CSS BV

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

CLINICAL SCIENCE SESSION

BAKTERIAL VAGINOSIS

Disusun oleh:
Refika Padmis Sunaryo 130112170502
Novia Rizki Aisyah 130112170548
Rega Dwi Wandira 130112170559
Anita Agustria 130112170659
Ivan Albert Bunjamin 130112170658
Fadhal Muhammad Ahmad 130112170666
Karima Akhlaqunnisa 130112170522

Preseptor:
Amillia Siddiq, dr., SpOG(K), M.Si

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

RUMAH SAKIT DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

2019
DUH TUBUH VAGINA

Definisi

Leukorrhoea atau yang lebih dikenal dengan istilah keputihan merupakan


suatu keadaan yang sering terjadi dan meningkat frekuensinya pada orang hamil.
Dalam banyak keadaan kondisi ini bukanlah merupakan suatu yang patologis,
melainkan suatu keadaan yang fisiologis karena meningkatnya pembentukan mukus
oleh kelenjar-kelenjar servikal sebagai respons terhadap hiperestrogenemia, sehingga
leukorrhea bukanlah suatu penyakit melainkan suatu gejala.
Leukorrhea dapat menyerang wanita mulai dari anak-anak sampai wanita
dewasa atau menopause. Leukorrhea menyebabkan seorang wanita seringkali
mengganti pakaian dalamnya atau menggunakan pembalut, biasanya disertai dengan
keluhan lain seperti perasaan gatal, rasa panas pada alat kelamin maupun nyeri
sewaktu bersenggama. Keluhan dapat bervariasi dari ringan hingga berat, namun
banyak penderita yang tidak menghiraukannya, padahal leukorrhea dapat merupakan
bagian dari perjalanan suatu penyakit yang apabila tidak segera ditangani secara dini
dengan baik akan dapat menyebabkan hal yang serius seperti menyebabkan
kehamilan ektopik, peritonitis, kanker rahim, ketidaksuburan, keguguran, kematian
janin, prematuritas, lahir dengan berat badan bayi rendah, ataupun infeksi kongenital.
Tujuan utama seorang klinikus adalah membedakan leukorrhea fisiologis
dengan leukorrhea patologis menggunakan kriteria klinik, laboratorium dan
mikrobiologi. Ketepatan dalam mendiagnosis penyebab leukorrhea merupakan kunci
utama dalam keberhasilan pengelolaan leukorrhea.
Leukorrhea (fluor albus, vaginal discharge, duh tubuh vagina) atau keputihan
adalah cairan (bukan darah) yang keluar berlebihan dari vagina. Beberapa literatur
memberikan batasan, yang dimaksud dengan leukorrhea adalah keluarnya cairan
berlebihan dari liang senggama (vagina), yang disertai oleh perasaan gatal, nyeri, rasa
terbakar di bibir kemaluan atau kerap juga disertai bau busuk dan rasa nyeri sewaktu
berkemih atau senggama.
Adapula literatur yang menyebutkan batasan bagi leukorrhea yaitu cairan
yang keluar dari vagina yang bukan darah dengan sifat yang berrnacam-macam baik
warna, bau, maupun jumlahnya yang terutama disertai dengan keluhan berupa gatal,
bau tidak biasa dan nyeri. Lekorrhea dibagi menjadi dua, yaitu leukorrhea fisiologis
dan leukorrhea patologis

a. Leukorrhea Fisiologis
Yaitu sekret dari vagina normal yang berwarna jernih atau putih, menjadi
kekuningan bila kontak dengan udara yang disebabkan oleh proses oksidasi. Secara
mikroskopik terdiri dari sel-sel epitel vagina yang terdeskuamasi, cairan transudasi
dari dinding vagina, sekresi dari endoserviks berupa mukus, sekresi dari saluran yang
lebih atas dalam jumlah bervariasi serta mengandung berbagai mikroorganisme
terutama lactobacillus doderlein. Memiliki ph < 4,5 yang terjadi karena produksi
asam laktat oleh lactobaciilus dari metabolisme glikogen pada sel epitel vagina.

Leukorrhea fisiologis terdapat pada keadaan sebagai berikut :


1. Bayi baru lahir sampai dengan usia 10 hari, hal ini disebabkan pengaruh
estrogen di plasenta terhadap uterus dan vagina bayi.
2. Premenarche, mulai timbul pengaruh estrogen
3. Saat sebelum dan sesudah haid
4. Saat atau sekitar ovuiasi, dimana keadaan sekret dari kelenjar serviks uteri
menjadi lebih encer
5. Adanya rangsangan seksual pada wanita dewasa karena pengeluaran
transudasi dinding vagina
6. Pada kehamilan, karena pengaruh peningkatan vaskularisasi dan bendungan di
vagina dan di daerah pelvis
7. Stress emosional
8. Penyakit kronis, penyakit saraf, karena pengeluaran sekret dari kelenjar
serviks uteri juga bertambah
9. Pakaian (celana dalam ketat, pemakaian ceiana yang jarang ganti, pembalut)
10. Leukorrhea yang disebabkan oleh gangguan kondisi tubuh, seperti keadaan
anemia, kekurangan gizi, kelelahan, kegemukan dan usia tua > 45 tahun
b. Leukorrhea Patologis
Leukorrhea dikatakan tidak normal jika terjadi peningkatan volume
(khususnya membasahi pakaian), bau yang khas dan perubahan konsistensi atau
warna. Penyebab terjadinya leukorrhea patologis bermacam-macam, dapat
disebabkan oleh adanya infeksi (bakteri, jamur, protozoa, virus) adanya benda asing
dalam vagina, gangguan hormonal akibat menopause dan adanya kanker atau
keganasan dari alat kelamin, terutama pada serviks.

Penyebab leukorrhea patologis :


- Infeksi
Penyebab leukorrhea terbanyak adalah infeksi pada vagina (vaginitis) dan
serviks (servisitis). Ada atau tidaknya bau, gatal dan warna dapat membantu
menemukan etiologinya. Sekret yang disebabkan oleh infeksi biasanya mukopurulen,
warnanya bervariasi dari putih kekuningan hingga berwarna kehijauan. Vaginitis
paling sering disebabkan oleh Candida sp., Trichomonas vaginalis, Vaginalis
bakterialis. Sedangkan servisitis paling sering disebabkan oleh Chlamidia trachomatis
dan Neisseria gonorrhoeae. Selain itu penyebab infeksi yang lain adalah infeksi
sekunder pada luka, abrasi (termasuk yang disebabkan oleh benda asing), ataupun
terbakar.

- Non infeksi
Dapat disebabkan oleh :
 Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan
Kadang-kadang pada wanita ditemukan cairan dari vagina yang tercampur
dengan urine atau feses. Hal ini dapat terjadi akibat adanya fistel uterovagina, fistel
rektovagina yang disebabkan kelainan kongenital, cedera persalinan, radiasi pada
kanker alat kandungan atau akibat kanker itu sendiri.
 Benda asing
Adanya benda asing seperti kotoran tanah atau biji-bijian pada anak-anak
ataupun tertinggalnya tampon maupun kondom pada wanita dewasa, adanya cincin
pesarium pada wanita yang menderita prolaps uteri serta pemakaian alat kontrasepsi
seperti IUD dapat merangsang pengeluaran sekret secara berlebihan.
 Hormonal
Perubahan hormonal estrogen dan progesteron yang terjadi dapat dikarenakan
adanya perubahan konstitusi dalam tubuh wanita itu sendiri atau karena pengaruh dari
luar misalnya karena kontrasepsi, dapat juga karena penderita sedang dalam
pengobatan hormonal.
 Kanker
Pada kanker terdapat gangguan dari pertumbuhan sel normal yang berlebihan
sehingga mengakibatkan sel bertambah sangat cepat secara abnormal dan mudah
rusak, akibatnya terjadi pembusukan dan perdarahan karena pecahnya pembuluh
darah yang bertambah untuk memberikan makanan dan oksigen pada sel kanker
tersebut. Pada Ca cerviks terjadi pengeluaran cairan yang banyak disertai bau busuk
akibat terjadinya proses pembusukan tadi, dan acapkali disertai adanya darah yang
tidak segar.
 Vaginitis atrofi
Usia pra pubertas, masa laktasi, pasca menopause dan beberapa keadaan yang
menyebabkan kurangnya estrogen, akan menyebabkan meningkatnya pH vagina.
Naiknya pH akan menyebabkan pertumbuhan bakteri normal dalam vagina menjadi
berkurang, tetapi sebaliknya pH yang meningkat akan memicu pertumbuhan bakteri
patogen di vagina. Kurangnya estrogen akan menyebabkan penipisan mukosa vagina
sehingga mudah terluka dan terinfeksi

Infeksi Pada Vagina


Pada pemeriksaan sekret vagina pada pasien normal, dapat ditemukan batang
gram positif, yaitu Lactobacillus acidophillus. Bakteri ini dapat mempertahankan
ekosistem vagina dengan 3 cara:
a. Memproduksi asam laktat yang mempertahankan pH vagina normal, yaitu
4 (rata-rata 3,8-4,2) , sehingga dapat menghambat patogen
b. Memproduksi Hidrogen Peroksida yang toksis terhadap mikroflora
anaerob
c. Memiliki mikrovili yang menempel pada reseptor di sel-sel epitel
vagina, sehingga menghalangi penempelan patogen.

Infeksi Bakteri
Bakterial Vaginosis (BV)
Keadaan ini tidaklah seperti infeksi biasa, melainkan terjadi karena adanya
gangguan keseimbangan flora normal vagina. Lactobacillus berkurang jumlahnya dan
bakteri anaerob seperti Gardnerella vaginalis, Mobiluncus, dan spesies Bacteroides
cenderung untuk bertambah jumlahnya.
Vaginosis bakterial merupakan penyebab vaginitis yang sering ditemukan
terutama pada wanita yang masih aktif berhubungan seksual.
Gejala klinis :
- Adanya duh tubuh dari vagina yang ringan atau sedang yang berbau tidak
enak (amis).
- Bau lebih menusuk setelah senggama dan mengakibatkan darah
menstruasi berbau abnormal.
- Pada pemeriksaan didapatkan jumlah duh tubuh vagina tidak banyak,
berwama putih, keabu-abuan, homogen, cair, dan biasanya melekat pada
dinding vagina
- Pada vulva atau vagina jarang atau tidak ditemukan inflamasi.
- Pemeriksaan pH vagina >4,5

Diagnosis
Ketepatan dalam mendiagnosis penyebab leukorrhea merupakan kunci utama
dalam keberhasilan pengobatan. sehingga sangat perIu mengidentifikasi kuman
penyebabnya secara pasti.

1. Anamnesis
Dalam anamnesis harus terungkap apakah leukorrhea ini fisiolgis atau
patologis. Selain disebabkan karena infeksi harus dipikirkan juga kemungkinan
adanya benda asing atau neoplasma.
2. Pemeriksaan klinis
Pada pemeriksaan spekulum harus diperhatikan sifat cairannya seperti
kekentalan, warna, bau serta kemungkinan adanya benda asing, ulkus dan neoplasma
(kelompok khusus). Pemeriksaa.n dalam dilakukan setelah pengambilan sediaan
untuk pemeriksaan laboratorium.

3. Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan pH untuk melihat kadar pH dari leukorrhea tersebut,
biasanya pada BV akan didapatkan pH lebih dari 4,5. Selain itu juga, leukorrhea akan
berbau amis baik sebelum maupun sesudah penambahan KOH 10% atau yang biasa
disebut dengan whiff test. Pada pemeriksaan menggunakan NaCl akan didapatkan
clue cell > 20% dan pada pemeriksaan gram akan didapatkan sel epitel yang
dikerubungi oleh bakteri (clue cell). Pemeriksaan tambahan dilakukan bila ada
kecurigaan keganasan.

Kriteria diagnosis:
Diagnosis bakterial vaginosis dapat ditegakkan bila ditemukan tiga dari empat
gejala berikut (Kriteria Amsell) :
1. Cairan vagina homogen, putih keabu-abuan, melekat pada dinding vagina
2. pH vagina >4,5
3. Whiff test (+)
4. Ditemukan clue cell pada pemeriksaan mikroskopik

Atau:
- Keputihan yang berbau tidak enak/bau seperti ikan, terutama setelah
berhubungan seksual
- Sekret berlebihan, banyaknya sedang sampai banyak, warna sekret : putih atau
abu-abu dan melekat pada dinding vagina terutama forniks posterior
- Tanda-tanda inflamasi tidak ada
- Laboratorium : whiff test (+), pH;> 4,5 (biasanya 4,7-5,7)
- Mikroskopik : clue cell (+), jarang lekukosit, banyaknya lactobacilli berlebihan
karena bercampur dengan flora, meliputi kokus gram (+) dan coccobacilli
Gambaran Fluor albus akibat Vaginosis bakterial

Tatalaksana
Rejimen yang dianjurkan untuk pengobatan adalah Metronidazol 2 gram oral
dosis tunggal, atau 5-nitroimidazol 2 gram oral dosis tunggal. Rejimen alternatif
adalah Metronidazol 2x0,5 gram oral selama 7 hari.
Penderita yang sedang mendapatkan pengobatan metronidazol harus
menghentikan minum alkohol. Berbagai laporan menunjukkan angka kesembuhan
antara 82-88% pada wanita dan angaka ini meningkat menjadi 95% bila mitra seksual
penderita diberi pengobatan pula. Bila keluhan menetap penderita diharuskan datang
untuk pemeriksaan ulang 7 hari setelah pengobatan. Pemeriksaan dilakukan seperti
pada pemeriksaan pertama. Penderita dinyatakan sembuh bila keluhan dan gejala
telah menghilang, serta parasit tidak ditemukan lagi pada pemeriksaan sediaan
langsung.
Bila terjadi kegagalan pengobatan, maka tahapan pengobatan berikut dapat
dilaksanakan : Metronidazol 2 x 0,5 gram oral selama 7 hari. Dan bila masih gagal,
dapat diberikan Metronidazol 2 gram oral dosis tunggal selama 3-7 hari ditambah
Metronidazol pervaginam 0,5 gram, malam hari selama 3-7 hari. Bila ternyata masih
gagal pula, hendaknya dilakukan biakan dan tes resistensi.

Anda mungkin juga menyukai