Gambar 2.1 (a) Skema penyaluran energi listrik dari pembangkit sampai ke
pelanggan dan (b) Diagram satu garis gambar a
4
2.2 Distribusi Tenaga Listrik
Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berguna
untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (bulk power source)
sampai ke konsumen. Pada sistem distribusi tenaga listrik frekuensi standar untuk
Indonesia adalah 50 Hz dengan tegangan sisi primer gardu distribusi adalah 6
dan 20 kV dan tegangan sisi sekunder gardu distribusi tiga fasa empat kawat
127/220 V dan 220/380 V. Frekuensi dan batas tegangan pada jaringan distribusi
untuk Indonesia telah ditetapkan berdasarkan pembakuan PLN. Sistem distribusi ini
dapat dikelompokkan ke dalam dua tingkat yaitu :
a) Sistem jaringan distribusi primer
Jaringan distribusi primer adalah bagian dari sistem distribusi tenaga listrik
diantara gardu induk dan gardu distribusi. Jaringan ini pada umumnya terdiri
dari jaringan fasa-tiga, fasa-tunggal atau Single Wire Earth Return (SWER),
yang biasanya digunakan saluran kawat udara, kabel udara maupun kabel bawah
tanah. Tegangan kerja dari sistem distribusi primer ini sebesar 6 dan 20 kV,
dikenal juga dengan jaringan tegangan menengah (JTM).
5
2.3 Pengertian Transformator
6
2.5 Prinsip Kerja Transformator
7
mana salah satu atau kedua syarat keadaan seimbang tidak terpenuhi. Kemungkinan
keadaan tidak seimbang ada 3 yaitu:
• Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120º satu sama lain.
• Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut 120º satu sama lain.
• Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120º satu sama
lain.
(a) (b)
8
2.7 Beban Penuh Transformator
S = √3 x V x I
Keterangan :
S = Daya transformator (kVA)
Keterangan :
IFL = Arus beban penuh (A)
S = Daya transformator (kVA)
V = Tegangan sisi sekunder (V)
Arus rata-rata siang dan malam hari dapat dihitung dengan rumus :
𝐼𝑅+𝐼𝑆+𝐼𝑇
I rata-rata = 3
𝐼 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑋 100%
𝐼 𝐹𝐿
Jika [ I ] adalah besaran arus fasa dalam penyaluran daya sebesar P pada keadaaan
seimbang, maka pada penyaluran daya yang sama tetapi dengan keadaan yang tidak
seimbang besarnya arus – arus fasa dapat dinyatakan dengan keofisien a, b, c
sebagai berikut :
𝐼𝑅
IR = a.I maka a= 𝐼
9
𝐼𝑆
IS = b.I maka a= 𝐼
𝐼𝑇
IT = c.I maka a= 𝐼
Dengan IR, IS dan IT berturut – turut adalah arus di fasa R, S dan T. Koefisien a, b,
dan c dapat diketahui besarnya, dimana pada keaadaan seimbang besarnya koefisien
a, b, dan c adalah 1. Maka rata – rata ketidakseimbangan beban (dalam %) adalah :
{|𝑎 − 1| + |𝑏 − 1| + |𝑐 − 1|}
𝑥 100 %
3
Arus netral dalam sistem distribusi tenaga listrik dikenal sebagai arus yang
mengalir pada kawat netral di sistem distribusi tegangan rendah tiga fasa empat
kawat. Arus netral ini muncul jika kondisi beban tidak seimbang dan karena adanya
arus harmonisa akibat beban non-linear :
Arus yang mengalir pada kawat netral yang merupakan arus bolak-balik
untuk sistem distribusi tiga fasa empat kawat adalah penjumlahan vektor dari
ketiga arus fasa dalam komponen simetris. Sebagai akibat dari
ketidakseimbangan beban antara tiap-tiap fasa pada sisi sekunder trafo (fasa
R, fasa S, fasa T) mengalirlah arus di netral trafo. Arus yang mengalir pada
penghantar netral trafo ini menyebabkan losses (rugi-rugi). Losses pada
penghantar netral trafo ini dapat dirumuskan sebagai berikut: (Prasetya, 2007)
PN = IN² x RN
Keterangan :
P = S x cos φ
10
Keterangan :
Persentase rugi – rugi daya akibat adanya arus netral pada penghantar netral
transformator adalah ;
𝑃𝑁
% PN = 𝑥 100%
𝑃
11