Disusun oleh:
Preseptor:
FAKULTAS KEDOKTERAN
RS MUHAMMADIYAH
BANDUNG
2018
0
BAB I
Malnutrisi yaitu gizi buruk atau Kurang Energi Protein (KEP) dan defisiensi
Diagnosis gizi buruk dapat diketahui melalui gejala klinis, antropometri dan
derajat dan lamanya deplesi protein dan energi, umur penderita, modifikasi
menyertainya. Gejala klinis gizi buruk ringan dan sedang tidak terlalu jelas, yang
ditemukan hanya pertumbuhan yang kurang seperti berat badan yang kurang
dibandingkan dengan anak yang sehat. Gizi buruk ringan sering ditemukan pada
anak-anak dari 9 bulan sampai 2 tahun, akan tetapi dapat dijumpai pula pada anak
mengurang atau terhenti, kenaikan berat badan berkurang, terhenti dan adakalanya
beratnya menurun, ukuran lingkar lengan atas menurun, maturasi tulang terlambat,
rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun, tebal lipat kulit normal atau
dengan anak sehat, adakalanya dijumpai kelainan kulit dan rambut. Gizi buruk berat
1
memberi gejala yang kadang-kadang berlainan, tergantung dari dietnya, fluktuasi
menjadi KEP derajat ringan-sedang (Gizi kurang) dan KEP derajat berat(gizi
buruk). Gizi kurang belum menunjukan gejala klinis yang khas, hanya dijumpai
gangguan pertumbuhan dan anak tampak kurus. Pada gizi buruk, disamping gejala
klinis didapatkan kelainan biokimia sesuai dengan bentuk klinis. Pada gizi buruk
kwashiorkor.
2
BAB II
GIZI BURUK
Malnutrisi
kebutuhan energi yang diperlukan oleh tubuh untuk tumbuh berkembang dan
a. Definisi KEP
Gizi (AKG).
b. Epidemiologi KEP
Masalah seluruh dunia : Terdapat pada lebih dari 50 juta anak-anak dibawah
5 tahun
Merupakan 49% dari 10.4 juta kematian pada anak dibawah 5 tahun pada
Negara-negara berkembang
DATA RISKESDAS
3
Gizi kurang : 13% tahun 2010 13,9% tahun 2013
JAWA BARAT
c. Etiologi
ginjal,hati,jantung,paru) medulab
d. Faktor resiko :
- Faktor lingkungan
4
e. Klasifikasi KEP
Derajat I 90-75
Derajat II 75-60
Derajat I 80-90
Derajat II 70-80
KAPITA SELEKTA
5
f. Gejala Klinis
1. KEP Ringan
• Anemia ringan
a. Kwashiorkor
- Edema, pitting ringan pada punggung kaki (dorsum pedis) atau biasa
- Rambut tipis, seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa
sakit, rontok
6
- Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri
atau duduk
- Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah
dermatosis)
- Stomatitis moniliasis
- Sering disertai:
anemia
diare
b. Marasmus
- Cengeng, rewel
- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (pada
- Perut cekung
7
- Bradikardi dan hipotermi
- Stomatitis moniliasis
- Perawakan pendek
- Stunting
- Edema (-)
- Sering disertai:
diare
c. Marasmik-Kwashiorkor
dan Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHO-NCHS disertai edema
g. Diagnosa
1. Anamnesa
• Asupan makanan (Intake makanan dan cairan saat ini, diet sebelum sakit,
• Aktivitas
• Penyakit yang mendasari (durasi dan frekuensi diare dan muntah, tipe diare
8
• Riwayat tumbuh kembang: ditimbang setiap bulan, duduk, berdiri, bicara dan
lain-lain
• Riwayat imunisasi
2. Pemeriksaan fisik
• Antropometri (BB/TB)
• Pitting Edema
sekunder (candida).
• Adakah tanda syok (tangan dingin, capillary refill time yang lambat,
9
• Demam (suhu aksilar ≥ 37.5° C) atau hipotermi (suhu aksilar <
35.5°C).
• Sangat pucat
splash)
10
Perbedaan klinis marasmus dan kwashiorkor
ditemukan, gambaran
umum
jagung)
atau prealbumin
infeksi)
11
3. Laboratorium
Darah tepi Hb < 4 g% atau Hct < 12% menunjukkan anemia berat
Pemeriksaan dan kultur urine Adanya bakteri/leukosit > 10 /LP menunjukkan adanya infeksi saluran
kemih
Pemeriksaantinja mikroskopik Darah menunjukkan disentri, kista atau tropozoit giardia menunjukkan
Foto rontgen dada Pneumonia pada gizi buruk tidak menunjukkan pengabutan yang jelas
Uji mantoux untuk TB Sering negatif pada anak dan juga bila telah diberikan BCG sebelumnya
12
h. Management untuk kurang Energi Protein(KEP)
rawat jalan)
• Dianjurkan memberikan ASI eksklusif (bayi < 4 bl) dan terus memberikan
• Rawat jalan : Nasehat pemberian makanan dan vitamin serta teruskan ASI,
gizi
• Rawat inap : Makanan tinggi energi dan protein dengan kebutuhan energy
20- 50% diatas AKG. Diet sesuai dengan penyakitnya dan dipantau berat
badannya setiap hari, beri vitamin dan penyuluhan gizi. Setelah penderita
sembuh dari penyakitnya, tapi masih menderita KEP ringan atau sedang
Pada tatalaksana rawat inap penderita KEP berat/Gizi buruk di Rumah Sakit
a. Prinsip dasar pengobatan rutin KEP berat/ gizi buruk (10 langkah utama)
13
b. Pengobatan penyakit penyerta
d. Kegagalan pengobatan
1. Atasi/cegah hipoglikemia
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
5. Obati/cegah infeksi
Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase
stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil
memilih langkah mana yang sesuai untuk setiap fase. Tata laksana ini digunakan
14
Peningkatan jumlah masukan nutrisi dan terjadi peningkatan berat badan.
Selain itu stimulasi emosi dan fisik ditingkatkan. Ibu atau pengasuh dilatih
Fase ini anak telah dipulangkan. Anak dan keluarga dipantau untuk mencegah
emosi anak.
1 Hipoglikemia
2 Hipotermia
3 Dehidrasi
4 Elektrolit
5 Infeksi
6 MulaiPemberian
makanan
7 Tumbuh kejar
(Meningkatkan
Pemberian Makanan)
9 Stimulasi
10 Tindak lanjut
15
A. Sepuluh Langkah Utama Pada Tata Laksana Kep Berat/Gizi Buruk
Darah Rendah)
Hipoglikemia merupakan salah satu penyebab kematian pada anak dengan KEP
sebagai tanda adanya infeksi. Periksa kadar gula darah bila ada hipotermia (suhu
ketiak < 360 C/suhu dubur < 360 C). Pemberian makanan yang sering penting untuk
mencegah kedua kondisi tersebut Bila kadar gula darah dibawah 50mg/dl, berikan
50 ml bolus (pemberian sekaligus) glukosa 10% atau larutan sukrosa 10% ( 1 sdt
gula dalam 5 sdm air ) p.o. atau pipa naso-gastrik Selanjutnya berikan larutan
tersebut setiap 30 menit selama 2 jam (setiap kali berikan ¼ bagian dari jatah untuk
2 jam), berikan antibiotic dan secepatnya berikan makan setiap 2 jam, siang dan
malam.
- Pemantauan
Bila kadar glukosa darah rendah, ulangi pemeriksaan gula darah dengan darah
dari ujung jari atau tumit setelah 2 jam Sekali diobati, kebanyakan anak akan stabil
dalam 30 menit Bila gula darah turun lagi sampai < 50 mg/dl, ulangi pemberian 50
ml (bolus) larutan glukosa 10% atau sukrosa, dan teruskan pemberian setiap 30
menit sampai stabil Ulangi pemeriksaan gula darah bila suhu aksila < 36 C dan/atau
kesadaran menurun.
16
- Pencegahan
Mulai segera pemberian makanan setiap 2 jam , sesudah dehidrasi yang ada
dikoreksi Selalu memberikan makanan sepanjang malam. Catatan Bila tidak dapat
memeriksa kadar glukosa darah, anggaplah setiap anak KEP berat menderita
suhu rektal dengan menggunakan termometer suhu rendah. Bila tidak tersedia
termometer suhu rendah dan suhu anak sangat rendah pada pemeriksaan dengan
termometer biasa, anggap anak menderita hipotermia Bila suhu dubur < 360 C
Segera beri makanan cair/formula khusus (mulai dengan rehidrasi bila perlu)
Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup kepala, letakkan
dekat lampu atau pemanas (jangan gunakan botol air panas) atau peluk anak di dada
ibu, selimuti dan berikan antibiotik (lihat langkah 5) Pemantauan Periksa suhu
dubur setiap 2 jam sampai suhu mencapai > 36,50 C, bila memakai pemanas ukur
setiap 30 menit Pastikan anak selalu terbungkus selimut sepanjang waktu, terutama
malam hari raba suhu anak bila ada hipotermia, periksa kemungkinan hipoglikemia
Sepanjang malam selalu beri makan Selalu selimuti dan hindari basah Hindari
paparan langsung dengan udara (mandi atau pemeriksaan medis terlalu lama).
17
3. Pengobatan dan Pencegahan dehidrasi
lahan untuk menghindari beban sirkulasi dan jantung (lihat penanganan kegawatan)
Cairan rehidrasi oral standar WHO mengandung terlalu banyak Na dan kurang K
untuk penderita KEP berat. Sebagai pengganti, berikan larutan garam khusus yaitu
menggunakan tanda-tanda klinis saja. Jadi, anggap semua anak KEP berat dengan
sebanyak 5 ml/kgBB setiap 30 menit selama 2 jam p.o. atau lewat pipa nasogastrik
5 Selanjutnya beri 5-10 ml/kgBB/jam untuk 4-10 jam berikutnya ; jumlah tepat
pengganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan formula khusus sejumlah yang sama,
(langkah 6) Selama pengobatan, pernafasan cepat dan nadi lemah akan membaik
dan anak mulai kencing Pemantauan Penilaian atas kemajuan proses rehidrasi
setiap ½-1 jam selama 2 jam pertama → tiap jam untuk 6-12 jam, dengan memantau
mata, mulut basah, kecekungan mata dan ubun-ubun besar yang berkurang,
perbaikan turgor kulit, merupakan tanda bahwa rehidrasi telah berlangsung, tetapi
pada KEP berat perubahan ini sering kali tidak terlihat, walaupun rehidrasi sudah
18
tercapai Pernafasan dan denyut nadi yang cepat dan menetap selama rehidrasi
Frekuensi pernafasan dan nadi meningkat, edema dan pembengkakan kelopak mata
bertambah. Bila ada tanda-tanda tersebut, hentikan segera pemberian cairan dan
nilai kembali setelah 1 jam Pencegahan Bila diare encer berlanjut Teruskan
sebanyak 50-100 ml setiap kali buang air besar cair Bila masih mendapat ASI
teruskan.
diantaranya :
dan Mg dapat disiapkan dalam bentuk larutan yang ditambahkan langsung pada
19
5. Lakukan Pengobatan dan pencegahan infeksi
Pada KEP berat, tanda yang biasanya menunjukan adanya infeksi seperti
demam seringkali tidak tampak, karenanya pada semua KEP berat beri secara rutin
Antibiotik spektrum luas Vaksinasi campak bila umur anak > 6 bl dan belum pernah
diimunisasi (bila keadaan anak sudah memungkinkan, paling lambat sebelum anak
dipulangkan) Ulangi pemberian vaksin setelah keadaan gizi anak menjadi baik
Beberapa ahli memberikan metronidazol (7,5 mg/kgBB, setiap 8 jam selama 7 hari)
suspensi pediatri p.o. 2x/hari selama 5 hari (2,5 ml bila berat badan < 4 kg) Bila
anak sakit berat (apatis, letargi) atau ada penyulit (hipoglikemia, hipotermia, infeksi
setiap 6 jam selama 2 hari, kemudian p.o. amoksisilin 15 mg/kgBB setiap 8 jam,
selama 5 hari Bila amoksisilin tidak ada, teruskan ampisilin 50 mg/kgBB setiap 6
jam p.o. dan Gentamisin 7,5 mg/kg/BB/i.m./i.v. sekali sehari, selama 7 hari Bila
mg/kg/BB/i.m./i.v. setiap 6 jam selama 5 hari Bila terdeteksi infeksi kuman yang
spesifik, tambahkan antibiotik spesifik yang sesuai. Tambahkan obat anti malaria
bila pemeriksaan darah untuk malaria positif Bila anoreksia menetap setelah 5 hari
pengobatan antibiotik, lengkapi pemberian hingga 10 hari. Bila masih tetap ada,
nilai kembali keadaan anak secara lengkap, termasuk lokasi infeksi, kemungkinan
20
adanya organisme yang resisten serta apakah vitamin dan mineral telah diberikan
dengan benar.
Pada awal fase stabilisasi, perlu pendekatan yang sangat berhati-hati karena
keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang. Pemberian
makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa
sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisme basal saja Formula
khusus seperti F WHO 75 yang dianjurkan dan jadwal pemberian makanan harus
disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip tersebut diatas (tabel pemberian
diet dan cairan) : Berikan formula dengan cangkir/gelas. Bila anak terlalu lemah,
berikan dengan sendok/pipet Pada anak dengan selera makan baik tanpa edema, jadwal
pemberian makanan pada fase stabilisasi ini dapat diselesaikan dalam 2-3 hari saja (1
hari untuk setiap tahap). Bila masukan makanan < 80 Kkal/kgBB/hari, berikan sisa
formula nasogastrik. Jangan memberikan makanan lebih dari 100 Kkal/kg BB/hari
pada fase stabilisasi ini Pantau dan catat Jumlah yang diberikan dan sisanya Muntah
Frekuensi buang air besar dan konsistensi tinja BB (harian) Selama fase stabilisasi,
diare secara perlahan berkurang dan BB mulai naik, tetapi pada penderita dengan
edema BB-nya akan menurun dulu bersamaan dengan menghilangnya edema, baru
kemudian BB mulai naik. Bila diare berlanjut atau memburuk walaupun pemberian
21
7. Perhatikan masa tumbuh kejar balita (catch- up growth)
tercapai masukan makanan yang tinggi dan pertambahan berat badan > 10 g/kgBB/hari.
Awal fase rehabilitasi ditandai dengan timbulnya selera makan, biasanya 1-2 minggu
setelah dirawat Transisi secara perlahan dianjurkan untuk menghindari risiko gagal
jantung yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak
secara mendadak Pada periode transisi, dianjurkan untuk merubah secara perlahan-
lahan dari formula khusus awal ke formula khusus lanjutan Ganti formula khusus awal
(energi 75 Kkal dan protein 0,9-1,0 g per 100 ml)dengan formula khusus lanjutan
(energi 100 Kkal dan protein 2,9 g per 100 ml) dalam jangka waktu 48 jam Modifikasi
protein yang sama Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit
ml/kgBB/hari) Pemantauan pada masa transisi Frekuensi nafas Frekuensi denyut nadi
Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5x/menit dan denyut nadi > 25x/menit dalam
normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas Setelah periode transisi
dilampaui, anak diberi Makanan/formula dengan jumlah tidak terbatas dan sering
Energi : 150-220 Kkal/kgBB/hari Protein 4-6 g/kgBB/hari Bila anak masih mendapat
ASI, teruskan, tetapi juga beri formula, karena energi dan protein ASI tidak akan
mencukupi untuk tumbuh kejar Pemantauan setelah periode transisi Kemajuan dinilai
berdasarkan kecepatan pertambahan berat badan Timbang anak setiap pagi sebelum
22
anak diberi makan Setiap minggu kenaikan BB dihitung (g/kgBB/hari) Bila kenaikan
anemia biasa dijumpai, jangan terburu-buru memberikan preparat besi (Fe), tetapi
tunggu sampai anak mau makan dan berat badannya mulai naik (biasanya setelah
minggu ke-2). Pemberian besi pada masa awal dapat memperburuk keadaan infeksinya
Berikan setiap hari Multivitamin Asam folat 1 mg/hari (5 mg pada hari pertama) Seng
mg/kgBB/hari atau sulfas ferosus 10 mg /kgBB/hari Vitamin A oral pada hari ke-1
Anak > 1 th : 200.000 SI 6-12 bl : 100.000 SI 0-5 bl : 50.000 SI (jangan berikan bila
- Kasih sayang
23
10. Persiapan untuk tindak lanjut di rumah
Bila BB anak sudah mencapai 80% BB/U, dapat dikatakan anak sembuh Pola
pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan dirumah setelah
penderita dipulangkan Peragakan kepada orangtua Pemberian makan yang sering dengan
kandungan energi dan nutrien yang padat Terapi bermain terstruktur Sarankan Membawa
anaknya kembali untuk kontrol secara teratur. 8 Pemberian suntikan/imunisasi dasar dan
Dermatosis
Diare berlanjut
Diare biasa menyertai dan berkurang dengan sendirinya pada pemberian makanan
secara berhati-hati. Bila ada intoleransi laktosa(jarang), obati hanya bila diare berlanjut
dan tidak ada perbaikan keadaan umum. Berikan formula bebas/rendah laktosa.
24
Kerusakan mukosa usus dan giardiasis merupakan penyebab lain melanjutnya diare.
Tuberkulosis
dirumah harus sering diberi makanan tinggi energi(150 kkal/kgBB/ Hari) dan tinggi protein
( 4 g/kgBB/hari):
- Beri anak makanan yang sesuai (energy dan protein), paling sedikit 5 kali sehari
- Teruskan ASI
hipoglikemia, hipotermia, sepsis terlambat atau tidak diatasi, atau proses rehidrasi
kurang tepat
b. Dalam 72 jam :
25
Cek apakah volume atau jenis formula terlalu banyak atau pemulihan formula tidak
tepat
c. Malam hari :
2. Penilaian kenaikan BB
- Sedang : 5 - 10 g/KgBB/hari
3. Penyebab kenaikan BB
- < 5g/kgBB/hari
• Masalah psikologik
1. Syok (renjatan):
Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit
26
Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan
terjadinya overhidrasi.
Berikan 15 ml/kgBB dalam 1 jam pertama cairan dektrosa 5% : NaC1 0.9% (1:1)
jam pertama.
- Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan pernafasan) dan
(F-75/pengganti).
- Bila tidak ada perbaikan klinis anak menderita syok septik. Dalam hal
27
2. Anemia berat
- Hb <4 g/dl
Transfusi darah:
Bila ada tanda gagal jantung, gunakan ‘packed red cells’ untuk transfusi
Bila pada anak dengan distres nafas setelah transfusi Hb tetap <4 g/dl atau antara
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Kliegmanm Behrman, Richard E., MD., et. al.. Nelson Textbook of Pediatrics 18th
2005
3. http://www.who.int/nutgrowthdb/publications/worldwide_magnitude/en/index.ht
4. Kemenkes RI. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk, Buku II.Depkes RI:
Jakarta:2003
7. Depkes RI. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku I. Jakarta;
8. Badriul H, 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia Jilid
1. Jakarta
10. Diagnosis Dan Tatalaksana Gizi Buruk GDS K 50. Fk USU 2010
29