Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laporan ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari seorang
penderita bronkiolitis, berjenis kelamin perempuan dan berusia 20 bulan,
penderita merupakan salah satu warga dari Desa Tarik RT 16 RW 04,
Kecamatan Tarik - Sidoarjo yang berada di wilayah kerja Puskesmas Tarik,
Kabupaten Sidoarjo. Pasien post rawat inap di Puskesmas Tarik, dan rutin
kontrol di Puskesmas Tarik, data riwayat perjalanan penyakit pasien tercatat
di Puskesmas Tarik.
Bronkiolitis adalah infeksi saluran nafas kecil atau bronkiolus yang
disebabkan oleh virus,biasanya dialami lebih berat pada bayi dan ditandai
dengan obstruksi saluran nafas dan mengi. Penyebab paling sering adalah
Respiratory Syncytial Virus (RSV). Episode mengi dapat terjadi beberapa
bulan setelah serangan bronkiolitis. Episode pertama serangan, yang
biasanya paling berat, terjadi paling sering pada bayi usia 2 sampai 6 bulan.
Kejadian bronkiolitis dapat terjadi pada bulan pertama kehidupan dan
episode berulang akan terjadi di tahun kedua kehidupan oleh virus yang
sama (Junawanto et al., 2016).
Diperkirakan bahwa sekitar 34 juta kasus baru infeksi saluran
pernapasan bagian bawah akibat RSV terjadi secara global pada anak di
bawah 5 tahun, dengan 3 hingga 4 juta anak membutuhkan perawatan di
rumah sakit dan terdapat sekitar 199.000 kematian per tahun, yang
didominasi di negara-negara berkembang (Nadhifanny dan Perdani, 2017).
Di Amerika Serikat kejadian bronkiolitis lebih sering terjadi pada anak laki-
laki, pada anak yang tidak diberi ASI dan tinggal di lingkungan padat
penduduk.Risiko lebih tinggi pada anak dari ibu usia muda atau ibu yang
merokok selama kehamilan (Junawanto et al., 2016).
Kemungkinan kejadian bronkiolitis pada anak dengan ibu perokok
lebih tinggi dibandingkan pada anak dengan ibu yang tidak merokok.

1
Bronkiolitis harus dibedakan dengan asma pada anak usia di bawah 2 tahun.
Kecurigaan bronkiolitis apabila kejadian sesak merupakan pertama kali
sedangkan pada asma selain tanpa disertai demam kejadian seperti ini
merupakan kejadian yang berulang. Gejala pada anak dengan bronkiolitis
antara lain mengi (yang tidak membaik dengan tiga dosis bronkodilator
kerja cepat), ekspirasi memanjang, hiperinflasi dinding dada, hipersonor
pada perkusi, retraksi dinding dada, crackles atau ronki pada auskultasi,
sulit makan, menyusu atau minum (Junawanto et al., 2016).
Infeksi virus RSV biasanya bersifat self limiting, sehingga pengobatan
biasanya hanya suportif (Junawanto et al., 2016).Tatalaksana bronkiolitis
pada umumnya bersifat suportif, yaitu suplementasi oksigen, pemenuhan
kebutuhan cairan, penyesuaian suhu lingkungan agar konsumsi oksigen
minimal, tunjangan respirasi bila perlu dan nutrisi. Setelah itu, baru
dipertimbangkan penggunaan bronkodilator, kortikosteroid, antiviral dan
pencegahan dengan vaksin RSV (Nadhifanny dan Perdani, 2017).

1.2 Rumusan Masalah


Apakah ada hubungan antara kondisi pasien yang menderita
Bronkiolitis dengan keadaan keseluruhan baik yang berkaitan dengan
kehidupan sosial dan ekonomi, pelayanan kesehatan dan lingkungan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara kondisi pasien yang menderita
Bronkiolitis dengan keadaan keseluruhan baik yang menyangkut
kehidupan sosial dan ekonomi, pelayanan kesehatan dan
lingkungan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Identifikasi pasien.
b. Identifikasi kehidupan pasien dalam keluarga melalui APGAR.
c. Identifikasi faktor sosial ekonomi pasien melalui SCREEM.

2
d. Identifikasi faktor keturunan pasien melalui Genogram.
e. Identifikasi faktor pelayanan kesehatan.
f. Identifikasi perilaku pasien terkait dengan penyakitnya.
g. Identifikasi faktor lingkungan (fisik, sosial ekonomi, dan
sebagainya).

1.4 Manfaat
Manfaat dari kegiatan home visit yang dilakukan antara lain:
1. Bagi Dokter Muda
a. Mengetahui peran serta sarana pelayanan kesehatan pada
penatalaksaan penyakit di masyarakat.
b. Memupuk sikap peduli dan sikap menolong sebagai bekal
menjadi seorang dokter.
2. Manfaat bagi Pasien dan Keluarganya
a. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien.
b. Meningkatkan pemberdayaan pasien dan keluarganya.
3. Manfaat bagi Pelayanan Kesehatan
a. Membantu mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
b. Memudahkan pelayanan kesehatan dalam mewujudkan program
layanan dokter keluarga dalam fokus layanan primer.
c. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang terintegrasi
dengan pendekatan secara komunitas.
4. Manfaat bagi Puskesmas
a. Meningkatkan mutu pelayanan puskesmas khususnya dalam
fokus terpadu pada pasien.
b. Membantu kinerja puskesmas dalam pencapaian program.

3
BAB II
HASIL KEGIATAN HOME VISIT

2.1 Identifikasi Pasien


2.1.1 Identitas Pasien
Nama : An. AS
Umur : 20 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan :-
Pendidikan :-
Agama : Islam
Alamat : Desa Tarik RT 16 RW 04, Kecamatan Tarik - Sidoarjo
Suku : Jawa
Tanggal periksa : 03 Mei 2018

2.1.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Batuk

Riwayat Penyakit Sekarang


Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya batuk-batuk sejak 1 bulan terakhir.
Batuk berdahak. Pasien rewel jika sedang batuk Selain itu pasien juga susah
makan. Pasien hanya mau minum ASI saja. Tidak ada sesak, demam, atau
pilek. BAB dan BAK lancar.

Riwayat Penyakit Dahulu:


- Pasien post rawat inap di PKM tanggal 12 April 2018  diagnosis
Bronkiolitis.
- Pasien post rawat inap di PKM bulan 11 tahun 2017  diagnosis Diare.
- Riwayat Asma disangkal.
- Riwayat Alergi disangkal.

4
Riwayat Imunisasi
- Imunisasi lengkap.

Riwayat Persalinan
- Lahir cukup bulan, lahir normal di Rumah Sakit Ciko.

Riwayat Penyakit Keluarga:


- Tidak ada keluarga yang sakit batuk lama.
- Kakak pasien sering batuk pilek, dan sering menular ke pasien.
- Riwayat Asma disangkal.
- Riwayat Hipertensi disangkal.
- Riwayat Diabetes Mellitus disangkal.

Riwayat Pengobatan:
- Sedang mengonsumsi obat dari PKM Tarik post rawat inap  obat
racikan yang isinya Gliceryl Guaiacolat, CTM, dan Dexamethasone dan
Paracetamol sirup.

Riwayat Kebiasaan:
- Ayah pasien adalah seorang perokok, sehari menghabiskan 1 bungkus
rokok. Pasien sering terpapar asap rokok dari sang Ayah.
- Di keluarga pasien kebiasaan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
sebelum dan sesudah aktivitas sehari-hari kadang-kadang dilakukan.
- Etika batuk dan bersin yang benar dengan menutup mulut kadang-kadang
dilakukan.
- Pasien senang bermain dengan boneka, boneka di rumah dicuci sebulan
sekali.
- Di rumah, Ayah pasien memelihara 12 ekor burung, setiap hari
dimandikan, dijemur, dan dibersihkan kandangnya.

Riwayat Sosial Ekonomi:


- Ayah pasien bekerja sebagai satpam dengan penghasilan sebulan 4,8 juta.
- Ibu pasien adalah seorang ibu rumah tangga.
- Pasien tinggal serumah dengan Ayah, Ibu, dan kakak perempuannya.

Riwayat Gizi:
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien ASI eksklusif sampai sekarang.
Semenjak sakit, pasien hanya mau minum ASI saja, namun tampakan klinis
kesan status gizi baik.

5
2.1.3 Anamnesis Sistem
Kulit : Warna kulit sawo matang, kulit gatal (-).
Kepala : Sakit kepala (-), rambut kepala rontok (-), luka di kepala (-),
benjolan/borok di kepala (-).
Mata : Pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-).
Hidung : Tersumbat (-), mimisan (-), rasa membau (-).
Telinga : Pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-).
Mulut : Sariawan (-), mulut kering (-).
Tenggorokan : Sakit menelan (-), serak (-).
Pernafasan : Sesak nafas (-), batuk lama (-), mengi (-), batuk darah (-).
Kadiovaskuler : Berdebar-debar (-), nyeri dada (-).
Gastrointestinal : Mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun (-),
nyeri perut (-), BAB tidak ada keluhan.
Genitourinaria : BAK lancar, 5-6 kali/hari warna dan jumlah biasa.
Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-), lumpuh (-).
Psikiatrik : emosi stabil, mudah marah (-).
Muskuloskeletal: Kaku sendi (-), nyeri sendi (-), kesemutan pada kaki (-).
Ekstremitas : Atas : bengkak (-), sakit (-).
Bawah : bengkak (-), sakit (-).

2.2 Hasil Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Cukup,kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi baik.

Tanda Vital dan Status Gizi


Tanda Vital
Tensi :-
Nadi : 110 x/menit, regular
Pernafasan : 21 x/menit
Suhu : 36,6oC

6
Status gizi (Z-score menurut WHO) :
BB : 11,1 kg
TB : 92 cm
Status gizi : Normal (cukup)

Kulit
Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-).

Kepala
Bentuk simetris, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut, atrofi. M. Temporalis (-),
makula (-), papula (-), nodula (-), kelainan mimik wajah/bells palsy (-).

Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek kornea (+/+),
warna kelopak (coklat), katarak (-/-), radang/conjunctivitis/uveitis (-/-).

Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-), hiperpigmentasi
(-), sadle nose (-).

Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi lidah hiperemis
(-), tremor (-).

Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping telinga dalam
batas normal.

Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-).

Leher
JVP tidak meningkat, pembesaran kelenjar tiroid & limfe (-)

7
Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
Cor : I : Ictus cordis tak tampak
P : Ictus cordis kuat angkat
P : SIC II cm lateral LPSS (batas kiri atas)
SIC II LPSD (batas kanan atas)
SIC V 1cm lateral LMCS (batas kiri bawah)
SIC IV LPSD (batas kanan bawah)
Batas jantung kesan tidak melebar
A :BJ I–II intensitas normal, regular, Bising (-)
Pulmo : I : Pengembangan dada kanan dan kiri simetris
P : Fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : Sonor/sonor
A : Suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-)

Abdomen
I : Dinding perut sejajar dengan dinding dada
P : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
P : Timpani seluruh lapang perut
A : Peristaltik (+) normal

Sistem Collumna Vertebralis


I : Deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-),
lordosis (-).
P : Nyeri tekan (-).
P : NKCV (-).

Ekstrimitas
Palmar eritema(-/-), hiperemi pada jari (-), hemiparese (- ).

Sistem Genitalia : Dalam batas normal

8
Pemeriksaan Neurologik
Fungsi Luhur : Dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : Dalam batas normal
Fungsi Sensorik : Dalam batas normal
Fungsi Motorik :

Pemeriksaan Psikiatrik
Penampilan : Sesuai umur, perawatan diri cukup
Kesadaran : Kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis
Afek : Appropriate
Psikomotor : Normoaktif
Proses pikir : Bentuk : Realistik
Isi : Waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)
Arus : Koheren
Insight : Baik

Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

9
Resume
Seorang anak perempuan usia 20 bulan, keluhan batuk sejak 1 bulan terakhir. Batuk
berdahak. Pasien rewel jika sedang batuk. Susah makan, hanya mau minum ASI saja.
Pasien post rawat inap di PKM Tarik tanggal 12 April 2018 dengan diagnosis
Bronkiolitis dan bulan 11 tahun 2017 dengan diagnosis Diare. Riwayat imunisasi
lengkap, lahir cukup bulan, lahir normal di Rumah Sakit Ciko. Saat ini pasien sedang
mengonsumsi obat racikan yang isinya Gliceryl Guaiacolat, CTM, dan Dexamethasone
dan Paracetamol sirup.
Kakak pasien sering batuk pilek, dan sering menular ke pasien. Ayah pasien
adalah seorang perokok, pasien sering terpapar asap rokok dari sang Ayah. Di keluarga
pasien kebiasaan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir kadang-kadang dilakukan.
Etika batuk dan bersin yang benar dengan menutup mulut kadang-kadang dilakukan.
Pasien senang bermain dengan boneka, boneka di rumah dicuci sebulan sekali. Di
rumah, Ayah pasien memelihara 12 ekor burung.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Nadi 101 x/menit, RR 21 x/menit, dan Suhu
36,6oC. Status gizi baik. Pemeriksaan lain dalam batas normal. Tidak dilakukan
pemeriksaan penunjang.

2.3 Diagnosis
Diagnosis Biologis : Bronkiolitis
Diagnosis Psikologis : -
Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya :
a. Kurangnya kesadaran keluarga akan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
b. Gaya hidup keluarga yang tidak sehat.

2.4 Penatalaksanaan
Non Medika mentosa
a) Memberikan penjelasan pada keluarga (orang tua) pasien tentang penyakit pasien,
dari jenis penyakit, penyebab sampai prognosisnya.
b) Minum obat teratur sesuai anjuran.
c) Menjelaskan tentang pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
d) Dilarang untuk merokok.

10
Medikamentosa
Racikan : Gliceryl Guaiacolat 25 mg
CTM 1 mg 3 x sehari
Dexamethasone 1 mg

2.5 Prognosis
Dubia ad bonam

2.6 Follow Up (Tanggal : 6 Mei 2018)


S: Ibu pasien mengatakan pasien sudah mulai mau makan, makan biskuit. Tidak ada
batuk, sesak, demam atau pilek.
O: Keadaan Umum : Baik , compos mentis.
Tanda vital :
Tensi -
Nadi 101 x/menit
RR 20 x/menit
Suhu 36,4 °C
Status Generalis : dalam batas normal.
Status Neurologis : dalam batas normal.
Status Psikiatri : dalam batas normal.
Status Dermatologis : dalam batas normal
A: Bronkiolitis
P:
Oral
Racikan : Gliceryl Guaiacolat 25 mg
CTM 1 mg 3 x sehari
Dexamethasone 1 mg
Edukasi :
Minum obat teratur, kontrol ke puskesmas, makan makanan gizi seimbang, dan
mulai hidup bersih dan sehat.

11
2.7 Struktur Keluarga
Struktur keluarga An. AS adalah sebagai berikut:
Nama Kepala Keluarga : Tn. N
Alamat lengkap : Desa Tarik RT 16 RW 04, Kecamatan Tarik - Sidoarjo
Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Tabel 2.1 Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Dalam Satu Rumah
Pasien
Kedudukan Umur
No. Nama L/P Pendidikan Pekerjaan Klinik Ket.
dalam keluarga (th)
(Y/T)
1. Tn. N Kepala L 31 SMA Satpam T -
Keluarga
2. Ny. E Istri P 27 SMP Tidak T -
Bekerja
3. An. AL Anak P 9 SD Siswi T -

4. An. AS Anak P 20 bln - - P -

Sumber :Wawancara Ibu Pasien

2.8 Bentuk Keluarga (Genogram)


Alamat Lengkap : Desa Tarik RT 16 RW 04, Kec. Tarik - Sidoarjo
Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Gambar 2.1. Genogram Keluarga An. AS

12
Keterangan Simbol:
: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

2.9 Fungsi Fisiologi Keluarga (APGAR SCORE)


Adaptation
Dalam menghadapi masalah keluarga, orang tua pasien (Ayah-Ibu) selalu
berdiskusi dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah dalam keluarga.
Orang tua pasien menganggap bahwa penyakit anaknya ini cukup mengganggu
kehidupan anaknya. Adanya dukungan dari keluarga dan juga pengarahan dari petugas
kesehatan baik dukungan secara langsung maupun lewat telepon untuk mengingatkan
minum obat teratur, hidup sehat dan bersih, dan rutin kontrol ke Puskesmas
memberikan dampak yang baik bagi kesehatan pasien. Hal ini menunjukkan bahwa
keluarga pasien (Ayah-Ibu) memiliki itikad untuk membuat anaknya (pasien) segera
sembuh.

Partnership
Keluarga pasien terutama Ayah dan Ibu merawat anaknya cukup baik. Memastikan
untuk teratur minum obat, memberikan ASI eksklusif, dan berusaha untuk hidup bersih dan
sehat meski hal ini dimulai semenjak pasien terdiagnosis Bronkiolitis. Yang dilakukan adalah
Ayah pasien sudah mulai berhenti merokok, kalaupun merokok jauh dari keluarga atau di luar
rumah, anggota keluarga mulai dibiasakan untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir, dan jika bersin atau batuk menutup mulut dan hidung. Keluarga berharap pasien
sembuh sempurna.

Growth
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien dalam tumbuh kembangnya
sekarang. Keluarga menyadari bahwa dibutuhkan kesabaran dalam menghadapi pasien untuk
dapat sembuh dengan menjalani pengobatan teratur dan mulai hidup bersih dan sehat.

Affection

13
Terlihat interaksi antara pasien An. AS dengan keluarga cukup baik. An. AS
mendapatkan kasih sayang yang cukup dari keluarganya. Keluarga An. AS peduli dengan
kesehatan dan tumbuh kembangnya. Seluruh anggota keluarga ini saling menyayangi dan
peduli satu sama lain.

Resolve
Orang tua An. AS selalu ada waktu yang cukup untuk berkumpul bersama keluarga kecil
mereka yang terdiri dari Ayah, Ibu, kakak perempuan dan An. AS.

Tabel 2.2 APGAR An. AS terhadap Keluarga


APGAR An. AS terhadap Keluarga Sering Kadang Jarang /
/selalu -kadang tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke 
keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya 
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya 
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya 
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan 
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin  9 fungsi keluarga dalam keadaan baik

14
Tabel 2.3 APGAR Tn. N terhadap Keluarga
APGAR Tn. N terhadap Keluarga Sering Kadang Jarang /
/selalu -kadang tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke 
keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya 
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya 
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya 
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan 
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin  9 fungsi keluarga dalam keadaan baik.

Tabel 2.4 APGAR Ny. E terhadap Keluarga


APGAR Ny. E terhadap Keluarga Sering Kadang Jarang /
/selalu -kadang tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke 
keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya 
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya 
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru

15
A Saya puas dengan cara keluarga saya 
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan 
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin  9fungsi keluarga dalam keadaan baik.

Tabel 2.5 APGAR An. AL terhadap Keluarga


APGAR An. AL terhadap Keluarga Sering Kadang Jarang /
/selalu -kadang tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke 
keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya 
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya 
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya 
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan 
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin  9 fungsi keluarga dalam keadaan baik.

Keluarga An. AS secara keseluruhan total poin APGAR adalah 9. Hal ini
menunjukkan interaksi dan hubungan antar anggota keluarga masih terjalin harmonis.

16
2.10 Fungsi Patologis Keluarga (SCREEM SCORE)

Tabel 2.6 SCREEM SCORE Keluarga An. AS


Sumber Pathology Ket.
Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga.Partisipasi -
Sosial
mereka dalam masyarakat cukup baik.
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya cukup, hal ini -
dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga
maupun di lingkungan. Sering mengikuti acara-acara yang
bersifat hajatan, sunatan, dan lain-lain jika kondisi kesehatan
memungkinkan. Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan
kesopanan.
Religius Pemahaman agama cukup. Keluarga rajin sholat lima -
waktu.
Ekonomi Ekonomi keluarga tergolong menengah, kebutuhan -
primer sudah bisa terpenuhi.
Edukasi Tingkat pengetahuan keluarga (orang tua pasien) tergolong +
rendah.
Medical Keluarga (orang tua pasien) mampu membiayai pelayanan -
kesehatan yang lebih baik. Mampu menggunakan pelayanan
kesehatan yang memadai. Dalam mencari pelayanan
kesehatan keluarga ini biasanya menggunakan Puskesmas
karena jaraknya mudah dijangkau.
Keterangan:
Berdasarkan tabel SCREEM didapatkan permasalahan pada keluarga penderita yakni
tingkat pengetahuan keluarga (orang tua) pasien yang rendah yang dapat memengaruhi
pengasuhan dan perawatan pasien.

2.11 Lingkungan Keluarga (Sosial, Ekonomi, Budaya, Kesehatan)


Lingkungan sosial keluarga An. AS cukup baik. Interaksi dalam keluarga cukup
baik, terlihat dari bagaimana kepedulian keluarga (orang tua) pasien terhadap pasien
An. AS dan cara komunikasi antar sesama anggota keluarga yang menggunakan bahasa
yang sopan santun. Interaksi dengan lingkungan sekitar (tetangga) juga baik, keluarga

17
sering ikut berpartisipasi jika ada kegiatan masyarakat seperti kerja bakti dan juga ikut
membantu jika ada tetangga yang sedang menggelar hajatan.
Keadaan ekonomi keluarga An. AS terbilang cukup. Di dalam keluarga yang
menjadi tulang punggung keluarga adalah Tn. N selaku kepala keluarga. Tn. N bekerja
sebagai seorang satpam dengan penghasilan sebulan 4,8 juta. Selain itu juga Tn. N juga
ternak burung di rumah dan dijual.
Lingkungan sekitar rumah An. AS kental dengan budaya Jawa. Dalam kehidupan
sehari-hari, keluarga An. AS menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.
Posisi rumah keluarga An. AS tidak terlalu jauh dari Puskesmas Tarik. Jika
ingin berobat ke Puskesmas, biasanya keluarga menggunakan kendaraan motor
pribadinya. Keluarga (orang tua) pasien mengatakan untuk masalah kesehatan, An. AS
belum memiliki kartu BPJS Kesehatan, tetapi pasien dapat menggunakan KK sebagai
jaminan pengobatan yang biayanya gratis untuk seluruh warga Sidoarjo jika berobat ke
Puskesmas wilayah Sidoarjo khususnya Puskesmas Tarik. Sehingga untuk masalah
pembiayaan sudah tidak terlalu berat. Pengetahuan keluarga (orang tua) pasien tentang
penyebab dan bagaimana penanganan yang baik dan benar untuk penyakit pasien yaitu
bronkiolitis masih terbilang kurang.

2.12 Karakteristik Demografi


An. AS tinggal di suatu rumah yang berlokasi di Desa Tarik RT 16 RW 04,
Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo. Rumah terdiri dari dua kamar tidur, satu ruang
tamu yang sekaligus dijadikan sebagai ruang keluarga, satu gudang, satu dapur yang
berlantai tanah, satu kamar mandi, dan satu tempat cuci. Rumah satu lantai, dihuni oleh
empat orang. Lingkungan dalam rumah terlihat sedikit kumuh dan berantakan. Terdapat
halaman yang tidak ditanamani apa-apa. Ada dua buah pintu, yaitu pintu depan yang
langsung terhubung dengan ruang tamu/keluarga dan pintu belakang yang terhubung
dengan dapur dan tempat cuci. Di ruang tamu/keluarga terdapat kursi tamu, meja,
televisi, dan satu buah mesin jahit. Di belakang ruang tamu terdapat dua kamar tidur. Di
kamar tidur tidak didapatkan jendela, hanya ada ventilasi udara. Pencahayaan rumah
terkesan kurang. Di dalam kamar tidur terlihat banyak pakaian berserakan di atas
tempat tidur, terkesan berantakan. Di belakang kamar tidur terdapat gudang, di depan
gudang hingga menuju kedua kamar tidur terdapat lorong, samping lorong terdapat
tempat cuci dan kamar mandi. Di tempat cuci terdapat satu buah sumur. Di samping

18
tempat cuci terdapat dapur yang berlantaikan tanah, sedangkan bagian rumah lainnya
berlantaikan semen.

Gambar 2.2 Denah Rumah An. AS

2.13 Pola Interaksi Keluarga

Gambar 2.3 Pola Interaksi An. AS dengan Keluarga

Keterangan:
: Hubungan baik
: Hubungan tidak baik

19
2.14 Pertanyaan Sirkuler untuk Mendapatkan Permasalahan Keluarga
1. Ketika anak anda (An. AS) jatuh sakit apa yang anda lakukan sebagai Ibu pasien?
Jawab :
Berobat dengan pergi ke Puskesmas terdekat.
2. Ketika anda (Ibu An. AS) bertindak seperti itu apa yang dilakukan oleh suami dan
anak sulung anda?
Jawab :
Suami dan anak mendukung apa yang saya lakukan.
3. Jika An. AS butuh di rawat inap atau mendapat pengobatan lebih lanjut, izin siapa
yang dibutuhkan?
Jawab :
Suami.
4. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan An. AS?
Jawab :
Anggota keluarga yang dekat dengan pasien adalah Ibu pasien.
5. Selanjutnya siapa?
Jawab :
Ayah dan Kakak pasien.
6. Siapa yang secara emosional jauh dari pasien?
Jawab :
Tidak ada
7. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?
Jawab :
Tidak ada.
8. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?
Jawab :
Tidak ada.

20
2.15 Identifikasi Masalah Faktor Perilaku dan Non Perilaku
Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
a. Faktor Perilaku Keluarga
Pasien An. AS adalah anak kedua dari Tn. N dan Ny. E, yang sekarang berusia
20 bulan. Menurut keluarga An. AS, sehat adalah terbebas dari segala jenis penyakit
yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Keluarga An. AS sadar bahwa sehat itu
sangatlah penting karena apabila mereka sakit, akan membutuhkan biaya tambahan
yang dikeluarkan untuk berobat, selain itu, dapat mengganggu aktivitas sehari-hari,
khususnya kepala keluarga tidak bisa bekerja sehingga tidak dapat mencari nafkah,
bila Ibu yang sakit maka tidak ada yang mengurusi keluarga. Keluarga An. AS tahu
akan pentingnya kesehatan dan mengerti bahwa sakitnya An. AS disebabkan oleh gaya
hidup yang tidak sehat. Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga An. AS
jika sakit adalah Puskesmas Tarik.
b. Faktor Non Perilaku
Dari segi ekonomi, keluarga An. AS termasuk keluarga ekonomi menengah.
Pendapatan keluarga An. AS bersumber dari pendapatan Tn. N sebagai kepala
keluarga dengan jumlah penghasilan sebulan 4,8 juta sebagai satpam dan juga ternak
burung, tetapi pendapatan dari jual burung tidak pasti. Pendapatan ini sudah cukup
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Dengan keadaan ekonomi menengah tetapi rumah yang dihuni oleh keluarga An.
AS terkesan kumuh. Keadaan dalam rumah terlihat berantakan, pencahayaan dan
ventilasi kurang. Rumah memiliki fasilitas jamban keluarga. Bak mandi dikuras tiap 2
minggu oleh Ibu/Ayah pasien.

21
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Masalah yang Ditemukan


Berdasarkan teori H.L. Blum, masalah yang ditemukan pada An. AS adalah
sebagai berikut:

Faktor Genetik
1. Tidak terdapat faktor
keturunan.

Faktor Perilaku Faktor


1. Kurangnya Lingkungan
pengetahuan Derajat 1. Keadaan rumah
orang tua pasien Kesehatan yang terkesan
mengenai kumuh.
Bronkiolitis. An. AS, 20 bulan,
2. Hygiene yang Bronkiolitis.
masih kurang.
3. Kebiasaan
merokok (Ayah
pasien).

Faktor Pelayanan
Kesehatan
1. Kurangnya edukasi dan
konseling terhadap
keluarga pasien.
2. Kurangnya monitoring
dan evaluasi terhadap
pasien.

Gambar 3.1 Masalah Dalam Keluarga An. AS

22
3.2 Prioritas Masalah
Berdasarkan Masalah yang ada pada Gambar 3.1 maka dilakukan skoring untuk
menentukan urutan prioritas masalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Skoring Menentukan Urutan Prioritas Masalah


No. Parameter Masalah
A B C
1. Prevalence 5 3 3
2. Severity 4 2 2
3. Rate % increase 4 2 3
4. Degree of unmeet need 5 3 2
5. Social benefit 5 3 3
6. Public concern 5 3 3
7. Technical feasibility study 2 2 2
8. Resources availlability 4 3 3

Jumlah 34 21 20
Rerata 4,25 2,62 2,5

Dari hasil skoring di atas, didapatkan urutan prioritas masalah sebagai berikut:
a. Masalah A: Faktor Perilaku
a. Kurangnya pengetahuan orang tua pasien mengenai Bronkiolitis.
b. Hygiene yang masih kurang.
c. Kebiasaan merokok (Ayah pasien).
b. Masalah B: Faktor Lingkungan
a. Keadaan rumah yang terkesan kumuh.
b. Masalah C: Faktor Pelayanan Kesehatan
a. Kurangnya edukasi dan konseling terhadap keluarga pasien.

23
3.3 Pembahasan Masalah
1. Faktor Genetik
Tidak didapatkan faktor genetik di dalam masalah An. AS ini.

2. Faktor Perilaku
Kurangnya pengetahuan orang tua pasien mengenai Bronkiolitis akan
berpengaruh terhadap keadaan pasien. Pengetahuan orang tua yang kurang akan
membuat orang tua tidak tahu bagaimana penanganan pasien yang baik dan benar,
bahkan dapat memburuk keadaan pasien.
Bronkiolitis adalah infeksi saluran nafas kecil atau bronkiolus yang
disebabkan oleh virus. Etiologi utama epidemi bronkiolitis adalah respiratory
syncytial virus (RSV). Salah satu bentuk pencegahan terhadap RSV adalah higiene
perorangan meliputi desinfeksi tangan menggunakan alcohol based rubs atau
dengan air dan sabun sebelum dan sesudah kontak langsung dengan pasien atau
objek tertentu yang berdekatan dengan pasien (Junawanto et al., 2016).
Berdasarkan paparan tersebut, jika hygiene keluarga masih kurang, hal ini akan
sangat berdampak terhadap kondisi penyakit pasien, semakin buruk hygienenya
maka semakin buruk prognosis penyakit pasien.
Menurut Nadhifanny dan Perdani (2017) kondisi iklim dan polusi udara
seperti asap kendaraan dan asap rokok, berhubungan dengan peningkatan risiko
mengalami infeksi RSV dan beratnya penyakit. Oleh karena itu, kebiasaan
merokok (Ayah pasien) akan sangat berpengaruh terhadap penyakit pasien, karena
mereka hidup dalam satu lingkungan rumah, interaksi setiap hari, maka pasien
akan terpapar terus dengan asap rokok.

3. Faktor Lingkungan
Keadaan rumah yang terkesan kumuh, keadaan ini tidaklah kondusif untuk
pasien. Mengingat lingkungan yang kumuh adalah lingkungan yang disukai oleh
berbagai macam kuman.

4. Faktor Pelayanan Kesehatan


Kurangnya edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga pasien
mengakibatkan kurangnya pengetahuan pasien maupun keluarga pasien terhadap

24
penyakit hipertensi, sehingga pemahaman mengenai pengobatan hipertensi masih
kurang yang akan berdampak pada tingkat kesembuhan pasien.
Keberhasilan terapi sangat tergantung pada kepatuhan pasien dalam
menjalani terapi yang diberikan. Oleh karena itu, kurangnya monitoring dan
evaluasi terhadap pasien mengakibatkan tingkat keberhasilan pengobatan yang
rendah.

3.4 Rencana Intervensi


Untuk mempermudah penyelesaian masalah An. AS yang ada di Tabel 3.1, maka
dibuat prioritas penyelesaian masalah dengan menggunakan sistem skoring dalam
bentuk Giant Chart. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penyelesaian masalah
berdasarkan skala prioritas dari yang tertinggi sampai yang terendah.

Tabel 3.2 Prioritas Penyelesaian Masalah


No. Masalah Efektivitas Efesiensi Hasil
M I V C 𝑀𝑥𝐼𝑥𝑉
𝑃=
𝐶
1 Edukasi mengenai 4 3 5 4 15
penyakit Bronkiolitis
(faktor risiko, pertolongan
pertama, pengobatan,
komplikasi) dan Pola
Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).
2 Pengawasan terhadap 4 3 3 4 9
keteraturan pasien dalam
minum obat.
3 Pengawasan keberhasilan 3 2 2 4 3
pengobatan (keluhan
berulang dan efek samping
obat).
Keterangan :
P : Prioritas penyelesaian masalah.
M : Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi ini
dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain).
I : Implementasi, kelanggengan selesainya masalah.
V : Vulnerability, sensitifnya dalam mengatasi masalah.
C : Cost, biaya yang diperlukan.

25
Berdasarkan sistem skoring dalam bentuk Giant Chart di atas maka didapatkan
prioritas penyelesaiaan masalah dengan memberikan edukasi mengenai penyakit
Bronkiolitis (faktor risiko, pertolongan pertama, pengobatan, komplikasi) dan Pola
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

26
3.5 Rencana Kegiatan

Tabel 3.3 Rencana Kegiatan Untuk Penyelesaiaan Masalah


No. Kegiatan Sasaran Target Volume Rincian Lokasi Tenaga Jadwal Kebutuhan
Kegiatan Kegiatan Pelaksanaan Pelaksanaan Pelaksanaan
1 Pembentukan Petugas Tiga orang. 1 kali Membentuk Tim Puskesmas Tenaga Mei 2018 Form
Tim Kesehatan Edukasi. Tarik Puskesmas Pendaftaran
Puskesmas
Tarik.
2 Pembekalan Panitia yang Materi dapat 1 kali Memberikan Puskesmas Dokter Juni 2018 Meja, Kursi,
materi kepada sudah dipahami. pembekalan Tarik Puskesmas Alat Tulis,
tim terbentuk. tentang tugas Tarik LCD,
dan rencana Laptop, Slide
kegiatan.
3 Pelaksanaan Pasien dan Memahami 1 kali Memberikan Rumah Tim Edukasi Juni 2018 Meja, Kursi,
keluarga dan edukasi Pasien Alat Tulis
pasien. menerapkan mengenai
materi yang Bronkiolitis
telah (faktor risiko,
diberikan. pertolongan
pertama,
pengobatan,

27
komplikasi) dan
Pola Hidup
Bersih dan Sehat
(PHBS).
4 Evaluasi Pasien dan Mematuhi 2 kali Mengevaluasi Rumah Tim Edukasi Juli - Alat tulis
keluarga arahan yang keberhasilan Pasien Agustus
pasien. telah pengobatan 2018
diberikan. (keteraturan
menum obat,
keluhan
berulang, efek
samping obat)
dan pola hidup
sesuai dengan
pola hidup
bersih dan sehat
(PHBS).

28
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Segi Biologis:
a. An. AS usia 20 bulan, menderita Bronkiolitis.
b. Status gizi An. AS normal (cukup).
c. Higenitas diri dan keluarga kurang.
2. Segi Psikologis:
a. Hubungan antara anggota keluarga terjalin baik.
b. Pengetahuan tentang penyakit masih kurang yang berhubungan dengan
tingkat penyebab dan akibat yang akan terjadi.
c. Tingkat kepatuhan dalam mengonsumsi obat sudah baik.
3. Segi Sosial Ekonomi:
a. Tidak ada masalah dari segi sosial masyarakat.
b. Keluarga pasien termasuk dalam kategori ekonomi menengah.
4. Segi Lingkungan:
a. Rumah tempat tinggal pasien dan keluarga terkesan kumuh.
b. Ayah pasien memiliki kebiasaan merokok.
5. Segi Fisik:
a. Keadaan fisik pasien cukup baik.
b. Pasien ASI eksklusif sampai saat ini.

4.2 Saran
1. Untuk masalah medis dilakukan langkah-langkah:
a. Preventif :
1) Menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
2) Menghentikan kebiasaan merokok.
3) Menerapkan ASI eksklusif dan makan makanan gizi seimbang.
b. Promotif : Edukasi pasien dan keluarga mengenai Bronkiolitis dan
pengobatannya oleh petugas kesehatan atau dokter yang
menangani.
c. Kuratif : Memberikan penanganan dengan cara medikamentosa dan
non medikamentosa. Medikamentosa dengan cara

29
memberikan obat bronkodilator dan kortikosteroid. Non
medikamentosa bisa dengan mengubah gaya hidup dan
menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
d. Rehabilitatif : Mengajarkan cara aktivitas fisik ringan atau olahraga ringan,
memberikan semangat pada pasien dan keluarga pasien,
mengembalikan kepercayaan diri keluarga pasien sehingga
kualitas hidup pasien membaik.
2. Untuk masalah persepsi mengenai penyakit bronkiolitis, dilakukan langkah-
langkah:
a. Promotif : Memberikan pengertian dan pemahaman kepada pasien dan
keluarga pasien mengenai penyakit Bronkiolitis (faktor
risiko, pertolongan pertama, pengobatan, dan komplikasi).

30
DAFTAR PUSTAKA

Junawanto Irwan, Goutama Ivon Lestari, Sylvani. 2016. Diagnosis dan Penanganan Terkini
Bronkiolitis pada Anak. CDK-241. Vol. 43. No. 6. Hal. 427-430.

Nadhifanny N. Dearasi Deby, Perdani Roro R. W. 2017. Nebulisasi NaCl 3% Lebih Efektif
daripada NaCl 0,9% pada Bronkiolitis Akut. Majority. Vol. 6. No. 3. Hal. 136-141.

31
LAMPIRAN

Rumah Tampak Depan Foto bersama Pasien dan Ibu Pasien

Ruang Tamu/Keluarga Wawancara dengan Ibu Pasien

32
Kamar Tidur 1 Kamar Tidur 2

Dapur

33
Tempat Cuci Kamar Mandi

Lorong Gudang

34

Anda mungkin juga menyukai