Anda di halaman 1dari 19

PERILAKU KONSUMEN

DENGAN
PENDEKATAN
KARDINAL
Kelompok 3

Anggota :
• 1. Faruqi Anindhita Zuhri (13)
• 2. Fatimah Azzahrah (14)
• 3. Firda Fadhila (15)
• 4. Hizkia Situmeang (16)
• 5. Junita Solekhatun Safitri (17)
• 8. Lisa Ignacia Norberta (18)
• 9. Mega Sri Waningsih (19)

X MIA 1
A. PERILAKU KONSUMEN

Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh


seseorang/ organisasi dalam mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi, dan membuang produk atau jasa setelah
dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya.

Tujuan Konsumen
Mendapatkan kepuasan maksimal dalam mengonsumsi
suatu barang/jasa

..
B. TEORI PERILAKU KONSUMEN
Teori Perilaku Konsumen adalah teori yang mempelajari perilaku
konsumen dalam menentukan sumber daya ekonominya. Dalam
berperilaku, konsumen melakukan 2 pendekatan, yaitu

Teori Pendekatan ekonomi

Teori Pendekatan Ordinal


Teori Pendekatan Kardinal
(kepuasan tidak dapat
(kepuasan dapat diukur) diukur)
TEORI PENDEKATAN
KARDINAL
TEORI PENDEKATAN KARDINAL
• Pendekatan konsumen Kardinal adalah daya guna dapat diukur
dengan satuan uang atau utilitas, dan tinggi rendahnya nilai atau
daya guna tergantung kepada subyek yang menilai. Pendekatan ini
juga mengandung anggapan bahwa semakin berguna suatu barang
bagi seseorang, maka akan semakin diminati.

• Pendekatan kardinal memberikan penilaian bersifat subyektif akan


pemuasan kebutuhan dari suatu barang, artinya tinggi rendahnya
suatu barang tergantung sudut pandang subyek yang memberikan
penilaian tersebut, yang biasanya berbeda penilain dengan orang
lain. Sehingga menurut pendekatan ini daya guna dapat diukur
dengan satuan uang, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna
bergantung kepada subyek yang menilai.
TEORI PENDEKATAN KARDINAL

Teori Utilitas
Marginal

Hukum Gossen
1

Hukum Gossen
2
Hal 52
a. Teori Utilitas Marginal
Teori nilai guna atau utility yaitu teori
ekonomi yang mempelajari kepuasan
atau kenikmatan yang diperoleh
seorang konsumen dari
mengkonsumsikan barang-barang.

Teori ini memiliki anggapan sebagai


berikut:
Kepuasan bisa diukur dengan uang atau
utilitas
Barang : makin banyak barang yang
dikonsumsi makin besar manfaatnya.
Hukum pertambahan manfaat yang
makin menurun (The Law of Diminishing
Total Utility (TU)

Utilitas Marginal

Marginal Utility (MU)

Total Utility nilai kepuasan akan suatu


barang akan meningkat
Marginal Utility nilai guna barang akan
meningkat kemudian makin
menurun hingga mencapai titk
jenuh

Seperti pada tabel dibawah ini.....


Contoh : minum.......
N Gelas Nilai Guna Total Nilai Guna Marginal
o ( Total utility) ( Marginal Utility)

1 Gelas 1 5 5
2 Gelas 2 12 7
3 Gelas 3 18 6
4 Gelas 4 22 4
5 Gelas 5 19 -3

25

20

15

TU
10 MU

0
Gelas 1 Gelas 2 Gelas 3 Gelas 4 Gelas 5

-5
Hukum Gossen
Hukum Gossen yang tercipta tahun 1854
merupakan salah satu teori konsumsi yeng terkenal
. Masyarakat mengenal 2 macam Hukum Gossen
yaitu:
• Hukum gossen 1
“Jika pemuasan kebutuhan dilakukan
seacra terus-terusan maka semakin lama
kenikmatannya akan semakin berkurang dan
pada suatu saat akn tercapai titik jenuh”
• Hukum Gossen 2
“Konsumen memerlukan bermacam-
macam jenis barang (dan jasa)yang
intensitasnya sama. Dengan sumber dana
terbatas konsumen harus mencari kombinasi
unit dari berbagai jenis barang, agar semua
kebutuhannya bisa terpenuhi dan kepuasan
maksimal bisa tercapai.”
Hukum Gossen 1
• Setelah seharian bekerja Andi merasa sangat lapar.
Satu porsi nasi beserta lauk-pauknya akan
memberikan kepuasan total yang amat besar bagi
Andi. Sehingga, bisa dinilai sebesar 10 util (util =
satuan kepuasan). Karena masih merasa lapar,
Andi menambah satu porsi lagi. Tetapi, karena perut
Andi sudah terisi oleh porsi nasi pertama, kepuasan
yang diperoleh karena memakan porsi nasi kedua
tidak sebesar 10 util, melainkan hanya 6 util.
Dengan demikian, kepuasan total yang diperoleh
setelah makan dua porsi nasi akan berjumlah 16
util. Jika Andi masih bernafsu untuk menambah
dengan porsi ketiga, bukan tidak mungkin Andi akan
menjadi sakit karenanya. Sehingga, bukan
Porsi TU MU

0 0 0

1 10 10 = (10 – 0)

2 16 6 = (16 – 10)

3 11 –5 = (11 – 16)
Kelemahan Hukum Gossen 1:
a) Hukum Gossen 1 tidak berlaku bagi
konsumen yang mengonsumsi barang yang
memabukkan
misalnya : Miras,narkoba . Hal ini terjadi
karena seseorang yang mengonsumsi barang
tersebut semakin banyak semakin terpuaskan
a) Konsumen tidak hanya bertujuan memuaskan
satu macam kebutuhan saja, akan tetapi
beragam kebutuhan yang tak terhitung
b) Hukum gossen 1 tidak berlaku bagi orang
yang memuaskan kebutuhan tetapi rohani,
misalnaya:Beribadah,pendidikan ,dll .
Seseorang akan semakin terpuaskan jika
Hukum Gossen 2

Contoh:
• Togar mempunyai penghasilan Rp600.000,00. Untuk
memenuhi semua kebutuhannya selama satu bulan
diperlukan Rp750.000,00. Bagaimana caranya agar
Togar dapat menggunakan uangnya seekonomis
mungkin dan kepuasan maksimum tercapai?
• Togar perlu membuat tabel pemuasan kebutuhan
secara vertikal dan horizontal. Secara horizontal dari
data jenis kebutuhan yang harus dipenuhinya,
misalnya makan, pakaian, perumahan, kesehatan,
dan lain-lain. Sedangkan, secara vertikal diurutkan
Perhatikan tabel berikut

jumlah kebutuhan yang harus dipenuhi.


Jumlah Makan Pakaian Perumahan Kesehatan Kesenangan
1 10
2 9 9
3 8 8 8
4 7 7 7 7
5 6 6 6 6 6
6 5 5 5 5 5
7 4 4 4 4 4
8 3 3 3 3 3

9 2 2 2 2 2

10 1 1 1 1 1

11 0 0 0 0 0

Jumlah 55 45 36 28 21
• Dari tabel di atas, terlihat bahwa makan mempunyai nilai
tertinggi yaitu 10, pakaian 9, perumahan 8, kesehatan 7, dan
kesenangan 6. Golongan kebutuhan marginal adalah kebutuhan
ke-5, yaitu kebutuhan kesenangan. Jika seluruh penghasilan
Togar digunakan untuk makan, nilai kepuasannya berjumlah 55.
Hal ini tidak mungkin dilakukannya karena ia harus membagi
uang sesuai intensitasnya (tingkatan) kebutuhan. Jika uang
yang dimilikinya Rp 600.000,00 dan setiap satuan jumlah
kebutuhan, misalnya dibutuhkan Rp 50.000,00, jumlah satuan
kebutuhan yang terpenuhi, yaitu:

• = 30 unit
Jadi............

• Hukum Gossen 2 merupakan pemuasan kebutuhan secara


horizontal. Pemuasan kebutuhan secara horizontal, yaitu
pemuasan kebutuhan tidak bertumpu pada satu jenis
barang saja, melainkan berusaha pula untuk memenuhi
kebutuhan akan barang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai