untuk menyingkirkan berbagai pengotor dan kemudian dipanaskan untuk
memperoleh Al2O3 tanpa air. Oksida ini dilarutkan dalam lelehan kriolit (Na3AlF6)
dalam suatu sel elektrolitik. Sel ini berisi serangkaian anoda karbon; katodanya juga
dibuat dari karbon dan menjadi pelapis didalam sel. Larutan dielektrolisis untuk
menghasilkan sel aluminium dan gas oksigen:
Anoda: 3[2O2- O2(g) + 4e-]
Katoda: 3+
4[Al + 3e- Al(l)]
Keseluruhan: 2Al2O3 4Al(l) + 3O2(g)

Pemurnian Logam Tembaga


Logam tembaga yang diperoleh dari bijihnya biasanya mengandung sejumlah
pengotor seperti seng, besi, perak, dan emas. Logam yang lebih elektropositif diambil
dengan proses elektrolisis di mana pada proses ini tembaga takmurni bertindak
sebagai anoda dan tembaga murni bertindak sebagai katoda dalam larutan asam sulfat
yang berisi ion Cu2+. Setengah –reaksinya ialah
Anoda: Cu(s) Cu2+(aq) + 2e-
2+(aq)
Katoda: Cu + 2e- Cu(s)]

M. Metode
Penugasan dan diskusi
N. Alat/Media :
LCD Proyektor dan papan tulis
O. Penilaian:
7. Prosedur: Tertulis, dan lisan
8. Alat penilaian: Soal

P. Referensi:
Brown, Lemay, Bursten, 1997: Chemistry, Seven edition. Prentice Hall, New Jersey

Brady, J.E. and Humiston, 1990: General Chemistry, Principles and Structure, 5th
Edition, Jhon Wiley and Sons, New York.

Anda mungkin juga menyukai