PEMBAHASAN
Pada tahun 2014, protokol EGDT ini dibandingkan dengan 3 protokol lain
seperti ARISE (Australasian Resuscitation in Sepsis Evaluation), ProMISe
(Protocolized Management in Sepsis), dan ProCESS (Protocolized Care for Early
Septic Shock) dan hal ini mengubah rangkaian 6 jam dalam Surviving Sepsis
Guideline dimana pengukuran tekanan vena sentral dan saturasi oksigen vena sentral
tidak dilakukan lagi. (Mehta Y, Kochar G, 2017) Dalam protokol yang dikeluarkan
pada tahun 2016, target resusitasi EGDT telah dihilangkan, dan merekomendasikan
keadaan sepsis diberikan terapi cairan kristaloid minimal sebesar 30 ml/kgBB dalam
3 jam atau kurang. Dengan dihilangkannya target EGDT yang statik (tekanan vena
sentral), protokol ini menekankan pemeriksaan ulang klinis sesering mungkin dan
pemeriksaan kecukupan cairan secara dinamis (variasi tekanan nadi arterial). (Howell
MD, Davis AM, 2017).
Hal ini merupakan perubahan yang signifikan, karena pada protokol sebelumnya
merekomendasikan bahwa klinisi harus menentukan angka tekanan vena sentral
secara spesifik dan ternyata tekanan vena sentral memiliki manfaat terbatas untuk
menentukan respon tubuh terhadap pemberian cairan. Protokol ini menekankan
bahwa klinisi harus melakukan teknik “fluid challenge” untuk mengevaluasi
efektivitas dan keamanan dari pemberian cairan. Ketika status hemodinamik
membaik dengan pemberian cairan, pemberian cairan lebih lanjut dapat
dipertimbangkan. Namun pemberian carian harus dihentikan apabila respon terhadap
pemberian cairan tidak memberikan efek lebih lanjut. Maka dari itu, protokol ini
telah berubah dari strategi resusitasi kuantitatif ke arah terapi resusitasi yang fokus
terhadap kondisi pasien tersebut dengan dipandu pemeriksaan dinamis untuk
mengevaluasi respon dari terapi tersebut. (Backer D, Dorman T, 2017) Pemeriksaan
lain yang dapat digunakan seperti carotid doppler peak velocity, passive leg raising,
ekokardiografi. . (Mehta Y, Kochar G, 2017)
Sepsis adalah keadaan disfungsi organ yang mengancam jiwa dikarenakan respon
tubuh terhadap infeksi yang mengalami disregulasi. Sepsis adalah masalah kesehatan
utama di dunia yang menyerang jutaan orang di dunia setiap tahunnya dan
menyebabkan kematian pada 1 dari 4 orang. (Surviving sepsis campaign
2016).Pengenalan dan penanganan awal untuk sepsis dan septik syok akan
meningkatkan prognosis yang baik. Pengawasan terus menerus terhadap tanda vital,
saturasi oksigen, dan jumlah urin yang dihasilkan termasuk pemeriksaan
laboratorium seperti pemeriksaaan akan adanya laktat asidosis, disfungsi ginjal dan
hepar, abnormalitas koagulasi, gagal nafas akut harus dilakukan sesegera mungkin
pada pasien yang dicurigai menderita sepsis. Pengenalan tanda dan sumber infeksi
harus dilakukan secara bersamaan. Dan pemberian antibiotik harus diberikan
sesegera mungkin. (Nguyen BH, Rivers EP, Abrahamian FM, Moran GJ, Abraham E,
Trzeciak S, et al. 2006). Perkembangan dalam dunia kedokteran menawarkan
berbagai hal baru dalam penanganan sepsis. Berbagai penelinitian klinis
menunjukkan hubungan tidak langsung antara keseimbangan cairan positif dengan
angka kematian yang meningkat pada pasien dengan sepsis. Konsep pemberian
cairan dengan pengawasan kecukupan cairan dengan penggunaan alat-alat seperti
carotid doppler peak velocity, passive leg raising, dan ekokardiografi makin diterima.
Perkembangan metode molekular untuk deteksi infeksi dan target pengobatan
(angiopentin 1, Slit2-N, sphingosine 1 phosphate, histones) mungkin menghasilkan
suatu perubahan di masa depan. (Mehta Y, Kochar G, 2017).
Dapus
Marischa, S., Anggraini, D.I., & Putri, G.T. (2017). Malnutrisi pada Pasien Kanker.
Medula, 2015; 7(4): 71-79.
Umemura T, Ichijo T, Yoshizawa K, Tanaka E, Kiyosawa K. (2009). Epidemiology
of hepatocellular carcinoma in Japan. Journal of Gastroenterolog. 44: 102-
107.
Arifin Zainul, Ratnawati Mamik. 2015. Asuhan Keperawatan Padea Pasien
Pneumonia Dengan Ketidakefektifan Pola Nafas di Paviliun Cempaka
RSUD Jombang. Jurnal Ilmiah Keperawatan Volume 1 nomer 2.
Utomo, Rezky Putro. 2017. Upaya Memperbaiki Kebersihan Jalan Nafas Pada
Pasien Pneumonia di RS Swasta Surakarta.
Mehta Y, Kochar G. 2017. Sepsis and septic shock. Journal Cardiac Critical Care
TSS; 1(1): 3-5.
Nguyen BH, Rivers EP, Abrahamian FM, Moran GJ, Abraham E, Trzeciak S, et al.
2006 Severe sepsis and septic shock: review of the literature and emergeny
department management guidelines. Annals of Emergency Medicine;48(1):
28-50.
Bernard GR, Vincent JL, Laterre PF, LaRosa S, Dhainaut JP, Rodriguez AL, et al.
2001 Efficacy and safety of recombinant human activated protein c for
severe sepsis. N Eng J Med; 344 (10): 699-709.
Howell MD, Davis AM. 2017. Management of sepsis and septic shock. JAMA;
317(8): 847-8.