Disusun oleh:
A. PENDAHULUAN
Otak merupakan pusat kendali perilaku manusia, artinya setiap hal yang dilakukan
manusia akan melibatkan kerja otak. Otak merupakan tempat menerima, menyimpan
kemudian mengenaliinformasi yang ada, artinya otak adalah pusat ingatan manusia
(Markowitz dan Jensen, 2002). Di dalam otak tersimpan berbagai macam informasi.
Bermacam-macam jenis ingatan juga ada dalam otak manusia. Selama otak dalam keadaan
sehat manusia akan selalu melakukan proses mengingat.
Proses mengingat adalah proses biologi yang secara alami pasti terjadi pada
manusia. Selain sebagai proses biologi, mengingat juga merupakan proses mental. Proses
ini bukan merupakan kemampuan bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anak,
artinya belum tentu orang tua yang mempunyai kemampuan mengingat rendah anaknya
akan mempunyai kemampuan mengingat yang rendah pula.
Seseorang dapat mengingat suatu informasi yang telah dipelajari pada waktu yang
lalu. Semakin banyak informasi yang diperoleh seseorang berarti semakin sering terjadi
kaitan antara informasi satu dengan informasi yang lain. Setiap informasi yang dipelajari
telah meninggalkan semacam jejak dalam otak manusia dan jejak itulah yang akan
dikeluarkan oleh otak berupa informasi terdahulu yang telah tersimpan. Hal tersebut terjadi
pada saat seseorang mengingat informasi.
Betapapun kuatnya ingatan seseorang pada suatu waktu kemudian ingatan itu
akan mengalami suatu proses kelupaan. Ingatan pada suatu ketika tidak dapat lagi
menghadirkan suatu keterangan yang diperlukan karena lupa. Kelupaan terjadi karena tiada
penggunaan. Hal ini dijelaskan dalam teori memudar pasif (passive decay theory) bahwa
ingatan membuat jejak fisik dalam otak seseorang yang lama-lama terhapus dengan
berlalunya waktu. Kelupaan dapat dikurangi dengan meningkatkan kemampuan mengingat,
sehingga informasi yang diterima maupun yang telah tersimpan dalam ingatan dapat
bertahan lebih lama.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan teori pengolahan informasi ?
2. Apakah yang dimaksud dengan sistem memori manusia ?
3. Apa saja aplikasi teori pengolahan informasi dalam belajar ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari teori pengolahan informasi ?
2. Untuk mengetahui sistem memori manusia ?
3. Untuk mengetahuai aplikasi teori pengolahan informasi dalam belajar ?
D. PEMBAHASAN
1. Teori Pengolahan Informasi
Model belajar pemrosesan informasi ini sering pula disebut model kognitif information
processing, karena dalam proses belajar ini tersedia 3 (tiga) taraf struktural sistem informasi,
yaitu:
a) Sensory atau intake register: informasi masuk ke sistem melalui sensory register,
tetapi hanya disimpan untuk periode waktu terbatas.
c) Long-term memory, yang secara potensial tidak terbatas kapasitas isinya sehingga
mampu menampung seluruh informasi yang sudah dimiliki peserta didik.
Memori adalah sebuah wadah yang berisi data-data yang belum tentu saling
berkaitan. Naisser (1967) mengatakan bahwa memori manusia dipandang sebagai suatu
struktur yang rumit untuk mengolah dan mengorganisasi semua pengetahuan. Memori juga
dapat dikatankan sebagai suatu alat yang berfungsi untuk menangkap, mengolah dan
menggunakannya di lain waktu ketika di butuhkan. Memori merupakan suatu sistem yang
rumit dengan banyak tahapannya dan saling berinteraksi. Ini berarti dalam memori terdapat
interaksi-interaksi antara data-data dan lapisan-lapisan atau tahapan-tahapan yang ada di
dalamnya.
Sebagian besar model-model yang dikembangkan tahun 1960-an mengajukan tiga (3)
struktur memori yaitu:
Rangsangan yang diterima oleh indera yang kemudian akan diteruskan sebagai informasi ke
sistem memori selanjutnya. Informasi yang terdapat pada stimulus atau rangsangan dari luar
akan diterima manusia melalui panca inderanya. Informasi tersebut akan tersimpan di dalam
ingatan selama tidak lebih dari satu detik saja. Ingatan tersebut akan hilang lagi tanpa
disadari dan akan diganti dengan informasi lainnya. Ingatan sekilas atau sekelebat yang
didapat melalui panca indera ini biasanya disebut ’sensory memory’ atau ‘ingatan inderawi’.
Berdasarkan apa yang dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa, seperti yang telah
sering dalam proses pembelajaran pesan atau keterangan yang disampaikan seorang guru
dapat hilang seluruhnya dari ingatan para siswa jika pesan atau keterangan tersebut
terkategori sebagai pencatatan pengideraan.
Suatu informasi baru yang mendapat perhatian siswa, tentunya akan berbeda dari informasi
yang tidak mendapatkan perhatian dari mereka. Suatu informasi baru yang mendapat
perhatian seorang siswa lalu terkategori sebagai penyimpanan jangka pendek. Dengan kata
lain, penyimpanan jangka pendek tidak akan terbentuk di dalam otak siswa tanpa adanya
perhatian dari siswa terhadap informasi tersebut. Penyimpanan jangka pendek ini dapat
bertahan relatif lebih lama lagi yaitu sekitar 20 detik.
(a) Sesuatu yang sudah dipahami akan lebih mudah diingat siswa daripada sesuatu
yang tidak dipahaminya. Contohnya, proses untuk mengingat bilangan 17.081.945 akan
jauh lebih mudah daripada proses mengingat bilangan 51.408.791 karena bilangan pertama
sudah dikenal para siswa, apalagi jika dikaitkan dengan hari kemerdekaan RI pada 17
Agustus 1945 yang dapat ditulis menjadi 17–08–1945.
(b) Hal-hal yang sudah terorganisir dengan baik akan jauh lebih mudah diingat siswa
daripada hal-hal yang belum terorganisir. Contohnya, mengingat susunan bilangan 4, 49, 1,
16, 9, 36, dan 25 akan jauh lebih sulit daripada mengingat bilangan berikut yang sudah
terorganisir dengan baik: 1, 4, 9, 16, 25, 36, dan 49.
(c) Sesuatu yang menarik perhatian siswa akan lebih mudah diingat daripada sesuatu
yang tidak menarik hatinya. Acara televisi yang menarik perhatian para siswa akan
memungkinkan para siswa untuk duduk berjam-jam di depan TV dan jalan ceriteranya akan
mampu mereka ingat dengan mudah. Namun hal yang sebaliknya akan terjadi juga, yaitu
suatu proses pembelajaran yang tidak menarik perhatian mereka dapat menjadi beban bagi
siswa dan tentunya juga bagi para guru.
3. Aplikasi Teori Pengolahan Informasi Dalam Belajar
Mengenai hal di atas, para ahli kognitif juga berasumsi bahwa belajar yang berhasil
sangat bergantung pada tindakan belajar daripada hal-hal yang ada di lingkungannya. Ini
menunjukan bahwa dalam proses belajar ini tindakan dari peserta didik adalah hal utama
yang mempengaruhi terhadap hasil belajar yang akan di capai dari peserta didik, dalam hal
ini menyangkut aspek perubahan perilaku seperti: aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Komponen belajar menurut teori pengolahan informasi seperti yang telah dijelaskan
pada pembahasan di atas, bahwakomponen belajar adalah perhatian yang ditujukan pada
stimulus, pengkodean stimulus, dan penyimpanan dan mendapatkan kembali (retrival). Atas
dasar komponen dasar tersebut, selanjutnya hal yang esensial dari pembelajaran yaitu (a)
membimbing untuk menerima stimulus, (b) memperlancar pengkodean, (c) memperlancar
penyimpanan dan retrieval. Ketiganya merupakan kesatuan yang harus dilakukan secara
berurutan dan akan selalu mempengaruhi hasil yang akan oleh peserta didik.
Memperlancar penyimpanan dan retrieval sangat penting karena hal ini dapat
meningkatkan kemampuan mengingat kembali pada waktu yang akan datang. Ini dapat
ditujukan berupa irama, bunyi, sajak, kata-kata pokok, citra visual dan sebagainya, yang
semuanya memberikan pengisyaratan untuk maksud retrival bagi peserta didik dalam
proses belajar. Elaborasi berbasis pembelajaran dan peserta didik keduanya juga
memberikan sumbangan yang besar dalam proses mengingat kembali terhadap informasi
yang sudah tersimpan dalam memori menusia. Proses pemunculan kembali apa yang telah
tersimpan atau dsimpan dalam memori manusia dianalogikan dengan mekanisme
penelusuran. Maksud dari hal itu juga dapat dikatakan bahwa retrival dikatakan sebagai
suatu proses pemunculan informasi yang tersimpan dalam long term memory (ingatan
jangka panjang) melalui suatu penelusuran dan penyeleksian terhadap informasi yang akan
dimunculkan.
(a) Tahap pertama : menetapkan informasi yang diinginkan atau yang ingin dimunculkan
dari dalam ingatan (retrival). Berarti dalam tahap ini individu melakukan suatu peenyeleksian
terhadap informasi-informasi yang ada pada memorinya dan memilih sesuai apa yang akan
di munculkan.
(b) Tahap kedua : penelusuran yang sebenarnya yaitu dapat dikatakan hal yang
mencakup tindakan peninjauan kembali struktur ingatan dan informasi-informasi yang terkait
di dalamnya, sampai informai yang diinginkan didapatkan atau di munculkan kembali.asumsi
yang di pakai dalam hal ini adalah bahwa ingatan terdiri dari struktur informasi yang
terorganisasi dan dan proses penelusurannya bergerak secara herarkis, dari informasi yang
paling umum dan eksklusif ke informasi yang umum dan rinci, sampai pada informasi yang
ingin diinginkan atau di munculkan kembali dapat didapatkan oleh individu.
E. KESIMPULAN
F. DAFTAR PUSTAKA
Anderson, B.F. 1980. The Complete Thinker: A Handbook of Theniques For Creative and
Critical Problem Solving. New Jersey: Englewood Cliff
Karwono dan Heni Mularsih. 2010. Belajar dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber
Belajar. Ciputat: Penerbit Cerdas Jaya.