Anda di halaman 1dari 4

B.

Dalil KB Menurut Perspektif Islam


1. Dalil Aqli
 QS An-Nisa : 9

Artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya


meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. Al-Nisa:9)

Bedasarkan pada firman Allah dalam QS. An-Nisa (9) sebagaimana telah
dijelaskan bahwa jika KB bertujuan untuk membatasi keturunan tanpa ada alasan
yang dibenarkan, maka tidak dibenarkan menurut syariat Islam. Oleh karena itu niat
untuk menggunakan alat kontrasepsi KB harus terlebih dahulu diluruskan. KB bukan
untuk membatasi kelahiran tetapi dititikberatkan kepada perencanaan, pengaturan dan
pertanggungjawaban orang terhadap anggota-anggota keluarganya. Dengan demikian,
hukum menggunakan alat kontrasepsi KB dibolehkan.

 QS al-An’am : 151
Artinya : “Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan Tuhan
Pemelihara kamu atas kamu, janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan-Nya,
dan kepada ibu bapak hendaknya kamu melakukan kebaktian yang sempurna, dan
janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena kemiskinan. Kami akan memberi
rezeki kepada kamu dan kepada mereka (anak-anak), dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang
tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali
berdasar sesuatu yang benar. Demikian itu yang diperintahkan-Nya kepada kamu,
supaya kamu memahami.” (QS al-An’am : 151)

 QS Al-Isra’ : 31
ْ ‫ق ۖ ناحْ نُ ن ْار ُزقُ ُه ْم او ِإيَّا ُك ْم ۚ ِإ َّن قاتْلا ُه ْم اكانا ِخ‬
ً ‫طئًا اك ِب‬
‫يرا‬ ٍ ‫َا اَل تا ْقتُلُوا أ ا ْو اَلدا ُك ْم اخ ْش ايةا ِإ ْم اَل‬

Artinya : “Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena (kamu) takut
pada kemiskinan. Kami yang akan memberi rezeki kepada mereka (anak-anak kamu)
dan juga kepada kamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang
besar.”

Di dalam tafsirnya, Sayyid Quthb menyebutkan bahwa pada surah al-Isra’


ayat 31 dan al-An’am ayat 151 itu berbeda. Pada surah al-Isra’ ayat 31 yang
dimaksud pembunuhan teradap anak disebabkan karena takut jatuh miskin apabila
memiliki seorang anak. Maka, pada surah ini rezeki anak didahulukan. Sedangkan
pada surah al-An’am ayat 151 pembunuhan yang dimaksud benar-benar disebabkan
kondisi orang tua yang miskin sehingga rezeki orang tua disebutkan terlebih dahulu
(Ariyeni, 2019).
2. Dalil Naqli

Artinya : Dari Abu Hurairah Radiyallahu’anhu ia berkata: Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi


Wasallam bersabda: “Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh
Allah daripada orang mukmin yang lemah, namun pada masing-masing (dari keduanya)
ada kebaikan. Bersemangatlah terhadap hal-hal yang berguna bagimu, mohonlah
pertolongan kepada Allah, dan jangan menjadi lemah. Jika kamu ditimpa sesuatu, jangan
berkata, seandainya aku berbuat begini, maka akan begini dan begitu, tetapi katakanlah
Allah telah menakdirkan, dan kehendak oleh Allah pasti dilakukan.’ Sebab kata
‘seandainya’ itu dapat membuka perbuatan setan.” (HR. Muslim).

Sebagaimana dianjurkan dalam Sunnah Rasulullah Saw pada hadist diatas, KB juga
dibolehkan dalam rangka menyiapkan generasi-generasi yang kuat iman, fisik dan
psikisnya.

Menurut Ariyeni (2019), sebenarnya tidak terdapat nash yang shohih yang melarang atau
pun yang memerintahkan ber-KB secara eksplisit dalam al-Qur’an dan hadist yang merupakan
sumber pokok dan pedoman hidup umat Islam. Oleh karena itu, hukum ber-KB dikembalikan
lagi pada kaidah hukum Islam yang menyatakan :

ْ ‫َكبِي ًْرا ِخ‬


‫طـًٔا َكانَ قَتْلَ ُه ْم ا َِّن َواِيَّا ُك ْم ن َْر ُزقُ ُه ْم نَحْ نُ اِ ْم ََلق َخ ْشيَةَ اَ ْو َلدَ ُك ْم تَ ْقتُلُ ْْٓوا َو َل‬

“Pada dasarnya segala sesuatu itu boleh, kecuali ada dalil yang menunjukkan
keharamannya.”
Ariyeni (2019) dalam artikelnya menuliskan pula bahwa pada dasarnya, Islam
memperbolehkan umatnya untuk melakukan KB. Namun terkadang hukumnya dapat berubah
dari mubah menjadi sunnah, wajib, makruh atau bahkan haram seperti halnya hukum perkawinan
sesuai situasi dan kondisi setiap umat muslim yang bersangkutan serta memperhatikan
perkembangan zaman pula.

Apabila seorang muslim melakukan KB karena kepentingan pribadi seperti menunda


kehamilan atau kelahiran demi menjaga kesehatan si ibu, hukumnya boleh. Akan tetapi, jika
seseorang melakukan KB disamping motivasi yang bersifat pribadi seperti menjalankan
peraturan pemerintah untuk kesejahteraan masyarakat atau bahkan negara, maka hukumnya bisa
sunnah atau wajib tergantung pada situasi dan kondisi pula.

Lain halnya apabila sepasang suami-istri tidak menghendaki kehamilan, padahal mereka
tidak memiliki hambatan atau kelainanuntuk memiliki keturunan maka hukum KB yang
dilakukannya menjadi makruh. Hal ini karena bertentangan dengan tujuan pernikahan menurut
agama, yaitu untuk menciptakan keluarga bahagia dan untuk mendapatkan keturunan yang sah
yang diharapkan menjadi anak yang shalih sebagai generasi penerus.

Begitu pula dengan hukum melakukan KB menjadi haram apabila seseorang melakukannya
dengan cara yang bertentangan dengan agama, seperti dengan cara vasektomi dan abortus.

Anda mungkin juga menyukai