Anda di halaman 1dari 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Tenaga Listrik

Energi listrik umumnya dibangkitkan oleh pusat Pembangkit Tenaga Listrik


yang jauh dari perkotaan, yang dimana jauh dari pelanggan umum berada. Secara
umum dapat dikatakan bahwa suplai tenaga listrik terdiri dari tiga unsur, yaitu :
Pusat Pembangkit, Transmisi, dan Distribusi seperti gambar 2.1.

Gambar 2.1 (a) Skema penyaluran energi listrik dari pembangkit sampai ke
pelanggan dan (b) Diagram satu garis gambar a

(Sumber : Sistem Distribusi Daya Listrik PT. PLN Jakarta, 2011)

4
2.2 Distribusi Tenaga Listrik

Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berguna
untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (bulk power source)
sampai ke konsumen. Pada sistem distribusi tenaga listrik frekuensi standar untuk
Indonesia adalah 50 Hz dengan tegangan sisi primer gardu distribusi adalah 6
dan 20 kV dan tegangan sisi sekunder gardu distribusi tiga fasa empat kawat
127/220 V dan 220/380 V. Frekuensi dan batas tegangan pada jaringan distribusi
untuk Indonesia telah ditetapkan berdasarkan pembakuan PLN. Sistem distribusi ini
dapat dikelompokkan ke dalam dua tingkat yaitu :
a) Sistem jaringan distribusi primer

Jaringan distribusi primer adalah bagian dari sistem distribusi tenaga listrik
diantara gardu induk dan gardu distribusi. Jaringan ini pada umumnya terdiri
dari jaringan fasa-tiga, fasa-tunggal atau Single Wire Earth Return (SWER),
yang biasanya digunakan saluran kawat udara, kabel udara maupun kabel bawah
tanah. Tegangan kerja dari sistem distribusi primer ini sebesar 6 dan 20 kV,
dikenal juga dengan jaringan tegangan menengah (JTM).

b) Sistem jaringan distribusi sekunder

Jaringan distribusi sekunder merupakan bagian dari sistem distribusi tenaga


listrik dimana jaringan ini berhubungan langsung dengan konsumen tenaga
listrik. Pada jaringan distribusi sekunder, sistem jaringan primer diturunkan
menjadi sistem tegangan rendah 220/380 V dengan menggunakan transformator
penurun tegangan yang terdapat pada trafo distribusi. Jaringan ini pada
umumnya terdiri dari jaringan fasa-tunggal, fasa-tiga dengan empat kawat fasa
tunggal tiga kawat dari sistem JTM SWER.

5
2.3 Pengertian Transformator

Transformator adalah suatu alat listrik yang digunakan untuk


mentransformasikan daya atau energi listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah
atau sebaliknya, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi-
elektromagnet. Transformator digunakan secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik
maupun elektronika. “Penggunaan transformator dalam sistem tenaga memungkinkan
terpilihnya tegangan yang sesuai, dan ekonomis untuk tiap – tiap
keperluan”.(Sumannto, 1991)
Pada umumnya tranformator terdiri pada sebuah inti yang terbuat dari besi
berlapis dan dua buah kumparan, yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder.
Rasio perubahan tegangan akan tergantung dari rasio jumlah lilitan pada kedua
kumparan. Biasanya kumparan terbuat dari kawat tembaga yang dibelit seputar kaki
inti transformator. Konstruksi transformator dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Konstruksi lengkap transformator

(Sumber : Sumannto, 1991)

6
2.5 Prinsip Kerja Transformator

Prinsip kerja suatu transformator adalah induksi bersama (mutual induction)


antara dua rangkaian yang dihubungkan oleh fluks magnet. Dalam bentuk yang
sederhana, transformator terdiri dari dua buah kumparan yang secara listrik terpisah
tetapi secara magnet dihubungkan oleh suatu alur induksi. Kedua kumparan tersebut
mempunyai mutual induction yang tinggi. Jika salah satu kumparan dihubungkan
dengan sumber tegangan bolak-balik, fluks bolak-balik timbul di dalam inti besi yang
dihubungkan dengan kumparan yang lain menyebabkan atau menimbulkan gaya
gerak listrik (ggl) induksi sesuai dengan induksi elektromagnet berdasarkan Hukum
Faraday. Rangkaian transformator dapat dilihat pada gambar 2.3. “ Bila arus bolak
balik mengalir pada induktor, maka akan timbul gaya gerak listrik “.(Prayoga, Aditya.
2010)

Gambar 2.3 Rangkaian transformator

(Sumber : Prayoga, Aditya. 2010)

2.6 Beban Tidak Seimbang

Menurut Machmudsyah, (2006) yang dimaksud dengan keadaan seimbang


adalah suatu keadaan di mana :

• Ketiga vektor arus / tegangan sama besar.

• Ketiga vektor saling membentuk sudut 120º satu sama lain.

Sedangkan yang dimaksud dengan keadaan tidak seimbang adalah keadaan di

7
mana salah satu atau kedua syarat keadaan seimbang tidak terpenuhi. Kemungkinan
keadaan tidak seimbang ada 3 yaitu:
• Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120º satu sama lain.

• Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut 120º satu sama lain.

• Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120º satu sama
lain.

(a) (b)

Gambar 2.4 Vektor diagram arus

(Sumber : Machmudsyah, 2006)

Gambar 2.4 (a) menunjukkan vektor diagram arus dalam keadaan


seimbang. Terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR, IS, IT)
adalah sama dengan nol sehingga tidak muncul arus netral (IN). Sedangkan
pada gambar 2.4 (b) menunjukkan vektor diagram arus yang tidak seimbang.
Terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR, IS, IT) tidak sama
dengan nol sehingga muncul sebuah besaran yaitu arus netral (IN) yang
besarnya bergantung dari seberapa besar faktor ketidakseimbangannya.

8
2.7 Beban Penuh Transformator

Menurut Machmudsyah, (2006) daya transformator bila ditinjau dari sisi


tegangan tinggi (primer) dapat dirumuskan sebagai berikut :

S = √3 x V x I

Keterangan :
S = Daya transformator (kVA)

V = Tegangan sisi primer transformator (kV)

I = Arus jala-jala (A)


Sehingga untuk menghitung arus beban penuh dapat menggunakan rumus :
𝑆
IFL =
√3.𝑉

Keterangan :
IFL = Arus beban penuh (A)
S = Daya transformator (kVA)
V = Tegangan sisi sekunder (V)
Arus rata-rata siang dan malam hari dapat dihitung dengan rumus :
𝐼𝑅+𝐼𝑆+𝐼𝑇
I rata-rata = 3

Persentase pembebanan transformator adalah :

𝐼 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑋 100%
𝐼 𝐹𝐿
Jika [ I ] adalah besaran arus fasa dalam penyaluran daya sebesar P pada keadaaan
seimbang, maka pada penyaluran daya yang sama tetapi dengan keadaan yang tidak
seimbang besarnya arus – arus fasa dapat dinyatakan dengan keofisien a, b, c
sebagai berikut :
𝐼𝑅
IR = a.I maka a= 𝐼

9
𝐼𝑆
IS = b.I maka a= 𝐼

𝐼𝑇
IT = c.I maka a= 𝐼

Dengan IR, IS dan IT berturut – turut adalah arus di fasa R, S dan T. Koefisien a, b,
dan c dapat diketahui besarnya, dimana pada keaadaan seimbang besarnya koefisien
a, b, dan c adalah 1. Maka rata – rata ketidakseimbangan beban (dalam %) adalah :

{|𝑎 − 1| + |𝑏 − 1| + |𝑐 − 1|}
𝑥 100 %
3

2.8 Rugi Pada Arus Netral

Arus netral dalam sistem distribusi tenaga listrik dikenal sebagai arus yang
mengalir pada kawat netral di sistem distribusi tegangan rendah tiga fasa empat
kawat. Arus netral ini muncul jika kondisi beban tidak seimbang dan karena adanya
arus harmonisa akibat beban non-linear :

Arus yang mengalir pada kawat netral yang merupakan arus bolak-balik
untuk sistem distribusi tiga fasa empat kawat adalah penjumlahan vektor dari
ketiga arus fasa dalam komponen simetris. Sebagai akibat dari
ketidakseimbangan beban antara tiap-tiap fasa pada sisi sekunder trafo (fasa
R, fasa S, fasa T) mengalirlah arus di netral trafo. Arus yang mengalir pada
penghantar netral trafo ini menyebabkan losses (rugi-rugi). Losses pada
penghantar netral trafo ini dapat dirumuskan sebagai berikut: (Prasetya, 2007)
PN = IN² x RN

Keterangan :

PN = Losses pada penghantar netral trafo (Watt)

IN = Arus yang mengalir pada netral trafo (A)

RN = Tahanan penghantar netral trafo (Ω)

Sehingga daya aktif transformator dapat dirumuskan sebagai berikut:

P = S x cos φ

10
Keterangan :

P = Daya aktif transformator


S = Daya semu transformator

Cos φ = 0,85 (asumsi)

Persentase rugi – rugi daya akibat adanya arus netral pada penghantar netral
transformator adalah ;
𝑃𝑁
% PN = 𝑥 100%
𝑃

11

Anda mungkin juga menyukai