Bedasarkan pada firman Allah dalam QS. An-Nisa (9) sebagaimana telah
dijelaskan bahwa jika KB bertujuan untuk membatasi keturunan tanpa ada alasan
yang dibenarkan, maka tidak dibenarkan menurut syariat Islam. Oleh karena itu niat
untuk menggunakan alat kontrasepsi KB harus terlebih dahulu diluruskan. KB bukan
untuk membatasi kelahiran tetapi dititikberatkan kepada perencanaan, pengaturan dan
pertanggungjawaban orang terhadap anggota-anggota keluarganya. Dengan demikian,
hukum menggunakan alat kontrasepsi KB dibolehkan.
QS al-An’am : 151
Artinya : “Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan Tuhan
Pemelihara kamu atas kamu, janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan-Nya,
dan kepada ibu bapak hendaknya kamu melakukan kebaktian yang sempurna, dan
janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena kemiskinan. Kami akan memberi
rezeki kepada kamu dan kepada mereka (anak-anak), dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang
tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali
berdasar sesuatu yang benar. Demikian itu yang diperintahkan-Nya kepada kamu,
supaya kamu memahami.” (QS al-An’am : 151)
QS Al-Isra’ : 31
ْ ق ۖ ناحْ نُ ن ْار ُزقُ ُه ْم او ِإيَّا ُك ْم ۚ ِإ َّن قاتْلا ُه ْم اكانا ِخ
ً طئًا اك ِب
يرا ٍ َا اَل تا ْقتُلُوا أ ا ْو اَلدا ُك ْم اخ ْش ايةا ِإ ْم اَل
Artinya : “Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena (kamu) takut
pada kemiskinan. Kami yang akan memberi rezeki kepada mereka (anak-anak kamu)
dan juga kepada kamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang
besar.”
Sebagaimana dianjurkan dalam Sunnah Rasulullah Saw pada hadist diatas, KB juga
dibolehkan dalam rangka menyiapkan generasi-generasi yang kuat iman, fisik dan
psikisnya.
Menurut Ariyeni (2019), sebenarnya tidak terdapat nash yang shohih yang melarang atau
pun yang memerintahkan ber-KB secara eksplisit dalam al-Qur’an dan hadist yang merupakan
sumber pokok dan pedoman hidup umat Islam. Oleh karena itu, hukum ber-KB dikembalikan
lagi pada kaidah hukum Islam yang menyatakan :
“Pada dasarnya segala sesuatu itu boleh, kecuali ada dalil yang menunjukkan
keharamannya.”
Ariyeni (2019) dalam artikelnya menuliskan pula bahwa pada dasarnya, Islam
memperbolehkan umatnya untuk melakukan KB. Namun terkadang hukumnya dapat berubah
dari mubah menjadi sunnah, wajib, makruh atau bahkan haram seperti halnya hukum perkawinan
sesuai situasi dan kondisi setiap umat muslim yang bersangkutan serta memperhatikan
perkembangan zaman pula.
Lain halnya apabila sepasang suami-istri tidak menghendaki kehamilan, padahal mereka
tidak memiliki hambatan atau kelainanuntuk memiliki keturunan maka hukum KB yang
dilakukannya menjadi makruh. Hal ini karena bertentangan dengan tujuan pernikahan menurut
agama, yaitu untuk menciptakan keluarga bahagia dan untuk mendapatkan keturunan yang sah
yang diharapkan menjadi anak yang shalih sebagai generasi penerus.
Begitu pula dengan hukum melakukan KB menjadi haram apabila seseorang melakukannya
dengan cara yang bertentangan dengan agama, seperti dengan cara vasektomi dan abortus.