Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses belajar yang berlangsung seumur hidup.

Perkembangan jaman yang identik dengan perkembangan teknologi membuat

pendidikan semakin memiliki peranan yang sangat penting dalam

perkembangan teknologi maupun perkembangan dunia. Sejalan perkembangan

dunia pendidikan yang semakin pesat, menuntut lembaga pendidikan untuk

lebih dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Keberhasilan pendidikan akan dicapai oleh suatu bangsa apabila ada

usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pemerintah harus mengusahakan

peningkatan mutu pendidikan di tanah air ini, terutama pendidikan formal.

Peningkatan mutu pendidikan di sekolah berkaitan langsung dengan siswa

sebagai anak didik dan guru sebagai pendidik. Keberhasilan pendidikan dapat

diketahui dari intensitas siswa dalam belajar dan keberhasilan siswa

dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya siswa itu sendiri, orang tua serta

guru.

Pemerintah sejauh ini telah berusaha melakukan perbaikan-perbaikan

agar mutu pendidikan terus meningkat mengikuti perkembangan jaman,

diantaranya dengan perbaikan kurikulum, penataran bagi guru-guru,

penyempurnaan buku-buku pelajaran dan penambahan alat peraga, namun

demikian mutu pendidikan yang dicapai belum sepenuhnya seperti yang

diharapkan. Perbaikan yang telah dilakukan pemerintah tidak ada artinya jika

1
tanpa dukungan dari berbagai pihak, seperti guru, orang tua siswa, siswa dan

masyarakat yang turut serta dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Berbicara tentang mutu pendidikan tidak akan lepas dari proses belajar

mengajar (PBM). Hasil proses belajar mengajar yang diharapkan adalah

prestasi atau hasil belajar yang baik sesuai yang ditargetkan oleh pemerintah

sebagaimana yang sudah ada dalam kurikulum pendidikan. Untuk mencapai

prestasi belajar siswa harus mampu memahami, menjelaskan dan menerapkan

atau mempraktikan pelajaran yang sudah diajarkan. Prestasi belajar yang

optimal tidak lepas dari kondisi-kondisi dimana kemungkinan siswa dapat

belajar dengan efektif dan dapat mengembangkan daya eksplorasinya baik fisik

maupun psikis.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan, pada BAB VII (Sarana dan Prasarana), Pasal 42,

Butir 1 menjelaskan bahwa “Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana

yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan

sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang

diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan

berkelanjutan”. Peraturan ini menunjukkan media pendidikan merupakan salah

satu sarana yang diperlukan untuk menunjang kegiatan pembelajaran.

Mata pelajaran praktik las SMAW merupakan mata pelajaran yang harus

ditempuh oleh siswa kelas X Jurusan Permesinan di SMK Muhammadiyah 2

Borobudur. Mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran yang wajib lulus

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Las dalam bidang konstruksi sangat luas

2
penggunaannya meliputi konstruksi jembatan, perkapalan, industri karoseri dll.

Disamping untuk konstruksi las juga dapat untuk mengelas cacat logam pada

hasil pengecoran logam, mempertebal yang aus (Wiryosumatro dan Okumura,

2004: 33). Secara sederhana dapat diartikan bahwa pengelasan merupakan

proses penyambungan dua buah logam sampai titik rekristalisasi logam baik

menggunakan bahan tambah maupun tidak dan menggunakan energi panas

sebagai pencair bahan yang dilas (Widharto, 2003: 44).

Hasil observasi dari kegiatan belajar mengajar mata pelajaran praktik las

SMAW di SMK Muhammadiyah 2 Borobudur pada tanggal 11 Agustus 2017,

diperoleh melalui wawancara dengan beberapa guru, terungkap beberapa

permasalahan salah satunya hasil las siswa yang kurang maksimal atau

rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran praktik las SMAW.

Penyebab rendahnya prestasi belajar siswa, antara lain: siswa kurang antusias

atau kurang semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, serta kurang

serius dalam menyelesaikan job-job yang diberikan.

Masalah mendasar yang dialami oleh siswa kelas X pada mata pelajaran

las SMAW Jurusan Permesinan SMK Muhammadiyah 2 Borobudur adalah

rendahnya kemampuan siswa dalam memilih parameter las. Hal ini ditandai

dengan aktivitas siswa yang membiarkan saja praktik las SMAW dengan

menggunakan parameter las yang salah, sehingga tervisualisasi cacat las pada

benda kerja las siswa seperti under cut, dan overlap. Pengelasan dengan

pemilihan parameter las yang salah ini dilakukan berulang-ulang oleh siswa.

Ketika siswa ditanya mengenai penyebab cacat las secara visual pada benda

3
kerja lasnya serta cara menghindari cacat las visual tersebut, tidak ada siswa

yang bisa menjawab.

Mujiyono dkk (2012) dalam riset kelompok dosen mengenai las SMAW

menerangkan bahwa las merupakan praktik yang memiliki cost mahal apabila

diterapkan dalam pelatihan akan membutuhkan penganggaran biaya yang

mahal karena selain bahan juga cost produksi tinggi. Sehingga diperlukan suatu

prosedur yang dapat meminimalkan kesalahan proses dalam pengelasan

terutama ketika masih dalam tahapan pelatihan atau studi. Didalam dunia

pendidikan khususnya praktik las SMAW seharusnya mencontoh di dunia

industri, pekerjaan las dilakukan berdasarkan Welding Procedure Specification

(WPS) yang berisi Welding preparation serta parameter las sehingga mampu

dijadikan salah satu instrumen quality, menjamin kualitas produk lasan lolos

uji standar lasan (PQR). Sehingga perlu dikembangkannya didunia pendidikan

paket pelatihan skill pengelasan yang standar berupa Welding Education

Procedure Specification (WEPS) sebagai quality assurance untuk kualitas

produk skill siswa yang standar.

Pentingnya pembelajaran praktik permesinan di tingkat SMK dalam hasil

belajar praktik pengelasan karena mampu meningkatkan skill generasi muda

supaya dapat diaplikasikan dalam dunia nyata salah satunya dengan membuka

lapangan pekerjaan baru. Oleh karena itu, penulis bermaksud menggunakan

media lain dalam mengingkatkan hasil belajar praktik pengelasan siswa kelas

X di SMK Muhammadiyah 2 Borobudur supaya tujuan pembelajaran tercapai

4
seperti yang diharapkan. Media yang dianggap sesuai untuk mengatasi

permasalahan siswa tersebut adalah dengan menggunakan diktat Las SMAW.

Diktat Las SMAW yang nantinya akan memudahkan siswa dalam proses

pembelajaran dan siswa sudah memiliki pegangan materi yang akan

disampaikan oleh guru. Dengan begitu siswa akan lebih berperan aktif dalam

pembelajaran karena mereka telah mempelajarinya lebih dulu di rumah.

Pembelajaran dengan menggunakan diktat Las SMAW diharapkan dapat

meningkatkan motivasi siswa untuk lebih giat belajar dan meningkatkan

pemahaman siswa dalam mengikuti pelajaran praktik pengelasan sehingga

akan terjadi interaksi yang baik antara guru dan siswa. Peningkatan hasil

belajar praktik pengelasan siswa dalam pembelajaran akan berdampak

pada output peningkatan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Diktat Las Smaw

Terhadap Hasil Belajar Praktik Pengelasan Siswa Kelas X Jurusan Permesinan

SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Kabupaten Magelang”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasi

masalah-masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran praktik las SMAW.

2. Siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, serta

kurang serius dalam menyelesaikan job-job yang diberikan guru.

3. Rendahnya kemampuan siswa dalam memilih parameter las.

5
4. Pengelasan dengan pemilihan parameter las yang salah ini dilakukan

berulang-ulang oleh siswa.

5. Diktat Las SMAW belum pernah digunakan pada pembelajaran praktik

pengelasan siswa kelas X SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Kabupaten

Magelang.

C. Batasan Masalah

Permasalahan dalam pembelajaran matematika dengan materi perkalian

sangat kompleks, diantaranya adalah rendahnya hasil belajar siswa pada mata

pelajaran praktik las SMAW, siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan

belajar mengajar, serta kurang serius dalam menyelesaikan job-job yang

diberikan guru, rendahnya kemampuan siswa dalam memilih parameter las,

dan pengelasan dengan pemilihan parameter las yang salah ini dilakukan

berulang-ulang oleh siswa. Oleh karena itu, merujuk pada identifikasi nomor 5

peneliti membatasi masalah pada pengaruh diktat las SMAW terhadap hasil

belajar praktik pengelasan siswa kelas X SMK Muhammadiyah 2 Borobudur

Kabupaten Magelang.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian yaitu:

1. Bagaimanakah hasil belajar praktik pengelasan siswa kelas X SMK

Muhammadiyah 2 Borobudur Kabupaten Magelang sebelum menggunakan

diktat las SMAW?

6
2. Bagaimanakah hasil belajar praktik pengelasan siswa kelas X SMK

Muhammadiyah 2 Borobudur Kabupaten Magelang sesudah menggunakan

diktat las SMAW?

3. Adakah pengaruh diktat las SMAW terhadap hasil belajar praktik

pengelasan siswa kelas X SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Kabupaten

Magelang?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui:

1. Hasil belajar praktik pengelasan siswa kelas X SMK Muhammadiyah 2

Borobudur Kabupaten Magelang sebelum menggunakan diktat las SMAW

2. Hasil belajar praktik pengelasan siswa kelas X SMK Muhammadiyah 2

Borobudur Kabupaten Magelang sesudah menggunakan diktat las SMAW

3. Pengaruh diktat las SMAW terhadap hasil belajar praktik pengelasan siswa

kelas X.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan

penggunaan diktat las SMAW terhadap hasil belajar praktik pengelasan

siswa.

7
2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Melalui diktat las SMAW maka hasil penelitian ini diharapkan dapat

membantu siswa dalam pemilihan parameter las supaya dapat

meningkatkan skill masing-masing siswa.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat membantu guru dalam meningkatkan kegiatan

pembelajaran praktik pengelasan sehingga kegiatan belajar lebih menarik

dan inovatif, serta siswa dapat diberikan contoh nyata dan dapat

diterapkan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai