Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakan
1
dikatakan tidak rasional jika kemungkinan dampak negatif yang diterima oleh
pasien lebih besar dibanding manfaatnya (Binfar Kemenkes, 2011)
Pada umumnya CHF diderita lansia yang berusia lebih dari 50 tahun,
CHF merupakan alasan yang paling umum bagi lansia untuk dirawat di rumah
sakit ( usia 65 – 75 tahun mencapai persentase sekitar 75,2 % pasien yang
dirawat dengan CHF ). Resiko kematian yang diakibatkan oleh CHF adalah
sekitar 5-10 % per tahun pada kasus gagal jantung ringan, dan meningkat
menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Menurut penelitian, sebagian besar
lansia yang didiagnosis menderita CHF tidak dapat hidup lebih dari 5 tahun
(Kowalak, 2011).
2
terhadap kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 diantaranya, riwayat keluarga
dengan diabetes, umur, riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg).
Serta terdapat faktor yang meningkatkan risiko penyakit Diabetes Mellitus
yakni berat badan lebih, kurangnya aktivitas fisik atau gaya hidup, pola
makan, hipertensi, dislipidemia, diet tidak sehat dan stress.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pada akhir praktek mampu melaksanakan manajemen asuhan gizi
klinik pada pasien di rumah sakit yang meliputi pengkajian gizi pasien,
Diagnosa gizi, Intervensi gizi, Monitoring dan evaluasi gizi.
2. Tujuan Khusus
Peserta didik mampu :
a. Melaksanakan/mengetahui Manajemen Asuhan Gizi Klinik kepada
pasien dewasa di ruang rawat inap Rumah Sakit Tentara dengan
penyakit CHF + DM
b. Mengetahui penkajian gizi
c. Mengetahui diagnosis gizi
d. Mengetahui intervensi gizi
e. Mengetahui monitoring dan evaluasi gizi
C. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan perbaikan pelayanan gizi serta adanya
pemantauan intensif khususnya yang berhubungan dengan gizi pasien.
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh untuk
mendapatkan pengalaman kerja sebagai ahli gizi rumah sakit.
3
D. Kegiatan
1. Pengkajian data gizi di RST TK II dr.Soepraoen ruang seruni Bed 14.
2. Diagnosis Gizi (Anamnese gizi) di RST TK II dr.Soepraoen ruang seruni
kamar 14
3. Intervensi gizi di RST TK II dr.Soepraoen ruang Seuni Bed 14.
4. Monitoring dan evaluasi gizi di RST TK II dr.Soepraoen ruang seruni
kamar 14.
E. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan pengajian direncanakan akan berlangsung selama 3 hari
pada tanggal 02 Mei 2018 s.d. 07 Mei 2018.
F. Lokasi
Lokasi praktek di Rumah Sakit Tentara Tk. II Dr. Soepraon Malang.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi CHF
Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh :
a. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot mencakup ateriosklerosis koroner,
hipertensi arterial, dan penyakit degeneratif atau inflamasi.
b. Aterosklerosis koroner
5
penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung
karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
c. Hipertensi sistemik atau pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung.4
d. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung
merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.4
e. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme
biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung
(stenosis katup semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi
darah (tamponade, perikardium, perikarditif konstriktif, atau stenosis
AV), peningkatan mendadak afterload.
f. Faktor sistemik
3. Pathofisiologi
6
pulmonari yang kemudian membuat bendungan pada paru-paru dan
mengakibatkan edema paru. Beban ventrikel kanan (V.Ka) bertambah
menyebabkan hipertrofi ventrikel kanan (V.Ka) sehingga mengakibatkan
gagal jantung kanan. Gagal jantung kanan dan kiri ini disebut dengan
CHF.
Ketika jantung mulai gagal, tubuh mengaktifkan beberapa
kompleks mekanisme kompensasi dalam upaya untuk mempertahankan
Cardiac output dan oksigenasi organ vital. Hal ini termasuk peningkatan
simpatik, aktivasi Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS), natrium
dan retensi air dan neurohormonal adaptasi, yang menyebabkan jantung
remodeling (dilatasi ventrikular, hipertrofi jantung dan perubahan bentuk
lumen ventrikel kiri (Dipiro, 2015).
4. Klasifikasi
Berdasarkan American Heart Association (Yancy et al., 2013),
klasifikasi dari gagal jantung kongestif yaitu sebagai berikut :
a. Stage A
Stage A merupakan klasifikasi dimana pasien mempunyai resiko
tinggi, tetapi belum ditemukannya kerusakan struktural pada jantung
serta tanpa adanya tanda dan gejala (symptom) dari gagal jantung
tersebut. Pasien yang didiagnosa gagal jantung stage A umumnya
terjadi pada pasien dengan hipertensi, penyakit jantung koroner,
diabetes melitus, atau pasien yang mengalami keracunan pada
jantungnya (cardiotoxins).
b. Stage B
Pasien dikatakan mengalami gagal jantung stage B apabila ditemukan
adanya kerusakan struktural pada jantung tetapi tanpa menunjukkan
tanda dan gejala dari gagal jantung tersebut. Stage B pada umumnya
ditemukan pada pasien dengan infark miokard, disfungsi sistolik pada
ventrikel kiri ataupun penyakit valvular asimptomatik.
7
c. Stage C
Stage C menunjukkan bahwa telah terjadi kerusakan struktural pada
jantung bersamaan dengan munculnya gejala sesaat ataupun setelah
terjadi kerusakan. Gejala yang timbul dapat berupa nafas pendek,
lemah, tidak dapat melakukan aktivitas berat.
d. Stage D
Pasien dengan stage D adalah pasien yang membutuhkan penanganan
ataupun intervensi khusus dan gejala dapat timbul bahkan pada saat
keadaan istirahat, serta pasien yang perlu dimonitoring secara ketat.
8
5. Tanda dan Gejala CHF
Tanda serta gejala penyakit gagal jantung dapat dibedakan
berdasarkan bagian mana dari jantung itu yang mengalami gangguan
pemompaan darah, lebih jelasnya sebagai berikut :
a. Gagal jantung sebelah kiri ; menyebabkan pengumpulan cairan di
dalam paru-paru (edema pulmoner), yang menyebabkan sesak napas
yang hebat. Pada awalnya sesak napas hanya dirasakan saat seseorang
melakukan aktivitas, tetapi sejalan dengan memburuknya penyakit
maka sesak napas juga akan timbul pada saat penderita tidak
melakukan aktivitas. Sedangkan tanda lainnya adalah cepat letih
(fatigue), gelisah/cemas (anxity), detak jantung cepat (tachycardia),
batuk-batuk serta irama detak jantung tidak teratur (arrhythmia).
b. Sedangkan Gagal jantung sebelah kanan ; cenderung mengakibatkan
pengumpulan darah yang mengalir ke bagian kanan jantung, sehingga
hal ini menyebabkan pembengkakan di kaki, pergelangan kaki,
tungkai, perut (ascites) dan hati (hepatomegaly). Tanda lainnya adalah
mual dan muntah, keletihan, detak jantung cepat serta sering buang air
kecil di malam hari (Nocturia).
6. Tatalaksana Terapi CHF
Penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung (Sani, A., 2007) meliputi :
a. Farmakologi
1) Diuretik: untuk mengurangi penimbunan cairan dan pembengkakan
2) Penghambat ace (ace inhibitors): untuk menurunkan tekanan darah
dan mengurangi beban kerja jantung
3) Penyekat beta (beta blockers): untuk mengurangi denyut jantung
dan menurunkan tekanan darah agar beban jantung berkurang
4) Digoksin: memperkuat denyut dan daya pompa jantung
5) Terapi nitrat dan vasodilator koroner: menyebabkan vasodilatasi
perifer dan penurunan konsumsi oksigen miokard.
6) Digitalis: memperlambat frekuensi ventrikel dan meningkatkan
kekuatan kontraksi, peningkatan efisiensi jantung. saat curah
9
jantung meningkat, volume cairan lebih besar dikirim ke ginjal
untuk filtrasi dan ekskresi dan volume intravascular menurun.
7) Inotropik positif: Dobutamin adalah obat simpatomimetik dengan
kerja beta 1 adrenergik. Efek beta 1 meningkatkan kekuatan
kontraksi miokardium (efek inotropik positif) dan meningkatkan
denyut jantung (efek kronotropik positif).
8) Sedatif: Pemberian sedatif untuk mengurangi kegelisahan bertujuan
mengistirahatkan dan memberi relaksasi pada klien
b. Non Farmakologi
Penatalaksanaan gagal jantung kongestif dengan tujuan :
1) Untuk menurunkan kerja jantung
2) Untuk meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas miokard
3) Untuk menurunkan retensi garam dan air.
a) Tirah baring
Tirah baring mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga
cadangan jantung dan menurunkan tekanan darah dengan
menurunkan volume intra vaskuler melalui induksi diuresis
berbaring
b) Oksigen
Pemenuhan oksigen akan mengurangi demand miokard dan
membantu memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
c) Diet
Pengaturan diet membuat kerja dan ketegangan otot jantung
minimal. Selain itu pembatasan natrium ditujukan untuk
mencegah, mengatur, atau mengurangi edema.
d) Revaskularisasi koroner
e) Transplantasi jantung
f) Kardiomioplasti
10
B. Tinjauan Tentang Diabetes Mellitus
1. Definisi
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Henderina, 2010). Menurut
PERKENI (2011) seseorang dapat didiagnosa diabetes melitus apabila
mempunyai gejala klasik diabetes melitus seperti poliuria, polidipsi dan
polifagi disertai dengan kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dl dan gula
darah puasa ≥126 mg/dl.
2. Etiologi
Kombinasi antara faktor genetik, faktor lingkungan, resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin merupakan penyebab DM tipe 2.
Faktor lingkungan yang berpengaruh seperti obesitas, kurangnya aktivitas
fisik, stres, dan pertambahan umur (KAKU, 2010). Faktor risiko juga
berpengaruh terhadap terjadinya DM tipe 2.
Beberapa faktor risiko diabetes melitus tipe 2 antara lain berusia ≥
40 tahun, memiliki riwayat prediabetes (A1C 6,0 % - 6,4 % ),
memiliki riwayat diabetes melitus gestasional, memiliki riwayat penyakit
vaskuler, timbulnya kerusakan organ karena adanya komplikasi,
penggunaan obat seperti glukokortikoid, dan dipicu oleh penyakit seperti
HIV serta populasi yang berisiko tinggi terkena diabetes melitus seperti
penduduk Aborigin, Afrika, dan Asia (Ekoe et al., 2013).
Klasifikasi etiologi diabetes melitus adalah sebagai berikut
(Perkeni, 2011):
a. Tipe 1 (destruksi sel β).
b. Tipe 2 (dominan resistensi insulin, defisiensi insulin relatif, dan
disertai resistensi insulin).
c. Diabetes tipe lain,yaitu:
1) Defek genetik fungsi sel β.
2) Defek genetik kerja insulin.
3) Penyakit eksokrin pankreas.
4) Endokrinopati.
11
5) Pengaruh obat.
6) Infeksi.
7) Imunologi.
8) Sindrom genetik lain seperti sindrom down.
d. Diabetes melitus gestasional
3. Pathofisiologi
12
c) Patofisiologi diabetes gestasional
4. Klasifikasi
a) Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada remaja atau anak, dan terjadi karena
kerusakan sel β (beta) (WHO, 2014). Canadian Diabetes Association
(CDA) 2013 juga menambahkan bahwa rusaknya sel β pankreas diduga
karena proses autoimun, namun hal ini juga tidak diketahui secara pasti.
Diabetes tipe 1 rentan terhadap ketoasidosis, memiliki insidensi lebih
sedikit dibandingkan diabetes tipe 2, akan meningkat setiap tahun baik di
negara maju maupun di negara berkembang (IDF, 2014).
b) Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa (WHO, 2014).
Seringkali diabetes tipe 2 didiagnosis beberapa tahun setelah onset, yaitu
setelah komplikasi muncul sehingga tinggi insidensinya sekitar 90% dari
penderita DM di seluruh dunia dan sebagian besar merupakan akibat dari
memburuknya faktor risiko seperti kelebihan berat badan dan kurangnya
aktivitas fisik (WHO, 2014).
c) Diabetes gestational
Gestational diabetes mellitus (GDM) adalah diabetes yang didiagnosis
selama kehamilan (ADA, 2014) dengan ditandai dengan hiperglikemia
(kadar glukosa darah di atas normal) (CDA, 2013 dan WHO, 2014).
Wanita dengan diabetes gestational memiliki peningkatan risiko
komplikasi selama kehamilan dan saat melahirkan, serta memiliki risiko
diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di masa depan (IDF, 2014).
d) Tipe diabetes lainnya
Diabetes melitus tipe khusus merupakan diabetes yang terjadi karena
adanya kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin dan mutasi
gen serta mengganggu sel beta pankreas, sehingga mengakibatkan
13
kegagalan dalam menghasilkan insulin secara teratur sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Sindrom hormonal yangdapat mengganggu sekresi dan
menghambat kerja insulin yaitu sindrom chusing, akromegali dan sindrom
genetik (ADA, 2015).
14
a. Makroangiopati, ditandai dengan komplikasi pada pembuluh darah
besar seperti otak dan jantung. Selain itu, sering terjadi penyakit arteri
perifer.
b. Mikroangiopati, ditandai dengan komplikasi pada pembuluh darah
kecil. Terdapat 2 bentuk komplikasi mikroangiopati, yaitu:
1) Retinopati, yaitu gangguan penglihatan bahkan sampai kebutaan
pada retina mata. Selain itu, gangguan lainnya seperti kebutaan,
makulopati (meningkatnya cairan di bagian tengah retina), katarak,
dan kesalahan bias (adanya perubahan ketajaman lensa mata yang
dipengaruhi oleh konsentrasi glukosa dalam darah) (Perkeni,
2011).
2) Nefropati diabetik, yaitu komplikasi yang ditandai dengan
kerusakan ginjal sehingga racun didalam tubuh tidak bisa
dikeluarkan dan proteinuria (terdapat protein pada urin) (Ndraha,
2014).
c. Neuropati, yaitu komplikasi yang sering terjadi pada pasien DM tipe 2
yang ditandai dengan hilangnya sensasi distal dan berisiko tinggi
mengalami amputasi. Selain itu, sering dirasakan nyeri pada malam
hari, bergetar dan kaki terasa terbakar (Perkeni, 2011). Penyempitan
pembuluh darah pada jantung merupakan ciri dari penyakit pembuluh
darah perifer yang diikuti dengan neuropati (Ndraha, 2014).
C. Penatalaksanaan Diet
1. Penatalaksanaan diet Pasien DM
Kepatuhan pada pasien terhadap prinsip gizi dan perencanaan
makan merupakan salah satu kendala pada pelayanan diebetes, terapi gizi
merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan diabetes.
Berdasarkan rekomendasiThe American Diabetes Association (ADA) 2003
Terapi gizi medis memerlukan pendekatan tim yang terdiri dari dokter,
dietisien, perawat dan petugas kesehatan lain serta pasien itu sendiri untuk
meningkatkan kemampuan setiap pasien dalam mencapai kontrol
metabolik yang baik.
15
Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia yang telah
disusun oleh PERKENI terakhir tahun 2006 yang mengadop dari ADA (
American Dietetic Assosiation) antara lain memberikan pedoman tentang
perhitungan kebutuhan gizi orang dengan diabetes dan anjuran penggunaan
Daftar Bahan Makanan Penukar dalam penyuluhan perencanaan makan
orang dengan diabetes. Pilar penatalaksanaan Diabetes Melitus meliputi :
1) Edukasi, 2) Terapi Gizi Medis, 3) Latihan jasmani, 4) Intervensi
farmakologi. Terapi Gizi Medis merupakan bagian dari
penatalaksanaandiabetes secara total. Salah satu keberhasilan terapi gizi
medis, adalah adanya keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim
(dokter , ahli gizi, petugas kesehatan lain dan pasien itu sendiri).
Pengelolaan diet pada penderita diabetes melitus sangat penting.
Tujuan dari pengelolaan diet ini adalah untuk membantu penderita
memperbaiki gizi dan untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih
baik yaitu ditunjukkan pada pengendalian glukosa, lipid dan tekanan darah.
Penatalaksanaan diet bagi penderita diabetes melitus tipe 2 ini merupakan
bagian dari penatalaksanaan diabetes melitus secara total.
Menurut Smeltzer et al; (2008) yang mengutip dari ADA (2008)
bahwa perencanaan makan pada penderita diabetes melitus meliputi :
1. Memenuhi kebutuhan energi pada penderita diabetes melitus
2. Terpenuhinya nutrisi yang optimal pada makanan yang disajikan
seperti vitamin dan mineral,
3. Mencapai dan memelihara berat badan yang stabil,
4. Menghindari makan-makanan yang mengandung lemak, karena pada
pasien diabetes melitus jika serum lipid menurun maka resiko
komplikasi penyakit makrovaskuler akan menurun,
5. Mencegah level glukosa darah naik, karena dapat mengurangi
komplikasi yang dapat ditimbulkan dari diabetes mellitus.
Standar dan prinsip diet diabetes melitus tipe 2 menurut Waspadji,
dkk (2010), standar diet diabetes melitus diberikan pada penderita diabetes
melitus atau pasien sehat yang bukan penderita diabetes melitus sesuai
kebutuhannya. Terdapat 8 jenis standar diet menurut kandungan energi,
16
yaitu diet diabetes melitus 1100, 1300, 1500, 1700, 1900, 2100, 2300, dan
2500 kalori. Secara umum, standar diet 1100 kalori sampai dengan 1500
kalori untuk pasien diabetes yang gemuk. Diet 1700 sampai dengan 1900
kalori untuk pasien diabetes dengan berat badan normal. Sedangkan diet
2100 sampai dengan 2500 kalori untuk pasien diabetes kurus (Waspadji et
al., 2010).
Penatalaksanaan diet ini meliputi 3 (tiga) hal utama yang harus
diketahui dan dilaksanakan oleh penderita diabetes melitus, yaitu jumlah
makanan, jenis makanan, dan jadwal makan (Perkeni, 2011).
Penatalaksanaan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2 berfokus pada
pembatasan jumlah energi, karbohidrat, lemak jenuh dan natrium (ADA,
2011). Perencanaan makan pada penderita diabetes melitus tipe 2 yang
paling penting adalah kebutuhan kalori, dengan prinsip tidak ada diet
khusus diabetes dan tidak ada bahan makanan yang tidak boleh
dikonsumsi. Makanan dianjurkan seimbang dengan komposisi energi dari
karbohidrat 45 – 65 %, protein 10 – 15 %, dan lemak 20 – 25 % (Depkes,
2008).
a. Jumlah Makanan
Jumlah makanan yang diberikan disesuaikan dengan status gizi
penderita diabetes melitus, bukan berdasarkan tinggi rendahnya gula
darah. Penentuan jumlah kalori pada seorang penderita diabetes melitus
yaitu dengan menggunakan berat badan ideal untuk mengetahui jumlah
kalori basal klien. Pramono (2011) menyatakan bahwa jumlah kalori
yang dikonsumsi oleh penderita diabetes melitus dalam sehari terbagi
dalam 3 besar dan 3 kecil, dengan ketentuan sarapan pagi 20% dari
jumlah kalori, cemilan diantara sarapan pagi dan makan siang 10%
makan siang dari jumlah kalori, makan siang 25% dari jumlah kalori,
cemilan diantara makan siang dan makan malam 10% dari jumlah
kalori, makan malam 25% dari jumlah kalori dan cemilan sebelum
tidur 10% dari jumlah kalori.
17
BB ideal = (TB dalam cm – 100) – 10% kg
18
4) Berat Badan (BB)
Bila berat badan lebih, maka energi dikurangi 10%; bila gemuk,
energi dikurangi sekitar 20% bergantung kepada tingkat
kegemukan. Bila kurus, energi ditambah sekitar sekitar 20% sesuai
dengan kebutuhan untuk meningkatkan BB. Untuk tujuan
penurunan berat badan jumlah kalori yang diberikan paling sedikit
1000 – 1200 kkal perhari untuk perempuan dan 1200 – 1600 kkal
perhari untuk laki-laki. Cara lain untuk menghitung kebutuhan
energi secara perhitungan kasar dengan mempertimbangkan status
gizi dan aktivitas (Sukardji, 2009), yaitu :
19
b. Jenis makanan
Pasien dengan diabetes melitus harus mengetahui dan
memahami jenis makanan apa yang boleh dimakan secara bebas,
makanan yang mana yang harus dibatasi dan makanan apa yang harus
dibatasi secara ketat (Waspadji, 2007). Makanan yang perlu dihindari
adalah makanan yang mengandung banyak karbohidrat sederhana,
makanan yang mengandung banyak kolesterol, lemak trans, dan lemak
jenuh serta tinggi natrium (ADA, 2010). Makanan yang diperbolehkan
adalah sumber karbohidrat kompleks, makanan tinggi serat larut air,
dan makanan yang diolah dengan sedikit minyak. Penggunaan gula
murni diperbolehkan hanya sebatas sebagai bumbu (Waspadji et al.,
2010).
Makanan yang mengandung karbohidrat mudah diserap seperti
sirup, gula, dan sari buah harus dihindari. Sayuran dengan kandungan
karbohidrat tinggi seperti buncis, kacang panjang, wortel, kacang
kapri, daun singkong, bit dan bayam harus dibatasi tidak boleh dalam
jumlah banyak. Buah-buahan berkalori tinggi seperti nanas, anggur,
mangga, sirsak, pisang, alpukat, dan sawo sebaiknya dibatasi. Sayuran
yang bebas dikonsumsi adalah sayuran dengan kandungan kalori
rendah seperti oyong, ketimun, labu air, labu siam, lobak, selada air,
jamur kuping, dan tomat.
Makanan yang perlu dihindari yaitu makanan yang mengandung
banyak kolesterol, lemak trans, dan lemak jenuh serta tinggi natrium
(Waspadji et al., 2010). Selain itu, Perkeni (2011) menyebutkan bahwa
pasien diabetes harus membatasi makanan dari jenis gula, minyak dan
garam. Banyak penderita diabetes melitus tipe 2 mengeluh karena
makanan yang tercantum dalam daftar menu diet kurang bervariasi
sehingga sering terasa membosankan. Untuk itu, agar ada variasi dan
tidak menimbulkan kebosanan, dapat diganti dengan makanan
penukar, kandungan zat gizinya harus sama dengan makanan yang
digantikannya (Suyono, 2009).
20
1) Jenis bahan makanan yang dianjurkan :
Sumber protein hewani : daging kurus, ayam tanpa kulit, ikan
dan putih telur.
Sumber protein nabati : tempe, tahu, kacang-kacangan, (kacang
ijo, kacang merah, kacang kedele).
Sayuran yang bebas dikonsumsi (sayuran A) : oyong, ketimun,
labu air, lobak, selada air, jamur kuping dan tomat.
Buah – buahan : jeruk siam, apel, pepaya, melon, jambu air,
salak, semangka, belimbing.
Susu rendah lemak atau susu skim.
2) Jenis bahan makanan yang diperbolehkan tetapi dibatasi, yaitu :
Sumber karbohidrat kompleks : padi-padian (beras, jagung,
gandum), umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang), dan
sagu.
Sayuran tinggi karbohidrat : buncis, kacang panjang, wortel,
kacang kapri, daun singkong, bit, bayam, daun katuk, daun
pepaya, melinjo, nangka muda dan tauge.
Buah – buahan tinggi kalori : nanas, anggur, mangga, sirsak,
pisang, alpukat, sawo.
3) Jenis bahan makanan yang harus dihindari :
Sumber karbohidrat sederhana : gula pasir, gula jawa, gula batu,
madu, sirup, cake, permen, minuman ringan, selai, dan lain-
lain.
Makanan mengandung asam lemak jenuh : mentega, santan,
kelapa, keju krim, minyak kelapa dan minyak kelapa sawit.
Makanan mengandung lemak trans : margarin.
Makanan mengandung kolesterol tinggi : kuning telur, jeroan,
lemak daging, otak, durian, susu full cream.
Makanan mengandung natrium tinggi: makanan berpengawet,
ikan asin, telur asin, abon, kecap.
21
c. Jadwal Makan
Pada penderita diabetes melitus, pengaturan jadwal makan juga penting
karena berkaitan dengan kadar glukosa darah (ADA, 2010). Penderita
diabetes melitus makan sesuai jadwal, yaitu 3 kali makan utama, 3 kali
makan selingan dengan interval waktu 3 jam. Perbandingan proporsi
dan jadwal makan yang digunakan oleh penderita diabetes melitus
dapat dilihat pada tabel berikut ini (Rafani, 2012; Waspadji, 2007) :
Karbohidrat
Menurut Perkeni (2011), karbohidrat yang dianjurkan bagi penderita
diabetes melitus di Indonesia sebesar 45 – 65% total asupan energi.
Pembatasan karbohidrat total < 130 gr/hari tidak dianjurkan, makanan
harus mengandung karbohidrat terutama yang berserat tinggi. Gula
dalam bumbu diperbolehkan sehingga penderita diabetes dapat makan
sama dengan makanan keluarga yang lain, sukrosa tidak boleh lebih
dari 5% total asupan energi, pemanis alternatif dapat digunakan sebagai
pengganti gula, asal tidak melebihi batas aman konsumsi harian
(Accepted Daily Intake), makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan
asupan karbohidrat dalam sehari.
22
Serat
Seperti halnya masyarakat umum penderita diabetes dianjurkan
mengkonsumsi cukup serat dan kacang – kacangan, buah dan sayuran
serta sumber karbohidrat yang tinggi serat, karena mengandung
vitamin, mineral, serat dan bahan lain yang baik untuk kesehatan.
Anjuran konsumsi serat adalah ± 25gr/1000 kkal/hari (Perkeni, 2011).
Kebutuhan Protein
Protein dibutuhkan sebesar 10 – 20% total asupan energi.
Sumber protein yang baik adalah seafood, daging lemak, ayam tanpa
kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe.
Pada penderita diabetes melitus dengan neuropati perlu penurunan
asupan protein menjadi 0,8 g/kg BB perhari atau 10% dari kebutuhan
energi dan 65% hendaknya bernilai biologis tinggi (Perkeni, 2011).
Kebutuhan Lemak
Asupan lemak penderita diabetes melitus di Indonesia
dianjurkan sekitar 20 – 25% kebutuhan kalori dan tidak diperkenankan
melebihi 30% total asupan energi. Lemak jenuh < 7% kebutuhan
kalori. Lemak tidak jenuh ganda < 10%, selebihnya dari lemak tidak
jenuh tunggal (ADA, 2010). Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah
yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans, antara lain
daging berlemak dan susu penuh (Whole milk). Anjuran konsumsi
kolesterol yaitu < 200 mg/hari (Perkeni, 2006).
Natrium
Anjuran asupan natrium untuk penderita diabetes sama dengan anjuran
untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg atau sama
dengan 6 – 7 g (1 sendok teh) garam dapur. Mereka yang hipertensi,
pembatasan natrium sampai 2400 mg garam dapur. Sumber natrium
antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan bahan pengawet
seperti natrium benzoat dan natrium nitrit (Perkeni, 2011).
23
BAB III
PERENCANAAN ASUHAN GIZI
A. Identitas Pasien
Nama : Ny.TM
Nomor RM : 203148
Tanggal Lahir : 18/04/1943
Umur : 75 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat :Jln. Kedawung II/18 Rt/Rw 002/005,
Kel/Desa Tulushejo kec. Lowak wuru
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Agama : Kristen
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Diagnosa Medis : CHF + DM
Tanggal MRS : 1 Mei 2018
Awal dirawat : diruang ICU (01/05/2018
Pindah di Ruang Seruni : 03/05/2018
KRS : 07/05/2018.
Tanggal Skrining : 02/05/2018 (diruang ICU)
Intervensi kasus 03/05/2018 : Ruang Seruni Bad.14
Nama dokter : dr. Trio Tangkas WM, Sp.PD
Letkol, CKM
B. Data Subyektif
Riwayat Penyakit Dahulu : DM dan HT
Riwayat Penyakit Sekarang : CHF + DM
Keluhan Utama :Pasien mengeluh sesak nafas sejak malam
SMR, keringat dingin, batuk-batuk kurang lebih 2 minggu, kadang
kadang disertai dahak, dada sering berdebar, pasien juga mengeluh jika
tidur dengan 1 bantal, nafsu makan baik, aktifitas tidak terganggu.
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada
Kondisi Sosial Ekonomi
Pekerjaan : IRT
Suku : Jawa
24
Kebiasaan hidup
Pasien masih melakukan pekerjaan di rumah dari membersihkan
rumah, dan memasak.
C. Data Objektif
1. Data Antropometri
LILA : 28.5 cm
TL : 47 cm
TB Est. = 84,88 + (1,83.TL)-(0,24.U)
= 84,88 + (1,83. 47) - (0,24 . 75)
= 84,88 + 86,01 – 18
= 152 cm
BBI = TB (m)2 x 21
= (1,52)2 x 21
= 48,51
𝐿𝐼𝐿𝐴 𝑢𝑘𝑢𝑟
LILA =LILA Standar 𝑥 100
28,5
= 29,9 𝑥 100
Nilai normal/
Pemeriksaan Awal kasus Keterangan
satuan
GDA 80-120 mg/dl 241(01/05/2018) Tinggi
Hemoglobin 12,5-15,3 mmHg 12,6 Normal
Leukosit 4-10 rb/ccm 7.890 Normal
Trombosit 150-450 rb 262.000 Normal
PCV 40-50% 37,8 Rendah
Ureum 15-45 mg/dl 45 Normal
Kreatinin 0,7-1,4 mg/dl 1,26 Normal
Na 135-155 mmol/L 136,68 Normal
K 3,6-5,5 mmol/L 4.00 Normal
Cl 98-107 mmol/L 104,8 Normal
Sumber : Buku Rekam Medik Pasien.
25
3. Data Pemeriksaan Fisik Dan Klinis
Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Fisik/klinis
KU Lemah
Kesadaran CM
GCS 4/5/6
Tekanan darah 160/80 120/80 mmHg Tinggi
Nadi 85 x/mnt 60-100 x/mnt Normal
Respirasi 21 x/mnt 16-20 x/mnt Normal
Suhu 21o 36 - 37𝑜 C Rendah
Sumber : Buku Rekam Medik Pasien.
4. Dietary Assement
a. Riwayat Gizi dahulu
1) Pola Makan pasien sebelum masuk Rumah sakit adalah :
Frekuensi Konsumsi
Nama Bahan
1 4-6 1-3 1-
Makanan >1 x/ hr Jml
x/hr x/mgg x/mgg 3x/bln
1. Makanan Pokok
a. Nasi √ 100 gr
b. Nasi Jagung √ 100 gr
2. Lauk Hewani
a. Telur √ 50 gr
b. Daging √ 50 gr
c. Ikan laut √ 40 gr
d. Ayam √ 50 gr
3. Lauk Nabati
a. Tempe √ 50 gr
b. Tahu √ 50 gr
4. Sayur-sayuran
a. Bayam merah √ 30 gr
b. Daun Pepaya √ √ 50 gr
c. Sawi √ 50 gr
d. Wortel √ 30 gr
26
e. Buncis √ 30 gr
5. Buah-buahan
a. Pepaya √ 100 g
b. Pisang √ 100 gr
6. Minuman
a. Teh √ 1 Gls
27
c. Riwayat Obat-obatan
Intraksi Dengan
Makanan Dan
Nama Fungsi Efek Samping Obat-Obatan Yang Dapat Berintraksi
Relevansinya
Dengan Status Gizi
Candesarta Mengobati tekanan 1. Kelainan sistem darah dan 1. Jenis obat NSAID sebaiknya tidak
n (Obat darah tinggi limfatik: Leukopenia, digunakan bersamaan dengan
HT) (hipertensi) pada neutropenia dan Candesartan karena dapat mengurangi
orang dewasa agranulositosis efek antihipertensinya. Selain itu, dapat
maupun anak-anak 2. Metabolisme dan gangguan mengakibatkan kerusakan fungsi ginjal,
nutrisi: Hiperkalemia, termasuk kemungkinan gagal ginjal.
hiponatremia 2. Penggunaan bersamaan dengan
3. Gangguan sistem saraf: suplemen pengganti kalium atau obat
Pusing hemat kalium dapat meningkatkan
4. Gangguan pernafasan, toraks hiperkalemia.
dan mediastinum: Batuk 3. Aliskiren pada pasien penderita
5. Gangguan hepato-biliaris: diabetes akan meningkatkan risiko
Peningkatan enzim hati, kerusakan ginjal, hipotensi dan
fungsi hati yang tidak hiperkalemia.
normal atau hepatitis
6. Kelainan jaringan kulit dan
subkutan: Angioedema,
ruam, urtikaria, pruritus
7. Sistem muskuloskeletal,
jaringan ikat dan tulang:
Sakit punggung
28
8. Gangguan ginjal dan urin:
Kerusakan ginjal, termasuk
gagal ginjal pada pasien
yang rentan
29
6. Muntah dikonsumsi bersama
7. Insomnia. obat antipsikotik, antidepresan, nitrat,
8. Gangguan keseimbangan. anti nyeri, pelemas otot, atau
9. Konstipasi. antikonvulsan lain
10. Kelelahan
11. Batuk
Metformin Metformin adalah 1. Mual dan muntah. Berhati-hati saat mengonsumsi
(Obat obat antidiabetes 2. Penurunan nafsu makan metformin dengan:
antidiabete yang dapat 3. Rasa logam dalam mulut 1. Alkohol dan bahan pewarna iodin,
s biguanid) menurunkan kadar 4. Sakit perut karena dapat meningkatkan risiko
gula darah pada 5. Batuk dan suara serak. asidosis laktik.
penderita diabetes 6. Diare. 2. Diuretik thiazide, obatan-obatan
tipe 2 7. Nyeri otot dan kram golongan phenothiazine
8. Lemas dan mengantuk (seperti chlorpromazine), kontrasepsi
oral, vitamin B3, penghambat kanal
kalsium, kostikosteroid, atau isoniazid,
karena dapat mempersulit pengendalian
kadar gula darah.
3. Obatan-obatan golongan sulfonylurea,
karena dapat menimbulkan efek
tambahan.
4. Cimetidine dapat meningkatkan kadar
metformin di dalam darah.
5. ACE inhibitor, karena dapat
menurunkan kadar gula darah puasa,
yaitu kadar gula darah setelah pasien
dipuasakan selama 8 jam
30
Laxadin Laxadine dapat 1. Ruam kulit. 1. Penggunaan Laxadine yang
digunakan untuk 2. Pruritus. mengandung glycerin dengan obat
mengatasi konstipasi 3. Perasaan terbakar pada hydrocortisone/dexamethasone
atau susah buang air perut. terutama untuk penggunaan jangka
besar yang 4. Kolik abdomen atau kram waktu lama dapat meningkatkan risiko
memerlukan usus. dehidrasi, hipokalemia dan darah
perbaikan pada 5. Kehilangan cairan dan kekurangan potassium.
gerak peristaltik elektrolit tubuh secara 2. Laxadine yang mengandung glycerin
usus, melembutkan berlebihan. dapat berinteraksi dengan
feses, pelicin jalan 6. Diare. amoxicillin/clarithromycin/lansoprazole
feses sehingga lebih 7. Mual dan muntah .Amoxicillin diketahui memiliki efek
mudah dikeluarkan. samping yang mempengaruhi detak
Sumber: Laxadine : jantung, dan kondisi ini bisa meningkat
Kegunaan, Dosis, jika terjadi penurunan kadar potassium
Efek Samping - dalam darah yang disebabkan oleh
Mediskus glycerin
31
Tabel 3. Intraksi Obat Dan Makanan ( Obat Enteral)
Intraksi Dengan
Obat-Obatan Yang Makanan Dan
Nama Fungsi Efek Samping
Dapat Berintraksi Relevansinya Dengan
Status Gizi
furosemide Furosemide adalah obat 1. Telinga berdenging, tuli 2. Cisplatin (Platinol)
untuk mengurangi cairan 2. Gatal, tidak napsu makan, urin 3. Cyclosporine (Neoral,
berlebih dalam tubuh berwarna gelap, bab dempul, sakit Gengraf, Sandimmune)
(edema) yang disebabkan kuning (kulit atau mata menguning) 4. Ethacrynic acid (Edecrin)
oleh kondisi seperti gagal 3. Nyeri hebat pada perut atas menyebar 5. Lithium (Eskalith,
jantung, penyakit hati, ke punggung, mual dan muntah Lithobid)
dan ginjal. Obat ini juga 4. Berat badan turun, nyeri badan, baal 6. Methotrexate (Rheumatrex,
digunakan untuk 5. Bengkak, penambahan berat badan Trexall)
mengobati tekanan darah dengan cepat, lebih jarang atau tidak 7. Phenytoin (Dilantin)
tinggi. Furosemide adalah buang air kecil 8. Antibiotik seperti amikacin
obat diuretik yang 6. Nyeri dada, batuk baru atau (Amikin), cefdinir
menyebabkan Anda memburuk dengan demam, masalah (Omnicef), cefprozil
menjadi lebih sering pernapasan (Cefzil), cefuroxime
buang air kecil untuk 7. Kulit pucat, memar, perdarahan yang (Ceftin), cephalexin
membantu membuang air tidak biasa, merasa seperti melayang, (Keflex), gentamicin
dan garam yang denyut jantung cepat, sulit konsentrasi (Garamycin), kanamycin
berlebihan dari tubuh. 8. Rendah kalium (bingung, denyut (Kantrex), neomycin
jantung tidak teratur, rasa tidak (Mycifradin, Neo Fradin,
nyaman pada kaki, lemah otot atau Neo Tab), streptomycin,
rasa seperti pincang) tobramycin (Nebcin, Tobi)
9. Rendah kalsium (rasa geli di sekitar 9. Obat jantung atau tekanan
mulut, otot kencang atau kontraksi, darah seperti amiodarone
refleks berlebihan). (Cordarone, Pacerone),
32
10. )Sakit kepala, sempoyongan, lemah benazepril (Lotensin),
atau sulit menelan. candesartan (Atacand),
11. Reaksi kulit hebat – demam, sakit eprosartan (Teveten),
tenggorokan, bengkak wajah atau enalapril (Vasotec),
lidah, rasa terbakar pada mata Anda, irbesartan (Avapro,
nyeri kulit, diikuti ruam merah atau Avalide), lisinopril
ungu yang menyebar (khususnya pada (Prinivil, Zestril), losartan
wajah atau tubuh bagian atas) dan (Cozaar, Hyzaar),
menyebabkan lepuhan dan olmesartan (Benicar),
mengelupas. quinapril (Accupril),
ramipril (Altace),
telmisartan (Micardis),
valsartan (Diovan), dan
lainnya
10. Laksatif (Metamucil, Milk
of Magnesia, Colace,
Dulcolax, Epsom salts,
senna, dan lain-lain)
11. Salicylates seperti aspirin,
Disalcid, Doan’s Pills,
Dolobid, Salflex, Tricosal,
dan lain-lain atau
12. Steroids (prednisone dan
lain-lain)
33
BAB IV
PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI ASUHAN GIZI
A. Rencana Asuhan Gizi
Nama : Ny. TM Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 75 tahun Nomor Registrasi : 203148
Assessment Rencana Monitoring
Diagnosa Rencana Intervensi
Data Dasar Identifikasi Masalah Evaluasi
Client History (CH)
- Px berusia 75 tahun,
Perempuan
- Px Ibu Rumah Tangga
- Pasien MRS di RS CHF + DM
dengan diagnosa medis
CHF + DM
- Pasien masih jalan-jalan
dan mengerjakan
pekerjaan rumah.
34
Food History (FH) FH – 1.2.1 Total NI – 2.1 Kekurang intake ND – 1.2 Modifikasi jenis atau Asupan
Dahulu: asupan makanan makanan dan minuman oral jumlah makanan dan zat gizi makanan/hari
- Pola makan pasien teratur
kurang disebabkan karena kurangnya pada waktu makan selama 3 hari.
yaitu 3 kali sehari.
Sekarang: asupan akibat penyakit
Metabolisme yang ditandai
- Pola makan tidak teratur
yaitu 2 kali sehari dengan Hasil Recall E,P,L, KH
- Pasien memiliki alergi Rendah.
terhadap ikan tongkol.
- Total asupan dan
kebutuhan pasien adalah
sebagai berikut:
E = 829 kkal ()
P = 32 g ()
L = 21 g ()
KH = 133,5 g ()
Berdasarkan % tingkat
konsumsi:
E = 68,35 % (Rendah)
P = 70,37 % (Rendah)
L = 57,25 % (Rendah)
KH = 73.39 % (Rendah)
35
Antropometri Data (AD)
BB : - kg
TB est : 152 cm
BBI :48,51 kg
Tinggi lutut : 47 cm
LLA ukur : 28,5
Status Gizi : Normal
berdasarkan LLA
Biochemical Data (BD) NC-2.2. Perubahan nilai ND – 1.2 Modifikasi jenis atau Data Lab. per 3 hari
GDA : 241 GDA Tinggi Laboratorium berkaitan dengan jumlah makanan dan zat gizi
penyakit DM yang ditandai pada waktu makan atau pada
dengan hasil GDA 241 m g/dl waktu makan khusus dengan
(tinggi). memberikan makanan sesuai
dengan diet DM 1300.
Physical Data (PD) TD Tinggi NI. 5.4. Penurunan kebutuhan ND – 1.2 Modifikasi jenis atau Fisik/Klinis per hari
KU :Lemah Suhu Rendah zak gizi spesifik (Na) berkaitan jumlah makanan dan zat gizi
Kesadaran :CM
dengan Hipertensi ditandai pada waktu makan
TD: 160/80 mmHg
dengan tekanan darah Tinggi
Nadi : 85x/menit
( 160/80 mmHg).
o
Suhu : 21 C
RR : 21x/menit
36
B. Rencana Intervensi
1. Terapi Diet
a. Tujuan diet
1) Mempertahankan status gizi normal.
2) Meningkatkan asupan makan pasien.
3) Memperbaiki pola makan pasien.
b. Prinsip Diet
Jenis diet : Diet DM KV 1300
Bentuk makanan : Lunak
Cara pemberian : Oral
c. Syarat diet
1) Energi cukup yaitu 1212,7 Kkal/hari (sesuai dengan perhitungan
berdasarkan Rumus PERKENI)
2) Protein cukup yaitu 15% dari kebutuhan energi total yaitu 45,47
gr
3) Lemak cukup 25% dari kebutuhan energi total yaitu 33,68
gr/hari.
4) Karbohidrat cukup 60% sisa dari kebutuhan energi total yaitu
181,90 gr/hari
5) Penggunaan gula murni tidak diperbolehkan, bila kadar gula
darah sudah terkendali diperbolehkan mengkonsumsi gula murni
sampai 5 % dari kebutuhan energi total.
6) Jumlah Natrium dikurangi untuk menurunkan tekanan darah.
7) Bentuk makan lunak
8) Cara pemberian melalui oral.
d. Perhitungan kebutuhan gizi
BBI = TB (m)2x 21
= 1,52 2 x 21
= 48,51 kg
37
ENERGI BASAL = 48,51 X 25 kal
= 1212,7
= 1212,7 + ( 10% + 10 % - 20 %)
= 1212,7 kkal
15 % x 1212,7 kal
P = = 45,47 gr
4
25 % x 1212,7 kal
L = = 33,68 gr
9
60 % x 1212,7 kal
KH = = 181,90 gr
4
2. Terapi Edukasi
a. Materi
Diet DM KV 1300
Makanan yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan dan
dibatasi.
Daftar bahan makanan Penukar
b. Tujuan
1) Memberikan informasi mengenai syarat diet dan prinsip diet
DM KV 1300 berdasarkan kebutuhan pasien.
2) Memberikan informasi mengenai bahan makanan yang di
anjurkan dan yang tidak di anjurkan untuk di konsumsi.
3) Mencapai perubahan perilaku sehat dalam pemilihan makanan
sesuai diet yang di anjurkan.
38
c. Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
d. Tempat : Ruang Seruni Bed 14.
e. Media : Leaflet DM dan DBMP
f. Waktu : Sebelum pasien pulang (akhir kasus)
g. Metode : Konseling (ceramah dan diskusi).
39
BAB V
HASIL MONITORING DAN EVALUASI
CM CM CM
Kesadaran
B. Pemeriksaan Biokimia
Tabel 9. Hasil Pemeriksaan Biokimia
40
Kategori Defisit Defisit Defisit Defisit
06/05/2018 Kebutuhan 1212,7 45,47 33,68 181,90
Asupan 727 31.7 29.3 126.5
% Asupan 59,94 69,71 86.99 69,54
Kategori Defisit Defisit Defisit Defisit
Asupan Energi
1400
1200
Energi (Kkal)
1000
800
600
400
200
0
Awal
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
Kasus
asupan 565 775.1 774.3 727
kebutuhan 1212.7 1212.7 1212.7 1212.7
41
Asupan Protein
50
40
Protein (gr)
30
20
10
0
Awal
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
Kasus
asupan 24.9 27.6 35.2 31.7
kebutuhan 45.47 45.47 45.47 45.47
Asupan Lemak
40
30
Lemak (Gr)
20
10
0
Awal
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
Kasus
asupan 18.2 20.5 28.9 29.3
kebutuhan 33.68 33.68 33.68 33.68
42
Asupan Karbohidrat
200
Karbohidrat (gr)
150
100
50
0
Awal
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
Kasus
asupan 81.5 154.9 129.2 126.5
kebutuhan 181.9 181.9 181.9 181.9
D. Edukasi
Pada hari ke-2 intervensi telah memberi Edukasi kepada pasien yaitu dengan
menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang diet pasien yaitu
menggunakan diet DM 1300 dan menjelaskan tentang makanan yang dianjukan
dan yang tidak dianjukan dengan menggunakan Lembar leaflet Diabetes
Millitus dan Daftar Bahan Makanan Penukar.
43
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Assesment
Ny. TR adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal Jln. Kedawung
II/18 Rt/Rw 002/005, Kel/Desa Tulushejo kec. Lowak wuru bersama suami,.
Ny. TR saat ini berumur 75 tahun, suku Jawa, dan beragama Krister. Pada
tanggal 01 Mei 2018, Ny. TR masuk rumah sakit dengan keluhan sesak nafas
sejak malam SMR, keringat dingin, batuk-batuk kurang lebih 2 minggu,
kadang-kadang disertai dahak, dada sering berdebar, pasien juga mengeluh jika
tidur hanya dengan 1 bantal, nafsu makan baik, aktifitas tidak terganggu.
Ny. TR memiliki Riwayat penyakit Hipertensi dan DM, sejak Umur 59
tahun yang, dan rutin mengkonsumsi obat dalam bentuk PIL, dan pada tahun
2014 sampai sekarang Ny.TR pengobatan diganti dengan menggunakan terapi
insulin. Diagnosa awal dari Rumah Sakit adalah CHF + DM. Ny. TR dirawat Di
Ruang ICU IPD sejak awal masuk RST yaitu tanggal 01/05/2018, pada tanggal
03/05/2018. Ny. Tramiati dipindahkan diruang Seruni.
B. Intervensi Gizi
Intervensi gizi dilakukan selama 3 hari mulai dari 03 Mei 2018 sampai 07
Mei 2018. Diet yang diberikan pertama kali oleh rumah sakit adalah diet DM
1600 dengan bentuk makanan Cair, dan pemberian makanan dilakukan melalui
oral. Pada Tanggal 03/05/2018, Diet DM 1600 diganti dengan diet DM 1300,
dengan bentuk makanan Cair, pada tanggal 04/05/2018. Bentuk makanan
diganti dengan bentuk TIM..
Tujuan memberikan diet tersebut dengan harapan adalah memenuhi
kebutuhan zat gizi pasien serta mempertimbangkan kondisi pasien yang
menderita penyakit CHF.
Syarat dan prinsip diet adalah memenuhi kebutuhan sesuai perhitungan
energi (1212,Kkal), protein (45,47 gr), lemak (33,68 gr) dan karbohidrat sisa
dari energi total dikurangi dengan protein dan lemak (181,90 gr). Serta
memberikan konseling gizi kepada keluarga pasien tentang diet yang sedang
dijalankan oleh pasien, dengan cara :
44
1. Menginformasikan status gizi dan asupan zat gizi pasien (Energi, Protein,
Lemak, Karbohidrat).
2. Menjelaskan tujuan dan dan prinsip diet DM
3. Memperbaiki kebiasaan pola makan pasien.
4. Memotifasi keluarga pasien untuk meningkatkan asupan makanan.
2. Biokimia
Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk menegakkan diagnosa
penyakit dan memantau perkembangan pengobatan terhadap suatu jenis
penyakit tertentu melalui pemeriksaan yang diperlukan.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada tanggal 01 Mei 2018 yaitu
pada awal kasus saja dan tidak dilakukan berulang, karena pemeriksaan
laboratorium pada pasien dilakukan hanya sekali saja. Hasil laboratorium
menunjukkan Kadar GDA dalam kategori tinggi yaitu 241 mg/dl. Pada
tanggal 03/05/2018, diperoleh data GDA pasien yaitu menurun menjadi
141 mg/dl.
3. Fisik Klinis
Pemeriksaan fisik klinis adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan
adanya kelainan-kelainan dari suatu sistim atau suatu organ tubuh dengan
cra melihat, meraba, mengetuk dan medengarkan. Pemeriksaan fisik klinis
bermanfaat juga untuk mengetahui masalah kesehatan pasien dan dapat
menegakkan diagnosa pasien.
45
Berdasarkan pemeriksaan fisik klinis, keadaan pasien pada awal kasus
04/05/2018, Keadaan umum pasien cukup, pemeriksaan tekanan darah
normal, respirasi, suhu dan nadi juga normal pasien lemah. Pada hari ke-2
05/04/2018 fisik klinis tetap normal dan pasien mengatakan sesak
berkurang , dan pada hari ke-3 07/04/2018 TD pasien naik yaitu 140/80
mmHg.
4. Asupan
a. Asupan satu hari sebelum kasus
Asupan makan 1 hari sebelum kasus berdasarkan recall 24 jam
yaitu semua asupan tergolong defisit karena penurunan nafsu makan
adanya sesak yang dirasakan pasien
b. Asupan rata-rata di RS
Pemantauan makan terhadap konsumsi makanan pasien dilakukan
dengan tujuan untuk menilai asupan zat gizi yang dikonsumsi pasien
dan seberapa besar daya terima pasien terhadap diet yang di berikan.
Pemantauan asupan makan dilakukan selama 2 hari di rumah sakit dan
1 hari di rumah pasien yang kemudian dilakukan evaluasi terhadap
asupan makannya. Evaluasi tersebut dilakukan untuk mengetahui
persentase jumlah asupan makan pasien yang kemudian dibandingkan
dengan kebutuhan zat gizi sesuai hasil perhitungan.
Intake Energi
Pada tingkat konsums energi ,hasil asupan pasien dari
tanggal 03 sampai 06 Mei 2018 dapat dilihat pada Gambar grafik 1.
Gambar 1 menunjukkan bahwa recall asupan energi pasien dalam
kategori deficit, dimana nafsu makan pasien perlahan membaik
dibandingkan awal pertama masuk RS. Selama intervensi awal
dilakukan konsumsi Energi pada hari pertama yaitu 63,84% dari
kabutuhan. Pada intervensi hari ke dua asupan energi yaitu 63, 84
%., kondisi pasien mulai membaik. Pada intervensi hari ke tiga
asupan energi menurun yaitu 59,94,% dikarenakan pasien tidak
menghabiskan makanan karena pada saat itu pasien, merasa sesak
sehingga pasien cepat merasa kenyang.
46
Intake protein
Protein berguna untuk membantu dalam membangun otot,
memelihara sel-sel tubuh, memperbaiki jaringan sel yang rusak dan
membantu sistem kekebalan tubuh supaya berfungsi dengan baik.
Tetapi jika kekurangan protein dapat menghambat laju
pertumbuhan dan menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi
lemah.
47
85,80 %. Dan pada hari ketiga asupan lemak menurun dari
kebutuhan yaitu 86,99%.
Intake Karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat diperhitungkan akan fungsinya
sebagai penghasil energi. Jadi, yang menjadi dasar kebutuhan
karbohidrat adalah jumlah kalori yang dibutuhkan tubuh.
Sedangkan kalori, terutama dihasilkan oleh karbohidrat lemak dan
protein. Kekurangan karbohidrat berarti tubuhnya tidak akan
mampu menciptakan energi yang cukup. Hal ini bisa
mengakibatkan tubuh mudah lelah dan terasa lemah. Selain itu,
tubuh akan mengalami kesulitan untuk melawan berbagai jenis
penyakit dan proses penyembuhan luka. Tubuh juga tidak
mendapatkan vitamin dan mineral yang ditemukan dalam makanan
yang mengandung karbohidrat, sehingga sistem kekebalan tubuh
akan berkurang.
Asupan karbohidrat pasien selama 3 hari dapat dilihat pada
Gambar 4 Gambar menunjukkan bahwa asupan recall sebelum
intervensi yaitu 44,90 % dalam kondisi defisit berat dimana pasien
masih kurang nafsu makan. Intervensi pada hari pertama masuk
dalam kategori baik, yaitu 85.1%. Setelah diintervensi, pada hari
kedua asupan karbohidrat menurun yaitu 71.02 %, dimana terjadi
penurunan nafsu makan pada beberapa jenis makanan akibat
timbullnya rasa sesak pada dada pasien. Pada hari ketiga, asupan
karbohidrat mengalami penurunan, yaitu 69,54% dan kategori
defisit, karena pasien mengalami sesak sejak malam sehingga
mengakibat pasien tidak memiliki nafsu makan dan merasa cepat
kenyang saat makan.
48
5. Edukasi
Edukasi penting dilakukan dengan tujuan untuk merubah perilaku
dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan
perawatan mandiri setelah keluar dari rumah sakit. Pada intervensi edukasi
yang telah diberikan mengenai diet DM 1300 kepada pasien dan keluarga
pasien dapat menerima dengan baik materi yang diberikan dibuktikan
dengan intake makanan pasien yang mulai meningkat dan adanya
komitmen pada pasien untuk mengubah pola makan. Hasil monitoring dan
evaluasi yang singkat belum bisa mencerminkan perubahan lebih lanjut
yang terjadi pada pasien, sehingga perlu adanya monitoring dan evaluasi
lanjutan untuk mengetahui keberhasilan dalam melakukan diet maupun
perubahan pola makan pasien.
49