Anda di halaman 1dari 15

Nilai :

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
(Stoikiometri Kimia)

Oleh :

Nama : Sudestiawati
NPM : 240310180027
Hari/Tanggal : Jum’at, 22 Maret 2019
Shift/Waktu : 1/ 7.30 – 10.00 WIB
Nama Asisten : 1. Nabilla Vynka Fakhira 240310170016
2. Atika Zakira 240310170029
3. Irsyad Fauzi Adiyaksa 240310170043

LABORATORIUM PENDIDIKAN 1
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stoikiometri merupakan salah satu perhitungan dasar di kimia. Mencakup
perhitungan-perhitungan yang didalamnya kita dapat menentukan jumlah reaktan
yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk. Perhitungan-perhitungan
didalamnya pun dapat membantu kita menentukan reaksi yang terjadi antara
reaksi stoikiometri dan nonstoikiometri.
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mempelajari reaksi yang
terjadi antara reaksi stoikiometri dan nonstoikiometri serta menentukan titik
maksimum dan minimun dalam stoikiometri. Pada praktikum kali ini reagen yang
digunakan adalah NaOH 1M, HCl 1M dan CuSO4 1M dengan beberapa alat
praktikum yang menunjang proses reaksi. Praktikum ini semoga dapat membantu
mahasiswa sebagai dasar dari praktikum-praktikum selanjutnya.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1. Mengetahui perbandingan suhu awal dan suhu campuran suatu larutan.
2. Mengetahui jenis reaksi yang terjadi antara reaksi stoikiometri dan
nonstoikiometri.
2.2.2 Tujuan Instruksional Khusus
1. Menentukan titik maksimum dan minimum dalam stoikiometri
2. Mempelajari reaksi stoikioetri dan non stoikiometri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Stoikiometri


Menurut KBBI versi daring, stoikiometri adalah cabang ilmu kimia yang
membahas penetapan perbandingan kuantitas dalam reaksi kimia. Stoikiometri ada
dua macam yaitu stoikiometri senyawa dan stoikiometri reaksi. Stoikiometri
senyawa melibatkan perhitungan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa
sedangkan stoikiometri reaksi melibatkan perhitungan dalam reaksi kimia
(Nuryanto & Aziz, 2014).

Stoikiometri berasal dari kata yunani, stoicheion (unsure) dan mettrein


(mengukur), berarti mengukur unsur. Pengertian unsur-unsur dalam hal ini adalah
partikel-partikel atom, ion, molekul atau electron yang terdapat dalam unsur atau
senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia. Stoikiometri yang menyangkut cara
untuk menimbang dan menghitung spesi-spesi kimia atau dengan kata lain,
stoikiometri adalah kajian tentang hubungan-hubungan kuantitatif dalam reaksi
kimia (Achmad.1996:2).

Materi ini mencakup persamaan reaksi sederhana, penerapan hukum


kekekalan massa pada persamaan reaksi, hukum Gay Lussac, hukum Avogadro,
dan perhitungan kimia (Sri, dkk. 2013).

2.2 Hukum Dasar Kimia

Hukum-hukum dasar yang biasanya dipakai dalam perhitungan kimia yaitu


hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap, dan hukum perbandingan
berganda sepertii yang telah dituliskan sebelumnya. Namun, seiring berjalannya
waktu, terdapat hukum-hukum dasar baru yang juga berperan sebagai acuan dalam
perhitungan kimia. Hukum-hukum dasar tersebut di antaranya hukum Boyle,
kekekalan massa, perbandingan tetap, Gay Lussac, Boyle-Gay Lussac, Dalton,
Avogadro, dan Gas Ideal (USU, 2009).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Blub pipet
2. Beaker glass
3. Pipet ukur
4. Rak tabung reaksi
5. Tabung reaksi
6. Termometer
3.1.2 Bahan
1. Aquades
2. CuSO4 1M
3. HCl 1M
4. NaCl 1M
5. Tisu
3.1.3 Instrumen
1. Ruang Asam

3.2 Prosedur
3.2.1 Reaksi NaOH dengan HCl
1. 2 ml NaOH 1 M dituangkan kedalam gelas kimia
2. Suhu NaOH diukur menggunakan termometer
3. 6 ml HCl dituangkan kedalam gelas ukur yang lain lalu ukur suhunya.
4. Gabungkan larutan NaOH dengan HCl ke dalam gelas kimia, lalu ukur
suhu campurannya.
5. Lakukan kembali langkah itu pada 3 ml NaOH dan 5 ml HCl, 4 ml NaOH
dan 4 ml HCl, 5 ml NaOH dan 5 ml HCl, lalu 6 ml NaOH dan 2 mlHCl
6. Buat grafik antara volume senyawa dan suhu berdasarkan tabel data
berikut ini, lalu tentukan titik suhu maksimum/minimumnya:
Vol. NaOH Vol. HCl TA TC ΔT
2 ml 6 ml
3 ml 5 ml
4 ml 4 ml
5 ml 3 ml
6 ml 2 ml
TA = T awal (Nilai suhu rata-rata dari suhu awal NaOH dan HCl)
TC = T campuran (Nilai suhu setelah NaOH dan HCldicampurkan)
ΔT = TC - TA
3.2.2 Reaksi NaOH dengan CuSO4
1. 2 ml NaOH 1 M dituangkan kedalam gelas kimia
2. Suhu NaOH diukur menggunakan termometer
3. 6 ml CuSO4 dituangkan kedalam gelas ukur yang lain lalu ukur suhunya.
4. Gabungkan larutan NaOH dengan CuSO4 ke dalam gelas kimia, lalu ukur
suhu campurannya.
5. Lakukan kembali langkah itu pada 3 ml NaOH dan 5 ml CuSO4, 4 ml
NaOH dan 4 ml CuSO4, 5 ml NaOH dan 3 ml CuSO4, lalu 6 ml NaOH dan
2 ml CuSO4
6. Buat grafik antara perbandingan volume asam basa (sumbu x) dan
perubahan suhu (sumbu y) berdasarkan tabel data berikut ini, lalu tentukan
titik suhu maksimum/minimumnya:
Vol. NaOH Vol. CuSO4 TA TC ΔT
2 ml 6 ml
3 ml 5 ml
4 ml 4 ml
5 ml 3 ml
6 ml 2 ml
TA = T awal (Nilai suhu rata-rata dari suhu awal NaOH dan CuSO4)
TC = T campuran (Nilai suhu setelah NaOH dan CuSO4dicampurkan)
ΔT = TC - TA
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1 Tabel Hasil Pengamatan


4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan Pencampuran NaOH dan HCl
No Volume NaOH Volume HCl TA TC ∆𝑇
1. 2 ml 6 ml 23,5℃ 27℃ 3,5℃
2. 3 ml 5 ml 23,5℃ 26℃ 2,5℃
3. 4 ml 4 ml 23,5℃ 27℃ 3,5℃
4. 5 ml 3 ml 23,5℃ 25℃ 1,5℃
5. 6 ml 2 ml 23,5℃ 28℃ 4,5℃

4.1.2 Tabel Hasil Pengamatan Pencampuran NaOH dan CuSO4


No Volume NaOH Volume CuSO4 TA TC ∆𝑇
1. 2 ml 6 ml 23,75℃ 26℃ 2,25℃
2. 3 ml 5 ml 23,75℃ 26℃ 2,25℃
3. 4 ml 4 ml 23,75℃ 29℃ 5,25℃
4. 5 ml 3 ml 23,75℃ 27℃ 3,25℃
5. 6 ml 2 ml 23,75℃ 28℃ 4,25℃

4.2 Grafik Perubahan ∆𝑻


4.2.1 Grafik Perubahan ∆𝑻 NaOH dan HCl

Grafik Perubahan ∆T
5
4.5
4
3.5 3.5
3
2.5
2
1.5
1

0
Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 Percobaan 4 Percobaan 5

∆T
4.2.2 Grafik Perubahan ∆𝑻 NaOH dan CuSO4

Grafik Perubahan ∆T

6
5.25
5
4.25
4
3.25
3
2.25 2.25
2

0 ∆T
Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 Percobaan 4 Percobaan 5
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Preparasi
5.1.1 Pembuatan Larutan NaOH
Perhitungan NaOH pada saat penimbangan menggunakan neraca analitik
harus dilakukan secara teliti agar mendapatkan berat sesuai dengan yang diinginkan
yaitu 2 gram NaOH untuk 50 ml larutan. Pergunakan alat-alat dengan baik dan
benar. Semua alat yang digunakan dalam proses pengenceran ini harus dibilas
dengan aquades dan air bilasnya dimasukan ke dalam sampel agar NaOH tidak
mengalami kekurangan berat.
Pengenceran NaOH ini harus dilakukan hati-hati karena pada saat NaOH
dilarutkan dalam aquades dan dihomogenkan akan menghasilkan temperatur yang
panas yang bisa menyebabkan gelas beker atau wadah tempat pencampurannya
yang terbuat dari kaca pecah. Oleh karena itu, sebaiknya digunakan waterbath atau
baskom seukuran secukupnya berisi air keran atau air yang bersuhu ruang
secukupna lalu kemudian masukan gelas beker yang berisi larutan NaOH dan
dihomogenkan. Fungsinya adalah untuk menjaga suhu gelas beker agar tetap dingin
dan mencegah supaya tidak pecah.
Kemolaran NaOH dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
M = 1000 x massa larutan x % massa : massa zat terlarut
5.1.2 Pembuatan Larutan HCl
Pembuatan larutan HCl 1M pada praktikum kali ini menggunakan HCl
dengan berat jenuh 1,19 dan konsentrasi 37%. Perhitungannya menggunakan
rumus mencari kemolaran :
M HCl = 37% x 1,19 x 10 : 36,5 Mr HCl = 12,06
Lalu untuk mencari volume yang didapat bisa menggunakan rumus :\
V1M1= V2M2
V2 = 1 x 100 : 12,06 = 8,30 ml
Jadi volume yang didapat untuk HCl dengan berat jenuh 1,19 dan konstrasi 37%
adalah 8,30 ml.
5.1.3 Pembuatan Larutan CuSO4
CuSO4 dikenal juga dengan nama tembaga (II) sulfat adalah senyawa garam
yang bentuk anhidratnya berupa bubuk hijau pucat atau abu-abu putih sedangkan
pentahidratnya berwarna biru terang.
Pembuatan larutan CuSO4 yang dilakukan praktikum kali ini diperlukan 8
gram untuk membuat 50 ml larutan CuSO4 dengan kemolaran 1M, dengan
menggunakan perhitungan Molaritas:
1M x 160 Mr CuSO4 x 50 : 1000 = 8 gram.

5.2 Reaksi NaOH dan HCl


Praktikum kedua yang dilakukan kali ini adalah praktikum dengan
mereaksikan NaOH 1M dengan HCl 1 M dan NaOH 1M dengan CuSO4 1M.
Praktikum dilakukan dengan 5 kali percobaan. Masing-masing percobaan
dilakukan dengan prosedur yang sama tetapi volume setiap larutan berbeda. Hal ini
bertujuan untuk mengidentifikasi jenis reaksi yang terjadi antara reaksi stoiiometri
atau nonstoikiometri. Data-data yang diambil dari percobaan kali ini adalah suhu
awal masing-masing larutan, suhu rata-rata kedua larutan, suhu campuran kedua
larutan dan perubahan suhu yang terjadi dari kedua larutan.
Masing-masing percobaan menunjukkan bahwa suhu awal masing-masing
larutan tetap sama dan tidak terpengaruh oleh volume. Suhu awal NaOH adalah
23,5℃ dan suhu awal HCl adalah 23,5℃. Jika dirata-ratakan suhu awalnya adalah
23,5℃. Perbedaan mulai ditunjukkan pada suhu campuran setelah kedua larutan
direaksikan. Perubahan suhu ini dipengaruhi oleh konsentrasi dan jenis reaksi. Hal
itu membuat adanya perubahan suhu antara suhu awal dan suhu campuran.
Persamaan reaksi yang terjadi :
NaOH + HCl → NaCl + H2O
Tabel perhitungan reaksi NaOH dengan HCl
Percobaan 1 :
NaOH + HCl → NaCl + H2O
m 2 mmol 6 mmol
r 2 mmol 2 mmol 2 mmol 2 mmol
s 0 4 mmol 2 mmol 2 mmol
Percobaan 2 :
NaOH + HCl → NaCl + H2O
m 3 mmol 5 mmol
r 3 mmol 3 mmol 3 mmol 3 mmol
s 0 2 mmol 3 mmol 3 mmol
Percobaan 3 :
NaOH + HCl → NaCl + H2O
m 4 mmol 4 mmol
r 4 mmol 4 mmol 4 mmol 4 mmol
s 0 0 4 mmol 4 mmol
Percobaan 4 :
NaOH + HCl → NaCl + H2O
m 5 mmol 3 mmol
r 3 mmol 3 mmol 3 mmol 3 mmol
s 2 mmol 0 3 mmol 3 mmol
Percobaan 5 :
NaOH + HCl → NaCl + H2O
m 2 mmol 6 mmol
r 2 mmol 2 mmol 2 mmol 2 mmol
s 0 4 mmol 2 mmol 2 mmol

Pada percobaan 1 dan 2, larutan NaOH merupakan reaktan pembatas karena


konsentrasi yang dimiliki NaOH lebih sedikit dari jumlah larutan HCl. Ini berarti
reaksi pada percobaan 1 dan 2 merupakan reaksi nonstoikiometri karena terdapat
senyawa sisa dari salah satu reaktan. Pada percobaan ke 3, larutan NaOH dan
larutan HCl memiliki konsentrasi yang sama sehingga jika keduanya direaksikan
tidak akan ada senyawa tersisa. Hal ini berarti percobaan ke 3 merupakan reaksi
paling sempurna karena tidak menyisakan senyawa didalamnya sehingga disebut
sebagai reaksi stoikiometri. Dan pada percobaan ke 4 dan 5, HCl merupakan reaktan
pembatas karena memiliki konsentrasi lebih kecil dari NaOH. Karena terdapat
senyawa sisa pada proses reaksinya, percobaan ke 4 dan 5 adalah reaksi
nonstoikiometri. Bentuk larutan yang dihasilkan oleh setiap percobaan adalah cair
dan berwarna bening tanpa endapan, hal itu dikarenakan kedua larutan yang
bereaksi tidak memiliki warna.

5.2 Pencampuran NaOH dan CuSO4


Pencampuran NaOH 1M dan CuSO4 1M ini juga memiliki prosedur yang
sama seperti pencampuran sebelumnya. Pada pencampuran ini, suhu mula-mula
NaOH adalah 23,5℃ dan suhu awal CuSO4 adalah 24℃. Jadi, rata-rata suhu awal
kedua larutan ini adalah 23,75℃. Sama seperti larutan NaOH dan HCl, konsentrasi
tidak berpengaruh pada suhu awal larutan CuSO4. Terbukti dari data yang didapat
dari percobaan 1 sampai 5 memiliki jumlah rerata suhu awal yang sama.
Persamaan reaksi yang terjadi :
2NaOH + CuSO4 → Cu(OH)2 + Na2SO4
Tabel perhitungan reaksi mol NaOH ddengan CuSO4
Percobaan 1 :
2NaOH + CuSO4 → Cu(OH)2 + Na2SO4
m 2 mmol 6 mmol
r 2 mmol 1 mmol 1 mmol 1 mmol
s 0 5 mmol 1 mmol 1 mmol
Percobaan 2 :
2NaOH + CuSO4 → Cu(OH)2 + Na2SO4
m 3 mmol 5 mmol
r 3 mmol 1,5 mmol 1,5 mmol 1,5 mmol
s 0 3,5 mmol 1,5 mmol 1,5 mmol
Percobaan 3 :
2NaOH + CuSO4 → Cu(OH)2 + Na2SO4
m 4 mmol 4 mmol
r 4 mmol 2 mmol 2 mmol 2 mmol
s 0 2 mmol 2 mmol 2 mmol
Percobaan 4 :
2NaOH + CuSO4 → Cu(OH)2 + Na2SO4
m 5 mmol 3 mmol
r 5 mmol 1,5 mmol 1,5 mmol 1,5 mmol
s 2 mmol 0 1,5 mmol 1,5 mmol
Percobaan 5 :
2NaOH + CuSO4 → Cu(OH)2 + Na2SO4
m 6 mmol 2 mmol
r 4 mmol 2 mmol 2 mmol 2 mmol
s 2 mmol 0 2 mmol 2 mmol

Hasil perhitungan menunjukan bahwa pada percobaan 1-5 reaksi NaOH


dengan CuSO4 semuanya memiliki senyawa sisa. Jadi semua percobaan merpakan
percobaan nonstoikiometri. Hasil dari reaksi NaOH dan CuSO4 juga menghasilkan
endapan karena senyawa hasil reaksi yaitu CuOH merupakan senyawa yang sukar
larut dalam air dikarenakan Cu merupakan logam golongan B dan bukan
merupakan logam alkali.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah :
1. Konsentrasi tidak berpengaruh pada suhu awal masing-masing larutan
sebelum dicampurkan, tapi berpengaruh pada suhu campuran setelah
dicampurkan.
2. Reaksi stoikiometri adalah reaksi yang terjadi ketika seluruh reaktan habis
tak bersisa.
3. Reaksi nonstoikiometri adalah reaksi yang terjadi ketika masih ada reaktan
yang tersisa setelah terjadinya reaksi.
4. Perubahan suhu yang terjadi antara NaOH dengan HCl dan NaOH dengan
CuSO4 dipengaruhi juga oleh jenis reaksi yang terjadi.

6.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan dari praktikum kali ini adalah :
1. Sebelum melakukan praktikum, praktikan sebaiknya mempelajari prosedur
praktikum dengan membaca modul praktikum.
2. Praktikan sebaiknya datang 15 menit sebelum praktikum dimulai.
DAFTAR PUSTAKA

Luscua, Achmad. 1996. Stoikiometri Energitika Kimia. Bandung : PT Citra


Aditya Bakti.
N. S., & Aziz, A. 2014. Cara Cepat & Mudah Menguasai Kimia SMA : Edisi Super
Lengkap. Yogyakarta: IndonesiaTera.
Winarni, Sri. dkk. 2013. Kesalahan Konsep Materi Stoikiometri Yang Dialami
Siswa SMA. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ar-Raniry
Banda Aceh.
USU. 2009. Kimia Dasar. Medan: USU Press.
LAMPIRAN

Gambar 1 : praktikan mengambil Gambar 2 : Praktikan mengukur


larutan menggunakan larutan dengan
bulb pipet. termometer.

Gambar 3 : praktikan mereaksikan Gambar 4 : Praktikan mengaduk


Larutan NaOH dan CuSO4. larutan setelah
dicampurkan.

Gambar 5 : Asistan lab menjelaskan


tatacara mengambil larutan dengan bulb pipet.

Anda mungkin juga menyukai