Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PEMBAHASAN

1.1 Definisi Penguapan (Evaporasi)


Definisi penguapan atau evaporasi menurut para ahli dijabarkan sebagai berikut :
a. Lakitan (1994), evaporasi adalah suatu proses penguapan air yang berasal
dari permukaan bentangan air atau dari bahan padat yang mengandung air.
b. Manan dan Suhardianto (1999), evaporasi adalah perubahan air menjadi
uap air.
c. Robert B. long (1995), evaporasi diartikan sebagai proses penguapan
daripada liquid (cairan) dengan penambahan panas.
d. Warren L.Mc Cabe (1999), evaporasi (penguapan) dapat didefinisikan
sebagai perpindahan kalor ke dalam zat cair yang dapat mendidih. Panas
tersebut dapat disuplai dengan macam-macam cara, baik secara alami dan
penambahan steam.
Evaporasi secara umum dapat didefinisikan dalam dua kondisi, yaitu:
a. evaporasi yang berarti proses penguapan yang terjadi secara alami
b. evaporasi yang dimaknai dengan proses penguapan yang timbul akibat
diberikan uap panas (steam) dalam suatu peralatan.

Evaporasi dapat diartikan sebagai proses penguapan daripada liquid (cairan)


dengan penambahan panas atau dapat juga didefinisikan sebagai evaporasi adalah
peristiwa menguapnya pelarut dari campuran yang terdiri atas zat terlarut yang
tidak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap. Dalam kebanyakan
proses evaporasi, pelarutnya adalah air. Panas dapat disuplai dengan berbagai cara,
diantaranya secara alami dan penambahan steam. Evaporasi diadasarkan pada
proses pendidihan secara intensif yaitu;
(1) pemberian panas ke dalam cairan,

(2) pembentukan gelembung-gelembung (bubbles) akibat uap,

(3) pemisahan uap dari cairan, dan

(4) mengkondensasikan uapnya.

Evaporasi atau penguapan juga dapat didefinisikan sebagai perpindahan kalor ke


dalam zat cair mendidih. Evaporasi dilaksanakan dengan cara menguapkan
sebagian dari pelarut pada titik didihnya, sehingga diperoleh larutan zat cair pekat
yang konsentrasinya lebih tinggi.

1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Evaporasi


Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan (Dirjen POM, 1986) :
a. Suhu berpengaruh pada kecepatan penguapan, makin tinggi suhu makin
cepat penguapan. Disamping mempengaruhi kecepatan penguapan, suhu
juga berperanan terhadap kerusakan bahan yang diuapkan. Banyak
glikosida dan alkaloida terurai pada suhu di bawah 100oC.
b. Hormon, enzim dan antibiotic lebih peka lagi terhadap pemanasan. Karena
itu pengaturan suhu sangat ppenting agar penguapan dapat berjalan cepat
dan kemungkinan terjadinya peruraian dapat ditekan sekecil mungkin.
Untuk zat-zat yang peka terhadap panas dilakukan penguapan secara khusus
misalnya dengan pengurangan tekanan dan lain-lain.
c. Waktu Penerapan suhu yang relatif tinggi untuk waktu yang singkat kurang
menimbulkan kerusakan dibandingkan dengan bila dilakukan pada suhu
rendah tetapi memerlukan waktu lama.
d. Kelembaban Beberapa senyawa kimia dapat terurai dengan mudah apabila
kelembabannya tinggi, terutama pada kenaikan suhu. Beberapa reaksi
peruraian seperti hidrolisa memerlukan air sebagai medium untuk
berlangsungnya reaksi tersebut.
e. Cara Penguapan Bentuk hasil akhir seringkali menentukan cara penguapan
yang tepat. Panci penguapan dan alat penyuling akan menghasilkan produk
bentuk cair atau padat. Penguapan lapis tipis menghasilkan produk bentuk
cair. Umumnya cara pemekatan tidak dilakukan dengan lebih dari satu cara

1.3 Metode Penguapan (Evaporasi)


Metode penguapan adalah suatu metode untuk mendapatkan kosistensi ekstrak
yang lebih pekat, dan tujuan dilakukan metode penguapan adalah untuk
menghilangkan cairan penyari yang digunakan, agar tidak mengganggu pada
proses partisi. Penguapan adalah proses terbentuknya uap dari permukaan cairan.
Kecepatan terbentuknya uap tergantung atas terjadinya difusi uap melalui lapisan
batas diatas cairan yang bersangkutan. Disini berlaku prinsip pemindahan massa
dan tekanan parsiel yang merupakan tenaga dorongnya (Sudjadi, 1986).
Pada penguapan, terbentuknya uap berjalan sangat lambat, sehingga cairan
tersebut terlepas melalui gelembung-gelembung udara yang terlepas dari cairan.
Kecepatan penguapan tergantung pada kecepatan pemindahan panas. Oleh karena
itu, alat penguapan dirancang agar dapat memberikan pemindahan panas yang
maksimal kepada cairan. Untuk itu, permukaan harus seluas mungkin dan lapisan
batas dikurangi. Untuk memilih alat yang tepat harus diperhatikan sifat bahan yang
akan diuapkan (Sudjadi, 1986).
Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan, yaitu Suhu, makin tinggi suhu
makin capat penguapan. Kemudian pada Waktu yang singkat kurang menimbulkan
kerusakan dibandingkan dengan bila dilakukan pada suhu rendah tetapi
memerlukan waktu yang lama. Selain itu kelembaban bila kelembaban makin
tinggi terutama paa kenaikan suhu, maka beberapa dari senyawa kimia mudah
untuk terurai. Bentuk hasil akhir seringkali menentukan cara penguapan yang tepat.
Konsentrasi dengan kenaikan suhu dan kadar zat padat akan memperbesar resiko
kerusakan zat yang tidak tahan pemanasan dan mengurangi perbedaan suhu yang
merupakan daya dorong untuk pemindahan panas (Sudjadi, 1986).
Metode penguapan ada banyak misalnya penguapan sederhana, Fereeze-
Drying, Hairdryer, rotavapor, oven dan lain-lain. Semua metode tersebut memiliki
cara berbeda tetapi hasil yang diinginkan sama yaitu menghilangkan kadar cairan
penyarinya. Selain itu berbagai metode diatas juga memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing, misalnya saja untuk metode rotavapor penggunaannya
relatif mahal tetapi hasilnya lebih baik. (Sudjadi, 1986).
1.4 Alat-alat Evaporasi
1.4.1 Oven

Oven adalah alat yang paling banyak dan sering digunakan. Metode ini
didasarkan atas berat yang hilang sehingga sampel seharusnya mempunyai
kestabilan panas yang tinggi dan tidak mengandung komponen yang
mudah menguap.

1.4.2 Rotary Evaporator


Salah satu alat yang sering digunakan dari berbagai evaporator yaitu
Rotary evaporator diamana alat ini merupakan alat yang biasa digunakan
di laboratorium kimia untuk mengefisienkan dan mempercepat pemisahan
pelarut dari suatu larutan. Alat ini menggunakan prinsip vakum destilasi,
sehingga tekanan akan menurun dan pelarut akan menguap dibawah titik
didihnya alat ini bekerja seperti alat destilasi. Pemanasan pada alat ini
menggunakan penangas air yang dibantu dengan rotavapor akan memutar
labu yang berisi sampel oleh rotavapor sehingga pemanasan akan lebih
merata. Selain itu, penurunan tekanan diberikan ketika labu yang berisi
sampel diputar menyebabkan penguapan lebih cepat. Dengan adanya
pemutaran labu maka penguapan pun menjadi lebih cepat terjadi. Pompa
vakum digunakan untuk menguapkan larutan agar naik ke kondensor yang
selanjutnya akan diubah kembali ke dalam bentuk cair. Labu disimpan
dalam labu alas bulat dengan volume 2/3 bagian dari volume labu alas bulat
yang digunakan setelah itu waterbath dipanaskan dan mengusahakan suhu
yang digunakan dalam pemanasan disesuaikan dengan suhu pelarut yang
digunakan. Setelah suhu tercapai, labu alas bulat dipasang dengan kuat
pada ujung rotor yang menghubungkan dengan kondensor. Aliran air
pendingin dan pompa vakum dijalankan, kemudian tombol rotar diputar
dengan kecepatan yang diinginkan.
Adapun bagian-bagian dari alat yang digunakan dalam proses rotary
evaporator yaitu sebagai berikut:
1. Water bath, Water bath merupakan alat yang berfungsi untuk
memanaskan sampel dengan suhu yang dapat diatur sesuai kebutuhan.
Dalam water bath terdapat bagian-bagian Yaitu tampilan alat yang
berfungsi untuk Layar penampil suhu, Tombol Up/Down untuk menaik
turunkan suhu, Tombol untuk mengatur suhu. Dalam hal ini juga ada hot
plate yaitu alat yang digunakan untuk memanaskan waterbeath.
2. Kondensor, Kondensor merupakan alat yang digunakan untuk
mendinginkan uap pelarut yang telah menguap. Dalam hal ini kondensor
yang digunakan berbentuk spiral agar uap pelarut dapat dikondensasikan
dan proses kondensasi berjalan dengan lancar. Di dalam kondensor juga
terdapat selang-selang kecil yang berfungsi sebagai tempat mengalir
keluar uap gas yang tidak dapat terkondensasikan atau sering disebut gas
liar/gas buang. Kondensor juga memiliki lubang yang berfungsi sebagai
tempat keluar masuknya air dari mesin pendingin.
3. Mesin pendingin, Mesin pendingin berfungsi sebagai alat yang
digunakan untuk mendinginkan air yang akan dipompakan ke kondensor.
Di atas alat ini terdapat dua selang yang berfungsi sebagai tempat masuk
dan keluarnya air dari mesin pendingin ke kondensor
4. Tunkai atas dan tungkai bawah, berfungsi untuk mengatur tinggi
rendahnya labu sampel dan untuk mengatur kemiringan kondensor dan
labu alas bulat.
5. Labu alas bulat, labu alas bulat tempat pelarut yang telah menguap
dimana juga terdapat ujung rotor yang berfungsi sebagai tempat
bergantungnya labu alas bulat tempat pelarut yang telah menguap, labu alas
bulat tempat sampel dan pelarut yang akan dipisahkan dalam hal ini juga
terdapat ujung rotor yang berfungsi sebagai tempat bergantungnnya labu
alas bulat sampel dan pelarut.
6 Pompa vakum, Pompa vakum yaitu alat yang digunakan untuk mengatur
tekanan dalam labu, sehingga mempermudah penguapan sampel.

1.4.3 Freeze-Drying
Pengeringan Beku ini merupakan salah satu cara dalam pengeringan
bahan pangan. Pada cara pengeringan ini semua bahan pada awalnya
dibekukan, kemudian diperlakukan dengan suatu proses pemanasan ringan
dalam suatu lemari hampa udara. Kristal-kristal es ini yang terbentuk
selama tahap pembekuan, menyublim jika dipanaskan pada tekanan hampa
yaitu berubah secara langsung dari es menjadi uap air tanpa melewati fase
cair. Ini akan menghasilkan produk yang bersifat porous dengan perubahan
yang sangat kecil terhadap ukuran dan bentuk bahan aslinya. Karena panas
yang digunakan sedikit, maka kerusakan karena panas juga kecil
dibandingkan dengan cara-cara pengeringan lainnya.. Produk yang bersifat
porous dapat direhidrasi dengan cepat didalam air dingin. (Gaman dan
Sherrington, 1981).
Prinsip teknologi pengeringan beku ini dimulai dengan proses
pembekuan pangan, dan dilanjutkan dengan pengeringan; yaitu
mengeluarkan/memisahkan hampir sebagian besar air dalam bahan yang
terjadi melalui mekanisme sublimasi. Jika kondisi ini dipertahankan, maka
air (es) dalam bahan pangan secara kontinyu akan berkurang melalui proses
sublimasi. Mekanisme ini berbeda dengan proses pengeringan biasa;
dimana pengeringan biasa terjadi melalui mekanisme penguapan
(evaporasi) yang biasanya terjadi pada suhu tinggi. Proses pengeringan
biasa terjadi melalui mekanisme penguapan pada suhu panas, sehingga
bagian pangan yang kering akan terjadi perubahan kimia (gelatinisasi pati,
karamelisasi gula, dan/atau denaturasi protein) yang menyebabkan
terbentuknya kerak (crust) di permukaan; yang akan memberikan
hambatan bagi difusi uap dari bagian basah ke udara lingkungan.
Akibatnya, proses pengeringan akan terhambat dan terhenti, menghasilkan
produk yang bagian luar sudah kering bahkan terlalu kering dan menjadi
kerak tetapi bagian tengahnya masih basah. Kasus demikian sering disebut
sebagai case-hardening.

Proses pengeringan beku terjadi melalui mekanisme sublimasi yang


terjadi pada suhu dingin. Karena itu, proses gelatinisasi, karamelisasi, dan
denaturasi tidak terjadi, sehingga pada bagian pangan yang kering tidak
terjadi perubahan pembentukan kerak. Dengan demikian, uap air bisa
berdifusi dengan baik dari bagian basah ke udara lingkungan, sehingga bisa
dihasilkan produk yang kering dengan baik

BAB II
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai

  • Resum Sirup
    Resum Sirup
    Dokumen4 halaman
    Resum Sirup
    Pradnya Nagh Kerenz
    Belum ada peringkat
  • In Situ Gaes
    In Situ Gaes
    Dokumen14 halaman
    In Situ Gaes
    Pradnya Nagh Kerenz
    Belum ada peringkat
  • Tugas Fareks
    Tugas Fareks
    Dokumen6 halaman
    Tugas Fareks
    Pradnya Nagh Kerenz
    Belum ada peringkat
  • Laporan Suspensi
    Laporan Suspensi
    Dokumen9 halaman
    Laporan Suspensi
    Pradnya Nagh Kerenz
    Belum ada peringkat
  • Serbuk
    Serbuk
    Dokumen13 halaman
    Serbuk
    Pradnya Nagh Kerenz
    Belum ada peringkat