Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

PETROLOGI

RESUME BAB 9

Disusun Oleh :
Ulfi Muhadi
21100115140065

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
APRIL 2018
RESUME TUGAS UTS PERBAIKAN

“Magma Ascent and Emplacement: Field Relations of Intrusion”

Gaya yang mengakibatkan magma naik dari dalam bumi adalah Gaya
Bouyency, yaitu gaya yang disebabkan oleh adanya perbedaan magma dengan batuan
disekitanya sehingga menciptakan gaya melawan gravitasi gaya ini juga harus
didukung oleh adanya struktur rekahan ataupun sesar yang menjadi jalur keluarnya
magma.Magma dapat berasal dari hasil partial melting dari lempeng oleh karena itu
gravitasi tidak stabil dan memiliki kesempatan untuk naik.Gaya bouyency juga
dipengaruhi oleh resistivitas yang diakibatkan viscositas magma.

Faktor-faktor lain yang mengatur termasuk rezim tektonik, keadaan stres, dan
stratifikasi litosfer sehubungan dengan kekuatan dan getas melawan kekuatan
tektonik. Energi untuk pendakian akhirnya disediakan oleh gravitasi dan panas
internal di Bumi.

Magma yang bersifat mafic sampai ultramafic di dalam mantel teratas kurang
padat dari mantel bersifat peridotit karenanya, signifikan positif dan dapat berpotensi
naik. Namun, batuan kerak lebih dominan feldspathic kaya olivin, dan akibatnya
kepadatan jauh lebih sedikit daripada mantel yang mendasarinya. magma yang
berasal dari mantel positif, negatif, atau secara netral mengapung dalam kerak
sepenuhnya tergantung pada T, P dan komposisi mineralogi dan modal dari batuan
kerak

Kepadatan kerak basaltik laut meningkat dengan kedalaman karena semakin


berkurangnya vesikularitas, penutupan ruang pori, dan pengusiran air.Oleh karena itu,
cakrawala apung netral di mana magma mungkin stagnan dan menumpuk (Ryan,
1994).
“Density- disaring” mantel yang diturunkan magma basaltik dapat underplate
dan stagnan di dekat pangkal lowerdensity kerak benua. Magma yang tersumbat ini
menyediakan panas yang dapat mendorong pelelehan sebagian dari kerak. Fraksi
magma dan asimilasi batuan country felsic dapat mengurangi kerapatan magma yang
berevolusi, memungkinkan pendakian lebih jauh.

Berdasarkan (Gambar 1) dibawah ini Kerak benua jauh lebih heterogen


daripada kerak samudera, membuat generalisasi pendakian magma kurang pasti tidak
mungkin efek ini mampu mendorong magma sangat jauh dari sumbernya. Kekuatan
pendorong lainnya adalah pengeluaran dan perluasan gelembung di magma yang
mudah menguap, yang dapat sangat mengurangi kerapatan magma, meningkatkan
daya apung, dan menyebabkan letusan gunung berapi. Tetapi magma harus memiliki
mekanisme penggerak yang lain, terlepas dari eksvolusi volatil, yang biasanya dapat
mendorongnya ke atas melalui batuan yang kurang padat. Kekuatan pendorong ini
adalah overpressure magma.

Gambar 1 Hubungan densitas antara beberapa komposisi batuan dan meleleh bebas-volatil di
kerak benua dan mantel paling atas.
Anggaplah tubuh magma berbentuk lensa yang tertutup rapat pada kontras
densitas di litosfer setelah naik lebih dalam di litosfer. Tekanan dalam magma, Pm,
sama dengan berat kolom batuan yang melapisi lensa merupakan tekanan lithostatic.
Sekarang anggaplah saluran dapat diakses dari lensa magma yang lebih dalam sampai
ke permukaan. Mengabaikan viskositas dari magma di saluran dan mengasumsikan
densitas magma, m m konstan terlepas dari kedalaman, seberapa jauh magma bisa
naik.Dari hal-hal diatas dapat dibayangkan bahwa magma dapat mengalami over
pressure.Berikut dibawah ini Menunjukkan bahwa magma akan naik ke kedalaman h
di atas permukaan, memuaskan kesetaraan antara tekanan lithostatic dan magma.

Gambar 2 Menunjukkan bahwa magma akan naik ke kedalaman h di atas permukaan,


memuaskan kesetaraan antara tekanan lithostatic dan magma

Kebanyakan magma bergerak ke atas melalui batuan padat pada dasarnya dua
cara: sebagai diapir (tubuh magma apung yang mendorong perlahan-lahan melalui
batuan ulet di sekitarnya, yang sangat kental di kerak atau mantel bawah) dan melalui
dike.Magma juga dapat naik dengan cepat melalui retakan sub vertikal pada batuan
yang retak secara brittly sebagai dike.Dike juga mengacu pada intrusi lembar host
dalam besar, rock isotropik, seperti granit. Sebaliknya, ambang adalah intrusion
lembar konkordan yang sejajar dengan struktur planar dalam batuan induknya.
Sebaliknya, sill adalah sebuah intrusi lembar sesuai yang sejalan struktur planar pada
batuan inangnya.Namun kenampakan dari dike dan sill juga bergantung pada
kandungan dari magma asal batuan.

Gambar 3 Kenampakan Sill dan Dike

Jadi dalam intrusi maupun erupsinya suatu magma itu bergantung pada rezim
tektonik, keadaan stres, dan stratifikasi litosfer dan jenis magma itu sendiri.Perbedaan
pada jenis magma akan menghasilkan kondisi intrusi dan kondisi erupsi yang
berbeda.

Anda mungkin juga menyukai