PENDAHULUAN
Salah satu aspek kehidupan manusia yang tergantung terhadap informasi adalah
bidang kesehatan.Pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilakukan melalui rumah
sakit.Agar pembangunan kesehatan dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna,
diperlukan peningkatan dan pemanfaatan manajemen kesehatan melalui manajemen
rumah sakit.Sebuah rumah sakit memiliki fungsi utama untuk memberikan perawatan
dan pengobatan yang sempurna kepada pasien baik pasien rawat inap, pasien rawat jalan,
maupun pasien gawat darurat. Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan, melalui
rumah sakit, bertanggung jawab akan mutu pelayanan rumah sakit yang diberikan kepada
semua pasien. Pemerintah mendelegasikan tanggung jawabnya kepada staf di rumah
sakit.
Rumah sakit sebagai suatu lembaga organisasi juga memiliki record sebagai
bahan pelaksanaan kegiatan administrasi pelayanannya. Sebagai suatu lembaga yang
melayani kesehatan masyarakat, suatu rumah sakit akan menghasilkan record yang
disebut dengan rekam medis pasien. Di dalam rekam medis berisi informasi yang
berhubungan dengan penyelenggaraan pengobatan dan perawatan pasien yakni tentang
penyakit, perawatan dan penanganan medis pasien.
Pernyataan yang senada disebutkan pula oleh Boektiwetan (1996) bahwa seiring
dengan pesatnya perkembangan ilmu kedokteran dan teknologi serta membaiknya
keadaan sosial ekonomi dan pendidikan mengakibatkan perubahan sistem penilaian
masyarakat yang menuntut pelayanan kesehatan yang bermutu.Dan salah satu parameter
untuk menentukan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah informasi yang
terekam dalam rekam medisnya.Indikator mutu rekam medis yang baik adalah
kelengkapan isinya, akurat, tepat waktu dan pemenuhan aspek persyaratan hukum.
2
Rekam Medis suatu rumah sakit adalah merupakan rekod yang pengelolaannya
harus disesuaikan dengan ketentuan, petunjuk dan pedoman yang berlaku pada
pengelolaan rekod pada umumya. Beberapa ketentuan dan petunjuk yang ada dan
berlaku di Indonesia yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam pengelolaan rekod
antara lain:
Pengelolaan rekam medis selain harus mengacu pada ketentuan, petunjuk, dan
pedoman seperti yang dijelaskan di atas, yaitu yang dikeluarkan oleh Arsip Nasional,
juga harus mengacu pada ketentuan, petunjuk, dan pedoman yang dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan, antara lain:
3
Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medis nomor 78 tahun 1991 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penyelenggaraan Rekam Medis di Rumah Sakit menyebutkan :
a. Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh
masyarakat perlu adanya peningkatan mutu pelayanan kesehatan
b. Peningkatan mutu pelayanan kesehatah harus disertai adanya sarana penunjang
yang memadai antara lain melalui penyelenggaraan Rekam Medis pada setiap
sarana pelayanan kesehatan
c. Bahwa untuk mencapai tujuan a dan b tersebut diatas dipandang perlu
menetapkan peraturan Menteri Kesehatan tentang Rekam Medis.
Untuk mencapai keseragaman system tata kerja pengisian / pengelolaan Rekam Medis di
RSUD Leuwiliang Kabupaten Bogor, maka perlu pedoman yang harus diajadikan acuan
dan dilaksanakan sebaik-baiknya oleh setiap petugas yang ada kaitannya dengan
pengisian berkas Rekam Medis yaitu profesional pemberi asuhan (PPA) sehingga dapat
dihasilkan suatu Rekam Medis yang lengkap, teliti, benar, relevan, Up date dan siap
tepat waktunya dan hal tersebut dapat menunjang peningkatan mutu pelayanan kesehatan
di Rumah Sakit .
Perlu diketahui Revisi Buku Petunjuk Teknis Rekam Medis ini dilakukan karena
bertambahnya jenis pelayanan baru di RSUD Leuwiliang sehingga perlu penambahan
prosedur tetap yang ada dan penyempurnaan dari SOP yang sudah ada.
4
BAB II
FALSAFAH, TUJUAN DAN KEGUNAAN
Proses pelayanan tersebut diawali dengan Identifikasi pasien baik jati diri,
maupun perjalanan penyakit, pemeriksaan, pengobatan dan tindakan medis
lainnya. Rekam Medis merupakan catatan ( Rekaman ) yang dilakukan oleh
petugas kesehatan di rumah sakit terhadap pasien serta memberikan kepastian
biaya yang harus dikeluarkan. Sehingga diperlukan suatu unit yang mengelola
rekam medis yakni instalasi rekam medis.
2.3.2 Kegunaan
Kegunaan Rekam Medis dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain :
Aspek Administrasi
Rekam Medis mempunyai nilai administratif bila isinya menyangkut masalah
kebijaksanaan dan tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab
sebagai tenaga medis dan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan
kesehatan
Aspek Medis
Rekam Medis merupakan sarana komunikasi antara dokter yang merawat
dengan semua petugas yang berkaitan dalam penanganan pasien tersebut,
Rekam Medis dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan /
perawatan yang harus diberikan kepada pasien.
6
Aspek Hukum
Rekam Medik mempunyai nilai hukum bila isinya menyangkut masalah
jaminan adanya kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam rangka usaha
menegakan hukum (law inforcement) dan pengembangan hukum yang baik
serta menyediakan penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakan keadilan
Aspek Keuangan
Rekam medis mempunyai nilai keuangan bila isinya menyangkut masalah
urutan kegiatan pelayanan kesehatan. Tanpa adanya pendokumentasian
tersebut maka pembayaran terhadap pelayanan kesehatan pasien tidak dapat
dipertanggungjawabkan.
Aspek Penelitian
Rekam Medis mempunyai nilai riset bila isinya mengandung bahan/data/
informasi yang dipergunakan sebagai objek penelitian dan pengembangan
ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.
Aspek Pendidikan
Rekam Medis mempunyai nilai edukasi bila isinya menyangkut masalah
bahan/data/ informasi tentang perkembangan kronologis dari kegiatan
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada seorang pasien baik sewaktu di
unit rawat jalan, gawat darurat maupun rawat inap dari isi tersebut dapat
dipergunakan sebagai referensi si pemakai.
Aspek Dokumentasi
Rekam Medis merupakan sarana komunikasi antara dokter yang merawat
dengan semua petugas yang berkaitan dalam penanganan pasien tersebut,
Rekam Medis dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan
pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien.
7
BAB III
PENGORGANISASIAN REKAM MEDIS
9
3.2 SUB KOMITE REKAM MEDIS/PANITIA REKAM MEDIS
Sub Komite Rekam Medis bertanggung jawab kepada Komite Medik. Merujuk
Surat Keputusan nomor… tahun 2011 mengenai Pengorganisasian Tata Kerja dan
Peraturan Internal Staf Medis di Rumah Sakit.
Panitia Rekam Medis adalah keompok kerja rekam medis yang terdiri dari dokter
atau dokter gigi atau tenaga kesehatan lain yang terlibat di dalam pelayanan
kesehatan dalam rangka membantu komite medis agar penyelenggaraan rekam medis
bermutu langsung dibawah Panitia Rekam Medis. Dimana Ketuanya adalah dokter
spesialis senior dan wakil nya adalah kepala instalasi rekam medis dan anggotanya
terdiri dari perawat dan tenaga kesehatan lainnya
1. Tanggung Jawab
Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran
wajib membuat rekam medik , hal ini tercantum didalam pasal 46 ayat (1) .
Dokter atau dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya yang memberikan
pelayanan baik langsung maupun tidak langsung kepada pasien bertanggung
jawab terhadap mutu yang mereka berikan . Rekam Medis yang baik akan
mencerminkan mutu pelayanan medis yang diberikan kepada seorang pasien
dalam suatu pelayanan kesehatan.
Untuk memenuhi tanggung jawab tersebut para dokter atau dokter gigi
serta tenaga kesehatan lainnya harus sesuai dengan tanggung jawab dan
wewenangnya didalam pemberian pelayanan kepada pasien . Mereka
melaksanakan tanggung jawabnya melalui badan yang disebut “ Panitia Rekam
Medis ”.
Peran Panitia Rekam Medis didalam penyelengaraan pengelolaan rekam
medis agar memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan meliputi :
1.1 Memberikan saran-saran dan pertimbangan - pertimbangan dalam hal
penyimpanan rekam medik dan menjamin tersedianya data yang diperlukan
untuk menilai pelayanan yang diberikan dokter kepada pasien.
1.2 Menjamin telah berjalan dengan baik prosedur-prosedur yang hars
dijalankan dalam suatu instalasi rekam medis yang meliputi: penyimpanan (
filling records ) dan peminjaman rekam medis ( retrieval ), pengeluaran /
pendistribusian rekam medis, pembuatan indeks serta kode penyakit,
pengisian rekam medis, pengelolaan dan penyajian data medis unuk proses
pelaporan dari suatu instansi pelayanan kesehatan
10
1.3 Mengajukan usulan kepada direktur rumah sakit jika ada perubahan
mengenai prosedur pengisian, atau pengelolaan di sistem penyelenggaraan
rekam medik yangdisesuaikan dengan siuasi dan kondisi rumah sakit.
2. Keanggotaan
Keanggotaan Panitia Rekam Medis terdiri dari Kepala Instalasi Rekam Medis ,
dokter atau dokter gigi atau tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam pengisian
lembaran-lembaran rekam medik. Sebaiknya ditunjuk sebagai ketua panitia
adalah seorang dokter senior, sedangkan wakilnya ditunjuk Kepala Instalasi
Rekam Medis.
Keanggotaan panitia tersebut ditetapkan dengan Surat keputusan Direktur Rumah
Sakit, untuk jangka waktu 3 tahun . Tahun ke-2 dan ke-3 baru dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik. Pada saat penggantian keanggotaan komite,
ketua panitia harus benar- benar tahu lebih dahulu semua prosedur yang berlaku.
3. Tata Kerja
3.1 Panitia Rekam Medis harus mengadakan petemuan minimal satu kali dalam
sebulan. Dan mereka harus menitik beratkan perhatian kepada perbaikan
mutu pelayanan. Idealnya panitia rekam medis harus mempelajari masalah-
masalah yang sering terjadi didalam proses pengisian rekam medis.
Terutama untuk kasus pengisian rekam medis tanpa diagnosa, perbedaan
pengisian diagnosa dan sebab -sebab kematian
3.2 Dibawah pengawasan panitia rekam medis, petugas rekam medis melakukan
analisa terhadap pengisian berkas rekam medis setelah pasien pulang
3.3 Jika didapati berkas rekam medis yang tidak memenuhi standar, maka
petugas rekam medis melaporkan berkas tersebut ke Komite Medis,
selanjutnya panitia rekam medis akan berkoodinasi dengan dokter atau
dokter gigi atau tenaga kesehatan lain untuk melengkapi berkas rekam medis
tersebut.
3.4 Panitia rekam medis juag melakukan pengawasan secara teratur terhadap
pengisian berkas rekam medis di instalasi gawat darurat guna menilai mutu
pelayanan medis yang diebrikan. Bagia pasien yang meninggal dunia di
Instalasi Gawat Darurat/DOA ( Death On Arrival) maka berkas rekam
medisnya tetap diisi oleh dokter dan harus disimpan di Instalasi Rekam
Medis secara terpisah.
3.5 Tanggung Jawab rekam medis tidak hanya mengawasi petugas rekam medis
dalam menganalisa rekam medis pasien rawat inap dan rawat jalan tetapi
11
juga melakukan pengawasan mutu pelayanan terhadap pasien rawat inap dan
rawat jalan.
3.6 Di dalam penyeragaman lembaran isi rekam medis, penyeragaman bentuk,
ukuran maupun isi rekam medis serta retensi terhadap rekam medik sudah
tidak harus dikoordinasikan antara instalasi/unit rekam medis dengan panitia
rekam medis serta komite medik yang slenajutnya diteruskan dengan
persetujuan Direktur Rumah Sakit
3.7 Setiap tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan lainnya yang ikut serta
didalam pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien berkewajiban
melengkapi pengisian rekam medis dan harus menyetujui ketentuan-
ketentuan yang berlaku dan jika menolak akan dikenakan sanksi.
4. Hubungan Kerja
4.1 Instalasi rekam medis, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi rawat Inap, Instalasi
Gawat Darurat dan Instalasi lain yang terkait, serta bertanggung jawab atas
terlaksananya kegiatan rekam medis, sesuai dengan batas wewenang dan
tanggung jawabnya.
4.2 Dalam melaksanakan tugasnya kepala Instalasi Rekam Medis wajib
menerapkan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam menerapkan
koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan intern Instalasi
Rekam Medis maupun dengan Instalasi yang terkait , sesuai dengan fungsi
dan tugasnya masing- masing.
4.3 Kepala Instalasi Rekam Medis dan instalasi terkait dengan pelaksanaan
kegiatan rekam medik bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan
bawahannya masing -masing serta memberikan petunjuk pelaksanaan tugas
kepada stafnya masing -masing.
4.4 Kepala Instalasi Rekam Medis dan unit lain yang terkait dengan pelaksanaan
kegiatan rekam medis, wajib mengikuti memenuhi petunjuk dan
bertanggung jawab kepada atasan masing-masing dan menyampaikan
laporan berkala tepat pada waktunya.
4.5 Dalam melaksnakana tugasnya kepala instalasi Rekam Medis dan instalasi
lain yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan rekam medis, melakukan
pembinaan dan pemberian bimbingan dan wajib mengadakan rapat berkala (
briefing ) baik antar petugas rekam medis, maupun dengan Instalasi lain
yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan rekam medis di rumah sakit.
12
4.6 Instalasi Rekam Medis mempunyai hubungan koordinatif dengan instalasi
lain yang seperti instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap, instalasi gawat
darurat, serta instalasi penunjang medis yang berkaitan dengan pelaksanaan
kegiatan rekam medis di rumah sakit.
5. Menyusun dan mengusulkan bentuk dan isi Rekam Medis
6. Menyusun pedoman tata laksana Rekam Medis
7. Melaksanakan evaluasi terhadap pelaksanaan pengisian
8. Penelaahan kebenaran penulisan Rekam medis
9. Menyusun ketentuan sanksi dalam meneakan ketertiban penyelenggaraan Rekam
Medis untuk kemudian menjadi keputusan Direktur
10. Melakukan identifikasi permasalahan Rekam Medis yang perlu penanganan
direktur untuk tindakan pemecahannya.
3.3 STRUKTUR ORGANISASI SEKSI REKAM MEDIK
DIREKTUR
ASSEMBLING
PELAKSANA
DISTRIBUSI
PELAKSANA
RETRIEVAL
13
BAB IV
PROSES PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS
14
Apabila pada kunjungan selanjutnya bayi telah memiliki nama, maka nama yang
digunakan adalah nama saat ini. Maka hanya petugas yang berwenang dapat
merubah nama bayi sesuai dengan namanya sekarang.
3. Petunjuk silang
Dengan penulisan nama pasien sesuai dengan KTP/ SIM/ PASPOR serta
diharapkan seorang pasien hanya memiliki satu nomor pasien di Rumah Sakit.
Apabila ditemukan seorang pasien memiliki lebih dari satu nomor Rekam
Medis maka berkas rekam medis nomor tersebut harus digabungkan menjadi
satu nomor dimana berkas Rekam Medis pasien tersebut juga digabung,
biasanya nomor yang, digunakan adalah nomor Rekam Medis yang pertama.
Tetapi terlebih dahulu harus dicocokkan antara tanggal lahir, alamat , serta
identitas lainnya apakah benar-benar sesuai antara keduanya :
SETELAH DIGABUNGKAN
Nomor Rekam Medik 1 : 00-25-25-50 Siska Anggraeni
Nomor Rekam Medik 2 : 00-52-52-51 LIHAT 00-25-25-50
4.2 Sistem Penomoran Pasien
4.2.1 Sistem Pemberian Nomor Pasien ( Patien Numbering System )
Penyimpanan berkas rekam medis pada setiap pelayanan kesehatan
disimpan berdasarkan nomor pasien, yaitu nomor rekam medik pasien pada saat
masuk rumah sakit ( Admision Patien Number ). RSUD Leuwiliang menggunakan
Pembenrian Nomor Cara Unit ( Unit Numbering System ). Didalam sistem
pemberian nomor ini, pada saaat pasien datang pertama kali untuk berobat jalan
maupun maupun rawat inap ( dirawat ) maka pasien tersebut akan mendapatkan
satu nomor rekam medik yang mana nomor tersebut akan dipakai selamanya untuk
kunjungan-kunjungan selanjutnya baik untuk rawat jalan, rawat inap maupun
kunjungan ke unit-unit penunjang medis dan instalasi lain untuk mendapatkan
15
pelayanan kesehatan di suatu rumah sakit. Dan berkas rekam medis pasien tersebut
akan tersimpan didalam satu berkas dengan satu nomor pasien.
18
sebaik – baiknya. Pasien yang memerlukan perawatan, dapat dibagi menjadi 3
kelompok yaitu :
Pasien yang dapat menunggu
Pasien berobat jalan yang datang dengan perjanjian
Pasien yang datang tidak dalam keadaan gawat
Pasien yang harus segera ditolong ( pasien gawat darurat )
21
4.4 Alur Rekam Medis
4.4.1 Alur Rekam Medis Pasien Rawat Jalan
a. Pasien mendaftar ke Tempat Pendafaran Rawat Jalan
b. Apabila pasien baru, petugas pendaftaran rawat jalan terlebih dahulu
menginput identitas sosial dan untuk pasien lama petugas menginput antara
lain
- Nama pasien, tanggal lahir, alamat, jenis kelamin
- Nomor Telepon
- Nomor BPJS
- Poliklinik yang dituju
- Dokter yang dituju
- Cara Pembayaran
- Jenis kunjungan
- Cara datang
c. Petugas PendaftaranPrint out berkas rekam medis pasien baru dan kartu
berobat untuk diberikan kepada pasien baru yang harus dibawa apabila pasien
tersebut berobat ulang. Memberikan label Barcode identitas pasien pada
KTP/kartu BPJS dan pada kartu berobat
d. Bagi pasien kunjungan ulang atau pasien lama, harus memperlihatkan kartu
berobat kepada petugas penerimaan pasien. Dan dilakukan scanning Barcode
pada kartu berobat/KTP/Kartu BPJS/SIM
e. Apabila pasien lupa membawa kartu berobat maka , petugas pendafatran
melakukan indexing nama pasien pada SIMRS akan dengan mudah mencari
nomor rekam medis tersebut dengan menggunakan softaware pencarian nama
pada database.
f. Berkas rekam medis pasien dikirim ke poliklinik oleh petugas Distribusi rekam
medis yang telah diberi kewenangan untuk membawa berkas rekam medis
g. Petugas poliklinik mencatat pada buku register pasien rawat jalan poliklinik
antara lain : tanggal kunjungan, nama pasien, nomor rekam medik , jenis
kunjungan, tindakan / pelayanan yang diberikan
h. Dokter pemeriksaan mencatat riwayat penyakit, hasil pemeriksaan, diagnosis
terapi yang relevansinya dengan penyakitnya pada rekam medik rawat jalan
( Catatan Dokter Poliklinik )
i. Petugas poliklinik ( perawat / bidan ) membuat laporan / rekapitulasi harian
rawat jalan
22
j. Setelah pemberian pelayanan kesehatan di poliklinik selesai dilaksanakan,
petugas poliklinik mengirimkan seluruh berkas rekam medik pasien rawat
jalan berikut rekapitulasi hasrian pasien rawat jalan, ke Instalasi Rekam Medik
palng lambat 1 jam sebelum berakhir jam kerja.
k. Petugas rekam medik memeriksa elengkapan pengisian rekam medik dan
untuk yang belum lengkap segera diupayakan kelengkapannya.
l. Petugas Rekam Medik mengolah rekam medik yang sudah lengkap ,
dimasukan kedalam kartu indeks penyakit, kartu indeks operasi sesuai
denganpenyakitnya.
m. Petugas rekam medik membuat rekam medik rekapitulasi setiap akhir bulan,
untuk membuat laporan dan statistik rumah sakit.
n. Rekam Medik pasien disimpan berdasarkan nomor rekam medik.
Di dalam berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap juga terdapat beberapa
formulir antara lain :
27
1. Ringkasan Masuk dan Keluar (Formulir terlampir)
Lembaran Ringkasan Masuk keluar ini sering disebut ringkasan atau
lembaran muka. Selalu menjadi lembaran paling depan pada suatu berkas
rekam medis. Lembarna ini berisi informasi tentang identitas pasien, cara
penerimaan melalui cara masuk dikirim oleh, serta berisi ringkasan data
pada saat pasien keluar, lihat.
Lembaran ini merupakan sumber informasi untuk mengindeks rekam
medis, serta menyiapkan laporan rumah saki. Informasi tentang identitas
pasien sekurang-kurangnya mencari hal-hal sebagai berikut :
A. Nama Pasien
B. Nomor Rekam Medis
C. Tanggal Lahir
D. Jenis Kelamin
E. Pendidikan
F. Agama
G. Alamat
H. Pekerjaan
a. Informasi lain yang perlu di catat, diantaranya :
1. Status Perkawinan
2. Keikut sertaan dalam ASKES / Asuransi lain
3. Cara masuk (dikirim oleh)
4. Penanggung jawab
5. Alamat Penanggung jawab
6. Nama keluarga terdekat
7. Alamat Keluarga terdapat
8. Tanggal dan Jam masuk ruang rawat inap
9. Tanggal dan Jam keluar ruang rawat inap
10. Bagian/Spesialisasi
11. Ruang Rawat / Kelas Perawatan
12. Lama di rawat
13. Diagnose Akhir
14. Diagnosa Primer
15. Diagnosa Sekunder
16. Komplikasi
17. Operasi/Tindakan (Jika ada)
28
18. Anestesi yang diberikan (Jika ada)
19. Infeksi Nosokomial dan penyebabnya (Jika ada)
20. Immunisasi yang pernah didapat.
21. Immunisasi yang pernah diperoleh selama dirawat
22. Transaksi darah (jika ada)
23. Jenis Golongan Darah :
Resus, Jumlah cc
24. Keadaan keluar : Hidup/Mati
25. Nama dan tanda tangan dokter yang merawat
29
2. Catatan Perkembangan
Catatan perkembangan mencatat secara spesifik perkembangan
penyakit pasien yang ditulis dan di tanda tangani oleh dokter, catatan
pertama dimulai dengan catatan pada saat pasien masuk, dan pencatatan
selanjutnya adalah perkembangan pasien selama masa perawatan di
rumah sakit sampai dengan pasien keluar dari rumah sakit atau
meninggal. Catatan perkembangan pasien digunakan untuk mengetahui
ringkasan keadaan umum pasien pada saat masuk hingga keluar,
termasuk informasi-informasi penting yang belum tercatat pada anemnesa
dan pemeriksaan fisik. Informasi tersebut bisa didapat dari keluarga
pasien, dokter yang mengirim atau rumah sakit lain. Catatan
perkembangan pasien harus dibuat setiap hari selama pasien dalam masa
perawatan, setiap beberapa jam selama fase akutnya seorang pasien, dan
seterusnya sesuai dengan perkembangan kesehatan pasien itu sendiri.
Semua tindakan yang dilakukan dicatat jam, tanggal, dan jenis tindakan
yang diberikan serta harus ditandatangani oleh dokter pemeriksa.
3. Catatan Perawat/Bidan
Catatan Perawat/Bidan, digunakan oleh petugas perawatan untuk
mencatat pengamatan mereka terhadap pasien dan pertolongan perawatan
yang telah mereka berikan kepada pasien. Catatan ini memberikan
gambaran kronologis pertolongan, perawatan, pengobatan yang diberikan
dan reaksi pasien terhadap tindakan tersebut. Catatan perawatan berfungsi
sebagai alat komunikasi antara sesama perawat, dan antara perawat
dengan dokter. Ada empat kegunaan catatan perawatan /bidan, yaitu :
4. Lembar Grafik
Lembaran grafik memberikan gambaran kepada dokter tentang suhu,
nadi, dan pernafasan seorang pasien. Pengisiannya dilakukan oleh
perawat, dimulai pada saat pasien masuk dirawat. Dalam lembaran grafik
ini juga dicatat data-data tekanan darah, pemasukan dan pengeluaran
cairan, defikas, informasi kunjungan dokter, specimen untuk
laboratorium, diet, dll.
31
5. Ringkasan Keluar/Resume Medis
Ringkasan keluar dapat ditulis pada bagian akhir catatan
perkembangan atau dengan lembaran tersendiri, bagi rumah sakit-rumah
sakit kecil hal ini ditentukan oleh kegunaan catatan tersebut. Pengecualian
bagi resume ini, terutama untuk pasien yang dirawat kurang dari 48 jam,
cukup menggunakan rekam medis singkat, misalnya untuk kasus-kasus
Tonsilectomy, Adenoidectomy, kecelakaan ringan, dan sebagainya.
32
Didalam berkas rekam medis lembaran resume diletakkan dimuka depan
dengan maksud memudahkan dokter melihatnya apabila diperlukan.
Resume harus ditanda tangani oleh dokter yang merawat, bagi pasien
yang meninggal tidak dibuatkan resume, tetapi dibuatkan laporan sebab
kematian.
33
Perubahan alamat perlu dicatat, apabila pasien tersebut berpindah alamat /
tempat tinggal, disamping itu perlu dicatat pula cara kunjungan pasien dikirim
oleh siapa.
Sedangkan riwayat poliklinik berisi informasi :
1) Tanggal Kunjungan
2) Poliklinik yang melayani
3) Diagnosis
4) Tindakan yang dberikan
5) Dokter yang menangani
Walaupun kenyataan riwayat kehamilan dan terdapat pada rekam medis ibu,
hal ini juga perlu bahwa catatan tersebut menjadi bagian dari rekam medis
bayi, terutama pada Rumah Sakit yang memisahkan rekam medis bayi
dengan rekam medis ibunya.
2) Penataan Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap untuk Kasus Bedah
a) Ringkasan
b) Pembatas Masuk
c) Surat Dokumen Pengantar
d) Instruksi Pra/Pasca Bedah
e) Catatan Anestesi
f) Laporan Pembedahan
g) Instruksi Dokter
h) Catatan Perkembangan
i) Lembar Konsultasi
j) Catatan Perawat
k) Grafik Suhu, Nadi dan Pernafasan
l) Pengawasan khusus
m) Hasil Pemeriksaan Laboratorium
n) Hasil Pemeriksaan Radiodiagnostik
o) Salinan Resep
p) Resume / Laporan Kematian
3) Penataan Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap Kasus Kebidanan :
a) Pembatas Masu
b) Ringkasan Masuk dan Keluar
c) Surat Dokumen Pengantar
d) Lembar Obstetrik
e) Catatan Persalinan
f) Lembaran Bayi Baru Lahir
g) Istruksi Dokter
h) Catatan Perkembangan
i) Lembar Konsultasi
j) Catatan Perawat
k) Grafik Nifas (grafik ibu)
36
l) Pengawasan Khusus
m) Hasil Pemeriksaan Laboratorium
n) Hasil Pemeriksaan Radiodiagnostik
o) Salinan Resep
p) Resume / Laporan Kematian
4) Penataan Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap Kasus Bayi Lahir :
a) Pembatas Masuk
b) Ringkasan Masuk Dan Keluar
c) Riwayat Kelahiran
d) Instruksi Dokter
e) Catatan Perkembangan
f) Lembar Konsultasi
g) Catatan Perawat
h) Grafik Bayi
i) Pengawasan Khusus
j) Hasil Pemeriksaan Laoratorium
k) Hasil Pemeriksaan Radiodiagnostik
l) Salinan Resep
m) Resume / Laporan Kematian
37
1. Tenaga Medis dalam Menetapkan Diagnosis
2. Tenaga Rekam Medis sebagai pemberi kode
3. Tenaga kesehatan Lainnya
Penetapan Diagnosis seorang pasien merupakan kewajiban, hak dan tanggung
jawab dokter (tenaga medis) yang terkait tidak boleh diubah oleh karenanya harus
diagnosis yang ada dalam rekam medis diisi dengan lengkap dan jelas sesuai dengan
arahan yang ada pada buku ICD-10.
Tenaga medis sebagai seorang pemberi kode bertanggung jawab atas keakuratan
kode dari suatu diagnosis yang sudah ditetapkan oleh tenaga medis. Oleh karenya
untuk hal yang kurang jelas atau yang tidak lengkap, sebelum kode ditetapkan,
komunkasikan terlebih dahulu pada dokter yang membuat diagnosis tersebut. Setiap
pasien yang telah selesai mendapatkan pelayanan baik rawat jalan maupun rawat
inap, maka dokter yang memberikan pelayanan harus segera membuat diagnosi akhir.
Kelancaran dan kelengkapan pengisian rekam medis di instalasi rawat jalan dan
rawat inap atas kerja sama tenaga medis dan tenaga kesehatan lain yang ada masing-
masing instalasi kerja tersebut. Hal ini seperti dijelaskan pasal 3 dan 4 Permenkes RI
No. 269/MENKES/ PER/III/2008 tentang Rekam Medis.
Untuk lebih meningkatkan informasi dalam rekam medis, petugas rekam medis
harus membuat kode sesuai dengan klasifikasi yang tepat. Disamping kode penyakit,
berbagai tindakan lain juga harus diberi kode sesuai dengan klasifikasi masing-
masing dengan menggunakan :
1. ICD-10
2. ICD 9 CM
41
b. Laporan Ekstern Rumah Sakit
Laporan ekstern rumah sakit ditujukan kepada Direktorat Jenderal Bina
Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Dinas
Kesehatan Propinsi Jawa Barat, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor .
Pelaporan eksternal rumah sakit dibuat sesuai dengan Permenkes RI nomor
1171/MENKES/PER/VI/2011 meliputi :
1. RL 1 Data Dasar RS
2. RL 2 Data Ketenagaan RS
3. RL 3 Data Kegiatan Pelayanan RS
4. RL 4 Data Morbiditas/mortalitas RS
5. RL 5 Data Kunjungan Pelayanan Rs
c. Saluran Pengiriman Laporan
Laporan dibuat rangkap 3,Laporan Asli dikirim ke Direktorat Jenderal
Bina Pelayanan Upaya Medik Sub Bagian Data dan Inormasi Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia Sedang Rangkap kedua dan seterusnya
dikirim kepada :
1) Dinas Kesehatan Propinsi
2) Dinas Kesehatan Kabupaten
3) Direktur Rumah Sakit
42
4.13 Pengambilan Rekam Medis ( Retrieval )
Permintaan berkas Rekam Medis baik itu untuk keperluan berobat pasien yang
berkunjung ke rawat jalan, IGD dan pasien yang dirawat kembali atas permintaan
dokter. Berkas rekam medis diperbolehkan keluar selama hal itu diperlukan.
a. Sentralisasi.
Sentralisasi ini diartikan penyimpanan rekam medis seorang pasien
dalam suatu kesatuan baik catatan-catatan kunjungan poliklinik maupun
catatan selama pasien dirawat. Sistem ini disamping banyak kebaikannya
ada juga kekurangannya.
Kebaikannya :
Petugas menjadi lebih sibuk, karena harus menangani unit rawat jalan
dan unit rawat inap,
Tempat penerimaan pasien harus bertugas selama 24 jam.
43
b. Desentralisasi.
Dengan cara desentralisasi terjadi pemisahan antara reksam medis
poliklinik dengan rekam medis pasien dirawat. Rekam medis disimpan di
satu tempat penyimpanan, sedangkan rekam medis pasien dirawat
disimpan dibagian rekam medis rawat inap.
Kebaikannya :
Secara teori cara desentralisasi lebih baik dari pada sentralisasi, tetapi pada
pelaksanaannya tergantung pada situasi dan kondisi masing-masing rumah
sakit.
44
ini akan disimpan berurutan dalam satu rak, yaitu : 465023, 465024, 465025,
465026. Dengan demikian sangatlah mudah sekaligus mengambil 50 buah rekam
medis dengan nomor yang berurutan dari rak pada waktu diminta untuk keperluan
pendidikan, maupun untuk pengambilan rekam medis yang tidak aktif. Mungkin
satu hal yang paling menguntungkan dari sistem ini adalah mudahnya melatih
petugas-petugas yang baru melaksanakan pekerjaan penyimpanan tersebut,
namun sistem ini mempunyai kelemahan-kelemahan yang tidak dapat
dihindarkan. Pada saat penyimpanan rekam medis, petugas harus memperhatikan
seluruh angka nomor sehingga mudah terjadi kekeliruan menyimpan. Makin
besar angka yang diperhatikan, makin besar kemungkinan membuat kesalahan.
Hal yang menyebabkan kesalahan tersebut adalah :
02 52 46
45
47-52-02 99-05-26 99-99-30
58-78-96 99-78-96
58-78-97 99-78-97
58-78-98 99-78-98
58-78-99 99-78-99
59-78-00 00-78-00
59-78-01 00-78-01
Pada contoh ini melihat bahwa kelompok 100 buah rekam medis ( 58-78-00
sampai dengan 58-78-99 ) berada dalam urutan langsung.
46
Dari segi praktisnya dapat dikatakan, patokan utama untuk menentukan rekam
medis aktif maupun rekam medis tidak aktif adalah besarnya ruangan yang tersedia
untuk menyimpan rekam medis yang baru.
Suatu rekam medis menentukan 5 tahun adalah batas umum untuk rekam medis
aktif, sedangkan di rumah sakit lain rekam medis yang berumur 2 tahun sudah
dinyatakan tidak aktif, dikarenakan sangat terbatasnya ruangan penyimpanan. Pada
umumnya rekam medis dinyatakan tidak aktif apabila selama 5 tahun terakhir rekam
medis tersebut juga tidak digunakan lagi. Apabila sudah tidak tersedia lagi tempat
penyimpanan rekam medis harus dilaksanakan kegiatan penyisihan rekam medis
baru. Rekam medis yang tidak aktif dapat disimpan di ruang lain atau microfilm.
Dua garis warna dalam posisi yang sama dapat dipakai sebagai pengenal untuk
pasangan angka yang merupakan (primary digit). Dalam hal ini garis warna diatas
untuk angka sebelah kiri dan garis warna dibawahnya untuk angka sebelah kanan.
Sebagai contoh jika warna coklat diberikan untuk angka 8 dan warna hijau untuk
angka 4, maka map yang bernomor 16-94-84, dalam sistem terminal digit akan
diberi kode garis coklat diatas dan garis hijau dibawahnya. Garis-garis warna
tambahan untuk kode angka kedua ( secondary digit ) dapat ditambahkan,
sehingga berbagai kombinasi warna dapat dipraktekkan. Sampul-sampul yang
telah diberi kode warna dapat dipesat atau petugas rekam medis membuat sendiri
kode warna atau menempelkan pita warna pada map ( sampul rekam medis ).
48
b. Kode warna tahun kunjungan terakhir pasien
Kode warna yang dibuat berdasarkan tahun kunjungan pasien terakhir. Kode
tersebut ditempelkan dibawah kode warna penomoran rekam medis. Kode ini
berguna dalam menentukan berkas rekam medis aktif dan in aktif. Kode warna
tahun kunjungan menggunakan :
Tahun Kode Warna Warna
2014 Merah
2015 Biru
2016 Ungu
2017 Hitam
2018 Coklat
2019 Merah Muda
2020 Kuning
2021 Hijau
tidak. Hal ini memudahkan dalam perawatan dan penempatan pasien pada saat
pasien tersebut dirawat inap. Petugas rekam medis akan menempelkan label
warna pada sampul berkas rekam medis pasien pada kotak yang sudah disediakan
sesuai dengan warna yang ditetapkan yaitu warna kuning untuk penyakit menular
49
berobat dan dilakukan pertelaan, setelah itu disimpan di gudang in aktif selama 3
tahun. Rekam medis in aktif ini bias dimusnahkan dengan cara dilebur dan dicacah
melalui berita acara pemusnahan dengan surat perintah dari direktur.
Adapun kriteria Lama penyimpanan berdasar Spesialisasi penyakit adalah :
No Nama SMF Aktif
Inaktif
RJ RI
1 Umum 5 5 5
2 Mata 5 10 2
3 Jiwa 10 5 2
4 Orthopedi 10 10 2
5 Kusta 15 15 2
6 Narkoba 15 15 2
7 Jantung 10 10 2
8 Paru 5 10 2
50