Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan dan agraris di dunia
dengan jumlah penduduk sekitar 269 juta jiwa atau 3, 49% dari total populasi di
dunia. Indonesia berada di peringkat keempat negara berpenduduk terbanyak di
dunia setelah Tiongkok (1,4 milyar jiwa), India (1,3 milyar jiwa), dan Amerika
serikat (328 juta jiwa).
Bentuk geografis kepulauan yang dimiliki menjadikan Indonesia memiliki
daya tarik bagi negara lain sebagai salah satu negara tujuan wisata di dunia.
Banyak wisatawan baik itu wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik
yang datang ke berbagai daerah dan lokasi di Indonesia, untuk menikmati
keindahan pemandangan alam maupun tempat wisata yang ada.
Sektor pariwisata sangat memberikan kontribusi yang penting bagi negara.
Di Indonesia sektor pariwisata telah menjadi prioritas di dalam pembangunan
perekonomian, selain itu pariwisata merupakan penggerak utama perekonomian
nasional dan daerah. Banyak sekali daerah antara lain D.I. Yogyakarta, Bali,
Lombok, D.I. Yogyakarta, dan berbagai daerah lainnya yang menjadi tujuan
wisata bagi wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (2017), dalam lima tahun terakhir
(2013 – 2017) arus wisatawan mengalami kenaikan, khusus ditahun 2017 jumlah
wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia sebanyak 14.039.799
wisatawan belum lagi ditambah dengan wisatawan domestik yang berkunjung ke
berbagai destinasi wisata di tanah air.
Secara umum kita mengetahui bahwa industri perhotelan memiliki
keterkaitan dengan pariwisata. Ini tidak lepas dari kenyataan bahwa industri
perhotelan merupakan tulang punggung dari sektor pariwisata. Salah satu
indikator untuk melihat seberapa jauh keberhasilan suatu daerah untuk mengelola
dan mempromosikan pariwisata yang dimilikinya dapat dilihat dari

1
perkembangan industri perhotelan di daerah tersebut, khususnya tingkat hunian di
masing-masing hotel.
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu destinasi wisatawan
yang ingin berkunjung ke Indonesia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik D.I.
Yogyakarta (2019), bahwa jumlah akomodasi yang ada di Provinsi D.I.
Yogyakarta sebanyak 1.618 yang terdiri dari 143 akomodasi berbintang dan 1.475
akomodasi non bintang. Lebih lanjut, tingkat penghunian kamar pada hotel
berbintang untuk tahun 2018 rata-rata sebesar 57.44%. Untuk perbandingan
tingkat penghunian kamar hotel antara tahun 2018 dan 2017 khusus untuk D.I.
Yogyakarta dapat dilihat lebih lanjut pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.1 Data Statistik Akomodasi dan Tingkat Hunian Hotel Berbintang
pada Provinsi D. I. Yogyakarta Tahun 2018 dan 2017

Tingkat Penghunian Kamar (TPK)


Jumlah
Kenaikan/
Akomodasi Akomodas 2018 2017
penurunan
(%) (%)
i
(%)
Akomodasi
143 57,44 59,60 -2,16
Berbintang
Sumber: Badan Pusat Statistik D.I. Yogyakarta (2018).

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk


melakukan analisis pengaruh lingkungan bisnis secara umum terhadap kegiatan
bisnis sebuah badan usaha. Di dalam kasus ini, penulis melakukan analisis pada
Hotel Innside by Melia, Sleman, Yogyakarta.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan atas pemaparan latar belakang masalah di atas, penulis
merumuskan pertanyaan penelitian antara lain:
1. Apakah faktor-faktor lingkungan eksternal berpengaruh terhadap performa
Innside by Melia?
2. Apakah peluang dan ancaman terhadap kegiatan bisnis Hotel Innside by
Melia?

2
3. Apakah implikasi bisnis Hotel Innside by Melia di masa yang akan
datang?

1.3 Tujun Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini akan
diperoleh, antara lain:
1. Untuk menganalisa apakah faktor-faktor lingkungan eksternal
berpengaruh terhadap performa Innside by Melia.
2. Untuk membahas apakah peluang dan ancaman terhadap kegiatan
bisnisnya Innside by Melia.
3. Untuk mengkaji implikasi bisnis Innside by Melia di masa yang akan
datang.

1.4 Metode Penelitian

Di dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode


penelitian adalah sebagai berikut:

1.4.1 Data yang dikumpulkan


Untuk menulis makalah ini penulis melakukan pengumpulan
data dengan memilih mengambil data sekunder. Data tersebut
dikumpulkan dari artikel, internet, dan sumber lainnya.
1.4.2 Metode Pengumpulan Data
Adapun metode yang digunakan untuk pengumpulan data
menggunakan metode observasi.
1.4.3 Metode Analisis
Makalah ini menggunakan metode deskriptif, yaitu metode
untuk memecahkan permasalahan yang diselidiki dengan
menggambarkan subjek atau objek dalam penelitian pada saat sekarang
berlandaskan fakta-fakta yang tangible.

1.5 Manfaat Penelitian


Makalah ini nantinya diharapkan bisa memberikan manfaat dan informasi
kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap kegiatan bisnis yang
dijalankan oleh Hotel Innside by Melia di dalam industri perhotelan khususnya

3
untuk di D.I. Yogyakarta, dan Indonesia secara keseluruhan, beberapa manfaat
yang dapat diberikan antara lain:
1. Bagi Perusahaan
Perusahaan bisa mendapatkan informasi dan mengetahui faktor-faktor apa
saja yang dapat mempengaruhi lingkungan bisnis.
2. Bagi Penulis
Penulis mendapatkan pengetahuan dan pelatihan untuk mengetahu
lingkungan bisnis dan faktor yang mempengaruhinya secara empiris.

BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Innside by Melia Yogyakarta merupakan bagian dari Melia Hotels


Internasional yang pendiriannya dimulai pada tahun 2013. D.I. Yogyakarta
dipilih menjadi salah satu tujuan ekspansi bisnis oleh Melia Hotels Internasional
karena D.I. Yogyakarta memilik perkembangan yang cukup pesat sebagai salah
satu dari beberapa daerah yang menjadi destinasi wisata di Indonesia.

Innside by Melia Yogyakarta menjadi yang pertama di kawasan Asia,


khususnya asia tenggara yang menggunakan merek Innside. Selain itu Innside by
melia Yogyakarta akan menjadi hotel Innside yang terbesar di Dunia dengan

4
kapasitas kamar +/- 258 Kamar. Selama ini Melia Hotels Internasional telah
mengoperasikan 15 Hotel Innside yang tersebar di beberapa negara, antara lain:
Jerman, Spanyol, dan Inggris.

2.2. Visi dan Misi Perusahaan

2.2.1. Visi Perusahaan


Industri perhotelan merupakan suatu industri yang
mengedepankan kenyamanan dan kepuasan hati dari konsumen. Dengan
mengedepankan hal tersebut, maka dibutuhkan suatu perencanaan dan
strategi bisnis yang terukur dengan tujuan untuk menghadirkan pelayanan
yang sudah terstandarisasi secara internasional.
Visi dari Innside by Melia adalah
“ Leisures at Heart, Business in mind ”
2.2.2. Misi Perusahaan
Misi dari Innside by Melia adalah menyediakan layanan dan
memberikan pengalaman yang berfokus terhadap keunggulan yang
bertanggungjawabterhadap konsumen

2.3. Struktur Organisasi


Berikut ini merupakan struktur organisasi Innside by Melia. Struktur
tersebut bersifat fungsional yang dapat dilihat dari pembagian tugas dan
wewenang berdasarkan fungsionalitas

Sumber: Hotel Innside by Melia/ Arsip Perusahaan

5
2.4. Falsafah Perusahaan
“ Working towards a sustainable future from a responsible present “
Falsafah yang dimiliki oleh Innside by Melia menunjukkan bahwa
Innside by Melia bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukan hari ini demi
keberlangsungan bisnis di masa depan yang lebih baik.

2.5. Produk-produk Perusahaan


Secara spesifik Innside by Melia menampun 242 kamar dengan
menampilkan nuansa yang sangat futuristik dengan sentuhan interior yang
bergaya modern khas eropa. Ada lima kategori kamar yang di hadirkan oleh
Innside by melia yaitu:

INNSIDE STUDIO

Sumber: Hotel Innside by Melia https://www.melia.com/in/hotels/indonesia/jawa/innside-yogyakarta/innside-


studio.htm

Innside studio, merupakan ruangan ramping dengan sentuhan modern dan


gaya. Kamar chic ini dengan banyak fasilitas yang menjanjikan, kamar ini
memiliki fasilitas dan layanan, antara lain:

Layanan Fasilitas
 Bar Mini Gratis  TV LED 43” dengan saluran nasional
 Air Botol Gratis
dan internasional
 Wi-Fi Gratis
 Kotak deposit
 Ruang Pelayanan

6
 Layanan Laundry (Biaya Tambahan)  Meja + kursi
 Setrika dan Papan (optional)  Perlengkapan mandi
 Panggilan untuk bangun tidur  Kulkas kecil
 Harian nasional/ pers internasional  Mandi hujan
 Pengering rambut
(Optional)
 Ketel
 Pemandangan Gunung Merapi
 Kualitas kasur dan sprei terbaik
INNSIDE PREMIUM ROOM

Sumber: Hotel Innside by Melia https://www.melia.com/in/hotels/indonesia/jawa/innside-


yogyakarta/innside-studio.htm

Innside premium room kamar ramping yang dilengkapi dengan balkon


pribadi, berikut ini fasilitas dan layanan yang disajikan yaitu:

Layanan Fasilitas
 Bar Mini Gratis  TV LED 43” dengan saluran nasional
 Air Botol Gratis
dan internasional
 Wi-Fi Gratis
 Kotak deposit
 Ruang Pelayanan
 Meja + kursi
 Layanan Laundry (Biaya Tambahan)
 Perlengkapan mandi
 Setrika dan Papan (optional)
 Kulkas kecil
 Panggilan untuk bangun tidur
 Mandi hujan
 Harian nasional/ pers internasional
 Pengering rambut
(Optional)  Ketel
 Pemandangan Gunung Merapi  Kualitas kasur dan sprei terbaik

7
INNSIDE LOFT ROOM²

Sumber: Hotel Innside by Melia https://www.melia.com/in/hotels/indonesia/jawa/innside-


yogyakarta/innside-studio.htm

Innside loft room menawarkan ruangan dengan luas 46 m² dengan desain


yang cerdas dan stylish, berikut ini fasilitas dan layanan yang dihadirkan:

Layanan Fasilitas
 Bar Mini Gratis  Ruang tunggu
 Air Botol Gratis  TV LED 43” dengan saluran nasional
 Wi-Fi Gratis
dan internasional
 Ruang Pelayanan
 Kotak deposit
 Layanan Laundry Gratis (4 Helai)
 Meja + kursi
 Setrika dan Papan setrikaan
 Perlengkapan mandi
 Panggilan bangun pagi pribadi
 Mantel mandi
 Harian nasional
 Kulkas kecil
 Layanan kebersihan kamar
 Kamar mandi yang luas dengan
pancuran mandi dan toilet
 Pengering rambut
 Mesin pembuat kopi
 Kualitas kasur dan sprei terbaik
 Sistem pencahayaan yang canggih
INNSIDE LIFESTYLE SUITE

8
Sumber: Hotel Innside by Melia https://www.melia.com/in/hotels/indonesia/jawa/innside-
yogyakarta/innside-studio.htm

Innside lifestyle suite, merupakan kamar yang luas dan modern berukuran
48 m² memiliki beberapa fasilitas dan layanan antara lain:

Layanan Fasilitas
 Bar Mini Gratis  Ruang tunggu yang nyaman
 Air Botol Gratis  TV LED 43” dengan saluran nasional
 Wi-Fi Gratis
dan internasional
 Ruang Pelayanan
 Kotak deposit
 Laundry Gratis (4 Helai)
 Meja + kursi
 Layanan laundry (biaya tambahan)
 Perlengkapan mandi
 Setrika dan Papan setrikaan
 Mantel mandi
 Panggilan bangun pagi pribadi
 Kulkas kecil
 Harian nasional
 Mandi hujan
 Layanan kebersihan kamar
 Bathtub
 Pengering rambut
 Mesin pembuat kopi
 Kualitas kasur dan sprei terbaik

INNSIDE STUDIO DENGAN PEMANDANGAN MERAPI

9
Sumber: Hotel Innside by Melia https://www.melia.com/in/hotels/indonesia/jawa/innside-
yogyakarta/innside-studio.htm

Innside studio dengan pemandangan merapi, dilengkapi dengan


pemandangan menakjubkan menghadap landscape Gunung Merapi, merupakan
kamar yang luas dan modern berukuran 26 m² dan terletak di lantai tujuh dan
kedelapan memiliki desain bergaya kontemporer dan jendela panorama yang
menjadi tempat masuknya cahaya alami di siang hari dengan tempat tidur yang
berukuran king size atau dua tempat tidur tipe single memiliki beberapa fasilitas
dan layanan antara lain:

Layanan Fasilitas
 Bar Mini  TV LED 43” dengan saluran nasional
 Air Botol
dan internasional
 Wi-Fi
 Brankas
 Layanan kamar
 Meja + kursi
 Layanan binatu (biaya tambahan)
 Perlengkapan kamar mandi
 Setrika dan Papan setrikaan
 Kulkas kecil
 Panggilan bangun
 Pancuran
 Harian nasional
 Pengering rambut
 Parkir (biaya tambahan)
 Cerek
2.6. Bidang Kerja Perusahaan
Berikut ini beberapa bidang kerja perusahaan yang sering disebut dengan
departemen/ bagian. Departemen/ bagian tersebut memiliki fungsi sebagai
pemisahan bidang kerja, untuk menghindari tumpang tindih pekerjaan/ tugas dari
masing-masing karyawan, departemen/ bagian tersebut, yaitu:

10
1) Front Office Department (FO).
Departemen/ bagian ini secara garis besar/ umum memiliki hubungan
langsung dengan para konsumen.
2) Food and Baverages Department (F & B).
Departemen/ bagian ini menangani dan menyediakan berbagai
hidangan makanan dan minuman. Selain itu bagian ini memberikan
layanan kepada para tamu saat mereka makan di restoran.
Departemen/ bagian ini juga memberikan layanan serta mengelola
kelas yoga.
3) Housekeeping Department.
Departemen/ bagian ini merupakan bagian yang bertanggungjawab
terhadap kebersihan hotel mulai dari kebersihan kamar hingga
fasilitas hotel lainnya.
4) Accounting/ Finance Department.
Departemen/ bagian ini bertanggungjawab terhadap pengelolaan
keuangan dan pelaporan terkait dengan sistem keuangan di Innside
by Melia.
5) Human Resource Department.
Departemen/ bagian ini secara umum bertanggungjawab terhadap
pengelolaan sumber daya manusia secara keseluruhan di Innside by
melia.
6) Engineering Department.
Departemen/ bagian ini yang bertanggungjawab dalam penanganan
dan melakukan pemeliharaan segala bentuk fasilitas yang ada di
Innside by Melia.
7) Sales and Marketing Department (S & M).
Departemen sales dan marketing memiliki pertanggungjawaban
untuk memasarkan berbagai layanan dan produk yang ditawarkan
oleh Innside by Melia.
8) Purchesing Department.
Departemen/ bagian ini bertanggungjawab segala bentuk pembelian
serta pengadaan berbagai macam peralatan dan barang-barang di
Innside by Melia.
9) Security Department.

11
Departemen/ bagian ini bertanggungjawab atas keamanan di
lingkungan hotel dan juga keamanan serta keselamatan bagi para
pengunjung.

2.7. Logo Perusahaan

Innside by Melia Yogyakarta atau yang lebih dikenal dengan Innside


Yogyakarta memiliki tagline yaitu “ Work..Play..Life.. “

2.8. MItra Perusahaan

Innside by Melia memiliki beberapa klien perusahaan yang sering bekerja sama untuk
berbagai pengadaan even. Berikut ini beberapa klien yang kerap bekerja sama dengan
Innside by Melia, antara lain: Hartono Mall Yogyakarta, PT. Sentosa Agung
Suryatama, Mataram City, Asmat Pro Yogyakarta, Jogja Bay, Central Spring Bed, dan
lain sebagainya.

BAB III

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN EKSTERNAL YANG


MEMPENGARUHI PERFORMA PERUSAHAAN

3.1. Faktor Lingkungan Ekonomi


3.1.1. Definisi:
Lingkungan ekonomi merupakan kondisi ekonomi baik itu
yangbersifat makro atau mikro dari suatu negara yang memiliki dampak

12
terhadap bisnis baik itu dari segi pendapatan atau beban. Faktor-faktor
yang terkait dengan lingkungan ekonomi yaitu produk domestik bruto,
standar hidup, produktivitas, jumlah output, inflasi dan pengangguran.
3.1.2. Isu:
Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani menegaskan
terkait dengan kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada pada
kisaran 5,2% - 5,5%. Banyak elemen yang dapat dijadikan indikator
untuk melihat kondisi ekonomi Indonesia di saat maraknya kondisi
keuangan global.
Isu yang memiliki dampak terhadap perekonomian Indonesia
salah satunya adalah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing. Isu tersebut sangat berpengaruh terhadap sektor bisnis untuk
industri akomodasi atau industri perhotelan. Karena pelemahan nilai tukar
rupiah bisa memicu tingkat inflasi sekaligus mempengaruhi daya beli
masyarakat.
3.1.3. Peluang:
Untuk saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di dalam
kategori stabil dan juga pertumbuhannya positif. Isu pelemahan nilai
rupiah dapat memberikan dampak positif bagi wisatawan asing yang akan
berkunjung ke Indonesia, tentu saja hal tersebut memberikan peluang
bisnis bagi Innside by Melia dari sisi kenaikan tingkat okupansi untuk
wisatawan asing. Momentum tersebut jika di manfaatkan baik dapat
menjadi pendapatan bagi Innside by Melia.
3.1.4. Ancaman:
Pertumbuhan perekonomian Indonesia yang masih stabil dan
memiliki tren kenaikan, akan cenderung membuat arus investasi masuk
semakin tinggi, hal tersebut dapat membuat persaingan di industri ini
semakin ketat, karena akan muncul perusahaan-perusahaan baru yang
masuk ke industri yang sama atau dengan kata lain Innside by Melia
memiliki ancaman terhadap pendatang baru. Selain itu isu kedua terkait
dengan pelemahan nilai tukar rupiah dapat berimbas terhadap inflasi dan
melemahnya daya beli masyarakat, dampaknya penurunan tingkat

13
wisatawan domestik yang berkunjung ke D.I. Yogyakarta juga berimbas
terhadap penurunan tingkat okupansi Innside by Melia.
3.1.5. Implikasi:
Isu pelemahan rupiah dapat menyebabkan kelesuan perekonomian
negara akan meningkatkan persaingan di industri perhotelan. Kelesuan
perekonomian mengharuskan Innside by Melia untuk memiliki
keunggulan kompetitif yang bertujuan untuk meningkatkan peluang dii
industri akomodasi di Indonesia secara umum dan industri akomodasi di
D.I. Yogyakarta khususnya, jika Innside by Melia tidak sensitif terhadap
hal tersebut akan berdampak fatal terhadap kondisi keuangan.

3.2. Faktor Lingkungan Hukum Bisnis Indonesia


3.2.1. Definisi:
Menurut Pramono (dalam antoni 2018), bahwa hukum bisnis
merupakan hukum yang berkaitan dengan perikatan (perjanjian) dan
badan usaha (perusahaan) dalam berbagai bidang lapangan bisnis/
perdagangan. Hukum bisnis memiliki unsur-unsur, yaitu:
 Hukum.
 Perikatan (perjanjian).
 Badan Usaha (Perusahaan).
 Lapangan bisnis/ perdagangan.

Lingkungan hukum bisnis dalam negeri dapat juga dikatakan


sebagai hukum yang membantu suatu kegiatan usaha dalam bermacam
wujud, antara lain perlindungan terhadap kekayaan/ aset dan hak atas
kekayaan intelektual (paten), perlindungan konsumen, hukum bsnis,
kebijakan dan regulasi hukum, antitrust, anti dumping, dan lain
sebagainya. Selain itu hukum dalam negeri dapat berpengaruh terhadap
industri akomodasi.

3.2.2. Isu:
Adanya rencana revisi undang-undang nomor 13 tahun 2003
tentang ketenagakerjaan dengan tujuan agar Indonesia memiliki tenaga
kerja dengan keterampilan di atas standar minimal setara dengan standar
yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Rencana revisi yang akan

14
digulirkan oleh pemerintah salah satunya mempertimbangkan
rekomendasi dari Bank Dunia (World Bank), karena Bank Dunia pada
beberapa waktu yang lalu di dalam laporan kerjanya yang berjudul World
Development Report year 2019, mengusulkan bahwa negara-negara
miskin dan berkembang untuk segera merevisi berbagai peraturan-
peraturan atau kebijakan yang terkait dengan ketenagakerjaan.
3.2.3. Peluang:
Rencana revisi undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan tujuan dasarnya adalah perlindungan terhadap
perusahaan sebagai pemberi kerja dengan tenaga kerja secara hukum
formal. Diktum yang akan di revisi antara lain yang mengatur tentang
upah minimum tenaga kerja, besaran pesangaon yang harus diberikan,
serta wewenang perusahaan sebagai pemeberi kerja dalam merekrut dan
menghentikan hubungan dengan pekerjanya. Jadi dapat memberikan
peluang terhadap rencana jangka panjang dan jangka pendek bagi Innside
by Melia.
3.2.4. Ancaman:
Di Indonesia untuk melakukan revisi undnag-undang yang telah
ditetapkan harus melalui pembahasan yang dilakukan bersama antara
pemerintah sebagai pihak eksekutif yang mengajukan dengan dewan
perwakilan rakyat sebagai pihak legislatif. Terkadang jangka waktu dari
pembahasan sampai dengan pengesahan dan penetapan membutuhkan
waktu yang lama dan hal tersebut berlaku juga terhadap revisi undang-
undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
Lamanya proses untuk melakukan revisi tersebut dapat
menimbulkan ketidakpastian dalam kegiatan bisnis, antara perusahaan
dan tenaga kerja memiliki suasana kebatinan yang serupa, sehingga dapat
mengakibatkan ketidakpastian di dalam peraturan internal perusahaan,
dikarenakan adanya pergantian antar waktu ditetapkannya undang-undang
tersebut dengan pengimplementasiannya di lapangan, selain itu juga bisa
menimbulkan potensi terjadinya perbedaan persepsi antara perusahaan
dan tenaga kerja atas penafsiran undang-undang tersebut.

15
3.2.5. Implikasi:
Revisi undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan akan berimplikasi terhadap kepada peningkatan kapasitas
keahlian tenaga kerja yang dimiliki oleh Innside by melia, karena tenaga
kerja akan terstandarisasi dan akan berimplikasi terhadap pelayanan yang
berkualitas terhadap konsumen, dengan sendirinya hal tersebut dapat
menngkatakan image yang dimiliki oleh Innside by Melia.
3.3. Faktor Lingkungan Hukum Bisnis Internasional
3.3.1. Definisi:
Hukum bisnis internasional merupakan sebuah aturan atau asas
hukum yang mengatur persoalan hukum berskala internasional yang
bukan bersifat perdata. Hukum internasional lebih kompleks jika
dibandingkan dengan hukum bisnis Indonesia, karena hukum bisnis
internasional mengurusi struktur dan perilaku organisasi yang berskala
internasional dan pada batas tertentu, perusahaan multinasional dan juga
mengurusi individu yang terkait dengan bisnis internasional.
3.3.2. Isu:
Isu strategis yang dihadapi oleh Innside by Melia ialah isu terkait
dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Masyarakat Ekonomi Asean
(MEA) merupakan sebuah hubungan perdagangan yang saling
terintegrasi untuk negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang
tergabung ke dalam ASEAN. Menurut kementerian Luar Negeri Republik
Indonesia (2018) Empat pilar MEA, antara lain:
 Pasar dan dasar/ basis produksi tunggal;
 Sebuah kawasan ekonomi yang memiliki daya saing bebas;
 Sebuah kawasan yang memiliki pembangunan ekonomi yang
merata dan berkeadilan; dan
 Sebuah kawasan yang saling terintegrasi dengan ekonomi
global.
Dari empat pilar tersebut maka MEA akan menyebabkan
terjadinya perdagangan bebas lintas batas. Hal tersebut rencananya akan
terealisasi pada tahun 2020 dengan tujuan untuk mewujudkan wawasan
ASEAN 2020.
3.3.3. Peluang:

16
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) memberikan peluang bagi
Innside by Melia untuk melakukan ekspansi bisnis di kawasan Asia
Tenggara karena dengan MEA, undang-undang atau batasan-batasan
yang mengatur terkait dengan arus barang masuk dan keluar, investasi,
modal, jasa, arus manusia akan lebih fleksibel atau dipermudah. Selain itu
berpotensi untuk mendorong pertumbuhan jumlah wisatawan yang masuk
ke Indonesia secara umum dan secara khususnya D.I. Yogyakarta yang
merupakan destinasi wisata andalan Indonesia untuk menarik wisatawan
asing dari kawasan Asia Tenggara.

3.3.4. Ancaman:
Isu yang terkait dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
selain memiliki peluang bisnis jika dapat dimanfaatkan dengan baik, juga
memiliki ancaman terhadap kegiatan bisnis yang dijalankan oleh Innside
by Melia, karena MEA bisa menciptakan timbulnya kompetitor-
kompetitor baru yang memiliki kapabilitas yang lebih jika dibandingkan
dengan nnside by Melia, salah satunya adalah kapabilitas terkait dengan
human capital. Kalau dilihat dari sisi latar belakang pendidikan, menurut
data yang dilansir Deutsche Welle (2016), rata-rata tingkat kualifikasi
pendidikan dan produktivitas human capital yang ada di Indonesia masih
kalah jauh dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara (Indonesia
urutan ke-4).
3.3.5. Implikasi:
Hadirnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) untuk pelaku
bisnis jasa akomodasi khususnya Innside by Melia merupakan tantangan
tersendiri, perusahaan harus menyiapkan strategi-strategi khusus untuk
menghadapi derasnya arus investasi baru yang akan menjadi cikal bakal
kompetitor yang baru, atau Innside by Melia bisa memanfaatkan
momentum tersebut untuk melakukan perluasan pasar ke kawasan Asia
Tenggara.

3.4. Faktor Lingkungan Demografi


3.4.1. Definisi:

17
Lingkungan Demografi merupakan suatu lingkungan yang
mempelajari serta mengkaji tentang hala-hal yang terkait dengan tingkat
kependudukan, usia, jenis kelamin, lapangan pekerjaan, dan ras.
3.4.2. Isu:
Salah satu isu strategis yang terkait dengan lingkungan demografi adalah
isu bonus demografi. Bonus demografi menjadi suatu tantangan bagi
pebisnis, karena terkait dengan ukuran dan tingkat pertumbuhan populasi
suatu kota, wilayah, dan regional. Bonus demografi yang ada di Indonesia
sebanyak 70% usia produktif , sedangkan kisaran usia produktif antara 15
tahun sampai dengan 64 tahun.
3.4.3. Peluang:
Isu bonus demografi memberikan peluang membanjirnya
wisatawan yang sebagian besar merupakan usia produktif yang memiliki
penghasilan dan pada usia tersebut mampu dan memiliki keinginan untuk
berderma wisata ke berbagai lokasi wisata, dengan alasan tersebut maka
Innside by Melia memiliki peluang memanfaatkan isu bonus demografi
dengan melakukan berbagai strategi untuk menaikkan tingkat okupansi,
selain itu juga Innside by Melia memiliki bergaining power yang tinggi
karena pasar tenaga kerja di penuhi para pencari kerja di usia produktif.
3.4.4. Ancaman:
Isu bonus demografi selain memberikan peluang bagi Innside by
Melia juga memberikan ancaman, yaitu dapat menaikkan tingkat
pengangguran di usia produktif, karena perbandingan antara lapangan
kerja yang tersedia tidak sebanding dengan usia produktif di pasar tenaga
kerja.
Tingginya tingkat pengangguran berkorelasi dengan naiknya
tingkat kriminalitas, karena alasan ekonomi dapat menjadi pemicu orang
untuk berbuat kriminal, dan hal tersebut dapat menjadi ancaman
kelangsungan bisnis dari Innside by Melia. Tingginya tingkat kriminalitas
suatu daerah dapat menurunkan minat wisatawan untuk berkunjung ke
daerah tersebut.
3.4.5. Implikasi:

18
Innside by melia dapat memanfaatkan bonus demografi yang
terkait dengan pasar tenaga kerja, dengan menyerap tenaga kerja yang
memiliki kualitas yang baik melalui sistem rekrutmen dan proses
penyeleksian dengan standar yang baik.
3.5. Faktor Lingkungan Sosial Budaya
3.5.1. Definisi:
Lingkungan sosial budaya merupakan sebuah lingkungan yang
berkaitan dengan tempat manusia berkumpul, menjalankan hidup untuk
bersosialisasi serta didalam lingkup budaya yang sesuai dengan daerah
masinng-masing.
Perusahaan harus dapat memahami dengan karakteristik sosial dan
budaya di lingkungan dimana perusahaan melakukan kegiatan bisnisnya,
demi keberlangsungan bisnis perusahaan.
3.5.2. Isu:
Isu strategis terkait dengan lingkungan sosial dan budaya di D.I.
Yogyakarta ialah hal yang terkait dengan local wisdom. D.I. Yogyakarta
sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal, dengan ditandai
bahwa masyarakat D.I. Yogyakarta didalam aktifitas kesehariannya tidak
terlepas dar nilai-nilai kearifan lokal.
Isu tersebut dapat menjadi suatu magnet tersendiri bagi industri
pariwisata, karena salah satu alasan wisatawan untuk berkunjung ke suatu
daerah ialah untuk melihat sesuatu yang berbeda dari daerah asal
wisatawan tersebut.
3.5.3. Peluang:
Isu nilai-nilai kearifan lokal dapat dikapitalisasi oleh Innside by
Melia dengan pengelolaan yang baik akan menjadi daya tarik bagi
konsumen, pengelolaan tersebut antara lain menghadirkan layanan yang
berlandaskan budaya lokal dan dipadu dengan unsur-unsur modern yang
dimiliki oleh Innside by Melia.
3.5.4. Ancaman:
Isu kearifan lokal bagi industri perhotelan dapat menjadi ancaman
terhadap kelangsungan bisnis, jika kearifan lokal yang ada di lingkungan
sekitar bertolak belakang dengan strategi bisnis yang dijalankan/

19
diterapkan dan hal tersebut dapat berpotensi menganggu inestasi yang
telah ditanamkan.
3.5.5. Implikasi:
Dari potensi peluang dan ancaman yang terkait dengan lingkungan sosial
dan budaya, maka Innside by Melia harus bisa menyinergikan antara
kearifan lokal yang terkandung dengan strategi bisnis yang dijalankan.
Jika kedua hal tersebut bisa bersinergi dengan baik, maka memberikan
benefit yang baik bagi perusahaan.
3.6. Faktor Lingkungan Politik Domestik dan Internasional
3.6.1. Definisi:
Lingkungan politik merupakan himpunan dari urusan yang terkait
dengan hukum, pemerintahan, dan kelompok yang dapat mempengaruhi
dan membatasi berbagai organisasi dan individu dalam suatu masyarakat
tertentu. Selain itu juga lingkungan politik bisa dikatakan lingkungan
yang berkaitan dengan kepentingan dan perubahan peraturan atau
kebijakan ketika adanya pergantian pengambil kebijakan/ pemimpin/
kepala pemerintahan lokal dan nasional.
3.6.2. Isu:
Isu strategis yang berhubungan dengan lingkungan politik adalah
ketidakstabilan situasi politik dalam negeri yang terkait dengan pemilihan
presiden, kepala daerah, pemilihan umum legislatif, sedangkan isu politik
luar negeri ialah isu perang dagang antara Amerika Serikat dengan China.
3.6.3. Peluang:
Isu ketidakstabilan politik dalam negeri dan politik luar negeri
dapat menahan lajunya investasi masuk ke Indonesia. Hal tersebut bisa
dimanfaatkan bagi pelaku bisnis untuk berinovasi dan fokus terhadap
bisnis yang sedang dijalankan tanpa adanya gangguan dari luar.
3.6.4. Ancaman:
Ketidakpastian politik dalam negeri dapat menyebabkan
penurunan investasi dan ekspansi bisnis domestik, karena terkait dengan
aspek keamanan yang dapat memunculkan ketidakpastian bisnis.

3.6.5. Implikasi:

20
Isu strategis yang terkait dengan lingkungan politik dikarenakan
tidak kondusifnya perpolitikan yang berimplikasi terhadap kegiatan dan
operasional bisnis dari Innside by Melia, khususnya bisa menyebabkan
penurunnya tingkat okupansi/ tingkat hunian kamar yang bersumber dari
wisatawan mancanegara yang disebabkan adanya pemberlakuan travel
warning yang dikeluarkan oleh negara lain terhadap warga negaranya
untuk berkunjung ke Indonesia.
3.7. Faktor Lingkungan Teknologi
3.7.1. Definisi:
Lingkungan teknologi dapat menghadirkan sebuah kekuatan untuk
menciptakan produk baru, teknologi baru dan peluang pasar dari
pemanfaatan teknologi baru. Perubahan teknologi pada saat dewasa ini
mengalami kemajuan dengan ditandai semakin canggihnya produk atau
layanan yang ditawarkan.
3.7.2. Isu:
Isu strategis yang terkait dengan lingkungan teknologi adalah
disruptive teknologi dan disruptive inovasi yang sedang berkembang di
Indonesia. Disruptive teknologi merupakan sebuah inovasi teknologi dari
produk atau jasa yang menghadirkan sebuah teknologi baru sehingga
dapat mengganggu teknologi yang sudah ada.
3.7.3. Peluang:
Dengan teknologi disruptive
3.7.4. Ancaman:
3.7.5. Implikasi:
3.8. Faktor Lingkungan Alami (Natural)
3.8.1. Definisi:
3.8.2. Isu:
3.8.3. Peluang:
3.8.4. Ancaman:
3.8.5. Implikasi:
3.9. Faktor Lingkungan Pemerintah
3.9.1. Definisi:
3.9.2. Isu:
3.9.3. Peluang:
3.9.4. Ancaman:
3.9.5. Implikasi:

21
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan serta data dan analisis yang dilakukan
berdasarkan dari sembilan faktor lingkungan eksternal yang terdiri dari: faktor
lingkungan ekonomi, faktor lingkungan hukum bisnis Indonesia, faktor
lingkungan hukum bisnis internasional, faktor lingkungan demografi, faktor
lingkungan sosial budaya, faktor lingkungan politik domestik dan internasional,
faktor lingkungan teknologi, faktor lingkungan alami (natural), dan faktor
lingkungan pemerintahan.
Maka penulis memiliki kesimpulan yang antara lain:
1) Innside by Melia perlu dan harus memperhatikan, serta
mempertimbangkan sembilan faktor lingkungan eksternal yang
memiliki dan berpengaruh terhadap performa bisnis dari Innside by
Melia.
2) Innside by Melia memiliki peluang bisnis dengan meningkatnya
jumlah penduduk atau bonus demografi yang dapat meningkatkan
kenaikan jumlah wisatawan baik itu wisatawan asing maupun
wisatawan domestik dan peningkatan tersebut dapat menaikkan
tingkat okupansi atau tingkat hunian kamar.
3) Innside by Melia harus memberikan perhatian khusus terhadap faktor
ancaman terkait dengan peraturan pemerintah yang berpotensi
berubah-ubah serta faktor lingkungan politik yang terkait kondisi
perpolitikan tanah air yang tidak menentu dan ketidakstabilan politik
setelah pemilihan umum presiden dan pemilihan umum legislatif
yang memiliki dampak pada menurunnya tingkat okupansi atau
tingkat hunian kamar dan mengancam pada kegiatan bisnis Innside
by Melia.

4.2. Saran

22
Berdasarkan dari kesimpulan yang telah disampaikan sebelumnya, maka
penulis memberikan serta merekomendasikan beberapa hal yang dapat
dipertimbangkan oleh Innside by Melia di masa yang akan datang, yaitu:

1) Berdasarkan kesimpulan nomor 1, dengan memperhatikan, serta


mempertimbangkan sembilan faktor lingkungan eksternal yang
memiliki dan berpengaruh terhadap performa bisnis dari Innside by
Melia dapat lebih agresif untuk memperluas bisnis yang dijalankan.
2) Berdasarkan kesimpulan nomor 2, maka Innside by Melia harus
memiliki core competency, sehingga dapat bersaing di industri
akomodasi/ perhotelan.
3) Berdasarkan kesimpulan nomor 3, maka Innside by Melia harus
sensitif terhadap perubahan peraturan pemerintah/ kebijakan dan
iklim politik tanah air.

DAFTAR PUSTAKA

Adolf, H. (2006). Hukum Perdagangan Internasional: Prinsip-prinsip dan Konsepsi


Dasar. Bandung: PT Raja Grafindo Persada

Adindalrsash. (2016). “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Bisnis”.


Tersedia di http://adindalrsash.blogspot.com/2016/10/faktor-faktor yang-
mempengaruhi.html. diakses pada 3 Mei 2019

Badan Pusat Statistik D.I. Yogyakarta (2019). Direktori Hotel dan Akomodasi lainnya
D.I. Yogyakarta 2018. Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta

Dinas Pariwisata. (2019). Statistik Kepariwisataan Yogyakarta 2017. Dinas Pariwisata


Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI, (2017), Pemerintah


mengupayakan Iklim Investasi Ramah dan Kondusif, Divisi Humas, tersedia

23
di https://ekon.go.id/berita/view/pemerintah-upayakan-iklim.3080.html.
Diakses pada tanggal 12 Mei 2019.

Kementerian Luar Negeri RI, (2018), Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), tersedia
di https://kemlu.go.id/portal/id/read/113/halaman_list_lainnya/masyarakat-
ekonomi-asean-mea. Diakses pada tanggal 12 Mei 2019.

Kementerian Pariwisata RI. (2019). Panduan dan Pedoman Pelaksanaan Green Hotel
di Indonesia. Kementerian Pariwisata Republik Indonesia.

Kementerian Tenaga Kerja RI, (2003), Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003


tentang ketenagakerjaan, Biro Hukum Sekretarian Jenderal Kementerian
Tenaga Kerja Republik Indonesia.

Liana Kourteli, (2000), “Scanning the Business environment: some conceptual


issues”, Benchmarking: An international Journal, Vol. 7 Iss 55 pp 406-413,
http://dx.doi.org/10.1108/14635770010694340.

Olsen, M.D., Murthy, B., Teare, R., (1994), “CEO Perspective on Scanning the
Global Hotel Business Environment”, Journal of Contemporary Hospitality
Management, Vol. 6 Issue: 4, pp.03-09, doi: 10.1108/09596119410060865.

24

Anda mungkin juga menyukai