7480 14819 1 SM PDF
7480 14819 1 SM PDF
ABSTRAK
Keluarga dengan anak penderita penyakit kronis membutuhkan dukungan baik secara moril maupun spiritual.
Dukungan akan kebutuhan spiritual tidak jarang dianggap hal yang kurang penting. Keluarga melaporkan
belum terpenuhinya kebutuhan spiritual selama menunggu anak di rumah sakit. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui gambaran kebutuhan spiritual manakah yang paling dibutuhkan keluarga dengan
anak penderita penyakit kronis di ruang rawat inap anak RS Al Islam Bandung. Penelitian ini menggunakan
deskriptif kuantitatif. Jumlah sampel 39 responden dengan teknik purposive sampling dengan kuesioner yang
kembangkan dari konsep kebutuhan spiritual keluarga menurut Ruth A. Tanyi dengan nilai uji validitas 0,33-
1 dan nilai reliabilitas 0,93. Analisis menggunakan analisis statistic deskriptif yang menghasilkan distribusi
frekuensi serta persentase masing-masing dimensi kebutuhan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
dimensi dengan kebutuhan tertinggi adalah kebutuhan terhadap keyakinan (57,4%), diikuti oleh kebutuhan
terhadap kekuatan (57,1%), kebutuhan terhadap family’s preference (52,3%), kebutuhan terhadap spiritual
anggota keluarga (41%), kebutuhan terhadap makna dan tujuan (39%), dan kebutuhan terhadap hubungan
(37,8%). Penelitian ini menunjukan bahwa dimensi kebutuhan terhadap keyakinan merupakan dimensi
kebutuhan spiritual keluarga yang dirasa paling utama oleh responden. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
disarankan agar perawat dapat meningkatkan pelayanan tentang asuhan keperawatan spiritual dengan
pengembangan protap dengan memasukan enam dimensi ke dalam protab yang ada, disediakan ruang tunggu
yang tenang untuk keluarga dalam beribadah, adanya konseling antara perawat dan keluarga, dan
menyediakan bacaan-bacaan tentang kebutuhan spiritual keluarga.
ABSTRACT
Families with children with chronic illness need support both morally and spiritually. Support for spiritual
needs is not uncommonly perceived as less important. The family reported not having fulfilled the spiritual
needs while waiting for the child in the hospital. The aim of this research is to know the description of
spiritual needs which is most needed family with children suffering from chronic illness in the inpatient room
of RS Al Islam Hospital Bandung. This research used quantitative descriptive. Total sample 39 respondents
with purposive sampling technique with a questionnaire developed from the concept of spiritual family needs
according to Ruth A. Tanyi with validity test value 0,33-1 and reliability value 0,93. The analysis used
descriptive statistic analysis which produces frequency distribution and percentage of each need dimension.
The results of this study indicate that the dimension with the highest need is the need for confidence (57.4%),
followed by the need for strength (57.1%), the need for family's preference (52.3%), the need for spiritual
family members (41 %), Need for meaning and purpose (39%), and need for relationship (37.8%). This study
showed that the dimension of need to belief is a dimension of the spiritual needs of families that are
considered most important by the respondents. Based on the results of this study it is suggested that nurses
can improve the service of spiritual nursing care with the development of protap by including six dimensions
into the existing protab, provided a quiet waiting room for families in worship, counseling between nurses
and families, and provide readings about The spiritual needs of the family.
47
Sujana, E., Fatimah, S., & Hidayati, N.O.
menghadapi stress emosional, penyakit fisik, orang tua dengan anak penderita penyakit
atau kematian (Kozier, 2004). Kebutuhan asthma dengan metode kualitatif menunjukan
spiritual didefinisikan sebagai suatu kebutuhan bahwa spiritualitas merupakan sumber
untuk mempertahankan atau mengembalikan adaptasi orang tua ketika merawat anak dengan
keyakinan dan memenuhi kewajiban agama penyakit asthma (Renani et al, 2014).
serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau Banyak penelitian yang telah
pengampunan, mencintai, menjalin hubungan mendokumentasikan hubungan yang
penuh rasa percaya dengan Tuhan (Kozier, signifikan antara spiritualitas dengan
2004). kesehatan jiwa, fisik, dan kesehatan
Tanyi (2006) membagi kebutuhan fungsional. Salah satunya penelitian yang
spiritual keluarga menjadi enam subvariabel dilakukan oleh Gallagher et al (2015) dengan
yaitu makna dan tujuan (meaning and metode kuantitatif dan kualitatif terhadap 32
purpose), kekuatan (strengths), hubungan orang tua dengan anak yang mengalami
(relationships), keyakinan (beliefs), spiritual gangguan perkembangan, penelitian ini
anggota keluarga dan family’s preference. menunjukan terdapat hubungan positif antara
Apabila kebutuhan spiritual keluarga tersebut spiritual dengan tingkat depresi orang tua
tidak terpenuhi dapat menyebabkan distress artinya semakin tinggi tingkat spiritual orang
spiritual di dalam keluarga. Distress spiritual tua semakin rendah tingkat depresinya.
dapat menganggu keluarga dalam mengelola Penelitian serupa dilakukan oleh Sugianto
konflik, kondisi ini akan merusak (2014) tentang pengaruh konseling spiritual
kesejahteraan keluarga, keluarga akan perawat terhadap tingkat kecemasan pada
mengalami rasa keputusasaan, hilangnya keluarga pasien yang dirawat di ruang ICU
kebebasan, konflik bathin tentang keyakinan RSUD Sleman Yogyakarta dengan metode
mereka, dan mempertanyakan makna dari quasi ekperimen terhadap 20 responden
keberadaan dirinya (Tanyi, 2006) menunjukan hasil bahwa terdapat pengaruh
Menurut Potter dan Perry (2005) konseling spiritual perawat terhadap tingkat
distress spiritual dapat berkembang sejalan kecemasan pada keluarga pasien.
dengan seseorang mencari makna tentang apa Pemenuhan kebutuhan spiritual pasien
yang sedang terjadi, yang mungkin dapat dan keluarga dipengaruhi oleh perawat (Potter
mengakibatkan seseorang merasa sendiri dan & Perry, 2005). Menurut Hamid (2000)
terisolasi dari orang lain. Individu mungkin seorang perawat harus membantu memenuhi
mempertanyakan nilai spiritual mereka, kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari
mengajukan pertanyaan tentang jalan kebutuhan yang menyeluruh, antara lain
hidupnya, tujuan hidup, dan sumber makna dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan
hidup, keadaan tersebut sering dialami untuk spiritual klien tersebut, walaupun perawat dan
klien maupun keluarga yang menderita pasien tidak mempunyai keyakinan spiritual
penyakit kronis. atau keagamaan yang sama. Namun
Pemenuhan kebutuhan spiritual dapat fenomenanya dengan berbagai alasan perawat
memberikan kekuatan terhadap seseorang. justru menghindar untuk memenuhi kebutuhan
Besarnya pengaruh pemenuhan kebutuhan spiritual karena kurang menganggap penting
dasar spiritual terhadap keluarga dapat dilihat kebutuhan spiritual, tidak mendapatkan
dari beberapa hasil penelitian terdahulu. pendidikan tentang dimensi kebutuhan
Penelitian yang dilakukan oleh Bert (2011) spiritual, atau pemenuhan kebutuhan spiritual
terhadap 110 ibu yang memiliki anak remaja bukan menjadi tugasnya melainkan tugas dari
menunjukan hasil bahwa spiritualitas ibu pemuka agama. Selain itu, klien sering
merupakan prediktor kuat antara ibu dan anak. melaporkan kebutuhan spiritual dan
Penelitian yang dilakukan di Iran terhadap 10 eksistensialnya tidak terpenuhi, padahal
(beliefs). Kebutuhan terhadap keyakinan seperti penyakit yang diderita oleh anak
(beliefs) adalah kebutuhan terhadap (Tanyi, 2006).
kepercayaan yang dianut didalam keluarga dan Item terakhir yang dirasa sangat penting
apa arti kepercayaan tersebut terhadap untuk dimensi keyakinan (beliefs) adalah
kesehatan keluarga serta keluarga “saya membutuhkan ruangan tenang untuk
melaksanakan ritual keagamaan seperti sholat, beribadah ketika menunggu anak saya di
ibadah, dan meditasi (Tanyi, 2006). rumah sakit“ (41%). Tingginya kebutuhan
Dari hasil penelitian lima item keyakinan terhadap Tuhan membuat keluarga
pernyataan yang dirasa sangat penting oleh membutuhkan koneksi atau komunikasi
responden, item“ saya meyakini adanya berhubungan denganNya, koneksi ini
Tuhan” merupakan item yang dirasa sangat diekspresikan melalui ibadah atau ritual
penting oleh responden (84,6%), hal ini keagamaan (Tanyi, 2002). Untuk menunjang
dikarenakan seluruh responden berasal dari komunikasi yang efektif dengan
keluarga yang menganut keyakinan beragama Tuhan/kekuatan tertinggi maka keluarga
yaitu agama Islam, di dalam prinsip Islam membutuhkan ruangan yang tenang untuk
keyakinan kepada Tuhan merupakan beribadah. Perawat sebagai pemberi asuhan
kebutuhan utama bagi seseorang (Ibrahim, keperawatan harus bisa memfasilitasi keluarga
2011). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya agar
oleh Springer et al. (2009) menunjukan bahwa tercapai kesejahteraan keluarga yang optimal.
secara umum seseorang menempatkan Dimensi yang tertinggi yang kedua adalah
keyakinan (beliefs) di dalam kehidupannya dimensi kebutuhan terhadap kekuatan
dan merupakan hal terpenting dalam (strengths). Kebutuhan terhadap kekuatan
kehidupan moral seseorang. (strengths) merupakan kebutuhan untuk
Item sangat penting yang kedua adalah menemukan dan membangun kembali sumber
“ keluarga saya melaksanakan ibadah seperti yang menjadi spirit atau energi di dalam keluarga
sholat, membaca Al Quran atau Alkitab” ketika menghadapi krisis, energi ini akan
(71,8%). Hal ini dikarenakan keluarga mendorong seseorang untuk mencari potensi
menganut keyakinan beragama, maka terbaik dari dirinya. Energi atau spirit tersebut
kebutuhan ini melibatkan ekspresi dari dapat bersumber dari Tuhan, diri sendiri, orang
spiritual melalui ritual keagamaan dan praktik- lain dan lingkungannya (Tanyi, 2002).
praktik. Praktik dalam kebutuhan ini beragam Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa
misalnya anggota keluarga melaksanakan item “Tuhan adalah sumber kekuatan bagi
ibadah seperti sholat, membaca Al Quran atau saya” merupakan item yang dirasa sangat
Alkitab (Tanyi, 2006). Hal ini sejalan dengan penting oleh responden (79,5%), diikuti oleh
penelitian oleh Renani et al (2014) mengatakan item “saya butuh untuk selalu menjaga
bahwa ritual keagamaan merupakan berpikiran positif” (71,8%) dan terakhir diikuti
kompenen fungsional dari keyakinan oleh item “menemukan adanya kekuatan yang
keagaamaan dalam hidup seseorang. Aktivitas memberikan kedamaian dalam hidup saya”
keagamaan merupakan kunci dari perilaku (46,2 %).
seseorang dalam mengelola krisis. Keyakinan kepada Tuhan merupakan
Item yang dirasa sangat penting sumber kekuatan bagi seseorang (Ibrahim,
selanjutnya adalah “ saya meyakini adanya 2010). Sumber kekuatan memberi seseorang
kekuatan lain yang menyembuhkan penyakit keberanian yang dibutuhkan untuk mengadapi
anak saya” (51,3%). Keyakinan dapat menjadi rintangan yang tak terhitung dalam
kekuatan pendorong dalam kehidupan menghadapi krisis (Narayansamy, 2004).
seseorang. Dengan keyakinan yang kuat dapat Budaya masyarakat Indonesia sangat lekat
menolong seseorang ketika mengalami krisis dengan religiusitas, hal ini berbeda dengan
kultur di Negara barat yang lebih didominasi penting oleh responden (76,9%), diikuti oleh
dengan paham sekularisme dan kebebasan. item “saya membutuhkan ustad atau pemuka
Selama ini literatur-literatur yang mengungkap agama untuk mendo’akan saya dan anak saya”
makna spiritualitas sebagian besar berasal dari (53,8%) dan terakhir diikuti oleh item
Negara barat sedangkan kultur masyarakat “perawat ikut berdo’a bersama dengan anak
Indonesia dengan negara barat sangat berbeda. dan keluarga saya” (46,2%).
Sebagian besar budaya di Indonesia terdapat Mengidentifikasi dan mengatasi
kepercayaan kepada kekuatan super natural kebutuhan spiritual pasien adalah penting,
yang paling tinggi yang sangat berkuasa dan tetapi ada keterampilan umum yang diperlukan
menentukan segalanya yaitu Tuhan Yang perawat untuk mengembangkan strategi yang
Maha Esa dan tercantum pada sila pertama lebih baik untuk memenuhi kebutuhan-
pancasila (Nuraeni, Ibrahim dan Agustina, kebutuhan multidimensi keluarga dengan anak
2013). Hal tersebut mungkin saja dapat penderita penyakit kronis. Sebagai pemberi
berpengaruh terhadap kebutuhan spiritual asuhan keperawatan, perawatan harus
keluarga pasien dengan anak penderita melengkapi diri dengan keterampilan yang
penyakit kronis . diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
Kebutuhan terhadap Tuhan, menjaga spiritual.
selalu berfikiran positif, dan menemukan Hasil studi oleh Feudtner (2003)
adanya kekuatan yang memberikan kedamaian menunjukan bahwa terdapat beberapa metode
dalam hidup merupakan spirit atau energi yang efektif yang dilakukan perawat dalam
untuk memelihara pasien dan keluarganya dan memberikan perawatan spiritual. Pertama,
mengisi kembali semangat mereka. Tingginya seorang perawat harus mampu menjadi
kebutuhan terhadap hal tersebut menunjukan pendengar yang empati untuk pasien dan
bahwa kebutuhan tersebut sangat penting keluarganya. Perawat harus mampu
dirasakan oleh keluarga. Dalam hal ini peran mendengarkan secara aktif tanpa menghakimi,
perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan tidak membeda-bedakan pasien maupun
dibutuhkan untuk memperhatikan kebutuhan keluarganya, buat suasana yang tepat bagi
dasar pasien dan keluarganya sehingga pasien dan keluarganya untuk mengungkapkan
nantinya dengan proses keperawatan dapat pikiran dan perasaan spiritual mereka. Perawat
ditentukan perencanaan dan pelaksanaan perlu untuk merasakan nilai, sikap, prasangka,
tindakan yang sesuai dengan kebutuhan dasar keyakinan, asumsi dan perasaan pasien
manusia dan kemudian dapat dievaluasi sesuai maupun keluarganya serta sejauh mana
tingkat perkembangannya (Hidayat, 2008) kebutuhan pribadi pasien sudah terpenuhi.
Dimensi yang tertinggi yang ketiga Kedua, perawat ikut berdo’a bersama anak dan
adalah dimensi kebutuhan terhadap family’s keluarga pasien serta memfasilitasi kegiatan
preference. Kebutuhan terhadap family’s keagamaan seperti ibadah, sholat,
preference merupakan kebutuhan keluarga menyediakan bacaan-bacaan atau referensi
untuk mengekspresikan pandangan spiritual tentang spiritual.
keluarga terhadap perawat dalam Dimensi selanjutnya yang dirasa sangat
mengintegrasikan spiritual dalam perawatan penting oleh responden adalah spiritual
yang diberikan terhadap pasien dan anggota keluarga. Spiritual anggota keluarga
keluarganya, serta kebutuhan untuk memiliki adalah Kebutuhan spiritual anggota keluarga
seorang pemimpin agama dalam perawatan adalah kebutuhan keluarga dalam
terhadap keluarga. (Tanyi, 2006). mengekspresikan spiritual mereka, ekspresi
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa tersebut dapat membuat anggota keluarga
item “saya butuh untuk didengarkan dengan merasa lebih dekat dengan Tuhan, merasa
empati” merupakan item yang dirasa sangat lebih tenang dan damai (Tanyi, 2006).
Hasil penelitian dapat dilihat bahwa item dilakukan adalah melakukan bimbingan
“untuk menjaga keutuhan rumah tangga “ ibadah seperti berdo’a, sholat, wudhu,
merupakan item yang dirasa sangat penting oleh tayamum yang dilakukan oleh perawat dan
hampir seluruhnya dari responden sebesar tindakan santunan kerohanian yaitu
76,9%. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki memberikan motivasi keagamaan, dzikir, do’a
sistem kekeluargaan yang sangat tinggi. yang dilakukan oleh tenaga kerohanian.
Penelitian yang dilakukan oleh Widyanigsih, Namun pemenuhan kebutuhan keyakinan
Petpichetchian, dan Kitrungrote (2014) bahwa dengan dilakukannya bimbingan ibadah
hubungan sosial dengan keluarga sangat kepada pasien maupun keluarganya belum
berperan penting pada masyarakat Indonesia. optimal sehingga persentase terhadap
Keluarga menjadi aspek penting dalam kebutuhan ini tinggi. Dari hasil wawancara
kehidupan pasien. Kekeluargaan dan sebelumnya diketahui bahwa tidak semua
pertemanan di Indonesia sangat terlihat pada saat orang tua mendapat bimbingan ibadah secara
seseorang sakit atau menjalani rawat inap, lengkap oleh perawat dengan alasan perawat
mereka datang bersama-sama untuk tidak memiliki cukup waktu serta kurangnya
memberikan dukungan semangat. tenaga melihat jumlah pasien dan keluarganya
Dimensi yang dirasa sangat penting yang banyak. Perawat juga mengatakan tidak
selanjutnya adalah dimensi kebutuhan memiliki cukup waktu untuk melakukan
terhadap hubungan (relationship) (37,8%) pengawasan apakah bimbingan ibadah yang
diikuti oleh dimensi kebutuhan terhadap diberikan telah dilaksanakan atau belum.
makna dan tujuan (39%). Hasil ini berbeda Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
dengan literature sebelumnya yang yang dilakukan oleh Feudtner (2003)
menunjukan bahwa kebutuhan terhadap menunjukan bahwa perawat memiliki
makna dan tujuan merupakan kebutuhan yang beberapa hambatan ketika memberikan asuhan
paling menonjol dibandingkan kebutuhan keperawatan spiritual diantaranya: perawat
lainnya (Galek, 2005). tidak mendapatkan pelatihan untuk
Hal ini dipengaruhi oleh kebudayaan, mendeteksi kebutuhan spiritual pasien dan
falsafah hidup, dan ideologi yang berbeda dari keluarganya, kurangnya tenaga kesehatan
setiap negara. Keluarga di Indonesia dalam memberikan asuhan keperawatan
mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat spiritual, dan keterlambatan dalam
yang dilandasi oleh semangat memberikan pelayanan asuhan keperawatan
kegotongroyongan, keluarga merupakan satu spiritual kepada pasien dan keluarganya. Hasil
kesatuan utuh yang dijiwai oleh nilai budaya penelitian serupa juga didapatkan oleh Tanyi
ketimuran yang kental yang mempunyai (2006) menunjukan bahwa: perawat seringkali
tanggung jawab besar (Ali, 2009). Karena gagal membedakan antara kebutuhan spiritual
ikatan keluarga yang sangat erat inilah individu dan kebutuhan spiritual keluarga
kebutuhan keluarga terhadap hubungan sebagai unit, terkadang perawat tidak memiliki
(relationship) bukan menjadi kebutuhan yang cukup waktu dan hanya berdiskusi singkat
dirasa sangat penting karena keluarga sudah dengan keluarga terkait spiritual.
mendapat dukungan dari anggota keluarganya Dengan adanya gambaran ini
sendiri, sehingga setiap terjadi krisis atau diharapkan perawat mampu meningkatkan
penyakit keluarga lebih membutuhkan pelayanan perawatan spiritual untuk
keyakinan kepada Tuhan yang menjadi sumber memenuhi kebutuhan spiritual pasien dan
kekuatan baginya. keluarganya. Karena nilai, praktek, keyakinan,
Rumah Sakit Al Islam sendiri sudah dan sumber kekuatan di dalam keluarga
memiliki kegiatan perawatan spiritual untuk merupakan bagian dari spiritualnya yang
ibadah pasien dan keluarganya. Tindakan yang berpengaruh terhadap fungsi keluarga dan