Anda di halaman 1dari 90

SKRIPSI

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI GOGO, JAGUNG DAN


UBI KAYU PADA LAHAN KERING DI DESA LAANOIPI
KECAMATAN BONEGUNU KABUPATEN BUTON UTARA

Oleh:
NURAKIVA
NIM. D1A114151

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2018

i
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI GOGO, JAGUNG DAN
UBI KAYU PADA LAHAN KERING DI DESA LAANOIPI
KECAMATAN BONEGUNU KABUPATEN BUTON UTARA

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Pertanian
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo

Oleh:
NURAKIVA
NIM. D1A114151

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2018

ii
iii
iv
v
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas Rahmat

dan Hidayah-Nya jualah maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Seiring

dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih dan

penghormatan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. H. R. Marsuki Iswandi, M.Si selaku

Pembimbing I dan kepada Dr. La Ode Alwi, SP., MP selaku Pembimbing II yang

telah banyak memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. Terima

kasih penulis tujukan kepada Ayahanda Muh. Tahir dan Ibunda Sudarmi atas

perhatian dan doanya kepada penulis.

Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada:

1. Rektor, Dekan Fakultas Pertanian dan Ketua dan Sekretaris Jurusan/Program

Studi Agribisnis Universitas Halu Oleo (UHO) yang telah memberikan

kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di UHO.

2. Pemerintah daerah di lokasi penelitian, responden.

3. Dosen Penguji yang telah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini.

4. Dosen di lingkungan Jurusan/Program Studi Agribisnis khususnya, dan

Fakultas Pertanian umumnya yang telah membimbing penulis selama

mengikuti pendidikan.

5. Pegawai administrasi jurusan/program studi dan fakultas atas urusan

adminstrasi yang mendukung penulis dalam masa pendidikan. Pihak-pihak

lain yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

6. Kepala Desa Laanoipi dan masyarakat yang telah memberikan kesempatan

untuk melakukan pengumpulan data awal dan penelitian.

vi
7. Kepada kedua orang tuaku dan saudara-saudaraku yang selalu mendukung

penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Halu Oleo Kendari

8. Teman-teman kuliah Angkatan 2014 Program Studi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari yang telah memberikan dukungan

dan bantuan serta kerja sama dalam proses penyusunan Skripsi ini.

Akhirnya Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu untuk kesempurnaan skripsi ini dan semoga dapat

bermanfaat bagi kita semua. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa

Penyusunan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu saran-saran

dari semua pihak yang sifatnya membangun untuk meningkatkan mutu dari

Penulisan Skripsi ini sangat penulis harapkan.

Kendari, Desember 2018

Penulis

vii
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Nurakiva dilahirkan pada tanggal 16 Juli

1996 di Bone Provinsi Sulawesi Selatan. Penulis

merupakan anak ketiga dari pasangan Bapak Muh. Tahir

dan Ibu Sudarmi. Pada Tahun 2003 Penulis mengawali

pendidikannya di SD Negeri Rumba-Rumba dan lulus pada

tahun 2008. Pada tahun yang sama Penulis melanjutkan Studi di SMP Negeri 2

Kolono dan lulus pada Tahun 2011, kemudian penulis melanjutkan studi di SMK

Negeri 10 Konawe Selatan pada Tahun 2011 dan lulus pada Tahun 2014. Pada

tahun yang sama penulis diterima menjadi Mahasiswa Program Studi Sosial

Ekonomi Pertanian Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo

melalui jalur SBMPTN.

viii
ABSTRAK

NURAKIVA (D1A1 14 151). “Analisis Pendapatan Usahatani Padi Gogo,


Jagung dan Ubi Kayu Pada Lahan Kering di Desa Laanoipi Kecamatan
Bonegunu Kabupaten Buton Utara” di bawah bimbingan MARSUKI ISWANDI
selaku pembimbing I dan LA ODE ALWI selaku pembimbing II.

Usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang


berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan
keterampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan
pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan
usahatani padi gogo, jagung dan ubi kayu pada lahan kering di desa Laanoipi.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
wawancara dengan menggunakan analisis keuntungan dengan OUP (Unit Output
Price). Sampel digunakan dalam penelitian ini berjumlah 57 petani. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pendapatan petani padi gogo sebesar Rp
8.338.129/ha/MT dengan penerimaan (TR) sebesar Rp 9.392.500/ha/MT dan
biaya (TC) sebesar Rp 1.054.371/ha/MT, pendapatan jagung sebesar Rp
3.685.451/ha/MT dengan penerimaan (TR) sebesar Rp 4.269.818/ha/MT dan
biaya (TC) sebesar Rp 584.367 dan pendapatan ubi kayu sebesar Rp
2.019.702/ha/MT dengan penerimaan (TR) sebesar Rp 3.636.500/ha/MT dan
biaya (TC) sebesar Rp 1.616.798/ha/MT.
Tingkat pendapatan usahatani padi gogo, jagung dan ubi kayu dipengaruhi
tingkat penggunaan biaya variabel (lahan, tenaga kerja, pupuk dan benih) dan
biaya tetap (penyusutan alat).

Kata kunci: Usahatani, Pendapatan dan Lahan Kering

ix
ABSTRCT

NURAKIVA (D1A1 14 151). “Analysis of Farming Revenues Upland Rice, Corn


and Cassava on Dry Land in Laanoipi Village, Bonegunu Subdistrict, North
Buton Regency "under guidance of MARSUKI ISWANDI as supervisor I and LA
ODE ALWI as supervisor II.

Farming is a place where a person or group of people tries to manage


production elements such as nature, labor, capital and skills with the aim of
producing to produce something on the agricultural field. This study aims to
determine the amount of income of upland rice, corn and cassava farming on dry
land in the village of Laanoipi.
The analytical method used in this study is the interview method using
profit analysis with OUP (Output Price Unit). The sample used in this study
amounted to 57 farmers. The results showed that the income of upland rice
farmers was IDR 8.338.129/ha/MT with revenue (TR) of IDR 9.392.500/ha/MT
and costs (TC) of IDR 1.054.371/ha/MT, corn income of IDR 3.685.451/ha/MT
with receipt (TR) of IDR 4.269.818/ha/MT and costs (TC) of IDR 584.367/ha/MT
and cassava income of IDR 2.019.702/ha/MT with receipt (TR) of IDR
3.636.500/ha/ MT and cost (TC) of IDR 1.616.798/ha/MT.
The level of income of upland rice, corn and cassava farming uses
variable costs (land, labor, fertilizer and seeds) and fixed costs (depreciation of
tools).

Keywords: Farming, Income and Dry Land

x
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Sampul ………………………………………………………... i
Halaman Judul …………………………………………………………... ii
Halaman Pernyataan ……………………………………………............. iii
Halaman Pengesahan …………………………………………..….......... iv
Halaman Persetujuan Panitia Ujian …………………………………… v
Ucapan Terima Kasih…………………………………………...………. vi
Riwayat Hidup …………………………………………………………... viii
Abstrak …………………………………………………………………... ix
Abstract …………………………………………………………….…….. x
Daftar Isi …………………………………………………………………. xi
Daftar Tabel ……………………………………………………………... xiii
Daftar Gambar ………………………………………………………….. xv
Daftar Lampiran ………………………………………………………… xiv

I. PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang …………………………………………………. 1
1.3 Rumusan Masalah ……………………………………………… 5
1.4 Tujuan Penelitian ………………………………………………. 5
1.5 Manfaat ………………………………………………………… 5

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Tentang Usahatani …………………………………….. 6
2.1.1 Definisi Usahatani …………………………… 6
2.1.2 Usahatani Padi Gogo ……………………………………… 8
2.1.3 Usahatani Jagung …………………………………………… 9
2.1.4 Usahatani Ubi Kayu ………………………………………… 14
2.2 Tinjauan Tentang Pendapatan ………………………………….. 20
2.2.1 Definisi Pendapatan ………………………………………… 20
2.2.2 Konsep Biaya ……………………………………………… 22
2.2.3 Konsep Penerimaan ………………………………………… 23
2.3 Penelitian Terdahulu …...…………………………….…………. 24
2.4 Kerangka Pikir …………………………….. …………………… 26

III. METODE PENELITIAN


3.1 Lokasi dan Waktu penelitian ………………………………….... 28
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ……………………………….. 28
3.3 Jenis dan Sumber Data ….. ……………………………………... 29
3.4 Metode Pengumpulan Data ……………………………………... 29
3.5 Variabel Penelitian ……………………………………………… 30
3.6 Teknik Analisa Data …………………………………………….. 30
3.7 Konsep Operasional …………………………………………….. 31

xi
IV. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
4.1 Keadaan Geografis …………….. ……………………………... 34
4.2 Keadaan Demografi ……..……………………………………. 35

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Karakteristik Responden ………………………………………... 38
5.1.1 Umur ……………………………………………………… 39
5.1.2 Tingkat Pendidikan ………………………………………. 40
5.1.3 Pengalaman Berusahatani ………………………………… 40
5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga ……………………………. 41
5.1.5 Penggunaan Luas Lahan …………………………………. 41
5.1.6 Penggunaan Tenaga Kerja ………………………………... 43
5.1.7 Penggunaan Benih ……………………………………….. 44
5.1.8 Penggunaan Pupuk ……………………………………….. 45
5.2 Biaya Usahatani …………………………………………………. 46
5.2.1 Biaya Tetap ……………………………………………….. 46
5.2.2 Biaya Variabel ……………………………………………. 47
5.2.3 Total Biaya ……………………………………………….. 48
5.3 Penerimaan Usahatani …………………………………………... 49
5.4 Pendapatan Usahatani …………………………………………… 50

VI. SIMPULAN DAN SALAN


6.1 Simpulan ………………………………………………………… 52
6.2 Saran ……………………………………………………………. 52

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 54


LAMPIRAN ……………………………………………………………... 57

xii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas tanaman padi gogo,


jagung dan ubi kayu di Kabupaten Buton Utara Tahun 2016 …. 3
2. Penelitian Terdahulu …………………………………………… 24
3. Sampel petani Padi Gogo, Jagung Dan Ubi Kayu …………… 29
4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di
Desa Laanoipi Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton Utara
Tahun 2017 ……………………………………………………. 35
5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa
Laanoipi Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton Utara Tahun
2017 …………………………………………………………… 36
6. Jumlah Penduduk Berdasarkan tingkat pendidikan di Desa
Laanoipi Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton Utara Tahun
2017 ……………………………………………………………. 37
7. Karateristik Petani Berdasarkan Golongan Umur di Desa
Laanoipi Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton Utara Tahun
2018 ……………………………………………………………. 38
8. Karateristik Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal di
Desa Laanoipi KecamatanBonegunu Kabupaten Buton Utara
Tahun 2018 …………………………………………………….. 39
9. Karateristik Petani Berdasarkan Pengalaman Berusahatani di
Desa Laanoipi KecamatanBonegunu Kabupaten Buton Utara
Tahun 2018 …………………………………………………….. 40
10. Karateristik Petani Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga
di Desa Laanoipi Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton
Utara Tahun 2018 ……………………………………………… 41
11. Penggunaan Lahan pada Usahatani di Desa Laanoipi
Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton Utara Tahun 2018 …. 42
12. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Padi Gogo,
jagung dan Ubi Kayu di Desa Laanoipi Kecamatan Bonegunu
Kabupaten Buton Utara Tahun 2018 …………………………... 43
13. Jumlah Penggunaan Benih pada Usahatani Padi Gogo, Jagung
dan Ubi Kayu di Desa Laanoipi Kecamatan Bonegunu
Kabupaten Buton Utara Tahun 2018 …………………………... 44

xiii
14. Jumlah Penggunaan Pupuk pada Usahatani Padi Gogo, Jagung
dan Ubi Kayu di Desa Laanoipi Kecamatan Bonegunu
Kabupaten Buton Utara Tahun 2018 ………………………….. 45
15. Rata-Rata Biaya Tetap (Biaya Penyusutan) Pada Usahatani
Padi Gogo, Jagung dan Ubi Kayu di Desa Laanoipi Kecamatan
Bonegunu Kabupaten Buton Utara Tahun 2018 ………………. 47
16. Rata-Rata Biaya Variabel pada Usahatani Padi Gogo, Jagung
dan Ubi Kayu di Desa Laanoipi Kecamatan Bonegunu
Kabupaten Buton Utara Tahun 2018 ………………………….. 48
17. Rata-Rata Total Biaya pada Usahatani Padi Gogo, Jagung dan
Ubi Kayu di Desa Laanoipi Kecamatan Bonegunu Kabupaten
Buton Utara Tahun 2018 ………………………………………. 49
18. Rata-Rata Total Produksi dan Penerimaan pada Usahatani Padi
Gogo, Jagung dan Ubi Kayu di Desa Laanoipi Kecamatan
Bonegunu Kabupaten Buton Utara Tahun 2018 ……………… 49
19. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Gogo, Jagung dan Ubi
Kayu di Desa Laanoipi Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton
Utara Tahun 2018 ……………………………………………… 50

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir …………...…..………………………………… 27

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Hasil Analisis Usahatani Padi Gogo ………………….. 57


2. Data Hasil Analisis Usahatani Jagung ………………………. 61
3. Data Hasil Analisis Usahatani Ubi Kayu …………………… 65
4. Surat Izin Meneliti ………………………………………….. 69
5. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian …………. 70
6. Dokumentasi Penelitian …………………………………….. 71
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pertanian Indonesia telah dilaksanakan secara bertahap dan

berkelanjutan dengan tujuan dapat meningkatkan produksi pertanian semaksimal

mungkin sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani dalam mencapai

kesejahteraan, peningkatan produksi pangan, peningkatan pendapatan dan

kesejahteraan petani. Untuk itu, pemerintah bersama masyarakat harus berperan

aktif dalam memajukan usahatani dalam rangka peningkatan taraf hidup dan

kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia (Gaja, 2016).

Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang menopang kehidupan

masyarakat, karena sektor pertanian menjadi mata pencaharian sebagian besar

penduduk Indonesia. Sehingga pertanian merupakan salah satu penopang

perekonomian nasional. Artinya bahwa sektor pertanian memegang peran penting

dan seharusnya menjadi penggerak dari kegiatan perekonomian (Badan Pusat

Statistik, 2014).

Pertanian tanaman pangan terdiri dari dua kelompok besar yaitu pertanian

padi dan pertanian palawija. Tanaman padi maupun palawija memiliki peran yang

penting dalam penyediaan bahan pangan. Tanaman palawija memiliki prospek

yang baik untuk dikembangkan karena kecendrungan umum menunjukkan bahwa

pendapatan rumah tangga daerah berbasis non-padi lebih tinggi, stabil, dan

berkelanjutan dibandingkan dengan pendapatan rumah tangga pada daerah

1
2

tradisional berbasis usahatani padi. Selain itu tanaman palawija dapat digunakan

sebagai tanaman pangan pengganti beras sebagai salah satu kegiatan diversifikasi

pangan (Haris, 2013).

Tanaman pangan (padi, jagung dan ubi kayu) mempunyai peranan penting

dalam penyediaan pangan di Indonesia, dengan kontribusi lebih dari tiga puluh

persen dari total nilai produksi tanaman pangan (Badan Pusat Statistik, 2008).

Tanaman pangan (padi, jagung dan ubi kayu) merupakan tanaman yang

mempunyai banyak kegunaan, yaitu sebagai sumber makanan pokok bagi manusia

dan ternak, sebagai bahan baku industri, dan sisa hijauannya dapat digunakan

untuk menyuburkan tanah (Najiyati, 2000).

Pengembangan pangan dilahan subur tidak tercukupi mengharuskan

sumber daya lahan kering ini sebagai solusi untuk dikembangkan dan menjadi

tumpuan harapan dalam menyediakan pangan didalamn negeri. Hanya saja untuk

dapat menghasilkan tanaman padi gogo, jagung dan ubi kayu, lahan kering ini

hanya dapat menghasilkan tanaman tersebut di musim hujan, yang dikenal dengan

sawah tadah hujan, dimana kebutuhan air sangat tergantung pada hujan.

Sedangkan dimusim kemarau lahan kering ini cocok untuk diusahakan tanaman

padi gogo, jagung dan ubi kayu. Termasuk kelompok tanaman palawija

diantaranya jagung, ubi kayu, padi gogo, jagung dan ubi kayu yang merupakan

pangan lokal yang diharapkan pemerintah dapat menjadi pangan alternatif untuk

mengatasi keterbatasan keberadaan tanaman padi (Damayanti, 2010).

Kabupaten Buton Utara yang terdapat di Provinsi Sulawesi Tenggara

merupakan Kabupaten yang membudidayakan tanaman padi gogo, jagung dan ubi
3

kayu. Selain itu tanaman padi gogo, jagung dan ubi kayu juga bisa tumbuh dengan

baik. Hal ini dikarenakan tanaman padi gogo, jagung dan ubi kayu tidak

memerlukan pengairan sebanyak tanaman padi sawah sehingga selama musim

kemarau penghasilan dan bahan makanan tidak akan berkurang. Secara

keseluruhan luas tanam dan luas panen tanaman padi gogo, jagung dan ubi kayu

yang ada di Kabupaten Buton Utara dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Padi Gogo, Jagung
dan Ubi Kayu di Kabupaten Buton Utara Tahun 2016
Luas Lahan Produksi Produktivitas
No Jenis Tanaman
(Ha) (Ton) (Kw/Ha)
1 Padi gogo 683 1.938 28,37
2 Jagung 926 2.029 21,92
5 Ubi kayu 763 23.821 312,20
Sumber : BPS Sultra, 2017

Pada Tabel 1 diatas, untuk penggunaan luas lahan 683 ha produksi padi

gogo sebesar 1.938 ton dengan produktivitas 28,37 kw/ha, luas lahan 926 ha

produksi jagung sebesar 2.029 ton dengan produktivitas 21,92 kw/ha, dan luas

lahan 763 ha produsi ubi kayu sebesar 23.821 ton dengan produktivitas 312,20

kw/ha (BPS, 2017).

Kecamatan Bonegunu merupakan salah satu Kecamatan yang ada di

wilayah Kabupaten Buton Utara dan sebagian besar masyarakatnya

memanfaatkan lahan kering. Kecamatan Bonegunu untuk pengunaan luas lahan

tanam padi gogo 63,1 ha dengan luas lahan panen 62,0 ha, luas lahan tanam

jagung 59,0 ha dengan luas lahan panen 50,0 ha, dan luas lahan tanam ubi kayu

37,0 ha dengan luas lahan panen 51,0 ha (BPS, 2017)


4

Berdasarkan wawancara terhadap Rusdin sebagai Kepala Desa Laanoipi

mengatakan bahwa di desa Laanoipi Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton

Utara, lahan kering banyak dimanfaatkan untuk tanaman tanaman padi gogo,

jagung dan ubi kayu. Selaian itu, desa Laanoipi juga membudidayakan tanaman

jambu mete, kelapa dan sayur-sayuran. Namun demikian, masih ada lahan kering

yang belum dimanfaatkan secara maksimal untuk usaha pertanian. Keterbatasan

ketersediaan air pada lahan kering mengakibatkan usahatani tidak dapat dilakukan

sepanjang tahun, dan hanya dapat ditanami pada musim penghujan.

Petani sebagai pelaksana mengharapkan produksi yang lebih besar lagi

agar memperoleh pendapatan yang besar pula. Petani menggunakan tenaga, modal

dan sarana produksinya sebagai umpan untuk mendapatkan produksi yang

diharapkan. Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat

memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat yang digunakan, upah tenaga

luar serta sarana produksi lainnya (Suratiyah, 2006). Seperti diketahui bahwa

penerimaan mempunyai hubungan langsung dengan hasil produksi usahatani,

sedangkan produksi yang dihasilkan ditentukan oleh keahlian seseorang dalam

mengolah penggunaan faktor produksi yang mendukung usahatani seperti tanah,

tenaga kerja, modal (biaya benih, biaya pupuk dan obat-obatan) dan manejemen.

Pendapatan yang tinggi selalu diharapkan petani dalam menghasilkan

produksi pertaniannya. Untuk mendapatkan pendapatan maksimum petani harus

dapat meningkatkan produksi dan dapat menekan biaya produksi. Oleh karena itu

petani harus mampu menyediakan input usahatani secara efisien.


5

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti dengan judul :

“Analisis Pendapatan Usahatani pada Lahan Kering Di Desa Laanoipi Kecamatan

Bonegunu Kabupaten Buton Utara”.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah berapa pendapatan

yang diperoleh petani dari usahatani padi gogo, jagung dan ubi kayu di Desa

Laanoipi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan di

atas, maka tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pendapatan yang

diperoleh dari usahatani padi gogo, jagung dan ubi kayu pada lahan kering di

Desa Laanoipi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Khusus

Sebagai pengembangan dari ilmu agribisnis khususnya di bidang pertanian

dalam upaya meningkatkan pemahaman masyarakat tentang analisis pendapatan

usahatani pada lahan kering.

1.4.2 Manfaat Umum

a. Sebagai masukan pemerintah daerah setempat dalam perencanaan

pengembangan lahan tanaman padi gogo, jagung dan ubi kayu di daerah

penelitian.

b. Memberikan informasi tentang pendapatan usahatani pada lahan kering di

daerah penelitian, dan


6

c. Sebagai salah satu syarat kelulusan dalam mencapai gelar Sarjana S-1 pada

Fakultas Pertanian program studi Agribisnis Universitas Halu Oleo Kendari.


7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Usahatani

2.1.1 Defenisi Usahatani

Usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang

berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan

ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan

pertanian (Kadarsan dalam Shinta (2011).

Pelaksanaan usahatani dapat diusahakan oleh seseorang/sekumpulan

orang-orang. Pelaksanaan usahatani ada yang bersifat subsistem dengan tujuan

mencukupi kebutuhan pangan bagi keluarga sendiri dan bersifat komersial dengan

tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Usahatani yang bersifat komersil

umumnya pelaksanaannya sudah lebih maju dan berorientasi pada perkembangan

teknologi baru untuk memperoleh keuntungan. Ciri utama usahatani komersil

adalah menghasilkan dengan tujuan untuk dijual baik untuk bahan baku industri

maupun untuk dikonsumsi langsung guna memperoleh keuntungan sebesar-

besarnya (Padmowiharjo, 2001).

Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang

mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan

mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien

mungkin sehingga usahatani tersebut memberikan pendapatan semaksimal

mungkin. Menurut Sumarwan (2004) pendapatan usahatani adalah seluruh

perolehan petani dalam usahatani dalam waktu satu tahun baik yang dapat

diperhitungkan maupun yang tidak dapat diperhitungkan. Dengan meningkatnya


8

produksi tentunya dapat meningkatkan pendapatan petani. Untuk itu agar produksi

dapat meningkat diperlukan faktor produksi yang dapat menunjang, baik faktor

produksi internal maupun eksternal. Faktor lain yang dapat mempengaruhi

produktivitas usahatani adalah keterampilan petani yang dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain tingkat pendidikan atau latihan yang pernah diperoleh

dan pengalaman berusahatani.

Untuk menilai kegiatan usahatani hendaknya memiliki perencanaan yang

matang dan terperinci dalam menentukan rencana produk yang dihasilkan, yaitu

harus berorientasi kepada pasar dan untuk menguasai pasar, produk yang

dihasilkan harus memenuhi standar kualitas, kuantitas dan kontinuitas

(Abdulrodjak, 1996).

Menurut Hadisaputra (1973), pendapatan dari suatu jenis usahatani

merupakan salah satu penilaian keberhasilan kegiatan usahatani tersebut.

Sekurang-kurangnya suatu usahatani dapat dikatakan berhasil apabila memenuhi

syarat-syarat sebagai berikut :

a. Usahatani tersebut harus dapat menghasilkan cukup pendapatan yang

dipergunakan untuk membayar semua alat-alat yang dipergunakan.

b. Usahatani harus dapat menghasilkan pendapatan yang dipergunakan untuk

membayar bunga modal yang dipakai dalam usahatani tersebut, baik modal

sendiri maupun modal yang dipinjam dari pihak lain.

c. Usahatani harus dapat menghasilkan pendapatan untuk membayar upah tenaga

kerja petani dan keluarganya yang dipergunakan di dalam usahatani secara

layak.
9

d. Usahatani harus dapat membayar tenaga petani sebagai manajer yang harus

mengambil keputusan mengenai apa yang harus dijalankan, bilamana, dimana,

dan bagaimana.

Hadisaputra (1973) menyatakan bahwa untuk memperhitungkan nilai

biaya dan pendapatan usahatani pada umumnya dibedakan menjadi 3 yaitu:

a. Memperhitungkan keadaan keuangan usahatani dan petani pada suatu waktu.

b. Memperhitungkan besarnya biaya dan pendapatan usahatani selama satu tahun.

c. Memperhitungkan hubungan antara biaya dan pendapatan usahatani pada akhir

tahun.

2.1.2 Usahatani Padi Gogo

Padi gogo adalah padi yang diusahakan ditanah tegalan kering secara

menetap, sedangkan padi ladang diusahakan secara tidak menetap atau berpindah-

pindah. Hitchcock (1971) dalam Manurung dan Ismunadji (1988)

mengklasifikasikan tanaman padi (Oryza sativa L) dalam famili graminaeae, sub

famili oryzadeae dan genus oryza. Tanaman padi terdiri dari ribuan varietas yang

satu sama lain mempunyai ciri tersendiri, namun diantara ribuan varietas tanaman

padi ada beberapa sifat yang sama. Apabila dibandingkan dengan tanaman padi

sawah, tanaman padi gogo mempunyai kendala lebih banyak dalam penanamnya

antara lain peka terhadap kekeringan , jumlah anakan maksimum dan jumlah

anakan produktif lebih sedikit, luas permukaan daun lebih sempit, umur berbunga

lebih lambat, persentase gabah hampa lebih tinggi, dan bobot brangkasan lebih

rendah (Rezkiyanti, 2000).


10

Pertumbuhan tanaman padi merupakan gabungan beberapa indikator

tumbuh seperti tinggi tanaman, anakan, warna dan luas daun serta berat bahan

hijauan. Indikator tumbuh tersebut sangat tergantung pada sifat genetik tanaman,

namun sifat genetik tersebut masih dapat berubah akibat pengaruh lingkungan

sehingga akan terbentuk fenotif baru (Taslim dkk.,1989).

Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi

diantaranya adalah kondisi hara tanah. Hara adalah unsur pelengkap dari

komposisi asam nukleik, hormon, dan enzim yang berfungsi sebagai katalis dalam

merombak fotosintat atau respirasi menjadi senyawa yang lebih sederhana dan

energi (Fagi dan Irsal Las, 1988).

2.1.3 Usahatani Jagung

Jagung (Zea mays. L) merupakan tanaman asli benua Amerika. Jagung

telah ditanam oleh suku Indian jauh sebelum benua Amerika ditemukan. Tanaman

pangan ini adalah makanan utama orang Indian. Daerah yang dianggap sebagai

asal tanaman jagung adalah Meksiko karena ditempat tersebut ditemukan biji

jagung dalam gua-gua suku Indian (Purnomo dan Heni, 2007).

Tanaman jagung merupakan tanaman salah satu tanaman pangan

kelompok palawija yang banyak dibudidayakan petani. Masyarakat mengenal

jagung sebagai bahan pangan dan industri yang biasanya ditanam secara

monokultur maupun campuran, baik di lahan sawah setelah tanam padi maupun di

lahan kering. Sebagai bahan pangan, biji jagung mengandung protein 10%, lemak

4%, zat tepung 61% dan gula 1,4% (Suprapto, 1991).


11

Pertanaman jagung yang luas adalah pada daerah-daerah beriklim sedang

dimana jagung ditanam pada waktu-waktu musim panas dan daerah-daerah

beriklim subtropis dan tropis basah, dimana sinar matahari dan air optimal untuk

pertumbuhannya. Pada umumnya jagung dapat ditanam disemua belahan bumi

kecuali pada daerah yang terlalu dingin atau daerah yang musim pertumbuhannya

terlalu singkat. Jagung merupakan tanaman yang menghendaki keadaan cuaca

yang cukup panas bagi pertumbuhannya dimana tanaman jagung memerlukan

panas dan lembab dari waktu tanam sampai pada periode mengakhiri pembuahan

(Effendi dan Sulistiati, 1991).

Untuk pertumbuhan optimalnya, jagung menghendaki persyaratan-

persyaratan lingkungan yang harus dipenuhi, antara lain sebagai berikut (Danarti

dan Najiyati, 2000):

a. Menghendaki penyinaran matahari yang penuh. Di tempat-tempat yang teduh,

pertumbuhan jagung akan merana dan tidak mampu membenetuk buah.

b. Menghendaki suhu optimum 21-34oC. Di Indonesia, suhu semacam ini

terdapat di daerah dengan ketinggian antara 0-600 mdpl.

c. Menghendaki tanah yang gembur, subur, berdrainase baik dengan pH 5,6-7,2.

Tanah yang bertekstur berat, harus diolah hingga aerasi dan drainasenya baik.

d. Membutuhkan air yang cukup terutama pada saat awal pertumbuhannya, yaitu

stadia pembungaan dan stadia pengisian biji.

Di lahan yang tidak beririgasi, curah hujan optimal yang dikehendaki

antara 85-100 mm per bulan, merata sepanjang pertumbuhan tanaman.Jagung

merupakan tanaman pangan yang tumbuh melalui benih. Menurut Adisarwanto


12

dan Yustina (2002), benih memberi andil besar dalam usaha peningkatan produksi

tanaman, disamping faktor-faktor produksi lainnya. Penggunaan benihbermutu

varietas unggul akan mempengaruhi tingkat produksi yang akan dicapai.

Menurut Suprapto dan Marzuki (2005), budidaya tanaman jagung meliputi

persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pengairan.

a. Persiapan

Persiapan lahan untuk tanaman jagung dilakukan dengan cara dibajak sedalam

15-20 cm, diikuti dengan penggaruan tanah sampai rata. Sebaiknya tanah

jangan terlampau basah, tetapi cukup lembab, sehingga mudah dikerjakan dan

tidak lengket.

b. Penanaman

Pada saat penanaman, tanah harus cukup lembab tetapi tidak becek. Jarak

antar tanaman diusahakan teratur agar ruang tumbuh tanaman seragam dan

pemeliharaan tanaman mudah. Benih jagung ditanam di dalam lubang yang

dibuat sedalam 3-5 cm, setiap lubang diisi 2-3 biji jagung kemudian lubang

ditutup dengan tanah.

c. Pemupukan

Unsur hara yang dibutuhkan jagung diantaranya nitrogen (N), fosfor (P), dan

kalium (K). Nitrogen dibutuhkan tanaman jagung selama masa pertumbuhan

sampai pematangan biji. Jumlah pupuk yang diperlukan sekitar 200-300 kg

urea/ha. Selain itu, tanaman jagung juga membutuhkan pasokan unsur P

sampai stadia lanjut, jumlah pupuk fosfat yang dianjurkan sekitar 40-80 kg

TSP/ha yang diberikan sebagai pupuk dasar, sedangkan dosis pupuk K kurang
13

lebih 50 kg KCl per hektar, diberikan pada waktu tanam sebagai pupuk dasar.

Pupuk diberikan di dalam lubang di kiri atau kanan lubang tanaman dengan

jarak 7 cm dan kedalaman 10 cm.

d. Pemeliharaan

Tindakan pemeliharaan yang dilakukan antara lain penyulaman, penjarangan,

penyiangan, pembumbunan, dan pemangkasan daun. Penyulaman dapat

dilakukan dengan penyulaman bibit sekitar 1 minggu, sedangkan penjarangan

tanaman dilakukan 2-3 minggu setelah tanam. Agar tanaman jagung dapat

tumbuh dengan baik, lahan jagung harus bebas dari gulma dengan cara

penyiangan. Penyiangan pertama dilakukan pada umur 15 hari setelah tanam

dan harus dijaga agar jangan sampai mengganggu atau merusak akar tanaman.

Penyiangan kedua dilakukan sekaligus dengan pembumbunan pada waktu

pemupukan kedua. Pembumbunan ini dilakukan untuk memperkokoh batang

dan memperbaiki serta mempermudah pengairan. Tindakan pemeliharaan

lainnya yaitu dengan pemangkasan daun.

e. Pengairan

Pengairan sangat penting untuk mencegah tanaman jagung agar tidak layu. Air

sangat diperlukan pada saat penan aman, pembungaan (45-55 hari setelah

tanam) dan pengisian biji (60 - 80 hari setelah tanam). Pengairan yang

terlambat akan mengakibatkan daun menjadi layu. Daerah dengan curah hujan

yang tinggi, pengairan dapat melalui air hujan dapat mencukupi.

Dalam mendukung keberhasilan usahatani jagung, salah satu faktor

produksi yang memiliki peranan terpenting adalah benih. Menurut Danarti dan
14

Najiyati (2000), benih bermutu adalah benih yang mempunyai daya tumbuh besar,

tidak tercampur dengan benih/varietas lain, tidak mengandung kotoran, dan tidak

tercemar hama dan penyakit. Benih demikian, akan diperoleh dari penggunaan

benih bersertifikat. Menurut Suprapto dan Marzuki (2005), benih jagung varietas

hibrida merupakan benih varietas unggul yang dibuat dengan cara menyilangkan

biji galur murni (FO) dari dua induk yang telah diseleksi, dan memiliki beberapa

keunggulan, yaitu daya produksi tinggi, tahan terhadap serangan hama dan

penyakit, masa panen lebih cepat, serta toleran di berbagai jenis dan ketinggian

lahan. Akan tetapi, benih ini juga memiliki kelemahan di mana biji buahnya tidak

dapat dijadikan benih kembali karena sifat unggul induknya telah menghilang.

Menurut Badan Standardisasi Nasional (2003), benih jagung hibrida dapat

diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:

a. Silang tunggal, yaitu keturunan pertama dari hasil persilangan antara 2 galur

murni.

b. Silang ganda, yaitu keturunan pertama dari hasil persilangan antara 2 silang

tunggal.

c. Silang tiga jalur, yaituketurunan pertama dari hasil persilangan galur murni

dengan silang tunggal.

d. Silang puncak, yaituketurunan pertama dari hasil persilangan antara galur

murni atau silang tunggal dengan varietas bersari bebas

Varietas hibrida merupakan generasi pertama hasil persilangan antara tetua

berupa galur hinbrida. Varietas hibrida dapat dibentuk pada tanaman menyerbuk

sendiri maupun menyerbuk silang. Jagung hibrida di Indonesia mulai diteliti pada
15

tahun 1913, dan dilanjutkan padatahun 1950an. Varietas jagung hibrida di

Indonesia pertama kali dilepas pada tahun 1983 yang dihasilkan oleh PT.BISI,

yaitu varietas C-1 yang merupakan hibrida silang puncak.Selanjutnya pada tahun

1980an PT. BISI melepas CPI-1, Pioneer melepas hibrida P-1 dan P-2, dan IPB

melepas hibrida IPB-4. Pada awalnya hibrida yang dilepas di Indonesia adalah

hibrida silang ganda atau double cross hybrid, namun sekarang lebih banyak

hibrida silang tunggal dan modifikasi silang tunggal. Hibrida silang tunggal

mempunyai potensi hasil yang tinggi dengan fenotipe tanaman lebih seragam

daripada hibrida silang ganda atau silang puncak (Takdir, dkk., 2007).

2.1.4 Usahatani Ubi Kayu

Singkong atau ubi kayu, tergolong dalam famili Euphorbiaceae, genus

Manihot dengan spesies esculenta Crantz dengan berbagai varietas (Henry, 2007).

Bagian tanaman yang biasanya dimanfaatkan adalah umbi (akar), batang, dan

daunnya. Menurut Devendra (1977), produk utama tanaman ini dibagi menjadi

tiga bagian yaitu daun 6%, batang 44%, dan umbi 50%. Singkong kaya akan

karbohidrat yaitu sekitar 80%-90% dengan pati sebagai komponen utamanya.

Tanaman ini tidak dapat langsung dikonsumi ternak dalam bentuk segar tapi

selalu dilakukan pengolahan seperti pemanasan, perendaman dalam air, dan

penghancuran atau beberapa proses lainnya untuk mengurangi asam sianida yang

bersifat racun yang terkandung dalam semua varietas singkong. Tanaman

singkong mulai menghasilkan umbi pada umur 6 bulan (Prihatman, 2000). Umbi

yang dihasilkan banyak digunakan untuk bahan baku produk olahan seperti

tapioka dan produk tanaman lainnya. Tanaman singkong (Manihot esculenta)


16

merupakan salah satu tanaman yang memiliki nilai strategis, selain sebagai bahan

pangan dan pakan juga sebagai bahan baku industri dan termasuk sebagai bahan

bakar nabati, seperti etanol. Daun muda tanaman singkong sering digunakan

sebagai sayur, batang tanaman singkong dapat digunakan untuk kayu bakar

bahkan sebagai pagar hidup (Prihatman, 2000). Tanaman singkong juga potensial

sebagai pakan ternak, dapat menghasilkan biomassa sumber energi pada bagian

umbi dan protein pada daun (Kustantinah et al., 2005).

a. Penyiapan Bibit

Sumber bibit ubi kayu berasal dari pembibitan tradisional berupa stek yang

diambil dari tanaman yang berumur lebih dari 8 bulan dengan kebutuhan bibit

untuk sistem budidaya ubi kayu monokultur adalah 10.000-15.000

stek/ha(Tim Prima Tani, 2006). Untuk satu batang ubi kayu hanya diperoleh

10-20 stek sehingga luas areal pembibitan minimal 20% dari luas areal yang

akan ditanami ubi kayu. Asal stek, diameter bibit, ukuran stek, dan lama

penyimpanan bibit berpengaruh terhadap daya tumbuh dan hasil ubi kayu.

Bibit yang dianjurkan untuk ditanam adalah stek dari batang bagian tengah

dengan diameter batang 2-3 cm, panjang 15-20 cm, dan tanpa penyimpanan.

b. Penyiapan Lahan

Penyiapan lahan berupa pengolahan tanah bertujuan untuk : (1) Memperbaiki

struktur tanah; (2) Menekan pertumbuhan gulma; dan (3) Menerapkan system

konservasi tanah untuk memperkecil peluang terjadinya erosi. Tanah yang

baik untuk budidaya ubi kayu adalah memiliki struktur gembur atau remah

yang dapat dipertahankan sejak fase awal pertumbuhan sampai panen. Kondisi
17

tersebut dapat menjamin sirkulasi O2 dan CO2 di dalam tanah terutama pada

lapisan olah sehingga aktivitas jasad renik dan fungsi akar optimal dalam

penyerapan hara. Menurut Tim Prima Tani (2006), tanah sebaiknya diolah

dengan kedalaman sekitar 25 cm, kemudian dibuat bedengan dengan lebar

bedengan dan jarak antar bedengan disesuaikan jarak tanam ubi kayu, yaitu

80-130 cm x 60-100 cm. Pada lahan miring atau peka erosi, tanah perlu

dikelola dengan sistem konservasi, yaitu: (1) tanpa olah tanah; (2) olah tanah

minimal; dan (3) olah tanah sempurna sistem guludan kontur. Pengolahan

minimal (secara larik atau individual) efektif mengendalikan erosi tetapi hasil

ubi kayu seringkali rendah dan biaya pengendalian gulma relatif tinggi. Dalam

hal ini tanah dibajak (dengan traktor 3-7 singkal piring atau hewan tradisional)

dua kali atau satu kali yang diikuti dengan pembuatan guludan (ridging).

Untuk lahan peka erosi, guludan juga berperan sebagai pengendali erosi

sehingga guludan dibuat searah kontur.

c. Penanaman

Stek ditanam di guludan dengan jarak antar barisan tanaman 80-130 cm dan

dalam barisan tanaman 60-100 cm untuk sistem monokultur (Tim Prima Tani,

2006), sedangkan jarak tanam ubi kayu untuk sistem tumpangsari dengan

kacang tanah, kedelai, atau kacang hijau adalah 200 x 100 cm dan jarak tanam

tanaman sela yang efektif mengendalikan erosi dan produktivitasnya tinggi

adalah 40 cm antara barisan dan 10-15 cm dalam barisan. Penanaman stek ubi

kayu disarankan pada saat tanah dalam kondisi gembur dan lembab atau

ketersediaan air pada lapisan olah sekitar 80% dari kapasitas lapang. Tanah
18

dengan kondisi tersebut akan dapat menjamin kelancaran sirkulasi O2 dan CO2

serta meningkatkan aktivitas mikroba tanah sehingga dapat memacu

pertumbuhan daun untuk menghasilkan fotosintat secara maksimal dan

ditranslokasikan ke dalam umbi secara maksimal pula. Posisi stek di tanah dan

kedalaman tanam dapat mempengaruhi hasil ubikayu. Stek yang ditanam

dengan posisi vertikal (tegak) dengan kedalaman sekitar 15 cm memberikan

hasil tertinggi baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Penanam stek

dengan posisi vertikal juga dapat memacu pertumbuhan akar dan menyebar

merata di lapisan olah. Stek yang ditanam dengan posisi miring atauhorizontal

(mendatar), akarnya tidak terdistribusi secara merata seperti stek yang ditanam

vertikal pada kedalaman 15 cm dan kepadatannya rendah.

d. Pemupukan

Pemupukan sangat diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan produksi

ubi kayu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hara yang hilang terbawa

panen untuk setiap ton umbi segar adalah 6,54 kg N; 2,24 kg P2O5; dan 9,32

K2O ha-1 musim-1, dimana 25% N, 30% P2O5, dan 26% K2O terdapat di dalam

umbi. Berdasarkan perhitungan tersebut, hara yang terbawa panen ubi kayu

pada tingkat hasil 30 ton ha-1 adalah 147,6 kg N; 47,4 kg P2O5; dan 179,4 kg

K2O ha-1. Untuk mendapatkan hasil tinggi tanpa menurunkan tingkat

kesuburan tanah, hara yang terbawa panen tersebut harus diganti melalui

pemupukan setiap musim. Tanpa pemupukan akan terjadi pengurasan hara

sehingga tingkat kesuburan tanah menurun. Pemupukan yang tidak rasional

dan tidak berimbang juga dapat merusak kesuburan tanah. Pemupukan harus
19

dilakukan secara efisien sehingga didapatkan produksi tanaman dan

pendapatan yang diharapkan. Umbi ubi kayu adalah tempat menyimpan

sementara hasil fotosintesis yang tidak digunakan untuk pertumbuhan

vegetative tanaman. Dengan demikian, pertumbuhan vegetatif yang berlebihan

akibat dosis pemupukan yang tinggi dapat menurunkan hasil panen. Efisiensi

pemupukan dipengaruhi oleh jenis pupuk, varietas, jenis tanah, pola tanam,

dan keberadaan unsur lainnya di dalam tanah. Untuk pertanaman ubi kayu

sistem monokultur, disarankan pemberian pupuk anorganik sebanyak 200 kg

Urea, 100 kg SP36, dan 100 kg KCl/ha yang diberikan sebanyak tiga tahap.

Tahap I umur 7-10 hari diberikan 50 kg Urea, 100 kg SP36, dan 50 kg KCl/ha,

dan tahap II umur 2-3 bulan diberikan 75 kg Urea dan 50 kg KCl/ha, serta

tahap III umur 5 bulan diberikan lagi 75 kg Urea/ha. Pupuk organik (kotoran

ternak) dapat digunakan sebanyak 1 -2 ton ha-1 pada saat tanam.

e. Pemeliharaan

Tanaman Kelemahan ubi kayu pada fase pertumbuhan awal adalah tidak

mampu berkompetisi dengan gulma. Periode kritis atau periode tanaman harus

bebas gangguan gulma adalah antara 5-10 minggu setelah tanam. Bila

pengendalian gulma tidak dilakukan selama periode kritis tersebut,

produktivitas dapat turun sampai 75% dibandingkan kondisi bebas gulma.

Untuk itu, penyiangan diperlukan hingga tanaman bebas dari gulma sampai

berumur sekitar 3 bulan (Tim Prima Tani, 2006). Menurut Wargiono dkk.

(2006), pada bulan ke-4 kanopi ubi kayu mulai menutup permukaan tanah

sehingga pertumbuhan gulma mulai tertekan karena kecilnya penetrasi sinar


20

matahari di antara ubi kayu. Oleh karena itu, kondisi bebas gulma atau

penyiangan pada bulan ke-4 tidak diperlukan karena tidak lagi mempengaruhi

hasil. Pada saat penyiangan, juga dilakukan pembumbunan, yaitu umur 2-3

bulan. Pemeliharaan selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah pembatasan

pada saat tanaman berumur 1 bulan dilakukan pemilihan tunas terbaik, tunas

yang jelek dibuang sehingga tersisa dua tunas yang paling baik. Sementara itu,

pengendalian hama dan penyakit tidak perlu dilakukan karena sampai saat ini

tanaman ubi kayu tidak memerlukan pengendalian hama dan penyakit. Bila di

lapangan diperlukan pengendalian hama penyakit, maka tindakan yang

dilakukan sbb.:

1) Tungau/kutu merah (Tetranychus bimaculatus) dikendalikan secara

mekanik dengan memetik daun sakit pada pagi hari dan kemudian dibakar.

Pengendalian secara kimiawi menggunakan akarisida.

2) Kutu sisik hitam (Parasaissetia nigra) dan kutu sisik putih (Anoidomytilus

albus) dikendalikan secara mekanis dengan mencabut dan membatasi

tanaman sakit menggunakan bibit sehat. Pengendalian secara kimiawi

menggunakan perlakuan stek insektisida seperti tiodicarb dan oxydemeton

methil.

3) Penyakit bakteri B. manihotis dan X. manihotis menyerang daun muda dan

P. solanacearum menyerang bagian akar tanaman sehingga tanaman layu

dan mati. Pengendalian dapat dilakukan menggunakan varietas tahan/agak

tahan.
21

4) Penyakit lain adalah cendawan karat daun (Cercospora sp.), perusak

batang (Glomerell sp.), dan perusak umbi (Fusarium sp.). Pengendalian

dianjurkan menggunakan larutan belerang 5%.

5) Penyakit virus mosaik (daun mengerting) belum ada rekomendasi

pengendaliannya.

e. Panen

Waktu panen yang paling baik adalah pada saat kadar karbohidrat mencapai

tingkat maksimal. Bobot umbi meningkat dengan bertambahnya umur panen,

sedangkan kadar pati cenderung stabil pada umur 7-9 bulan. Hal ini

menunjukan bahwa umur panen ubi kayu fleksibel. Tim Prima Tani (2006)

menganjurkan panen pada saat tanaman berumur 8-10 bulan dan dapat ditunda

hingga berumur 12 bulan. Fleksibilitas umur panen tersebut memberi peluang

petani melakukan pemanenan pada saat harga jual tinggi. Dalam kurun waktu

5 bulan tersebut (panen 8-12 bulan) dapat dilakukan pemanenan bila harga

jual ubi kayu naik karena tidak mungkin melakukan penyimpanan ubi kayu di

gudang penyimpanan seperti halnya tanaman pangan lainnya. Pembeli

biasanya akan membeli ubi kayu dalam bentuk segar yang umurnya tidak

lebih dari 2 x 24 jam dari saat panen.

2.2 Tinjauan Tentang Pendapatan

2.2.1 Defenisi Pendapatan

Pendapatan usahatani adalah semua benda milik yang mempunyai nilai

uang yang dimiliki secara sah oleh petani biasanya disebut assets atau resources.

Untuk keperluan analisa pendapatan petani diperlukan empat unsur, yaitu rata-rata
22

inventaris, penerimaan usahatani, pengeluaran usahatani, penerimaan dari

berbagai sumber. Keadaan rata-rata inventaris adalah jumlah nilai inventaris awal

ditambah nilai inventaris akhir dibagi dua (Hernanto, 1991). Menurut Soekartawi

(2002), pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya

produksi selama melakukan produksi, sedangkan penerimaan usahatani

merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, dan biaya

usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani.

Secara umum pendapatan usahatani terdiri dari dua hal pokok yaitu

penerimaan dan pengeluaran (biaya) selama jangka waktu tertentu. Pendapatan

usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur permintaan dan pengeluaran

dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil perkalian jumlah produk total

dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran atau biaya sebagai nilai

penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang dikeluarkan pada proses produksi

tersebut. Produksi berkaitan dengan penerimaan dan biaya produksi, penerimaan

tersebut diterima petani karena masih harus dikurangi dengan biaya produksi yaitu

keseluruhan biaya yang dipakai dalam proses produksi tersebut (Suratiyah, 2015).

Pendapatan bersih petani diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

Pendapatan = TR – TC
TR = Py . Y
TC = VC + FC

Keterangan :
TR = Total Penerimaan (Rp)
TC = Total Biaya (Rp)
Py = Harga per satuan hasil produksi (Rp)
Y = Jumlah Produksi (Rp)
VC = Biaya variabel (Rp)
FC = Biaya tetap (Rp)
23

2.2.2 Konsep Biaya

Menurut Hernanto (1991), biaya merupakan korbanan yang dicurahkan di

dalam proses produksi, yang semula fisik kemudian diberikan nilai rupiah. Biaya

ini tidak lain adalah korbanan. Biaya merupakan pengorbanan yang dapat diduga

sebelumnya dan dapat dihitung secara kuantitatif, secara ekonomis tidak dapat

dihindarkan dan berhubungan dengan suatu proses produksi tertentu. Apabila hal

ini tidak dapat sebelumnya maka disebut kerugian.

Menurut Soekartawi (1995), biaya usahatani adalah semua pengeluaran

yang dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua,

yaitu:

1. Biaya Tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan

walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya

tetap ini tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh.

Semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan dan sebaliknya

jika volume kegiatan semakin rendah maka biaya satuan semakin tinggi.

Contoh biaya tetap antara lain : sewa tanah, pajak, alat pertanian dan iuran

irigasi.

2. Biaya Tidak Tetap (Variabel) adalah biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi

oleh produksi yang diperoleh. Semakin besar volume kegiatan, maka semakin

tinggi jumlah total biaya variabel dan sebaliknya semakin rendah volume

kegiatan, maka semakin rendah jumlah total biaya variabel. Biaya satuan pada

biaya variabel bersifat konstan karena tidak dipengaruhi oleh perubahan

volume kegiatan. Contohnya biaya untuk sarana produksi.


24

2.2.3 Konsep Penerimaan

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh

dengan harga jual. Dalam menghitung penerimaan usahatani, ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan yaitu lebih teliti dalam menghitung produksi pertanian,

lebih teliti dalam menghitung penerimaan, dan bila peneliti usahatani

menggunakan responden, maka diperlukan teknik wawancara yang baik terhadap

petani (Soekartawi, 2016).

Bentuk penerimaan tunai dapat menggambarkan tingkat kemajuan

ekonomi usahatani dalam spesialisasi dan pembagian kerja. Besarnya pendapatan

tunai atau besarnya proporsi penerimaan tunai dari total penerimaan termasuk

natura dapat digunakan untuk perbandingan keberhasilan petani satu terhadap

yang lain. Dengan demikian jika kita mencoba menerapkan perbandingan tersebut

menjadi invailid dan tidak sepenuhnya benar. Dalam masyarakat yang demikian,

penerimaan tunai hanya merupakan sebagian kecil saja, sedangkan yang terbesar

berupa penerimaan dalam bentuk natura yang dikonsumsi keluarga (Dalas, 2004).
25

Penelitian Terdahulu

Tabel 2. Penelitian terdahulu


No Nama Judul Metode Hasil
1. Rahmadona, Analisis Pendapatan Analisis pendapatan serta Pendapatan usahatani bawang merah disetiap Musim (Musim Hujan,
L. dkk (2015) Usahatani Bawang Merah analisis R/C rasio. Musim Kemarau I dan Musim Kemarau II) di Kabupaten
Di Kabupaten Majalengka Majalengka, pendapatan usahatani atas biaya tunai maupun biaya
total lebih besar dari nol. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani
bawang merah dengan tingkat efisiensi teknis yang ada mampu
memberikan keuntungan bagi petani. Hasil analisis R/C rasio juga
menunjukkan bahwa usahatani di ketiga Musim menguntungkan
untuk diusahakan karena nilai R/C rasio atas biaya tunai maupun atas
biaya total lebih besar dari satu.
2. Purwanto, A. Analisis Produksi Dan Dianalisis menggunakan Lahan, benih, pupuk, dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap
Z. A, dkk Pendapatan Usahatani fungsi produksi Cobb- produksi jagung hibrida di desa Modo. Biaya rata-rata yang
(2015) Jagung Hibrida Di Desa Douglas dikeluarkan adalah Rp. 7.387.839 / 1.18 ha setara dengan Rp
Modo Kecamatan Bukal 6.260.881/ha, sedangkan pendapatan usahatani yang diperoleh adalah
Kabupaten Buol Rp 13.372.500 / 1.18 ha sama dengan Rp 11.332.627/ha, dan
pendapatan responden adalah Rp 5.984.661 / 1.18 ha sebesar Rp.
4.071.746/Ha
3. Siregar, dkk Analisis Usahatani Ubi Analisis deskriptif. Total biaya usahatani ubi kayu sebesar Rp. 7.606.479,- permasa
(2015) Kayu (Manihot Esculenta) Analisis kelayakan tanam dalam satu masa tanam. Produktivitas tenaga kerja sebesar
Studi Kasus : Desa Marihat finansial. 45,77 HKO dan produktivitas lahan sebesar 27.500 kg/ha. Tingkat
Bandar, Kecamatan pendapatan dalam satu masa tanam yang diterima dari usahatani ubi
Bandar, Kabupaten kayu sebesar Rp. 13.412.440,- permasa tanam. Usahatani masa tanam
Simalungun di daerah penelitian adalah usaha yang menguntungkan, dan secara
finansial layak untuk diusahakan dan dikembangkan ditinjau dari
kriteria kelayakan finansial (R/C) sebesar 2,79.
4. Nahak, dkk Analisis Pendapatan Analisis pendapatan dan Biaya yang dikeluarkan selama berusahatani jagung selama satu
(2017) Usahatani Jagung di Desa analisis R/C Rasio musim tanam ada dua jenis biaya yaitu biaya variabel dan biaya tetap
26

Bannae Kecamatan Insana dengan total biaya sebesar Rp17.236.516,00 dengan rata-rata biaya
Barat Kabupaten Timor sebesar Rp430.913,00 sedangkan total penerimaan yang diperoleh
Tengah Utara petani jagung Rp63.190.000,00 dengan rata-rata penerimaan sebesar
Rp1.579.750,00 sehingga total pendapatan petani jagung sebesar
Rp45.953.483,00 dengan rata-rata pendapatan sebesar
Rp1.148.837,00. Keuntungan relatif yang diperoleh petani rata-rata
3,61 dan dapat dikatakan bahwa kegiatan usahatani jagung
menguntungkan secara ekonomis dan setiap pengeluaran satu rupiah
dapat memberikan rata-rata keuntungan sebesar 3,61.
5. Barokah, U. Analisis Biaya Dan Analisis biaya, Rata-rata pendapatan usahatani padi di Karanganyar adalah
dkk (2014) Pendapatan Usahatani Padi pendapatan, dan efisiensi Rp14.429.117,37/ha/tahun dengan biaya tahunan sebesar
Di Kabupaten usahatani Rp7.142.446,39/ha. Penghasilan tahunan rata-rata mencapai
Karanganyar Rp7.286.670,98/ha. Nilai efisiensi usahatani padi adalah 2,02 yang
menunjukkan bahwa usahatani padi di Karanganyar layak untuk
dilakukan.
27

2.3 Kerangka Pikir

Usahatani merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh produksi

dilapangan yang pada akhirnya akan dinilai dari penerimaan yang diperoleh dari

usahatani tersebut dan biaya produksi usahatani, karena dalam kegiatan itu

seorang petani berperan sebagai pekerja dan sebagai penanam modal pada

usahatani.

Usahatani padi gogo, jagung dan ubi kayu ini merupakan usaha

penghasilan petani dengan memanfaatkan pekarangan atau perkebunan yang ada.

Dengan pengembangan usahatani padi gogo, jagung dan ubi kayu diharapkan

dapat meningkatkan pendapatan usahatani selama jangka waktu tertentu

penerimaan hasil kali jumlah input yang dihasilkan dengan output.

Seorang petani akan berfikir untuk mengalokasikan input atau faktor

produksi yang bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang memadai. Besarnya

pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani dapat digunakan untuk menilai

keberhasilan petani dalam mengelola usahataninya. Besarnya pendapatan yang

diterima petani dari kegiatan usahatani sangat dipengaruhi oleh besarnya biaya

yang dikeluarkan (biaya produksi) dan penerimaan yang diterima petani tersebut

dalam satu musim tanaman.

Dalam penelitian ini biaya produksi yang dikeluarkan terdiri dari biaya

tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang dimaksud berupa penyusutan alat,

sedangkan biaya variabel berupa biaya benih, pupuk, dan tenaga kerja. Sementara

penerimaan yang dimaksud adalah keseluruhan nilai produksi dari usahatani padi

gogo, jagung dan ubi kayu yang diterima petani, dapat dihitung dengan
28

mengalikan jumlah produksi dengan harga jual produk/kilogram (kg) yang

berlaku pada saat penelitian berlangsung.

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan yang diterima petani dengan

biaya produksi yang dikeluarkan petani dalam kegiatan usahatani selama satu

musim tanaman. Untuk meningkatkan pendapatan dari usahatani padi gogo,

jagung dan ubi kayu ini perlu diperhatikan biaya input-input produksi maupun

output yang diterima oleh petani.

Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran tersebut disajikan dalam bentuk

kerangka pikir pada Gambar 1.

Usahatani

- Padi gogo
- Jagung
- Ubi kayu

Proses Produksi

Biaya Produksi Penerimaan

Biaya Tetap Biaya Variabel Produksi Harga Produk


(TFC) (TVC) (Output)

Pendapatan

Gambar 1. Kerangka Pikir


29

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di seluruh petani lahan kering Desa Laanoipi

Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton Utara, Tempat ini dipilih secara sengaja

(purposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu

sentra pertanian lahan kering yang mengusahakan tanaman semusim di Kabupaten

Buton Utara. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juni 2018.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani lahan kering di desa

Laanoipi Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton Utara. Berdasarkan wawancara

dengan Rusdin Kepala Desa Laanoipi, diketahui jumlah populasi di desa Laanoipi

sebesar 134 petani.

3.2.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah sebagian jumlah petani lahan kering.

Pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling, dengan besar

sampel yang dihitung dengan rumus Slovin (Sugiyono, 2009), yang di

formulasikan sebagai berikut :

𝑁
𝑛=
1 + (𝑁. 𝑒 2 )
𝑛 = 57 petani
Keterangan :

n : Jumlah Sampel
N : Jumlah total populasi
e : Batas toleransi error (10%)
30

Tabel 2. Sampel Petani Padi Gogo, Jagung dan Ubi Kayu di Desa Laanoipi
No. Jenis Usahatani Sampel (Petani)
1. Padi Gogo 20
2. Jagung 22
3. Ubi Kayu 15
Jumlah 57

3.3 Jenis dan Sumber Data

Dalam penyusunan penelitian jenis kuantitatif ini, data yang digunakan

oleh peneliti adalah data primer dan data sekunder.

3.3.1 Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung dari para petani melalui interview

(wawancara) dengan menggunakan kuesioner yang telah didapakan terlebih

dahulu dan melakukan pengamatan langsung serta pencatatan secara sistematis di

daerah penelitian.

3.3.2 Data Sekunder

Data diperoleh dengan mengumpulkan data-data yang telah ada pada

instansi-instansi yang memiliki keterkaitan dengan masalah yang sedang diteliti,

meliputi dinas pertanian, Badan Pusat Statistik, kantor Kecamatan dan

Kelurahan/Desa serta pustaka yang relevan dengan masalah yang diteliti.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

a. Survei lapangan yaitu penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan jalan

langsung ke lapangan tempat objek yang akan diteliti dan informasi dari hasil

wawancara langsung.
31

b. Teknik kepustakan yaitu penelitian yang dilakukan dengan kajian buku-buku

serta literature yang berhubungan dengan pembahasan dan mempunyai

relevansi.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah :

a. Karakteristik petani, meliputi : umur, tingkat pendidikan, pengalaman

berusahatani, jumlah tanggungan keluarga.

b. Karakteristik usahatani, meliputi : jumlah produksi, luas lahan, tenaga kerja,

pupuk dan benih.

3.6 Teknik Analisa Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis pedapatan

usahatani. Dimana struktur biaya yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

pengelompokan biaya dalam biaya tetap dan biaya tidak tetap.

3.5.1 Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan usahatani dan

pengeluaran total usahatani (Soekartawi, 2002). Penerimaan usahatani adalah

perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan tersebut

dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :

TRi = Yi x Pyi

Keterangan :

TRi : Total Revenue (total penerimaan) (Rp)


Yi : Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani (Kg)
Pyi : Harga jual usahatani (Rp/kg)
32

Berdasarkan pendapat Suratiyah (2008), maka pendapatan dalam

penelitian ini adalah selisih antara penerimaan dengan biaya total usahatani

dengan metode keuntungan usaha.

Menurut Case (2006) untuk menghitung biaya dari responden rumus yang

digunakan yakni:

TCi = FCi + VCi


Dimana:
TCi : Total Cost (Total Biaya)
FCi : Fixed Cost (Biaya Tetap)
VCi : Variable Cost (Biaya Variabel)

Menurut Soekartawi (1995), untuk menghitung besarnya pendapatan

dari responden maka rumus yang digunakan adalah:

I = TR - TC
Dimana:
I : Pendapatan (income)
TR : Penerimaan total/ total revenue (Rp)
TC :Biaya total/total cost (Rp)
Dengan kriteria :
TR>TC, maka usaha menguntungkan
TR=TC, maka usaha impas
TR<TC, maka usaha rugi

3.6 Konsep Operasional

Konsep operasional adalah pengertian, batasan dan ruang lingkup

penelitian ini guna memudahkan pemahaman dalam menganalisa data yang

berhubungan dengan penarikan kesimpulan dari hasil-hasil pengamatan variabel

yang ada, dimana konsep operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Petani responden adalah petani yang melakukan penanaman padi gogo, jagung

dan ubi kayu pada lahan kering untuk usahatani.


33

b. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani padi gogo,

jagung dan ubi kayu dan total biaya usahatani padi gogo, jagung dan ubi kayu

yang diukur dalam satuan rupiah (Rp/musim tanam).

c. Penerimaan usahatani adalah produksi padi gogo, jagung dan ubi kayu yang

dihasilkan selama satu kali musim tanam dikali dengan harga yang diperoleh

petani. Penerimaan usahatani dihitung dengan satuan rupiah (Rp/musim tanam).

d. Produksi padi gogo, jagung dan ubi kayu adalah besarnya jumlah produksi

tanaman padi gogo, jagung dan ubi kayu yang dihasilkan oleh petani yang

datanya diambil dalam satu musim panen terakhir 2018 dan dihitung dalam

satuan kg per hektar per musim tanam (kg/ha/musim tanam).

e. Harga padi gogo, jagung dan ubi kayu merupakan sejumlah uang yang diterima

petani dari penjualan padi gogo, jagung dan ubi kayu. Harga yang dipakai

adalah harga rata-rata padi gogo, jagung dan ubi kayu selama satu tahun. Harga

padi gogo, jagung dan ubi kayu dihitung dengan rupiah per kilogram (Rp/kg).

f. Biaya total adalah jumlah biaya variabel dan biaya tetap per usahatani padi

gogo, jagung dan ubi kayu dan dihitung dalam satuan rupiah (Rp).

g. Biaya variabel adalah biaya yang dipakai dalam satu kali proses produksi

selama satu kali musim panen. Biaya variabel dihitung dengan satuan rupiah

(Rp).

h. Luas lahan adalah luas tanah yang digunakan oleh petani untuk menanam padi

gogo, jagung dan ubi kayu dalam satu musim tanam, yang diukur dalam satuan

hektar (ha).
34

i. Biaya tenaga kerja adalah sejumlah uang yang dikeluarkan petani untuk

membayar tenaga kerja yang terlibat langsung dalam kegiatan usahatani padi

gogo, jagung dan ubi kayu dalam satu kali proses produksi yaitu tenaga kerja

(Rp).

j. Biaya benih adalah sejumlah uang yang dikeluarkan petani dalam satu musim

tanam terakhir dan dihitung dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam

(Rp/ha/musim tanam).

k. Biaya pupuk adalah sejumlah uang yang dikeluarkan petani untuk membeli

pupuk yang digunakan dalam satu kali musim tanam yang dihitung dalam

satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/ha/musim tanam).

l. Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu kali

proses produksi selama satu musim panen dan dihitung dalam satuan rupiah

(Rp).
35

VI. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografis

Desa Laanoipi Terletak di Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton Utara

Provinsi Sulawesi Tenggara. Jarak Desa Laanoipi dari pusat pemerintahan

kecamatan 15 km, dari pusat pemerintahan kabupaten 15 km, dan dari ibu kota

provinsi 225 km. Luas wilayah Desa Laanoipi 13,10 km2.

Desa Laanoipi termasuk wilayah dataran tinggi yang sebagian besar

wilayahnya digunakan sebagai kawasan pemukiman, dan sektor pertanian yaitu

ladang dan perkebunan. Berdasarkan posisi geografisnya, Desa Laanoipi memiliki

batas-batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tatombuli

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Bonegunu

- Sebelah barat berbatasan dengan Hutan Lindung

- Sebelah timur berbatasan dengan Laut Banda

Desa Laanoipi terletak pada ketinggian 1.200 meter diatas permukaan laut,

sedangkan banyaknya curah hujan 150 mm/Tahun. Pada umumnya kondisi tanah

di Desa Laanoipi berada di dataran rendah dengan suhu udara rata-rata 30 oC.

Secara umum keadaan iklim di Desa Laanoipi tidak jauh berbeda dengan keadaan

iklim pada beberapa wilayah lain yang ada di wilayah Indonesia. Ciri iklim tropis

dengan dua jenis musim dalam setahun merupakan sifat kondisi iklim secara

umum yang terjadi di Indonesia yaitu musim penghujan dan musim kemarau.

Kedua musim ini sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat di Desa Laanoipi


36

yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani, hal ini disebabkan oleh

dampak yang ditimbulkan oleh kedua musim tersebut.

4.2 Keadaan Demografis

Pertumbuhan Penduduk dengan segala potensi yang dimiliki akan sangat

mendukung kelancaran pembangunan di segala bidang. Potensi yang dimaksud

adalah sumberdaya manusia (SDM). Dukungan sumberdaya manusia yang

berkualitas akan sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan

pembangunan, terlebih dengan adanya dukungan sumberdaya alam dan

sumberdaya lainnya yang sangat potensial maka pembangunan akan terlaksana

dengan baik.

4.2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Penduduk Desa Laanoipi pada Tahun 2017 sebesar 341 jiwa yang terdiri

atas 173 jiwa jumlah penduduk laki-laki dan 168 jiwa jumlah penduduk

perempuan dengan jumlah kepala keluarga 89 kepala keluarga. Jumlah penduduk

Desa Laanoipi berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada

Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Desa


Laanoipi Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton Utara Tahun 2017
Golongan Umur Jenis Kelamin Jumlah Persentase
(Tahun) Laki-Laki Perempuan (jiwa) (%)
0 – 14 67 74 141 41,35
15 – 54 81 79 160 46,92
>55 25 15 40 11,73
Jumlah 173 168 341 100,00
Sumber: Data Potensi Desa Laanoipi, 2017

Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Laanoipi

berada pada kelompok usia 15-54 tahun (46,92%) yang merupakan kelompok
37

penduduk produktif untuk berkerja. Terdapat penduduk yang usia produktif

artinya dalam usia produktif, penduduk tersebut memiliki kemampuan untuk

melakukan aktifitas yang rutin. Penduduk yang produktif akan membantu dalam

kelancaran segi perekonomian dan pembangunan suatu wilayah. Manusia

dikatakan usia produktif, ketika penduduk berusia pada rentan 15-64 tahun.

Dengan struktur dan komposisi penduduk berdasarkan umur pada tabel diatas,

secara teori demografi diprediksikan bahwa jumlah penduduk Desa Laanoipi dari

tahun ke tahun akan bertambah lebih cepat dari angka pertumbuhan normalnya.

4.2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian merupakan unsur penting untuk menunjang kehidupan

ekonomi manusia. Mata pencaharian penduduk Desa Laanoipi sangat bervariasi,

namun sebagian besar penduduknya bergerak di bidang pertanian. Keadaan

penduduk Desa Laanoipi menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Laanoipi


Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton Utara Tahun 2017
Jumlah Penduduk
No. Jenis Mata Pencaharian Persentase (%)
(jiwa)
1. Petani 134 73,22
2. Pedagang 20 10,93
3. PNS 5 2,73
4. Tukang 10 5,47
5. Nelayan 14 7,65
Jumlah 183 100,00
Sumber: Data Potensi Desa Laanoipi, 2017

Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Desa Laanoipi

bermata pencaharian sebagai petani, yaitu sebesar 134 jiwa atau sebanyak 73,22%

dari total mata pencaharian penduduk Desa Laanoipi.


38

4.2.3 Pembagian Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Sebagian besar penduduk di Desa Laanoipi yang berada pada kelompok

usia sekolah telah menempuh atau sedang menempuh pendidikan sesuai jenjang

umurnya. Data tentang pendidikan penduduk di Desa Laanoipi yang ditempuh

dapat dilihat pada tabel 6 berikut.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Laanoipi


Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton Utara Tahun 2017
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Belum/tidak tamat SD 238 69,79
2 Tamat SD 50 14,66
3 Tamat SMP 20 5,87
4 Tamat SMU/SMA 23 6,75
5 Tamat Perguruan Tinggi 10 2,93
Jumlah 341 100,00
Sumber: Data potensi Desa Laanoipi, 2017

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa berdasarkan kelompok umur

penduduk Desa Laanoipi sebagian besar telah menganyam pendidikan berbagai

tingkat pendidikan. Hal ini dijelaskan bahwa penduduk di Desa Laanoipi belum

menyadari arti pentingnya pendidikan, sehingga sebagian besar penduduknya di

Desa Laanoipi belum begitu maju melihat pendidikan masyarakatnya masih

kurang. Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan kemampuan dalam

menyerap informasi dan mengadopsi teknologi relatif sangat terbatas sehingga

menghasilkan produk yang berkualitas rendah. Rendahnya tingkat pengetahuan

dan keterampilan berakibat pada rendahnya kemampuan dalam mengelola

usahnya sehingga pendapatan yang dihasilkan pun akan berpengaruh.


39

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Identitas responden merupakan gambaran mengenai keadaan sosial

ekonomi responden yang ikut mempengaruhi kemampuan petani dalam mengelola

usahataninya. Identitas responden yang diuraikan dalam penelitian ini meliputi:

umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan pengalaman

berusahatani.

5.1.1 Umur

Umur petani responden dapat mempengaruhi pada kegiatan bertani dan

produktifitas kerja disektor pertanian. Menurut Soeharjo dan Patong (1984),

bahwa kategori umur produktif adalah mulai dari usia 15-54 tahun dan selebihnya

masuk kategori umur non produktif. Tabel 7 berikut ini menyajikan karateristik

petani berdasarkan golongan umur.

Tabel 7. Karateristik Petani Berdasarkan Golongan Umur di Desa Laanoipi


Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton Utara Tahun 2018
Golongan Umur (Tahun) Jumlah
No. Jenis Tanaman Produktif Non Produktif Responden
(15-54) (> 55) (Orang)
1. Padi Gogo 10 10 20
2. Jagung 16 6 22
3. Ubi Kayu 14 1 15
Sumber: Data Primer, 2018

Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 57 responden di Desa Laanoipi terdapat

golongan umur produktif (15-54 tahun) petani padi padi gogo sebesar 10

responden, petani jagung sebesar 16 responden, dan petani ubi kayu sebesar 14

responden. Berdasarkan hal tersebut, maka umur petani di Desa Laanoipi yang

menjadi responden dalam penelitian ini sebagian besar berada pada usia produktif,
40

sehingga dapat diperkirakan produktifitas responden dalam menjalankan usahatani

cukup baik. Umur petani dapat menentukan kekuatan fisik dan daya tahan tubuh

petani. Petani dalam umur produktif akan memiliki kekuatan dan daya tahan

tubuh yang lebih tinggi daripada petani tergolong dalam umur yang produktif. Hal

ini akan mempengaruhi kontribusi petani pada umur produktifitas lebih besar

daripada petani yang tidak produktif lagi.

5.1.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh para petani responden dapat

mempengaruhi kreatifitas mereka serta daya serap informasi dan teknologi

usahatani yang lebih maju. Berdasarkan hasil di lapangan diperoleh data tingkat

pendidikan petani responden seperti yang disajikan pada tabel 8 berikut.

Tabel 8. Karateristik Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal di Desa


Laanoipi KecamatanBonegunu Kabupaten Buton Utara Tahun 2018
Tingkat Pendidikan Jumlah
No. Jenis Tanaman Tidak Responden
SLTP SLTA
Sekolah/SD (Orang)
1. Padi Gogo 14 1 4 20
2. Jagung 10 3 9 22
3. Ubi Kayu 12 1 2 15
Sumber: Data Primer, 2018

Tabel 8 menunjukkan bahwa pendidikan petani di Desa Laanoipi lebih

dominan tidak sekolah/SD. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar petani responden belum cukup berpendidikan. Rendahnya

pendidikan responden akan berpengaruh terhadap kemampuannya dalam

memahami berbagai hal yang berkaitan dengan teknologi usahatani, terutama

kesadaran dan ketersediaan petani dalam menerima inovasi baru.


41

5.1.3 Pengalaman Berusahatani

Pengalaman berusahatani merupakan suatu proses pendidikan yang

diperoleh diluar sekolah dan mempunyai arti penting bagi petani dalam mengelola

usahataninya. Soeharjo dan Patong (1984) menyatakan bahwa seorang petani

dikatakan cukup berpengalaman apabila telah menggeluti usahanya selama 5-10

tahun, sedangkan 10 tahun keatas dikategorikan berpengalaman dan kurang dari 5

tahun dikategorikan kurang berpengalaman. Gambaran mengenai responden di

Desa Laanoipi berdasarkan pengalaman berusahatani dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Karateristik Petani Berdasarkan Pengalaman Berusahatani di Desa


Laanoipi Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton Utara Tahun 2018
Pengalaman Berusahatani (Tahun)
Jenis Kurang Cukup Jumlah
No. Berpengalaman
Tanaman Berpengalaman Berpengalaman (Orang)
(>10)
(<5) (5-10)
1. Padi Gogo 2 1 17 20
2. Jagung 1 6 15 22
3. Ubi Kayu - 2 13 15
Sumber: Data Primer, 2018

Tabel 9 menunjukkan bahwa pengalaman petani di Desa Laanoipi lebih

dominan pada kategori berpengalaman (>10 tahun), sehingga dapat dikatakan

bahwa petani responden berpengalaman dan mempunyai pengetahuan untuk

meningkatkan produksi usahataninya. Tetapi ada sebagian kecil responden yang

pengalaman usahataninya kurang dari 5 tahun. Banyaknya pengalaman dalam

berusahatani akan berpengaruh terhadap keterampilan memelihara dan mengelola

usahatani yang dijalankan oleh responden. Pengalaman dalam berusaha akan

selalu membawa perubahan bagi petani dalam mengelola usahataninya.


42

5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga merupakan anggota keluarga yang tinggal

satu rumah dimana dalam memenuhi kebutuhan hidupnya berada dalam satu unit

manajemen. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga berarti semakin besar

pula usaha yang dilakukan oleh seorang petani dalam membantu keluarga untuk

memenuhi kebutuhan hidup mereka, tetapi jika anggota keluarga tersebut telah

cukup produktif, maka pertambahan anggota keluarga akan mengurangi beban

keluarga dalam mengatasi pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Jumlah

tanggungan keluarga responden petani dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Karateristik Petani Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa


Laanoipi Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton Utara Tahun 2018
Tanggungan Keluarga (orang) Jumlah
No. Jenis Tanaman
Kecil (1-4)) Besar (> 4) (Orang)
1. Padi Gogo 19 1 20
2. Jagung 21 1 22
3. Ubi Kayu 13 2 15
Sumber: Data Primer, 2018

Tabel 10 menunjukkan, bahwa jumlah tanggungan untuk masing-masing

responden petani lebih dominan pada keluarga kecil. Berdasarkan hasil penelitian

bahwa jumlah tanggungan keluarga masyarakat Desa Laanoipi termasuk dalam

kategori keluarga kecil, sehingga pengeluaran petani dari hasil yang didapatkan

dari usahatani juga lebih kecil.

5.1.5 Penggunaan Luas Lahan

Luas lahan garap yang dikelola oleh setiap petani akan berpengaruh

terhadap perolehan hasil panen. Semakin luas lahan usahatani yang dipergunakan

akan memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk memperoleh hasil panen yang

lebih besar, dan sebaliknya kepemilikan luas lahan yang dimiliki oleh petani tidak
43

dapat ditambah lagi karena ketersediaan areal lahan yang dapat digunakan untuk

memperluas lahan sangat terbatas. Luas lahan yang dimiliki oleh responden petani

di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Penggunaan Lahan pada Usahatani di Desa Laanoipi Kecamatan


Bonegunu Kabupaten Buton Utara Tahun 2018
Luas Lahan (Ha) Jumlah
No. Jenis Tanaman < 0,5 0,5-1 Responden
> 1 (Luas)
(Sempit) (Sedang) (Orang)
1. Padi Gogo - 4 16 20
2. Jagung - 14 8 22
3. Ubi Kayu 3 12 - 15
Sumber: Data Primer, 2018

Tabel 11 menunjukkan bahwa petani di Desa Laanoipi lebih dominan

mengelola lahan > 1 ha (lahan luas) untuk padi gogo sedangkan penggunaan

lahan 0,5 -1 ha (lahan sedang) unntuk usahatani jagung dan ubi kayu. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa lahan yang di kelola oleh petani responden di

Desa Laanoipi Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton Utara lebih dominan

dalam kategori lahan sedang untuk jagun dan ubi kayu dan lahan luas untuk padi

gogo.

Pengolahan lahan dilakukan beberapa hari sebelum penanaman untuk padi

gogo, jagung dan ubi kayu. Pengolahan lahan untuk padi gogo, jagung dan ubi

kayu terdapat dua cara yang dilakukan petani yaitu pengolahan dengan

menggunakan alat sederhana (cangkul dan parang) kemudian membuat lubang-

lubang untuk penanaman dan pupuk. Pupuk yang diberikan petani adalah pupuk

urea. Tenaga kerja yang banyak digunakan pada saat pengolahan lahan adalah

tenaga kerja pria.


44

5.1.6 Penggunaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting

dalam pengelolaan kegiatan usahatani. Ketersediaan tenaga kerja yang cukup dan

produktif dapat menentukan keberhasilan suatu usahatani. Tenaga kerja yang

digunakan dalam usahatani padi gogo, jagung dan ubi kayu di daerah penelitian

terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga (sewa).

Jumlah penggunaan tenaga kerjadi daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Padi Gogo, Jagung
dan Ubi Kayu di Desa Laanoipi Kecamatan Bonegunu Kabupaten
Buton Utara Tahun 2018
Penggunaan Tenaga Kerja (HOK)
No. Jenis Tanaman
Tertinggi Terendah Rata-Rata
1. Padi Gogo 5 3 4
2. Jagung 5 3 3,95
3. Ubi Kayu 5 3 3,93
Sumber: Data Primer, 2018

Data Tabel 12 menunjukan bahwa rata-rata penggunaan tenaga kerja pada

usahatani padi gogo sebanyak 4 HOK, jagung sebayak 3,95 HOK dan ubi kayu

sebesar 3,93 HOK. Hal ini menunjukkan bahwa petani di Desa Laanoipi pada

umumnya sudah menggunakan tenaga kerja yang tersedia secara optimal.

Usahatani padi gogo, jagung dan ubi kayu yang dilakukan di Desa Laanoipi

menggunakan tenaga kerja yang berbeda jumlahnya. Perbedaan penggunaan

tenaga kerja diakibatkan minimnya pendapatan sehingga para petani mengerjakan

usahataninya sendiri agar pendapatan diperoleh sendiri. Penggunaan tenaga kerja

pada usahatani padi gogo, jagung dan ubi kayu di daerah penelitian lebih banyak

digunakan pada saat kegiatan pengolahan tanah, penanaman, dan pemanenan, dan

tenaga kerja yang banyak digunakan dalam berusahatani padi gogo, jagung dan
45

ubi kayu adalah tenaga kerja pria, sedangkan tenaga kerja wanita banyak

berpartisipasi pada saat kegiatan pemanenan.

Tenaga kerja yang digunakan berasal dari tenaga kerja dalam dan luar

keluarga yang terdiri dari tenaga kerja pria dan wanita. Upah tenaga kerja di Desa

Laanoipi rata-rata Rp 80.000/HOK.

5.1.7 Penggunaan Benih

Benih merupakan sarana produksi yang mutlak diperlukan dalam

berusahatani dan menjadi salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya

produksi yang akan dihasilkan dalam berusahatani. Jumlah bibit yang digunakan

petani dapat mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan. Jumlah penggunaan

bibit oleh responden petani di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Jumlah Penggunaan Benih pada Usahatani Padi Gogo, jagung dan Ubi
Kayu di Desa Laanoipi Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton Utara
Tahun 2018
Penggunaan Benih (Unit/Ha)
No. Jenis Tanaman Satuan
Tertinggi Terendah Rata-Rata
1. Padi Gogo 45 30 36,3 Kg/ha
2. Jagung 28 19 21,82 Kg/ha
3. Ubi Kayu 7.000 4.000 5.067 Batang/ha
Sumber: Data Primer, 2018

Tabel 13 menunjukan rata-rata penggunaan bibit padi gogo adalah 36,3

kg/ha, jagung sebesar 21,82 kg/ha dan ubi kayu adalah sebesar 5.067 pohon/ha.

Tinggi rendahnya penggunan bibit tergantung pada luas lahan yang dimiliki petani.

Bagi petani yang memiliki lahan luas, maka jumlah bibit yang digunakan juga

lebih banyak dibandingkan petani yang memiliki lahan yang sempit.

Harga bibit rata-rata yang digunakan petani untuk padi gogo Rp 16.000/kg,

bibit jagung Rp 8.000/kg dan bibit ubi kayu Rp 250/batang. Petani rata-rata
46

mengeluarkan biaya untuk benih padi gogo sebesar Rp 580.000 per 12.000 m2

jagung sebesar Rp 174.545 per 10.000 m2 dan ubi kayu sebesar Rp 1.266.667 per

5.000 m2.

Bibit padi godo, jagung dan ubi kayu dipersiapkan sebelum dilakukannya

penanaman. Bibit yang dipakai untuk jagung yaitu bibit jagung hibrida dan lokal.

Bibit yang digunakan petani diperoleh dengan membelinya. Bibit yang dipilih

yaitu jenis unggul. Pemilihan bibit sangatlah perlu diperhatikan karena bibit yang

baik dapat memberikan hasil yang baik.

5.1.8 Penggunaan Pupuk

Pemupukan merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan hasil

produksi yang diperoleh. Pemberian pupuk penting dilakukan karena tanah tidak

dapat menyediakan kebutuhan optimal bagi tanaman. Pupuk yang digunakan oleh

petani di daerah penelitian beragam. Pemupukan biasanya dilakukan 1-2 kali

pemupukan dalam setahun, tergantung dari tingkat pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Jumlah penggunaan pupuk di daerah penelitian dapat

dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Jumlah Penggunaan Pupuk pada Usahatani Padi Gogo, Jagung dan Ubi
Kayu di Desa Laanoipi Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton Utara
Tahun 2018
Penggunaan Pupuk (Kg/Ha)
No. Jenis Tanaman
Tertinggi Terendah Rata-Rata
1. Padi Gogo 50 15 7,3
2. Jagung 25 15 4,09
3. Ubi Kayu 25 15 6
Sumber: Data Primer, 2018

Tabel 14 menunjukkan bahwa rata-rata penggunaan pupuk pada tanaman

padi gogo sebanyak 7,3 kg/ha, jagung sebayak 4,09 kg/ha dan ubi kayu sebesar 6
47

kg/ha. Penggunaan pupuk oleh Petani di Desa Laanoipi masih sangat kurang.

Penggunaan pupuk oleh petani di daerah penelitian sebagian besar tidak

menggunakan pupuk dan tidak menggunakan dosis pupuk sesuai yang di anjurkan

dan hanya dilakukan sekali. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan

tentang manfaat penggunaan pupuk. Pemberian pupuk dilakukan dengan

menyebar. Jenis pupuk yang digunakan petani adalah pupuk urea. Harga pupuk

urea yang di gunakan petani yaitu Rp 15.000/ Kg. Petani rata-rata mengeluarkan

biaya untuk pupuk padi gogo sebesar Rp 108.750 per 12.000 m2, jagung sebesar

Rp 61.364 per 10.000 m2 dan ubi kayu sebesar Rp 90.000 per 5.000 m2.

5.2 Biaya Usahatani

Biaya usahatani padi gogo, jagung dan ubi kayu diartikan sebagai besarnya

biaya yang dikeluarkan oleh petani sampel untuk memproduksi suatu produk

dalam mengolah tanaman padi gogo, jagung dan ubi kayu miliknya, baik itu biaya

pupuk, biaya benih, biaya tenaga kerja dan lain-lain. Biaya usahatani dibagi

menjadi 2 yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

5.2.1 Biaya Tetap

Biaya tetap (fixed cost) merupakan biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi

oleh besarnya produksi. Menurut Tuwo (2011), yang terdiri dari biaya tetap yaitu

pajak, penyusutan alat-alat produksi, bunga pinjaman, sewa tanah, dan lain-lain.

Berdasarkan hasil penelitian, biaya yang dihitung adalah biaya penyusutan alat

pertanian. Penyusutan alat merupakan modal yang dikeluarkan oleh petani

berdasarkan pemakaian alat tersebut. Berikut merupakan biaya tetap petani

sampel dapat dilihat pada Tabel 15 berikut:


48

Tabel 15. Rata-Rata Biaya Tetap (Penyusutan Alat) pada Usahatani Padi Gogo,
Jagung dan Ubi Kayu di Desa Laanoipi Kecamatan Bonegunu
Kabupaten Buton Utara Tahun 2018
Total Biaya
No Jenis Tanaman Alat Biaya (Rp)
(Rp/MT)
1. Padi Gogo  Parang 28.167 49.621
 Cangkul 5.321
 Arit 16.133

2. Jagung  Parang 26.977 32.094


 Cangkul 5.117

3. Ubi Kayu  Parang 29.811 35.465


 Cangkul 5.654

Berdasarkan Tabel 15 menunjukan bahwa terdapat rata-rata penggunaan

biaya penyusutan alat dalam usahatani padi gogo sebesar Rp 49.621/MT, jagung

sebesar Rp 32.094/MT dan ubi kayu sebesar Rp 35.465/MT. Tinggi rendahnya

biaya alat dikarenakan pada harga beli persatuan dan lamanya alat usahatani

digunakan oleh petani.

5.2.2 Biaya Variabel

Biaya variabel sifatnya berubah sesuai dengan besarnya produksi. Biaya

variabel adalah biaya yang mewakili jumlah biaya-biaya untuk faktor-faktor

produksi variabel. Biaya ini dapat berbentuk tunai, barang atau nilai jasa dan kerja

sesungguhnya tidak dibayarkan. Termasuk kedalam biaya variabel antara lain

benih, pupuk dan upah tenaga kerja, jagung dan ubi kayu seperti pupuk. Adapun

rata-rata biaya variabel pada usahatani padi gogo, jagung dan ubi kayu dapat

dilihat pada Tabel 16 berikut:


49

Tabel 16. Rata-Rata Biaya Variabel pada Usahatani Padi Gogo, Jagung dan Ubi
Kayu di Desa Laanoipi Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton Utara
Tahun 2018
Total Biaya Variabel
No Jenis Tanaman Faktor Pembagi Biaya (Rp)
(Rp/ha/MT)
1. Padi Gogo  Tenaga Kerja 316.000 1.004.750
 Pupuk 108.750
 Benih 580.000

2. Jagung  Tenaga Kerja 316.364 552.273


 Pupuk 61.364
 Benih 174.545

3. Ubi Kayu  Tenaga Kerja 314.667 1.581.333


 Benih 1.266.667

Berdasarkan Tabel 16 menunjukan bahwa terdapat rata-rata penggunaan

biaya variabel oleh petani dalam usahatani padi gogo sebesar Rp 1.004.750/MT,

jagung sebesar Rp 552.273/MT dan ubi kayu sebesar Rp 1.581.333/MT. Tinggi

rendahnya biaya variabel dikarenakan pada penggunaan lahan, pupuk dan benih

usahatani yang digunakan oleh petani.

5.2.3 Total Biaya

Total biaya merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam

usahatani padi gogo, jagung dan ubi kayu di daerah penelitian. Total biaya

diperoleh dengan menjumlahkan antara total biaya tetap dan total biaya variabel.

Berikut merupakan rata-rata total biaya usahatani padi gogo, jagung dan ubi kayu

di daerah penelitian pada Tabel 17.


50

Tabel 17. Rata-Rata Total Biaya Pada Usahatani Padi Gogo, Jagung dan Ubi
Kayu di Desa Laanoipi Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton Utara
Tahun 2018
Biaya (Rp/MT) Total Biaya
No. Jenis Tanaman
Biaya Tetap Biaya Variabel (Rp/MT)
1. Padi Gogo 30.050 1.004.750 1.034.800
2. Jagung 17.591 552.273 569.864
3. Ubi Kayu 17.933 1.581.333 1.616.798

Berdasarkan Tabel 17 menunjukan bahwa terdapat rata-rata penggunaan

biaya oleh petani dalam usahatani padi gogo sebesar Rp 1.034.800/MT, jagung

sebesar Rp 559.864/MT dan ubi kayu sebesar Rp 1.616.798/MT. Hal ini

menunjukan bahwa petani di daerah penelitian memiliki keinginan untuk

menghasilkan produksi yang optimal.

5.3 Penerimaan Usahatani

Penerimaan menurut Suratiyah (2015) adalah perkalian antara produksi

dengan harga jual, besarnya penerimaan yang diterima oleh petani untuk setiap

rupiah yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi usahatani dipengaruhi oleh

jumlah produksi yang dihasilkan dan usahatani semakin besar sebaliknya,

semakin rendah jumlah produksi dan harga satuan produksi yang dihasilkan maka

penerimaan usahatani semakin kecil.

Tabel 18. Rata-Rata Total Produksi dan Penerimaan Usahatani Padi Gogo,
Jagung dan Ubi Kayu di Desa Laanoipi Kecamatan Bonegunu
Kabupaten Buton Utara Tahun 2018
Produksi Harga Satuan Penerimaan
No Jenis Tanaman
(Kg/ha) (Rp) (Rp/ha/MT)
1. Padi Gogo 328 26.000 9.392.500
2. Jagung 534 8.000 4.269.818
3. Ubi Kayu 2.424 1.500 3.636.500

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diperoleh hasil rata-rata produksi

padi gogo sebanyak kg/ha dengan rata-rata harga sebesar Rp 26.000/kg, jagung
51

kg/ha dengan rata-rata harga sebesar Rp 8.000/kg dan ubi kayu sebanyak 1.989

kg/ha dengan rata-rata harga sebesar Rp 1.500/kg. Berdasarkan produksi dan

harga jual persatuan produksi didapat hasil rata-rata penerimaan usahatani padi

gogo sebesar Rp 9.392.500/ha/MT, jagung sebesar Rp 4.269.818/ha/MT dan ubi

kayu sebesar Rp 3.636.500/ha/MT. Besar kecilnya penerimaan petani di daerah

penelitian bervariasi tergantung dengan banyaknya produksi padi gogo, jagung

dan ubi kayu yang dihasilkan serta harga jual yang berlaku saat itu.

5.4 Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani dan

semua biaya produksi usahatani padi gogo, jagung dan ubi kayu selama proses

produksi ataupun biaya yang dibayarkan. Adapun rata-rata pendapatan usahatani

padi gogo, jagung dan ubi kayu dapat dilihat pada Tabel 19 berikut.

Tabel 19. Analisis Pendapatan Usahatani Jagung dan Ubi kayu Di Desa Laanoipi
No Uraian Padi Gogo Jagung Ubi kayu
1. Penerimaan (Rp/musim/ha) 9.392.500 4.269.818 3.636.500

a. Biaya Variabel (Rp)


i. Benih 580.000 174.545 1.266.667
ii. Pupuk 108.750 61.364 -
iii. Tenaga Kerja 316.000 316.364 314.667
b. Biaya Tetap
i. Parang 28.167 26.977 13.667
ii. Cangkul 5.321 5.117 5.654
iii. Arit 16.133 - -
2. Total Biaya 1.054.371 584.367 1.616.798
3. Pendapatan 8.338.129 3.685.451 2.019.702

Dari Tabel 19 dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan usahatani di

daerah penelitian adalah padi gogo sebesar Rp 8.338.129/ha/MT, jagung sebesar

Rp 3.685.451/ha/MT dan ubi kayu Rp 2.019.702/ha/MT. Dari data tersebut


52

terlihat bahwa total penerimaan lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan, hal

ini berarti penerimaan petani dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan dalam

proses produksi usahatani padi gogo, jagung dan ubi kayu di daerah penelitian.

Hasil rata-rata pendapatan petani responden cukup besar untuk digunakan

menutupi kebutuhan hidup dan menunjang keuangan rumah tangga petani dikala

terpuruknya harga komoditi pertanian utama petani sampel di daerah penelitian.


53

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pendapatan usahatani pada lahan kering di

Desa Laanoipi Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton Utara, yaitu rata-rata

pendapatan padi gogo sebesar Rp 8.338.129/MT dengan jumlah hasil produksi

sebesar 328 kg/ha, pendapatan jagung sebesar Rp 3.685.451/MT dengan jumlah

hasil produksi sebesar 534 kg/ha dan pendapatan ubi kayu sebesar Rp

2.019.702/MT dengan jumlah hasil produksi sebesar 2.424 kg/ha di Desa

Laanoipi Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton Utara.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka saran yang dapat

diberikan di daerah penelitian yaitu:

a. Untuk meningkatkan jumlah produksi usahatani yang nantinya akan

meningkatkan pendapatan, maka perlunya dilakukan perawatan terhadap

tanaman yang sesuai dengan petunjuk budidaya yang telah dianjurkan seperti

menggunakan benih yang baik, pemberian pupuk dan penggunaan pestisida

sesuai dengan anjuran teknis budidaya.

b. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini hanya menggunakan data pada

pengamatan sesaat saja sehingga masih memerlukan sebaran penyajian data.

Oleh karena itu, untuk memperoleh informasi yang lebih akurat perlu

dilakukan penelitian kembali dengan menggunakan data time series dan

berdasarkan hasil penelitian bahwa variabel yang ditentukan dalam penelitian

ini hanya mampu menerangkan variabel pendapatan sebagai variabel terikat


54

masih terbilang rendah, oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian yang sama

dengan penggunaan variabel lainnya.


55

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrodjak. 1996. Evaluasi Proyek. Bandung: Gramedia.

Anonim. 2007. Prospek Dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit.


Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Anwar A. dan B. Nasendi. 1985. Program Linier dan Variasinya. Jakarta:


Gramedia.

Badan Pusat Statistik. 2014. Luas Lahan di Indonesia Tahun 2009-2013. BPS.
Jakarta.

Bronson. 1991. Teori dan Soal-Soal Operations Research. Jakarta: Erlangga.

Case Management Society of America. 2006. Case Management Adherence


Guideline. USA.

Damayanti. 2010. Presepsi Petani Terhadap Budidaya Wijen Di Kabupaten


Sukoharjo. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Daniel, Moehar. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT. Buni Aksara.

Devendra C. 1977. Cassava as a Feed Source for Ruminants. In: Nestle B. And
Graham, M. Cassava as Animal Feed. IDRC. Canada.

Effendi S. dan Sulistiati. 1991. Bercocok Tanam Jagung. Jakarta: CV Yasaguna.

Fagi, A.M. dan Irsal Las. 1988. Lingkungan Tumbuh Padi. Padi. Buku 1. Badan
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Hlm 167-214

Fred, L. 2013. Revisitasi Lahan Kering. Jakarta: JP II Publising House.

Gaja, D. D. 2016. Analisis Pendapatan Petani Nanas di Desa Tangkit Baru


Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi. Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Jambi. Jambi.

Hadisaputra. 1973. Biaya dan Pendapatan Di Dalam Usahatani. Departamen


Ekonomi Pertanian UGM. Yogyakarta.

Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. CV Andi offset. 308 hlm.

Haris. 2013. Wawancara Observasi dan Fokus Groups Sebagai Instrumen


Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press.
56

Jayadinata, T. J. 1999. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan


Perkotaan dan Wilayah. Institut Teknologi Bandung.

Khalik dkk. 2013. Optimasi Pola Tanam Usahatani Sayuran Selada Dan Sawi Di
Daerah Produksi Padi. Jurnal Agrisep 1 (14) Halaman: 19 - 27.

Manurung dan Ismunadji. 1988. Morfologi dan Fisiologi Padi. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Bogor. 55 – 102.

Mosher, AT. 1985. Menciptakan Struktur Pedesaan Progresif. Disunting oleh


Rochim Wirjoniodjojo. Jakarta: Yasaguna.

Mosher. 1968. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Jakarta: Jayaguna.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Pendidikan dan


Penerangan Ekonomi dan Sosial. Jakarta.

Muthiah, Ridla. 2004. Optimalisasi Usahatani Tanaman dan Ternak Kambing-


Domba di Desa Pasawahan Kecamatan Kabupaten Sukabumi. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Najiyati. 2000. Palawija, Budidaya Dan Analisis Usahatani. Jakarta: Penebar


Swadaya.

Padmowiharjo, S. 2001. Masalah Khusus. Universitas Terbuka.

Prihatman, K. 2000. Tentang Budidaya Pertanian: Kedelai. Deputi Menegristek


Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.

Purnomo dan Heni, P. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Jakarta:
Penebar Swadaya.

Rezkiyanti P. 2000. Uji Potensi Hasil Beberapa Galur Padi Gogo (Oryza sativa L.)
pada beberapa tingkat naungan. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian.
Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Shinta, A. 2011. Ilmu Usahatani. Magelang: Universitas Brawijaya Press.

Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi : Dengan Pokok Bahasan analisis


Fungsi Cobb-Douglas. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani . Jakarta: UI-Press.

Soekartawi. 2016. Analisis Usahatani. Jakarta: Universitas Indonesia.


57

Sumarwan, Ujang. 2004. Perilaku Konsumen Teori Dan Penerapannya Dalam


Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Suprapto HS. 1991. Bertanam Jagung. Jakarta: Penebar Swadaya.

Suratiyah. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Taha. 1996. Riset Operasi Edisi Kelima. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Winardi. 1999. Pengantar Manajemen Penjualan. PT Citra Aditya Bakti.


Bandung.
58

Lampiran 1.

IDENTITAS RESPONDEN USAHATANI PADI GOGO DI DESA LAANOIPI


KECAMATAN BONEGUNU KABUPATEN BUTON UTARA
TAHUN 2018

Tanggungan Pengalaman Luas


Jenis
NO. Nama Umur Pend. Keluarga Berusahatani Lahan
Kelamin
(Jiwa) (Tahun) (Ha)
1 DOLOF L 45 SD 4 20 1,00
2 UDO L 50 SD 3 20 1,10
3 RAMLAN L 51 SD 4 22 1,20
4 MPELE L 45 SD 5 19 1,00
5 RAHMAN L 42 SLTP 4 20 1,20
6 HERMAN L 55 SD 3 23 1,10
7 ISLAMI L 56 SD 2 30 1,20
8 TUNDAN L 39 SLTA 2 4 1,25
9 ANDRI L 30 SLTA 3 4 1,00
10 PURNOMO L 57 SD 4 20 1,20
11 RIFAL L 60 SD 2 36 1,20
12 KERA L 29 SMP 4 4 1,10
13 FION L 55 SD 3 10 1,20
14 BONI L 46 SLTA 4 24 1,30
15 BAIDIN L 60 SD 4 37 1,20
16 MBOUNE L 56 SD 3 38 1,50
17 KUCA L 58 SD 2 26 1,00
18 JUSRIN L 32 SLTA 2 12 1,20
19 LANGITA L 56 SD 2 35 1,15
20 TAMA L 57 SD 3 33 1,20
Jumlah 979 63 437 23,30
Rerata 49 3 22 1,17
59

Lanjutan Lampiran 1.

RINCIAN BIAYA VARIABEL USAHATANI PADI GOGO DI DESA LAANOIPI KECAMATAN BONEGUNU
KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2018

Biaya Variabel
Benih Pupuk Tenaga Kerja Total Biaya
NO.
Jumlah Jumlah Harga (Rp/MT)
Harga (Rp) Total (Rp) Jumlah Harga (Rp) Total (Rp) Total (Rp)
(Kg) (HKP) (Rp/HOK)
1 30 16.000 480.000 25 15.000 375.000 3 80.000 240.000 1.095.000
2 34 16.000 544.000 0 15.000 0 3 80.000 240.000 784.000
3 38 16.000 608.000 0 15.000 0 3 80.000 240.000 848.000
4 30 16.000 480.000 15 15.000 225.000 4 80.000 320.000 1.025.000
5 38 16.000 608.000 0 15.000 0 4 80.000 320.000 928.000
6 35 16.000 560.000 15 15.000 225.000 3 80.000 240.000 1.025.000
7 38 16.000 608.000 0 15.000 0 4 80.000 320.000 928.000
8 40 16.000 640.000 15 15.000 225.000 5 80.000 400.000 1.265.000
9 30 16.000 480.000 0 15.000 0 5 80.000 400.000 880.000
10 38 16.000 608.000 0 15.000 0 5 80.000 400.000 1.008.000
11 38 16.000 608.000 0 15.000 0 3 80.000 240.000 848.000
12 34 16.000 544.000 50 15.000 750.000 3 80.000 240.000 1.534.000
13 34 16.000 544.000 0 15.000 0 5 80.000 400.000 944.000
14 42 16.000 672.000 0 15.000 0 5 80.000 400.000 1.072.000
15 38 16.000 608.000 25 15.000 375.000 4 80.000 320.000 1.303.000
16 45 16.000 720.000 0 15.000 0 4 80.000 320.000 1.040.000
17 30 16.000 480.000 0 15.000 0 4 80.000 320.000 800.000
18 38 16.000 608.000 0 15.000 0 4 80.000 320.000 928.000
19 37 16.000 592.000 0 15.000 0 4 80.000 320.000 912.000
20 38 16.000 608.000 0 15.000 0 4 80.000 320.000 928.000
Jumlah 725 320.000 11.600.000 145 300.000 2.175.000 79 1.600.000 6.320.000 20.095.000
Rerata 36 16.000 580.000 7 15.000 108.750 4 80.000 316.000 1.004.750
60
61

Lanjutan Lampiran 1.

RINCIAN BIAYA PENYUSUTAN ALAT USAHATANI PADI GOGO DI DESA LAANOIPI KECAMATAN BONEGUNU KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2018

Biaya Tetap
Parang Cangkul Arit Total
No Umur Biaya Umur Biaya Umur Biaya Biaya
Jumlah Harga Beli Nilai Sisa Jumlah Harga Beli Jumlah Harga Beli Nilai Sisa (Rp)
Ekonomis Penyusutan Nilai Sisa (Rp) Ekonomis Penyusutan Ekonomis Penyusuta
(Unit) (Rp/Unit) (Rp) (Unit) (Rp/Unit) (Unit) (Rp/Unit) (Rp)
(Tahun) (Rp) (Tahun) (Rp) (Tahun) n (Rp)
1 2 100.000 60.000 5 16.000 1 75.000 50.000 7 3.571 3 30.000 13.000 6 8.500 28.071
2 2 85.000 55.000 4 15.000 1 80.000 45.000 7 5.000 3 35.000 15.000 6 10.000 30.000
3 2 85.000 50.000 4 17.500 1 80.000 50.000 5 6.000 3 30.000 10.000 6 10.000 33.500
4 3 95.000 60.000 5 21.000 1 80.000 45.000 5 7.000 4 30.000 15.000 4 15.000 43.000
5 3 95.000 60.000 6 17.500 1 75.000 55.000 6 3.333 4 45.000 14.000 5 24.800 45.633
6 2 85.000 40.000 5 18.000 1 75.000 40.000 6 5.833 3 30.000 10.000 4 15.000 38.833
7 3 85.000 40.000 3 45.000 1 85.000 55.000 6 5.000 4 30.000 10.000 5 16.000 66.000
8 3 80.000 40.000 3 40.000 2 75.000 55.000 6 6.667 5 40.000 15.000 4 31.250 77.917
9 3 85.000 40.000 3 45.000 1 75.000 45.000 4 7.500 5 40.000 15.000 4 31.250 83.750
10 3 85.000 40.000 3 45.000 1 75.000 55.000 5 4.000 5 40.000 15.000 5 25.000 74.000
11 2 100.000 50.000 5 20.000 1 75.000 40.000 5 7.000 3 30.000 12.000 7 7.714 34.714
12 2 85.000 45.000 5 16.000 1 70.000 50.000 7 2.857 3 30.000 12.000 5 10.800 29.657
13 4 85.000 45.000 3 53.333 1 70.000 50.000 5 4.000 5 35.000 20.000 4 18.750 76.083
14 4 90.000 45.000 5 36.000 1 75.000 50.000 6 4.167 5 30.000 15.000 5 15.000 55.167
15 3 90.000 45.000 5 27.000 1 75.000 50.000 5 5.000 4 35.000 20.000 4 15.000 47.000
16 3 90.000 45.000 3 45.000 1 75.000 55.000 4 5.000 4 30.000 15.000 5 12.000 62.000
17 3 90.000 60.000 5 18.000 1 70.000 35.000 5 7.000 4 30.000 15.000 5 12.000 37.000
18 3 85.000 60.000 3 25.000 1 80.000 50.000 4 7.500 4 40.000 18.000 5 17.600 50.100
19 3 80.000 50.000 5 18.000 1 80.000 55.000 5 5.000 4 30.000 15.000 4 15.000 38.000
20 3 85.000 60.000 3 25.000 1 75.000 50.000 5 5.000 4 30.000 15.000 5 12.000 42.000
Jumlah 56 1.760.000 990.000 83 563.333 21 1.520.000 980.000 108 106.429 79 670.000 289.000 98 322.664 992.426
Rerata 3 88.000 49.500 4 28.167 1 76.000 49.000 5 5.321 4 33.500 14.450 5 16.133 49.621
Lanjutan Lampiran 1.

PRODUKSI, PENERIMAAN DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI GOGO


DI DESA LAANOIPI KECAMATAN BONEGUNU KABUPATEN BUTON UTARA
TAHUN 2018

Harga Biaya Biaya Biaya


Produksi Penerimaan Pendapatan
No. Satuan Tetap Variabel Produksi
(Kg) (Rp) (Rp/MT)
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

1 350 26.000 9.100.000 28.071 1.095.000 1.123.071 7.976.929


2 370 26.000 9.620.000 30.000 784.000 814.000 8.806.000
3 360 26.000 9.360.000 33.500 848.000 881.500 8.478.500
4 300 26.000 7.800.000 43.000 1.025.000 1.068.000 6.732.000
5 360 26.000 9.360.000 45.633 928.000 973.633 8.386.367
6 350 26.000 9.100.000 38.833 1.025.000 1.063.833 8.036.167
7 370 26.000 9.620.000 66.000 928.000 994.000 8.626.000
8 380 26.000 9.880.000 77.917 1.265.000 1.342.917 8.537.083
9 320 26.000 8.320.000 83.750 880.000 963.750 7.356.250
10 360 26.000 9.360.000 74.000 1.008.000 1.082.000 8.278.000
11 370 26.000 9.620.000 34.714 848.000 882.714 8.737.286
12 350 26.000 9.100.000 29.657 1.534.000 1.563.657 7.536.343
13 365 26.000 9.490.000 76.083 944.000 1.020.083 8.469.917
14 390 26.000 10.140.000 55.167 1.072.000 1.127.167 9.012.833
15 360 26.000 9.360.000 47.000 1.303.000 1.350.000 8.010.000
16 415 26.000 10.790.000 62.000 1.040.000 1.102.000 9.688.000
17 297 26.000 7.722.000 37.000 800.000 837.000 6.885.000
18 380 26.000 9.880.000 50.100 928.000 978.100 8.901.900
19 380 26.000 9.880.000 38.000 912.000 950.000 8.930.000
20 398 26.000 10.348.000 42.000 928.000 970.000 9.378.000
Jumlah 7.225 520.000 187.850.000 992.426 20.095.000 21.087.426 166.762.574
Rerata 328 26.000 9.392.500 49.621 1.004.750 1.054.371 8.338.129
Lampiran 2.

IDENTITAS RESPONDEN USAHATANI JAGUNG DI DESA LAANOIPI


KECAMATAN BONEGUNU KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2018

Tanggungan Pengalaman Luas


Jenis
NO. Nama Umur Pend. Keluarga Berusahatani Lahan
Kelamin
(Jiwa) (Tahun) (Ha)
1 KIDI L 60 SD 2 35 1,00
2 MBOTA L 34 SLTA 2 9 1,00
3 UMAR L 61 SD 2 31 0,90
4 DASI L 58 SD 3 30 1,00
5 OLO L 55 SLTA 4 27 1,00
6 MIDA L 56 SD 3 33 1,10
7 RAHIM L 35 SLTA 2 25 1,20
8 TEITE L 57 SD 3 31 1,25
9 EMPEDU L 35 SLTA 3 5 1,00
10 AMATIR L 35 SLTA 3 5 1,20
11 HAMDAN L 29 SLTP 3 3 1,20
12 DENAN H. L 34 SLTA 2 6 1,10
13 SUDAR L 45 SD 3 16 1,10
14 MBOU L 49 SLTA 3 14 1,30
15 ISMAIL L 50 SLTP 4 21 1,00
16 DIWAN L 47 SD 5 24 0,90
17 LA ADE L 47 SLTA 2 19 1,00
18 SEDA L 46 SLTA 3 15 1,00
19 LA EA L 48 SD 3 22 1,00
20 LA TERI L 41 SD 3 26 1,00
21 ISMAN L 38 SD 2 9 0,90
22 LD. GUDE L 44 SLTP 3 17 0,90
Jumlah 1.004 63 423 23,05
Rerata 46 3 19 1,05
Lanjutan Lampiran 2.

RINCIAN BIAYA VARIABEL USAHATANI JAGUNG DI DESA LAANOIPI KECAMATAN BONEGUNU


KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2018

Biaya Variabel
Benih Pupuk Tenaga Kerja Total Biaya
NO.
Jumlah Jumlah Jumlah Harga (Rp/MT)
Harga (Rp) Total (Rp) Harga (Rp) Total (Rp) Total (Rp)
(Kg) (Kg) (HOK) (Rp/HOK)
1 20 8.000 160.000 20 15.000 300.000 3 80.000 240.000 700.000
2 20 8.000 160.000 0 15.000 0 3 80.000 240.000 400.000
3 19 8.000 152.000 0 15.000 0 3 80.000 240.000 392.000
4 20 8.000 160.000 15 15.000 225.000 4 80.000 320.000 705.000
5 20 8.000 160.000 0 15.000 0 4 80.000 320.000 480.000
6 22 8.000 176.000 15 15.000 225.000 3 80.000 240.000 641.000
7 25 8.000 200.000 0 15.000 0 4 80.000 320.000 520.000
8 27 8.000 216.000 15 15.000 225.000 5 80.000 400.000 841.000
9 20 8.000 160.000 0 15.000 0 5 80.000 400.000 560.000
10 25 8.000 200.000 0 15.000 0 5 80.000 400.000 600.000
11 26 8.000 208.000 0 15.000 0 3 80.000 240.000 448.000
12 23 8.000 184.000 0 15.000 0 3 80.000 240.000 424.000
13 24 8.000 192.000 0 15.000 0 5 80.000 400.000 592.000
14 28 8.000 224.000 25 15.000 375.000 5 80.000 400.000 999.000
15 21 8.000 168.000 0 15.000 0 4 80.000 320.000 488.000
16 20 8.000 160.000 0 15.000 0 4 80.000 320.000 480.000
17 20 8.000 160.000 0 15.000 0 4 80.000 320.000 480.000
18 20 8.000 160.000 0 15.000 0 4 80.000 320.000 480.000
19 20 8.000 160.000 0 15.000 0 4 80.000 320.000 480.000
20 20 8.000 160.000 0 15.000 0 4 80.000 320.000 480.000
21 20 8.000 160.000 0 15.000 0 4 80.000 320.000 480.000
22 20 8.000 160.000 0 15.000 0 4 80.000 320.000 480.000
Jumlah 480 176.000 3.840.000 90 330.000 1.350.000 87 1.760.000 6.960.000 12.150.000
Rerata 22 8.000 174.545 4 15.000 61.364 4 80.000 316.364 552.273
Lanjutan Lampiran 2.
RINCIAN BIAYA PENYUSUTAN ALAT USAHATANI JAGUNG DI DESA LAANOIPI KECAMATAN BONEGUNU
KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2018
Biaya Tetap
Parang Cangkul Total
No Harga Umur Biaya Umur Biaya Biaya
Jumlah Nilai Sisa Jumlah Harga Beli Nilai Sisa
Beli Ekonomis Penyusutan Ekonomis Penyusutan (Rp)
(Unit) (Rp) (Unit) (Rp/Unit) (Rp)
(Rp/Unit) (Tahun) (Rp) (Tahun) (Rp)
1 2 85.000 60.000 5 10.000 1 75.000 50.000 7 3.571 13.571
2 2 100.000 55.000 4 22.500 1 80.000 45.000 7 5.000 27.500
3 2 85.000 50.000 4 17.500 1 80.000 50.000 5 6.000 23.500
4 3 85.000 60.000 5 15.000 1 80.000 45.000 5 7.000 22.000
5 3 95.000 60.000 6 17.500 1 75.000 55.000 6 3.333 20.833
6 2 95.000 40.000 5 22.000 1 75.000 40.000 6 5.833 27.833
7 3 95.000 40.000 3 55.000 1 85.000 40.000 7 6.429 61.429
8 3 85.000 40.000 3 45.000 2 75.000 55.000 6 6.667 51.667
9 3 85.000 40.000 3 45.000 1 75.000 45.000 4 7.500 52.500
10 3 85.000 40.000 3 45.000 1 75.000 55.000 5 4.000 49.000
11 2 80.000 50.000 5 12.000 1 75.000 40.000 5 7.000 19.000
12 2 85.000 45.000 5 16.000 1 70.000 50.000 7 2.857 18.857
13 4 85.000 45.000 3 53.333 1 70.000 50.000 5 4.000 57.333
14 4 85.000 45.000 5 32.000 1 75.000 50.000 6 4.167 36.167
15 3 85.000 45.000 5 24.000 1 75.000 50.000 5 5.000 29.000
16 2 85.000 45.000 3 26.667 1 75.000 55.000 7 2.857 29.524
17 3 85.000 60.000 5 15.000 1 70.000 35.000 5 7.000 22.000
18 3 100.000 60.000 3 40.000 1 80.000 50.000 4 7.500 47.500
19 2 85.000 50.000 5 14.000 1 80.000 55.000 5 5.000 19.000
20 3 90.000 60.000 3 30.000 1 75.000 50.000 5 5.000 35.000
21 3 90.000 50.000 5 24.000 1 75.000 55.000 7 2.857 26.857
22 2 90.000 60.000 5 12.000 1 75.000 55.000 5 4.000 16.000
Jumlah 59 1.940.000 1.100.000 93 593.500 23 1.670.000 1.075.000 124 112.571 706.071
Rerata 3 88.182 50.000 4 26.977 1 75.909 48.864 6 5.117 32.094
Lanjutan Lampiran 2.

PRODUKSI, PENERIMAAN DAN PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA


LAANOIPI KECAMATAN BONEGUNU KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2018

Harga Biaya Biaya Biaya


Produksi Penerimaan Pendapatan
No. Satuan Tetap Variabel Produksi
(Kg) (Rp) (Rp/MT)
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 500 8.000 4.000.000 13.571 700.000 713.571 3.286.429
2 659 8.000 5.272.000 27.500 400.000 427.500 4.844.500
3 470 8.000 3.760.000 23.500 392.000 415.500 3.344.500
4 470 8.000 3.760.000 22.000 705.000 727.000 3.033.000
5 400 8.000 3.200.000 20.833 480.000 500.833 2.699.167
6 480 8.000 3.840.000 27.833 641.000 668.833 3.171.167
7 490 8.000 3.920.000 61.429 520.000 581.429 3.338.571
8 670 8.000 5.360.000 51.667 841.000 892.667 4.467.333
9 500 8.000 4.000.000 52.500 560.000 612.500 3.387.500
10 700 8.000 5.600.000 49.000 600.000 649.000 4.951.000
11 720 8.000 5.760.000 19.000 448.000 467.000 5.293.000
12 700 8.000 5.600.000 18.857 424.000 442.857 5.157.143
13 750 8.000 6.000.000 57.333 592.000 649.333 5.350.667
14 800 8.000 6.400.000 36.167 999.000 1.035.167 5.364.833
15 500 8.000 4.000.000 29.000 488.000 517.000 3.483.000
16 478 8.000 3.824.000 29.524 480.000 509.524 3.314.476
17 500 8.000 4.000.000 22.000 480.000 502.000 3.498.000
18 490 8.000 3.920.000 47.500 480.000 527.500 3.392.500
19 400 8.000 3.200.000 19.000 480.000 499.000 2.701.000
20 400 8.000 3.200.000 35.000 480.000 515.000 2.685.000
21 300 8.000 2.400.000 26.857 480.000 506.857 1.893.143
22 365 8.000 2.920.000 16.000 480.000 496.000 2.424.000
Jumlah 11.742 176.000 93.936.000 706.071 12.150.000 12.856.071 81.079.929
Rerata 534 8.000 4.269.818 32.094 552.273 584.367 3.685.451
Lampiran 3.

IDENTITAS RESPONDEN USAHATANI UBI KAYU DI DESA LAANOIPI


KECAMATAN BONEGUNU KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2018

Tanggungan Pengalaman Luas


Jenis
NO. Nama Umur Pend. Keluarga Berusahatani Lahan
Kelamin
(Jiwa) (Tahun) (Ha)
1 AMIRI L 42 SD 4 23 0,70
2 LA ARU L 41 SD 3 24 0,60
3 LA SEDIA L 40 SD 4 15 0,50
4 RAHMAN A. L 54 SD 4 33 0,50
5 SUHARNO L 39 SLTA 4 6 0,50
6 ARUSA L 41 SD 6 21 0,40
7 SAIDI L 42 SLTP 4 16 0,50
8 MARDANI L 33 SLTA 5 9 0,45
9 RUSDI L 55 SD 4 18 0,40
10 KASIM L 40 SD 3 20 0,50
11 BAUBA L 41 SD 3 19 0,50
12 WARU L 41 SD 4 21 0,50
13 LANGKULULI L 45 SD 4 24 0,50
14 OKE L 45 SD 2 22 0,50
15 NEENE L 45 SD 2 22 0,50
Jumlah 644 56 293 7,55
Rerata 43 4 20 0,50
Lanjutan Lampiran 3.

RINCIAN BIAYA VARIABEL USAHATANI UBI KAYU DI DESA LAANOIPI


KECAMATAN BONEGUNU KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2018

Biaya Variabel
Benih Tenaga Kerja Total Biaya
NO.
Jumlah Harga Jumlah Harga (Rp/MT)
Total (Rp) Total (Rp)
(Batang) (Rp) (HKP) (Rp/HKP)
1 7.000 250 1.750.000 3 80.000 240.000 1.990.000
2 6.500 250 1.625.000 3 80.000 240.000 1.865.000
3 5.000 250 1.250.000 3 80.000 240.000 1.490.000
4 5.000 250 1.250.000 4 80.000 320.000 1.570.000
5 5.000 250 1.250.000 4 80.000 320.000 1.570.000
6 4.000 250 1.000.000 3 80.000 240.000 1.240.000
7 5.000 250 1.250.000 4 80.000 320.000 1.570.000
8 4.500 250 1.125.000 5 80.000 400.000 1.525.000
9 4.000 250 1.000.000 5 80.000 400.000 1.400.000
10 5.000 250 1.250.000 5 80.000 400.000 1.650.000
11 5.000 250 1.250.000 3 80.000 240.000 1.490.000
12 5.000 250 1.250.000 3 80.000 240.000 1.490.000
13 5.000 250 1.250.000 5 80.000 400.000 1.650.000
14 5.000 250 1.250.000 5 80.000 400.000 1.650.000
15 5.000 250 1.250.000 4 80.000 320.000 1.570.000
Jumlah 76.000 3.750 19.000.000 59 1.200.000 4.720.000 23.720.000
Rerata 5.067 250 1.266.667 4 80.000 314.667 1.581.333
Lanjutan Lampiran 3.

RINCIAN BIAYA PENYUSUTAN ALAT USAHATANI UBI KAYU DI DESA LAANOIPI KECAMATAN BONEGUNU
KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2018

Biaya Tetap
Parang Cangkul Total
No Umur Biaya Umur Biaya Biaya
Jumlah Harga Beli Nilai Sisa Jumlah Harga Beli Nilai Sisa
Ekonomis Penyusutan Ekonomis Penyusutan (Rp)
(Unit) (Rp/Unit) (Rp) (Unit) (Rp/Unit) (Rp)
(Tahun) (Rp) (Tahun) (Rp)
1 2 95.000 50.000 5 18.000 1 80.000 45.000 5 7.000 25.000
2 2 95.000 40.000 3 36.667 1 75.000 55.000 6 3.333 40.000
3 2 85.000 40.000 4 22.500 1 75.000 40.000 6 5.833 28.333
4 3 85.000 40.000 3 45.000 1 85.000 40.000 7 6.429 51.429
5 3 85.000 40.000 3 45.000 1 75.000 55.000 6 3.333 48.333
6 2 80.000 50.000 5 12.000 1 75.000 45.000 4 7.500 19.500
7 3 85.000 45.000 5 24.000 1 75.000 55.000 5 4.000 28.000
8 3 85.000 45.000 3 40.000 2 75.000 40.000 5 14.000 54.000
9 3 85.000 45.000 5 24.000 1 70.000 50.000 7 2.857 26.857
10 3 85.000 45.000 5 24.000 1 70.000 50.000 5 4.000 28.000
11 2 85.000 45.000 3 26.667 1 75.000 50.000 6 4.167 30.833
12 2 85.000 40.000 5 18.000 1 75.000 50.000 5 5.000 23.000
13 4 100.000 60.000 3 53.333 1 75.000 55.000 7 2.857 56.190
14 4 85.000 50.000 5 28.000 1 70.000 35.000 5 7.000 35.000
15 3 90.000 60.000 3 30.000 1 80.000 50.000 4 7.500 37.500
Jumlah 41 1.310.000 695.000 60 447.167 16 1.130.000 715.000 83 84.810 531.976
Rerata 3 87.333 46.333 4 29.811 1 75.333 47.667 6 5.654 35.465
Lanjutan Lampiran 3.

PRODUKSI, PENERIMAAN DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU


DI DESA LAANOIPI KECAMATAN BONEGUNU KABUPATEN BUTON UTARA
TAHUN 2018
Harga Biaya Biaya Biaya
Produksi Penerimaan Pendapatan
No. Satuan Tetap Variabel Produksi
(Kg) (Rp) (Rp/MT)
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 5.000 1.500 7.500.000 25.000 1.990.000 2.015.000 5.485.000
2 4.000 1.500 6.000.000 40.000 1.865.000 1.905.000 4.095.000
3 2.600 1.500 3.900.000 28.333 1.490.000 1.518.333 2.381.667
4 1.740 1.500 2.610.000 51.429 1.570.000 1.621.429 988.571
5 1.700 1.500 2.550.000 48.333 1.570.000 1.618.333 931.667
6 1.800 1.500 2.700.000 19.500 1.240.000 1.259.500 1.440.500
7 1.700 1.500 2.550.000 28.000 1.570.000 1.598.000 952.000
8 1.700 1.500 2.550.000 54.000 1.525.000 1.579.000 971.000
9 1.500 1.500 2.250.000 26.857 1.400.000 1.426.857 823.143
10 1.500 1.500 2.250.000 28.000 1.650.000 1.678.000 572.000
11 1.800 1.500 2.700.000 30.833 1.490.000 1.520.833 1.179.167
12 4.500 1.500 6.750.000 23.000 1.490.000 1.513.000 5.237.000
13 3.025 1.500 4.537.500 56.190 1.650.000 1.706.190 2.831.310
14 2.000 1.500 3.000.000 35.000 1.650.000 1.685.000 1.315.000
15 1.800 1.500 2.700.000 37.500 1.570.000 1.607.500 1.092.500
Jumlah 36.365 22.500 54.547.500 531.976 23.720.000 24.251.976 30.295.524
Rerata 2.424 1.500 3.636.500 35.465 1.581.333 1.616.798 2.019.702
Lampiran 4.

DOKUMENTASI PENELITIAN

Peneliti Melakukan Wawancara Dengan Responden Mengenai uahatani Padi


Gogo

Peneliti Melakukan Wawancara Dengan Responden Mengenai Usahatani Jagung


Peneliti Melakukan Wawancara Dengan Responden Mengenai Uahatani Ubi
Kayu

Anda mungkin juga menyukai