Anda di halaman 1dari 19

1.

Pengertian Gagal Ginjal Kronik


Gagal ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuan untuk mempertahankan volume dan
komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi
menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut (Nurarif & Kusuma, 2013).

Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan fungsi ginjal
yang menahun bersifat progresif dan irreversibel. Dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah
(Smeltzer dan Bare, 2011).

Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal
yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini terjadi bila laju
filtrasi glomerator kurang dari 50ml/menit. (Suyono RF, 2001).

2. Anatomi dan Fisiologi


a. Anatomi Ginjal
Sistem perkemihan merupakan suatu rangkaian organ yang terdiri dari ginjal, u

reter,
vesika urinaria, dan uretra. Ginjal yang terus menerus menghasilkan urine, dan
berbagai saluran dan reservoir yang dibutuhkan untuk membawa urine keluar
tubuh. ( Wilson,2006)
Gambar 1 Struktur Ginjal ( Syaifuddin, 2010)

Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi kolumna vert
ebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena tertekan ke bawah o
leh hati. Kutub atasnya terletak setinggi iga kesebelas. Ginjal terletak dibagian belakang abdo
men atas, di belakang peritoneum, didepan dua iga terakhir, dan tiga otot besar-transversus ab
dominis, kuadratus lumborum, dan psoas mayor (Wilson,2006).
Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian :
a. Bagian dalam (interna) medula. Substansia medularis terdiri dari pyramid renalis yang jumlah
nya antara 8-16 buah yang mempunyai basis sepanjang ginjal, sedangkan apeksnya menghad
ap ke sinus renalis.
b. Bagian luar (eksternal) korteks. Substansia kortekalis berwarna coklat merah, konsistensi luna
k dan bergranula. Substansia ini tepat dibawah tunika fibrosa, melengkung sepanjang basis pi
ramid yang berdekatan dengan sinus renalis, dan bagian dalam diantara piramid dinamakan k
olumna renalis.
c. Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal
d. Procesus renalis, yaitu bagian pyramid/yang menonjol kea rah korteks
e.Hilus renalis, yaitu suatu bagian atau area di mana pembuluh darah, serabut saraf atau duktus
memasuki atau meninggalkan ginjal
f. Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul dan calix minor
g. Calix minor, yaitu percabangan dari calix major
h. Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis
i.Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan antara calix major d
an ureter
j. Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.
Ginjal dibungkus oleh suatu massa jaringan lemak yang disebut kapsula adipose atau pe
ritoneal feet. Bagian yang paling tebal terdapat pada tepi ginjal memanjang melalui hilus rena
lis.
Satuan fungsional ginjal dinamakan nefron, mempunyai lebih kurang 1.3 juta nefron, se
lama 24 jam dapat menyaring 170 liter darah, Nefron terdiri dari bagian :
a. Glomerulus
Bagian ini merupakan gulungan atau anyaman kapiler yang terletak di dalam kapsula bowma
n dan menerima darah dari arteriol aferen dan meneruskan darah ke sistem vena melalui arteri
ol eferen.
Filtrasi glomerulus adalah proses dimana sekitar 20% plasma yang masuk ke kapiler glomeru
lus menembus kapiler untuk masuk ke ruang interstisium, kemudian ke dalam kapsula bowm
an. Pada ginjal yang sehat, sel darah merahatau protein plasma hamper tidak ada yang menga
lami filtrasi.
filtrasi menembus glomerulus serupa dengan yang terjadi pada proses filtrasi diseluruh kapiler lain. Hal yan
g berbeda pada ginjal adalah bahwa kapiler glomerulus sangat permeable terhadap air dan zat
-zat terlarut yang berukuran kecil ( Muttaqin & Sari, 2011).
b. Tubulus proksimal konvulta
Tubulus ginjal yang langsung berhubungan dengan kapsula bowman dengan panjang 15mm d
an diameter 55um. Bentuknya berkelok-kelok menjalar dari korteks ke bagian medula dan ke
mbali ke kortkes sekitar 2/3 dari natrium yang terfiltrasi diabsorpsi secara isotonis bersama klo
rida.
c. Gelung henle
Bentuknya lurus dan tebal diteruskan ke segmen tipis selanjutnya ke segmen tebal penjangny
a 12mm, total panjang ansa henle 2-14 mm. klorida secara aktif diserap kembali pada cabang
asendens mempertahankan kenetralan listrik.
d. Tubulus distal konvulta
Bagian ini adalah bagian tubulus ginjal yang berkelok-kelok dan letaknya jauh dari kapsula b
owman, panjagnya 55mm. tubulus distal dari masing-masing nefron bermuara ke duktus koli
gens yang oanjangnya 20mm.
e. Duktus koligen medula ini saluran yang secara metabolic tidak aktif. Pengaturan secara halus
dari eksresi natrium urine terjadi disini dengan aldosteron yang paling berperan terhadap reab
sorpsi natrium (Syaifuddin,2002)

b. Fisiologi Ginjal
Fungsi utama ginjal adalah untuk regulasi volume, osmolalitas, elektrolit, dan konsentra
si asam basa cairan tubuh dengan mengeksresikan air dan elektrolit dalam jumlah yang cukup
untuk mencapai keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh total dan untuk mempertahankan k
onsentrasi normalnya dalam cairan ekstraselular (ECF). (Wilson&Price,2006)
Menurut Sylvia A Price, ginjal terdiri dari dua fungsi utama, yaitu:
1. Fungsi Eksresi
a. Mempertahankan osmolalitas plasma dengan mengubah-ubah eksresi air.
b. Mempertahankan volume dan tekanan darah dengan mengubah-ubah eksresi Na+
c. Mempertahankan konsentrasi plasma masing-masing elektrolit individu dalam rentang normal
.
d. Mempertahankan PH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan kelebihan H+ dan membentuk
kembal HCO2.
2. Fungsi Noneksresi
Mensintesis dan mengaktifkan hormone :
a. Renin : Penting dalam pengaturan tekanan darah
b. Eritropetin : Merangsang produksi sel-sel darah merah
oleh sumsum tulang belakang.
c. Prostaglandin : Sebagian besar adalah vasodilatasi bekerja
secara local.

3. Etiologi
Pada dasarnya, penyebab gagal ginjal kronik adalah penurunan laju filtrasi glomerulus
atau yang disebut juga penurunan glomerulus filtration rate (GFR).
Penyebab gagal ginjal kronik menurut Andra & Yessie, 2013 :
a. Gangguan pembuluh darah : berbagai jenis lesi vaskuler dapat menyebabkan iskemik ginjal da
n kematian jaringan ginjal. Lesi yang paling sering adalah aterosklerosis pada arteri renalis ya
ng besar, dengan konstriksi skleratik progresif pada pembuluh darah. Hiperplasia fibromuskul
ar pada satu atau lebih arteri besar yang juga menimbulkan sumbtan pembuluh darah. Nefros
klerosis yaitu suatu kondisi yang disebabkan oleh hipertensi lama yang tidak di obati, dikarak
teristikkan oleh penebalan, hilangnya elastisitas system, perubahan darah ginjal mengakibatk
an penurunan aliran darah dan akhirnya gagal ginjal.
b. Gangguan imunologis : Seperti glomerulonefritis
c. Infeksi : Dapat disebabkan oleh beberapa jenis bakteri terutama E.Coli yang berasal dari konta
minasi tinja pada traktus urinarius bakteri. Bakteri ini mencapai ginjal melalui aliran darah at
au yang lebih sering secara ascenden dari traktus urinarius bagi. Bawah lewat ureter ke ginjal
sehingga dapat menimbulkan kerusakan irreversibel ginjal yang disebut pielonefritis.
d. Gangguan metabolik : Seperti DM yang menyebabkan mobilisasi lemak meningkat sehingga t
erjadi penebalan membrane kapiler dan di ginjal dan berlanjut dengan disfungsi endotel sehin
gga terjadi nefropati amiloidosis yang disebabkan oleh endapan zat-zat proteinemia abnormal
pada dinding pembuluh darah secara serius merusak membrane glomerulus.
e. Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksis akibat analgesic atau logam berat.
f. Obstruksi traktus urinarius: oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dan konstriksi uretra.
g. Kelainan kongenital dan herediter : penyakit polikistik = kondisi keturunan yang dikarakteristi
k oleh terjadinya kista/kantong berisi cairan di dalam ginjal dan organ lain, serta tidak adanya
jar.ginjal yang bersifat kongenital ( hipoplasia renalis) serta adanya asidosis.

4. Klasifikasi
menurut Corwin, 2009, penyakit ginjal kronik dibagi menjadi empat stadium berdasarkan Laj
u Filtrasi Glomerulus (LFG), yaitu
1. Stage 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang masih
normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2
2. Stage 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89 mL/menit/1,73
m2
3. Stage 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
4. Stage 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2
5. Stage 5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal terminal.
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin Test ) dapat di
gunakan dengan rumus :
Clearance creatinin ( ml/ menit ) = (( 140-umur ) x berat badan ( kg ))
( 72 x creatini serum )
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85.
Menentukan keseimbangan cairan tubuh
Rumus : Intake - Output
Intake : air minum, air dalam makanan, air metabolisme,
cairan intravena/injeksi
Output : urine, IWL, feses dan muntah
Rumus Insesible Water Loss (IWL) : 15/Kg BB/Hari
Jika ada kenaikan suhu badan : IWL + 200 (suhu badan sekarang - 36,8)
Air metabolisme dewasa : 5 ml/Kg BB/Hari

5. Tanda dan Gejala


Menurut Suyono (200l) Tanda dan gejala Gagal ginjal kronik adalah :
a. Gangguan pada sistem gastrointestinal.
1) Anoreksia, mual, dan muntah yang berhubungan dengan gangguan metabolisme protein dalam
usus dan terbentuknya zat-zat toksik.
2) Fetor uremik : disebabkan ureum yang berlebihan pada air liur yang diubah menjadi amonia ol
eh bakteri sehingga nafas berbau ammonia.
b. Gangguan sistem Hematologi dan kulit.
1) Anemia, karena berkurangnya produksi eritropoetin.
2) Kulit pucat karena anemia dan kekuningan karena penimbunan urokrom.
3) Gatal-gatal akibat toksin uremik.
4) Trombositopenia (penurunan kadar trombosit dalam darah).
5) Gangguan fungsi kulit (Fagositosis dan kemotaksis berkurang).
c. Sistem Syaraf dan otak.
1) Miopati, kelelahan dan hipertropi otot.
2) Ensepalopati metabolik : Lemah, Tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi.
d. Sistem Kardiovaskuler
1) Hipertensi
2) Nyeri dada, sesak nafas
3) Gangguan irama jantung akibat sklerosis dini
4) Edema
e. Sistem endokrin
1) Gangguan seksual : libido, fertilitas dan penurunan seksual pada laki-laki, pada wanita muncul
gangguan menstruasi.
2) Gangguan metabolisme glukosa, retensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
f. Gangguan pada sistem lain.
1) Tulang : osteodistrofi renal.
2) Asidosis metabolik akibat penimbunan asam organik.

6. Komplikasi
Menurut (Smeltzer dan Bare, 2011), komplikasi potensial gagal ginjal kronik yang meme
rlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatan, mencakup :
a. Hiperkalemia
Akibat penurunan eksresi,asidosis metabolic, katabolisme dan masukan diet berlebih
b. Pericarditis
Efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah uremik dan dialysis y
ang tidak adekuat
c. Hipertensi
Akibat retensi cairan dan natrium serta mal fungsi system rennin, angiotensin, aldosteron
d. Anemia
Akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah, peradangan gastro in
testinal
e. Penyakit tulang serta klasifikasi metastatic akibat retensi fosfat

7. Patofisiologi
Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti gangguan metabolic (DM
), Infeksi (Pielonefritis), Obstruksi Traktus Urinarius, Gangguan Imunologis, Hipertensi, Gan
gguan tubulus primer (nefrotoksin) dan Gangguan kongenital yang menyebabkan GFR menur
un.
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus
) diduga utuh sedangkan yang lain rusak ( hipotesa nefron utuh ). Nefron-nefron yang utuh hi
pertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfung
si sampai ¾ dari nefron –nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar da
ri pada yang bisa direabsorpsi berakibat dieresis osmotic disertai poliuri dan haus. Selanjutny
a karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk si
sa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-
gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat i
ni fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15ml/menit atau lebih re
ndah itu. (Barbara C Long)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein ( yang normalnya dieksresika
n ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap system tub
uh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat (Smeltzer dan
Bare, 2011).

8. WOC Terlampir

9. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik Spesifik :
Ureum dan kreatinin : meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin kurang le
bih 20:1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, demam, lu
ka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih. Perbandigan ini berkurang : u
reum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes Klirens Kreatinin yang menu
run
Laboratorium :
a.
Laju endap darah : meninggi yang diperberat oleh adanya anemia dan hipoalbuminemia. Ane
mia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
b. Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
c.
Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya diuresis
.
d.
Hipoklasemia dan hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis vitamin D.3 pada pa
sien Gagal Ginjal Kronik.
e.
Phospate alkaline meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama isoenzim fosfatas
e lindin tulang.
f.Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia, umumnya disebabkan gangguan metabolisme dan
diet rendah protein.
g.Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada gagal ginjal ( resistens
i terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer).
h.Hipertrigleserida, akibat gangguan metabolisme lema, disebabkan peninggian hormone insuli
n dan menurunnya lipoprotein lipase.
i.Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukkan Ph yang menurun, HCO3 yang
menurun, PCO2 yang menurun, semua disebabkan retensi asam –
asam organic pada gagal ginjal.
Pemeriksaan Diagnostik Lain :
a.Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya batu atau adanya suatu obst
ruksi). Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita diharapkan tida
k puasa.
b.Intra Vena Pielografi ( IVP) untuk menilai system pelviokalises dan ureter. Pemeriksaan ini me
mpunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu, misalnya usia lanjut, diabetes m
ellitus, dan nefropati asam urat.
c.
Ultrasonografi (USG) untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadata
n parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih dan prosta
t.
d.
Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan (vaskuler, parenki
m, eksresi) serta sisa fungsi ginjal.
e. Elektrokardiografi (EKG) untuk melihat kemungkinan : hipertropi ventrikel kiri, tanda-
tanda pericarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia) (Muttaqin, 2011).
10. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan mencegah kompl
ikasi, yaitu sebagai berikut (Muttaqin, 2011) :
a. Dialisis
Dialysis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang serius, seperti hiperka
lemia, pericarditis, dan kejang. Dialysis memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan c
airan, protein, dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas, menghilangkan kecendrungan per
adrahan, dan membantu penyenbuhan luka.
Dialisis atau dikenal dengan nama cuci darah adalah suatu metode terapi yang bertujuan untu
k menggantikan fungsi/kerja ginjal yaitu membuang zat-zat sisa dan kelebihan cairan dari tub
uh. Terapi ini dilakukan apabila fungsi kerja ginjal sudah sangat menurun (lebih dari 90%) se
hingga tidak lagi mampu untuk menjaga kelangsungan hidup individu, maka perlu dilakukan
terapi. Selama ini dikenal ada 2 jenis dialisis :
1) Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dialiser)
Hemodialisis atau HD adalah dialisis dengan menggunakan mesin dialiser yang berfungsi seb
agai ginjal buatan. Pada prose ini, darah dipompa keluar dari tubuh, masuk kedalam mesin di
aliser. Di dalam mesin dialiser, darah dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi dan
ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu cairan khusus untuk dialisis), lalu setelah darah selesai dibersi
hkan, darah dialirkan kembali kedalam tubuh. Proses ini dilakukan 1-3 kali seminggu di ruma
h sakit dan setiap kalinya membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam.
2) Dialisis Peritoneal (cuci darah melalui perut)
Terapi kedua adalah dialisis peritoneal untuk metode cuci darah dengan bantuan membran per
itoneum (selaput rongga perut). Jadi, darah tidak perlu dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihk
an dan disaring oleh mesin dialisis.
b. Koreksi hiperkalemi
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi dapat menimbulkan kematia
n mendadak. Hal yang pertama harus diingat adalah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selai
n dengan pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bil
a terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium, pembe
rian Na Bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa.
c. Koreksi Anemia
Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi factor defisiensi, kemudian mencari apakah a
da perdarahan yang mungkin dapat diatasi. Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan
dapat meninggikan Hb. Transfuse darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, m
isalnya ada infusiensi koroner.
d. Koreksi Asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium bikarbonat dapat
diberikan peroral atau parentera. Pada permulaan 100 mEq natrium bikarbonat diberi intraven
a perlahan-lahan, jika diperlukan dapat diulang. Hemodialisi dan dialysis peritoneal dapat jug
a mengatasi asidosis.
e. Pengendalian Hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa dan vasodilatator dilakukan. Mengurangi intake g
aram dalam mengendalikan hipertensi harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai
retensi natrium.
f. Transplantasi Ginjal
Dengan pencakokkan ginjal yang sehat ke pasien gagal ginjal kronik, maka seluruh faal ginja
l diganti oleh ginjal yang baru.

B. Asuhan Keperawatan Teoritis


1. PENGKAJIAN
1. Identitas
Identitas Pasien
Terdiri dari Nama, No.Rek.Medis, Umur (lebih banyak terjadi pada usia 30-60 tahun), Agama, J
enis Kelamin (pria lebih beresiko daripada wanita), Pekerjaan, Status perkawinan, Alamat, Ta
nggal masuk, Yang mengirim, Cara masuk RS, dan Diagnosa medis dan nama Identitas Pena
nggung Jawab meliputi : Nama, Umur, Hub dengan pasien, Pekerjaan dan Alamat
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh klien sebelum masuk ke rumah sakit.
Pada klien dengan gagal ginjal kronik biasanya didapatkan keluhan utama yang bervariasi, m
ulai dari urine keluar sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, ti
dak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas bau (ureu
m), dan gatal pada kulit (Muttaqin, 2011).
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengalami penurunan frekuensi urine, penurunan kesadaran, perubahan pola
nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau amoniak, rasa sakit kepa
la, nyeri panggul, penglihatan kabur, perasaan tak berdaya dan perubahan pemenuhan nutrisi(
Muttaqin, 2011).
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya klien berkemungkinan mempunyai riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi salura
n kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, penyakit batu saluran kemih, infe
ksi system perkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan hipertensi pada masa s
ebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pema
kaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokume
ntasikan(Muttaqin, 2011).
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya klien mempunyai anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama den
gan klien yaitu gagal ginjal kronik, maupun penyakit diabetes mellitus dan hipertensi yang bi
sa menjadi factor pencetus terjadinya penyakit gagal ginjal kronik.
3. POLA PERSEPSI DAN PENANGANAN KESEHATAN
Persepsi terhadap penyakit :
Biasanya persepsi klien dengan penyakit ginjal kronik mengalami kecemasan yang tinggi.
Biasanya klien mempunyai kebiasaan merokok, alkohol dan obat-obatan dalam kesehari-
hariannya.

4. POLA NUTRISI/METABOLISME
a. Pola Makan
Biasanya terjadi peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan (malnutrisi),
anoreksia, nyeri ulu hati, mual dan muntah.
b. Pola Minum
Biasanya klien minum kurang dari kebutuhan tubuh akibat rasa metalik tak sedap pada mulut
(pernapasan ammonia).
5. POLA ELIMINASI
a. BAB
Biasanya abdomen kembung, diare atau konstipasi.
b. BAK
Biasanya terjadi penurunan frekuensi urine <400ml/hari sampai anuria, warna urine keruh ata
u berwarna coklat, merah dan kuning pekat.
6. POLA AKTIVITAS /LATIHAN
Biasanya kemampuan perawatan diri dan kebersihan diri terganggu dan biasanya membutuhk
an pertolongan atau bantuan orang lain.
Biasanya klien kesulitan menentukan kondisi, contohnya tidak mampu bekerja dan memperta
hankan fungsi peran dalam keluarga.
7. POLA ISTIRAHAT TIDUR
Biasanya klien mengalami gangguan tidur , gelisah karena adanya nyeri panggul, sakit kepala
dan kram otot/kaki ( memburuk pada malam hari).
8. POLA KOGNITIF –PERSEPSI
biasanya tingkat ansietas pasien mengalami penyakit ginjal kronik ini pada tingkat asietas sed
ang sampai berat.
9. POLA PERAN HUBUNGAN
Biasanya klien tidak bisa menjalankan peran atau tugasnya sehari-hari karena perawatan yang
lama.
10. POLA SEKSUALITAS/REPRODUKSI
Biasanya terdapat masalah Seksual berhubungan dengan penyakit yang di derita.
11. POLA PERSEPSI DIRI/ KONSEP DIRI
a. Body image/gambaran diri
Biasanya mengalami perubahan ukuran fisik, fungsi alat tubuh terganggu, keluhan karena ko
ndisi tubuh, pernah operasi, kegagalan fungsi tubuh, prosedur pengobatan yang mengubah fu
ngsi alat tubuh
b. Role/peran
Biasanya mengalami perubahan peran karena penyakit yang diderita
c. Identity/identitas diri
Biasanya mengalami kurang percaya diri, merasa terkekang, tidak mampu menerima perubah
an, merasa kurang memiliki potensi
d. Self esteem/harga diri
Biasanya mengalami rasa bersalah, menyangkal kepuasan diri, mengecilkan diri, keluhan fisi
k

e. Self ideal/ideal diri


Biasanya mengalami masa depan suram, terserah pada nasib, merasa tidak memiliki kemamp
uan, tidak memiliki harapan, merasa tidak berdaya
12. POLA KOPING-TOLERANSI STRES
Biasanya klien mengalami factor stress contoh financial, hubungan dan sebabnya, perasaan ti
dak berdaya, tidak ada harapan, tidak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut,marah, mudah te
rsinggung, perubahan kepribadian dan perilaku serta perubahan proses kognitif.
13. POLA KEYAKINAN NILAI
Biasanya tidak terjadi gangguan pola tata nilai dan kepercayaan.
14. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan Umum dan TTV
a) Keadaan umum klien lemah, letih dan terlihat sakit berat
b) Tingkat kesadaran klien menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat mempengaruhi
sistem saraf pusat.
c) TTV : RR meningkat, tekanan darah didapati adanya hipertensi.
2) Kepala
a) Rambut : Biasanya klien berambut tipis dan kasar, klien sering sakit kepala, kuku rapuh dan t
ipis.
b) Wajah : Biasanya klien berwajah pucat
c) Mata : Biasanya mata klien memerah, penglihatan kabur, konjungtiva anemis, dan sclera tida
k ikterik.
d) Hidung : Biasanya tidak ada pembengkakkan polip dan klien bernafas pendek dan kusmaul
e) Bibir : Biasanya terdapat peradangan mukosa mulut, ulserasi gusi, perdarahan gusi, dan napas
berbau
f) Gigi : Biasanya tidak terdapat karies pada gigi.
3) Lidah : Biasanya tidak terjadi perdarahan
4) Leher : Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid atau kelenjar getah bening
5) Dada / Thorak
a) Inspeksi : Biasanya klien dengan napas pendek, pernapasan kussmaul (cepat/dalam)
b) Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan
c) Perkusi : Biasanya Sonor
d) Auskultasi : Biasanya vesicular
6) Jantung
a) Inspeksi : Biasanya ictus cordis tidak terlihat
b) Palpasi : Biasanya ictus Cordis teraba di ruang inter costal 2 linea deksta sinistra
c) Perkusi : Biasanya ada nyeri
d) Auskultasi : Biasanya terdapat irama jantung yang cepat
7) Perut / Abdomen
a) Inspeksi :Biasanya terjadi distensi abdomen, acites atau penumpukan cairan, klien tampak
mual dan muntah

b) Auskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar antara


5-35 kali/menit
c) Palpasi : Biasanya acites, nyeri tekan pada bagian pinggang, dan adanya pembesaran hepa
r pada stadium akhir.
d) Perkusi : Biasanya terdengar pekak karena terjadinya acites.
8) Genitourinaria
Biasanya terjadi penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, distensi abdomen, diare atau kon
stipasi, perubahan warna urine menjadi kuning pekat, merah, coklat dan berawan.
9) Ekstremitas
Biasanya didapatkan adanya nyeri panggul, odema pada ektremitas, kram otot, kelemahan pa
da tungkai, rasa panas pada telapak kaki,keterbatasan gerak sendi.
10) Sistem Integumen
Biasanya warna kulit abu-abu, kulit gatal, kering dan bersisik, adanya area ekimosis pada kuli
t.
11) System Neurologi
Biasanya terjadi gangguan status mental seperti penurunan lapang perhatian, ketidakmampua
n konsentrasi, kehilangan memori, penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral,seperti per
ubahan proses fikir dan disorientasi. Klien sering didapati kejang, dan adanya neuropati perif
er.
(Sumber : Muttaqin, 2011)
15. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Urine
a) Volume : kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tidak ada (anuria)
b) Warna : biasanya didapati urine keruh disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, partikel koloid, fo
sfat atau urat.
c) Berat jenis : kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat).
d) Osmolalitas : kurang dari 350 m0sm/kg (menunjukkan kerusakan tubular)
e) Klirens Kreatinin : agak sedikit menurun.
f) Natrium : lebih dari 40 mEq/L, karena ginjal tidak mampu mereabsorpsi natrium.
g) Proteinuri : terjadi peningkatan protein dalam urine (3-4+)
2) Darah
a) Kadar ureum dalam darah (BUN) : meningkat dari normal.
b) Kreatinin : meningkat sampai 10 mg/dl (Normal : 0,5-1,5 mg/dl).
c) Hitung darah lengkap
(1) Ht : menurun akibat anemia
(2) Hb : biasanya kurang dari 7-8 g/dl
3) Ultrasono Ginjal : menetukan ukuran ginjal dan adanya massa,
kista,obstruksi pada saluran kemih bagian atas.
4) Pielogram retrograde : menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
5) Endoskopi ginjal : untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tu
mor selektif
6) Elektrokardiogram (EKG): mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan
asam/basa.
7) Menghitung laju filtrasi glomerulus : normalnya lebih kurang 125ml/menit, 1 jam dibentuk 7,5
liter, 1 hari dibentuk 180 liter

2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian, data-data yang didapatkan dalam pengkajian tersebut dianalisa
dan dapat ditegakkan diagnose keperawatannya sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi
klien, maka, Kemungkinan diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gagal ginjal kr
onik yaitu :
a) Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan dan elketrolit, gang
guan frekuensi, irama, konduksi jantung, akumulasi/penumpukkan urea toksin,klasifikasi jari
ngan lunak
b) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
c) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan udem sekunder, gangguan filtrasi glomerulus
d) Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb dalam dara
h
e) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan munt
ah/anoreksia
f) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolic, sirkulasi (anemia,i
skemia jaringan) dan sensas I (neuropati ferifer), penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas,
akumulasi ureum dalam kulit
g) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan, anemia retensi, produk sampah
(Sumber : NANDA, 2013)
3. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Kep NOC NIC dan Aktivitas Keperawa


o
1 Ketidakefektifan pola nafas Respiratory status ventilation’ Airway Management
Respiratory status: Airway pat
ency 1) Atur posisi yang nyaman bag
Vital sign status ler
2) Kaji faktor penyebab asidosi
Indikator
- Tidak sesak napas lagi 3) Memonitor tanda – tanda vit
- Pernafasan kembali normal 16- 4) Ciptakan lingkungan yang te
24 x/menit njung
- menunjukkan jalan nafas yang f
aten 5) Monitor frekuensi dan irama
- tanda vital dalam rentang norma 6) Pantau laboratorium analisa
l an
7) Berikan terapi O2 tambahan d
masker sesuai indikasi

2 Ketidakefektifan perfusi jaringan


Circulation status Peripheral Sensation Manage
perifer
Tissue perfusion : cerebral 1). Kaji secara konprehensif sir
Indikator : erifer, edema, kapilary refil)
- Tekanan systole dan diastole 2). Monitor suhu, warna dan ke
dalam rentang nomal 3)Evaluasi nadi perifer dan ede
- CRT < dari 2 detik 4). Ubah posisi klien minimal s
- Suhu kulit hangat 5). Monitor status cairan masuk
- warna kulit normal 6). Dorong latihan ROM selam
- tidak ada edema perifer 7). Diskusikan mengenai penye

3 Kelebihan volume cairan


Electrolit and acid base balance Fluid Management
Fluid balance 1) Kaji adanya edema ekstremit
hydration n edema
Indikator : 2) Istirahatkan / anjurkan klien
a.Edema berkurang a saat edema masih terjadi
b.Keseimbangan antara input d 3) Monitor vital sign
an output 4) Ukur intake dan output secar
c.Pitting edema tidak ada lagi 5) pasang kateter urine jika dipe
d. Produksi urine >600 ml/hari
6) Berikan oksigen tambahan d
sker sesuai indikasi
7) Kolaborasi :
- Berikan diet tanpa garam
- Berikan diet rendah protein ting
- Berikan diuretik, Contoh : Furos
spironolakton.
4 Ketidakseimbangan nutrisi kuranNutritional status
Nutritional Management
g dari kebutuhan tubuh tubuh Nutritional status : food and flui
d intake 1). Kaji adanya alergi makanan
Weight Control 2). Kolaborasi dengan ahli gizi
Indikator : mlah kalori dan nutrisi yang dib
- adanya peningkatan berat badan
- tidak ada tanda-tanda mal nutris 3) anjurkan pasien untuk menin
i tamin c
- menunjukkan peningkatan fun 4) yakinkan diet yang dimakan
gsi pengecapan dari menelan
rat untuk mencegah konstipasi
5) berikan makanan terpilih (su
an ahli gizi)
Nutrition monitoring
6) monitoring adanya penuruna
7) monitoring lingkungan selam
8) monitoring turgor kulit
9) monitoring makanan kesukaa

4. Implemetasi Keperawatan
Implementasi merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksan
akan berbagai strategi kesehatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identif
ikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan

DAFTAR PUSTAKA
Arif Muttaqin dan Kumala Sari. 2011. Asuhan keperawatan gangguan sistem perkemihan. Jakarta:
Salemba Medika.
M.Clevo Rendi dan Margareth TH. 2012. Asuhan keperawatan medikal bedah dan penyakit dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Nettina, Sandra M. 2002. Pedoman praktik keperawatan. Jakarta: EGC.
Nurarif & Kususma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa dan NANDA NIC
NOC. Jilid 2. MedAction
Smeltzer,s.c dan Bare,b.g. 2011. Buku ajar keperawatan medical bedah. Brunner & Suddarth. Edisi.
Jakarta: EGC.
Syaifuddin. 2002. Struktur dan komponen tubuh manusia. Jakarta: Widya Medika.
Sylvia,a.p dan Lorraine,m.w 2006. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6. Jakar
ta:EGC.
Jurnal Ners Indonesia. 2012.

Anda mungkin juga menyukai