Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

BERPIKIR MATEMATIK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Oleh

Kelompok 5

1. Edo (06022682226006)
2. Debi Suci Putri (06022682226007)
3. Muhammad Aidil Fitrisyah (06022682226001)
4. Rizma Elfariana (06022682226011)

Dosen Pengampuh :

1. Dr. Somakim, M.Pd.

2. Dr. Budi Mulyono, S.Pd., M.Sc.

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 3
1.1 Pendahuluan ............................................................................................................................ 3
BAB II ISI .............................................................................................................................................. 4
2.1 Pengertian Berpikir Matematik ..................................................................................................... 4
2.2 Metode Berpikir Matematik .......................................................................................................... 4
2.2.1 Berpikir Induktif .................................................................................................................... 4
2.2.2 Berpikir Deduktif ................................................................................................................... 5
2.2.3 Bepikir Analogi ...................................................................................................................... 6
2.2.4 Berpikir Abstrak..................................................................................................................... 7
2.3 Aktivitas Berpikir Matematik ...................................................................................................... 8
2.4 Hubungan Filsafat dan Berpikir Matematik................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 10

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Filsafat adalah ilmu yang membahas tentang segala yang ada secara mendalam,
sistematis dan universal. Sedangkan tujuan filsafat mencari keterangan yang sedalam-
dalamnya tentang sesuatu berdasarkan akal pikir. Dalam filsafat, kegiatan mencintai
pengetahuan itu dilakukan dengan mempertanyakan sesuatu secara mendasar dan
menyeluruh. Filsafat dipahami dengan demikian, sebagai upaya terus menerus mencari
pengetahuan dan kebenaran. Karena itu, filsafat dengan sendirinya identik dengan cara
berpikir yang selalu mempertanyakan segala sesuatu secara kritis dan mendasar. Adapun
pertanyaan itu muncul dari cara ingin tahu manusia terhadap dunia dan dirinya. Pertanyaan
itu bisa pula berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana atau juga pertanyaan-
pertanyaan serius yang membutuhkan keseriusan untuk menjawabnya.
Salah satu cara berpikir tersebut ialah berpikir secara matematik. Oleh karena itu, pada
makalah ini akan dibahas mengenai berpikir matematik, seperti metode berpikir matematik,
aktivitas berpikir matematik, serta hubungan filsafat dan berpikir matematik.

3
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Berpikir Matematik


Berpikir adalah suatu aktivitas mental dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan. Oleh
karena itu, berpikir merupakan proses kognitif yang tidak dapat dilihat secara fisik. Hasil dari
berpikir dapat berupa ide, pengetahuan, prosedur, argumen, dan keputusan. Menurut Sumarno,
berpikir dalam bidang matematika ialah melaksanakan kegiatan atau proses matematika (doing
math) atau tugas matematik (mathematical task). Proses matematika yang dimaksud seperti
memahami pola yang terjalin, baik dalam dunia nyata di sekeliling kita, maupun dalam alam
pikiran kita.
Berdasarkan kedua pengertian tersebut maka berpikir matematik dapat diartikan sebagai
aktivitas mental dalam melaksanakan proses matematika (doing math) atau tugas matematika
(mathematical task). Dinamika proses berpikir matematis berlangsung dalam suasana yang
dipenuhi dengan kegiatan bertanya, menantang, dan merefleksi. Di dalamnya, kita menghadapi
tantangan, kejutan, kontradiksi, dan ketimpangan dalam pemahaman yang disadari. Kegiatan
berpikir matematis ini diharapkan bermuara pada pemahaman lebih dalam tentang diri sendiri,
pandangan yang lebih utuh tentang apa yang dipahami, penelusuran lebih efektif tentang apa
yang ingin diketahui, dan penilaian lebih kritis terhadap apa yang dilihat dan didengar.

2.2 Metode Berpikir Matematik


Menurut Katagiri (2004), berpikir matematika terkait dengan metode matematika yaitu
berpikir induktif, berpikir analogis, berpikir deduktif, dan berpikir abstraktif.

2.2.1 Berpikir Induktif

Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak
dari hal-hal khusus ke umum. Proses penalaran ini mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi
atas fenomena yang ada. Hal ini disebut sebagai sebuah corak berpikir yang ilmiah karena perlu
proses penalaran yang ilmiah dalam penalaran induktif. Berpikir induktif dalam bidang ilmiah
yang bertitik tolak dari sejumlah hal khusus untuk sampai pada suatu rumusan umum sebagai
hukum ilmiah, menurut Herbert L. Searles (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 1996 : 91-92), diperlukan
proses penalaran sebagai berikut:
1. Langkah pertama adalah mengumpulkan fakta-fakta khusus.

4
Pada langkah ini, metode yang digunakan adalah observasi dan eksperimen. Observasi
harus dikerjakan seteliti mungkin, sedangkan eksperimen dilakukan untuk membuat atau
mengganti obyek yang harus dipelajari.
2. Langkah kedua adalah perumusan hipotesis.
Hipotesis merupakan dalil atau jawaban sementara yang diajukan berdasarkan
pengetahuan yang terkumpul sebagai petunjuk bagi penelitian lebih lanjut. Hipotesis ilmiah
harus memenuhi syarat, diantaranya dapat diuji kebenarannya, terbuka dan sistematis
sesuai dengan dalil-dalil yang dianggap benar serta dapat menjelaskan fakta yang dijadikan
fokus kajian.
3. Langkah ketiga adalah mengadakan verifikasi.
Hipotesis merupakan perumusan dalil atau jawaban sementara yang harus dibuktikan
atau diterapkan terhadap fakta-fakta atau juga dibandingkan dengan fakta-fakta lain untuk
diambil kesimpulan umum. Proses verifikasi adalah satu langkah atau cara untuk
membuktikan bahwa hipotesis tersebut merupakan dalil yang sebenarnya. Verifikasi juga
mencakup generalisasi untuk menemukan dalil umum, sehingga hipotesis tersebut dapat
dijadikan satu teori.
4. Langkah keempat adalah perumusan teori dan hukum ilmiah berdasarkan hasil verifikasi.

2.2.2 Berpikir Deduktif


Berpikir deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada
premis-premis yang keberadaannya telah ditentukan. Secara deduktif matematika menemukan
pengetahuan yang baru berdasarkan premis-premis tertentu. Pengetahuan yang ditemukan ini
sebenarnya hanyalah konsekuensi dari pernyataan- pernyataan ilmiah yang telah kita temukan
sebelumnya. Matematika dikenal dengan ilmu deduktif. Ini berarti proses pengerjaan
matematika harus bersifat deduktif. Matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan
pengamatan (induktif), tetapi harus berdasarkan pembuktian deduktif. Meskipun demikian
untuk membantu pemikiran pada tahap-tahap permulaan seringkali kita memerlukan bantuan
contoh-contoh khusus atau ilustrasi geometris.
Dalam matematika suatu generalisasi, sifat, teori atau dalil itu belum dapat diterima
kebenarannya sebelum dapat dibuktikan secara deduktif. Sebagai contoh, dalam ilmu biologi
berdasarkan pada pengamatan, dari beberapa binatang menyusui ternyata selalu melahirkan.
Sehingga kita bisa membuat generalisasi secara induktif bahwa setiap binatang menyusui
adalah melahirkan. Generalisasi yang dibenarkan dalam matematika adalah generalisasi yang
telah dapat dibuktikan secara deduktif. Contoh: untuk pembuktian jumlah dua bilangan ganjil
5
adalah bilangan genap. Pembuktian secara deduktif sebagai berikut: andaikan 𝑚 dan 𝑛
sembarang dua bilangan bulat maka 2𝑚 + 1 dan 2𝑛 + 1 tentunya masing-masing
merupakan bilangan ganjil. Jika kita jumlahkan (2𝑚 + 1) + (2𝑛 + 1) = 2(𝑚 + 𝑛 + 1 ).
Karena 𝑚 dan 𝑛 bilangan bulat maka (𝑚 + 𝑛 + 1) bilangan bulat, sehingga 2(𝑚 + 𝑛 +
1) adalah bilangan genap. Jadi jumlah dua bilangan ganjil selalu genap.

2.2.3 Bepikir Analogi


Analogi dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai persamaan atau persesuaian
antara dua hal yang berbeda. Menurut Soekadijo (1999: 139) analogi adalah berbicara tentang
dua hal yang berlainan, yang satu bukan yang lain, tetapi dua hal yang berbeda itu dibandingkan
satu dengan yang lain. Dalam analogi yang dicari adalah keserupaan dari dua hal yang berbeda,
dan menarik kesimpulan atas dasar keserupaan itu.
Dengan demikian analogi dapat dimanfaatkan sebagai penjelas atau sebagai dasar
penalaran. Analogi secara mendalam, yaitu: (1) mampu belajar dan melakukan apa yang
diinginkan secara mandiri, (2) menerapkan teknik pemecahan masalah dalam berbagai bidang,
(3) mampu menstrukturkan masalah dengan teknik formal, seperti matematika, dan
menggunakannya untuk memecahkan masalah, (4) dapat mematahkan pendapat yang tidak
relevan serta merumuskan intisari, (5) terbiasa menanyakan sudut pandang orang lain untuk
memahami asumsi serta implikasi dari sudut pandang tersebut, (6) peka terhadap perbedaan.
Secara umum, Mundiri (2000: 26) mengemukakan bahwa terdapat dua analogi yaitu:
1. Analogi Deklaratif
Analogi deklaratif adalah analogi yang digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang belum
diketahui atau masih samar, dengan menggunakan hal yang sudah dikenal.
Contoh : Menjelaskan angka 24

6
2. Analogi Induktif
Analogi induktif adalah analogi yang disusun berdasarkan persamaan prinsip dari dua hal
yang berbeda, selanjutnya ditarik kesimpulan bahwa apa yang terdapat pada hal pertama
terdapat pula hal yang kedua. Contoh :

2.2.4 Berpikir Abstrak

Menurut Termen (Winkel, 1996:139) kemampuan berpikir abstrak ini adalah suatu aspek
yang penting dari inteligensi, tetapi bukan satu-satunya aspek. Aspek yang ditekankan dalam
kemampuan berpikir abstrak adalah penggunaan efektif dari konsep-konsep serta simbol-
simbol dalam menghadapi berbagai situasi khusus dalam menyelesaikan sebuah problem.
Kemampuan berpikir abstrak tidak terlepas dari pengetahuan tentang konsep, karena
berpikir memerlukan kemampuan untuk membayangkan atau menggambarkan benda dan
peristiwa yang secara fisik tidak selalu ada. Orang yang memiliki kemampuan berpikir abstrak
baik akan dapat mudah memahami konsep-konsep abstrak dengan baik. Jadi kemampuan
berpikir abstrak adalah kemampuan menemukan pemecahan masalah tanpa hadirnya objek
permasalahan itu secara nyata, dalam arti melakukan kegiatan berpikir secara simbolik atau
imajinatif terhadap objek permasalahan itu. Untuk menyelesaikan masalah yang bersifat
abstrak akan mudah dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan berpikir abstrak yang
tinggi.
Sebagai contoh misalnya penggambaran sebuah garis di dalam matematika “seharusnya”
tanpa lebar/tebal (ketebalannya = 0) dan tanpa putus (kontinu) tetapi keadaan nyata susah untuk
menggambar yang demikian. Bila digambar demikian maka nyaris garis itu tidak dapat terlihat
bahkan oleh mokroskop yang paling canggih sekalipun. Umumnya visualisasi yang dapat
menggambarkan sebuah garis dengan menggunakan alat tulis apapun akan menghasilkan garis
yang “tidak ideal” menurut matematika. Misalnya menggambar garis dengan menggunakan
sebuah spidol akan dihasilkan garis yang terlihat dan tidak mungkin garis tersebut tidak
memiliki lebar.

7
2.3 Aktivitas Berpikir Matematik
Menurut Karadag (2009), terdapat lima ciri-ciri dari dari aktivitas berpikir matematik,
yaitu generalisasi, spesialisasi, observasi pola, membuat konjektur dan memeriksa konjektur.
1) Generalisasi.
Generalisasi adalah proses menarik sebuah kesimpulan sebagai sebuah prinsip umum
sedemikian hingga berlaku untuk semua kejadian atau dengan masalah yang sama. Proses
penarikan kesimpulan ini berjalan dari beberapa contoh kasus yang bersifat khusus menuju
pembuatan dugaan yang bersifat umum. Dalam generalisasi artinya memperluas ruang
lingkup dari suatu konsep, juga berupaya menemukan sifat-sifat umum selama
penyelesaian masalah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa generalisasi adalah proses
penarikan kesimpulan dari penemuan sifat-sifat umum sebagai hasil dari pemecahan
masalah yang dilakukan.
2) Spesialisasi.
Spesialisasi adalah kebalikan dari generalisasi sebab dalam spesialiasi proses berpikirnya
dilakukan dengan melihat satu kasus khusus dari sebuah fenomena yang bersifat umum.
Spesialisasi adalah proses berpikir yang dimulai dari beberapa kasus-kasus spesifik.
Kasus-kasus yang bersifat spesifik ini dapat membantu untuk membuat dugaan yang tepat.
Pembuatan kasus khusus ini terlihat saat siswa mampu melihat hubungan antar informasi
yang tersedia. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa spesialisasi adalah proses berpikir yang
dimulai dari contoh-contoh khusus dalam rangka menemukan dugaan yang bersifat lebih
umum.
3) Observasi Pola.
Hasil dari spesialisasi dapat berupa sebuah pola. Menemukan pola memerlukan proses
pengamatan yang membutuhkan kreativitas dan wawasan. Hasil dari observasi pola dapat
menghasilkan konjektur dan generalisasi.
4) Membuat Konjektur.
Konjektur adalah pengajuan dugaan, secara lebih lengkap konjektur sebagai pernyataan
yang tampak masuk akal tetapi kebenarannya belum pasti. Sehingga dapat dikatakan
membuat konjektur artinya pengajuan dugaan yang harus dibuktikan kebenarannya.
5) Memeriksa Konjektur.
Konjektur adalah pernyataan yang belum dapat dipastikan kebenarannya, oleh sebab itu
sebuah konjektur perlu diperiksa kebenarannya. Dengan kata lain, apabila dilakukan
pemeriksaan terhadap konjektur yang diajukan dan hasil yang didapat adalah konjektur
tersebut benar maka akan sulit untuk tidak mempercayainya.
8
2.4 Hubungan Filsafat dan Berpikir Matematik
Filsafat adalah konsep pengetahuan positif yang pengetahuannya dibangun dan dihasilkan
melalui justifikasi rasionalisme melalui logika berpikir matematik. Menurut Wagiyo (1991),
ditinjau dari segi filsafat, unsur-unsur yang harus ada untuk adanya ilmu pengetahuan
mencakup: a. Ontologi, mengenai apa objek yang dibahas, b. Epistemologi, mengenai
bagaimana kebenaran ilmu pengetahuan itu diperoleh, c. Aksiologi, mengenai untuk apa ilmu
yang diperoleh tersebut bagi kehidupan manusia. Tatanan epistemologi merupakan cara untuk
menemukan sebuah kebenaran. Kebenaran dipandang tepat apabila menggunakan episteme
yang tepat. Salah satu hal yang harus ditelusuri untuk memperoleh ilmu pengetahuan adalah
keabsahan dari ilmu tersebut. Untuk menentukan keabsahan atau kebenaran ilmu tersebut
diperlukan proses berpikir matematik, dimulai dari spesialisasi sehingga mendapatkan dugaan
atau konjektur, lalu harus dicek kebenaran dari konjektur tersebut sampai mendapatkan
generalisasi dari ilmu tersebut.

9
DAFTAR PUSTAKA

Karadag, Z. (2009). Analyzing Students’ Mathematical Thinking in TechnologySupported


Environments. Thesis. Department of Curriculum, Teaching and Learning Ontario
Institute for the Studies in Education of the University of Toronto.
Mason, J., Burton., L., & Stacey, K. (2010). Thinking Mathematically. Dorchester: Great
Britain.
Abdullah. (2013). Berpikir Kritis Matematik. Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika.
2(1): 66-75.
Katagiri, Shigeo. (2004). Mathematical Thinking and How To Teach It. Tokyo:Meijito.
Soekardijo. 1999.logika dasar . Jakarta: Gramedia.
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu, Yogyakarta : Liberty, 1996.
Diah. (2016). Berpikir Matematis Dengan Metode Induktif,. Jurnal Matematika dan Pendidikan
Matematika. 5(1): 79-89.

10

Anda mungkin juga menyukai