Anda di halaman 1dari 18

BANTUAN AKTIFITAS SEHARI – HARI (ADL) : MOBILISASI PADA LANJUT

USIA
Tugas ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik
Dengan Dosen Pengampu Sri Sat Titi H., S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh

1. ASTUTI DWI JAYANTI (1602090)


2. FIRSTY MAHARANI L (1602105)
3. RANI OKTAVIANA (1602120)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
KLATEN
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat, taufik, dan hidayahnya kepada kami semua sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Bantuan Aktifitas Sehari – Hari (Adl) : Mobilisasi pada
Lanjut Usia” berkat kerja sama dari anggota kelompok kami serta bimbingan dari dosen
pembimbing.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Gerontik. Kami menyadari bahwa keberhasilan dalam pembuatan makalah ini
bukanlah keberhasilan kami semata. Untuk itu, kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu
Sri Sat Titi H., S.Kep.,Ns.,M.Kep yang telah membimbing selama perkuliahan dan teman –
teman yang juga telah membantu kami dengan secara tidak langsung.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki
makalah kami kedepannya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi mahasiswa dan
pembaca yang membutuh kan materi ini.

Klaten, Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 3

C. Tujuan .......................................................................................................................... 3

1. Tujuan Umum ............................................................................................................. 3

2. Tujuan Khusus............................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 4

A. Konsep Activity of Daily Living (ADL) ....................................................................... 4

1. Pengertian Activity of Daily Living (ADL) ................................................................ 4

2. Klasifikasi Activity of Daily Living (ADL) ................................................................. 4

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi Activity of Daily Living (ADL) ........................ 5

B. Activity of Daily Living (ADL) : Mobilisasi ................................................................ 7

1. Pengertian Mobilisasi .................................................................................................. 7

2. Tujuan Mobilisasi pada Lansia ................................................................................... 7

3. Manfaat Mobilisasi pada Lansia ................................................................................. 8

C. Konsep Range of Motion (ROM) ................................................................................ 8

1. Pengertian ROM .......................................................................................................... 8

2. Tujuan ROM ............................................................................................................... 8

3. Manfaat ROM ............................................................................................................. 9

4. Indikasi dan Kontraindikasi ROM .............................................................................. 9

5. Prinsip dasar ROM ...................................................................................................... 9

6. Prosedur/ langkah kerja ROM ................................................................................... 10

BAB III KESIMPULAN......................................................................................................... 13

iii
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 13

B. Saran .......................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan keberhasilan pembangunan nasional telah mewujudkan hasil
yang positif diberbagai bidang yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan
hidup dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang
medis dan ilmu kedokteran. Hal ini mengakibatkan kualitas kesehatan penduduk
semakin meningkat dari tahun ke tahun, umur harapan hidup semakin meningkat,
akibatnya jumlah penduduk lanjut usia semakin meningkat dan bertambah dengan
sangat cepat (Nugroho, 2000 dalam Utami, 2009).
Jumlah lansia saat ini di Indonesia sebagaimana dirilis Badan Pusat Statistik
(BPS) adalah 14.439.967 jiwa atau 7,18% dengan usia harapan hidup 64,5 tahun.
Pada tahun 2010 jumlah lansia diperediksi naik menjadi 9,58% dengan usia harapan
hidup 64,7 tahun. Dan pada 2020 akan meningkat menjadi 11,20% dengan harapan
hidup 70,1 tahun (Utami, 2009). Jumlah penduduk lansia yang terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya tentunya membuat angka ketergantungan lanjut usia
akan semakin meningkat tiap tahunnya.
Proses penuaan menyebabkan lansia sulit untuk melakukan Activity Daily Life
(ADL) secara mandiri dan menjadi tergantung pada orang lain. Banyak lansia yang
sulit beradaptasi dengan proses penuaan, merasa sendirian, frustasi, depresi dan
kehilangan kepercayaan diri sehingga mempengaruhi kualitas hidup mereka (Osman
et al, 2012). Ketergantungan lanjut usia disebabkan karena kondisi lanjut usia yang
banyak mengalami kemunduran fisik, kemampuan kognitif serta psikologis artinya
lansia mengalami perkembangan dalam bentuk perubahan – perubahan yang
mengarah pada perubahan yang negatif. Akibatnya perubahan fisik lanisa akan
mengalami gangguan mobilitas fisik yang membatasi kemandirian lansia dalam
memenuhi aktifitas sehari – hari (Pangestuti, 2012).
Lanjut usia merupakan suatu anugerah dimana menjadi tua dengan segenap
keterbatasan pasti akan dialami oleh seseorang apabila mengalami panjang umur.
Pada masa lanjut usia ini terjadi penurunan kondisi fisik, psikologis serta perubahan
sosial. Permasalahan yang terjadi pada lansia adalah berkaitan dengan aktifitas dasar
sehari – hari atau mobilisasi. Mobilitas merupakan pergerakan yang memberikan
kemandirian pada seseorang yang jenisnya berubah – ubah sesuai dengan rentang

1
kehidupan manusia. Mobilitas dan aktivitas adalah hal vital bagi kesehatan total
lansia. Dengan demikian mempertahankan kemampuan mobilisasi optimal sangat
penting untuk kesehatan mental dan fisik semua lanjut usia (Stanley & Beare, 2007).
Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi
seseorang. Imobilitas didefiniskan secara luas sebagai tingkat aktivitas yang kurang
dari mobilitas normal. Imobilitas dan intoleransi aktivitas sering terjadi pada lansia.
Sebagian besar lansia mengalami imobilitas dengan bermacam – macam
penyebab. Keletihan dan kelemahan menjadi penyebab paling umum yang paling
sering dan menjadi keluhan bagi lanjut usia. Sekitar 40% lanjut usia telah
diidentifikasi memiliki gaya hidup kurang gerak yang turut berperan terhadap
intoleransi fisik dan penyakit, sekitar 50% penurunan fungsi pada lanjut usia dikaitkan
dengan kejadian penyakit (Stanley & Beare, 2007).
Beberapa penyakit yang sering menjadi ancaman terhadap kebutuhan aktivitas
dan mobilitas lansia sering kali berkisar pada sakit kepala, pegal di punggung,
pinggang, dan nyeri berkepanjangan (Syarif, 2012). Masalah kesehatan fisik dan
mental pada lansia menjadi penyebab penghalang aktivitas sehari – hari lansia mudah
di dera perasaan pegal dan lelah. Imobilisasi disebabkan oleh banyak penyenan dan
penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,
ketidakseimbangan (Setiati & Roosheroe, 2006 dalam Sudoyo, 2007).
Struktur anatomik proses menjadi tua terlihat sebagai kemunduran didalam
sel. Proses ini berlangsung secara alamiah, terus – menerus dan berkesinambungan,
yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis fisiologis dan biokemis
pada jaringan tubuh dan akhirnya akan memengaruhi fungsi dan kemampuan badan
secara keseluruhan. Pada lanjut usia terjadi penurunan masa otot serta kekuatannya,
laju denyut jantung maksimal, toleransi latihan, kapasitas aerobik dan terjadi
peningkatan lemak. Bukti – bukti yang ada menunjukkan bahwa latihan dan olahraga
pada lanjut usia dapat mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut,
bahwa latihan yang teratur dapat memperbaiki morbiditas dan mortalitas (Martono,
2009).
Pada saat usia 90 tahun, curah jantung ternyata menurun dan sudah tentu
menimbulkan efek dan fungsi alat – alat lain, seperti : otot, paru, dan ginjal karena
berkurangnya aliran darah ke organ tubuh itu. Hasil survei pembuatan norma
kesegaran jasmani pada tahun 1992 – 1993 menemukan bahwa sekitar 90% lanjut usia
memiliki tingkat kesegaran jasmani yang rendah, terutama pada komponen daya tahan

2
kardio – respirasi dan kekuatan otot. Hal tersebut dapat dicegah dengan melakukan
latihan fisik yang baik dan benar (Nugroho, 2000 dalam Utami, 2009).
Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah hambatan
mobilitas fisik yaitu ROM aktif ataupun ROM pasif. Latihan tersebut dilakukan setiap
hari dengan gerakan kombinasi sesuai dengan kemampuan WBS. Latihan pergerakan
sendi adalah latihan – latihan yang dipergunakan untuk meningkatkan fungsi sendi
yang berkurang akibat proses penyakit atau tidak digunakan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas di dapatkan rumusan masalah “Bagaiamana
pemenuhan kebutuhan ADL : Mobilisasi pada lansia ?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umumnya adalah agar mahasiswa mampu mengetahui tentang pemenuhan
kebutuhan ADL : Mobilisasi pada lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep Activity of Daily Living
(ADL) : Mobilisasi pada lansia
b. Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep mobilisasi pada lansia dan
Range of Motion (ROM)
1) Mahasiswa mampu mengetahui tentang pengertian mobilitas.
2) Mahasiswa mampu mengetahui tentang tujuan mobilisasi pada lansia.
3) Mahasiswa mampu mengetahui tentang manfaat mobilisasi pada lansia.
4) Mahasiswa mampu mengetahui tentang pengertian ROM.
5) Mahasiswa mampu mengetahui tentang tujuan dan manfaat ROM.
6) Mahasiswa mampu mengetahui tentang indikasi dan kontraindikasi ROM.
7) Mahasiswa mampu mengetahui tentang prinsip dasar ROM.
8) Mahasiswa mampu mengetahui langkah kerja/prosedur ROM

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Activity of Daily Living (ADL)


1. Pengertian Activity of Daily Living (ADL)
ADL (Activity of Daily Living) didefinisikan sebagai kemandirian
seseorang dalam melakukan aktivitas dan fungsi-fungsi kehidupan sehari-
hari yang dilakukan oleh manusia secara rutin dan universal (Ediawati,
2013).
Activity of Daily Living (ADL) merupakan kegiatan yang dilakukan
dalam kehidupan sehari – hari lansia dimana mulai dari kegiatan bangun pagi
hingga tidur malam. Dalam Activity of Daily Living (ADL) lansia
memerlukan kekuatan untuk bisa beraktivitas. Kegiatan atau aktivitas
umumnya melibatkan mobilitas fungsi dari tubuh dalam beraktivitas, seperti
bangun tidur, berpindah, ke kamar mandi, makan, mandi dan berpakaian
yang membutuhkan kemampuan fisik untuk melakukan Activity of Daily
Living (ADL) dengan baik. Adapun ketidakmampuan seseorang dalam
melakukan aktivitas ini dapat membuat seseorang memiliki ketergantungan
dengan orang lain (Thamher & Noorkasiani, 2009).

2. Klasifikasi Activity of Daily Living (ADL)


a. ADL (Activity of Daily Living) dasar yaitu keterampilan dasar yang
harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya, meliputi berpakaian,
makan dan minum, toileting, mandi dan berhias. Ada juga yang
memasukan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam
katagori ADL (Activity of Daily Living) ini.
b. ADL (Activity of Daily Living) instrumental yaitu ADL (Activity of Daily
Living) yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda
penunjang kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan,
menggunakan telepon, mengelola uang kertas serta hal-hal yang ada
pada ADL (Activity of Daily Living) dasar.
c. ADL (Activity of Daily Living) vokasional yaitu ADL (Activity of Daily
Living) yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah.

4
d. ADL (Activity of Daily Living) non vokasional yaitu ADL (Activity of
Daily Living) yang bersifat rekreasional, hobi dan mengisi waktu luang.

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi Activity of Daily Living (ADL)


Faktor – Faktor yang Mempengaruhi ADL (Activity of Daily Living)
Menurut Pujiono (2009), kemauan dan kemampuan untuk melakukan activity
of daily living tergantung pada beberapa faktor yaitu:
a. Umur dan status perkembangan
Umur dan status perkembangan seorang klien menunjukkan tanda
kemauan dan kemampuan, ataupun bagaimana klien bereaksi terhadap
ketidakmampuan melaksanakan activity of daily living. Saat
perkembangan dari bayi sampai dewasa, seseorang secara perlahan –
lahan berubah dari tergantung menjadi mandiri dalam melakukan activity
of daily living.
b. Kesehatan fisiologis
Seseorang dapat mempengaruhi kemampuan partisipasi dalam activity
of daily living, contoh sistem nervous mengumpulkan, menghantarkan
dan mengolah informasi dari lingkungan. Sistem muskuloskeletal
mengkoordinasikan dengan sistem nervous sehingga dapat merespon
sensori yang masuk dengan cara melakukan gerakan. Gangguan pada
sistem ini misalnya karena penyakit, atau trauma injuri dapat
mengganggu pemenuhan activity of daily living.
c. Fungsi Kognitif
Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
melakukan activity of daily living. Fungsi kognitif menunjukkan proses
menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensor stimulus
untuk berpikir dan menyelesaikan masalah. Proses mental
memberikankontribusi pada fungsi kognitif dapat mengganggu dalam
berpikir logis dan menghambat kemandirian dalam melaksanakan
activity of daily living.
d. Fungsi Psikososial
Fungsi psikologi menunjukkan kemampuan seseorang untuk
mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada suatu
cara yang realistik. Proses ini meliputi interaksi yang kompleks antara

5
perilaku intrapersonal dan interpersonal. Gangguan pada intrapersonal
contohnya akibat gangguan konsep diri atau ketidakstabilan emosi dapat
mengganggu dalam tanggung jawab keluarga dan pekerjaan. Gangguan
interpersonal seperti masalah komunikasi, gangguan interaksi sosial atau
disfungsi dalam penampilan peran juga dapat mempengaruhi dalam
pemenuhan activity of daily living.
e. Tingkat Stress
Tingkat stress Stress merupakan respon fisik nonspesifik terhadap
berbagaimacam kebutuhan. Faktor yang dapat menyebabkan stress
(stressor), dapat timbul dari tubuh atau lingkungan atau dapat
mengganggu keseimbangan tubuh. Stressor tersebut dapat berupa
fisiologis seperti injuri atau psikologi seperti kehilangan.
f. Ritme biologi
Ritme atau irama biologi membantu makhluk hidup mengatur
lingkungan fisik disekitarnya dan membantu homeostasis internal
(keseimbangan dalam tubuh dan lingkungan). Salah satu irama biologi
yaitu irama sirkardian, berjalan pada siklus 24 jam. Perbedaaan irama
sirkardian membantu pengaturan aktivitas meliputi tidur, temperatur
tubuh, dan hormon. Beberapa faktor yang ikut berperan pada irama
sirkardian diantaranya faktor lingkungan seperti hari terang dan gelap,
seperti cuaca yang mempengaruhi activity of daily living.
g. Status mental
Status mental menunjukkan keadaan intelektual seseorang. Keadaan
status mental akan memberi implikasi pada pemenuhan kebutuhan dasar
individu. Seperti yang diungkapkan oleh Cahya yang dikutip dari Baltes,
salah satu yang dapat mempengaruhi ketidakmandirian individu dalam
memenuhi kebutuhannya adalah keterbatasan status mental. Seperti
halnya lansia yang memorinya mulai menurun atau mengalami
gangguan, lansia yang mengalami apraksia tentunya akan mengalami
gangguan dalam pemenuhan kebutuhan – kebutuhan dasarnya.
h. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dan sosial kesejahteraan pada segmen lansia yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pelayanan kesehatan yang
berbasis masyarakat salah satunya adalah posyandu lansia. Jenis

6
pelayanan kesehatan dalam posyandu salah satunya adalah pemeliharan
activity of daily living. Lansia yang secara aktif melakukan kunjungan ke
posyandu, kualitas hidupnya akan lebih baik dari pada lansia yang tidak
aktif ke posyandu.

B. Activity of Daily Living (ADL) : Mobilisasi


Proses penuaan menyebabkan lansia sulit untuk melakukan Activity Daily
Living (ADL) secara mandiri dan menjadi tergantung pada orang lain. Banyak
lansia yang sulit beradaptasi dengan proses penuaan, merasa sendirian, frustasi,
depresi dan kehilangan kepercayaan diri sehingga mempengaruhi kualitas hidup
mereka (Osman et al, 2012). Akibatnya perubahan fisik lanisa akan mengalami
gangguan mobilitas fisik yang membatasi kemandirian lansia dalam memenuhi
aktifitas sehari – hari (Pangestuti, 2012).
1. Pengertian Mobilisasi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat
proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi
(Mubarak, 2008).
Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan
kemandirian bagi seseorang (Nasrullah, 2016). Mobilitas merupakan
aktivitas di dalam lingkungan individu (England, 1989 dalam Maas dkk,
2011). Mobilitas fisik penting untuk mempertahankan kesehatan dan kualitas
hidup semua individu dan terutama penting bagi lansia (Maas dkk, 2011).
Banyak lansia mendefinisiakan status kesehatan dan kebugaran fisik
terkait mobilitas mereka. Ambulasi merupakan cara mobilitas yang
diharapkan, tetapi bagi lansia, penggunaan kursi roda dapat lebih
memfasilitasi mobilitas daripada ambulasi (Kraft, 1991 dalam Maas, 2011).

2. Tujuan Mobilisasi pada Lansia


Tujuan dilakukan mobilisasi pada lansia menurut Nugroho (2008)
adalah sebagai berikut :
a. Memenuhi kebutuhan dasar manusia.
b. Mencegah terjadinya trauma.

7
c. Mempertahankan tingkat kesehatan
d. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari – hari.
e. Mencgah hilangnya kemampuan fungsi tubuh.

3. Manfaat Mobilisasi pada Lansia


Status mobilitas mempengaruhi kesehatan mental dan efektifitas fisik
tubuh. Berkaitan dengan :
a. Harga diri dan body image
b. Sistem tubuh : aktifitas teratur
c. Meningkatkan kesehatan
d. Mencegah ketidakmampuan
e. Memperlambat serangan penyakit degeneratif

C. Konsep Range of Motion (ROM)


1. Pengertian ROM
Range Of Motion (ROM), merupakan istilah baku untuk menyatakan
batas/besarnya gerakan sendi baik normal. ROM juga di gunakan sebagai
dasar untuk menetapkan adanya kelainan batas gerakan sendi abnormal
(HELMI, 2012).
Menurut (potter, 2010) Rentang gerak atau (Range Of Motion) adalah
jumlah pergerakan maksimum yang dapat di lakukan pada sendi, di salah satu
dari tiga bdang yaitu: sagital, frontal, atau transversal.
Range Of Motion (ROM), adalah gerakan yang dalam keadaan normal
dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan. Range Of Motion dibagi
menjadi dua jenis yaitu ROM aktif dan ROM pasif. (Suratun, Heryati,
Manurung, & Raenah, 2008).

2. Tujuan ROM
Menurut Johnson (2009), tujuan range of motion (ROM) sebagai berikut :
a. Mempertahankan tingkat fungsi yang ada dan mobilitas ekstermitas yang
sakit.
b. Mencegah kontraktur dan pemendekan struktur muskuloskeletal.
c. Mencegah komplikasi vaskular akibat imobilitas.
d. Memudahkan kenyamanan.

8
3. Manfaat ROM
a. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
b. Memperlancar sirkulasi darah
c. Memperbaiki tonus otot
d. Meningkatkan mobilisasi sendi
e. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

4. Indikasi dan Kontraindikasi ROM


a. Indikasi
1) Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
2) Kelemahan otot
3) Fase rehabilitasi fisik
4) Klien dengan tirah baring lama
b. Kontraindikasi
1) Trombus/emboli pada pembuluh darah
2) Kelainan sendi atau tulang
3) Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung)

5. Prinsip dasar ROM


Prinsip Dasar ROM Prinsip dasar latihan range of motion (ROM) menurut
Suratun, Heryati, Manurung, & Raenah (2008) yaitu:
a. ROM harus di ulangi sekitar 8 kali dan di kerjakan minimal 2 kali sehari.
b. ROM dilakukan perlahan dan hati-hati sehinga tidak melelahkan pasien.
c. Dalam merencanakan program latihan range of motion (ROM) ,
Memperhatikan umur pasien, diagnosis, tanda vital, dan lamanya tirah
baring.
d. ROM sering di programkan oleh dokter dan di kerjakan oleh ahli
fisioterapi.
e. Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan ROM adalah leher, jari, lengan,
siku, bahu, tumit, atau pergelangan kaki.
f. Rom dapat dilakukan pada semua persendian yang di curigai mengurangi
proses penyakit.
g. Melakukan ROM hrus sesuai waktunya, misalnya setelah mandi atau
perawatan rutin telah dilakukan.

9
6. Prosedur/ langkah kerja ROM
a. Ekstremitas atas
1) Jari-Jari Tangan
a) Fleksi : membuat genggaman.
b) Ekstensi : meluruskan jari-jari tangan.
c) Hiperekstensi : menggerakkan jari-jari tangan ke belakang sejauh
mungkin.
d) Abduksi : meregangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang
lain.
e) Adduksi : merapatkan kembali jari-jari tangan.
2) Ibu Jari
a) Oposisi : menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada
tangan yang sama.
3) Pergelangan Tangan
a) Fleksi : menggerakkan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan
bawah.
b) Ekstensi : menggerakkan jari-jari sehingga jari-jari, tangan dan
lengannbawah berada dalam arah yang sama.
c) Hiperekstensi : membawa permukaan tangan dorsal ke belakang
sejauh mungkin.
d) Abduksi : menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari.
e) Adduksi : menekuk pergelangan tangan miring ke arah lima jari.
4) Lengan bawah
a) Supinasi : memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak
tangan menghadap ke atas.
b) Pronasi : memutar lengan bawah sehingga telapak tangan
menghadap ke bawah.
5) Siku
a) Fleksi : menekuk siku sehingga lengan bawah bergerak ke depan
sendi bahu dan tangan sejajar bahu.
b) Ekstensi : meluruskan siku dengan menurunkan lengan.

10
6) Bahu
a) Fleksi : menaikkan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan
ke posisi diatas kepala.
b) Ekstensi : mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh.
c) Hiperekstensi : menggerakkan lengan ke belakang tubuh, siku
tetap lurus.
d) Abduksi : menaikkan lengan ke posisi samping diatas kepala
dengan telapak tangan jauh dari kepala.
e) Adduksi : menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh
sejauh mungkin.
f) Rotasi dalam : dengan siku fleksi, memutar bahu dengan
menggerakkan lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam dan ke
belakang.
g) Rotasi luar : dengan siku fleksi, menggerakkan lengan sampai ibu
jari ke atas dan samping kepala.
h) Sirkumduksi : menggerakan lengan dengan gerakan penuh.
7) Leher
a) Fleksi : menggerakkan dagu menempel ke dada.
b) Ekstensi : mengembalikan kepala ke posisi tegak.
c) Hiperekstensi : menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin.
d) Fleksi lateral : memiringkan kepala sejauh mungkin kearah setiap
bahu.
e) Rotasi : memutar kepala sejauh mungkin ke arah setiap bahu.
b. Ekstremitas bawah
1) Jari kaki
a) Fleksi : melengkungkan jari-jari kaki ke bawah.
b) Ekstensi : meluruskan jari-jari kaki.
c) Abduksi : merenggangkan jari-jari kaki satu dengan yang lain.
d) Adduksi : merapatkan kembali bersama-sama.
2) Kaki
a) Inversi : memutar telapak kaki ke samping dalam (medial).
b) Eversi : memutar telapak kaki ke samping luar (lateral).
3) Pinggul
a) Fleksi : menggerakkan tungkai ke depan dan ke atas.

11
b) Ekstensi : menggerakkan kembali ke samping tungkai yang lain.
c) Hiperekstensi : menggerakkan tungkai ke belakang tubuh.
d) Abduksi : menggerakkan tungkai ke samping menjauhi tubuh.
e) Adduksi : menggerakkan kembali tungkai ke posisi medial dan
melebihi, jika mungkin.
f) Rotasi dalam : memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain.
g) Rotasi luar : memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain.
h) Sirkumduksi : menggerakkan tungkai memutar.

12
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Pengaruh proses penuaan dapat mengakibatkan timbulnya berbagai masalah
status kesehatan. Penyakit atau keluahan umum yang bisa dirasakan oleh lansia adalah
hipertensi, rematik, penyakit pernapasan, dan gangguan tidur. Masalah – masalah
tersebut bisa menyebabkan lansia menjadi rapuh sehingga dapat mempengaruhi
Activity of Daily Living (ADL) dan sulit untuk melakukan secara mandiri menjadi
tergantung pada orang lain. Akibatnya perubahan fisik lanisa akan mengalami
gangguan mobilitas fisik yang membatasi kemandirian lansia dalam memenuhi
aktifitas sehari – hari. Masalah ADL : mobilitas pada lansia ini peran perawat adalah
mengajarkan lansia untuk melakukan gerakkan ROM Aktif/Pasif untuk
mempertahankan fungsi tubuhnya.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini, semoga dapat digunakan sebagai pedoman
bagi pembaca baik tenaga kesehatan khususnya perawat untuk mengetahui membantu
lansia memenuhi kebutuhan Activity of Daily Living (ADL) : Mobilisasi. Makalah ini
masih banyak kekurangan dalam hal penulisan maupun isi. Oleh sebab itu penulis
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penyusunan makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Maas, Meridean L. dkk. (2011). “Asuhan Keperawatan Geriatrik”. Jakarta : EGC


Nasrullah, Dede. (2016). “Buku Ajar : Keperawatan Gerontik”. Jakarta : CV. TRANS INFO
MEDIA
Nugroho, Wahjudi. (2008). “Keperawatan Gerontik & Geriatrik”. Jakarta : EGC
Widuri, Hesti. (2010). “ Kebutuhan Dasar Manusia (Aspek Mobilitas dan Istirahat Tidur)”.
Yogyakarta : Gosyen Publishing

14

Anda mungkin juga menyukai