Dosen pengampu: Ns. Diah Ratnawati, S Kep, M.Kep, Sp. Kep. Kom
Disusun oleh:
Ismi Zakiah 1610711056 Farah Nabilah 1610711068
Purwandari Nurfaizah 1610711059 An’nisaa Eka Rahmawati 1610711072
Amastia Ikayuwandari 1610711060 Leni Marlia 1610711073
Adinda Zein Nur 1610711062 Anggryta putry Lestari 1610711082
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul Kasus Lansia Dengan Stroke yang ditulis guna
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II.
Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas memberikan bantuan dan
dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan masalah ini dengan sebaik-baiknya.
2|Page
Depok, 03 Maret 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
4
1.1 Latar Belakang
4
1.2 Rumusan Masalah
5
1.3 Tujuan Penulisan
5
3
2.1 Program kesehatan terkait kasus
6
2.2 Program kota sehat terkait kasus
12
2.3 Prevalensi populasi (Dunia, Indonesia, dan Jawa Barat)
13
2.4 Karakteristik & tumbang lansia
16
2.5 Pengertian, etiologi dan tanda gejala stroke
25
2.6 Komplikasi, cara pencegahan dan penatalaksanaan stroke
29
2.7 Pengkajian, Analisa data dan diagnosa keperawatan
32
2.8 Tujuan umum khusus & intervensi
41
4
BAB I
PENDAHULUAN
Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke tahun.
Stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker.
Disamping itu, stroke juga merupakan penyebab kecatatan. Sehingga keadaan tersebut
menempatkan stroke sebagai masalah kesehatan yang serius.
Rendahnya kesadaran akan faktor risiko stroke, kurang dikenalinya gejala stroke,
belum optimalnya pelayanan stroke dan ketaatan terhadap program terapi untuk
pencegahan stroke ulang yang rendah merupakan permasalahan yang muncul pada
pelayanan stroke di Indonesia. Keempat hal tersebut berkontribusi terhadap peningkatan
kejadian stroke baru, tingginya angka kematian akibat stroke, dan tingginya kejadian
stroke ulang di Indonesia (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2008).
Penderita Stroke saat ini menjadi penghuni terbanyak di bangsal atau ruangan
pada hampir semua pelayanan rawat inap penderita penyakit syaraf. Karena, selain
menimbulkan beban ekonomi bagi penderita dan keluarganya, stroke juga menjadi beban
bagi pemerintah dan perusahaan asuransi kesehatan.
Berbagai fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini, stroke masih merupakan
masalah utama di bidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk mengatasi
masalah krusial ini diperlukan strategi penangulangan stroke yang mencakup aspek
preventif, terapi rehabilitasi, dan promotif.
Keberadaan unit Stroke di rumah sakit tak lagi sekadar pelengkap, tetapi sudah
menjadi keharusan, terlebih bila melihatangka penderita stroke yang terus meningkat dari
tahun ke tahun di Indonesia. Karena penanganan stroke yang cepat, tepat dan akurat akan
meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan. Untuk itulah penulis menyusun makalah
mengenai stroke yang menunjukan masih menjadi salah satu pemicu kematian tertinggi
di Indonesia.
1. Mengetahui apa saja yang menjadi Program kesehatan terkait kasus stroke
2. Mengetahui apa saja yang menjadi Program kota sehat terkait kasus stroke
3. Mengetahui bagaimana prevalensi populasi (Dunia, Indonesia, dan Jawa Barat)
4. Bagaimana karakteristik & tumbang lansia
5. Mengetahui apa pengertian, etiologi dan tanda gejala stroke
6. Mengetahui apa komplikasi, cara pencegahan dan penatalaksanaan stroke
7. Mengetahui bagaimana pengkajian, analisa data dan diagnosa keperawatan
8. Mengetahui bagaimana tujuan umum khusus & intervensi
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Fakta Stroke
a. Global
Data World Health Organization (WHO) tahun 2012 menunjukkan sekitar
31% dari 56,5 juta orang atau 17,7 juta orang di seluruh dunia meninggal akibat
penyakit jantung dan pembuluh darah. Dari seluruh kematian akibat penyakit
kardiovaskuler, sebesar 7,4 juta disebabkan oleh Penyakit Jantung Koroner, dan
6,7 juta disebabkan oleh stroke.
b. Nasional
Prevalensi stroke nasional berdasarkan Riskesdas 2013 sebesar 12,1‰,
tertinggi di provinsi Sulawesi Selatan (17,9‰) dan terendah provinsi Papua
Barat, Lampung, dan Jambi (5,3‰). Adapun prevalensi stroke adalah sebagai
berikut:
Berdasarkan kelompok umur : >75 tahun sebesar 67,0‰; 65-74 tahun
sebesar 46,1‰; 55-64 tahun sebesar 33,0‰; 45-54 tahun sebesar 16,7‰; 35-44
tahun sebesar 6,4‰; 25-34 tahun sebesar 3,9‰; dan 15-24 tahun sebesar 2,6‰.
Berdasarkan status ekonomi : tingkat bawah sebesar 13,1‰; menengah
bawah sebesar 12,6‰; menengah sebesar 12,0‰; menengah atas sebesar
11,8‰; dan teratas sebesar 11,2‰.
Berdasarkan tempat tinggal : perdesaan sebesar 11,4‰, dan perkotaan
sebesar 12,7‰
Berdasarkan tingkat pendidikan : tidak sekolah sebesar 32,8‰; tidak tamat
SD sebesar 21,0‰; tamat SD sebesar 13,2‰; tamat SMP sebesar 7,2‰; tamat
SMA sebesar 6,9‰; dan tamat D1,D3, dan Perguruan Tinggi sebesar 9,8‰.
Berdasarkan jenis kelamin : Laki-laki sebesar 12,0‰, dan perempuan
sebesar 12,1‰.
Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014 menunjukkan
stroke merupakan penyebab kematian utama, yaitu sebesar 21,1% dari seluruh
penyebab kematian untuk semua kelompok umur.
c. 1,27 T pembiayaan JKN untuk stroke tahun 2016
Data Badan Penyelenggara Kesehatan (BPJS) tahun 2015 menyatakan
bahwa stroke menghabiskan biaya pelayanan kesehatan sebesar Rp1,15 triliun
dan meningkat menjadi Rp 1,27 triliun pada tahun 2016. Hal ini berarti terjadi
peningkatan pembiayaan sebesar 10,4% untuk stroke dalam kurun waktu 1
tahun.
Menurut data Riskesdas, faktor risiko perilaku utama yang menjadi tantangan
dalam upaya pengendalian Penyakit Tidak Menular di Indonesia adalah :
Sekitar 93,5% penduduk berusia >10 tahun kurang konsumsi buah dan sayur.
Sekitar 36,3% penduduk berusia >15 tahun merokok, perempuan berusia > 10 tahun
yang merokok sekitar 1,9%.
Untuk mencegah terkena penyakit tidak menular seperti stroke maka dianjurkan
untuk setiap individu meningkatkan gaya hidup sehat dengan perilaku “CERDIK”, yaitu
, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat cukup,
dan Kelola stres.
CERDIK adalah upaya kesehatan berbasis masyarakat yang dikembangkan oleh
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dalam wadah
Posbindu PTM yang dibina oleh 4.820 puskesmas di seluruh Indonesia untuk
menggerakkan masyarakat melakukan deteksi dini dan memonitoring faktor risiko
PTM.
4. “SEGERA KE RS”
BicaRa pelo atau tiba-tiba tidak dapat bicara atau tidak mengerti kata-kata/bicara,
Kebas atau baal,
Rabun,
Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan gangguan fungsi keseimbangan.
Jangan menganggap remeh bila merasakan gejala atau tanda tanda terserang stroke
seperti diatas, jangan tunggu sampai menjadi parah segera berobat ke Rumah Sakit.
Anjuran ini juga untuk keluarga atau teman yang kebetulan menjumpai
saudaranya/temannya menunjukan gejala dan tanda tersebut segera dibawa ke Rumah
Sakit untuk mendapatkan penanganan secepat mungkin, karena ada periode emas
penanganan stroke agar penderita tertolong dan mengurangi risiko kematian atau
kecacatan menetap/permanen.
Periode emas adalah waktu yang sangat bergharga untuk penanganan Stroke, yaitu
kurang dari 4,5 jam sejak pertama kali muncul gejala dan tanda sampai dilakukan
penanganan stroke di Rumah Sakit. Sehingga penderita harus sudah tiba di Rumah
Sakit kurang dari 2 jam. Proses pemeriksaan sampai pengobatan membutuhkan waktu
maksimal 2,5 jam.
Bila terlambat penanganannya atau sudah lebih dari 4,5 jam maka stroke akan
menjadi parah bahan berisiko kematian atau kecacatan permanen
GERMAS untuk cegah Stroke
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, sejalan dengan agenda ke-
5 Nawacita yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia yang dimulai dari
keluarga, di antaranya penderita hipertensi berobat teratur dan tidak ada anggota
keluarga yang merokok.
Kerja Bersama Atasi Stroke
Untuk menekan prevalensi stroke, ANGELS Initiative bekerja sama dengan para
ahli pembimbing stroke spesialis seluruh dunia dalam mengadakan dan atau
meningkatkan kualitas Stroke Center melalui program pelatihan penanganan stroke,
penyediaan perlengkapan pelatihan, penunjangan proses optimasi di rumah sakit, dan
penyediaan sarana sebagai wadah komunikasi dan akses bimbingan dari stroke spesialis.
Jakarta - Kesehatan menjadi hal yang sangat penting untuk kemajuan bangsa. Oleh
itu, pemerintah meluncurkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat secara serentak di 10
kabupaten/kota di sejumlah wilayah Indoesia dengan harapan polahidup sehat dapat
membudaya di tengah tren masyarakat Indonesia saat ini.
Menko PMK Puan Maharani dan Menkes Nila F. Moeloek didampingi Direktur
Pelayanan BPJS Kesehatan Maya A.Rusadi saat melakukan peluncuran GERMAS.
“Sesuai dengan salah satu program Nawa Cita, pencanangan gerakan ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, khususnya derajat kesehatan
masyarakat Indonesia," jelasMaya.
BPJS Kesehatan mencatat selama tahun 2015 sebanyak Rp 16,9 triliun beban
jaminan kesehatan terserap untuk membiayai penyakit katastropik seperti penyakit jantung,
gagal ginjal, stroke,dan sebagainya. Padahal penyakit tersebut dapat dicegah.
"Berbagai penyakit katastropik tersebut sangat bisa dicegah melalui penerapan pola
hidup sehat.Untuk itu, kami siap mendukung dan menyukseskan Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat yang sangat baik ini,” kata Direktur Pelayanan BPJS Kesehatan Maya.
1. Menurut WHO
2. Menurut UU No: 13 Tahun 1998 Tentang kesejahteraan lanjut usia: “lanjut usia adalah
seorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.”
3. Menurut Depkes RI
Lansia muda yaitu orang yang berumur diantara 55-75 tahun.Lansa tua yaitu orang
yang berumur lebih dari 75 tahun.
C. Ciri-Ciri Lansia
1. Sikap sosial terhadap usia lanjut. Kebanyakan masyarakat menganggap orang berusia
lanjut tidak begit dibutuhkan katena energinya sudah melemah. Tetapi, ada juga
masyarakat yang masih menghormati orang yang berusia lanjut terutama yang
dianggap berjasa bagi masyarakat sekitar
2. Mempunyai status kelompok minoritas. Adanya sikap sosial yang negatif tentang
usia lanjut.
3. Adanya perubahan peran. Karena tidak dapat bersaing lagi dengan kelompok yang
lebih muda.
4. Penyesuaian diri yang buruk. Timbul karena adanya konsep diri yang negatif yang
disebabkan oleh sikap sosial yang negatif.
5. Ada keinginan untuk menjadi muda kembali. Mencari segala cara untuk
memperlambat penuaan.
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di
dunia. Usia tahap ini dimulai dari 60 tahunan sampai akhir kehidupan. Usia lanjut
merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses
menjadi tua, dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada
masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Tahap usia lanjut adalah tahap
di mana terjadi penuaan dan penurunan, yang penururnanya lebih jelas dan lebih dapat
diperhatikan dari pada tahap usia baya. Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada
makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas
fungsional. Pada manusia , penuaan dihubungkan dengan perubahan degenerative pada
kulit, tulang jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainya. Dengan
kemampuan regeneratife yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit,
sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain. Untuk menjelaskan
penurunan pada tahap ini, teradapat berbagai perbedaan teori, namun para pada umumnya
sepakat bahwa proses ini lebih banyak ditemukan oleh faktor gen. Penelitian telah
menemukan bahwa tingkat sel, umur sel manusia ditentukan oleh DNA yang disebut
telomere, yang beralokasi pada ujung kromosom. Ketentuan dan kematian sel terpicu
ketika telomere berkurang ukuranya pada ujung kritis tertentu.
1. Fisik
Menurut Hurlock (1980) terjadi perubahan fisik berupa penampilan pada usia dewasa
akhir, diantanya adalah :
a. Daerah kepala
b. Daerah Tubuh
c. Daerah persendian
2. Kognitif
3. Pekerjaan
Pada tahun 1980-an, persentase laki-laki berusia di atas 65 tahun yang tetap
bekerja purna waktu lebih kecil dibanding pada awal abad 20. Penurunan yang terjadi
dari tahun 1900 sampai tahun 1980-an sebesar 70% (Douvan, 1983).Satu perubahan
penting dari pola pekerjaan orang-orang dewasa lanjut adalah meningkatnya
perkejaan-pekerjaan paruh waktu. Mis: dari tiga juta lebih orang dewasa berusia di
atas 65 tahun yang pekerja pada tahun 1986, lebih dari separuhnya merupakan pekerja-
pekerja paruh waktu.
Satu stereotipe dari para lansia adalah bahwa mereka tinggal di dalam institusi-
institusi-rumah sakit, rumah sakit jiwa, panti jompo (nursing home), dan sebagainya.
Semakin tua seseorang, semakin besar hambatan mereka untuk tinggal sendirian.
Mayoritas orang dewasa lanjut yang tinggal sendirian adalah janda, tinggal sendirian
sebagai orang dewasa lanjut tidaklah berarti kesepian. Karena para lansia yang dapat
menopang dirinya sendiri ketika hidup sendiri seringkali memiliki kesehatan yang baik
dan sedikt ketidakmampuan, dan mereka selalu memiliki hubungan sosial dengan
sanak keluarga, teman-teman, dan para tetangga.
5. Perkembangan Psikis
a. Perkembangan Intelektual
b. Perkembangan Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan
menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat
menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000).
Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima
kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan,
merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus
dihadapi lanjut usia.
Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan
orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan perubahan
fisik, maupun sosial psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai
keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang
disertai dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat
sehingga dapat memenuhi kebutuhan– kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan
masalah baru.
c. Perkembangan Spiritual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama
menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan
optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan
ketenangan batiniah, khususnya bagi para Lansia. Rasulullah bersabda “semua
penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”. Sehingga religiusitas atau penghayatan
keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan
mental, hal ini ditunjukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hawari (1997),
bahwa :
1) Lanjut usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih besar daripada
orang yang religius.
3) Lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi operasi atau
masalah hidup lainnya.
4) Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres daripada yang
nonreligius, sehingga gangguan mental emosional jauh lebih kecil.
5) Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat terakhir
(kematian) daripada yang nonreligius.
Lanjut usia tidak saja di tandai dengan kenunduran fisik, tetapi dapat pula
berpengaruh terhadap kondisi mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya
akan semakin berkurang hal mana akan dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi
dengan lingkungannya. Hal ini dapat memberikan dampak pada kebahagiaan seseorang
(Stanley, 2007).
d. Berkurangnya pemasukan gizi, karena minat makan yang berkurang, dalam hal ini
dirinya
e. ada rasa takut dan juga murung, ingin makan bersama orang lain.
b. Dapat pula muncul pemikiran pada orang usia lanjut bahwa proses mental mereka
sudah mulai dan sedang menurun. Misalnya mereka mengeluh sangat pelupa,
kesulitan dalam menerima hal baru. Dan mereka juga merasa tidak tahan dengan
tekanan, perasaan seperti ini membentuk mental mereka seolah tertidur, dengan
keyakinan bahwa dirinya sudah terlalu tua untuk mengerjakan hal tertentu, mereka
menarik diri dari semua bentuk kegiatan.
c. Masalah psikologis lain yang dapat menjadi gangguan adalah perasaan bersalah
karena menganggur. Sering kali hal ini akan tergantung dari sistem nilai yang ada
dalam dirinya, seberapa jauh orang usia lanjut ini sangat mementingkan materi,
dan seberapa jauh dia menilai pentingnya bekerja. Mereka merasa sangat
membutuhkan pekerjaan agar sangat dihargai oleh orang lain, ingin memperoleh
perhatian. Berkaitan dengan hal ini, mereka juga menyadari bahwa pendapatan
mereka menurun.
d. Gangguan psikologis yang dipandang paling berbahaya adalah sikap mereka yang
ingin tidak terlibat secara sosial. Sikap ini akan membuat mereka mudah curiga
terhadap orang lain, atau menuntut perhatian berlebihan, atau mengasingkan diri
dengan munculnya rasa tidak berguna dan rasa murung, rendah diri, bahkan juga
mungkin akan menjadi sangat apatis.
2. Pengertian Stroke
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani
secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak
yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi
pada siapa saja dan kapan saja (Mutaqin, 2008)
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain
yang jelas selain vaskuler.
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak
(Corwin, 2009). Stroke atau cedera cerebro vaskuler adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak ini adalah kulminasi
penyakit serebro vaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer et al, 2002).
B. Etiologi Stroke
Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2008)
1. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti
disekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau
bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan
tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis
memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.
a. Aterosklerosis
Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan
terjadi perdarahan.
e. Emboli
Myokard infark.
2. Haemorhagi
3. Hipoksia umum
4. Hipoksia Setempat
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya hemiparesis) yang
timbul mendadak
8. Gangguan persepsi)
1. Pencegahan primer
a. Gaya hidup
2. Pencegahan sekunder
a. Gaya hidup
6) Berhenti merokok
3. Pencegahan tersier
C. Penatalaksanaan Stroke
1. Penatalaksanaan medis
c. Pengobatan
d. Pembedahan
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Posisi kepala dan badan 15-30 derajat. Posisi miring apabila
muntah dan boleh mulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika
stabil
d. Bedrest
( Muttaqin, 2008 )
A. Pengkajian
1. Demografi
Jumlah warga di Desa Bahagia 24% kategori lansia dengan 45 lansia wanita dan 30
lansia laki-laki usia di atas 55 tahun.
2. Statistic Vital
a. Angka Kesakitan
Terdapat beberapa keluhan yang diperoleh perawat di Desa Bahagia seperti 64 %
lansia mempunytai keluhan adanya penyakit stroke 8% , Hipertensi 30%, DM 13
% , penyakit jantung 1%, dll.
b. Status Perkawinan
95% lansia di desa Bahagia sudah menikah, dari 75 lansia di desa Bahagia ada yang
beragama islam, kristen, dan hindu tetapi lansia di Desa Bahagia dominan
beragama islam
c. Agama
Dari 75 lansia di Desa Bahagia ada yang beragama islam, kristen, dan hindu tetapi
lansia di Desa Bahagia dominan beragama islam
3. Karakteristik
a. Fisik
8% lansia di Desa Bahagia mengalami kesulitan bergerak, kesulitan bicara,
bahkan lumpuh dan hanya berbaring di tempat tidur .
b. Psikologis
lansia di Desa Bahagia yang mengalami kelumpuhan merasa sudah pasrah
dengan nasibnya karena tidak ada yang dapat ia lakukan lagi dengan kondisinya
saat ini.
c. Sosial
Tidak terdapat Sarana Kesehatan di Desa Bahagia seperti POSBINDU di Desa
Bahagia, pusat kesehatan hanya terdapat di pusat kota dengan jarak tempuh 1 jam
dari Desa Bahagia.
d. Perilaku
Lansia yang mengalami stroke memiliki kebiasaan menghabiskan sekitar 1
bungkus rokok / hari, meminum kopi setiap pagi dan sore hari, sangat menyukai
mengonsumsi teh atau kopi dibandingkan air putih dan menjadikan ikan asin hasil
tangkapan nelayan di Desa Bahagia sebagai makanan utama pendamping nasi.
Setelah selesai bekerja banyak warga yang menggunakan waktu sengang dengan :
48% berkebun / melakukan pekerjaan rumah, 26 % jalan-jalan. 5% senam, dan 23
% tidak memiliki kegiatan.
4. Subsystem
Ada 8 subsystem :
1. Lingkungan Fisik
Rumah warga di Desa Bahgia hampir keselurahan berbahan dasar kayu dan
ranting pohon, keadaan di lingkungan Desa Lombok terdapat banyak pepohonan
hijau, kebun , sawah, sungai dan pantai
2. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan terdapat di pusat kota dengan jarak 1km dari rumah
penduduk.
3. Ekonomi
Pekerjaan para lansia di Desa Bahgagia mayoritas sebagai nelayan ikan, petani,
tukang becak, dan petani padi.
4. Keamaan dan Transportasi
a) Keamanan
Kurangnya pusat penerangan di jalan-jalan Desa Bahagia pada malam hari.
b) Transportasi
Banyak warga di Desa Bahagia yang berjalan kaki, naik sepeda dan naik becak.
5. Kebijakan dan Pemerintahan
Kurangnya kebijakan pemerintah, dan aparat Desa Bahagia terhadap sarana
kesehatan lansia seperti posbindu.
6. Komunikasi
Komunikasi yang dilakukan oleh lansia di Desa Bahagia menggunakan Bahasa
daerah.
7. Pendidikan
Hampir seluruh lansi di Desa Bahagia hanya lulusan SD.
8. Rekreasi
Terdapat kebun teh ,sungai dan pantai di Desa Bahgia yang dapat dijadikan sarana
rekreasi warga desa.
B. Analisa Data
Keterangan skor:
1. Sangat Rendah
2. Rendah
3. Cukup
4. Tinggi
5. Sangat Tinggi
Keterangan pembobotan :
3.1 Kesimpulan
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara
cepat dan tepat. Menurut Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia (Rikesdas, 2013) angka
kejadian stroke di Indonesia sangat mendesak dikarenakan jumlah penderita stroke semakin
hari semakin bertambah dan menduduki urutan pertama di Asia. Di Indonesia pada usia
diatas 75 tahun stroke menduduki urutan pertama sedangkan, angka kejadian pada usia 15-24
tahun penderita stroke sebanyak 2,6% dari penduduk Indonesia. Kementerian Kesehatan
mengajak seluruh masyarakat untuk dapat menjadi agen perubahan dalam perilaku hidup
sehat, khususnya dalam pencegahan dan pengendalian faktor risiko stroke, sehingga
masyarakat Indonesia yang sehat dan berkualitas dapat diwujudkan.
3.2 Saran
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Istilah ini sudah sangat lumrah di kalangan
kita. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya stroke, maka yang harus kita ubah mulai
sekarang adalah pola hidup dan pola makan yang sehat dan teratur. Jika kita membiasakan
hidup sehat, maka kita tidak akan mudah terserang penyakit.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA