Anda di halaman 1dari 26

A.

KONSEP DASAR KELUARGA


1. PENGERTIAN
Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas krpala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI,1989).
Friedman (1998) menjelaskan keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih hidup
bersama dengan keterikatan aturan dan emosional, dan setiap individu punya peran
masing-masing. Sehingga dapat disimpulkan keluarga adalah bagian terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas dua orang atau lebih yang hidup bersama karena ikatan
perkawinan atau emosional, atau pertalian darah dan mempunyai peran masing-
masing.

2. STRUKTUR KELUARGA
Friedman membagi struktur keluarga terdiri atas :
a. Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara
jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hierarki kekuatan.
Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan pesan secara jelas dan
berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik. Penerima pesan
mendengarkan pesan, memberikan umpan balik dan valid.
Komunikasi keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup, adanya isu
atau berita negtaif, tidak berfokus pada satu hal, dan selalu mengulang isu atau
pendapat sendiri. Komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi
perasaan tidak jelas, judgemental ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai. Penerima
pesan gagal mendengar, diskualisifikasi, ofensif (bersifat negatif), terjadi
miskomunikasi, dan kurang atau tidak valid.
b. Struktur Peran
Struktur peran adalah serangakain prilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal dan
informal.
Peran formal keluarga yang standar berupa pencari nafkah, ibu rumah tangga,
tukang perbaiki rumah, sopir, pengusaha anakm, manajer keuangan, dan tukang
masak. Jika dalam keluarga hanya terdapat sedikit orang yang memenuhi peran
ini, maka akan lebih banyak tuntutan dan kesempatan bagi anggota keluarga untuk
memerankan beberapa peran pada waktu yang berbeda. Jika seorang anggota
keluarga meninggalkan rumah, dan karenanya tidak memnuhi suatu peran, maka
anggota lain akan mengambil alih kekosongan ini dengan memerankan perannya
agar tetap berfungsi. Peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-
ayah dan istri-ibu antara lain sebgaia berikut :
1) Peran sebagai provider atau penyedia
2) Sebagai pengatur rumah tangga
3) Perawtaan anak, baik yang sehat maupun yang sakit
4) Sosialisasi anak
5) Rekreasi
6) Persaudaraan (kinship), memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal
7) Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan)
8) Peran seksual
Peran-peran informal berupa implisit biasanya tidak tampak, dimainkan hanya
untuk memnuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu dan/atau untuk menjaga
keseimbangan dalam keluarga. Peran informal mempunyai tuntutan yang berbeda,
tidak terlalu didasarkan pada usia, ataupun jenis kelamin, melainkan lebih
didasarkan pada atribut-atributpersonalitas atau kepribadian anggota keluarga
individual. Bebrapa contoh peran informal yang bersifat adaptif (pendorong,
pengharmonis) dan merusak kesejahteraan keluarga (penghalang, keras hati).
c. Struktur Kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol atau
mengubah prilaku orang lain. Hak (legitimate power), ditiru (referent power),
keahlian (expert power), hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan
affektif power. Struktur kekuatan yang terutama dikaji oleh seorang perawat
adalah kemampuan individu dalam keluarga untuk mempengaruhi dan
mengendalikan orang lain terkait kesehatan
d. Struktur Nilai dan Norma
Nilai adalah sistem ide-ide sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga
dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola prilaku yang diterima pada
lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat
sekitar keluarga. Nilai dan Norma yang terutama dikaji oleh seorang perawat
adalah mengenai pembahamannya terhadap kesehatan.

Pola &
Proses Peran
Komunikasi

Nilai dan
Kekuatan
Norma

3. TIPE KELUARGA (Secara Tradisional)


a. Keluarga inti (nuclear family) terdiri atas ayah, ibu dan anaknya dari
keturunannya atau adopsi
b. Keluarga besar (extended family) terdiri atas keluarga inti ditambah anggota
keluarga lain yang masih ada hubungan darah (kakek, nenek , paman, bibi)

4. TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Keluarga baru menikah (berginning family)
Keluarga yang baru mulai ketika individu-individu yaitu sumai istri
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga
masing-masing, secara psikologis keluarga tersebut sudah memiliki keluarga baru.
Suami dan istri yang membentuk keluarga baru tersebut perlu mempersiapkan
kehidupan yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan
fungsi sehari-hari. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Membina hubungan intim
2) Menetapkan tujuan bersama
3) Membina hubungan dengan keluarga lain seperti teman dan kelompok sosial
4) Mendiskusikan rencana punya anak (KB)
5) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersipakan diri untuk menjadi
orang lain
Fungsi perawat pada keluarga ini adalah selain melakukan kegiatan asuhan
keperawatan, perawat juga melakukan konsultasi. Misalnya konsultasi tentang
KB, perawatan prenatal, dan komunikasi. Kurangnya informasi tentang berbagai
hal tersebut dapat menimbulkan masalah seksual, emosional, rasa takut atau
cemas, rasa bersalah, dan kehamilan yang tidak direncanakan.
b. Keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearinf family)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran
anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun).
Kehamilan dan kelahiran bayi perlu dipersiapkan oleh pasangan suami istri
melalui beberapa tugas perkembangan yang besar dalam keluarga, sehingga
pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Membagi peran dan tanggung jawab
3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang
menyenangkan
4) Mempersiapkan biaya atau adana child bearing
5) Memfasilitasi role learning anggota keluarga
6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
7) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
8) Adaptasi keluarga baru, interaksi keluarga, hubungan seksual
Fungsi perawat pada tahap ini adalah melakukan perawatan dan konsultasi
terutama bagimana merawat bayi, mengenali gangguan kesehatan bayi secara dini
dan cara mengatasinya, imunisasi, tumbuh kembang anak, interaksi keluarga,
keluarga berencana, serta pemenuhan kebutuhan anak terutama pada ibu yang
bekerja.
c. Keluarga dengan anak usia prasekolah (families with preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak usia 2,5 tahun dan berakhir saat anak
usia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap kebutuhan-kebutuhan
dan minat dari anak prasekolah dalam meningkatkan pertumbuhannya. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Memenuhi kebututuhan anggota keluarga seperti rumah dan rasa aman
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain
juga harus terpenuhi
4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun diluar keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar)
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling repot)
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi perkembangan anak
Fungsi perawat pada tahap ini adalah melakukan perawatan dan penyuluhan
kepada orang tua tentang penyakit serta kecelakaan yang biasnaya terjadi pada
anak-anak. Sibling rivaly tumbuh kembang anak, keluarga berencana, peningkatan
kesehatan, dan mensosialisasikan anak.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah (families with school children)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6
tahun dan anggota berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga
mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk.
Pada tahap ini keluarga (orang tua) perlu belajar berpisah dengan anak, memberi
kesempatan pada anak untuk bersosialisasi, baik aktivitas sekolah maupun di luar
sekolah. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan , dan
semangat belajar
2) Mendorong anak untuk mencapai pengambangan daya intelektual
3) Membantu sosialisasi anak dengan lingkungan luar
4) Menyediakan aktivitas untuk anak
5) Mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan
6) Memenuhi kebututuhan yang meningkat
7) Menyesuaikan pada aktivitas komunikasi dengan mengikutsertakan anak
Fungsi perawat pada tahap ini adalah melakukan perawatan dan konsultasi,
baik dalam keluarga maupun di sekolah. Misalnya pad anak yang mengalami
gangguan kesehatan. Perawat bekerja sama dengan guru sekolah dan orang tua
anak.
e. Keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai pada usia 19-20 tahun. Pada saat anak meninggalkan rumah orang
tuanya. Tujuan keluarga adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung
jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersipakan diri menjadi lebih
dewasa. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggug jawab mengingat
remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkatkan otonominya
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga
3) Mempertahankan Komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua, hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
4) Perububahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
Fungsi keluarga pada tahap ini adalah mengarahkan keluarga pada
peningkatan dan pencegahan penyakit. Penyuluhan tentang penyakit
kardiovaskuler pada usia lanjut, penyuluhan tentang obat-obatan terlarang,
minuman keras, seks, pencegahan kecelakaan pada remaja, serta membantu
terciptanya komunikasi yang lebih efektif antara orang tua dengan anak
remajanya.
f. Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa atau pelepasan (launching center
families)
Tahap ini dimulai pada saat terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini
bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum
berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan utama pada tahap ini
adalah mengorganisasikan kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepas
anaknya untuk hidup sendiri. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara
lain :
1) Perluas jaringan keluarga dari keluarga inti ke keluarga yang lebih besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki masa
tua
4) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dan menerima kepergian
anaknya
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
6) Berperan suami istri, kakek, dan nenek
7) Mencipatakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-
anaknya
Fungsi perawat pada tahap ini adalah sebagai pemberi konsultasi penyakit-
penyakit yang dapat timbul. Misalnya penyakit kronis atau faktor-faktor
predisposisi seperti kolesterol tinggi, obesitas, hipertensi, menopause, serta
peningkatan kesahatan dan pola hisup sehat yang juga perlu diperhatikan.
g. Keluarga usia pertengahan (middle age families)
Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasnagan meninggal. Beberapa pasangan
pada fase ini akan dirasakan sulit untuk karena masalah usia lanjut, perpisahan
dengan anak, dan perasaan gagal sebagi orang tua. Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini antara lain :
1) Pertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan
2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah minat
sosial dan waktu snatai
3) Memulihkan hubungan antar generasi muda dengan orang tua
4) Meningkatkan keakraban pasangan
5) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga
6) Persiapan masa tua atau pendiun dan meningkatkan keakraban pasangan
Fungsi perawat pada tahap ini adalah melaksanakan perawatan dan konsultasi
yang terkait dengan upaya peningakatan kesehatan, seperti : kebutuhan istirahat
yang cukup, aktivitas yang ringan sesuai dengan kemampuan, nutrisi yang baik,
berat badan yang sesuai, dan sebagianya.
h. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembagan keluarga dimulai pada saat salah stau pasangan
pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal, sampai keduanya meninggal.
Proses usia lanjut dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat dihindari
karena berbagai proses stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga.
Stressor tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan
sosial, kehilangan pekerjaan, serta perasaan menurunnya produktivitas dan fungsi
kesehatan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Adapatasi dengan perubahan seperti kehilangaan pasangan, kekuatan fisik, dan
pendapatan
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
5) Melakukan life review masa lalu
6) Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan kematian
Fungsi perawat pada fase ini adalah melakukan perawatan pada orang tua,
terutama terhadap panyakit-penyakit kronis dari fase akut sampai rehabilitasi.
Memperhatikan peningkatan kesehatan seperti : nutrisi, aktivitas, istirahat,
pemeriksaan mata, gigi, dan pencegahan kecelakaan di rumah.

5. KELUARGA SEJAHTERA
 Definisi Keluarga Sejahtera
Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk atas dasar perkawinan yang sah
serta mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak.
Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras,
dan seimbang antaranggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
 Tujuan Keluarga Sejahtera
Tujuan dari terbentukanya keluarga sejahtera adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang masalah yang dihadapi
b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menganalisis potensi dan peluang
yang dimilikinya
c. Meningkatnya kemauan masyarakat dalam memecahkan masalahnya secara
mandiri
d. Meningkatnya gotong royong dan kesetiakawanan sosial dalam membantu
keluarga, khususnya prasejahtera untuk meningkatkan kesejahteraan.
 Tahapan Keluarga Sejahtera
Tahapan dari keluarga sejahtera adalah sebagai berikut :
a. Prasejahtera
Keluarga prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi
kebutuhan dasar minimal seperti pengajaran agama, sandang pangan,
kesehatan atau keluarga belum dapat memenuhi salah satu lebih indikator
keluarga sejahtera tahap I (KS I)
b. Keluarga Sejahtera
1) Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I)
Keluarga sejahtera tahap I telah dapat memenuhi kebututuhan dasar
secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi sosial psikologisnya,
kebutuhan psikologis keluarga meliputi : kebutuhan pendidikan, keluarga
berencana (KB), interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan
tempat tinggal, dan transportasi. Pada tahap I kebutuhan dasar 1 sampai
dengan 5 telah terpenuhi, yaitu :
a) Melaksanakan ibadah menurut agamanya oleh masing-masing anggota
keluarga
b) Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali atau lebih
c) Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk
aktivitas di rumah, bekerja, sekolah, dan berpegian
d) Lantai rumah terluas bukan tanah
e) Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin KB dibawa ke
sarana kesehatan
2) Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II)
Keluarga sejahtera tahap II adalah keluarga yang telah disamping dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal serta telah dapat memenuhi
kebutuhan psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan
pengembangannya, seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh
informasi. Pada keluarga sejahtera II kebutuhan fisik, sosial, dan
psikologis telah terpenuhi. Indikatornya adalah sebagai berikut :
a) Belum dapat menabung
b) Anggota keluarga melaksanakan Ibadah secara teratur menurut agama
masing-masing yang dianut
c) Makan dua kali sehari atau lebih
d) Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan
e) Lantai rumah bukan dari tanah
f) Kesehatan anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin KB dibawa
kesarana kesehatan
g) Makan daging atau telur minimal satu kali seminggu
h) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu setel pakaian
baru pertahun
i) Luas lantai rumah 8 m2 untuk tiap penghuni rumah
j) Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat,
sehingga dapat melaksanakan fungsinya masing-masing
k) Paling kurang satu anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas
mempunyai penghasilan tetap
l) Seluruh anggota keluarga yang berumur 10 – 60 tahun dapat baca tulis
huruf latin
m) Anak umur 7-15 tahun bersekolah pada saat ini
n) Bila anak hidup sebanyak 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan
usia subur saat ini memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil)
3) Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III)
Keluarga sejahtera tahap III adalah keluarga yang telah dapat
memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial psikologis, dan pengembangan
keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan (konstribusi)
yang maksimal terhadap masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu)
dalam bentuk material, keuangan untuk sosial kemasyarakatan, dan belum
berperan aktif dalam kegiatan masyarakat. Pada keluarga sejahtera III,
kebutuhan fisik, sosial, psikologis, dan pengembangan telah terpenuhi.
Namun, kepedulian sosial belum terpenuhi. Indikator keluarga sejahtera
tahap III adalah indikator keluarga sejahtera tahap II ditambah dengan
komponen-komponen berikut :
a) Mempunyai upaya utnuk meningkatkan pengetahuan beragama
b) Sebagaian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga
c) Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan
itu dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi antaranggota keluarga
d) Ikut serta dalam kegiatan Masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya
e) Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah sekurang-kurangnya 6
bulan sekali
f) Dapat memperoleh informasi dari massa media
g) Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi sesuai
kondisi daerah
4) Keluarga Sejahtera Tahap III Plus
Keluarga sejahtera tahap III plus adalah keluarga yang telah dapat
memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial psikologis dan
pengembangannya telah terpenuhi, serta memiliki kepedulian sosial yang
tinggi pada masyarakat. Indikator keluarga sejahtera tahap III plus adalah
indikator pada keluarga sejahtera tahap III ditambah dengan komponen-
komponen berikut ini :
1. Memberikan sumbangan secara teratur atau pada waktu tertentu
dengan sukarela bagi kegiatan sosial pada masyarakat dalam bentuk
material
2. Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus yayasan
atau perkumpulan institusi masyarakat

6. TUGAS KELUARGA DIBIDANG KESEHATAN


a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
d. Memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan sistematis untuk bekerja sama dengan keluarga dan individu
sebagai anggota keluarga. Tahapan dari proses keperawatan keluarga adalah sebagai
berikut :
1. Pengkajian keluarga dan individu di dalam keluarga. Pengkajian keluarga dilakukan
dengan cara mengidentifikasi data demografi, data sosial cultural, data lingkungan,
struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping yang digunakan keluarga, serta
perkembangan keluarga. Sedangkan pengkajian terhadap individu sebagai anggota
keluarga meliputi : pengkajian fisik, mental, emosi, sosial, dan spiritual.
2. Perumusan diagnosis keperawatan.
3. Penyusunan perencanaan.
4. Pelaksanaan asuhan keperawatan.
5. Evaluasi.

1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahapan seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus
– menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Secara garis besar data dasar
yang dipergunakan mengkaji status keluarga adalah :
a. Struktur dan karakteristik keluarga
b. Sosial, ekonomi, dan budaya
c. Faktor lingkungan
d. Riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga
e. Psikososial keluarga

 Tahap yang perlu dilakukan :


a. BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya)
1) Perkenalkan diri
2) Jelaskan tujuan kunjungan
b. Pengkajian awal yang terfokus
c. Pengkajian lanjut (tahap kedua)
d. Pengkajian lengkap

 Pengkajian yang dilakukan yaitu :


a. Berkaitan dengan keluarga
1) Demografi,
2) Lingkungan
3) Struktur dan fungsi keluarga
4) Stress dan koping keluarga
5) Perkembangan Keluarga
b. Berkaitan dengan individu sebagai anggota
1) Fisik
2) Mental
3) Sosial
4) Spiritual
5) Emosi

 Pengambilan Data
Hari/Tanggal :
Pengambil Data :
Metode :
Data Umum
a. Nama kepala keluarga, umur, alamat dan telepon jika ada, pekerjaan dan
pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga yang terdiri atas nama dan
inisial, jenis kelamin, tanggal lahir atau umur, hubungan dengan kepala
keluarga, status imunisasi dari masing – masing anggota keluarga, dan
genogram (genogram keluarga dalam tiga generasi).
b. Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah
yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
c. Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji asal suku bangsa
keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengan
kesehatan.
 Latar belakang etnik keluarga atau anggota keluarga.
 Tempat tinggal keluarga bagaimana (uraikan bagian dari sebuah
lingkungan yang secara etnik bersifat homogen).
 Kegiatan – kegiatan sosial budaya, rekreasi, dan pendidikan. Apakah
kegiatan – kegiatan ini ada dalam kelompok kultur atau budaya keluarga.
 Kebiasaan – kebiasaan diet dan berbusana, baik tradisional maupun
modern.
 Bahasa yang digunakan di dalam keluarga (rumah).
 Penggunaan jasa pelayanan kesehatan keluarga dan praktisi. Apakah
keluarga mengunjungi praktik, terlibat dalam praktik – praktik pelayanan
kesehatan tradisional, atau mempunyai kepercayaan tradisional dalam
bidang kesehatan.
d. Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan seperti :
 Apakah ada anggota keluarga yang berbeda dalam keyakinan beragamanya
 Bagaimana keterlibatan keluarga dalam kegiatan agama atau organisasi
keagamaan
 Agama yang dianut oleh keluarga
 Kepercaayaan – kepercayaan dan nilai – nilai keagamaan yang dianut
dalam kehidupan keluarga, terutama dalam hal kesehatan.
e. Status sosial ekonomi keluarga, status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh
pendapatan, baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya.
Selain itu, status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan –
kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang – barang dimiliki oleh
keluarga seperti :
 Jumlah pendapatan per bulan
 Sumber – sumber pendapatan per bulan
 Jumlah pengeluaran per bulan
 Apakah sumber pendapatan mencukupi kebutuhan keluarga
 Bagaimana keluarga mengatur pendapatan dan pengeluarannya
Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak hanya
dilihat kapan keluarga pergi bersama – sama untuk mengunjungi tempat
rekreasi, namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga
merupakan aktivitas rekreasi, selain itu perlu dikaji pula penggunaan waktu
luang, atau senggang keluarga

Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


Tahap perkembangan keluarga adalah pengkajian keluarga berdasarkan tahap
kehidupan keluarga. Menurut Duvall, tahap perkembangan keluarga ditentukan
dengan anak tertua dari keluarga inti dan mengkaji sejauh mana keluarga
melaksanakan tugas tahapan perkembangan keluarga. Sedangkan riwayat keluarga
adalah mengkaji riwayat kesehatan keluarga inti dan riwayat kesehatan keluarga.
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga inti.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan bagaimana
tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya.
c. Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti,
meliputi: riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing – masing
anggota, dan sumber pelayanan yang digunakan keluarga seperti perceraian,
kematian, dan keluarga yang hilang.
d. Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal kedua orangtua (seperti apa
kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan saat dengan orangtua
dari kedua orangtua.

Lingkungan
a. Karakteristik rumah
 Gambaran tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar, kontrak,
atau lainnya). Apakah keluarga memiliki sendiri atau menyewa rumah
untuk tempat tinggal.
 Gambaran kondisi rumah meliputi bagian interior dan eksterior. Interior
rumah meliputi : jumlah kamar dan tipe kamar (kamar tamu, kamar tidur);
penggunaan – penggunaan kamar tersebut dan bagaimana kamar tersebut
diatur. Bagaimana kondisi dan kecukupan perabot, penerangan, ventilasi,
lantai, tangga rumah, susunan dan kondisi bangunan tempat tinggal.
Termasuk perasaan–perasaan subyektif keluarga terhadap rumah
tinggalnya, apakah keluarga menganggap rumahnya memadai bagi
mereka.
 Dapur, suplai air minum, penggunaan alat – alat masak, apakah ada
fasilitas pengaman bahaya kebakaran.
 Kamar mandi, sanitasi, air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun dan handuk.
 Kamar tidur, bagaimana pengaturan kamar tidur. Apakah memadai bagi
anggota keluarga dengan pertimbangan usia mereka, hubungan dan
kebutuhan – kebutuhan khusus mereka lainnya.
 Kebersihan dan sanitasi rumah, apakah banyak serangga – serangga kecil
(khususnya di dalam), dan masalah – masalah sanitasi yang disebabkan
akibat binatang – binatang peliharaan lainnya seperti ayam, kambing,
kerbau, dan hewan peliharaan lainnya.
 Pengaturan privasi. Bagaimana dengan perasaan keluarga terhadap
pengaturan privasi rumah mereka memadai atau tidak. Termasuk bahaya –
bahaya terhadap keamanan rumah atau lingkungan.
 Perasaan secara keseluruhan dengan pengaturan atau penataan rumah
mereka.
b. Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal.
 Tipe lingkungan tempat tinggal, komunitas kota atau desa.
 Tipe tempat tinggal (hunian, industry, campuran hunian, dan industry
kecil, agraris)
 Keadaan tempat tinggal dan jalan raya (terpelihara, rusak, dalam perbaikan
atau lainnya).
 Sanitasi jalan dan rumah. Bagiamana kebersihannya, cara penanganan
sampah, dan lainnya.
 Adakah jenis – jenis industry di lingkungan rumah (kebisingan, polusi air
dan udara).
 Karakteristik demografi di lingkungan komunitas tersebut.
 Kelas sosial dan karakteristik etnik penghuni.
 Lembaga pelayanan kesehatan dan sosial apa yang ada dalam lingkungan
dan komunitas (klinik, rumah sakit, penanganan keadaaan gawat darurat,
kesejahteraan, konseling, pekerjaan).
 Kemudahan pendidikan di lingkungan dan komunitas, apakah mudah
diakses dan bagaimana kondisinya.
 Fasilitas – fasilitas rekreasi yang dimiliki di komunitas tersebut.
 Fasilitas – fasilitas ekonomi, warung, toko, apotek, pasar, wartel dan
lainnya.
 Transportasi umum. Bagaimana pelayanan dan fasilitas tersebut dapat
diakses (jarak, kecocokan, jam pemberangkatan, dan lainnya) untuk
keluarga atau komunitas.
 Kejadian tingkat kejahatan di lingkungan, dan komunitas, apakah ada
masalah yang serius seperti tidak aman dan ancaman serius.

c. Mobilitas geografis keluarga


Mobilitas geografis keluarga yang ditentukan, lama keluarga tinggal di daerah
ini, atau apakah sering mempunyai kebiasaan berpindah – pindah tempat
tinggal.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada.
e. Sistem pendukung keluarga meliputi :
 Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk
menunjang kesehatan yang meliputi fasilitas fisik, psikologis.
 Sumber dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan
masyarakat setempat, lembaga pemerintah, maupun swasta/ LSM.
 Jaminan pemeliharaan kesehatan yang dimiliki keluarga.

Struktur Keluarga
a. Pola – pola komunikasi keluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga, termasuk peran yang
disampaikan, bahasa yang digunakan, komunikasi secara langsung atau tidak,
pesan emosional (positif atau negatif), frekuensi dan kualitas komunikasi yang
berlangsung. Adakah hal – hal yang tertutup dalam keluarga untuk
didiskusikan.
b. Struktur kekuatan keluarga
 Keputusan dalam keluarga, siapa yang membuat, yang memutuskan dalam
penggunaan keuangan, pengambil keputusan dalam pekerjaan atau tempat
tinggal, serta siapa yang memutuskan kegiatan dan kedisiplinan anak –
anak.
 Model kekuatan atau kekuasaan yang digunakan keluarga dalam membuat
keputusan.
c. Struktur peran, menjelaskan peran dari masing – masing anggota keluarga,
baik secara formal maupun informal.
 Peran formal, posisi dan peran formal pada setiap anggota keluarga
(gambarkan bagaimana setiap keluarga melakukan peran masing-masing)
dan apakah ada konflik peran dalam keluarga.
 Peran informal, adakah peran informal dalam keluarga, siapa yang
memainkan peran tersebut, berapa kali dan bagaimana peran tersebut
dilaksanakan secara konsisten.
 Analisis model peran, siapa yang menjadi model dalam menjalankan peran
di keluarga, apakah status sosial mempengaruhi pembagian peran
keluarga, apakah budaya masyarakat, bagaimana agama mempengaruhi
pembagian peran keluarga, apakah peran yang dijalankan sesuai tahap
perkembangannya, bagaimana masalah kesehatan mempengaruhi peran
keluarga, adakah peran baru, respon keluarga yang sakit terhadap
perubahan peran atau hilangnya peran, serta apakah ada konflik akibat
peran.
d. Struktur nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut keluarga dengan kelompok
atau komunitas.Apakah sesuai dengan nilai norma yang dianut, seberapa
penting nilai yang dianut, apakah nilai yang dianut secara sadar atau tidak,
apakah konflik nilai yang menonjol dalam keluarga, bagaimana kelas sosial
keluarga, bagaimana latar belakang budaya yang mempengaruhi nilai-nilai
keluarga, serta bagaimana nilai-nilai keluarga mempengaruhi status kesehatan
keluarga.

Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
 Pola kebutuhan keluarga. Apakah anggota keluarga merasakan kebutuhan
individu lain dalam keluarga, apakah orang tua mampu menggambarkan
kebutuhan mereka, bagaimana psikologis keluarganya, apakah setiap
anggota keluarga memiliki orang yang dipercaya dalam keluarga, apakah
setiap anggota saling menghormati satu sama lainnya, dan apakah setiap
anggota keluarga sensitif terhadap persoalan individu.
 Mengkaji gambaran diri anggota keluarga. Perasaan memiliki dan dimiliki
keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya,
kehangatan pada keluarga, serta keluarga mengembangakan sikap saling
menghargai.
 Keterpisahan dan keterikatan. Bagaimana keluarga menghadapi
keterpisahan dengan anggota keluarga lain, apakah keluarga merasa
adanya keterikatan yang erat antara anggota keluarga satu dengan anggota
keluarga yang lain.
b. Fungsi sosialisasi
 Tanyakan, apakah ada otonomi setiap anggota dalam keluarga
 Apakah saling ketergantungan
 Siapa yang bertanggung jawab dalam membesarkan anak atau fungsi
sosialisasi
 Adakah faktor sosial budaya yang mempengaruhi pola-pola membesarkan
anak
 Apakah lingkungan rumah cukup memadai bagi anak-anak untuk bermain
sesuai dengan tahap perkembanganya
 Apakah ada peralatan atau permainan anak yang cocok dengan usianya
c. Fungsi perawatan Kesehatan
Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, dan perlindungn
terhadap anggota yang sakit. Pengetahuan keluarga mengenai konsep sehat
sakit. Kesanggupan keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan
keluarga, diantaranya adalah sebagai berikut.
Mengenal masalah kesehatan. Sejauh mana keluarga mengenal fakta-fakta
dari masalah kesehatan meliputi; pengertian,tanda dan gejala, penyebab, serta
yang mempengaruhi persepsi keluarga terhadap masalah.
 Keyakinan, nilai, dan perilaku keluarga,meliputi :
 Nilai yang dianut terkait kesehatan
 Apakah keluarga konsisten menerapkan nilai-nilai tersebut;
 Bagaimana perilaku semua anggota keluarga dalam mendukung
peningkatan kesehatan
 Konsep dan pengetahuan keluarga tentang konsep sehat sakit.
 Bagaimana keluarga mendefinisikan sehat sakit bagi anggota keluarga
 Kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi tanda dan gejala pada
anggota keluarga yang sakit
 Sumber-sumber informasi yang diperoleh dalam kesehatan.
 Masalah kesehatan yang dianggap serius dal keluarga dan tindakan apa
yang diambil
 Praktik diet keluarga
 Pengetahuan keluarga tentang makanan yang bergizi
 Riwayat pola makan keluarga
 Bagaimana cara keluarga menyiapkan makanan. Keluarga menyiapkan
makanan dengan digoreng, direbus, dipanggang,dimasak, atau
disajikan mentah
 Jenis makanan yang dikonsumsi keluarga setiap hari dan cara
menyimpanya
 Bagaimana jadwala makan keluarga(utama dan selingan)
 Siapa anggota keluarga yang bertanggung jawab terhadap perencanaan
belanja, ddan menyiapkan makanan
 Kebiasaan tidur dan istirahat. Waktu tidur keluarga, kecukupan,
adakah kesulitan tidur,dan dimana tempat keluarga tidur
 Latihan dan Rekreasi
 Apakah keluarga menyadari bahwa rekreasi dan olahraga secara aktif
sangat diperlukan bagi kesehatan
 Jenis-jenis dan aktivitas-aktivitas fisik anggota keluarga
 Keikutsertaan anggota keluarga dalam aktivitas olahraga atau rekreasi
Mengambil keputusaan mengenai tindakan kesehatan yang tepat. Sejauh
mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana
masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah yang dialami, takut akibatnya
dari tindakan penyakit, mempunyai sifat negatif terhadap masalah kesehatan,
dapatkah menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, kurang percaya terhadap
tenaga kesehatan, serta mendapat informasi yang salah terhadap tindakan
dalam mengatsi masalah
 Kebiasaan penggunaan obat-obatan dalam keluarga
 Kebiasaan penggunaan alkohol,tembakau dan kopi
 Kebiasaan keluarga menggunakan obat-obatan tanpa resep atau dengan
resep
 Kebiasaan keluarga menyimpan obat-obatan dalam jangka waktu lama
dan menggunakan kembali
 Kebiasaan menyimpan obat dan memberi label
 Peran keluarga dalam praktik perawatan diri
 Apa yang keluarga lakukan untuk memperbaiki status kesehatan
 Apa yang keluarga lakukan untuk mencegah sakit atau penyakit
 Siapa yang berperan mengambil keputusan dalam hal kesehatan
keluarga
 Pengetahuan keluarga tentang cara perawatan pada anggota keluarga
yang sakit
 Cara-cara pencegahan penyakit
 Pengetahuan keluarga tentang cara-cara pencegahan penyakit
 Kebiasaan keluarga dalam peeriksaan kesehatan
 Status imunisasi keluarga pada bayi, balita, dan ibu hamil
 Perasaan dan persepsi keluarga tentang pelayanan kesehatan
 Perasaan keluarga terhadap jenis-jenis perawatan kesehatan
 Penalaman masa lalu dengan pelayanan kesehatan
 Kepuasaan dan kepercayaan keluarga terhadap pelayanan kesehatan
 Harapan keluarga tehadap petugas pelayanan kesehatan
Merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana keluarga
mengetahui keadaan penyakit, mengetahui sifat dan perkembangan
perawatan yang dibutuhkan; mengetahui sumber-sumber yang ada dalam
keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, keuangan, fasilitas
fisik,psikososisl); mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk
perawtan dan sikap keluarga terhadap yang sakit
 Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan riwayat penyakit genetik dan penyakit keluarga pada masa
lalu dan masa sekarang seperti diabetes melitus, penyakit jantung,
hipertensi, kanker, stroke, dan artritis reumatis, penyakit gagal gunja,
tiroid, asma, alergi, penyakit-penyakit darah dan lain-lain
 Sumber keuangan
Tanyakan bagaimana pola keluarga dalam pembayaran biaya
kesehatan dan suransi kesehatan yang dimilliki oleh keluarga
Memelihara lingkungan rumah yang sehat, sejauh mana keluarga
mengetahui sumber-sumber yang dimiliki, keuntungan /manfaat pemeliharaan
lingkungan, mengetahui pentingnya higiene sanitasi dan kekompakkan antar
anggota keluarga pada praktik lingkungan tempat tinggalnya, apa yang
dilakukan keluarga untuk mncegah penyakit, serta bagaimana pengetahuan
keluarga cara perawtan anggota keluarga sakit.
Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat, apakah
keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan, memahami keuntungan
yang diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap
petugas kesehatan, dan fasilitas kesehatan tersebut terjangkau oleh keluarga.
 Pelayanan kesehatan darurat
 Pengetahuan keluarga terkait tempat pelayanan kesehatan darurat
terdekat
 Pengetahuan keluarga cara memanggil ambulan atau pelayanan
kesehatan darurat
 Pengetahuan keluarga mengenai cara penanganan keadaan darurat
 Fasilitas transportasi keluarga untuk perawatan kesehatan
 Bagaimana jarak fasilitas pelayanan kesehatan dari rumah
 Jenis alat transportasi apa yang digunakan keluarga untuk mencapai
fasilitas pelayanan kesehatan
 Masalah apa yang dihadapkan keluarga dalam hubunganya antara
transportasi dengan tempat fasilitas pelayanan kesehatn
d. Fungsi Reproduksi
Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota keluarga,
serta metode apa yang digunakan dalam mengendalikan jumlah anggota
keluarga.
e. Fungsi ekonomi
Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan,
dan papan. Bagaimana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat guna meningkatkan statuus kesehatn keluarga.

Stres dan Koping Keluarga


a. Stressor jangka pendek yang stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu ±6 bulan
b. Stressor jangka panjang, yaitu stressor yang dialami yang memerlukan
penyelesaian lebih dari 6 bulan
c. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor, mengkaji sejauh
mana keluarga berespon terhadap situasi atau stressor
d. Strategi koping yang digunakan, strategi koping apa yang digunakan keluarga
bila mengahdapi permasalahan
e. Strategi adaptasi disfungsional, menjelaskan adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang
digunakan pada pemeriksaan ini tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik,
yaitu :
a. Kesadaran Umum (TTV, IMT, KU)
b. Pemeriksaan Kepala dan Rambut
c. Pemeriksaan Wajah
d. Pemeriksaan Mata
e. Pemeriksaan Hidung
f. Pemeriksaan Mulut
g. Pemeriksaan Leher
h. Pemeriksaan Dada
i. Pemeriksaan Abdomen
j. Pemeriksaan Ekstremitas
k. Laboratorium

Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanykan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.

2. ANALISIS DATA
Dalam menganalisa data, hal-hal yang perlu diperhatikan oleh perawat komunitas,
yaitu :
a. Keadaan kesehatan yang normal dari tiap anggota keluarga
1) Kesehatan fisik, mental, dan sosial anggota keluarga
2) Tumbuh kembang anggota keluarga
3) Gizi anggota keluarga
4) Status Immunisasi anggota keluarga
5) Kehamilan dan Keluarga Berencana
b. Keadaan Kesehatan dan Sanitasi Lingkungan
1) Rumah  Ventilasi, penerangan, kebersihan, kontruksi, luas rumah
berbanding jumlah anggota keluarga,
2) Sumber air minum
3) Tempat BAB keluarga
4) Tempat pembuangan air limbah
5) Pemanfaatan Pekarangan yang ada
c. Karakteristik Keluarga
1) Sifat-Sifat Keluarga
2) Dinamika dalam Keluarga
3) Komunikasi dalam Keluaga
4) Interaksi antar anggota Keluarga
5) Kebiasaan dan nilai-nilai dalam Keluarga

3. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah dibuat berdasarkan sumber data subjektif maupun objektif
yang diperoleh saat pengkajian dan telah di analisis sehingga menggambarkan status
dan keadaan kesehatan keluarga dan dapat diputuskan dengan tepat tentang masalah
kesehatan dan keperawatan keluarga. Perumusan masalah didasarkan atas tipologi
masalah kesehatan dan keperawatan serta berbagai ketidakmampuan keluarga dalam
melakukan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan.

 Tipologi masalah kesehatan keluarga terdiri atas :


a. Ancaman Kesehatan
Berupa keadaan yang memungkinkan terjadinya penyakit, kecelakaan, dan
kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan, seperti :
1) Penyakit keturunan  asma, diabetes melitus
2) Keluarga dengan penyakit menular  TBC, Hepatitis
3) Jumlah anggota keluarga yang besar
4) Resiko Tinggi kecelakaan dalam keluarga  benda tajam, tangga
5) Stressor
b. Kurang atau Tidak Sehat
Berupa kegagalan dalam memantapkan kesehatan
1) Keadaan sakit, sesudah atau sebelum didiagnosa
2) Kegagalan tumbuh kembang anak
c. Situasi Krisis
Keadaan yang menuntut penyesuaian diri keluarga, seperti :
1) Perkawinan
2) Kehamilan
3) Persalinan
4) Masa Nifas
5) Menjadi Orang Tua
6) Abortus
 Prioritas Masalah
Dilakukan setelah penetapan diagnosa keperawan keluarga. Hal-hal yang perlu
diperhatikan :
a. Penyelesaian masalah tidak dapat diatasi dalam keluarga
b. Masalah yang dapat mengancam kehidupan keluarga
c. Respon dan Perhatian Keluarga terhadap asuhan keperawatan keluarga
d. Keterlibatan keluarga dalam menyelesaikan masalah
e. Sumber daya keluarga dalam menyelesaikan masalah
f. Pengetahuan dan kebudayaan keluarga

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga, atau
masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis data
secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan di mana
perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya. Diagnosis keperawatan keluarga
dianalisis dari hasil pengkajian terhadap masalah dalam tahap perkembangan
keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga, koping dan
tanggung jawab untuk melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan
keluarga, berdasarkan kemampuan , dan sumber daya keluarga.
Diagnosis keperawatan keluaga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan
pada pengkajian. Komponen diagnosis keperawatan meliputi problem atau masalah,
etiologi atau penyebab, sign atau tanda yang selanjutnya dikenal dengan PES.
a. Problem atau masalah (P)
b. Etiologi atau penyebab (E)
c. Sign atau tanda (S)
Tipologi dari diagnosis keperawatan
a. Diagnosis aktual (terjadi defisit atau gangguan keperawatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari
gangguan kesehatan, dimana masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga
memerlukan bantuan untuk segera ditangani dengan cepat. Pada keperawatan
actual, factor yang berhubungan merupakan etiologi, atau factor penunjang lain
yang telah mempengaruhi perubahan status kesehatan. Sedangkan factor tersebut
dapat dikelompokan ke dalam empat kategori, yaitu:
1) Patofiologi (biologi atau psikologi)
2) Tindakan yang berhubungan
3) Situasional (lingkungan, personal)
4) Maturasional
Secara umum factor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari diagnosis
keperawatan keluarga adalah adanya:
1) Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan kesalahan persepsi)
2) Ketidakmampuan (sikap dan motivasi)
3) Ketidakmampuan (kurangnya ketrampilan terhadap suatu produser atau
tindakan, kurangnya sumber daya keluarga, baik financial, fasilitas, system
pendukung, lingkungan fisik, dan psikologis)
b. Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan, tetapi tanda
tersebut dapat menjadi masalah actual apabila tidak segera mendapatakan bantuan
pemecahan dari tim kesehatan atau keperawatan. Faktor-faktor risiko untuk
diagnosis risisko dan risiko tinggi memperlihatkan keadaaan di mana kerentanan
meningkat terhadap klien atau kelompok, faktor ini membedakan klien atau
kelompok risiko tinggi dari yang lainnya pada populasi yang sama yang
mempunyai risiko.
c. Diagnosis potensial (keadaan sejahtera atau wellness)
Suatu keadaan jika keluarga dalam keadaan sejahtera, kesehatan keluarga
dapat ditingkatkan. Diagnosis keperawatan sejahtera tidak mencakup factor-faktor
yang berhubungan. Perawat dapat memperkirakan kemampuan atau potensi
keluarga dapat ditingkatkan ke arah yang lebih baik. Daftar diagnosis keperawatan
keluarga berdasarkan NANDA tahun 1995 adalah sebagai berikut:
1) Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah lingkungan.
 Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah (higine lingkungan)
 Resiko terhadap cedera
 Risiko terjadi infeksi (penularan penyakit)
2) Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah struktur komunikasi.
Komunikasi keluarga disfungsional.
3) Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah struktur peran.
 Berduka dan antisipasi
 Berduka disfungsional
 Isolasi social
 Perubahan dalam proses keluarga (dampak adanya orang yang sakit
terhadap kelurga).
 Potensial peningkatan menjadi orang tua
 Perubahan menjadi orang tua (krisis menjadi orang tua)
 Perubahan penampilan petan
 Kerusakan penatalaksnaan pemeliharaan rumah
 Gangguan citra tubuh
4) Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah fungsi afektif
 Perubahan proses keluarga
 Perubahan menjadi orang tua
 Potensial peningkatan menjadi orang tua
 Berduka yang diantipasi
 Koping keluarga tidak efektif, menurun
 Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan
 Risiko terhadap tindakan kekerasan
5) Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah fungsi social.
 Perubahan proses keluarga
 Perilaku mencari bantuan kesehatan
 Konflik peran orang tua
 Perubahan menjadi orang tua
 Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
 Perubahan pemeliharaan kesehatan
 Kurang pengetahuan
 Isolasi social
 Kerusakan interaksi social
 Risiko terhadap tindakan kekerasan
 Ketidakpatuhan
 Gangguan identitas diri
6) Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah fungsi perawat kesehatan
 Perubahan pemeliharaan kesehatan
 Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan
 Perilaku mencari pertolongan kesehatan
 Ketidakefektifan penatalaksnaan aturan teraupetik atau pengobatan
keluarga
 Risiko terhadap penularan penyakit
7) Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah koping
 Potensial peningkatan koping keluarga
 Koping keluarga tidak efektif, menurun
 Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan
 Risiko terhadap tindakan kekerasan.
Contoh Diagnosis Keperawatan pada Keluarga
1) Masalah Kesehatan dalam Keluarga :
Penyakit arthritis reumatoid pada salah satu anggota keluarga Bapak A (Ibu K)
Diagnosis Keperawatan :
Ketidakmampuan keluarga Bapak A mengenal masalah berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang penyakit arthritis reumatoid dan cara perawatannya
2) Masalah Kesehatan dalam Keluarga :
Penyakit Diabetes Melitus pada salah satu anggota keluarga Ny. S (Bapak N)
Diagnosis Keperawatan :
Ketidakmampuan keluarga Ny. S dalam mengambil keputusan tentang
penatalaksanaan pasien diabetes melitus berhubungan dengan ketidaktahuan
akibat dari penyakit diabetes melitus
3) Masalah Kesehatan dalam Keluarga :
Potensial timbulnya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31) pada
salah satu anggota keluarga Bapak A
Diagnosis Keperawatan :
Ketidaktahuan keluarga Bapak A memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
berhubungan dengan tidak mengenal keuntungan dari pelayanan kesehatan untuk
mengatasi PD31
4) Masalah Kesehatan dalam Keluarga :
Risiko terjadinya komplikasi hipertensi pada salah satu anggota keluarga Bapah H
(Ny.S)
Diagnosis Keperawatan :
Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga Bapak H dalam
penatalaksanaan pasien hipertensi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggotanya yang sakit, kesulitan ekonomi

5. SKORING
Setelah data dianalisis, kemungkinan perawat menemukan lebih dari satu masalah.
Mengingat keterbatasan kondisi dan sumber daya yang dimiliki oleh keluarga maupun
perawat, maka masalah-masalah tersebut tidak dapat ditangani sekaligus. Oleh karena
itu, perawat kesehatan masyarakat dapat menyususn prioritas masalah kesehatan
keluarga. Menurut Bailon dan Maglaya (1978), prioritas masalah kesehatan keluarga
dengan menggunakan proses skoring sebagai berikut:
Kriteria Skor Bobot
a. Sifat masalah
 Tidak/Kurang Sehat 3
1
 Ancaman Kesehatan 2
 Krisis atau keadaan sejahtera 1
b. Kemungkinan masalah dapat diubah
 Dengan Mudah 2
2
 Hanya Sebagian 1
 Tidak Dapat 0
c. Potensi masalah untuk dicegah 1
 Tinggi 3
 Cukup 2
 Rendah 1
d. Masalah yang menonjol
 Masalah berat harus segera ditangani 2
1
 Masalah tidak perlu segera ditangani 1
 Masalah tidak dirasakan 0

 Cara melakukan skoring :


a. Tentukan skor untuk setiap kriteria yang telah dibuat
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikali dengan bobot
Skor
(𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 x bobot )
c. Jumlahkan Skor untuk semua kategori
d. Skor tertinggi adalah lima dan sama untuk setiap bobot
 Faktor kriteria yang mempengaruhi penentuan prioritas masalah :
1. Sifat masalah
Sifat masalah kesehatan dapat dikelompokan ke dalam tidak atau kurang sehat
diberikan bobot yang lebih tinggi karena masalah tersebut memerlukan
tindakan yang segera dan biasanya masalahnya dirasakan atau disadari oleh
keluarga. Krisis atau keadaan sejahtera diberikan bobot yang paling sedikit
atau rendah karena factor kebudayaan biasanya dapat memberikan dukungan
bagi keluarga untuk mengatasi masalahnya dengan baik.
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
Adalah kemungkinan berhasilnya mengurangi atau mencegah masalah jika ada
tindakan (intervensi). Factor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
menentukan skor kemungkinan masalah dapat diperbaiki adalah:
a. Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat dilakukan untuk
menangani masalah
b. Sumber-sumber yang ada pada keluarga, baik dalam bentuk fisik,
keuangan, atau tenaga.
c. Sumber-sumber dari keperawatan, misalnya dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan, dan waktu
d. Sumber-sumber dimasyarakat, misalnya dalam bentuk fasilitas kesehatan,
organisasi masyarakat, dan dukungan social masyarakat.
3. Potensi masalah bila dicegah
Menyangkut sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dapat dikurangi atau
dicegah.faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor criteria
potensi masalah bisa dicegah adalah sebagai berikut:
a. Kepelikan dari masalah
Berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah, prognosis penyakit atau
kemungkinan mengubah masalah. Umumnya makin berat masalah tersebut
makin sedikit kemungkinan untuk mengubah atau mencegah sehingga
makin kecil potensi masalah yang akan timbul
b. Lamanya masalah
Hal ini berkaitan dengan jangka waktu terjadinya masalah tersebut.biasa
lamanya masalah mempunyai dukungan langsung dengan potensi
masalah bila dicegah
c. Adanya kelompok resiko tinggi atau kelompok yang peka atau rawan.
Adannya kelompok tersebut pada keluarga akan menambah potensi
masalah bila cegah.
4. Menonjolnya masalah
Merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah mengenai beratnya
masalah serta mendesaknya masalah untuk diatasi. Hal yang perlu di
perhatikan dalam memberikan skor pada criteria ini, perawat perlu menilai
persepsi atau bagaiman keluarga tersebut melihat masalahnya. Dalam hal ini,
jika keluarga menyadari masalah dan merasa perlu untuk menangani segera,
maka harus diberi skor yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Friedman M.M, Bowden V.R & Jones E.G., 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset
Teori dan Praktek. Edisi 5. Jakarta. EGC
KEPERAWATAN KOMKELGER

PROFESI NERS UNHAS

RSUP dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA

PUSKESMAS KASSI-KASSI MAKASSAR

Oleh :

DIRGA DIJAYA MULYADI

C121 12 107

PRESEPTOR INSTITUSI PRESEPTOR LAHAN

(…………………………) (.……….………………)

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

Anda mungkin juga menyukai