Anda di halaman 1dari 17

TEORI PERILAKU KONSUMEN :

ORDINAL UTILITYAPPROACH
Mempelajari perilaku konsumen ordinal utility approach
TEORI PERILAKU KONSUMEN : ORDINAL UTILITY APPROACH
( NILAI GUNA)

Meskipun pendekatan guna kardinal mempunyai kelemahan berupa tidak


realistis asumsi dapat diukurnya kepuasan seseorang,namun dari segi
lain,pendekatan cardinal ini mempunyai kelebihan tersediri.

Adapun salah satunya kelebihan yang paling menonjol ialah berupa lebih
mudahnya isi konsepsi cardinal untuk diselami,khususnya bagi mereka
yang pertama kali mudah dimengerti mengapa dalam kebanyakan buku
teks menggunakan pendekatan kardinal yang mandahului uraian
mengenai teori konsumen yang menggunakan pendekatan ordinal.
Asumsi – asumsi dibawah ini merupakan asumsi – asumsi dasar yang khas
untuk teori konsumen yang menggunakan pendekatan cardinal yaitu :
a) Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur.
b) Makin banyak barang dikonsumsi makin besar kepuasan.

c) Terjadi hukum The law of deminishing Marginal Utility pada tambahan


kepuasan setiap satu satuan.Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh
dari setiap unit tambahan konsumsi semakin kecil. Mula – mula kepuasan
akan naik sampai dengan titik tertentu atau saturation

d)Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 unit barang bisa dihargai


dengan uang, sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika
konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau
membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen rendah
maka dia hanya akan mau membayar dengan harga murah. Pendekatan
kardinal biasa disebut sebagai Daya guna marginal.
Pendekatan utilitas kardinal menyatakan bahwa utilitas dapat diukur
secara langsung melalui angka-angka. Oleh karena itu, pendekatan ini
disebut juga dengan pendekatan kardinal (cardinal approach).

Kata utilitas berasal dari bahasa Inggris, yaitu utility. Utilitas memiliki
satuan yang disebut util. Utilitas yang diperoleh konsumen dalam
mengonsumsi dapat berupa utilitas total (total utility) dan utilitas marjinal
(marginal utility).

Teori utilitas menyatakan utilitas barang dan jasa tertentu tidak bisa
diukur dengan skala objektif, konsumen berwenang dalam memberikan
peringkat terhadap beberapa alternatif yang berbeda.
Dalam pendekatan ini, digunakan konsep Total Utility (TU) dan Marginal Utility
(MU). Untuk memahami penerapan pendekatan utilitas kardinal ini, misalnya
setelah berolahraga, Anda akan merasa haus.

Untuk menghilangkan rasa haus tersebut, Anda memutuskan untuk meminum


air dalam gelas. Kali pertama Anda meminum satu gelas air, Anda akan
mendapatkan tingkat utilitas atau utilitas tertentu.

Selanjutnya, Anda meminum air dalam gelas yang kedua. Dengan


mengonsumsi air dalam gelas kedua, total utilitas Anda akan meningkat karena
air dalam gelas kedua memberikan tambahan utilitas.
Demikian juga, jika Anda memutuskan untuk meminum air dalam
gelas ketiga, nilai total utility akan bertambah karena air dalam gelas
ketiga memberikan tambahan utilitas. Tambahan utilitas ini disebut
utilitas marjinal atau marginal utility .

Sejalan dengan hukum utilitas marjinal yang semakin berkurang (the


law of diminishing marginal utility), semakin banyak Anda
mengonsumsi air, utilitas tambahan yang diperoleh dari mengonsumsi
air tersebut semakin berkurang. Utilitas marjinal yang semakin
berkurang muncul dari kenyataan bahwa kenikmatan yang

Anda peroleh dari meminum air tersebut akan menurun sejalan


dengan makin banyaknya air yang dikonsumsi. Dengan semakin
berkurangnya utilitas tambahan tersebut, utilitas total akan meningkat
dengan laju yang semakin menurun. Nilai utilitas total akan maksimum
pada saat nilai utilitas marjinal sama dengan nol (MU = 0).
Konsep preferensi berkaitan dengan kemampuan konsumen menyusun prioritas
pilihan agar dapat mengambil keputusan.

Minimal ada dua sikap yang berkaitan dengan preferensi konsumen, yaitu lebih
suka (prefer) dan sama-sama disukai (indifference). Misalnya, ada dua barang X
dan Y, konsumen mengatakan X lebih disukai daripada Y (X > Y) atau X sama-
sama disukai seperti Y (X = Y). Tanpa sikap ini perilaku konsumen sulit dianalisis.
Hukum Gossen I
Berdasarkan pola konsumsi manusia dalam mengonsumsi satu jenis barang ntuk mencapai utilitas
maksimum, lahirlah Hukum Gossen I yang dikemukakan leh Hermann Heinrich Gossen. Pada intinya,
hukum ini menyatakan:

Jika pemenuhan kebutuhan akan satu jenis barang dilakukan secara terus- enerus, utilitas yang dinikmati
konsumen akan semakin tinggi, tetapi setiap ambahan konsumsi satu unit barang akan memberikan
tambahan utilitas yang emakin kecil.”

Utilitas dari meminum air dapat dinyatakan dalam angka. Misalnya, pada saat nda pertama kali minum,
tingkat utilitas Anda baru mencapai nilai 6 util. elanjutnya, pada saat Anda meminum air dalam gelas
kedua nilai tingkat tilitas Anda meningkat menjadi 11util.

Demikian juga, pada saat Anda meminum air dalam gelas ketiga nilai tingkat tilitas Anda naik lagi menjadi
15 util. Selanjutnya, secara berturut-turut untuk elas keempat nilai tingkat utilitasnya menjadi 18 util, untuk
gelas kelima nilai ngkat utilitasnya menjadi 20 util, untuk gelas keenam nilai tingkat utilitasnya dalah 21
util, untuk gelas ketujuh juga nilai tingkat utilitasnya adalah 21 util.
Apabila situasi tersebut digambarkan dalam tabel akan tampak sebagai
berikut.
Tabel 1. Utilitas Total dan Utilitas Marjinal

Jumlah Air yang Utilitas Marjinal (dalam


Utilitas Total (dalam Util)
Dikonsumsi (Gelas) util)

0 0 –
1 6 6
2 11 5
3 15 4
4 18 3
5 20 2
6 21 1
7 21 0
Dari Tabel 1. terlihat bahwa utilitas total akan naik sejalan dengan kenaikan
konsumsi air, tetapi laju kenaikannya yang semakin menurun.

Tabel 1. juga memperlihatkan bahwa utilitas total dari mengkonsumsi


sejumlah air sama dengan jumlah seluruh utilitas marjinal yang diperoleh
hingga ke titik tertentu. Coba Anda perhatikan.

Pada saat Anda mengonsumsi 4 gelas air minum, utilitas total adalah 18 util.
Jumlah dari utilitas marjinal hingga Anda mengonsumsi 4 gelas air minum
adalah 6 + 5 + 4 + 3 = 18 util.

Jadi, utilitas total adalah jumlah seluruh utilitas marjinal yang diperoleh
hingga ke titik tertentu. Jika data dari Tabel 1. dibuat kurva akan tampak
sebagai berikut
Kurva 1. Utilitas Total dan Utilitas
Marjinal
Hukum Gossen 2

Tidak dapat dipungkiri, manusia memiliki kebutuhan yang tidak terbatas.


Manusia memiliki banyak kebutuhan, mulai kebutuhan yang sangat penting
sampai kebutuhan yang kurang atau tidak penting. Mulai dari kebutuhan
primer sampai kebutuhan yang bersifat tersier. Untuk itu, H.H. Gossen
mengemukakan lagi teorinya, yang dikenal dengan hukum Gossen 2, yang
menyatakan:

“Jika konsumen melakukan pemenuhan kebutuhan akan berbagai jenis barang


dengan tingkat pendapatan dan harga barang tertentu, konsumen tersebut
akan mencapai tingkat optimisasi konsumsinya pada saat rasio marginal utility
(MU) berbanding harga sama untuk semua barang yang dikonsumsinya.”
Contoh
Tabel 1. tersebut menguraikan tentang seorang konsumen yang
memaksimum kan utilitas dari satu barang (air minum) yang dikonsumsinya.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap konsumen selalu mencoba mencapai
utilitas maksimum dari berbagai jenis barang yang dikonsumsinya.
Seandainya harga setiap barang adalah sama, utilitas akan mencapai
maksimum pada saat utilitas marjinal dari setiap barang adalah sama.

Sebagai contoh, Fatimah mengonsumsi 3 jenis barang yaitu X, Y, dan Z.


Ternyata kuantitas X yang kedua, kuantitas Y yang ketiga, dan kuantitas Z
yang kelima, memberikan utilitas yang sama.

Jadi, Fatimah akan mencapai utilitas maksimum pada saat mengonsumsi dua
unit barang X, tiga unit barang Y, dan lima unit barang Z. Secara ringkas, hal
tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

MUX = MUY = MUZ


Adapun untuk barang yang memiliki harga berbeda berlaku rumus
sebagai berikut:

This is the rendered form of the equation. You can not edit this
directly. Right click will give you the option to save the image, and
in most browsers you can drag the image onto your desktop or
another program.

Keterangan:
MUX = marginal utility barang X
MUY = marginal utility barang Y
MUZ = marginal utility barang Z
PX = price (harga) barang X
PY = price (harga) barang Y
PZ = price (harga) barang Z
Sebagai contoh, barang yang dikonsumsi Fatimah memiliki harga yang
berbeda-beda, yaitu barang X harga per unit Rp500,00, barang Y harga per
unit Rp5.000,00, dan harga barang Z harga per unit Rp10.000,00.

Utilitas maksimum akan dicapai oleh Fatimah jika setiap unit barang
memberikan utilitas marjinal yang sama untuk setiap rupiah yang
dibelanjakan. Kondisi tersebut tercapai pada saat nilai MU barang X adalah
5, nilai MU barang Y adalah 50, dan nilai MU barang Z adalah 100.

Dengan demikian, untuk mencapai utilitas maksimum dari berbagai barang


yang dikonsumsi, seseorang harus mengatur konsumsinya sedemikian rupa
sehingga setiap unit barang memberikan utilitas marjinal yang sama untuk
setiap rupiah yang dibelanjakan.
Tokoh Ekonomi : Hermann Heinrich Gossen.

Gossen ialah orang yang kali pertama memperkenalkan hukum tambahan


utilitas yang semakin berkurang (the law of diminishing marginal utility).
Gossen hidup pada masa 1810–1858.

Pada 1854, beliau menulis karya ilmiah yang berjudul Enwicklung der Gesetze
des Menschlichen Verkers und die Darausfliessenden Regeln fuer
Menschliches Handeln. Karya ilmiah tersebut merupakan pendahulu dari
pemikiran-pemikiran yang dikembangkan oleh para pakar Neo-Klasik.

Di antara pemikiran-pemikiran beliau, terdapat dua pemikiran dasar yang


menonjol, yang dikenal dengan dua hukum Gossen yaitu Hukum Gossen I
dan Hukum Gossen II.
Daftar Pustaka
1. Sadono Sukirno, 2007, Mikro Ekonomi, Teori Pengantar,
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
2. Suparmoko, 2004, Pengantar Ekonomi Mikro, BPFE Jogjakarta.
3. Eugene A Diulio, Schaum’s Outline Series (Seri Buku Schaum’s),
Teori Ekonomi Mikro, Teori dan Soal Jawab, 2002, Jilid 1, Erlangga ,
Jakarta
4. Paul A. Samuelson, & William D, Nordhaum Ekonomic, Mc Graw Hill,
International Editions, Singapore
5. Perkembangan Pemikiran ekonomi 1991
6. Siti Khoiria, 2013, Teori Kardinal
7. Widjajanta, B. dan A. Widyaningsih. 2009. Mengasah Kemampuan Ekonomi 1
8. Perpustakaan Cyber , Perbedaan Teori Pendekatan Kardinal dan Ordinal,
Perilaku Konsumen, Pengertian

Anda mungkin juga menyukai