Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

URAIAN SECARA LENGKAP TENTANG CARA BERFIKIR


DEDUKTIF DAN INDUKTIF

OLEH:

RITA SUKRIA
19050101081

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI
TAHUN 2023
Pola Berpikir Ilmiah

Berpikir ilmiah adalah cara yang digunakan oleh seseorang dengan

menggunakan beberapa tahapan untuk menghasilkan kesimpulan yang sah dari

tujuan yang di inginkan. Berpikir ilmiah bukan pemikiran yang asal-asalan, akan

tetapi berpikir ilmiah merupakan proses berpikir yang sistematis dan prosedural.

Untuk mempermudah pemahaman, langkah pertama kita harus dapat

membedakan berfikir dan menalar.

Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses

ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dengan mengikuti jalan pemikiran

tertentu agar sampai pada sebuah kesimpulan yaitu berupa pengetahuan

(Suriasumantri, 1997: 1 dalam Bahak, dkk., 2018). Oleh karena itu, proses

berpikir memerlukan sarana tertentu yang disebut dengan sarana berpikir ilmiah.

Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam

berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan

sarana tertentu pula. Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan

dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik. Untuk dapat melakukan

kegiatan berpikir ilmiah dengan baik diperlukan sarana berpikir ilmiah berupa :

bahasa ilmiah, logika dan matematika, serta logika dan statistika.

Berpikir (thingking) adalah proses menghubungkan pengalaman dan

pengertian yang dimiliki oleh manusia dari aktivitas kejiwaannya, untuk mencapai

suatu kesimpulan yang benar (Suyanto, dkk, 2007: 3 dalam Sari, 2016).

Menalar (reasoning) adalah proses beripikir yang dilakukan manusia

dengan menggunakan pola berpikir tertentu, untuk mendapatkan kesimpulan yang


benar (Suyanto dkk, 2007: 4 dalam Mustofa, 2016). Menalar dapat juga dikatakan

sebagai cara berpikir dengan menggunakan pola pikir dan asas-asas tertentu

sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang sah dan benar.

Secara umum pola berpikir dapat dibagi menjadi dua pola:

1. Deduksi

Deduksi atau yang sering di sebut dengan deduktif adalah pengambilan

kesimpulan untuk suatu atau beberapa kasus khusus yang didasarkan kepada

suatu fakta umum. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis,

definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk

memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori

tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan.

Pola berpikir deduksi adalah proses berpikir yang menggunakan

premis-premis umum kemudian bergerak kepremis-premis khusus atau proses

berpikir dari hal yang umum menuju hal yang khusus.

Penalaran Deduktif adalah suatu kerangka atau cara berfikir yang

bertolak dari sebuah asumsi atau pernyataan yang bersifat umum untuk

mencapai sebuah kesimpulan yang bermakna lebih khusus. Ia sering pula

diartikan dengan istilah logika minor, dikarenakan memperdalami dasar-dasar

pensesuaian dalam pemikiran dengan hukum, rumus dan patokan-patokan

tertentu. Pola penarikan kesimpulan dalam metode deduktif merujuk pada

pola berfikir yang disebut silogisme. Yaitu bermula dari dua pernyataan atau

lebih dengan sebuah kesimpulan. Dimana kedua pernyataan tersebut sering

disebut sebagai premis minor dan premis mayor serta selalu diikuti oleh
penyimpulan yang diperoleh melalui penalaran dari kedua premis tersebut.

Namun kesimpulan di sini hanya bernilai benar jika kedua premis dan cara

yang digunakan juga benar, serta hasilnya juga menunjukkan koherensi data

tersebut. Contoh dari penggunaan premis dalam deduksi: Premis Mayor:

Perbuatan yang merugikan orang lain adalah dosa. Premis Minor: Menipu

merugikan orang lain. Kesimpulan: Menipu adalah dosa. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Pola Berpikir Deduksi


Premis Umum Khusus Khusus
Deduksi 1 Semua anak kecil Zea merupakan Zea berhati baik
berhati baik anak dari ibu rika
Deduksi 2 Semua orang yang Zayya bersekolah Zayya memiliki
sekolah berdaya daya saing yang
saing tinggi tinggi

2. Induksi

Induksi atau yang sering di sebut dengan induktif adalah cara berfikir

untuk menarik kesimpulan dari pengamatan terhadap hal yang bersifat

partikular kedalam gejala-gejala yang bersifat umum atau universal.

Pola berpikir induksi merupakan lawan dari deduksi. Induksi adalah

proses berpikir dari hal-hal yang bersifat khusus menuju hal-hal yang bersifat

umum Ciri khas dari penalaran induktif adalah generalisasi.

Dasar pola berpikir induksi adalah observasi. Ilmu pengetahuan

diperoleh melalui jalan observasi dilapangan. Dari pengetahuan observasi

yang dilakukkan dilapangan kemudian menjadi pengetahuan yang bersifiat

khusus. Menurut Marshall & Rossman (1989) dalam Sari (2016), observasi

mendahului adanya induksi. Dapat di simpulkan proses berpikir induksi


dibangun berdasarkan observasi yang dilakukan secara berulang-ulang

sehingga menghasilkan pengetahuan yang dapat digeneralisasi Contoh

Pemikiran Induktif sebagaimana tabel 2.

Tabel 2. Pola Berpikir Induksi


Permis Khusus Khusus Khusus Umum
Induksi 1 Siswa A Siswa B Siswa C Semua siswa
pandai pandai pandai pandai
penjumlahan pengurangan perkalian matematika
Induksi 2 Perempuan A Perempuan Perempuan Semua
suka B suka C suka perempuan suka
berbelanja berbelanja berbelanja berbelanja

Pemikiran Ilmiah diperoleh dari pola berpikir induksi-deduksi yang

dilakukan secara bergantian dan terus menerus tanpa ada henti-hentinya.

Dengan kata lain beripikir ilmiah, menggunakan pola pemikiran sitesis antara

induksi dengan deduksi. Sebagaimana tabel 1.

Pola pemikiran induktif ini melahirkan telaah logika induktif yang

membahas: a) hubungan sebab akibat; b) hukum kemungkinan; c)

generalisasi induktif, d) teori induktif dan teori ilmiah (Bautista & Stella,

1985 dalam Bahak, dkk., 2018).

Referensi

Bahak, Arifin Udin Bahak Moch, Nurdyansyah. 2018. Buku Ajar Metodologi
Penelitian Pendidikan. Sudiardjo: UMSIDA Press

Mustofa, Imron. 2016. Jendela Logika dalam Berfikir: Deduksi dan Induksi
sebagai Dasar Penalaran Ilmiah. Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam
Volume 6, Nomor 2, Hal. 123-141.

Sari, Prawitha Diah. 2016. Berpikir Matematis Dengan Metode Induktif,


Deduktif, Analogi, Integratif dan Abstrak. Jurnal Matematika dan
Pendidikan Matematika Vol. 5, No. 1, Hal. 79-89

Anda mungkin juga menyukai