Anda di halaman 1dari 32

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIMENSIA

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN

Oleh

Kelompok 6

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2017
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIMENSIA

Disusun guna memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Gerontik dengan dosen


pengampu Hanny Rasni, S.Kep., M.Kep.

Oleh:
Ayunda Hardiyanti NIM 142310101015

Novika Putri Dwi Cahyani NIM 142310101045

Ivatul Laili Khoirunnisa NIM 142310101051

Fajar Kharisma NIM 142310101060

Diana Risqiyawati NIM 142310101070

Suswita Ismail NIM 142310101127

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pertanggungjawaban berjudul
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dimensia. Laporan Pertanggungjawaban ini
disusun guna memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Gerontik pada Jurusan
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Matakuliah Keperawatan Gerontik
ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
ucapan terimakasih kepada:

1. Hanny Rasni, S.Kep., M.Kep. selaku Dosen Pembimbing yang telah


meluangkan waktu, pikiran, dan perhatian dalam penulisan Laporan
Pertanggungjawaban ini;
2. Rekan mahasiswa yang menepuh mata kuliah Keperawatan Gerontik yang
telah memberi dorongan semangat;

Penulis juga menerima kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan Laporan Pendahuluan ini. Akhirnya penulis berharap, semoga
Laporan Pertanggungjawaban ini bermanfaat.

Jember, April 2017

Penulis

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan jumlah penduduk lanjut usia di dunia, menurut
perkiraan World Health Organitation (WHO) akan meningkat pada tahun
2025 dibandingkan tahun 1990 dibeberapa Negara dunia seperti China
220%, Indian 242%, Thailand 337%, dan Indonesia 440% (WHO, 2011).
Asia merupakan wilayah yang paling banyak mengalami perubahan
komposisi penduduk dan diperkirakan pada tahun 2025, populasi lanjut usia
akan bertambah sekitar 82%. Penduduk lanjut usia di Indonesia 2008
sebesar 21,2 juta jiwa, dengan usia harapan hidup 21,2 juta jiwa dengan usia
harapan hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020 jumlah lansia
diperkirakan sebesar 28,8 juta jiwa dengan usia harapan hidup 71,1 tahun
(Arita, 2011). Jumlah penduduk lanjut usia di Daerah Istimewa Yogyakarta
mencapai 5 juta jiwa dan Jawa Tengah mencapai 3 juta. Jumlah lansia di
puskesmas Weru sebanyak 16,191 orang. Surakarta menunjukkan penduduk
yang berusia 65 tahun keatas sebanyak 23,496 orang (Depkes, 2007).
Meningkatnya populasi lansia akan menimbulkan masalah-masalah
penyakit pada usia lanjut. Menurut Departemen Kesehatan tahun 1998,
terdapat 7,2 % populasi usia lanjut 65-70 tahun menderita demensia dan
akan meningktak dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45% pada usia
diatas 8 tahun (Nugroho, 2009). Demensia merupakan suatu gangguan
fungsi daya ingat yang terjadi perlahan-lahan, serta dapat mengganggu
kinerja dan aktivitas kehidupan sehari-hari (Atun, 2010).
Demensia banyak menyerang mereka yang telah memasuki usia
lanjut. Bahkan, penurunan fungsi kognitif ini bisa dialami pada usia kurang
dari 50 tahun. Sebagian besar orang mengira bahwa demensia adalah
penyakit yang hanya diderita oleh para lansia, kenyataannya demensia dapat
diderita oleh siapa saja dari semua tingkat usia dan jenis kelamin (Harvey
dkk, 2003).
Kondisi ini tentu memerlukan perhatian khusus dalam kaitannya
demensia. Betapa besar beban yang harus ditanggung oleh negara atau
keluarga jika masalah demensia tidak disikapi secara tepat dan serius,
sehubungan dengan dampak yang ditimbulkannya. Mengingat bahwa
masalah demensia merupakan masalah masa depan yang mau tidak mau
akan diahadapi orang Indonesia dan memerlukan pendekatan holistik karena
umumnya lanjut usia mengalami gangguan berbagai fungsi organ dan
mental, maka masalah demensia memerlukan penanganan lintas profesi,
salah satunya profesi keperawatan.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada laporan pendahuluan ini sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep dasar masalah keperawatan pada klien demensia?
2. Bagaimana konsep dasar terapi modalitas keperawatan pada klien
demensia?
3. Bagaimana proses asuhan keperawatan pada klien lansia dengan
demensia?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien
lansia dengan demensia.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Menambah pengetahuan konsep dasar masalah keperawatan
pada klien lansia dengan demensia.
2. Menambah pengetahuan konsep dasar terapi modalitas
keperawatan pada klien lansia dengan demensia.
3. Menambah pengetahuan proses asuhan keperawatan pada klien
lansia dengan demensia.
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi institusi Keperawatan
Manfaat bagi institusi pendidikan dapat memberikan
informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan terkait konsep dasar
asuhan keperawatan pada klien lansia dengan demensia.

1.4.2. Bagi Mahasiswa


Manfaat yang dapat diperoleh mahasiswa utamanya
mahasiswa keperawatan adalah laporan pendahuluan ini dapat
memberikan informasi pada mahasiswa keperawatan tentang konsep
dasar masalah keperawatan, konsep dasar terapi modalitas dan
konsep dasar asuhan keperawatan pada klien lansia dengan
demensia.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar Masalah Keperawatan
2.1.1. Konsep Dasar Demensia
Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya bersifat
progresif dan mempengaruhi aktivitas social dan okupasi yang normal
juga aktivitas kehidupan sehari-hari (Mickey Stanley, 2006). Sindrom
demensia dapat didefinisikan sebagai deteriorasi kapasitas intelektual
dapat diakibatkan oleh penyakit di otak. Sindrom ini ditandai olah
gangguan kognitif, emosional, dan psikomotor. (Lumbantobing, 2006).
Demensia tipe alzhimer adalah proses degenerative yang terjadi
pertama-tama pada sel yang terletak pada dasar otak depan yang mengirim
informasi ke korteks serebral dan hipokampus. Sel yang terpengaruh
pertama kali kehilangan kemampuannya untuk mengeluarkan asetilkolin
lalu terjadi degenerasi. Jika degenerasi ini mulai berlangsung, dewasa ini
tidak ada tindakan yang dapat dilakukan untuk menghidupkan kembali sel-
sel atau menggantikannya.(Kushariyadi, 2010).
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya
berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran,
penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi
kemunduran kepribadian.
2.1.2. Etiologi demensia
Sheila (2008) menyatakan faktor-faktor penyebab demensia dapat
dibagi menurut beberapa penyebab :
a. Infeksi
1) Neurosifilis
2) Tuberkolosis
3) Penyakit virus
b. Gangguan metabolik
1) Hipotiroidisme
2) Keseimbangan elektrolit
c. Defisiensi zat-zat makanan
1) Defisiensi vitamin B12
2) Defisiensi Niamin
3) Defisiensi Korsakoff (tiamin)
d. Lesi desak ruang
1) Hematoma subdural
2) TumorAbses
e. Infark otak
f. Zat-zat toksik
1) Obat-obatan
2) Alkohol
3) Arsen
g. Gangguan vaskuler
1) Embolus serebral
2) Vaskulitis serebral
h. Lain-lain
1) Penyakit Parkinson
2) Penyakit Wilson
3) Penyakit Huntington
4) Depresi
5) Cedera kepala sebelumnya
2.1.3. Tanda dan Gejala Demensia
Nugroho (2009) menyatakan jika dilihat secara umum tanda dan
gejala demensia adalah :
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita
demensia, lupa menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari,
minggu, bulan, tahun, tempat penderita demensia berada.
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat
yang benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah
kondisi, mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali.
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat
melihat sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil
yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak
beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa
perasaan-perasaan tersebut muncul.
5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri
dan gelisah.
2.1.4. Komplikasi
Kushariyadi (2010) menyatakan koplikasi yang sering terjadi pada
demensia adalah:
1. Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh.
2. Thromboemboli, infarkmiokardium
3. Kejang.
4. Kontraktur sendi.
5. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri.
6. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan
menggunakan peralatan.
2.1.5. Diagnostik Test
Asosiasi Alzheimer Indonesia (2003) :
1. Pemeriksaan laboratorium rutin
2. Imaging : Computed Tomography (CT) scan dan MRI
(Magnetic Resonance Imaging)
3. Pemeriksaan EEG
4. Pemeriksaan cairan otak
5. Pemeriksaan genetika
6. Pemeriksaan neuropsikologis
2.1.6. Penatalaksanaan Medis
Asosiasi Alzheimer Indonesia (2003) sebagian besar kasus
demensia tidak dapat disembuhkan.
a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan
antikoliesterase seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamine ,
Memantine
b. Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet
seperti Aspirin , Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan
aliran darah ke otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.
c. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati,
tetapi perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan
dihentikan dengan mengobati tekanan darah tinggi atau kencing
manis yang berhubungan dengan stroke.
d. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat
anti-depresi seperti Sertraline dan Citalopram.
e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak,
yang bisa menyertai demensia stadium lanjut, sering
digunakanobat anti-psikotik (misalnya Haloperidol , Quetiapine
dan Risperidone). Tetapi obat ini kurang efektif dan
menimbulkan efek samping yang serius. Obat anti-psikotik
efektif diberikan kepada penderita yang mengalami halusinasi
atau paranoid.
2.2. Konsep Dasar Terapi Modalitas Keperawatan Dimensia
Terapi modalitas yang dapat diterapkan pada lansia dengan demensia,
salah satunya adalah terapi musik. Penelitian dengan judul “Music Therapy
with Ethnic Music for Dementia Patients” menggunakan terapi musik sebagai
salah satu metode pengobatan atau terapi.
Metode dalam penelitian ini menggunakan sampel terdiri dari 87
relawan termasuk 79 pasien demensia, 5 orang usia <65 tahun, 1 stadium
dini, dan 2 stadium akhir. Peneliti menyiapkan relawan untuk mendengarkan
musik; 2 lagu pembibitan, 2 lagu bermain terkenal, dan 2 lagu asli dengan
satu nada suara. Selain itu 2 musik klasik; 1 skala C mayor dan 1 skala C
minor. Kemudian diamati respon dalam 2 cara: respon fisiologis diukur
dengan Near-Infrared Spektroskopi (NIRS) dan respon subjektif diukur
dengan kuesioner.
Hasil penelitian dari pemikiran dan perasaan di musik yang dikenal
terwakili dalam melodi dan melodi dengan lagu. Di temukan bahwa
tanggapan serupa diberikan kepada potongan musik asli. Namun, dalam kasus
skala klasik, penderita demensia mampu membedakan antara kunci mayor
dan minor. Pasien demensia mengakui bahwa melodi Jepang selalu positif,
cerah dan bahagia, tapi pasien mampu mengidentifikasi kunci.
Percobaan menggunakan NIRS menunjukkan perbandingan antara
melodi (Non-lagu) dan melodi dengan lagu (Song). Pada pasien demensia
menggambarkan tertinggalnya aktivasi lobus prefrontal dalam menanggapi
melodi kecuali Edokomotiuta dan semua lagu. AP rata-rata ditunjukkan pada
kiri dan kanan lobus prefrontal untuk mengaktivasi elevasi dalam menanggapi
melodi dan lagu. Perbedaan AP yang besar menunjukkan bahwa otak peserta
diaktifkan (atas dan bawah) dalam menanggapi musik. Ini tersirat oleh otak
peserta untuk menilai atau berpikir dengan baik. Pasien demensia
menunjukkan perbedaan yang besar pada kedua AP di kedua lobus prefrontal
(khususnya, kiri otak) dalam menanggapi semua musik
(khususnya, Edokomoriuta dan skala klasik c-moll).
Kesimpulan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Terapi musik
merupakan salah satu metode terapi yang efektif digunakan untuk rehabilitasi
atau pengobatan. Penelitian menunjukkan lobus prefrontal diaktifkan dengan
terapi musik, pasien dengan demensia mengakui bahwa musik Jepang
terbukti lebih efektif dibandingkan terapi musik konvensional.
BAB 3. APLIKASI TEORI
3.1. Gambaran Kasus
Ny.H. Klien merupakan seorang lansia yang berusia 88 tahun yang
tinggal di Wisma Cempaka, STW Karya Bhakti dengan latar belakang
pendidikan terakhir yaitu SD. Klien ada seorang janda dengan 1 orang anak
perempuan dan saat ini anaknya tersebut telah dikaruniai 2 orang putra.
Sebelum Klien masuk ke STW, Klien tidak memiliki pekerjaan. Beliau hanya
seorang ibu rumah tangga. Klien memiliki kesukaan menjahit dan membuat
baju. Klien memeluk agama islam. Klien masih aktif melakukan ibdah shalat
5 waktu dan berpuasa. Klien mengatakan berasal dari suku jawa (Surabaya).
Sebelum tinggal di STW, Klien bertempat tinggal di rumah anaknya tetapi
tidak ingat daerah mana dan lupa dengan kewarnegaraannya dan klien
mengatakan lupa tinggal di runagan lantai berapa. klien mengatakan lupa
nama presiden sekarang dan presiden sebelumnya.
Klien saat ini memilih tinggal di STW Karya Bhakti karena tidak
ingin merepotkan keluarga dan ingin memiliki banyak teman serta klien
merasa aman tinggal di STW apabila terjadi sesuatu dengan dirinya. Hasil
pengkajian didapatkan bahwa Klien mengatakan mempunyai keluarga di
Jakarta, yaitu di daerah Tebet dan Kota Wisata. Klien hanya tinggal sendiri di
ruma anaknya. Hal tersebut dikarenakan anaknya dipindahkan bekerja diluar
kota. Hubungan dengan anak, menantu dan cucu sangat baik. Keluarga dan
saudara selalu mendukung keputusan beliau. Terkadang anak dan cucu klien
mengunjungi klien di STW. Klien juga mengaku senang apabila ada Perawat
atau mahasiswa yang sedang praktik di wisma tersebut, karena klien ada
teman buat diajak mengobrol dan tertawa sehingga beliau tidak merasa
kesepian. Klien juga baik dengan petugas panti dan care giver, petugas panti
dan tamu yang berkunjung ke panti tersebut. Kondisi emosi klien di STW
stabil dan klien merupakan klien yang baik kepada orang lain, tetapi karena
klien mengalami gangguan pendengaran dan gangguan kognitif terkadang
emosi klien suka tidak terkontrol. Salah paham juga pernah terjadi antara klien
dengan orang lain atau dengan penghuni STW. Hal tersebut dikarenakan klien
memiliki gangguan pendengaran dan gangguan kognitif.
3.1.1. Riwayat Kesehatan
Klien memiliki diagnosa medis yaitu osteoporosis serta
hipertensi. Klien juga mempunyai riwayat penyakit gastritis. Klien
memiliki hipertensi karena pola makan klien yang tidak teratur dan klien
suka makan yang asin-asin. Saat ini, klien mendapatkan terapi obat dari
STW yaitu amlodipin 2x sehari.
Hasil wawancara Perawat wijaya kusuma dan PJ wisma
Cempaka, klien mengalami jatuh di STW sebanyak 3 kali sehingga
menyebabkan kaki sebelah kanan sakit serta sulit untuk berjalan. Klien
juga mengalami gangguan kognitif atau sering lupa semenjak sebelum
masuk ke STW kira-kira pada tahun 2008 dan belum separah seperti
sekarang ini. Menurut perawat WK dan anak klien, klien mengalami
penurunan kognitif sebelum masuk ke STW. Klien juga sering mengatakan
lupa apabila ditanya sesuatu baik tentangg dirinya maupun tentang hal
yang lain seperti tanggal, Hari di minggu ini tetapi pasien tidak mengingat
Musim Tahun bulan apa ini klien lupa dengan apa yang dibicarakan
setelah 5 menit, klien lupa dengan apa yang sudah dikerjakan, klien selalu
mengulang pertanyaan yang sama. Perilaku klien saat ini sering curiga
dengan orang sekitar, mudah marah, menarik diri dari lingkungan dan
sering lupa. Pada bulan April 2013 klien mengalami jatuh kembali di STW
dan mengalami hematom di sekitar hidung. Hasil pengkajian dan rekam
medis juga didapatkan keluarga klien tidak memiliki riwayat keluarga
yang serius dan penyakit menular. Kelurga klien tidak memiliki riwayat
penyakit hipertensi dan DM.
3.1.2. Kebiasaan Sehari-hari
Hasil observasi didapatkan bahwa sehari –hari pola makan klien
yaitu 3x/hari, makan pagi pukul 06.30, makan siang 12.00, dan makan sore
pukul 17.00. Menu makanan yang dihidangkan di STW yaitu nasi, sayur
(sayur sop, tumis), lauk-pauk (ayam, ikan, tahu, tempe), dan buah
(semangka/pisang). Klien terlihat jarang menghabiskan 1 porsi makan
yang diberikan petugas panti. Hal tersebut dikarenakan klien tidak terlalu
suka dengan sayur yang dimasak oleh STW. Klien setiap pagi memiliki
rutinitas minum teh hangat dan sore hari minum kopi. Klien terlihat
minum air putih hanya sedikit, 1 hari hanya minum 500cc.
Klien sehari-harinya melakukan aktifitas secara mandiri. Aktifitas
yang dilakukan klien yaitu mandi, shalat, menonton TV, senam pagi dan
main angklung yang diadakan di STW, kadang-kadang mencuci baju
sendiri. Hasil observasi perawat bahwa klien terlihat jarang tidur siang
sehingga klien sering melakukan aktifitas dengan duduk sendiri diteras
depan kamar atau berinteraksi dengan mahasiswa praktik. Care giver
penghuni lain juga mengatakan klien sering terbangun pada malam hari
dan berjalan keluar. Klien tampak mengantuk saat sedang duduk di teras
depan kamar atau sedang duduk di ruang kreasi bersama mahasiswa
praktik.
Klien melakukan BAK secara mandiri dengan frekuensi 6x/hari,
dan beliau mengatakan tidak mengalami kesulitan pada saat BAK. Klien
juga mengatakan BAB biasanya 1x/hari pada pagi hari. Saat melakukan
BAK dan BAB, klien tidak pernah mengeluh sakit. Klien mengatakan
melakukan kebersihan diri atau mandi sebanyak sehari 2 atau 3x tetapi dari
hasil observasi tercium bau yang tidak sedap serta baju yang dikenakan
kemarin belum ganti. ketika diminta untuk menyebutkan 3 objek yang
disebutkan perawat pasien hanya bisa mengulangi dan menjwab 1 yaitu
buku dari ke 3 nama objek (hp, buku, kunci). pasien mampu mengurangi
uang dari 50.000 setiap hasil dikurangi 5.000 dan seterusnya. pasien
mampu menyebut benda yang dia miliki seperti sisr dan baju. pasien
mampu melipatt kertas, tidak mampu membaca dan dan tidak mampu
menulis kalimat serta menyalin kalimat yang diminta oleh perawat. Hasil
wawancara dengan klien, klien mengatakan ingin menjalani hari tuanya
dengan tenang dan sehat walaupun sekarang sudah mengalami penurunan
pendengaran dan sudah mulai pelupa.
3.2. Pengkajian
3.2.1. Fisik
1. Kepala: mata, hidung, mulut, dan telinga didapatkan hasil kepala
bulat, simetris (normocephalic), tidak terdapat lesi.

2. Rambut : tipis, model pendek, berwarna putih, kering, tidak


bercabang, terdistribusi secara merata pada kulit kepala, tidak ada lesi
pada kulit kepala.
3. Mata : pergerakan bola mata simetris, konjuntiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, terdapat sekresi mata (belek), mengalami penglihatan
yang berkurang, tidak terdapat edema di sekitar mata (area preorbital)
serta sekitar lensa agak putih dan terdapat kantung mata.
4. Hidung : posisi lubang hidung sama, tidak ada sekresi, tidak ada polip
atau atau tidak ada hambatan dalam bernafas.
5. Mulut: mulut residen tercium bau yang tidak sedap, gigi terlihat kotor
dan terdapat banyak gigi yang sudah tanggal, tidak terlihat adanya
stomatitis, terdapat karies gigi, serta membran mukosa kering.
6. Telinga: bagian telinga didapatkan bahwa telinga sedikit kotor, posisi
kedua telinga simetris dan tidak ada benjolan pada telinga serta
residen mengalami gangguan pendengaran
7. Leher : didapatkan bahwa tidak adanya lesi, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, dan tidak terdapat gangguan proses menelan.
8. Dada: dada atau thorax terlihat tidak ada lesi, perkembangan dada
simetris dan tidak ada retraksi dinding dada. Pemeriksaan auskultasi
dinding dada didapatkan bunyi nafas vesikuler dan bronkovesikuler,
tidak adanya bunyi whezzing dan ronkhi serta bunyi jantung s1& s2
normal, tidak adanya murmur dan gallop.
9. Abdomen: pada pemeriksaan abdomen tidak terdapat ada lesi, tidak
terdapat benjolan pada perut, tidak ada nyeri tekan, dan terdapat bunyi
bising usus saat di auskultasi.
10. Muskuloskeletal: pada pemeriksaan musculoskeletal terdapat
kelemahan pada otot kaki residen. Hasil kekuatan otot yaitu residen
pada lengan kanan seluruh gerakan otot dapat dilakukan dengan benar
dan dapat melawan gravitasi atau tahanan ringan dan sedang dari
pemeriksa.
11. Ekstremitas atas dan bawah : lengan kiri seluruh gerakan otot dapat
dilakukan dengan benar dan dapat melawan tahanan ringan kecuali
jari telunjuk sebelah kiri mendapat nilai 3 karena tidak mampu
melawan tahanan. Pada otot kaki kanan gerakan sendi penuh, mampu
melawan gravitasi dan menahan tekanan ringan. Pada kaki kiri,
gerakan otot mampu melawangravitasi dan menahan tahanan ringan
dan ketika diminta mengangkat kaki hanya mampu menahan sebentar.
Gaya berjalan residen terlihat seperti pincang dan tubuh sedikit
membungkuk. Pada pemeriksaan integument terlihat tidak terdapat
lesi, warna kulit kuning langsat, kulit terlihat kering serta didapatkan
turgor kulit lambat.
3.2.2. Status Fungsional (Indeks Katz)
Perubahan status fungsional pada orang dewasa lansia merupakan
sesuatu yang umum, memiliki banyak penyebab, dan merupakan
manifestasi dari berbagai penyakit. Indeks Katz adalah alat untuk menilai
kemampuan dasar orang dewasa lansia untuk melakukan aktifitas sehari-
hari yang meliputi: mandi, berpakaian, toileting, berpindah tempat,
kontinen, dan berpakaian secara mandiri. Penggunaan indeks katz dapat
membantu perawat rumah sakit dalam meningkatkan keselamatan pasien,
mendeteksi perubahan kesehatan, dan mencegah kerusakan fungsional.
Berikut ini adalah penilaian index katz pada kasus Ny. H :

Nama Pasien: Ny. H Tanggal: 21 Maret 2017

KATZ ACTIVITIES OF DAILY LIVING

AKTIFITAS INDEPENDEN DEPENDEN


(1 poin) (0 poin)
Tidak memerlukan memerlukan pengawasan,
pengawasan, arahan atau arahan, bantuan pribadi,
bantuan pribadi atau bantuan secara
menyeluruh
MANDI (1 POIN) Mampu mandi (0 POIN) Memerlukan
secara mandiri atau bantuan saat mandi pada
Poin: 0
memerlukan bantuan dalam lebih dari satu bagian tubuh.
mandi hanya pada satu bagian Memerlukan bantuan total.
tubuh seperti misalnya
punggung, area genital, atau
ekstremitas yang tidak
mampu dijangkau.
BERPAKAIAN (1 POIN) Mampu mengambil (0 POIN) Memerlukan
baju dan berpakaian dengan bantuan saat berpakaian atau
Poin: 1
cepat. Mungkin memerlukan memerlukan bantuan total.
bantuan saat mengikat sepatu.
TOILETING (1 POIN) Mampu pergi ke (0 POIN) Memerlukan
toilet, membersihkan area bantuan untuk pergi ke toilet
Poin: 1
genital, menyusun pakaian, dan membersihkan diri.
serta bangkit dan pergi tanpa
bantuan.
BERPINDAH (1 POIN) Mampu bangkit dari (0 POIN) Memerlukan
tempat tidur atau kursi tanpa bantuan untuk berpindah dari
Poin: 1
bantuan. tempat tidur ke kursi atau
memerlukan bantuan
berpindah secara total.
KONTINEN (1 POIN) Memiliki kontrol (0 POIN) Mengalami
Poin: 1 diri secara penuh dalam buang inkontinentas bowel atau
air besar dan buang air kecil. bladder secara sebagian atau
total.
MAKAN (1 POIN) Mampu makan (0 POIN) Membutuhkan
secara mandiri. bantuan secara sebagian atau
Poin: 1
total saat makan.

TOTAL POIN= 2 6 = High(patient 0 = Low (patient very


independent) dependent)

Dalam indeks Katz, skor total enam menunjukkan fungsi penuh,


skor total empat menunjukkan pemenuhan ADL dilakukan dalam batas
sedang, dan dua atau kurang menunjukkan adanya gangguan fungsional
berat (Tipton-Burton, 2011). Ny. H memiliki total indeks Katz sebanyak
lima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ny. H menunjukkan
fungsi penuh atau normal.

3.2.3. Status Kognitif/Afektif


1. Pemeriksaan MMSE

Pasien Nama: Ny.H Tanggal:


Petunjuk: Ajukan pertanyaan-pertanyaan dalam urutan yang
tercantum. Skor satu poin untuk setiap yang benar respon dalam setiap
pertanyaan atau kegiatan.
Maksimum Skor Pertanyaan
Pasien
Skor
5 2 “Tahun berapa ? Musim ? Tanggal ? Hari di minggu
ini ? Bulan ?”
5 2 “Di mana kita sekarang: Negara ? Daerah ?
Kabupaten/ kota ? RSUD ? Lantai ?”
3 1 Nama-nama pemeriksa tiga objek yang tidak terkait
dengan jelas dan perlahan-lahan, kemudian
meminta pasien untuk menyebutkan nama dari
ketiganya. Respon pasien digunakan untuk
mencetak tujuan. Pemeriksa mengulangi sampai
pasien belajar semua, jika memungkinkan. Jumlah
percobaan: ___________
5 5 “Saya ingin anda untuk menghitung mundur dari
100 oleh tujuh.” (93, 86, 79, 72, 65, ...). Hentikan
setelah lima jawaban.

Alternatif: "Eja WORLD mundur." (D-L-R-O-W)


3 1 “Sebelumnya saya bilang nama-nama dari tiga hal.
Dapatkah anda memberitahu saya apa saja dari
ketiganya ?”
2 2 Tampilkan dua benda sederhana pasien, seperti jam
tangan dan pensil, dan meminta pasien untuk
menyebutkan nama benda tersebut.
1 0 Ulangi kalimat: “Tidak ada jika, dan, atau tapi-
tapian”
3 3 “Ambil kertas di tangan kanan, lipat dua, dan
meletakkannya di lantai.”

(Pemeriksa memberikan pasien selembar kertas


kosong.)
1 0 “Silakan baca ini dan lakukan apa yang ada dalam
instruksi.” (Instruksi tertulis adalah “Tutup
matamu”)
1 0 “Make up dan menulis kalimat tentang apa pun.”
(Kalimat ini harus mengandung kata benda dan kata
kerja.)
1 0 “Silakan menyalin gambar ini.” (Pemeriksa
memberikan pasien kosong secarik kertas dan
meminta untuk menggambar simbol di bawah ini.
Semua sudut harus hadir dan dua harus
berpotongan.)

30 16
Interpretasi dari MMSE
Metode Score Interpretasi
Cutoff tunggal <24 Abnormal

Jarak <21 Peningkatan kemungkinan demensia

> 25 Peluang penurunan demensia


Pendidikan 21 Abnormal untuk pendidikan kelas 8

<23 Abnormal untuk pendidikan SMA

<24 Abnormal untuk pendidikan tinggi


Kerasnya 24-30 Tidak ada gangguan kognitif

18-23 Kerusakan kognitif ringan

0-17 Gangguan kognitif parah


Jadi dalam kasus tersebut pasien mengalami gangguan kognitif ringan karena total
skor yang di dapatkan hanya 16.
2. Pengkajian SPMSQ
Skor Penilaian SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionnaire)

Nama Klien :
Tanggal :
Jenis Kelamin : L / P
Umur : ….. Tahun
TB/BB : ……. Cm/ ……. Kg
Agama : Islam
Suku : jawa
Gol. Darah :-
Tingkat Pendidikan : SD, SMP, SMA, erguruan Tinggi
Alamat :
Nama pewawancara :
Benar Salah Nomor Pertanyaan
√ 1. Tanggal berapa hari ini ?
√ 2. Hari apa sekarang ?
X 3. Apa nama tempat ini ?
X 4. Dimana alamat anda?
√ 5. Berapa anak anda?
X 6. Kapan anda lahir?
X 7. Siapakah Presiden Indonesia saat ini ?
X 8. Siapakah Presiden Indonesia sebelumnya ?
X 9. Siapakah nama ibu anda ?
√ 10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3
dari setiap angka baru semua secra
menurun.
4 6
Interpretasi

Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh


Salah 4-5 : fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6-8 : fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9-10: fungsi intelektual kerusakan berat

Dalam Penilaian Dalam kasus diatas Ny.H mengalami kerusakan intelektual


sedang dengan rentang kesalahan 6-8

3. Aplikasi Pada Kasus IDB

Skor Uraian
A. kesedihan
3 Saya sangat sedih tidak bahgia di mana say tidak dapat
menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan say tidak dapt keluar
darinya
1 Saya merasa sedih/ galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Presisisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu
tidak dapat membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang
kedepan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan

Saya merasa begitu pesimis atau kecil hati tentang masa


depan
C. Rasa kegagalan
3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan ke belakang, semua yang dapat saya
lihat hanya kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi oang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapat kepusan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa bersalah
3 Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu
yang baik
0 Say tidak merasa benar-benar bersalah
F. tidak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri saya sendiri
G. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika say mempunyai
kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai
membahayakan diri sendiri
H. Menarik diri dari sosial
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
tidak peduli pada mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
mempunyai sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain daripada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha membuat keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan gambaran diri
3 Saya merasa bahwa sejak jelek atau tampak menjijikan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanen
dalam penampilan saya dan ini membuat saya tidak menarik
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua dan tidak menarik
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk
daripada sebelumnya
K.Kesulitan kerja
3 Saya tidak melakuakan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya untuk melakukan sesuatu
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan
sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lelah lebih dari biasanya
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang sebelumnya
Penilain
0-4 Depresi tidak ada atau minimal
5-7 Depresi ringan
8-16 Depresi sedang
16> Depresi berat
Kesimpulan :

Skor yang terkumpul dari kasus Ny. N yaitu 0 dengan begitu dapat di simpulkan
bahwa Ny. N tidak mengalami depresi.

4. Aplikasi Pada Kasus GDS

No. Pernyataan Ya Tidak


1. Apakah bapak/ibu sekarang ini merasa puas dengan 1
kehidupannya ?
2. Apakah bapak/ibu telah meninggalkan banyak kegiatan 1
atau kesenangan akhir-akhir ini ?
3. Apakah bapak/ibu sering merasa hampa/kosong di dalam 0
hidup ini ?
4. Apakah bapak/ibu sering merasa bosan ? 0
5. Apakah bapak/ibu merasa mempunyai harapan yang baik 1
di masa depan ?
6. Apakah bapak/ibu merasa mempunyai pikiran jelek yang 0
mengganggu terus menerus ?
7. Apakah bapak/ibu memiliki semangat yang baik setiap 1
saat ?
8. Apakah bapak/ibu takut bahwa sesuatu yang buruk akan 0
terjadi pada anda ?
9. Apakah bapak/ibu merasa bahagia sebagian besar waktu ? 1
10. Apakah bapak/ibu sering merasa tidak mampu berbuat 0
apa-apa ?
11 . Apakah bapak/ibu sering merasa resah atau gelisah ? 0
12. Apakah bapak/ibu senang tinggal di rumah daripada 0
keluar dan mengerjakan sesuatu
13. Apakah bapak/ibu sering merasa khawatir tentang masa 0
depan ?
14. Apakah bapak/ibu akhir-akhir ini sering pelupa ? 1
15. Apakah bapak/ibu pikir bahwa hidup bapak/ibu sekarang 1
ini menyenangkan ?
16. Apakah bapak/ibu sering merasa sedih atau putus asa ? 1
17. Apakah bapak/ibu merasa tidak berharga akhir-akhir ini ? 1
18. Apakah bapak/ibu sering merasa khawatir tentang masa 1
lalu ?
19. Apakah bapak/ibu merasa hidup ini menggembirakan ? 0
20. Apakah sulit bagi bapak/ibu untuk memulai kegiatan yang 1
baru ?
21. Apakah bapak/ibu merasa penuh semangat ? 0
22. Apakah bapak/ibu merasa situasi sekarang ini tidak ada 1
harapan ?
23. Apakah bapak/ibu berpikir bahwa orang lain lebih baik 1
keadaannya daripada bapak/ibu ?
24. Apakah bapak/ibu sering marah karena hal-hal yang 0
sepele ?
25. Apakah bapak/ibu sering merasa ingin menangis ? 1
26. Apakah bapak/ibu sering berkonsentrasi ? 1
27. Apakah bapak/ibu merasa senang waktu bangun tidur 0
dipagi hari ?
28. Apakah bapak/ibu tidak suka berkumpul di pertemuan 1
sosial ?
29. Apakah mudah bagi bapak/ibu membuat sesuatu 0
keputusan ?
30. Apakah pikiran bapak/ibu masih tetap mudah dalam 1
memikirkan sesuatu seperti dulu ?
Kesimpulan :
GDS merupakan alat psikomotorik dan tidak mencakup hal-hal sotatic
yang tidak bisa tidak berhubungan dengan pengukuran mood lainnya. Skoring
nilai 1 diberikan pada pernyataan Favorable (no. 1-15) untuk jawaban “ya” dan 0
untuk jawaban “tidak”. Sedangkan pernyataan Unfavorable (15-30) jawaban
“tidak” diberi nilai “ya” diberi nilai 0.
Skor 0-10 menunjukkan tidak ada depresi, nilai 11-20 menunjukkan
depresi ringan dan skor 21-30 termasuk depresi sedang/berat yang membutuhkan
rujukan guna mendapatkan evaluasi psikiatrik terhadap depresi secara lebih rinci.
Dalam kasus di atas memiliki jumlah nilai ya sebanyak 7 jadi pasien tersebut
mengalami tidak mengalami depresi.
3.2.4. Status Social (APGAR Keluarga)

No Items Penilaian Selalu Kadang – kadang Tidak

(2) (1) Pernah

(0)

1 A : Adaptasi √

Saya puas bahwa saya


dapat kembali pada

keluarga ( teman-
teman ) saya untuk

membantu pada waktu


sesuatu menyusahkan
saya
2 P : Partnership √

Saya puas dengan cara


keluarga ( teman-

teman ) saya
membicarakan sesuatu

dengan saya dan


mengungkapkan
masalah

saya

3 G : Growth √

Saya puas bahwa


keluarga ( teman-
teman )

saya menerima &


mendukung keinginan

saya untuk melakukan


aktifitas atau arah

baru.

4 A √

: Afek

Saya puas dengan cara


keluarga ( teman-

teman ) saya
mengekspresikan afek
dan

berespon terhadap
emosi-emosi saya,

seperti marah, sedih atau


mencintai.

5 R : Resolve √

Saya puas dengan cara


teman-teman saya

dan saya menyediakan


waktu bersama-

sama mengekspresikan
afek dan berespon

6 2
Jumlah 8
Penilaian :
Total nilai kurang dari 3 menandakan disfungsi keluarga yang sangat tinggi
Total nilai antara 4-6 menandakan disfungsi keluarga sedang
Total nilai 7-10 menandakan tidak ada disfungsi keluarga
jadi dalam kasusu di atas nilai apgar Ny. H adalah pada rentang nilai 7-10
menandakan tidak ada disfungsi keluarga.
3.3. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian diatas dapat disimpulkan bahwa
diagnosa yang mungkin terjadi pada klien tersebut yaitu :
1. Kerusakan Memori.
2. Defisit Kebersihan Diri : Mandi.
3. Risiko Jatuh.
3.4. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan/NOC NIC


1. Kerusakan setelah dilakukan asuhan a. panggil nama klien saat
Memori keperawatan, klien memulai interaksi,
b. tatap wajah klien saat
mampu :
a. Mengenal atau melakukan interaksi,
c. pertahankan lingkungan
berorientasi terhadap
yang menyenangkan
waktu, orang, dan
dan tenang seperti
tempat serta
matikan TVapabila
menyatakan dapat
menggangu klien,
mengingat lebih baik.
d. lakukan pendekatan
secara perlahan pada
saat berinteraksi dengan
penderita gangguan
kognitif,
e. gunakan suara yang
rendah dan berbicara
dengan perlahan, serta
f. gunakan kata-kata atau
kalimat yang sederhana
saat berinteraksi dengan
klien.
g. gunakan hal-hal yang
humoris saat
berinteraksi dengan
klien,
h. berikan klien
kesempatan untuk
mengingat kembali
masa lalu seperti
menanyakan kembali
data-data pribadi,
i. berikan stimulasi
kognitif kepada klien
berupa terapi gambar
dengan menggunakan
berbagai media gambar
pengingat memori
(misal foto atau gambar
binatang),
j. beri kesempatan klien
untuk menjelaskan
maksud gambar
tersebut, serta
k. berikan stimulasi
kognitif dengan
menggunakan media
warna, beri kesempatan
pada klien untuk
mengenal waktu dengan
menggunakan jam
besar, kalender, yang
mempunyai lembar
perhari dengan tulisan
besar dan beri
reinforcement positif
atas apa yang klien
utarakan.
l. Evaluasi klien dalam
mengorientasikan
waktu, tanggal dengan
menggunakan kalender
sobek .
2. Defisit Setelah dilakukan tindakan a. monitor kemampuan
Kebersihan keperawatan pasien dapat klien untuk perawatan
Diri : Mandi melakukan aktivitas sehari- diri yang mandiri
b. monitor kebutuhan
hari secara mandiri dengan
klien untuk alat-alat
indikator pasien dapat :
a. toileting bantu untuk kebersihan
b. mandi
diri, berpakaian,
c. hygiene
d. oral hygiene berhias, toileting
c. sediakan bantuan
sampai klien mampu
secara utuh untuk
melakukan self-care
d. dorong klien untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan
yang dimiliki
e. dorong untuk
melakukan secara
mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu
melakukanya
f. ajarkan klien/keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk
melakukanya
g. berikan aktivitas rutin
sehari-hari sesuai
dengan kemampuannya
h. Pertimbangkan usia
klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari
3. Risiko Jatuh. Setelah dilakukan asuhan e. Identifikasi bersama
keperawatan, resiko jatuh klien lingkungan yang
tidak terjadi dan dapat menyebabkan
diharapkan lansia mampu : jatuh,
a. Mempertahankan f. identifikasi bersama
mobilitas fisik pada klien alat kaki yang
tingkat yang optimal menyebabkan jatuh,
b. Menyatakan keinginan g. Motivasi klien untuk
untuk berpartisipasi melakukan latihan-
dalam aktivitas latihan yang dapat
c. Mempertahankan atau
meningkatan kekuatan
meningkatkan kekuatan
otot dan keseimbangan,
dan fungsi yang sakit
serta
d. Menunjukkan perilaku
h. bantu klien dalam
untuk melakukan
melakukan latihan fisik
aktivitas
atau kekuatan otot

3.5. Evaluasi Keperawatan

No Diagnosa Evaluasi
1. Kerusakan Memori. S : klien mengatakan sering lupa terhadap
waktu ataupun kejadian yang menimpanya
O : klien terlihat bingung
A : klien masih mengalami gangguan
memori
P : lanjutkan intervensi : stimulasi
koginitif dengan orientasi realita
2. Defisit Kebersihan Diri : S : klien mengatakan kukunya terlihat
Mandi bersih, dan klien juga mengatakan segar
setelah melakukan kumur-kumur
menggunakan mouthwash, klien
mengatakan gosok
gigi dilakukan saat mandi saja
O : Kuku klien terlihat bersih, rapi dan
tidak kotor, dan tidak tercium bau dari
mulut.
A : Masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
3. Risiko Jatuh S : klien mengatakan alat bantu jalan
berfungsi untuk membantu dalam berjalan
dan mengatakan segar setelah melakukan
ROM
O : klien terlihat segar dan terlihat berjalan
seimbang
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi

BAB 4. PEMBAHASAN
Lanjut usia beresiko terkena demensia Alzheimer. Penyakit ini dapat
dialami oleh semua orang. Jumlah penderita demensia didunia sekarang mencapai
35,6 juta. Saat ini jumlah pasien lansia demensia di Indonesia mendekati satu juta.
Meningkatnya populasi lansia akan menimbulkan masalah-masalah penyakit pada
usia lanjut. Secara biologis proses menua itu adalah sesuatu yang tidak dapat
dihindari dan selalu melibatkan kemunduran fungsi kognitif dan kemampuan
fisik. Masalah kesehatan yang sering muncul pada lansia demensia adalah
kehilangan memori, masalah perilaku yang sering berupa perilaku agitasi.
Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang menggunakan musik
dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan atau memperbaiki kondisi fisik,
kognitif, dan sosial bagi individu dari berbagai kalangan usia. Musik akan
merangsang otak kanan, otak kanan berfungsi dalam hal persamaan, khayalan,
kreativitas, bentuk/ruang, emosi, musik dan warna. Daya ingat otak kanan bersifat
jangka, bila terjadi kerusakan otak kanan karena berbagai sebab, maka fungsi
yang terganggu adalah kemampuan visual dan emosi.
Penggunaan musik merupakan intervensi terapeutik dalam terapi
komplementer. Terapi musik ini diharapkan dapat menurunkan perilaku agitasi
pada lansia demensia.
Saran dari Ns. Hanny dalam menggunakan terapi musik untuk lanjut usia
lebih baik menggunakan musik yang terkenal dizamannya. Untuk lanjut usia
menggunakan lagu-lagu yang sering diputar dizamannya, jangan sampai
menggunakan lagu-lagu dizaman sekarang karena kemungkinan tidak semua
lanjut usia mendengarkan atau familiar dengan lagu-lagu dizaman sekarang.
Terapi yang digunakan yaitu terapi musik yang diputarkan berdasarkan lagu
sholawatan dan mereka menyanyikan lagu bersama-sama.

BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya
berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran,
penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi
kemunduran kepribadian. Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang
menggunakan musik dimana tujuannnya adalah untuk
meningkatkan/memperbaiki kondisi fisik, kognitif, dan sosial bagi individu
dari berbagai kalangan usia (Suwandari,2010). Penelitian dengan judul
“Music Therapy with Ethnic Music for Dementia Patients” menggunakan
terapi musik sebagai salah satu metode pengobatan atau terapi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi musik merupakan salah
satu metode terapi yang efektif digunakan untuk rehabilitasi atau pengobatan.
Penelitian menunjukkan lobus prefrontal diaktifkan dengan terapi musik,
pasien dengan demensia mengakui bahwa musik jepang terbukti lebih efektif
dibandingkan terapi musik konvensional.

5.2 Saran
Terapi musik atau modalitas sebaiknya diterapkan pada lansia dengan tuntor
yang baik dan lebih kreatif agar tujuan terapi dapat tercapai secara maksimal.
Tenaga kesehatan diharapkan melakukan edukasi mengenai terapi musik kepada
pengasuh lansia atau keluarga dengan lansia demensia sehingga kualitas hidup
lansia dapat dipertahankan mengingat terapi ini bisa di terapkan di rumah oleh
keluarga lansia sendiri

DAFTAR PUSTAKA

Arita, Muwani. 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Yogyakarta : Gosyen


Publising

Asosiasi Alzheimer Indonesia.2003 Konsesus Nasional. Pengenalan dan


Penatalaksanaan Demensia Alzheimer danDemensialainya.Edisi 1 Jakarta.

Atun, M. 2010. Lansia Sehat dan Bugar. Yogyakarta : Kreasi Wacana


Departemen Kesehatan RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar. Depkes RI [serial
online]. http://ww.depkes.co.id [20 Maret 2017]
Harvey, dkk. 2003. Mengenal Demensia pada Lansia. [serial onlien].
http://www.komnaslansia.or.id/index.php [20 Maret 2017]

Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Salemba medika : Jakarta.

Lumbantobing, S.M. 2006. Neurologi klinis.FKUI.

Nugroho, W. 2009. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi ke-3. Jakarta : EGC

Stanley,Mickey.2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC: Jakarta

Videbeck, Sheila L.2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa, EGC: Jakarta.


WHO. 2011. Decade of Action or Road Safety. WHO [serial online].
www.who.search/int [20 Maret 2017].

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai