USIA
Tugas ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik
Dengan Dosen Pengampu Sri Sat Titi H., S.Kep.,Ns.,M.Kep
Disusun oleh
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat, taufik, dan hidayahnya kepada kami semua sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Bantuan Aktifitas Sehari – Hari (Adl) : Mobilisasi pada
Lanjut Usia” berkat kerja sama dari anggota kelompok kami serta bimbingan dari dosen
pembimbing.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Gerontik. Kami menyadari bahwa keberhasilan dalam pembuatan makalah ini
bukanlah keberhasilan kami semata. Untuk itu, kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu
Sri Sat Titi H., S.Kep.,Ns.,M.Kep yang telah membimbing selama perkuliahan dan teman –
teman yang juga telah membantu kami dengan secara tidak langsung.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki
makalah kami kedepannya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi mahasiswa dan
pembaca yang membutuh kan materi ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
C. Tujuan .......................................................................................................................... 3
2. Tujuan Khusus............................................................................................................. 3
iii
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 13
B. Saran .......................................................................................................................... 13
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan keberhasilan pembangunan nasional telah mewujudkan hasil
yang positif diberbagai bidang yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan
hidup dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang
medis dan ilmu kedokteran. Hal ini mengakibatkan kualitas kesehatan penduduk
semakin meningkat dari tahun ke tahun, umur harapan hidup semakin meningkat,
akibatnya jumlah penduduk lanjut usia semakin meningkat dan bertambah dengan
sangat cepat (Nugroho, 2000 dalam Utami, 2009).
Jumlah lansia saat ini di Indonesia sebagaimana dirilis Badan Pusat Statistik
(BPS) adalah 14.439.967 jiwa atau 7,18% dengan usia harapan hidup 64,5 tahun.
Pada tahun 2010 jumlah lansia diperediksi naik menjadi 9,58% dengan usia harapan
hidup 64,7 tahun. Dan pada 2020 akan meningkat menjadi 11,20% dengan harapan
hidup 70,1 tahun (Utami, 2009). Jumlah penduduk lansia yang terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya tentunya membuat angka ketergantungan lanjut usia
akan semakin meningkat tiap tahunnya.
Proses penuaan menyebabkan lansia sulit untuk melakukan Activity Daily Life
(ADL) secara mandiri dan menjadi tergantung pada orang lain. Banyak lansia yang
sulit beradaptasi dengan proses penuaan, merasa sendirian, frustasi, depresi dan
kehilangan kepercayaan diri sehingga mempengaruhi kualitas hidup mereka (Osman
et al, 2012). Ketergantungan lanjut usia disebabkan karena kondisi lanjut usia yang
banyak mengalami kemunduran fisik, kemampuan kognitif serta psikologis artinya
lansia mengalami perkembangan dalam bentuk perubahan – perubahan yang
mengarah pada perubahan yang negatif. Akibatnya perubahan fisik lanisa akan
mengalami gangguan mobilitas fisik yang membatasi kemandirian lansia dalam
memenuhi aktifitas sehari – hari (Pangestuti, 2012).
Lanjut usia merupakan suatu anugerah dimana menjadi tua dengan segenap
keterbatasan pasti akan dialami oleh seseorang apabila mengalami panjang umur.
Pada masa lanjut usia ini terjadi penurunan kondisi fisik, psikologis serta perubahan
sosial. Permasalahan yang terjadi pada lansia adalah berkaitan dengan aktifitas dasar
sehari – hari atau mobilisasi. Mobilitas merupakan pergerakan yang memberikan
kemandirian pada seseorang yang jenisnya berubah – ubah sesuai dengan rentang
1
kehidupan manusia. Mobilitas dan aktivitas adalah hal vital bagi kesehatan total
lansia. Dengan demikian mempertahankan kemampuan mobilisasi optimal sangat
penting untuk kesehatan mental dan fisik semua lanjut usia (Stanley & Beare, 2007).
Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi
seseorang. Imobilitas didefiniskan secara luas sebagai tingkat aktivitas yang kurang
dari mobilitas normal. Imobilitas dan intoleransi aktivitas sering terjadi pada lansia.
Sebagian besar lansia mengalami imobilitas dengan bermacam – macam
penyebab. Keletihan dan kelemahan menjadi penyebab paling umum yang paling
sering dan menjadi keluhan bagi lanjut usia. Sekitar 40% lanjut usia telah
diidentifikasi memiliki gaya hidup kurang gerak yang turut berperan terhadap
intoleransi fisik dan penyakit, sekitar 50% penurunan fungsi pada lanjut usia dikaitkan
dengan kejadian penyakit (Stanley & Beare, 2007).
Beberapa penyakit yang sering menjadi ancaman terhadap kebutuhan aktivitas
dan mobilitas lansia sering kali berkisar pada sakit kepala, pegal di punggung,
pinggang, dan nyeri berkepanjangan (Syarif, 2012). Masalah kesehatan fisik dan
mental pada lansia menjadi penyebab penghalang aktivitas sehari – hari lansia mudah
di dera perasaan pegal dan lelah. Imobilisasi disebabkan oleh banyak penyenan dan
penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,
ketidakseimbangan (Setiati & Roosheroe, 2006 dalam Sudoyo, 2007).
Struktur anatomik proses menjadi tua terlihat sebagai kemunduran didalam
sel. Proses ini berlangsung secara alamiah, terus – menerus dan berkesinambungan,
yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis fisiologis dan biokemis
pada jaringan tubuh dan akhirnya akan memengaruhi fungsi dan kemampuan badan
secara keseluruhan. Pada lanjut usia terjadi penurunan masa otot serta kekuatannya,
laju denyut jantung maksimal, toleransi latihan, kapasitas aerobik dan terjadi
peningkatan lemak. Bukti – bukti yang ada menunjukkan bahwa latihan dan olahraga
pada lanjut usia dapat mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut,
bahwa latihan yang teratur dapat memperbaiki morbiditas dan mortalitas (Martono,
2009).
Pada saat usia 90 tahun, curah jantung ternyata menurun dan sudah tentu
menimbulkan efek dan fungsi alat – alat lain, seperti : otot, paru, dan ginjal karena
berkurangnya aliran darah ke organ tubuh itu. Hasil survei pembuatan norma
kesegaran jasmani pada tahun 1992 – 1993 menemukan bahwa sekitar 90% lanjut usia
memiliki tingkat kesegaran jasmani yang rendah, terutama pada komponen daya tahan
2
kardio – respirasi dan kekuatan otot. Hal tersebut dapat dicegah dengan melakukan
latihan fisik yang baik dan benar (Nugroho, 2000 dalam Utami, 2009).
Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah hambatan
mobilitas fisik yaitu ROM aktif ataupun ROM pasif. Latihan tersebut dilakukan setiap
hari dengan gerakan kombinasi sesuai dengan kemampuan WBS. Latihan pergerakan
sendi adalah latihan – latihan yang dipergunakan untuk meningkatkan fungsi sendi
yang berkurang akibat proses penyakit atau tidak digunakan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas di dapatkan rumusan masalah “Bagaiamana
pemenuhan kebutuhan ADL : Mobilisasi pada lansia ?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umumnya adalah agar mahasiswa mampu mengetahui tentang pemenuhan
kebutuhan ADL : Mobilisasi pada lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep Activity of Daily Living
(ADL) : Mobilisasi pada lansia
b. Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep mobilisasi pada lansia dan
Range of Motion (ROM)
1) Mahasiswa mampu mengetahui tentang pengertian mobilitas.
2) Mahasiswa mampu mengetahui tentang tujuan mobilisasi pada lansia.
3) Mahasiswa mampu mengetahui tentang manfaat mobilisasi pada lansia.
4) Mahasiswa mampu mengetahui tentang pengertian ROM.
5) Mahasiswa mampu mengetahui tentang tujuan dan manfaat ROM.
6) Mahasiswa mampu mengetahui tentang indikasi dan kontraindikasi ROM.
7) Mahasiswa mampu mengetahui tentang prinsip dasar ROM.
8) Mahasiswa mampu mengetahui langkah kerja/prosedur ROM
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
d. ADL (Activity of Daily Living) non vokasional yaitu ADL (Activity of
Daily Living) yang bersifat rekreasional, hobi dan mengisi waktu luang.
5
perilaku intrapersonal dan interpersonal. Gangguan pada intrapersonal
contohnya akibat gangguan konsep diri atau ketidakstabilan emosi dapat
mengganggu dalam tanggung jawab keluarga dan pekerjaan. Gangguan
interpersonal seperti masalah komunikasi, gangguan interaksi sosial atau
disfungsi dalam penampilan peran juga dapat mempengaruhi dalam
pemenuhan activity of daily living.
e. Tingkat Stress
Tingkat stress Stress merupakan respon fisik nonspesifik terhadap
berbagaimacam kebutuhan. Faktor yang dapat menyebabkan stress
(stressor), dapat timbul dari tubuh atau lingkungan atau dapat
mengganggu keseimbangan tubuh. Stressor tersebut dapat berupa
fisiologis seperti injuri atau psikologi seperti kehilangan.
f. Ritme biologi
Ritme atau irama biologi membantu makhluk hidup mengatur
lingkungan fisik disekitarnya dan membantu homeostasis internal
(keseimbangan dalam tubuh dan lingkungan). Salah satu irama biologi
yaitu irama sirkardian, berjalan pada siklus 24 jam. Perbedaaan irama
sirkardian membantu pengaturan aktivitas meliputi tidur, temperatur
tubuh, dan hormon. Beberapa faktor yang ikut berperan pada irama
sirkardian diantaranya faktor lingkungan seperti hari terang dan gelap,
seperti cuaca yang mempengaruhi activity of daily living.
g. Status mental
Status mental menunjukkan keadaan intelektual seseorang. Keadaan
status mental akan memberi implikasi pada pemenuhan kebutuhan dasar
individu. Seperti yang diungkapkan oleh Cahya yang dikutip dari Baltes,
salah satu yang dapat mempengaruhi ketidakmandirian individu dalam
memenuhi kebutuhannya adalah keterbatasan status mental. Seperti
halnya lansia yang memorinya mulai menurun atau mengalami
gangguan, lansia yang mengalami apraksia tentunya akan mengalami
gangguan dalam pemenuhan kebutuhan – kebutuhan dasarnya.
h. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dan sosial kesejahteraan pada segmen lansia yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pelayanan kesehatan yang
berbasis masyarakat salah satunya adalah posyandu lansia. Jenis
6
pelayanan kesehatan dalam posyandu salah satunya adalah pemeliharan
activity of daily living. Lansia yang secara aktif melakukan kunjungan ke
posyandu, kualitas hidupnya akan lebih baik dari pada lansia yang tidak
aktif ke posyandu.
7
c. Mempertahankan tingkat kesehatan
d. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari – hari.
e. Mencgah hilangnya kemampuan fungsi tubuh.
2. Tujuan ROM
Menurut Johnson (2009), tujuan range of motion (ROM) sebagai berikut :
a. Mempertahankan tingkat fungsi yang ada dan mobilitas ekstermitas yang
sakit.
b. Mencegah kontraktur dan pemendekan struktur muskuloskeletal.
c. Mencegah komplikasi vaskular akibat imobilitas.
d. Memudahkan kenyamanan.
8
3. Manfaat ROM
a. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
b. Memperlancar sirkulasi darah
c. Memperbaiki tonus otot
d. Meningkatkan mobilisasi sendi
e. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
9
6. Prosedur/ langkah kerja ROM
a. Ekstremitas atas
1) Jari-Jari Tangan
a) Fleksi : membuat genggaman.
b) Ekstensi : meluruskan jari-jari tangan.
c) Hiperekstensi : menggerakkan jari-jari tangan ke belakang sejauh
mungkin.
d) Abduksi : meregangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang
lain.
e) Adduksi : merapatkan kembali jari-jari tangan.
2) Ibu Jari
a) Oposisi : menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada
tangan yang sama.
3) Pergelangan Tangan
a) Fleksi : menggerakkan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan
bawah.
b) Ekstensi : menggerakkan jari-jari sehingga jari-jari, tangan dan
lengannbawah berada dalam arah yang sama.
c) Hiperekstensi : membawa permukaan tangan dorsal ke belakang
sejauh mungkin.
d) Abduksi : menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari.
e) Adduksi : menekuk pergelangan tangan miring ke arah lima jari.
4) Lengan bawah
a) Supinasi : memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak
tangan menghadap ke atas.
b) Pronasi : memutar lengan bawah sehingga telapak tangan
menghadap ke bawah.
5) Siku
a) Fleksi : menekuk siku sehingga lengan bawah bergerak ke depan
sendi bahu dan tangan sejajar bahu.
b) Ekstensi : meluruskan siku dengan menurunkan lengan.
10
6) Bahu
a) Fleksi : menaikkan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan
ke posisi diatas kepala.
b) Ekstensi : mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh.
c) Hiperekstensi : menggerakkan lengan ke belakang tubuh, siku
tetap lurus.
d) Abduksi : menaikkan lengan ke posisi samping diatas kepala
dengan telapak tangan jauh dari kepala.
e) Adduksi : menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh
sejauh mungkin.
f) Rotasi dalam : dengan siku fleksi, memutar bahu dengan
menggerakkan lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam dan ke
belakang.
g) Rotasi luar : dengan siku fleksi, menggerakkan lengan sampai ibu
jari ke atas dan samping kepala.
h) Sirkumduksi : menggerakan lengan dengan gerakan penuh.
7) Leher
a) Fleksi : menggerakkan dagu menempel ke dada.
b) Ekstensi : mengembalikan kepala ke posisi tegak.
c) Hiperekstensi : menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin.
d) Fleksi lateral : memiringkan kepala sejauh mungkin kearah setiap
bahu.
e) Rotasi : memutar kepala sejauh mungkin ke arah setiap bahu.
b. Ekstremitas bawah
1) Jari kaki
a) Fleksi : melengkungkan jari-jari kaki ke bawah.
b) Ekstensi : meluruskan jari-jari kaki.
c) Abduksi : merenggangkan jari-jari kaki satu dengan yang lain.
d) Adduksi : merapatkan kembali bersama-sama.
2) Kaki
a) Inversi : memutar telapak kaki ke samping dalam (medial).
b) Eversi : memutar telapak kaki ke samping luar (lateral).
3) Pinggul
a) Fleksi : menggerakkan tungkai ke depan dan ke atas.
11
b) Ekstensi : menggerakkan kembali ke samping tungkai yang lain.
c) Hiperekstensi : menggerakkan tungkai ke belakang tubuh.
d) Abduksi : menggerakkan tungkai ke samping menjauhi tubuh.
e) Adduksi : menggerakkan kembali tungkai ke posisi medial dan
melebihi, jika mungkin.
f) Rotasi dalam : memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain.
g) Rotasi luar : memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain.
h) Sirkumduksi : menggerakkan tungkai memutar.
12
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pengaruh proses penuaan dapat mengakibatkan timbulnya berbagai masalah
status kesehatan. Penyakit atau keluahan umum yang bisa dirasakan oleh lansia adalah
hipertensi, rematik, penyakit pernapasan, dan gangguan tidur. Masalah – masalah
tersebut bisa menyebabkan lansia menjadi rapuh sehingga dapat mempengaruhi
Activity of Daily Living (ADL) dan sulit untuk melakukan secara mandiri menjadi
tergantung pada orang lain. Akibatnya perubahan fisik lanisa akan mengalami
gangguan mobilitas fisik yang membatasi kemandirian lansia dalam memenuhi
aktifitas sehari – hari. Masalah ADL : mobilitas pada lansia ini peran perawat adalah
mengajarkan lansia untuk melakukan gerakkan ROM Aktif/Pasif untuk
mempertahankan fungsi tubuhnya.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, semoga dapat digunakan sebagai pedoman
bagi pembaca baik tenaga kesehatan khususnya perawat untuk mengetahui membantu
lansia memenuhi kebutuhan Activity of Daily Living (ADL) : Mobilisasi. Makalah ini
masih banyak kekurangan dalam hal penulisan maupun isi. Oleh sebab itu penulis
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penyusunan makalah ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
14