Anda di halaman 1dari 11

SINKOP

Sinkop berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata “syn” dan
“koptein” yang artinya memutuskan. Sehingga definisi sinkop (menurut European Society
of Cardiology : ESC), adalah suatu gejala dengan karakteristik klinik kehilangan
kesadaran yang tiba-tiba dan bersifat sementara, dan biasanya menyebabkan jatuh. Onsetnya
relatif cepat dan terjadi pemulihan spontan. Kehilangan kesadaran tersebut terjadi akibat
hipoperfusi serebral (Anonim, 2011). Menurut Mangunkusumo (1997) menjelaskan bahwa
sinkop tidak selalu diikuti dengan hilangnya kesadaran karena seseorang dapat merasakan
akan pingsan dan merasa akan muntah meskipun dia sadar akan sekelilingnya.
Prognosis dari sinkop sangat bervariasi bergantung dari diagnosis dan etiologinya.
Individu yang mengalami sinkop termasuk sinkop yang tidak diketahui penyebabnya
memiliki tingkat mortalitas yang lebih tinggi dibanding mereka yang tidak pernah sinkop
(Kawaguci, 2012)
Penyebab sinkop dapat dikelompokan dalam 6 kelompok yaitu vaskular, kardiak,
neurologik-serebrovaskular, psikogenik, metabolik dan sinkop yang tidak diketahui
penyebabnya (Anonim, 2011).
i. Gangguan tonus vaskuler atau volume darah
A. Vasovagal (vasodepresor, neurogenik)
B. Hipotensi postural (ortostatik)
1. Induksi obat (khususnya antihipertensi atau obat-obatan vasodilator)
2. Neuropati perifer (diabetik, alkoholik, nutrisional, amiloid)
3. Hipotensi postural idiopatik
4. Atrofi multisistem
5. Kondisi fisik ( physical deconditioning)
6. Simpatektomi
7. Disotonomia akut ( varian sindroma Giullian-Barre)
8. Penurunan valume darah (insufisiensi adrenal. Kehilangan darah akut, dan
lail-lain)
C. Hipersensitifitas sinus karotis
D. Situasional
1. Batuk

1
2. Mikturasi
3. Valsalva
4. Deglutisi
E. Neuralgia glossofaringeal
ii. Gangguan kardiovaskuler
A. Aritmia jantung
1. Bradiaritmia
a. Sinus bradikardia, blok sinoatrial, sinus arrest, sick- sinus syndrome
b. Blok atrioventrikuler
2. Takiaritmia
a. Takikardia supraventrikuler dengan penyakit jantung struktural
b. Fibrilasi atrial disertai dengan sindroma Wolff-Parkinson-White
c. Flutter atrial dengan konduksi atrioventrikuler 1:1
d. Takikardia ventrikuler
B. Etiologi kardiopulmoner lainnya
1. Emboli paru
2. Hipertensi pulmoner
3. Miksoma atrial
4. Penyakit miokardial (infark miokard masif)
5. Restriksi atau konstriksi miokardium ventrikel kiri
6. Konstriksi perikardium atau temponade
7. Aortic outflow tract obstruction
8. Kardiomiopati hipertrifik obstruktif
iii. Penyakit serebrovaskuler
A. Insufisiensi vertebrobasiler
B. Migren arteri basiler
iv. Kelainan lain yang dapat menyerupai sinkop
A. Metabolik
1. Hipoksia
2. Anemia
3. Penurunan karbondioksida yang disebabkan hiperventilasi
4. Hipoglikemia
B. Psikogenik
1. Serangan cemas

2
2. Pingsan histerikal
C. Bangkitan (seizure)
(Gauer, 2011)
Patofisiologi (Mekanisme terjadinya) sinkop

Semakin umum tipe pingsan, semakin sederhana mekanismenya. Sinkop terjadi akibat
gangguan metabolisme otak yang tiba-tiba, biasanya disebabkan oleh hipotensi dengan
penurunan aliran darah serebral. Beberapa mekanisme mengikuti penyesuaian sirkulasi pada
posisi tegak. Hampir tiga perempat volume darah sistemik terdapat dalam pembuluh vena,
dan setiap gangguan pada venous return dapat menyebabkan penurunan kardiak output.
Aliran darah serebral tetap dipertahankan, selama terjadi vasokonstriksi arteri sistemik.
Tetapi jika penyesuaian ini gagal, dan terjadi hipofungsi serebral sampai kurang dari setengah
nilai normal, akan menyebabkan sinkop. Normalnya, pengumpulan darah dibagian tubuh
yang terendah di cegah dengan : (1) refleks tekanan yang menginduksi konstriksi arteriol dan
venul perifer, (2) refleks percepatan jantung dengan memakai refleks aorta dan karotid, dan
(3) perbaikan venous return ke jantung oleh aktivitas otot-otot ekstremitas
(Irawanto, 2011).
.
Patofisiologi sinkop terdiri dari tiga tipe:

1. penurunan output jantung sekunder pada penyakit jantung intrinsik atau terjadi
penurunan klinis volume darah yang signifikan;
2. penurunan resistensi pembuluh darah perifer dan atau venous return
3. penyakit serebrovaskular klinis signifikan yang mengarahkan pada penurunan perfusi
serebral. Terlepas dari penyebabnya, semua kategori ini berbagi faktor umum, yaitu,
gangguan oksigenasi otak yang memadai mengakibatkan perubahan sementara
kesadaran.

Aliran darah yang berkurang ke otak dapat terjadi karena 1) jantung gagal
untuk memompa darah; 2) pembuluh-pembuluh darah tidak mempunyai cukup
kekuatan untuk mempertahankan tekanan darah untuk memasok darah ke otak; 3)
tidak ada cukup darah atau cairan didalam pembuluh-pembuluh darah; atau 4)
gabungan dari sebab-sebab satu, dua, atau tiga diatas.

3
Penyebab Vaskular (Kelainan Tonus Vascular atau Volume Darah)
Hipotensi Orthostatik
Definisi Hipotensi Orthostatik adalah apabila terjadi penurunan tekanan darah sistolik
20mmHg atau tekanan darah diastolik 10 mmHg pada posisi berdiri selama 3 menit. Pada
saat seseorang dalam posisi berdiri sejumlah darah 500-800 ml darah akan berpindah ke
abdomen dan eksremitas bawah sehingga terjadi penurunan besar volume darah balik vena
secara tiba-tiba ke jantung. Penurunan ini mencetuskan peningkatan refleks simpatis. Kondisi
ini dapat asimptomatik tetapi dapat pula menimbulkan gejala seperti kepala terasa ringan,
pusing, gangguan penglihatan, lemah, berbedebar-debar, hingga sinkop. Sinkop yang terjadi
setelah makan terutama pada usia lanjut disebabkan oleh retribusi darah ke usus.
Penyebab lain hipotensi orthostatik adalah obat-obatan yang menyebabkan deplesi volume
atau vasodilatasi. Obat-obat yang sering menyebabkan hipotensi orthostatik adalah:
• diuretika
• penghambat adrenergik alfa: terazosin
• Penghambat saraf adrenergik: guanetidin
• Penghambat ACE
• Antidepresan: MAO Inhibitor
• Alkohol
• Penghambat ganglion
• Vasodilator
• Obat-obatan hipotensif yang bekerja sentral: metildopa, clonidin

Sinkop Hipersensitivitas Sinus Carotid


Sinkop karena hipersensitivitas dari sinus karotid diinduksi oleh tekanan pada baroreseptor di
sinus karotis. Umumnya terjadi pada tight collar atau membelokan kepala ke satu sisi. Hal ini
umum terjadi pada pria dengan usia lebih dari 50 tahun. Aktivasi dari baroreseptor sinus
karotis meningkatan impuls yang dibawa ke badan Hering menuju medulla oblongata. Impuls
afferen ini mengaktivkan saraf simpatik efferen ke jantung dan pembuluh darah. Hal ini
menyebabkan sinus arrest atau Atrioventricular block, vasodilatasi.

Penyebab Sinkop Neurogenik


Terminologi ini merupakan bentuk dari seluruh sinkop yang berasal dari sinyal saraf SSP
yang berefek pada vaskular, khususnya pada Nucleus Tractus Solitarius (NTS). Sejumlah
stimulus, yang terbanyak bersala dari viseral, dapat menghilangkan respon yang berakibat

4
pengurangan atau hilang tonus simpatis dan diikuti dengan peningkatan aktivitas vagal. NTS
pada medula mengintegrasikan stimulus afferen dan sinyal baroreceptor dengan simpatis
efferen yang mempertahankan tonus vaskular. Beberapa studi mengatakan terdapat gangguan
pada pengaturan kontrol simpatis dan juga sinyal baroreceptor.

Sinkop Vasodepressor
Sinkop jenis ini adalah hal yang umum terjadi. Predisposisi secara familial belum dapat
dibuktikan. Faktor yang mendukung terjadinya sinkop umumnya emosi yang berlebihan, luka
fisik (khususnya viseral). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, vasodilatasi dari
persarafan adrenergik dipostulasikan terhadap berkurangnya resistensi perifer dimana cardiac
output gagal untuk mengkompensasi seperti yang terjadi pada hipotensi. Stimulasi vagal
kemudian terjadi dan menyebabkan bradikardia yang memicu kemungkinan untuk penurunan
kembali tekanan darah. Efek Vagal lainnya adalah, prespiration, peningkatan aktivitas
peristaltik, nausea, dan salivasi.
Sinkop Vasodepressor dapat terjadi pada
1. Seseorang dengan kondisi normal yang dipengaruhi oleh emosi yang tinggi
2. Pada seseornag yang merasakan nyeri hebat setelah luka, khususnya pada daerah abdomen
dan genitalia
3. Selama latihan fisik yang keras pada orang-orang yang sensitif

Sinkop Neurokardigenik
Oberg dan Thoren telah mengobservasi bahwa ventrikel kiri dapat saja menjadi sumber
persarafan yang memediasi terjadinya sinkop. Terjadi paradoxical bradikardia yang ditandai
dengan meningkatnya aktivitas serat autonom yang berasal dari ventrikel jantung. Sinkop
sering terjadi pada situasi peningkatan aktivitas simpatik perifer dan venous pooling. Pada
situasi ini, peningkatan kontraksi miokardial pada ventrikel kiri yang relatif kosong
mengaktifkan mekanoreseptor dari miokardium dan saraf afferen vagus yang menghambat
aktivitas simpatik dan meningkatkan aktivitas parasimpatik. Hasil dari vasodilatasi dan
bradikardia menyebabkan sinkop. Walaupun refleks yang melibatkan mekanoreseptor
miokardium umum diterima sebagai sebab dari sinkop neurokardiogenik, namun reflex lain
juga diperkirakan terlibat. Sinkop neurokardiogenik sering terjadi sebagai stimulus dari rasa
takut, emosi, atau nyeri yang tidak berasosiasi dengan venous pooling pada ekstremitas
bawah.

5
Mekanisme yang mungkin melibatkan SSP dalam sinkop neurogenik masih belum dapat
dijelaskan dnegan pasti, namun peningkatan tiba-tiba level serotonin dapat berefek pada
menurunnya aktivitas simpatik. Endogen opioat dan adenosin juga dianggap terkait dalam
patogenesis.

Neuralgia Glossofaringeal
Sinkop karena neuralgia glossofaringeal ditandai dengan nyeri pada orofaring, fossa tonsilar
atau ligah. Biasanya terjadi pada pasien dekade ke-6. Pada sebagian kecil kasus nyeri hebat
yang dirasakan berujung pada sinkop. Sebagai sekuens berawal dari nyeri, bradikardia, dan
kemudian sinkop. Kehilangan kesadaran yang terjadi lebih sering diasosiasikan dengan
kondisi asistol daripada vasodilatasi. Mekanismenya melibatkan aktivasi impuls afferen pada
saraf glossofaringeal yang diterminasi pada NTS di medulla secara kolateral dan
mengaktifkan nukleus dorsal motor dari nervus vagus. Sebagai tambahan dari bradikardia,
terdapat pula hipotensi yang terjadi karena efek inhibisi aktivutas simpatik perifer, hal ini
yang terkadang menjadi penyebab timbulnya asystole. Pengobatan media yang dapat
diberikan adalah anticonvulsant dan baclofen.

Penyakit serebrovaskular
Kelainan pada serebrovaskular jarang menjadi penyebab tunggal dalam terjadinya sinkop.
Namun, kelainan pada cerebrovascular ini menyebabkan penurunan ambang untuk terjadinya
syncope. Arteri Vertebrobasilar, yang mensuplai struktur batang otak dan bertanggungjawab
untuk mempertahankan kesadaran, umumnya terlibat dalam penyebab terjadinya sinkop
karena kelainan cerebrovaskular. Kebanyakan pasien yang mengalami kepala ringan, atau
sinkop karena kelainan serebrovascular juga memilki gejala lain dari iskemia neurologis,
seperti tangan dan kaki menjadi lemah, diplopia, ataxia, disarthria, atau gangguan sensorik.
Arteri bassiler jarang menyebabkan sinkop pada orang dewasa.

Penyebab Neurologik

Penyebab neurologik dari sinkop termasuk migrain, kejang, malformasi Arnold-Chiari dan
TIA (transient Ischemic Attack) yang ternyata cukup mengejutkan karena merupakan 10%
sebagai penyebab sinkop secara keseluruhan. Kebanyakan individu yang mengalami sinkop
akibat kelainan neurologik seringkali mengalami kejang daripada hanya episode sinkop saja.
Kelainan neurologi yang terjadi sering kali mirip dengan sinkop yaitu terdapatnya gangguan

6
atau hilangnya kesadaran seseorang. Keadaan ini termasuk iskemi serebral sementara,
migrain, epilepsi lobul temporal, kejang atonik dan serangan kejang umum.

Sinkop Perdarahan Cerebral


Sinkop karena perdarahan cerebral. Terjadinya perdarahan subarachnoid dapat menjadi sinyal
terjadinya sinkop, yang sering diikuti dengan transient apnea. Oleh karena terjadi perdarahan
arteri, terdapat peristiwa penghentian dari sirkulasi cerebral karena tekanan intrakranial dan
tekanan darah saling mendekati satu sama lain. Permasalahan yang sering terkait adalah
seorang pasien yang terjatuh tiba-tiba tanpa sebab yang jelas, tersadar dengan sakit kepala,
sering ditemukan memiliki hematom bifrontal dan perdarahan subarachnoid pada
pemeriksaan CT.
Sinkop Kardiak
Kehilangan kesadaran karena jantung atau pembuluh kondisi darah yang mengganggu aliran
darah ke otak. Kondisi ini mungkin mencakup irama jantung abnormal (aritmia), obstruksi
aliran darah di jantung atau pembuluh darah, penyakit katup, stenosis aorta, bekuan darah,
atau gagal jantung.

Penyebab Sinkop Metabolik


Penyebab metabolik pada sinkop sangat jarang, hanya berkisar 5% dari seluruh episode
sinkop. Gangguan metabolik yang seringkali menjadi penyebab sinkop tersebut adalah
hipoglikemi, hipoksia dan hiperventilasi. Sinkop akibat hipoglikemi adalah hilangnya
kesadaran yang berhubungan dengan kadar gula darah dibawah 40mg/dL dan disertai gelaja
tremor, bingung, hipersalivasi, keadaan hiperadrenergik dan rasa lapar. Hipoadrenalism yang
dapat menyebabkan terjadinya hipotensi postural akibat sekresi kortisol yang tidak adekuat,
merupakan penyebab penting episode sinkop yang dapat diobati.

Sinkop Situasional
Berbagai aktivitas termasuk batuk, mikturisi, dan defekasi dapat menyebabkan sinkop. Hal
ini setidaknya disebabkan oleh kontol abnormal dari saraf autonom dan mungkin melibatkan
respon cardioinhibitory dan respon vasodepressor. Batuk, mikturisi, defekasi yang
berassosiasi dengan manuver dapat menyebabkan hipotensi dan sinkop dengan cara
menurunkan venous return. Peningkatan tekanan intrakranial sekunder hingga peningkatan
tekanan intratorakal dapat menyebabkan penurunan aliran darah cerebral. Sinkop karena
batuk biasanya terjadi pada pria yang memiliki kronik bronchitis atau penyakit paru

7
obstruktif. Sinkop karena mikturisi lebih banyak terjadi pada usia pertengahan dan orang
yang lebih tua usianya, khususnya untuk mereka yang memiliki hipertrofi prostat dan
obstruksi saluran kemih, biasnaya terjadi pada malam hari setelah melakukan pengosongan.
Sinkop defekasi dapat terjadi secara sekunder akibat valsava manuver pada orang tua dengan
konstipasi. Alogaritma Diagnostik Sinkop

Penatalaksanaan Sinkop secara umum


Pingsan atau disebut juga sinkop ialah kehilangan kesadaran sesaat karena aliran
darah ke otak untuk sementara berkurang. Berbeda dengan shock, denyut nadi menjadi lebih
lambat, meskipun akan segera meningkat kembali. Biasanya pasien bisa segera pulih.
Dalam menangani pasien yang mengalami sinkop, kita harus bisa memastikan faktor
pencetus atau penyebab sehingga penanganan yang dilakukan bisa sesuai. Penyebab pingsan
yang patut kita perhatikan di antaranya adalah gangguan tonus vaskular atau volume darah,
gangguan kardiovaskular, penyakit serebrovaskular, serta kelainan lain seperti gangguan
metabolik, psikogenik dan kejang. Sinkop yang disebabkan oleh kelainan jantung beresiko
menyebabkan kematian.
Sebagai bentuk pencegahan, pasien yang mengalami sinkop berulang atau memiliki
riwayat pingsan tanpa gejala terlebih dahulu sebaiknya menghindari kegiatan-kegiatan yang
dapat menimbulkan cedera lebih lanjut apabila dia sampai kehilangan kesadaran pada saat
melakukan kegiatan tersebut seperti berenang sendirian, mengoperasikan mesin berat atau
mengemudi. Pasien usia lanjut dengan pusing atau sinkop beresiko mendapatkan cedera
traumatik. Morbiditas dan mortalitas pasien usia lanjut sangat signifikan saat mereka terjatuh
ketika kehilangan kesadaran.
Sebelum seseorang pingsan, biasanya ada pertanda yang dirasakan. Oleh karena itu,
bisa dilakukan pernafasan dalam, serta teknik relaksasi untuk menghindari pingsan. Teknik
tersebut bisa membantu mengontrol pingsan yang berkaitan dengan regulasi tekanan darah.
Berbaring setidaknya 10-15 menit ditempat yang sejuk dan tenang. Pada saat muncul
gejala akan pingsan seperti kepala terasa ringan, mual atau kulit dingin dan lembab, dapat
dilakukan counter-pressure maneuvers seperti mengepalkan jari tangan, menegangkan
tangan, dan menyilangkan kaki atau merapatkan paha. Jika pingsan terjadi sering tanpa
kejadian yang memicu, biasanya merupakan pertanda penyakit jantung yang mendasarinya.
Jika sudah mengalami kehilangan kesadaran, pasien sebaiknya diposisikan pada posisi
yang mendukung aliran darah ke otak, terlindung dari trauma dan mendapatkan jalan nafas

8
yang aman. Tindakan yang dapat dilakukan pada pertolongan pertama pada pingsan adalah
membaringkan pasien dengan kaki ditinggikan dan ditopang. Pasien harus dipastikan bisa
mendapatkan udara segar. Oleh karena itu, jendela sebaiknya dibuka atau jika berada di luar
ruangan atau di keramaian, jangan sampai dikerubungi. Jika kesadaran tidak segera pulih,
pernapasan dan nadi harus diperiksa serta bersiap melakukan resusitasi untuk mengantipasi
apabila diperlukan.
Jika memungkinkan, pasien sebaiknya terbaring dengan posisi supinasi serta kepala
menghadap ke satu sisi untuk mencegah aspirasi dan terhambatnya jalan nafas oleh lidah.
Selanjutnya, penilaian nadi dan auskultasi jantung dapat membantu menentukan apakah
pingsan tersebut berkaitan dengan bradiaritmia atau takiaritmia. Pakaian yang menempel
ketat sebaiknya dilonggarkan, terutama pada leher dan pinggang. Stimulasi perifer seperti
meneteskan air pada wajah dapat membantu menyadarkan pasien. Pemberian apapun ke
mulut pasien, termasuk air, sebaiknya dihindari jika pasien masih berada dalam kelemahan
secara fisik.
Secara garis besar, penatalaksanaan penurunan kesadaran ( Sinkop ) yaitu :
a. Tidurkan pasien dengan posisi lateral dekubitus dengan leher sedikit ekstensi bila tidak
ada kontraindikasi seperti fraktur servikal dan tekanan intracranial yang meningkat.

b. Posisi Trendelenburg berguna untuk memastikan jalan nafas lapang.

Penatalaksanaan sinkop pada praktek Kedokteran Gigi

Perawatan sinkop paling baik adalah mencegah penderita menjadi tidak sadar diri. Bila
seorang penderita memperlihatkan tanda-tanda sinkop, sandaran kursi gigi segera direbahkan
sehingga kepala penderita lebih rendah dari kakinya, pakaian yang terlalu ketat dilonggarkan,
stimulasi reflek yang dikerjakan dengan memberikan aplikasi air dingin pada muka penderita
dan dengan hati-hati memberi inhalasi amoniak (kalau tak ada dapat dilakukan dengan
alkohol 70% yang diteteskan dengan tiba-tiba pada lubang hidung atau secara inhalasi,
minyak wangi).

Sandaran kepala diputar ke belakang dan sandaran punggung kursi gigi direbahkan ke
belakang agar kepala penderita berposisi lebih rendah dari kakinya. Bila posisi penderita
demikian kurang memberi hasil yang memuaskan, maka kaki penderita perlu diangkat sedikit
ke atas saat penderita masih dalam keadaan terbaring.

9
Dengan posisi demikian maka darah yang berada di daerah kakiakan membantu
menambah sirkulasi darah di atas pinggang kira-kira dengan 1000 cc dan secara cepat akan
mengembalikan keadaan anoksia serebralis menjadi kembali normal. Tetapi apabila sinkop
berlanjut dan penderita telah pingsan, maka dalam keadaan itu perlu memberioksigen 100%
melalui jalan hidung dan obat vasopresor misalnya neosinefrin atau epinefrin, obat stimulan
seperti kafein sodium benzoat atau metrazol.

Pada keadaan mendesak bilaa penderita masih dapat diberika minum, melalui mulut
dapat disuapkan sendok demi sendok kopi panas sebagai pengganti obat stimulan karena kopi
juga mengandung kafein.

Pertahankan kedudukan penderita dengan posisi terbaring sampai penderita benar-benar


siuman. Perhatikan terus pulsus penderita, pernafasannya, dan tekanan darah diukur secara
periodik (Mangunkusumo, 1997).

10
Daftar Pustaka

Anonim, 2011, Sinkop, https://internis.files.wordpress.com/2011/01/sinkop.pdf

Gauer, R. L., 2011, Evaluation of Syncope, Am Fam Physician 15;84(6):640-650

Irawanto, F., 2011, Modul Sinkop, febriirawanto.blogspot.com/2011/1

Kawaguci, H., 2012, Gangguan kesadaran dan Sinkop (Pingsan), http://kulpulan-


materi.blogspot.com/2012/01/teori-ekologi.html

Mangunkusumo, H., 1997, Eksodonsia dan Komplikasinya, Laboratorium Bedah Mulut FKG
UGM

11

Anda mungkin juga menyukai