Pendahuluan
Kemajuan dalam penegakan diagnosis pada bayi baru lahir telah mengubah bayangan
mengenai lingkungan perinatal. Keadaan yang dapat mengganggu kemampuan hidup bayi
semakin berkurang, penegakan diagnosis bisa didapat lebih dini sejak kehamilan dan lebih
cepat lagi pada saat dirawat sehingga hasil perawatan lebih baik.(1)
Kelahiran prematur atau anak-anak berkebutuhan khusus dengan gangguan neurologis
dan prognosis kualitas hidup yang rendah merupakan pertimbangan utama bagi neonatologis
dalam menentukan cara perawatan selanjutnya sering memerlukan diskusi lebih luas terkait
masalah etik.(2) Pada perawatan bayi baru lahir, keputusan untuk melakukan atau tidak
melakukan tindakan penyelamatan hidup bayi sakit kritis sebaiknya dibicarakan secara
profesional sebelum disampaikan kepada orang tua penderita.(3)
Kehamilan berisiko tinggi dengan kelahiran bayi prematur memerlukan perawatan
multidisiplin sejak bayi belum lahir sampai bayi pulang dengan selamat dan masa follow-up.(4)
Pada saat ini teknologi perawatan intensif neonatal telah maju dalam memberikan jaminan
bahwa bayi sangat prematur dapat hidup, walaupun belum dapat ditentukan bagaimana kualitas
hidup selanjutnya.(1) Perkembangan dalam memutuskan dilema etik pada bayi-bayi sangat
prematur bukanlah masalah baru. Ketidakpastian dalam prediksi mengenai apa yang akan
terjadi, misalnya seberat apa penderitaan penderita yang dapat hidup, merupakan beban moral
yang tetap tersimpan bagi tenaga profesional kesehatan. (3)
Perinatologi adalah suatu bidang unik yang melibatkan tiga kelompok penderita yaitu
wanita hamil, janin dan bayi baru lahir (BBL) sehingga segi etik ini sering menjadi dilema saat
perawatan antenatal, intranatal dan pascanatal. Pada tulisan ini pembahasan dibatasi hanya
dilema etik pada masa neonatal.(3)
Dilema moral
Sejumlah dilema moral sering kali dihadapi pada bayi. Beberapa kategori BBL yang
dilematis yaitu sebagai berikut:(5,6,24)
1. Bayi yang akan segera meninggal walaupun mendapat perawatan optimal berdasarkan
modalitas perawatan yang sesuai, misalnya bayi yang lahir dengan hipoplasia paru.
2. Pasien yang berpotensi bertahan hidup dengan perawatan intensif, tetapi kemungkinan
hidupnya dalam keadaan sangat parah. Kelompok ini adalah bayi prematur atau sangat
prematur yang dalam beberapa hari menunjukkan kelainan otak yang parah, misalnya
perdarahan intraventrikular yang luas dengan kejang.(7)
3. Pasien yang dapat bertahan dengan perawatan medis tidak intensif, tetapi dengan kondisi
yang semakin parah dan bersifat menetap. Dalam kategori ini dibedakan dua sub
kelompok:
a) Bayi yang lahir dengan kelainan berat yang akan menghalangi mereka menjalani segala
bentuk kehidupan mandiri dan penderitaannya akan menjadi lebih berat dan tidak dapat
disembuhkan dengan cara apapun. Misalnya spina bifida yang sangat berat.(5)
1
b) Kelompok kedua bayi yang bertahan hidup karena perawatan intensif, tetapi pada saat
tidak lagi mendapat perawatan intensif, terdapat prognosis yang sangat parah untuk
bertahan hidup. Pada bayi-bayi seperti ini perawatan tidak perlu lagi karena hasil
pengobatan sudah diketahui. Contohnya bayi yang hidup setelah mengalami
ensefalopati iskemik akibat hipoksia.(10)
Prinsip etik
Beberapa prinsip etik pada beberapa keadaan morbiditas neonatal adalah sebagai
berikut:(7,8)
1. Setiap manusia mempunyai sifat yang unik dan memiliki hak untuk hidup.
2. Setiap manusia memiliki integritas tersendiri yang harus diakui dan dilindungi.
3. Setiap manusia memiliki hak untuk mendapat perawatan dan pengobatan yang optimal.
4. Setiap manusia memiliki hak untuk menjadi bagian dari masyarakat dan mendapat hal
yang masyarakat berikan.
5. Tujuan optimal dari semua tindakan dan keputusan harus diarahkan kepada
"kepentingan terbaik" pasien. Diakui bahwa definisi, "kepentingan terbaik" ini sulit
diberikan pada bayi baru lahir.(8)
6. Keputusan tidak boleh dipengaruhi oleh pandangan pribadi sosial tentang nilai hidup
atau tidak optimalnya pola asuh.(9)
7. Keterlambatan atau retardasi bukanlah alasan yang cukup untuk menghentikan
pengobatan.(9)
8. Meneruskan atau menghentikan langkah-langkah pendukung hidup, secara etis nilainya
sama.(11)
9. Keputusan untuk meneruskan atau menghentikan perawatan selalu harus didukung
dengan terapi paliatif yang optimal serta perhatian yang optimal.(15)
10. Pendapat orang tua atau penanggung jawab harus disertakan dalam setiap keputusan
medis. Dokter yang merawat bayi yang sakit harus mengambil kesimpulan berdasarkan
fakta yang jelas. Hal ini harus didiskusikan secara bijaksana.(13)
11. Dalam situasi yang tidak jelas dan adanya kontroversi antara tim layanan kesehatan
dengan orang tua, pendapat ahli lain dapat membantu.(16,25)
12. Hal-hal yang dianggap dapat menyebabkan kematian, harus dihindarkan dalam
perawatan. Walaupun demikian, pemberian pengobatan untuk mengurangi penderitaan
pasien gawat yang mungkin menghilangkan harapan hidup, dapat dibenarkan.(12)
13. Keputusan tidak boleh dibuat secara tergesa-gesa dan harus selalu dilakukan dengan
mempertimbangkan semua kejadian yang ada.
14. Semua keputusan harus didasarkan pada fakta yang ada.
2
Individu yang mengerti berhak untuk menolak atau menunda perawatan berdasarkan
prinsip integritas tubuh manusia. Tidak seorangpun dapat dipaksa untuk dirawat tanpa
persetujuannya. Pertanyaannya adalah bagaimana cara menerangkan prinsip ini kepada pasien
yang tidak dapat mengungkapkan keinginannya. Apakah semua pasien dapat dirawat karena
keinginan mereka tidak diketahui atau dapatkah orang tua membuat keputusan bahwa
perawatan (selanjutnya) tidak merupakan tindakan yang terbaik dan harus dihentikan? (27)
Peran Dokter
Sesuai dengan pernyataan Hippocratic Oath, dokter diharuskan mencoba merawat
pasien supaya tetap hidup. Namun, pernyataan ini mempunyai beberapa kekurangan. Dokter
juga diharuskan sedapat mungkin mengurangi penderitaan pasien dan menghentikan
pengobatan apabila pengobatan tersebut tidak sesuai untuk pasien. Oleh karena itu, walaupun
tugas utama dokter adalah mengusahakan agar pasien tetap hidup, pada beberapa keadaan,
mungkin saja pengobatannya dihentikan. Beberapa pertanyaan berikut dapat menjadi pedoman
dalam memutuskan sikap sebagai dokter: (9,17)
3
keadaan pasien, tugas seorang dokter adalah mencegah penderitaannya dan bukan
memperpanjang hidup. (10,18)
4
Dalam situasi masih ada kesempatan hidup bagi bayi atau anak meskipun harus dengan
perawatan intensif, prediksi tentang kesempatan hidup yang penuh penderitaan dan sulit
disembuhkan dengan cara apapun, maka: (15,23)
a) semua pemeriksaan yang dapat dilakukan harus dilakukan secepat mungkin untuk
mengetahui hasilnya.
b) bila tim dokter maupun orang tua meyakini bahwa yang terbaik untuk pasien adalah
pengobatan tidak perlu dilanjutkan, maka pengobatan dihentikan. Walaupun demikian, bila
orang tua meminta pengobatan untuk diteruskan, pengobatan harus dilakukan. Dalam
keadaan pengobatan tidak dimulai atau dihentikan, semua cara dapat dilakukan untuk
mengurangi penderitaan yang tidak perlu terjadi pada pasien.(27)
Dalam keadaan pasien tergantung pada pengobatan yang tidak intensif untuk bertahan
hidup tetapi dengan perkiraan penuh penderitaan yang tidak dapat diatasi dengan cara apapun,
maka: (11,26,27)
a) segala pemeriksaan yang mungkin dikerjakan harus dilakukan untuk memprediksi hasil
akhir secepat mungkin.
b) prognosis perkiraan hidup pasien harus didiskusikan oleh tim lengkap yang menangani
pasien. Prognosis juga harus dibicarakan dengan orang tua pasien.
c) apabila semua pihak sependapat bahwa anak menderita, semua intervensi yang mungkin
dilakukan harus digunakan untuk mengurangi penderitaan pasien. Apabila penderitaan
hanya dapat diatasi dengan cara-cara yang mungkin memperpendek hidup anak, sebagai
suatu efek samping, cara ini dapat diterima. Bila orang tua pasien tidak setuju, tim medis
harus membuat keputusan kedua, apakah akan melanggar keputusan orang tua. Jika waktu
cukup, prosedur ini dapat dilakukan dan dianggap benar. Dalam keadaan darurat, tim yang
menangani pasien sesuai dengan kondisinya, mencatat setiap tindakan yang dibuat dan
menerima tanggungjawabnya. Penyembuhan penderita adalah pengurangan tanggungjawab
bagi dokter.(28)
Rangkuman
Di dalam perbedaan pendapat, pernyataan umum seperti berikut dapat dibuat:
- Pada kejadian/menghadapi hasil pengobatan yang meragukan, hal pertama yang harus
dilakukan dokter anak adalah memberikan konseling kepada orang tua pasien dan
membiarkan pasien meninggal dengan penderitaan minimal. Keputusan ini terutama ada di
tangan dokter. (8,9,10)
- Bila seorang pasien mungkin bertahan hidup dengan bantuan pelayanan neonatal yang
intensif, tetapi kemungkinan betahan hidupnya berat, dokter anak dan orang tua pasien
harus mendiskusikan tindakan terbaik bagi pasien. Bila orang tua pasien maupun dokter
percaya bahwa menghentikan pengobatan merupakan yang terbaik untuk pasien, hal ini
harus dilakukan. Bila orang tua pasien meminta pengobatan diteruskan, hal ini harus
dilakukan. Dokter tidak boleh menghentikan pengobatan tanpa seizin orang tua pasien.
(10,11,12,13,14,15,27)
- Dalam keadaan penderita tergantung pada pengobatan tetapi ramalan hidupnya akan penuh
penderitaan yang tidak dapat dikurangi dengan cara apapun, semua intervensi yang
mungkin dilakukan harus digunakan untuk menghilangkan penderitaan. Bila penderitaan
hanya dapat dikurangi, sebagai efek samping, akan memperpendek masa hidup pasien,
intervensi dapat disarankan. (27,28)
5
Daftar Pustaka
6
20. De Leeuw R, Beaufort AJ de, Kleine MJK de. Harrewijn K van. Kollee LAA. Foregoing
intensive care treatment in newborn infants with extremely poor prognosis. J Pediatr 1996;
l29: 661-666.
21. Doyal L. Larcher VF. Dralting guidelines for the withholding or withdrawing of lif'e-
sustaining treatment in critically ill children and neonates. Arch Dis Child Fetal Neonatal
2000; Ed 83: F60-F63.
22. Hatherill M, Tibby SM. Sykes K, Murdoch IA Dilemmas exist in withdrawing ventilation
from dying children. BMJ 1998; 317: 80.
23. Jonsen AR. Introduction: ethics and neonatal intensive care. Monograph 1977; Apr l5: 1-
8.
24. Meadow WL, Lantos J. Epidemiology and ethics in the neonatal intensive care unit. Qual
Manag Health Care 1999; 7:2t-31.
25. Nelson RM, Shapiro RS. The role of an ethics committee in resolving conflict in the
neonatal intensive care unit. J Law Med Ethics 1995; 23:2'7-32.
26. Sauer PJJ. Ethical decisions in neonatal intensive care units: the Dutch experience.
Pediatrics 1992; 90: 729-732.
27. Singer P. Neonatal intensive care. How much, and who decides? Med J Aust 1985; 142
335-336.
28. Versluys C. Ethics of neonatal care. Lancet 1993; 341: 794-795.