Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia merupakan nama kelompok penyakit maligna yang
dikarakteristikan oleh perubahan kualitatif dan kuantitatif dalam leukosit
sirkulasi. Leukemia dihubungkan dengan pertumbuhan abnormal leukosit
yang menyebar mendahului sumsum tulang. Kata kata leukemia diturunkan
dari bahasa Yunani leukos dan aima yang berarti “putih” dan “darah” yang
mengacu pada peningkatan abnormal dari leukosit. Peningkatan tidak
trkontrol ini akhirnya menimbulkan anemia, infeksi, trobositopenia, dan pada
beberapa kasus menyebabkan kematian (Jan Tambayong, 2000).
Salah satu penyakit non-infeksi (degeneratif) adalah kanker. Kanker
merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. World
Health Organization (WHO) mengestimasikan bahwa 84 juta orang
meninggal akibat kanker dalam rentang waktu 2005 dan 2015.3 Pada tahun
2000 terdapat 10 juta orang (5,3 juta laki-laki dan 4,7 juta wanita) menderita
kanker di seluruh dunia dan 6,2 juta diantaranya meninggal dunia (Case
Fatality Rate/CFR 62%) (WHO, 2003).
Data American Cancer Society (2004), angka kejadian leukemia di
Amerika Serikat 33.440 kasus, 19.020 kasus diantaranya pada laki-laki
(56,88%) dan 14.420 kasus baru lainnya pada perempuan (43,12%). Insiden
rate (IR) leukemia pada laki- laki di Canada 14 per 100.000 penduduk dan
pada wanita 8 per 100.000 penduduk pada tahun yang sama. Data The
Leukemia and Lymphoma Society (2009) menyebutkan bahwa setiap 4 menit
terdapat 1 orang meninggal karena kanker. Diperkirakan 139.860 orang di
Amerika terkena leukemia, lymphoma dan myeloma dan 53.240 orang
meninggal karena kasus ini (CFR 38,1%). IR leukemia yaitu 12,2 per 100.000
penduduk.
Penyakit tersebut mempunyai banyak faktor penyebab namun belum
ada yang mendominasi hingga terjadinya penyakit tersebut. Oleh karena itu,
untuk mencegah leukemia atau kanker darah kita harus mengenal lebih jauh

1
tentang leukemia, bagaimana gejala-gejalanya, dampak dari penyakit
leukemia, cara diagnosa dan penyembuhannya. Penyakit leukimia ini harus
ditangani dengan tepat agar penderita tidak terjangkit penyakit lainnya karena
tranfusi yang tidak steril. Berdasarkan paparan dari fakta inilah maka kami
selaku penulis tertarik untuk membahas kasus mengenai penyakit leukimia ini
dan sebagai pemenuhan tugas pada blok sistem imun dan hematologi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penyakit Leukemia?
2. Apa jenis – jenis penyakit Leukemia?
3. Bagaimanakah etiologi penyakit Leukemia?
4. Bagaimana Faktor Risiko Perkembangan penyakit Leukemia?
5. Bagaimanakah Patofisiologi penyakit Leukemia?
6. Apa sajakah manifestasi klinis penyakit Leukemia?
7. Apa sajakah pemeriksaan diagnostic penyakit Leukemia?
8. Bagaiamankah penatalaksanaan penyakit Leukemia?
9. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien penyakit Leukemia?

C. Tujuan
1. Tujuan istruksional umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien gangguan sel darah putih
(leukemia).
2. Tujuan instruksional khusus
Mengetahui etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan
diagnostic, penatalaksanaan dan pencegahan pada penyakit Leukemia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Leukemia
Leukemia, asal berasal dari bahasa yunani leukos-putih dan haima-
darah. Leukemia adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan

2
jaringan getah bening. Semua kanker bermula di sel, yang membuat darah dan
jaringan lainnya. Biasanya, sel-sel akan tumbuh dan membelah diri untuk
membentuk sel-sel baru yang dibutuhkan tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-
sel tersebut akan mati dan sel-sel baru akan menggantikannya.
Tapi, terkadang proses yang teratur ini berjalan menyimpang, Sel-sel baru ini
terbentuk meski tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak mati
seperti seharusnya. Kejanggalan ini disebut leukemia, di mana sumsum tulang
menghasilkan sel-sel darah putih abnormal yang akhirnya mendesak sel-sel
lain.
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa
proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya
kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya
infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495).
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk
darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
B. Jenis Leukemia
Leukemia digambarkan sebagai akut atau kronis, bergantung pada cepat
tidaknya kemunculan dan bagaimana diferensiasi sel-sel kanker yang
bersangkutan. Sel-sel leukemia akut berdiferensiasi dengan buruk, sedangkan
sel-sel leukemia kronis biasanya berdiferensiesi dengan baik.
Leukemia juga digambarkan berdasarkan jenis sel yang berproliferasi.
Sebagai contoh, leukemia limfoblastik akut, merupakan leukemia yang paling
sering di jumpai pada anak, menggambarkan kanker dari turunan sel limfosit
primitive. Leukemia granulostik adalah leukemia eosinofil, neutrofil, atau
basofil. Leukemia pada orang dewasa biasanya limfositik kronis atau
mielobastik akut.
Pembagian penyakit leukemia terdiri dari:
1. Leukemia limfositik akut (LLA)
Leukemia limfoblastik akut (ALL) adalah keganasan yang paling sering
dijumpai pada populasi anak-anak. Di Amerika Serikat, leukemia limfoblastik
akut lebih sering dijumpai pada pria daripada wanita dan lebih sering pada ras
kaukasia daripada Afrika-Amerika. Puncak usia terjadinya leukemia
limfoblastik akut adalah kira-kira 4 tahun, walaupun walaupun penyakit ini
dapat mengenai semua usia. Individu-individu tertentu, seperti penderita

3
Sindrom Down dan ataksia-telangieksis sangat beresiko mengalami penyakit
ini. Penyebabnya tidak di ketahui, walaupun dapat berkaitan dengan factor
genetic, lingkungan, infeksi, dan di pengaruhi imun. Pada pemeriksaaan fisik
dijumpai adanya memar, petekie, limfadenopati dan hepatosplenomegali.
Evaluasi laboratorium dapat menunjukan leukositosis, anemia, dan
trombositopenia. Pada kira-kira 50% pasien pasien di temukan jumlah leukosit
melebihi 10.000/mm3 pada saat didiagnosis, dan pada 20% pasien melebihi
50.000/mm3. Neutopenia (jumlah neutrofil absolute kurang dari 500/mm 3)
sering dijumpai. Limfoblas dapat melaporkan di darah perifer, tetapi
pemeriksa yang berpengalaman dapat melaporkan limfoblas tersebut sebagai
limfosit atipik. Diagnosis pasti leukemia di tegakkan dengan melakukan
aspirasi sumsum tulang yang meperlihatkan limfoblas lebih dari 25%. Cairan
spinal juga perlu diperiksa karena sistem saraf pusat merupakan tempat
persembunyian penyakit ekstramedular.

2. Leukemia mielositik kronis (CML)


Leukemia mielositik kronis (CML) terhitung kira-kira 3% dari semua
kasus leukemia pada anak-anak. Penyakit ini dapat mengenai semua usia,
tetapi sebagian besar kasus terjadi pada akhir masa kanak-kanak. Penyakit ini
relative lebih lambat disbanding leukima akut. Penyebabnya tidak diketahui.
Pasien sering asimtomatik dan terdapat jumlah leukosit yang tinggi atau
splenomegali yang ditemukan pada pemeriksaan rutin anak yang sehat. Akan
tetapi, dapat trejadi gejala seperti demam, keringat malam, nyeri abdomen atau
nyeri tulang.
Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya splenomegali nyata. Hepatomegali
dapat juga terjadi. Evaluasi laboratorium secara tipikal memperlihatkan
leukositosis nyata, trombositis, dan anemia ringan. Sumsum tulang
hiperselular tetapi sisertai maturasi myeloid yang normal. Sel blas tidak
banyak dijumpai. Pada kira-kira 90% kasus, tanda sitogenik yang khas pada
leukemia mielositik kronis yang terlihat adalah: kromosom lphiladelphia.
Kromosom ini berkaitan dengan t (9;22) klasik.
3. Multiple Myeloma

4
Multiple myeloma merupakan suatu kanker sel plasma dimana sebuah
clone dari sel plasma yang abnormal berkembangbiak, membentuk tumor di
sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah besar antibodi yang abnormal,
yang terkumpul di dalam darah atau air kemih. Multiple myeloma
(myelomatosis, plasma cell myeloma, Kahler's disease) merupakan keganasan
sel plasma yang ditandai dengan penggantian sumsum tulang, kerusakan
tulang , dan formasi paraprotein. Myeloma menyebabkan gejala-gejala klinik
dan tanda-tanda klinis melalui mekanisme yang bervariasi. Tumor
menghambat sumsum tulang memproduksi cukup sel darah. Hal ini dapat
menyebabkan masalah kesehatan pada ginjal, saraf, jantung, otot dan traktus
digestivus. Meskipun myeloma masih belum bisa diobati, perkembangan
terapi yang terbaru, termasuk penggunaan thalidomide dan obat-obatan lain
seperti bortezomib dan CC-5013 cukup menjanjikan. ( McPhee ,J.Stephen,
Maxine A. Papadakis, Jr.Lawrence M. Tierney, 2008).

C. Etiologi
Kanker adalah salah satu jenis penyakit degeneratif yang disebabkan
adanya pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang
berubah menjadi sel kanker. Selanjutnya sel kanker ini dapat menyebar ke
bagian tubuh lainnya sehingga bisa menyebabkan kematian (Irawan, 2001).
Etiologi leukimia sampai sekarang belum dapat dijelaskan secara
keseluruhan. Banyak para ahli menduga bahwa faktor infeksi sangat berperan
dalam etiologi leukimia. Infeksi terjadi oleh suatu bahan yang menyebabkan
reaksi seperti infeksi oleh suatu virus (Supandiman, 1997). Penyebab yang
pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu:
1. Faktor genetic
Terlihat pada kembar identik yang akan beresiko tinggi bila kembaran
yang lain mengalami leukemia saudara sekandung dari individu yang
leukemia dan individu dengan sindrom down juga beresiko terhadap
terjadinya leukemia.
2. Penyakit yang didapat

5
Resiko terkena leukemia mencakup mielofibrosis, polisetemia vera, dan
anemia refraktori sideroblastik. Mieloma multipel dan penyakit Hodgkin
juga menunjukan peningkatan resiko terhadap terjadinya penyakit ini.
Resiko ini dapat di hubungkan dengan penyakit dasar atau pengobatan
dengan adens kemoterapi/radiasi.
3. Agens kimia dan fisik
Merupakan resiko signifikan terhadap leukimia mencakup radiasi dan
pemajanan jangka lama terhadap benzen. Agens kemoterapi kloramfenikol
dan agens pengkelat (alkylating) juga beresiko.

D. Patofisiologi
Leukemia adalah jenis gangguan pada sistem hematopoietik yang total dan
terkait dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak
terkendalinya proliferasi dari leukemia dan prosedurnya. Sejumlah besar sel
pertama menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang,
limfosit di dalam limfe node) dan menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut
ke organ yang lebih besar (splenomegali, hepatomegali). Proliferasi dari satu jenis
sel sering mengganggu produksi normal sel hematopoetik lainnya dan mengarah
ke pengembangan/pembelahan sel yang cepat dan ke sitopenias (penurunan
jumlah). Pembelahan dari sel darah putih mengakibatkan menurunnya
immunocompetence dengan meningkatnya kemungkinan terjadi infeksi. (Long,
1996).

Bila virus dianggap sebagai penyebabnya (virus onkogenik yang mempunyai


struktur antigen tertentu), maka virus tersebut dengan mudah akan masuk ke
dalam tubuh manusia jika struktur antigennya sesuai dengan struktur antigen
manusia itu (hospes).

Bila struktur antigen virus tidak sesuai dengan struktur antigen individu, maka
virus tersebut akan ditolak, seperti pada penolakan terhadap benda asing lain.
Struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen dari berbagai alat,
terutama kulit dan selaput lendir yang terletak dipermukaan tubuh (kulit disebut
juga antigen jaringan) atau HL-A (Human Leucocyte locus A).

6
Menurut Suriadi (2001), prosesnya meliputi : normalnya tulang marrow
diganti dengan tumor malignan, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast,
produksi eritrosit dan platelet terganggu akan menimbulkan anemia dan
trombositopenia. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan
gangguan sistem pertahanan tubuh sehingga mudah mengalami infeksi.
Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi
organ, SSP. Gangguan nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang dan
berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan
tekanan jaringan. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan menyebabkan
terjadinya pembesaran hati, limfe dan nodur limfe dan nyeri persediaan.

Leukimia adalah penyakit kanker jaringan yang menghasilkan imatur atau


abnormal dalam jumlah berlebihan dan menyusup ke dalam berbagai organ
tubuh.Sel-sel leukemik menyusup ke dalam sumsum tulang, mengganti unsur-
unsur sel yang normal. Akibatnya, timbul anemia dan dihasilkan eritrosit dalam
jumlah yang tidak mencukupi. Timbul perdarahan akibat menurunnya jumlah
trombosit yang bersirkulasi. Inflasi juga terjadi lebih sering karena berkurangnya
jumlah leukosit. Penyusupan sel-sel leukemik ke dalam semua organ-organ vital
menimbulkan hepatomegali, splenomegali dan limfadenopati.

7
Faktor pencetus:
- genetic (down Sindrom, Myelodisplastik)
-radiasi( agen kemoterapi cloramfenicol dan
pengkelat )
- infeksi virus (Epsteinbarr,HTLV-1)
- paparan bahan kimia- obat-obatan proliferasi sel kanker

Infiltrasi susum tulang penyebaran ekstramedular sel


onkogen

Sel normal digantikan melalui sirkulasi darah melalui sistem limfatik sistem pertumbuhan berlebihan
Oleh sel kanker saraf pusat

Depresi produksi pembesaran hati dan limpa nodus limpe peningkatan kebutuhan nutrisi
Sumsum tulang tekanan meningkat
Hepatosplenomegali limfadenopati intrakranial
hipermetabolisme
Penurunan eritrosit Penekanan ruang abdomen sakit kepala, muntah
Kaku kuduk
ketidakseimbangan
peningkatan nutrisi kurang dari
Penurunan trombosit pucat,mudah lelah anemia suplai oksigen kejaringan tekanan intra kebutuhan
Inadekuat abdomen
trombositopenia ketidakefektifan
penurunan fungsi perfusi jaringan perifer nyeri kronis
leukosit demam resiko infeksi
Hipertermi kecenderungan perdarahan petekie, memar

8
infiltrasi periosteal Kelemahan tulang gusi berdarah Risiko Perdarahan

Tulang lunak dan lemah stimulasi saraf C (nociceptor) nyeri kronis

Fraktur fisiologis hambatan mobilitas fisik

Bagan 2.1
Web of Caucion Leukemia
(sumber NANDA NIC NOC jilid 2, 2013)

9
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah
sebagai berikut:
1. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
2. Demam dan muntah
3. Berat badan menurun
4. Ptechiae, memar, gusi berdarah
5. Nyeri pada tulang dan persendian
6. Nyeri abdomen
7. Lumphedenopathy
8. Hepatosplenomegaly
9. Abnormal WBC
(Suriadi & Rita Yuliani, 2001: hal. 177)

F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah Tepi
Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sum –
sum tulang yaitu adanya pansitupenia, lifositosis yang terkadang
menyebabkan gambaran darah tepi terdapat sel blas yang merupakan
gejala patonomenik untuk leukemia.
2) Kimia Darah
Dari hasil pemeriksaan kimia darah biasanya terdapat kolesterol
rendah, asam urat dapat meningkat dan hipogamaglobinemia.
3) Sum – sum Tulang
Dari pemeriksaan sum – sum tulang dapat ditemukan gambaran yang
hanya terdiri dari sel limfopeutik patologis. Pada LMA selain
gambaran tersebut terdapat pula adanya liatus leukemia yaitu keadaan
yang diperlihatkan sel blas (mie blas), beberapa sel tua (segment) dan
sangat kurang bentuk pemotongan sel yang berada diantaranya
(promielost, mielsosil, metamielosit dan sel batang).
4) Biopsi Limpa

10
Dari hasil pemeriksaan ini akan terlihat proliferasi sel leukemia dan sel
yang berasal dari jaringan limpa yang terdesak seperti : limposit
normal, RES, Granulosit, pulp cell.
5) Cairan Serebropinalis
Leukemia Meningeal terjadi jika terdapat peninggian jumlah sel
patologis dan protein.
6) Sistogenik
Dari pemeriksaan sistogenik 70 – 90 % dari kasus leukemia
menunjukkan adanya kelainan kromosom yaitu pada kromosom 21.

b. Pemeriksaan pada penderita leukemia menurut Betz, Cecily L (2002),


yaitu :
1). Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan
CBC kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki
prognosis paling baik; jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah
tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur, hitung darah
lengkap biasanya juga menunjukkan normositik, anemia normositik.
2). Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
3) Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4) Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5) SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature
6) PTT : memanjang
7) LDH : mungkin meningkat
8) Asam urat serum : mungkin meningkat
9) Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan
mielomonositik
10) Copper serum : meningkat
11) Zink serum : menurun
c. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat
keterlibatan
1) Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat
2) Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.
3) Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat
diagnosis.
4) Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan
tulang.
5) Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.
6) Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan.

11
G. Penatalaksanaan dalam Keperawatan
1. Kemoterapi
a) Kemoterapi pada penderita LLA : pengobatan umumnya terjadi
secara bertahap, meskipun tidak semua fase yang digunakan untuk
semua orang.
b) Kemoterapi pada penderia LMA
Fase induksi : fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif,
bertujuan untuk mengeradikasi sel-sel leukimia secar maksimal sehingga
tercapai remisi komplit.
Fase konsolidasi: dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase induksi.
c) Kemoterapi pada penderita LLK
Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena mementukan strategi terapi
dan progosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah klasifikasi:
- Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sum-sum tulang.
- Stadium 1 : limfositosis dan limfadenopati
- Stadium 2 : limfositosis dan splenomegali/hepatomegali.
- Stadium 3 : limfositosis dan anemia ( Hb<11gr/dl)
- Stadium 4 : limfositosis dan trombositopenia <100.000/mm 3
dengan/tanpa gejala pembesaran hati, limpa, kelenjar.

d) Kemoterapi pada penderita LGK/LMK


- Fase kronik : busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan
yang mampu menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang
lama.
- Fase akselerasi : sama dengan terapi leukemia akut, tetapirespon
sangat rendah.

2. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel
leukimia.

3. Transplanstasi sumsum tulang


Dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak karena dosis tinggi
kemoterapi atau terapi radiasi.

4. Terapi suportif
Berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yang ditimbulkan penyakit
leukimia dan mengatasi efek samping obat.

12
5. program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996)
yaitu:
a) Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk
mengatasi anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah
trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka diperlukan transfusi
trombosit.
b) Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian

- Identitas klien

Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, tanggal masuk, tanggal


pengkajian, no RM, diagnosa medis, dan penanggung jawab.

a. Riwayat kesehatan

1) Keluhan Utama

Pasien leukemia biasanya mengeluhkan lemah, sakit kepala dan nyeri pada
tulang.

2) Riwayat kesehatan dahulu


Biasanya pasien memiliki riwayat penyakit atau terapi seperti :
· Myelodisplastic syndrome
· Kemoterapi

13
· Down Syndrome
· Terpapar oleh elektromagnetik field
· Bekerja dengan bahan – bahan kimia tertentu (formaldehid,
benzene)
· Anemia fanconi
3) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien masuk rumah sakit untuk persiapan leukemia atau
muncul gejala-gejala seperti :
· Demam atau berkeringat pada malam hari
· Fatigue, Malaise
· Sakit kepala
· Nyeri pada tulang ataupun sendi
· Hepatosplenomegali
· Pembengkakan pada nodus limfe terutama pada leher dan ketiak
· Penurunan berat badan
· Anemia
· Petekie
· Hipertrofi gusi
· Pegal – pegal
b. Riwayat kesehatan keluarga
Pada penderita leukemia sering ditemukan riwayat keluarga yang
terpapar oleh bahan kimia (benzene dan arsen), infeksi virus (Epstein
barr, HTLV-1), kelainan kromosom dan penggunaan obat-obatan seperti
phenylbutazone dan chloramphenicol, serta terapi radiasi maupun
kemoterapi.

c. Pemeriksaan fisik

1. Aktivitas
· Malaise
· Lemah
· Peningkatan kebutuhan tidur

14
2. Sirkulasi
· Palpitasis
· Takikardia
· Membran mukosa pucat
3. Makanan/Cairan
· Anoreksi
· Mual
· Muntah
· Penurunan berat badan
· Disfagia
· Hipertrofi gusi
· Distensi abdomen
· Bunyi usus menurun
· Stomatitis
4. Neurosensori
· Pusing
· Kesemutan
· Disorientasi
· Kejang
5. Nyeri/Kenyamanan
· Nyeri abdomen
· Nyeri tekan sternal
· Sakit kepala
· Nyeri tulang/sendi
6. Pernapasan
· Dyspnea
· Napas pendek
· Takipnea
· Ronki
· Penurunan bunyi napas
7. Keamanan

15
· Gangguan penglihatan
· Infeksi
· Perdarahan
· Pembesaran hati, limpa, nodus limfe
8. Integritas Ego
· Depresi, Menarik diri
· Ansietas
· Perasaan tak berdaya

d. Pengkajian Kesehatan Menurut Fungsional Gordon


1. Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Pada umumnya klien yang mengidap penyakit leukimia dikarenakan faktor
genetik.Pada umumnya klien datang ke rumah sakit dengan keluhan
demam, pucat, lesu, anorexia, nyeri pada tulang dan persendian, nyeri
abdomen, hepatomegali, dan splenomegali.
2. Nutrisi dan Metabolik
Pada umunya klien mengalami penurunan nafsu makan, sering muntah
sehingga berat badan menurun dan terdapat bintik-bintik merah pada kulit
klien.
3. Eliminasi
Pasien kadang mengalami diare, penegangan pada perineal, nyeri
abdomen, serta ditemukan darah segar, darah dalam urine, serta penurunan
urine output.
4. Aktifitas dan Latihan
Pasien dengan leukemia sering ditemukan mengalami penurunan
koordinasi dalam pergerakan, keluhan nyeri pada sendi atau tulang. Pasien
sering dalam keadaan umum lemah, rewel, dan ketidakmampuan

16
melakukan aktivitas rutin seperti berpakaian, mandi, makan, dan toileting
secara mandiri.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan penurunan tonus otot, kesadaran
somnolen, keluhan jantung berdebar-debar (palpitasi), adanya mur-mur,
kulit pucat, membrane mukosa pucat, serta penurunan fungsi saraf cranial
dengan atau disertai tanda-tanda perdarahan serebral.
5. Tidur dan Istirahat
Pasien memperlihatkan penurunan aktivitas dan lebih banyak waktu yang
dihabiskan untuk tidur/istirahat karena mudah mengalami kelelahan.
6. Kognitif – Persepsi
Pasien dengan leukemia sering ditemukan mengalami penurunan
kesadaran (somnolen), iritabilitas otot dan sering kejang, adanya keluhan
sakit kepala, serta disorientasi karena sel darah putih yang abnormal
berinfiltrasi ke susunan saraf psat.
7. Persepsi diri – Konsep diri
Pada umumnya klien dengan penyakit leukimia merasa tidak berdaya
terhadap dirinya, sering merasa cemas, dan sering merasa takut.
8. Pola peran dan hubungan
Pada umunya peran dan hubungan klien dengan keluarga tidak terganggu,
klien umumnya pendiam dan malas berkomunikasi dengan orang
disekitarnya karena perasaan takut dan cemas dengan penyakit yang
dideritanya.
9. Seksualitas dan Reproduksi
Pada umumnya terganggu.
10. Koping – Toleransi stres
Pasien berada dalam kondisi yang lemah dan pertahanan tubuh yang
sangat rendah. Dalam pengkajian dapat ditemukan adanya depresi,
penarikan diri, cemas, takut, marah, dan iritabilitas. Juga ditemukan
perubahan suasana hati dan bingung.
11. Keyakinan – Nilai
Pada umunya klien dan keluarga klien menyerahkan semuanya kepada
Tuhan untuk kesembuhannya.Terkadang pasien merasa Tuhan tidak adil
dengannya akibat penyakit yang diderita (hubungan spiritualnya kurang
baik).

e.Pemeriksaan Penunjang

· DIAGNOSTIK

17
1. Leukemia Myelogenik Akut
· Dengan aspirasi sumsum tulang yang menunjukkan peningkatan
secara signifikan myeloblast belum matang.
· Kehadiran batang-batang Auer dalam darah juga merupakan
indikasi dari AML.
· Sitokimia: perokside +, Sudan Black +, PAS –
· Leukeosit meningkat, normal, menurun (subleukemik, aleukemik)

2. Leukemia Mielogenik Kronik


· Basofil meningkat
· Resisten terapi
· Trombositopenia progresif
· Pemeriksaan sumsum tulang didapatkan keadaan hiperseluler
dengan peningkatan jumlah megakarosit dan aktivitas granulosit

3. Leukemia Limfositik Akut


· Diperkuat dengan aspirasi atau biopsi sumsum tulang
· Sama dengan AML tetapi yang ditemukan limfoblast, Auer’s Rod
(-), peroksidase (-), sudan black (-), PAS (+)
· Pemeriksaan sumsum tulang menunjukkan sel blast dominan
4. Leukemia Limfositik Kronik
· Biopsi sumsum tulang menunjukkan infiltrasi merata oleh limfosit
kecil, yaitu > 40% dari total sel yang berinti
· Anemia
· LABORATORIUM
1. Leukemia Myeloid Akut
· Anemia: normositer normokrom, bisa berat dan timbul cepat
· Leukosit meningkat, normal, menurun
· Hapusan darah tepi menunjukkan blast 5%
2. Leukemia Myeloid Kronik
· Lekositosis > 50.000/mm³

18
· Pergeseran ke kiri pada hitung jenis
· Trombositopenia
· Kromosom Philadlphia
· Kadar fosfatase alkali lekosit rendah atau sama sekali tidak ada
· Kenaikan kadar vitamin B12 dalam darah
3. Leukemia Limfositik Akut
· Pemeriksaan darah tepi ada leukositosis
· Jumlah leukeosit nuetrofil seringkali rendah
· Kadar hemoglobin dan trombosit rendah
4. Leukemia Limfositik Kronik
· Limfositosis > 50.000/mm³
· Trombositopenia
· Sitogenik kelainan kromosom 12, 13, 14 kadang kromosom 6, 11
· Penurunan jumlah eritrosit

B.Diagnosa Keperawatan

1) Risiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi


2) Risiko perdarahan berhubungan dengan koagulasi
inheren
3) Nyeri kronis berhubungan dengan pasca trauma
karena gangguan
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubugan
dengan kurang asupan makanan
5) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan suplai
oksigen ke jaringan inadkuat
6) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
struktur tulang
7) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imunodefisiensi
8) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan jumlah leukosit

19
C.INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)


keperawatan

1 Risiko infeksi NIC:


berhubungan dengan a. Status imunitas a. Kontrol infeksi
imunosupresi Indikator : 1. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan setiap pasien
1. Fungsi gastrointestinal 2. Batasi pengunjung
tidak terganggu 3. Tempatkan isolasi sesuai tindakan pencegahan yang sesuai
2. Fungsi respirasi tidak 4. Ajarkan cara cuci tangan bagi tenaga kesehatan
terganggu 5. Anjurjan pasien dan pengunjung untuk mencuci tangan
3. Suhu tubuh normal 6. Jaga lingkungan aseptik yang optimal
4. Integritas kulit tidak 7. Tingkatkan intake nutrisi
terganggu 8. Berikan terapi antibiotik yang sesuai
5. Jumlah sel darah putih 9.Ajarkan pasien dan anggota keluarga mengenai bagaiman menghindari
absolute tidak infeksi
terganggu
6. Jumlah sel darah putih b. Manajemen Obat
diferensial tidak 1. Tentukan yang obat apa diperlukan
terganggu 2. Monitor efektivitas cara pemberian obat yang sesuai
3. Monitor efek samping obat
4. Monitor respon terhadap perubahan pengobatan
b. Respon pengobatan 5. Pantau kepatuhan mengenai regimen obat
Indikator: 6. Ajarkan pasien atau keluarga mengenai metode pemberian obat
1. Perubahan gejala yang
diharapkan
2. Pemeliharaan kadar

20
darah yang diharapkan
3. Respon perilaku yang
diharapkan
4. Reaksi alergi tidak ada
5. Interaksi pengobatan
berjalan dengan baik

2 Risiko perdarahan NOC Pencegahan perdarahan


berhubungan dengan a. Koagulasi darah 1. Monitor dengan ketat tejadinya perdarahan
koagulasi inheren Indikator: 2. Monitor tanda dan gejal perdarahan menetap
1. Pembentukan bekuan 3. Monitor komponen koagulasi darah
dalam keadaan normal 4. Monitor tanda – tanda vital
2. Hemoglobin normal 5. Berikan produk – produk penggantian darah
3. perdarahan tidak ada 6. Lindungi pasien dari trauma yang dapat menyebabkan perdarahan
4. memar tidak ada 7. Gunakan sikat gigi yang berbulu lembut untuk perawatan rongga mulut
5. petekie tidak ada 8. Berikan obat-obatan
6. BAB berdarah tidak 9. Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin K
ada
7. Gusi berdarah tidak ada Manajemen kemoterapi
1. Monitor pemeriksaan dan skrinning sebelum pemberian kemoterapi
2. Monitor efek samping dan efek toksik dari pengobatan
3. Berikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang efek obat – obatan
kemoterapi pada sel kanker
4. Instruksikan pasien dan keluarga cara – carauntuk mencegah infeksi
5. Instruksikan pasien agar segera melaporkan gejala demam, menggigil,
perdarahan hidung, memar tang sanagt besar, BAB berdarah
6. Instruksikan pasien dan keluarga untuk menghindari konsumsi konsumsi

21
produk yang mengandung aspirin
7. Lakukan pencegahan terjadinya neutropenia dan perdarahan
8. Monitor status nutrisi dan berat badan.

3. Nyeri kronis NOC: NIC


berhubungan dengan a. Kontrol Nyeri Manajemen nyeri
pasca trauma karena Indikator : 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
gangguan 1) Mengenali kapan nyeri 2. Gunakan komunikasi terapeutik
terjadi 3. Gali pegetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri
2) Menggambarkan faktor 4. Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup pasien
penyebab 5. Berikan informasi mengenai nyeri
3) Melaporkan perubahan 6. Kendalikan faktor lingkunganyang dapat mempengaruhi nyeri
terhadap gejala nyeri 7. Ajarkan penggunaan teknik nofarmakologi
pda profesional 8. Dukung istirahat/tidur yang adekuat
kesehatan
4) Mengenali apa yang Pemberian analgesik
terkait dengan gejala 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan keparahan nyeri
nyeri 2. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat
5) Melaporkan nyeri yang analgesik yang diresepkan
terkontrol 3. Cek adanya alergi obat
4. Monitor tanda – tanda vital
5. Berikan analgesik sesuai waktu
6. Tentukan analgesik sebelumnya, rute pemberian, dan dosis untuk
mnecapai hasil pengurangan nyeri optimal
7. Evaluasi keefektifan analgesik

22
4. Ketidakseimbangan NOC: NIC:
nutrisi kurang dari a. Status nutrisi Manajemen Gangguan Makan
kebutuhan tubuh Indikator:
berhubugan dengan 1. Asupan gizi dalam 1) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengembangkan rencana
kurang asupan rentang normal perawatan dengan melibatkan klien dan orang-orang terdekatnya dengan
makanan 2. Asupan makanan tepat
terpenuhi 2) Rundingkan dengan tim dan klien untuk mengatur target pencapaian
3. Asupan cairan berat badan jika berat badan klien tidak berada dalam rentang normal
terpenuhi 3) Rundingkan dengan ahli gizi dalam menentukan asupan kalori harian
4. Energi cukup yang diperlukan
5. Berat/ tinggi badan 4) Dorong klien untuk mendiskusikan makanan yang disukai bersama ahli
dalam rentang normal gizi
6. Hidrasi tidak terganggu 5) Timbang berat badan klien
6) Monitor intake/asupan dan asupan cairan secara tepat
7) Monitor asupan kalori makanan harian
8) Batasi makanan sesuai dengan jadwal
9) Observasi klien selama dan setelah pemberian makan/makanan ringan
untuk meyakinkan bahwa asupan makanan yang cukup tercapai dan
dipertahankan
10) Beri dukungan misalnya terapi relaksasi
11) Batasi aktivitas fisik sesuai kebutuhan untuk meningkatkan berat badan
12) Monitor berat badan klien sesuai secara rutin
5. Ketidakefektifan NOC: Pengawasan kulit
perfusi jaringan a. Perfusi Jaringan
perifer berhubungan Perifer 1) Amati warna kulit, kehangatan (suhu), bengkak, getaran, tekstur kulit,
dengan suplai Indikator :
udem.
oksigen ke jaringan 1. Udem perifer tidak ada
inadekuat 2. Nekrosis 2) Pantau area yang tidak berwarna dan memar kulit serta membran

23
3. Gejala mati rasa tidak mukosa.
ada ditemukan
3) Pantau kelainan kekeringan dan kelembaban kulit.
4. Muka pucat tidak
ditemukan 4) Catat perubahan kulit atau membran mukosa.
5. Tidak terjadi
5) Periksa keketatan pakaian
kelemahan otot
6. Kerusakan kulit tidak 6) Pantau warna kulit.
ada
7) Pantau suhu kulit.
8) Instruksikan anggota keluarga / pemberi perawatan tentang tanda – tanda
dari kerusakan kulit.
6. Hambatan mobilitas NOC NIC
fisik berhubungan Indikator : Exercise Therapy: ambulation
dengan kerusakan 1. Klien meningkat dalam 1. Monitoring vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon pasien
integritas struktur aktivitas fisik saat latihan
tulang 2. Mengerti tujuan dari 2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan
peningkatan mobilitas kebutuhan
3. Memverbalisasikan 3. Kaji kemapuan pasien dalam mobilisasi
perasaan dalam 4. Latih pasien dalam pemenuhan kbeutuhan ADLs secara mandiri sesuai
meningkatkan kekuatan kemampuan pasien
dan kemampuan 5. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi
berpindah 6. Berikan alat bantu jika klien memerlukan
7. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
7. Kerusakan integritas NOC NIC
kulit berhubungan Tissue integrity : Skin and Pressure Management
dengan Mucous Membranes
imunodefisiensi 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaianyang longgar

24
Indikator : 2. Hindari kerutan pada tempat tidur
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
1) Integritas kulit yang 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien setiap dua jam sekali)
baik bisa dipertahankan 5. Monitor kulit akan danya kemerahan
( sensasi, elastic sitas, 6. Oleskan lotion atau minyak baby/baby oil pada daerah yang tertekan
temperature, hidrasi, 7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
pigmentasi ) 8. Monitor status nutrisi pasien
2) Tidak ada luka / lesi 9. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
pada kulit
3) Perfusi jaringan baik
4) Menunjukkan
pemahaman dalam
proses perbaikan kulit
dan mencegah
terjadinya cedera
berulang
5) Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami

8. Hipertermi NOC NIC


berhubungan dengan Perawatan Demam
peningkatan jumlah a. Vital sign 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya
leukosit Indikator: 2. Monitor warna kulit dan suhu

25
3. Monitor asupan dan keluaran, sadari kehilangan cairan yang tak
1. Suhu tubuh normal dirasakan
2. Denyut jantung normal 4. Beri obat dan cairan IV (misalnya antipiuretik, agen antibakteri dan
3. Irama jantung normal agen anti menggigil
4. Tekanan darah sistolik 5. Dorong konsumsi cairan
normal 6. Pantau komplikasi yang berhubungan dengan demam serta tanda dan
5. Tekanan darah diastolic gejala kondisi penyebab demam
normal 7. Pastikan tanda lain dari infeksi yang terpantau pada orang tua
6. Tekanan nadi normal
7. Kedalaman inspirasi
normal

26
BAB IV
PENUTUP

A Kesimpulan
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sumsum
tulang, yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis sel darah putih dengan
menyingkirkan jenis sel lain. Leukemia juga digambarkan berdasarkan jenis
sel yang berproliferasi. Sebagai contoh, leukemia limfoblastik akut,
merupakan leukemia yang paling sering di jumpai pada anak, menggambarkan
kanker dari turunan sel limfosit primitive. Leukemia granulostik adalah
leukemia eosinofil, neutrofil, atau basofil. Leukemia pada orang dewasa
biasanya limfositik kronis atau mielobastik akut. Angka kelangsungan hidup
jangka panjang untuk leukemia bergantung pada jenis sel yang terlibat, tetapi
berkisar sampai lebih dari 75% untuk leukemia limfositik akut pada masa
kanak-kanak, merupakan angka statistic yang luar biasa karena penyakit ini
hamper brsifat fatal. Obat yang dapat memicu terjadinya leukimia akut yaitu
agen pengalkilasi, epindophy ilotoxin.
Sebagai salah satu tenaga kesehatan, khususnya perawat yang sering
bersama dengan pasien tentunya harus mampu untuk melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan sel darah putih (leukemia). Oleh
karena itu sebagai seorang perawat harus mampu memberikan asuhan
keperawatan untuk mengembalikan kondisi pasien ke keadaan yang lebih
baik.

B Saran
Makalah ini adalah makalah yang membahas tentang asuhan keperawatan
pasien dengan Leukemia, sehingga diharapkan bermanfaat bagi pembaca
yang membutuhkan. Makalah ini belum memenuhi kesempurnaan, oleh
karena itu dibutuhkan perbaikan makalah ini agar lebih baik dan lengkap.
Setelah membaca makalah ini, pembaca dapat menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Leukemia.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Beda. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

27
Bulechek. G, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) (edisi 6).
Mosby : Lawa City

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik


Klinis. EGC : Jakarta.
Herdman. H.T & Kamitsuru. S. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi &
Klasifikasi 2015- 2017 Edisi 10. Jakarta : EGC.

Marilyn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler.2002.


Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Moorhead. S, Dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) (edisi 5).
Mosby: Lowa City.
Reeves, Charlene J et al. 2001.Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko
Setyono. Ed. I. Jakarta : Salemba Medika.
Sacher, Ronald A., Rochard A. McPherson. 2004. Tinjauan Klinis Hasil
pemeriksaan laboratorium. Jakarta. EGC.
Schwartz, M.Willam. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. 2002. Patofisiologi (Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wilkinson, Judith. M, Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
(Nanda, NIC,NOC). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

28

Anda mungkin juga menyukai