C. Tujuan
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan desain dan
teknik pengelolaan pembelajaran menggunakan multimodel dan multimedia untuk
memecahkan permasalahan pembelajaran topik kajian Metabolisme dan Sel.
Secara khusus tindakan yang dilakukan bertujuan untuk:
1. Melatih kemampuan guru biologi mendesain dan mengelola pembelajaran
dengan menggunakan mutimodel dan multimedia.
2. Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan berbagai sumber belajar.
3. Meningkatkan hasil belajar siswa.
D. Manfaat
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh
berbagai pihak, antara lain:
1. Hasil tindakan dapat dijadikan tim guru biologi MAN 1 Medan sebagai model
pengembangan pembelajaran biologi yang berkualitas di masa mendatang.
2. Laporan kegiatan tindakan kelas dapat dijadikan sekolah sebagai bahan
perbandingan/contoh (benchmarking) bagi guru-guru lainnya untuk kemudian
dijadikan bagian dari program peningkatan kualitas pembelajaran di MAN 1
Medan.
3. Publikasi hasil tindakan ini pada berbagai jurnal dapat dimanfaatkan oleh guru-
guru biologi lain sebagai bahan perbandingan untuk memecahkan masalah
spesifik yang dihadapinya dalam pembelajaran biologi di SMA/MA.
4. Pemanfaatan berbagai sumber belajar dalam PBM diharapkan dapat
mempercepat perubahan paradigma pendidikan yang dituangkan dalam kurikulum
2006.
5. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan dosen Unimed sebagai bahan
pengembangan program pendidikan biologi.
E. Hipotesis Tindakan
Pembelajaran topik kajian Metabolisme dan Sel menggunakan multimodel
dan multimedia dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukkan oleh
peningkatan aktivitas belajar siswa di dalam dan di luar kelas.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
B. Kerangka Pikir
Rendahnya motivasi belajar siswa yang diindikasikan oleh rendahnya
aktivitas belajar dan hasil belajar siswa umumnya disebabkan oleh rendahnya
keterampilan siswa dalam melakukan proses belajar secara mandiri dan atau
berkelompok. Karena itu pemberian strategi-strategi belajar (learningstrategi)
pada tahap awal proses pendidikan siswa merupakan awal pembiasaan siswa
melakukan proses belajar sesuai dengan strategi yang sesuai dengan masing-
masing pribadi siswa.
Kebiasaan belajar berkelompok dengan melakukan praktikum dan diskusi
secara umum akan menumbuhkan iklim akademik yang baik dalam proses belajar
mengajar di sekolah. Namun sering sekali pengelolaan diskusi kelompok justru
membuat siswa aktif menjadi lebih aktif sedang siswa kurang aktif justru
tertinggal. Ini disebabkan karena tugas diskusi sering sekali diserahkan kepada
satu atau beberapa orang anggota kelompok saja. Karena itu, penerapan model
kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran model diskusi akan membiasakan
siswa untuk mengemban tanggung jawab belajar pada kelompok asal maupun
kelompok ahli.
Selanjutnya dukungan fasilitas sarana dan sumber belajar merupakan
penentu utama dalam mendorong motivasi dan aktivitas belajar siswa khususnya
pada pembelajaran biologi yang cenderung bersifat abstrak seperti sel dan
metabolisme. Penggunaan multimedia dapat mengatasi kendala pembelajaran ini.
Gambar-gambar, animasi proses dan atau rekaman langsung terhadap proses-
proses biologi di tingkat sel akan memberikan penjelasan yang lebih lengkap bagi
siswa untuk menjawab berbagai pertanyaan berkaitan dengan topik kajian yang
menjadi tugas diskusinya. Namun penyediaan sarana multimedia ini perlu
dikemas sedemikian rupa agar memiliki arah dan tugas belajar yang menjadi
panduan bagi siswa dalam melakukan proses belajar secara mandiri dan atau
berkelompok.
BAB III
PELAKSANAAN
B. Subjek
Subjek penelitian ini meliputi subjek kajian yang mendapat tindakan,
yakni materi pokok “Sel”, pada Kurikulum 2006 disajikan pada kelas II semester
ganjil, dan materi pokok “Metabolisme” yang disajikan pada kelas III semester
ganjil. Subjek kajian juga berkenaan dengan guru dan siswa yang dikenai
tindakan. Subjek guru adalah guru mata pelajaran yang mengajar di kelas II dan
III. Subjek siswa yang mendapat tindakan adalah siswa kelas II IPA dan III IPA
MAN 1 Medan tahun ajaran 2007/2008.
B. Prosedur
1. Tahap Perancangan
Pada tahap perancangan ini (3 bulan) secara intensif tim peneliti
melakukan pertemuan untuk mendiskusi strategi tindakan yang akan dilakukan.
Pada tahap ini dilakukan telaah kurikulum, pengemasan materi ajar dan media
yang dimanfaatkan, penyusunan Rencana Pembelajaran, penyusunan dan uji coba
instrumen penelitian, serta simulasi pembelajaran (peer teaching) dan observasi
tindakan. Pertemuan intensif dilakukan setiap minggu dengan melibatkan dosen
Unimed (ketua peneliti), guru model (anggota peneliti), dan observer (anggota
peneliti 2, guru Biologi lainnya, dan mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA Unimed
yang sedang melakukan tugas akhir). Pelibatan guru biologi lainnya dalam
tindakan ini ditujukan untuk menumbuhkan semangat Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) dalam melakukan inovasi pembelajaran. Sedang pelibatan
mahasiswa yang sedang melakukan tugas akhir dimaksudkan untuk lebih
memudahkan mahasiswa program kependidikan memperoleh permasalahan yang
akan ditelitinya sehingga dapat mempercepat penyelesaian tugas akhirnya.
Bersamaan dengan pelaksanaan penelitian ini telah dibina 8 (depan) orang siswa
yang sedang melakukan penelitian untuk kepentingan penyelesaian tugas
akhirnya, 3 (tiga) orang melakukan kajian tindakan kelas di sekolah yang sama, 5
(lima) orang lainnya melakukan kajian tindakan di sekolah lain.
Pada tahap persiapan tindakan tim peneliti melakukan pengembangan
desain pembelajaran sesuai dengan mekanisme pengembangan silabus dan
penilaian yang dianjurkan oleh Depdiknas (2003). terdiri dari tahap-tahap sebagai
berikut:
1) Identifikasi, meliputi identitas mata pelajaran, kelas/program dan semester.
2) Pengurutan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Standar kompetensi
dan kompetensi dasar mata pelajaran Biologi dirumuskan berdasarkan struktur
keilmuan Biologi dan tuntutan kompetensi lulusan. Selanjutnya standar
kompetensi dan kompetensi dasar diurutkan dan disebarkan secara sistematis.
3) Penentuan Materi Pokok dan Uraian Materi pokok. Materi pokok dan uraian
materi pokok adalah butit-butir bahan pelajaran yang dibutuhkan sisiwa untuk
mencapai suatu kompetensi dasar. Pengurutan materi pokok dapat menggunakan
pendekatan prosedural, hirarkis, konkrit ke abstrak. pendekatan tematik.
Prinsip yang yang digunakan dalam menentukan materi pokok dan uraian materi
pokok adalah; a) prinsip relevansi. yaitu adanya kesesuaian antara materi pokok
dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai; b) prinsip konsistensi. yaitu adanya
kecukupan materi pelajaran yang diberikan untuk mencapai dasar yang telah
ditentukan. Materi pokok inipun telah ditentukan Depdiknas.
4) Pemilihan Pengalaman Belajar. Proses pencapaian kompetensi dasar
dikembangkan melalui pemilihan strategi pembelajaran yang meliputi
pembelajaran tatap muka dan pengalaman belajar. Pengalaman belajar merupan
kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan
bahan ajar. Pengalaman belajar dilakukan oleh siswa untuk menguasai kompetensi
dasar yang telah ditentukan. Baik pembelajaran tatap muka maupun pengalan
belajar. dapat dilakukan di dalam maupun di luar kelas. Untuk itu.
pembelajarannya dilakukan dengan metode yang bervariasi. yang kemudian
didesain untuk kepentingan model pembelajaran terintegrasi diskusi dengan
learning strategies.
Pengalaman belajar yang disusun memuat kecakapan hidup (life skills) yang harus
dimiliki oleh siswa. Misalnya mendiskusikan ragam persoalan biologi dari
berbagai tingkat organisasi kehidupan yang ada di lingkungan sekitarnya
(kecakapan hidup: kesadaran sebagai makhluk Tuhan. kesadaran akan eksistensi
diri. kesadaran akan potensi diri. menggali informasi. mengolah informasi. bekerja
sama dan mengambil keputusan).
5) Penjabaran Kompetensi Dasar menjadi Indikator. Indikator yang ditetapkan
dalam kurikulum lebih bersifat sebagai indikator. dalam pengembangannya masih
membutuhkan indikator penunjang sesuai dengan tujuan spesifik pembelajaran.
6) Penjabaran Indikator ke dalam Instrumen Penilaian. Indikator dijabarkan lebih
lanjut ke dalam instrumen penilaian yang meliputi jenis tagihan. bentuk instrumen
dan contoh instrumen. Setiap indikator dapat dikembangkan menjadi 3 instrumen
penilaian yang meliputi ranah kognitif. psikomotor dan efektif.
g) Menentukan Alokasi Waktu. Alokasi waktu adalah perkiraan berapa lama siswa
mempelajari suatu materi pelajaran. Untuk menentukan alokasi waktu. prinsip
yang perlu diperhatikan adalah tingkat kesukaran materi. cakupan materi.
frekuensi penggunaan materi baik di dalam maupun di luar kelas. Karya-karya ini
dipilih dan kemudian dinilai. sehingga dapat dilihat perkembangan kemampuan
siswa.
h) Sumber/Bahan/Alat. Istilah sumber yang digunakan di sini berarti buku-buku
rujukan. referensi atau literatur. baik untuk menyusun silabus maupun mengajar.
Sedangkan yang dimaksud dengan bahan dan alat adalah bahan-bahan dan alat-
alat yang diperlukan dalam praktikum atau proses pembelajaran lainnya. Bahan
dan alat di sini dapat bervariasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran biologi.
Sebelum memasuki tahap implementasi, terlebih dilakukan simulasi
pembelajaran dengan melibatkan tim peneliti dan mahasiswa. Simulasi dilakukan
sebagai saranan latihan bagi guru dalam mengelola KBM biologi yang
berorientasi model strategi belajar. Juga menjadi sarana latihan bagi pengamat
(observer) ketika melakukan pengamatan KBM di dalam kelas tindakan. Simulasi
juga berguna untuk mengkoreksi perangkat pembelajaran dan instrumen
penelitian sebelum dilakukan KBM di dalam kelas.
A. Hasil
1. Pengelolaan Pembelajaran
Tindakan yang dilakukan mengacu pada Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP 1 s.d 6). Pada siklus I dan II tindakan yang diberikan adalah
siswa mempelajari materi ajar yang telah disusun guru menggunakan strategi-
strategi belajar seperti menggarisbawahi dan memberi menandai konsep penting,
membuat catatan pinggir dan sebagainya. Agar kegiatan belajar siswa terkendali,
pembelajaran dilengkapi dengan Lembaran Kerja Siswa (LKS-1). Hasil
pengamatan pengelolaan pembelajaran ditampilkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Penilaian Pengelolaan Pembelajaran Biologi dengan Model Strategi Belajar pada
Siklus I dan II.
Siklus Siklus
No Aspek yang diamati I II Rerata Kategori
I Fase 1
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3,8 4,0 3,9 Baik
2. Memotivasi siswa 3,8 3,5 3,6 Baik
Fase 2
3. Menjelaskan strategi belajar khusus
yang akan
Digunakan 4,0 3,5 3,8 Baik
4. Memodelkan strategi strategi belajar
khusus
yang digunakan secara lisan 3,5 4,0 3,8 Baik
Fase 3
5. Melatih siswa menggunakan strategi Cukup
belajar 3,3 3,5 3,4 Baik
di bawah bimbingan guru
Fase 4
6. Memeriksa pemahaman siswa terhadap
strategi belajar yang diterapkan. 3,8 3,5 3,6 Baik
7. Memberikan umpan balik dari hasil
pemaham-
an siswa terhadap strategi belajar yang
diguna-
kan. 3,3 4,0 3,6 Baik
Fase 5
8. Melatih siswa untuk menerapkan
strategi
belajar yang dilatihkan secara mandiri 3,3 3,8 3,5 Baik
Fase 6
9. Mengevaluasi tugas latihan 3,8 3,5 3,6 Baik
10. Membimbing siswa merangkum
pelajaran 4,0 3,8 3,9 Baik
II Suasana Kelas
1. Siswa antusias 4,0 4,0 4,0 Baik
2. Guru antusias 4,0 4,0 4,0 Baik
III Pengelolaan waktu 4,0 4,0 4,0 Baik
Jumlah 44,3 45,0
Tabel 4.2 Rata-rata Aktivitas Guru Pada Pembelajaran dengan Model Strategi-Strategi
Belajar.
Aktivitas Guru
No. Aktivitas Siklus I Siklus II Jumlah
1 Menyampaikan tujuan pembelajaran 3,5 2,5 6,0
2 Memotivasi siswa 6,0 2,5 8,5
3 Secara klasikal menjelaskan strategi belajar
khusus
yang akan digunakan 5,0 1,0 6,0
Memodelan dan melatihkan strategi belajar yang
4 Digunakan 5,8 4,3 10,1
Membimbing siswa mempraktekkan strategi
5 Belajar yang dilatihkan 6,8 5,8 12,6
6 Mengevaluasi tugas latihan 5,5 7,3 12,8
7 Membimbing siswa merangkum pelajaran 2,0 6,8 8,8
8 Bukan kategori di atas 1,5 2,5 4,0
Tabel 4.2 Rata-rata Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran dengan Model Strategi-Strategi
Belajar.
Aktivitas Siswa
No. Aktivitas Siklus I Siklus II Jumlah
1 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru 6,3 3,3 9,6
2 Diskusi antar siswa dan guru 0,9 0,9 1,8
3 Diskusi antar siswa 4,6 4,3 8,9
4 Mempraktekkan strategi yang dilatihkan 1,8 2,3 4,1
5 Merangkum pelajaran 2,9 2,4 5,3
6 Bukan kategori di atas. 2,0 1,7 3,7
Pada siklus II guru lebih cenderung melakukan aktivitas seperti
memodelkan strategi yang digunakan (11,8%), membimbing praktek siswa
(16,0%), mengevaluasi (20,1%) dan membimbing siswa merangkum pelajaran
(18,8%). Sedang aktivitas siswa yang dominan adalah berdiskusi dengan sesama
temannya (12,1%).
Melalui empat tahapan tindakan yang dilakukan (pada siklus III, IV, V dan
VI) diperoleh adanya kecenderungan peningkatan keterampilan siswa mengajukan
pertanyaan tinggi, diiringi dengan penurunan aktivitas mengajukan pertanyaan
tingkat rendah. Mengajukan pertanyaan pada mulanya mengalami penurunan
(pada tindakan siklus IV dan V), tetapi menunjukkan kecenderungan menaik
kembali pada tindakan VI. Gambar 4.7 di bawah ini menunjukkan kecenderungan
penurunan aktivitas siswa dalam menyatakan ide. Ini diduga karena pada tindakan
V kegiatan siswa adalah paktikum, dan pada tindakan VI cenderung
menyimpulkan hasil diskusi dan praktikum yang telah dilakukan pada tahap
tindakan sebelumnya.
B. Pembahasan
Kunci kesuksesan pembelajaran di sekolah yang pertama dan utama adalah
terletak pada kemampuan profesional guru dalam mengelola pembelajaran.
Meskipun tujuan pem-belajaran dapat direncanakan bersama oleh guru dan siswa,
model strategi belajar lebih berpusat pada guru. Sistem perencanaan dan
pengelolaan pembelajaran yang baik akan menjamin terjadinya proses belajar
yang efektif pada siswa, terutama melalui pengamatan, mendengarkan, dan
resitasi yang terencana. Hal ini didukung oleh pendapat Gagne dan Briggs (1987)
dalam Arends (1998) yang menyatakan, bahwa pengajaran yang dirancang secara
sistematis banyak berpengaruh terhadap perkembangan individu manusia.
Hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru berupa
tindakan pembelajaran model strategi-strategi belajar memanfaatkan multimedia
secara deskriptif telah menunjukkan peningkatan dari 76,9% kategori baik pada
tindakan siklus I menjadi 100% baik pada tindakan siklus II, terutama dalam
pengelolaan pembelajaran yang berorientasi model strategi-strategi belajar.
Dengan demikian, untuk pembelajaran selanjutnya, guru sudah dapat secara
mandiri mengembangkan kemampuannya merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran khususnya yang berorientasi model strategi-strategi belajar.
Keterampilan ini sangat bermanfaat bagi guru dan siswa ketika akan menerapkan
model pembelajaran inovatif lainnya (misalnya model diskusi), karena siswa telah
memiliki keterampilan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang dianjurkan dan
atau ditugaskan oleh guru dalam PBM.
Pandangan ini didukung oleh hasil penelitian Stallings dan rekan-rekannya
(1970 dalam Arends, 1997) menunjukkan, bahwa guru yang mengorganisasikan
kelasnya dengan baik, yang memungkinkan berlangsungnya pembelajaran yang
terstruktur, menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi (time – task – ratio)
dan hasil belajar yang lebih tinggi daripada guru yang menggunakan pendekatan
kurang formal dan kurang terstruktur.
Perencanaan dan pengelolaan pembelajaran yang baik oleh guru tentunya
akan membantu guru untuk lebih mengarahkan aktivitasnya di kelas kepada
upaya-upaya membelajarkan siswa. Dari hasil penelitian ini ditunjukkan bahwa
aktivitas yang tinggi yang dilakukan guru di siklus I pada kategori: (2)
memotivasi siswa; (3) menjelaskan strategi belajar khusus yang akan digunakan;
(4) memodelkan dan melatihkan strategi belajar yang digunakan; dan (5)
membimbing siswa mempraktekkan strategi belajar yang dilatihkan; dapat
menurunkan aktivitas: (1) mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru; dan (2)
diskusi antara siswa dan guru; serta meningkatkan aktivitas: (3) diskusi antar
siswa; dan (4) mempraktekkan strategi belajar yang dilatihkan pada siklus II.
Slavin (1997) mengemukakan, bahwa siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep yang sulit apabila meraka dapat
mendiskusikan dengan temannya. Konstruktivisme memandang perkembangan
kognitif sebagai suatu hasil pertumbuhan dari perkembangan sosial melalui
interaksi dengan orang lain yang terjadi dalam zona perkembangan terdekat anak-
anak, dimana anak-anak dapat melakukan tugas-tugas baru yang berada dalam
kemampuan meraka dengan bantuan guru atau teman sebaya.
Diskusi merupakan komunikasi, dimana siswa berbicara dengan siswa
yang lain, saling membagi gagasan dan pendapat. Menurut Arends (1997) diskusi
dapat mencapai tiga tujuan pembelajaran, yaitu: (a) memperbaiki pemikiran siswa
dan membantu mereka menyusun pemahaman materi akademis; (b) mendorong
keterlibatan dan keikutsertaan siswa, memberi kesempatan luas kepada siswa
untuk mengutarakan ide-ide mereka sendiri, serta memotivasi siswa untuk ikut
terlibat dalam pembicaraan di kelas; (c) membantu siswa belajar keterampilan
komunikasi dan proses berpikir.
Atas dasar pada pemikiran tersebut, tindakan pembelajaran yang dilakukan
berikutnya adalah menerapkan model pembelajaran diskusi dengan pembagian
kelompok tipe Jigsaw. Kualitas pembelajaran diindikasikan dari: a) kemampuan
guru mata pelajaran mengelola pembelajaran; b) kecenderungan aktivitas guru
selama proses pembelajaran; c) kecenderungan aktivitas siswa selama proses
pembelajaran; d) keterampilan siswa dalam berdiskusi; dan e) respon siswa
terhadap model pembelajaran yang digunakan. Selanjutnya kualitas hasil belajar
akan tergambar dari ketuntasan belajar klasikal siswa.
Pengalaman selama melakukan penelitian tindakan, mulai dari
perencanaan, implementasi, dan evaluasi menunjukkan, bahwa guru mata
pelajaran telah siap mengimplementasikan pembelajaran berbasis kompetensi
pada tahun pelajaran mendatang. Hal ini ditunjukkan oleh capaian kategori “baik”
dalam pengelolaan pembelajaran pada kelas tindakan. Walaupun pada awal-awal
pelaksanaan tindakan kelihatan guru masih mendominasi pembelajaran, tidak
menyampaikan aturan diskusi kelompok, pertanyaan awal guru (untuk
kepentingan motivasi) cenderung tidak dilakukan, dan guru terlalu cepat
memberikan respon/jawaban yang tidak dapat dijawab oleh siswa.
Hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa juga menunjukkan
kecenderungan peningkatan aktivitas mengamati kegiatan siswa dan mengajukan
pertanyaan. Penyampaian materi dalam bentuk ceramah sudah sedikit sekali
dilakukan guru. Selama proses pembelajaran guru hanya menyajikan cuplikan
materi sebagai kerangka awal bagi siswa untuk berpikir atau belajar lebih lanjut
secara kelompok.
Seperti yang dikemukakan oleh Carin (1993), bahwa salah satu ciri
pembelajaran kooperatif adalah, selama proses belajar mengajar berlangsung,
guru membantu melatihkan dan mengembangkan keterampilan-keterampilan
interpersonal siswa dalam kelompok. Menurut Vygotsky dalam Slavin (1994), di
sinilah letaknya konsep scaffolding, di mana guru memberikan kepada siswa
sejumlah bantuan atau pengetahuan selama tahap-tahap awal pembelajaran,
kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan pada anak
untuk mengambil alih tanggung jawab. Fungsi mental yang lebih tinggi bagi
siswa, pada umumnya muncul dalam kerjasama antar individu. Rendahnya
persentase aktivitas menjelaskan juga didukung oleh pandangan konstruktivis
dalam pembelajaran IPA (Slavin, 1994), bahwa prinsip yang paling penting dalam
psikologi pendidikan adalah guru memberikan kepada siswa anak tangga yang
membawa siswa akan pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan, siswa sendiri
yang harus memanjat tangga tersebut.
Perubahan perilaku mengajar guru yang diimplementasikan melalui
penelitian tindakan ini telah berdampak bagi perubahan perilaku belajar siswa,
sebagaimana ditemukan melalui penelitian ini; di akhir tindakan proporsi aktivitas
pembelajaran terbesar telah berada aktivitas siswa bertanya (dengan pertanyaan
tingkat rendah dan tingkat tinggi) dan mencatat hal-hal yang relevan dengan
kegiatan pembelajaran. Dari gambaran aktivitas siswa tersebut tampak, bahwa
pembelajaran menggunakan multimodel telah menunjukkan kegiatan
pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat kegiatan belajar mengajar,
sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan pendorong siswa belajar.
Hal ini sejalan dengan pendapat Abruscato (1999) dan Vol Glaserferl dalam
Soeparno (1997) tentang teori konstruktivisme dalam pembelajaran IPA, bahwa,
pembelajaran merupakan kerja mental aktif, bukan menerima pengajaran dari
guru secara pasif. Dalam kerja mental siswa, guru memegang peranan penting
dengan cara memberikan dukungan, tantangan berpikir, melayani sebagai pelatih
atau model, namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran
Pada akhirnya, perubahan perilaku mengajar guru dan perubahan perilaku
belajar siswa yang difasilitasi melalui penelitian tindakan ini berdampak bagi
peningkatan hasil belajar siswa, di mana hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
siswa mencapai ketuntasan belajar, suatu keadaan yang sulit untuk dicapainya
sebelumnya. Fenomena ini mengandung makna, bahwa pembelajaran dengan
menerapkan multimodel (model strategi-strategi belajar dan model diskusi dengan
memanfaatkan media slide dan animasi) yang diimplementasikan peneliti,
mempunyai kualitas proses dan kualitas hasil belajar yang baik. Hasil tersebut
sejalan dengan yang dikemukaan oleh Slavin (1994), bahwa pembelajaran
kooperatif dapat memperbaiki prestasi akademik siswa dan membantu siswa
memahami konsep-konsep yang sulit.
Seluruh hasil penelitian yang telah dipaparkan di muka selanjutnya akan
memberikan dampak yang lebih luas bila guru mata pelajaran lain khususnya di
MAN 1 Medan juga melakukan inovasi dalam pembelajarannya melalui
penerapan model-model pembelajaran inovatif dan kreatif. Satu model
pembelajaran tidak selalu baik diterapkan pada semua kajian dan semua mata
pelajaran di SMA/MA, karena itu guru harus terus mencoba dan mengembangkan
kreativitasnya untuk mendesain pembelajaran yang mampu memotivasi siswa
untuk belajar. Pemberdayaan MGMP adalah salah satu alternatif yang dapat
ditempuh untuk mencapai tujuan ini yang dinaungi di bawah panji-panji
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Mengacu pada uraian hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dipaparkan pada bab sebelumnya, dapat disusun simpulan bahwa:
1. Desain pembelajaran biologi kelas SMA/MA dengan multimodel (strategi-
strategi belajar dan diskusi kelompok tipe Jigsaw) dan multimedia (slide
presentasi dan animasi) dapat dilaksanakan oleh guru mata pelajaran dengan
“baik”.
2. Dengan model pembelajaran strategi-strategi belajar siswa mampu
menggunakan berbagai sumber belajar (buku literatur) yang dimanfaatkan dalam
bertukar informasi pada pembelajaran diskusi.
3. Ada kecenderungan perubahan dan peningkatan aktivitas guru dan siswa dalam
melakukan pembelajaran ke arah yang lebih baik.
4. Penerapan pembelajaran topik kajian sel dan metabolisme dengan multimodel
dan multimedia memberikan dampak bagi peningkatan hasil belajar siswa.
5. Siswa merespon dengan baik variasi metode pembelajaran yang diterapkan oleh
guru pada pembelajaran topik kajian Sel dan Metabolisme.
B. Saran
Berdasarkan pengalaman melakukan PTK dan analisis hasil tindakan,
disampaikan beberapa saran yang diharapkan berguna bagi perbaikan desain
model pada penerapan model dan atau pengembangannya serupa di masa
mendatang, sebagai berikut:
1. Siswa telah mampu menggunakan sumber belajar yang beragam, namun sebatas
buku-buku pelajaran yang mereka miliki dan tersedia di perpustakaan sekolah.
Karena itu ke depan, perpustakaan sekolah perlu disiapkan dengan berbagai
sumber belajar (berupa buku) terutama buku-buku teks dan CD-ROOM
pembelajaran. Siswa kelas-kelas rendah perlu dibekali terlebih dahulu dengan
keterampilan strategi belajar seperti keterampilan membaca, memberi tanda,
pemetaan konsep, dan sebagainya agar dapat memanfaatkan sumber belajar yang
tersedia untuk menggali informasi terkait dengan materi kajian pembelajaran.
2. Dengan desain model yang telah disusun ini, diharapkan guru mata pelajaran
biologi dapat mengembangkan dan mendesain sesuai dengan kebutuhan/kondisi
siswa dan sekolah.
3. Pembelajaran dengan hanya menggunakan satu model saja tidak selamanya baik
untuk semua topik kajian mata pelajaran, karena itu kreativitas guru dalam
melakukan tindakan yang berulang-ulang akan memberikan hasil berupa model-
model pembelajaran yang sesuai dengan kekhasan tiap topik kajian mata
pelajaran.
4. Pemberdayaan MGMP adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan sekolah
dan pemerintah dalam meningkatkan kemampuan profesional guru. Melalui
pertemuan rutin, guru-guru dapat mendiskusikan berbagai persoalan yang
ditemukan dalam pembelajaran, mencari akar masalah, mengindentifikasi
alternatif pemecahan masalah, dan menetapkan prioritas pemecahan sesuai dengan
kondisi dan kemampuan sekolah dan siswa.
5. Desain pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian tindakan kelas ini
belum sepenuhnya sempurna. Karena itu, bagi guru yang ingin
mengimplementasikannya dalam pembelajaran Biologi, hendaknya melakukan
telaah terlebih dahulu, sehingga akan dihasilkan strategi yang mungkin berbeda
dan lebih bersifat inovatif.
DAFTAR PUSTAKA