Anda di halaman 1dari 2

Konflik horizontal juga banyak terjadi dengan latar belakang perbedaan kepentingan, baik

kepentingan politik, ekonomi, maupun sosial. Kepentingan suatu kelompok berbeda atau bahkan
bertentangan satu sama lain, sehingga upaya suatu kelompok untuk mencapai tujuan dirasakan
mengganggu pencapaian tujuan kelompok lainnya. konflik yang demikian biasanya tidak bersifat
laten akan tetapi hanya merupakan kejadian sesaat, dan ketika kepentingan itu bergeser, konflik pun
akan selesai dan bahkan berubah menjadi kerjasama. Konflik antarpendukung partai, calon presiden,
atau kepala desa misalnya merupakan beberapa contoh di antaranya.

Kecenderungan terjadinya disintegrasi semakin besar ketika antara satu daerah dengan daerah
lain yang saling terpisah itu menunjukkan kondisi kemajuan sosial ekonomi yang jauh berbeda satu
sama lain. Dengan lain perkataan terjadi kesenjangan yang tajam antar daerah. Kesenjangan antar
daerah akan memunculkan kecemburuan antara daerah satu dengan daerah lainnya, di mana
daerah yang kondisinya “terbelakang” merasa dianaktirikan oleh pemerintah pusat. Hal lain yang
perlu menjadi perhatian adalah adanya daerah-daerah yang merasa terpencil dan terisolasi dari
daerah lainnya.

Berbagai keragaman masyarakat sebagaimana diuraikan di atas dan kondisi negara kepulauan
juga membentuk pola pemilahan sosial (Social Cleavage) yang akan ikut berpengaruh pada upaya
mewujudkan integrasi nasional. Masalah pemilahan sosial menggambarkan pola pengelompokan
masyarakat terkait dengan berbagai aspek perbedaan yang ada di dalamnya. Pola pemilahan sosial
dapat dibedakan atas pemilahan sosial yang bersifat consolidated dan pola pemilahan sosial yang
bercorak intersected

B. Strategi Integrasi

Masalah integrasi nasional merupakan persoalan yang dialami oleh semua negara, terutama
adalah negara-negara berkembang. Dalam usianya yang masih relatif muda dalam membangun
negara bangsa (nation state), ikatan antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam negara masih
rentan dan mudah tersulut untuk terjadinya pertentangan antar kelompok. Di samping itu
masyarakat di negara berkembang umumnya memiliki ikatan primordial yang masih kuat. Kuatnya
ikatan primordial menjadikan masyarakat lebih terpancang pada ikatan-ikatan primer yang lebih
sempit seperti ikatan keluarga, ikatan kesukuan, ikatan sesama pemeluk agama, dan sebagainya.
Dengan demikian upaya mewujudkan integrasi nasional yang notabene mendasarkan pada ikatan
yang lebih luas dan melawati batas-batas kekeluargaan, kesukuan, dan keagamaan menjadi sulit
untuk diwujudkan. Dalam rangka mengupayakan terwujudnya integrasi nasional yang mantap ada
beberapa strategi yang mungkin ditempuh, yaitu:

1. Strategi Asimilasi

Asimilasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih menjadi satu
kebudayaan yang baru, di mana dengan percampuran tersebut maka masing-masing unsur budaya
melebur menjadi satu sehingga dalam kebudayaan yang baru itu tidak tampak lagi identitas masing-
masing budaya pembentuknya. Ketika asimilasi ini menjadi sebuah strategi integrasi nasional,
berarti bahwa negara mengintegrasikan masyarakatnya dengan mengupayakan agar unsur-unsur
budaya yang ada dalam negara itu benar-benar melebur menjadi satu dan tidak lagi menampakkan
identitas budaya kelompok atau budaya lokal.
2. Strategi Akulturasi

Akulturasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih sehingga
memunculkan kebudayaan yang baru, di mana ciri-ciri budaya asli pembentuknya masih tampak
dalam kebudayaan baru tersebut. Dengan demikian berarti bahwa kebudayaan baru yang terbentuk
tidak “melumat” semua unsur budaya pembentuknya. Apabila akulturasi ini menjadi strategi
integrasi yang diterapkan oleh pemerintah suatu negara, berarti bahwa negara mengintegrasikan
masyarakatnya dengan mengupayakan adanya identitas budaya bersama namun tidak
menghilangkan seluruh unsur budaya kelompok atau budaya lokal.

3. Strategi Pluralis

Paham pluralis merupakan paham yang menghargai terdapatnya perbedaan dalam masyarakat.
Paham pluralis pada prinsipnya mewujudkan integrasi nasional dengan memberi kesempatan pada
segala unsur perbedaan yang ada dalam masyarakat untuk hidup dan berkembang. Ini berarti
bahwa dengan strategi pluralis, dalam mewujudkan integrasi nasional negara memberi kesempatan
kepada semua unsur keragaman dalam negara, baik suku, agama, budaya daerah, dan perbedaan-
perbedaan lainnya untuk tumbuh dan berkembang, serta hidup berdampingan secara damai.

Anda mungkin juga menyukai