Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program imunisasi sangat penting bagi individu guna tercipta


kekebalan agar terhindar dari penyakit sehingga tercapai kekebalan
masyarakat (population immunity). Dalam Kemenkes No 12 tahun 2017
menyebutkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya di perlukan upaya untuk mencegah terjadinya suatu penyakit
melalui imunisasi MR. Didukung oleh Undang-Undang RI No 23 tahun
2002 tentang perlindungan anak menjelaskan bahwa anak adalah karunia
tuhan yang maha esa yang harus kita jaga karena dalam dirinya melekat
harkat, martabat dan hak sebagai manusia yang harus di junjung tinggi. Hal
ini didukung oleh undang-undang No 39 tahun 1999 tentang hak azazi
manusia yang mencantumkan hak-hak anak, pelaksaanaan kewajiban, dan
tanggung jawab orang tua, keluarga masyarakat, pemerintah, dan Negara
untuk memberikan perlindungan anak. Orang tua khususnya bertanggung
jawab untuk menjaga dan memelihara hak azazi anak tersebut terutama
dalam menjamin pertumbuhan dan perkembagan anak secara optimal
(Kemenkes RI, 2017).
Imunisasi merupakan tindakan yang dilakukan untuk memberikan
perlindungan terhadap suatu penyakit dengan memberikan antigen/antibodi
guna melindungi dan mencegah penyakit – penyakit menular yang sangat
berbahaya. Menurut WHO target Universal Child Immunization (UCI) dapat
mencapai minimal 80% dari jumlah bayi yang ada di suatu daerah. Di
Indonesia, program pencegahan penyakit atau imunisasi dilaksanakan pada
abad ke – 19 yang tepat dilaksanakan pada tahun 1956. Imunisasi
merupakan program kesehatan yang paling cost – effective atau hemat biaya
dan menjadi program prioritas oleh Departemen Kesehatan dalam

18
26

mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi akibat penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi dan menjadi komponen primer dari tingkat
pencegahan penyakit (Gusta, dkk, 2013).
Laporan UNICEF,2010 menyebutkan bahwa 27 juta anak balita dan
40 juta ibu hamil di seluruh dunia masih belum mendapatkan layanan
imunisasi rutin, sehingga menyebabkan lebih dari 2 juta kematian tiap
tahun. Angka ini mencangkup 1,4 juta anak balita yang terganggu jiwanya.
Berdasarkan data yang di peroleh, Indonesia merupakan salah satu dari
sepuluh negara yang termasuk angka tinggi pada kasus anak tidak di
imunisasi, yakni sekitar 1,3 juta anak ( ismet, 2013 ). Rata-rata angka
imunisasi di indonesia hanya 72% artinya, angka di beberapa daerah sangat
rendah. Pada sekitar 2400 anak di Indonesia meninggal setiap hari termasuk
yang meninggal karena sebab-sebab yang seharusnya dapat di cegah,
misalnya campak dan rubella. Ini merupakan tragedy yang mengejutkan dan
tidak seharusnya terjadi ( UNICEF, 2010).
Berdasarkan data surveilans dan cakupan imunisasi, maka imunisasi
campak rutin saja belum cukup untuk mencapai target eliminasi campak.
Sedangkan untuk akselerasi pengendalian rubella/CRS maka perlu di
lakukan kampanye imunisasi tambahan sebelum introduksi vaksin MR
kedalam imunisasi rutin. Untuk itu diperlukakan kampanye pemberian
imunisasi MR pada anak usia 9 bulan sampai dengan < 15 tahun.
Pemberian imuniasi MR pada usia 9 bulan sampai dengan <15 tahun dengan
cakupan tinggi (minimal 95%) dan merata diharapkan akan membentuk
imunitas kelompok (herd immunity), sehingga dapat mengurangi transmisi
virus ke usia yang lebih dewasa dan melindungi kelompok tersebut ketika
memasuki usia reproduksi (Gusta, dkk 2013).
Di Indonesia, rubella merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang memerlukakan upaya pencegahan efektif. Data surveilans
selama lima tahun terakhir menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada
kelompok usia <15 tahun. Selain itu, berdasarkan studi tentang estimilasi
beban penyakit CRS di Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan terdapat
19
26

2767 kasus CRS, 82/100.000 terjadi pada usia ibu 15-19 tahun dan menurun
menjadi 47/100.000 pada usia ibu 40-44 tahun. Sedangkan perhitungan
modelling di jawatimur diperkirakan 700 bayi dilahirkan dengan CRS setiap
tahunnya (Depkes RI, 2017).
Imunisasi diperkirakan dapat mencegah 2,5 juta kasus kematian anak
per tahun di seluruh dunia dapat dicegah dengan imunisasi. Penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi ( PD3I ). Seperti tuberculosis (TB),
penyakit pernafasan, campak dan rubella. Program imunisasi sangat penting
agar tercapai kekebalan masyarakat ( Probandari, dkk, 2013 ).
Campak merupakan penyakit yang sangat mudah menular yang
disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui batuk dan bersin. Gejala
penyakit campak adalah demam tinggi,bercak kemerahan pada kulit (rash)
disertai dengan batuk dan /atau konjugtivitas akan tetapi sangat berbahaya
apabila disertai dengan komplikasi pneumonia, diare, meningitis dan bahkan
dapat menyebabkan kematian. Penyakitnya ini sangat berpotensi menjadi
wabah apabila cakupan imunisasi rendah dan kekebalan kelompok /herd
immunity tidak terbentuk. Ketika seseorang terkena campak, besar
kemungkinan orang yang berinteraksi erat dengan penderita dapat tertular
jika mereka belum kebal terhadap campak. Seseorang dapat kebal jika telah
diimunisasi atau terinfeksi virus campak. Dengan pemberian imunisasi
campak dan berbagai upaya yang telah di lakukan, maka pada tahun 2014
kematian akibat campak menurun menjadi 115.000 per tahun, dengan
perikiraan 314 anak per hari atau 13 kematian setiap jamnya.
Rubella adalah penyakit akut dan ringan yang sering menginfeksi
anak dan dewasa muda yang rentan.Akan tetapi yang menjadi perhatian
dalam kesehatan masyarakat adalah efek teratogenik apabila rubella ini
menyerang pada wanita hamil pada trimester pertama.Infeksi rubella yang
terjadi sebelum konsepsi dan selama awal kehamilan dapat menyebabkan
abortus, kematian janin atau sindrom rubella congenital (Congenital Rubella
Syndrom/ CRS) Pada yang dilahirkan. Rubella termasuk dalam penyakit
ringan pada anak, tetapi dapat memberikan dampak buruk apabila terjadi
20
26

pada ibu hamil trimester pertama yaitu keguguran ataupun kecacatan pada
bayi sering di sebut Congential Rubella Syndrom (CRS) seperti kelainan
jantung dan mata, ketulian dan keterlambatan perkembangan ( Depkes RI,
2017).
Campak dan rubella merupakan penyakit infeksi menular melalui
saluran nafas yang disebabkan oleh virus campak dan rubella ( IDAI,2017).
Batuk dan bersin dapat menjadi jalur masuknya virus campak maupun
rubella (WHO,2017). Gejala campak muncul sekitar 10 hari setelah infeksi,
dan ruam coklat kemerahan muncul sekitar 14 hari setelah infeksi
(McGee,2013). Gejala penyakit campak diantaranya demam tinggi, bercak
kemerahan pada kulit ( rash) dapat di sertai batuk dan atau pilek maupun
konjungtivitas serta dapat mengakibatkan kematian apabila terdapat
komplikasi penyerta seperti pneumonia, diare, dan meningitis (Ditjen
P2P,2016).
Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai eliminasi campak dan
pengendalian rubella/ CRS pada tahun 2020. Vaksin MR (measles rubella)
memberikan manfaat seperti dapat melindungi anak dari kecacatan dan
kematian akibat komplikasi pneumonia,diare, kerusakan otak, ketulian,
kebutaan dan penyakit jantung bawaan (Ditjen P2P,2016).Penyakit campak
dan rubella dapat memberikan dampak buruk terhadapkesehatan anak di
Indonesia, sehingga pemerintah melaksanakan kampanye vaksinasi MR
(MMR VIS- Indonesia ,2012).
Imunisasi masal MR dilaksanakan diseluruh wilayah Indonesia (34)
provinsi dengan sasaran sekitar 66.859.112 anak. Pelaksaan imunisasi ini
dilaksanakan dalam 2 fase, fase 1(pertama) dilaksanakan pada bulan agustus
sampai semptember di seluruh pulau jawa dengan capaian 98%. Fase II
(kedua) pada bulan agustus sampai September 2018 untuk diluar pulau
jawa. Pelaksanaan MR di fase II ini banyak terdapat kendala mulai dari
berita-berita negative dari social media, surat kabar, dan makin diperjelas
dengan fatwa MUI tentang penundaan imunisasi MR di beberapa wilayah.

21
26

Ini berdampak pada pelaksanaan imunisasi MR yang hanya 60,47 % dari (


Fatwa MUI, 2018 ).
Pelaksanaan MR di riau saat ini juga mengalami kendala yang sama
seperti penolakan dari orang tua murit dan bahkan dari pihak sekolah pun
ada yang menolak untuk pelaksaan MR, dimana riau sendiri berada pada
peringkat kedua terendah setelah aceh di posisi yang paling rendah yang
hanya berkisar 18.87% realisasi dari target 1.955.700 anak yang ada di
provinsi riau pada tanggal 10 September 2018. Capaian untuk provinsi riau
yang paling tinggi adalah kabupaten kuansing dengan capaian 59,98 %,
sedangkan imunisasi di ibukota Provinsi Riau, yakni kota Pekanbaru hanya
berkisar 15,36% pada tanggal 10 September 2018. Rendahnya capaian
pelaksanaan MR disebabkan oleh beberapa factor antara lain, pengetahuan
orang tua yang masih kurang sehingga banyak orang tua yang menolak
untuk mengikuti program tersebut. Fatwa Mui No 33 tahun 2018 tentang
penggunaan imunisasi MR produk dari SSII ( Serum Iinstitute of India )
menjelaskan bahwa vaksin MR hukumnya HARAM karena dalam proses
produksinya menggunakan bahan yang berasal dari babi dan penggunaan
vaksin turunannya Haram. Hal inilah yang membuat para ibu tidak
mengijinkan anak nya untuk melakukan imunisasi MR.
Dalam upaya pencapaian target eliminasi measles dan rubella pada
tahun 2020, pemerintah Indonesia mengadakan kampanya imunisasi MR
sebagai imunisasi tambahan sebelum dimasukan kedalam imunisasi rutin.
Kampanye imunisasi MR dilaksanakan serentak di sekolah dan pos
pelayanan kesehatan dan ditujukan bagi anak usia 9 bulan sampai < 15
tahun dengan cakupan imunisasi 95%.
Dalam pelaksanaan kampanye imunisasi MR, masih ditemukan
kasus penolakan dari orang tua wali terhadap pemberian imunisasi MR.
Salah satu daerah dengan kasus penolakan yang tinggi adalah daerah
cakupan Pusksmas Garuda selama periode bulan Agustus. Penolakan
sebagian besar dari orang tua siswa TK Litle Star di daerah cakupan
Puskesmas Garuda, tercatat 77 orang tua wali siswa salah satu TK menolak
22
26

imunisasi MR. Jumlah ini merupakan yang tertinggi di daerah cakupan


Puskesmas Garuda. Hal ini sangat disayangkan mengingat kasus rubella di
kota Pekanbaru cukup tinggi selama kurun waktu Januari sampai Juli 2017
jumlah kasus rubella mencapai 976 kasus.
Ibu sebagai orang tua memiliki peran yang penting dalam
pencapaian imunisasi anak. Menurut teori Health Belief Model, persepsi
yang dimiliki seseorang dapat mempengaruhi perilaku kesehatannya. Begitu
juga dengan persepsi ibu terhadap imunisasi dapat berbeda-beda pada setiap
individunya dipengaruhi juga oleh perbedaan geografis. Hal ini yang
kemudian yang melatarbelakangi bagaimana hubungan persepsi orang tua
terhadap keikutsertaan program imuniasi MR di TK Litle Star Pekanbaru

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan suatu


masalah yaitu “Bagaimana Hubungan persepsi orang tua terhadap ke ikut
sertaan minat program imunisasi MR di sekolah TK Litle Star Kota
Pekanbaru ? “

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan persepsi


orang tua terhadap ke ikut sertaan minat program imunisasi MR di
sekolah TK Litle Star Kota Pekanbaru
2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran persepsi orang tua tentang Imunisasi


MR
b. Untuk mengetahui gambaran keikut sertaan orang tua terhadap
Pemberian Imunisasi MR.

23
26

c. Untuk mengetahui hubungan persepsi orang tua terhadap


keikutsertaan minat program imunisasi MR.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang
masalah psikologis terutama yang berhubungan dengan masalah
kesehatan keluarga dan dapat menerapkan ilmu yang telah di peroleh
dari pendidikan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan informasi
dalam menyusun kebijakan dan strategi program-program dalam
melaksanakan penelitian bagi STIKes Payung Negeri, terutama
berhubungan dengan keperawatan keluarga.
3. Bagi Profesi Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat berfungsi sebagai acuan
meningkatkan peran serta dalam memberikan pengetahuan serta
informasi terkait dalam ruang lingkup kesehatan keluarga
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini sebagai proses pembelajaran metodologi penelitian
dan riset keperawatan serta pengalaman yang berharga dalam
menerapkan pengetahuan tentang kesehatan keluarga.

24
26

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Persepsi

1. Definisi Persepsi

Persepsi adalah seluruh proses akal manusia yang sadar dalam


mengambarkan tentang lingkungan sekitar ( Konentjaraningrat, 2011 ).
Kemudian persepsi menurut (Sarwono, 2012) persepsi adalah kemampuan
untuk membeda-bedakan, megelompokan, memfokuskan suatu objek
yang ada di lingkungan sekitarnya.Persepsi adalah suatu proses yang di
mulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri
individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungan
melalui indera-indera yang di milikinya ( Jalaluddin rahmat dalam
pratama, dkk, 2014 )

2. Proses Terbentuknya Persepsi


Proses terbentuknya persepsi dengan masuknya sumber melalui
suara, penglihatan, rasa, aroma atau sentuhan manusia, diterima oleh
indera manusia ( sensory receptor ) sebagai bentuk sensation. Sejumlah
besar sensation yang diperoleh dari proses pertama diatas kemudian
diseleksi dan diterima. Fungsi penyaringan ini dijalankan oleh factor
seperti harapan individu, motivasi, dan sikat sensation yang diperoleh dari
hasil penyaringan pada tahap kedua itu merupakan infut bagi tahap ketiga,
tahap pengorganisasian sensation. Dari tahap ini akan diperoleh sensation
yang merupakan satu kesatuan yang lebih teratur dibandingkan dengan
sensation yang sebelumnya. Tahap keempat merupakan tahap
penginterprestasikan seperti pengalaman, proses belajar, dan kepribadian.

25
26

Apabila proses ini selesai dilalui, maka akan diproleh hasil akhir berupa
persepsi (Asrul, 2009).

3. Jenis-jenis persepsi

a. Persepsi visual, yaitu merupakan hasil dari apa yang kita lihat, baik
sebelum kita melihat atau masih membayangkan serta sesudah
melakukan pada objek yang disetuju.
b. Persepsi auditoria atau pendengaran, merupakan persepsi yang
didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga. Seseorang dapat
mempersepsikan sesuatu dari apa yang didengarnya.
c. Persepsi perabaan, merupakan persepsi yang didapatkan dari indera
perabaan yaitu kulit, seseorang dapat mempersepsikan sesuatu
dariapa yang disentuhnya atau akibat persentuhan sesuatu dengan
kulitnya.
d. Persepsi penciuman, merupakan persepsi yang didapatkan panca
indera penciuman yaitu hidung. Seseorang dapat mempersepsikan
sesuatu dari apa yang dicium.
e. Persepsi pengecapan, merupakan jenis persepsi yang didapatkan dari
indera pengecapan yaitu lidah (Asrul, 2009).

4. Hal-hal yang mempengaruhi persepsi

Seperti telah dipaparkan di depan bahwa dalam persepsi individu


mengorganisasikan dan menginterprestasikan stimulus yang diterimanya,
sehingga stimumulus tersebut mempunyai arti bagi individu yang
bersangkutan. Dengan demikian dapat dikmukakan bahwa stimulus
merupakan salah satu factor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat
dikemukakan adanya factor, yaitu:

26
26

a. Objek yang dipersepsikan


Objek menimbulkan stimulusyang mengenai alat indera atau
reseptor.Stimulus dapat datang dari luar individu yang
mempersepsikan, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang
bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja
sebagai reseptor.Namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar
individu.
b. Alat indera,syaraf, dan dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima
stimulus, disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat
untukmeneruskan stimukus yang diterima reseptor ke pusat susunan
syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.Sebagai alat untuk
mengadakan respon diperslukan syaraf motoris.
c. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan
adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu
persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.Perhatikan merupakan
pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang
ditunjukan kepada sesuatu atau ssekumpulan objek.(walgito, 2010)
d. Organisasi persepsi
Dalam organisme atau individu mengadakan persepsi timbul
suatu masalah apa yang dipersepsikan terlebih dahulu, apakah bagian
merupakan hal yang dipersepsikan lebih dahulu, baru kemudian
keseluruhanya, ataukah keseluruhan dipersepsikan lebih dahulu baru
kemudian bagian-bagianya. Hal ini berkaitan bagaimana seseorang
mengorganisasikan apa yang dipersepsikan. Kalau organisme dalam
mempersepsikan sesuatu bagiannya lebih dahulu dipersepsikan baru
kemudian keseluruhannya, ini berarti bagian merupakan hal yang
primer dan keseluruhan merupakan hal yang sekunder, sedangkan kalau
keseluruhan dahulu yang dipersepsikan baru kemudian bagian-

27
26

bagiannya, maka keseluruhan merupakan hal yang skunder ( Walgito,


2010).

5. Pengukuran persepsi
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik
oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variable peneliti (
Sugiono, 2009). Menurut Azwar (2010), pengukuran persepsi dapat
dilakukan dengan menggunakan skala likert, dengan kategori sebagai
berikut: pernyataan positif / pernyataan Negatif.
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju

B. Konsep Imunisasi MR

1. Definisi Imunisasi Umum

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi


dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh
membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Di Negara
Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan
ada juga yang hanya dianjurkan, imunisasi wajib di Indonesia
sebagaimana telah diwajibkan oleh WHO ditambah dengan hepatitis B.
Imunisasi yang hanya dianjurkan oleh pemerintah dapat digunakan untuk
mencegah suatu kejadian yang luar biasa atau penyakit endemik, atau
untuk kepentingan tertentu (berpergian) (Hidayat, 2009).

28
26

2. Definisi Imunisasi MR

Vaksin MR merupakan vaksin yang berisi virus campak dan


rubella hidup yang telah dilemahkan dan berbentuk serbuk kering
berwarna putih kekuningan. Campak merupakan penyakit yang sangat
mudah menular yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui batuk
dan bersin.Rubella adalah penyakit akut dan ringan yang sering
menginfeksi anak dan dewasa muda yang rentan.Akan tetapi yang
menjadi perhatian dalam kesehatan masyarakat adalah efek tertogenik
apabila rubella ini menyerang pada wanita hamil trimester pertama
(Depkes RI, 2017).

3. Fungsi Imunisasi MR
Imunisasi MR merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit campak ( meales ), dan rubella (Depkes RI,
2017).

4. Cara Pemberian Imunisasi MR


Imunisasi MR diberikan secara subkutan dengan dosis 0.5 ml
dilengan kiri bagian luar, melarutkan vaksin dengan menggunakan ADS
5ml. setelah iyu masukan pelarut secara perlahan kedalam botol, vaksin
yang sudah dilarutkan hanya boleh digunakan dalam waktu 6 jam
(Depkes RI, 2017).

5. Kontra Indikasi Imunisasi MR


Imunisasi MR tidak boleh diberikan jika mengalami kondisi
sebagai berikut :
a. Alergi terhadap antibiotic neomycin
b. Wanita yang sedang hamil atau bertujuan hamil.
c. Kelainan fungsi ginjal berat
d. Setelah tranfusi darah (Depkes RI, 2017)

29
26

6. Efek Samping Imunisasi MR


Reaksi terhadap vaksin MR jauh kurang berarti dibandingkan
dengan komplikasi infeksi rubella selama kehamilan.Reaksi paling umum
adalah merasa tidak sehat, demam tingkat rendah dan mungkin kulit
kemerahan enam minggu hingga sebelas hari sesudah imunisasi. Orang
yang sudah diimunisasi itu tidak menularkan penyakit kepada orang lain.
Reaksi berat terhadap vaksin, seperti pembengkakan otak, adalah sangat
jarang, mungkin terjadi pada perbandingan satu dari sejuta dosis, atau
lebih kecil.( Mulyani& Rinawti, 2013 )

7. Jadwal Imunisasi MR
Pada program imunisasi rutin, imunisasi MR diberikan pada
anak usia 9 bulan untuk imunisasi dasar, 18 bulan pada imunisasi
lanjutan, dan anak kelas 1 SD/MI/sederajat. Imunisasi MR dapat
diberikan secara bersamaan dengan imunisasi lainnya sepeti, DPT-HB-
Hib, TT, BCG ( Depkes RI, 2017).

8. Dosis Imunisasi MR
Imunisasi MR adalah vaksin hidup yang dilemahkan (live
attenuated) berupa serbuk kering dengan pelarut. Kemasan vaksin adalah
10 dosis per vial. Setiap dosis imunisasi MR mengandung: 1000 CCID50
virus campak dan 1000 CCID50 virus Rubella (Depkes RI, 2017).

C. Konsep Hubungan Persepsi Orang Tua Tentang Keikut Sertaan


Imunisasi MR.
Persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh proses penginderaa,
yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat
indera atau juga disebut proses sensoris. (Walgito, 2010).Persepsi merupakan
sebuah pemahaman individu dalam menentukan, meinlai, maupum
mengartikan sesuatu berdasar informasi yang diterima.Peran orang tua pada
kesehatan anak sangat sangat berpengaruh penting, terutama dalam masalah
30
26

imunisasi.Upaya pencegahan terjangkitnya penyakit terhadap anak tersebut


perlu disadari sejak dini. Hal tersebut disampaikan oleh dokter
spesialiskesehatan anak yang juga ketua satgas imunisasi (IDAI, 2018).
Jadi, persepsi orang tua tentang imunisasi MR saat ini dengan adanya
isu-isu tentang ketidak halalan dari media sosial maka para orang tua menolak
untuk mengimunisasikan anaknya. Dengan adanya isu-isu yang beredar maka
adanya kaitan persepsi orang tua tentang ke ikut sertaan program vaksin MR.

D. Penelitian terkait

1. Penelitian yang dilakukan oleh Merlinta (2017) yang berjudul


”hubungan pengetahuan ibu tentang vaksin MR terhadap minat keikut
sertaan vaksinasi MR di puskesmas kerta sura”. Metode Penelitian ini
menggunakan desain opservasi analitif dengan pendekatan kroseksional
teknik sampling yang digunakan adalah jenis cluster sampling. Sampel
penelitian ini adalah ibu dari anak usia ≤ 5 tahun di posyandu wilayah
puskesmas karta sura. Hasil uji statistic menggunakan f di ketahui bahwa
p value sebesar 0.016 ( p<0,05) nilai tersebut menunjukan bahwa
terdapat hubungan antara pengetahuan tentang vaksin MR dengan minat
ke ikut sertaan vaksinasi MR di wilayak puskesmas karta sura artinya
semakin tinggi pengetahuan ibu maka semakin tinggi minat keikut
sertaan vaksinasi MR.
2. Penelitian yang dilakukan oleh devy putri kussanti (2018) dengan judul
”Programkampanye humas puskesmas kecamatan palmerah dalam upaya
preventif bahaya campak dan rubella di masyarakat”. Metode penelitian
yang digunakan adalah analisa deskriptif,. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik primer dan skunder yang kemudian di olah, analisis,
dan dirumuskan menjadi rekomendasi, dan hasil penilitian tersebut
adalah program kampanye vaksin MR menggunakan media publikasi
yang informative dan efektif menetukan keberhasilan dari penyampaian
informasi secara terbuka dan pesan dari kegiatan kampanye dapat

31
26

diterima public dengan baik dan medapat respon dan persepsi positif dari
orang tua.
3. Penelitian yang dilakukan oleh karromna (2014) dengan judul “ persepsi
otang tua tentang imunisasi tambahan pada bayi di BPS Ny M Amd.keb
desa kalirejo kec. Sumber malang kab. Situbondo” metode penelitian
yang digunakan deskriptif dengan rancang bangun penelitian survey
variable. Teknik sampling yang digunakan adalah probability sampling
tipe simple random sampling, dan hasil penelitian menunjukan bahwa
rata-rata mempunyai persepsi negative tentang imunisasi tambahan pada
bayi sebanyak 21 responden (61,8%), hal ini dikarenakan pemahaman
masyarakat tentang imunisasi tambahan masih kurang dan ibu tidak
mengetahui efek samping dari imunisasi tambahan.
4. Penelitian yang dilakukan oleh dewi wulandari (2017) dengan judul “
pengetahuan dan persepsi ibu yang menolak pemberian imunisasi dasar
balita” penelitian yang digunakan desain kualitatif dengan pendekatan
fenomenology. Peneliti menggunakan teknik FGD (focuss group
discuassion)untuk memperoleh data dari partisipan, hal ini dikarenakan
banyak ibu yang menolak karena menurut mereka vaksin yang
diimunisasikan tersebut berasal dari sel-sel babi dan bahan kimia buatan.
Persepsi ibu-ibu tersebut tentang penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi dasar adalah juga berbahaya bagi balitanya. Namun menurut
mereka, cara pencegahannya tidak harus dengan imunisasi melainkan
dengan cara tradisional.

E. Kerangka Konsep
Tahap yang penting dalam satu penelitian adalah menyusun kerangka
konsep. Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas adar dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterikatan
antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti).
Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan
dengan teori (Nursalam, 2011).
32
26

Kerangka Konsep

Variable independen Variabel dependen

Hubungan persepsi orang tua : Keikut sertaan program vaksin


MR :
1. Persepsi positif (75%-100%)
2. Persepsi negatif (< 75%)  Ikut Serta
Ramdani, 2012  Tidak ikut Serta

raa

F. Hipotesis
Hipotesis berasal dari kata hupo dan thesis.Hupo artinya sementara
/ lemah kebenarannya dan thesis artinya pernyataan / teori.Dengan
demikian, hipotesis berarti pernyataan sementara yang perlu diuji
kebenarannya (Priyo & Sabri, 2013).

1. Hipotesis Alternatif (Ha) : Ada hubungan persepsi orang tua terhadap


keikutan sertaan program vaksin MR

2. Hipotesis Nol (H0) : Tidak ada hubungan persepsi orang tua terhadap
keikut sertaan program vaksin MR .

33
26

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan


desain penelitian korelasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional
dimana objek penelitian hanya diobservasi sekali dan pengukuran dilakukan
terhadap status karakter atau variable objek pada saat pemeriksaan dengan
cara pendekatan dan pengumpulan data sekaligus pada satu waktu (Dahlan,
2014). Pada penelitian ini peneliti menganalisis ”Hubungan Persepsi Orang
Tua terhadap Keikut sertaan Program Imunisasi MR di TK Litle Star
Pekanbaru”.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di TK Litle Star Pekanbaru. Sedangkan
waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan s/d Januari 2019.

Tabel 3.1
Rencana Jadwal Penelitian
Bulan
No UraianKegiatan
Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb
1 Persiapan penelitian
2 PraSurvei Penelitian
3 Penyusunan Proposal Penelitian

4 Pelaksanaan dan Pengumpulan data

5 Pengolahan dan Analisa Data


6 Penyusunan Laporan Penelitian
7 Presentasi / Seminar Akhir Penelitian

34
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah sekelompok orang atau penduduk yang menempati
wilayah tertentu. Dalam stastika kata populasi merujuk pada sekumpulan
individu dengan karakteristik khas yang menjadi perhatian dalam satu
penelitian atau pengamatan (Susila,suyatno, 2015). Populasi dalam penelitian
ini adalah 112 orang.

2. Sampel
Sampel adalah subset (bagian) populasi yang dipilih dengan cara
tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasi (Sastroasmoro,2008)
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian orang tua yang anaknya
bersekolah di TK Litle Star Pekanbaru. Teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik Probability Sampling
dengan teknik yang digunakan adalah Consecutive Sampling yaitu teknik
pengambilan sampel dimana semua populasi yang datang dan memenuhi
criteria dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah yang diperlukan
terpenuhi (Susila,Suyanto,2015)
Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus.
Rumus :
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑)2

Keterangan :

n : Besar Sampel

N : Jumlah Populasi

d : Tingkat Kepercayaan yang diinginkan (0,1)2

1
2

Berdasarkan perhitungan sampel yang didapatkan adalah sebagai


berikut :

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑)2

112
𝑛=
1 + 112(0,1)2

112
𝑛=
1 + 112(0.01)

112
𝑛=
1 + 1.12
112
𝑛=
2.12
𝑛 = 53 Responden

Jadi, jumlah sampel dalam penelitian yaitu 53 orang tua di TK Litle


Star Pekanbaru. Untuk menjamin tersedianya sampel penelitian digunakan
criteria sampel yaitu:
a. KriteriaInklusi
1) Orang Tua yang anaknya bersekolah di TK Litle Star
2) Bersedia MenjadiResponden
b. KriteriaEksklusi
1) Orangtua yang tidak mampu baca dant ulis
3

D. Instrument Penelitian
Instrument penelitian adalah suatu alat pengumpul data yang digunakan
untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2014).
Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan adalah Skala Likert
yang merupakan skala yang digunakan untuk mengukur persepsi, sikap atau
pendapat seseorang ataupun kelompok mengenai sebuah peristiwa ataupun
fenomena sosial. Dalam Skala Likert terdapat dua bentuk pertanyaan, yaitu
bentuk pertanyaan positif untuk mengukur skala positif, dan bentuk pertanyaan
negatif untuk mengukur skala negatif. Pertanyaan negatif diberi skor 4, 3, 2, dan
1; sedangkan untuk pertanyaan negatif diberi skor 1, 2, 3, dan 4.
Sebelum alat ukur ini digunakan dalam penelitian yang sesungguhnya,
maka dilakukan terlebih dahulu uji Validitas data yaitu suatu instrument
pengukuran dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrument
tersebut mengukur apa yang sebenarnya diukur. Uji validitas menunjukkan
sejauh mana suatu alat ukur benar-benar cocok atau sesuai sebagai alat ukur yang
diinginkan. Pengujian validitas dilakukan untuk menguji apakah jawaban dari
kuesioner dari responden benar-benar cocok untuk digunakan dalam penelituan
ini atau tidak. Penelitian valid adalah apabila terdapat kesamaan antara data yang
dikumpulkan dengan data yang terjadi pada objek yang diteliti instrument valid
berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) valid
berarti instrument dapat digunakan untuk mengukur apa yang harus diukur.
Adapun kriteria pengambilan keputusan uji validitas untuk setiap
pertanyaan adalah nilai r hitung harus berada diatas 0.3, hal ini dikarenakan jika
nilai r hitung lebih kecil dari 0.3, berarti item tersebut memiliki hubungan yang
lebih rendah dengan item-item pertanyaan lainnya daripada variabel-variabel
yang diteliti, sehingga item tersebut dinyatakan tidak valid
4

E. Variabel dan Defenisi Operasional


1. Variable
Variabel adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi
nilai dan merupakan operasionalisasi dari satu konsep agar dapat diteliti
secara empiri sata ditentukan tingkatannya setiadi (2007) dalam susila,
suyatno (2015).
Variabel bebas (variabel independent) dalam penelitian ini adalah
motivasi, sedangkan variable terkait (variable dependen )pada penelitian ini
adalah mengetahui persepsi orang tua.

2. Definisi Operasional
Definisi operasional menuru thidayat (2008) dalam susila,suyatno
(2015) adalah mendefinisikan variable secara operasional berdasarkan
criteria karakteristik yang diamati. Definisi operasional berdasarkan
parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara
pengukuran merupakan cara dimana variable dapat diukur dan ditentukan
karakteristiknya.
5

Tabel 3.2
Defenisi Operasional Variabel

Definisi Cara Alat


Variabel Hasil ukur
Operasional Ukur Ukur Skala
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Variabel Independen
Persepsi Pandangan dan Wawanca Skala Ordinal Hasil pengukuran
pemikiran ra dan Likert dinyatakan dengan skor 1-
sesorang terhadap Observasi Quesio 36 yang merupakan skor
imunisasi MR. nare total dari pengumpulan
sembilan komponen
pertanyaan. Semakin tinggi
skor total (X) maka
semakin baik persepsi
seseorang. Kesimpulannya
dengan batasan skor X >27
persepsi positif dengan
persentase 75-100%,
sedangkan jika skor X < 27
persepsi negatif dengan
persentase < 75%

Variabel Dependen
Keikutsertaa Pelaksanaan Lembar Absen Nominal 1. Ikut Sertadalam program
n imunisasi imunisasi MR Observasi si imunisasi MR
MR tercapai 100% orang
tua 2. Tidak Ikut Serta dalam
program imunisasi MR
6

F. Prosedur Pengumplan Data


Prosedur pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan
dalam tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Sebelum melakukan penelitian, tahapan persiapan yang dilakukan oleh
peneliti adalah sebagai berikut :
a. Peneliti mengurus izin riset pendahuluan dari program studi S1
Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru
b. Peneliti mengajukan surat pengajuan permohonan pengambilan data
awal ke Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru.
c. Peneliti melakukan studi dokumentasi dan wawancara pada pihak-pihak
yang terkait dengan penelitian untuk mempertajam masalah.
d. Peneliti melakukan studi pendahuluan di TK Litle Star Pekanbaru.
e. Peneliti melakukan studi kepustakaan mengenai hal-hal yang akan
diteliti sesuai dengan masalah yang ditemui
f. Menyusun proposal penelitian (melalui proses bimbingan)
g. Seminar proposal dan perbaikan proposal berdasarkan saran dan
masukan dari pembimbing dan penguji proposal.
2. Tahap Pra Pelaksanaan
Tahap Pra pelaksanaan izin penelitian adalah sebagai berikut :
a. Peneliti mengurus izin penelitian dari program studi S1 Keperawatan
STIKes Payung Negeri Pekanbaru
b. Peneliti memasukkan surat terkait rekomendasi atau izin penelitian ke
Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru.
c. Peneliti memasukkan permohonan izin uji validitas ke di TK Litle Star
Pekanbaru.
d. Setelah mendapatkan surat pengantar peneliti mengumpulan data uji
validitas.
7

e. Setelah dilakukan uji validitas dan setelah uji validitas selesai diolah dan
izin penelitian dari di TK Litle Star Pekanbaru untuk menemui
responden.
3. Pelaksanaan
a. Informed Consent pada Responden
Setelah peneliti sampai di TK Litle Star Pekanbaru, peneliti
memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan serta meminta
kesediaan responden dengan cara menanda tangani lembar persetujuan
(jumlah responden di setiap ruangan sesuai dengan jumlah yang didapati
saat perhitungan sampel).
b. Pengumpulan Data dari Responden
Setelah responden mendapatkan penjelasan maksud dan tujuan
penelitian serta menanda tangani informed consent, maka peneliti
memberikan kuesioner dan meminta responden menjawab dengan jujur
semua pernyataan yang ada pada kuesioner.
4. Tahap Akhir
Setelah penelitian selesai dilakukan maka selanjutnya peneliti
melakukan pengolahan data untuk penyusunan laporan dan penyajian hasil
penelitian. Tahapan pengolahan data penelitian adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan data (editing)
Kegiatan ini dilakukan untuk memeriksa ulang kelengkapan
kuesioner/datayang masuk.Editing meliputi kegiatan memastikan bahwa
setiap pernyataan dalam kuesioner terisi semua, jelas atau terbaca,
konsistensi jawaban, relevansi jawaban dengan pernyataannya yang
secara keseluruhan berkaitan dengan kemungkinan kesalahan.
b. Pengkodean data (coding)
Pengkodean data merupakan proses penyusunan secara sistematis
data mentah (data dalam kuesioner) kedalam bentuk yang mudah dibaca
oleh komputer.
8

c. Memasukkan data (data entry/processing)


Memproses data untuk dianalisis, pemrosesan data dilakukan
dengan caramemasukkan data dari masing-masing responden kedalam
program atausoftware di komputer.
d. Pembersihan data (cleaning)
Pembersihan data dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh
data yang sudah dimasukkan telah sesuai dengan yang
sebenarnya.Kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan
dilakukan untuk mengetahui kemungkinan kesalahan-kesalahan kode
maupun ketidaklengkapan data.

G. Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2007) pada saat melakukan penelitian, peneliti
mempertimbangkan beberapa etika penelitian antaranya :
1. Lembar Persetujuan Responden (informed Consent)
Merupakan cara persetujuan antar peneliti dengan responden dan
peneliti dengan memberikan lembaran persetujuan. Namun peneliti
menjelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuan penelitian yang akan
dilakukan.
2. Kejujuran (Veracity)
Kejujuran merupakan upaya untuk mencapaikan keberadaan informasi
yang diberikan dan tidak melakukan kebohongan.
3. Tanpa Nama (Anonimity)
Didalam surat pengantar penelitian dijelaskan bahwa nama subjek
tidak harus tercantum.
4. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan oleh peneliti dan
responden akan dijamin kerahasiaannya.
9

H. Analisa Data
Analisa data merupakan proses lanjutan dari pengolahan data untuk
melihat bagaimana menginterpretasikan data, kemudian menganalisis data
darihasil yang sudah ada pada tahap hasil pengolahan data.
1. Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variable penelitian (Notoatmodjo, 2012). Pada umumnya
dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase
dari tiap variabel. Misalnya distribusi frekuensi responden berdasarkan
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan sebagainya.
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2012). Analisa bivariat
dilakukan untuk menganalisa hubungan variable independen dengan variable
dependen yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS, yaitu uji Chi
– Square dengan batas kemaknaan (α = 10%).
UjiChi – Square adalah teknik analisis yang digunakan untuk
menentukan perbedaan frekuensi observasi (O) dengan frekuensi ekspektasi
atau frekuensi harapan (E) suatu kategori tertentu yang dihasilkan. Dalam
penerapannya, uji chi – square digunakan untuk menguji apakah ada
hubungan antara dua variable kategori kata untuk menguji apakah ada
perbedaan proporsi pada populasi. Jika perbedaan proporsi itu eksist dapat
kita katakan bahwan ada nya keterkaitan atau hubungan antara dua variable
kategorik tersebut (Pamungkas, 2016).
KEIKUTSERTAAN
IMUNISASI Std. P
VARIABEL TOTAL
Ikut Serta Tidak Ikut Deviation Value
N % N %
Persepsi
Positif a b a+b
Negatif c d c+d
Jumlah a+c b+d
10

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian dengan cara pemberian angket atau lembar


kuesioner kepada orang tua anak di TK Litle Star Pekanbaru pada bulan
Desember 2018. Dimana jumlah seluruh responden sebanyak 20 orang. Dari
hasil penelitian diperoleh data yang peneliti sajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi sebagai berikut:

1. Data Umum

Pada penelitian ini responden yang diamati yaitu berdasarkan umur,


tingkat pendidikan, dan pekerjaannya. Distribusi responden berdasarkan
umur, tingkat pendidikan, dan pekerjaan orang tua yang memiliki anak di TK
Litle Star Pekanbaru yang dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan,
dan Pekerjaan Orang Tua Yang MemilikiAnak
di TK Litle Star Pekanbaru
Tahun 2018

KATEGORI FREKUENSI PERSENTASE


(%)
Dewasa awal (21-40 49 92.5%
tahun)
Umur Dewasa pertengahan (40- 4 7.5%
60 tahun
Jumlah 53 100
Tinggi 38 71.7%
Pendidikan Rendah 15 28.3%
Jumlah 53 100
11

Bekerja 22 41.5%
Pekerjaan Tidak Bekerja 31 58.5%
Jumlah 53 100
Sumber : Data olahan SPSS 17.0

Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 53 responden terdapat responden
yang tergolong kedalam dewasa awal yaitu sebanyak 49 orang (92.5%),
sedangkan dewasa pertengahan yaitu sebanyak 4 orang (7.5%). Berdasarkan
tingkat pendidikannya dapat dilihat bahwa dari 53 responden mayoritas adalah
berpendidikan Tinggi (SMA keatas) sebanyak 38 orang (71.7%), dan minoritas
berpendidikan Rendah (SMP kebawah) sebanyak 15 orang (28.3%). Sedangkan
untuk pekerjaannya dapat dilihat bahwa dari 53 responden mayoritas tidak
bekerja (IRT) sebanyak 31 orang (58.5%), dan bekerja sebanyak 22 orang
(41.5%).

2. Data Khusus
a. Analisa Univariat
Analisa univariat digunakan untuk melihat gambaran masing-
masing variabel penelitian dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi
yaitu gambaran variable independen ( persepsi orang tua) dan variable
dependen (keikutsertaan program imunisasi MR)
12

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Persepsi Orang Tua Tentang Pemberian


Imunisasi MR Di TK Litle Star Pekanbaru
2018

KATEGORI FREKUENS PERSENTAS


I E (%)
Imunisasi MR 40 75.4%
Pemberian
Tidak Imunisasi MR 13 24.6%
Imunisasi MR
Jumlah 53 100
Positif 39 73.6%
Persepsi Negatif 14 26.4%
Jumlah 53 100
Sumber : Data olahan SPSS 17.0

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 53 responden mayoritas


orang tua memiliki persepsi yang positif terhadap pemberian imunisasi
MR yaitu sebanyak 39 orang (73.6%), dan orang tua yang memiliki
persepsi negatif yaitu berjumlah 14 orang (26.4%). Sedangkan untuk
keikutsertaan orang tua dalam program imunisasi MR dapat dilihat bahwa
dari 53 responden mayoritas orang tua mengikutsertakan anak dalam
pemberian imunisasi MR yaitu sebanyak 40 orang (75.4%), dan yang
tidak ikutserta dalam pemberian imunisasi MR yaitu sebanyak 13 orang
(24.6%).

b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan persepsi
orang tua dalam keikutsertaan program imunisasi MR pada anak. Hasil
analisis dengan menggunakan uji chi squere dapat dilihat pada tabel
berikut:
13

Tabel 4.3
Hubungan Persepsi Orang Tua Dalam Keikutsertaan Program
Imunisai MR DI TK Litle Star
Pekanbaru 2018

KEIKUTSERTAAN
IMUNISASI Std. P
VARIABEL TOTAL
Ikut Serta Tidak Ikut Deviation Value
N % N %
Persepsi
Positif 36 4 39
0.295 .000
Negatif 5 9 14
Jumlah 40 13 53
Sumber : Analisa Data Primer, 2017

Dari hasil pengujian Tabel 4.3 didapatkan hasil orang tua yang
mempunyai persepsi positif, ikutserta dalam program pemberian imunisasi
MR terhadap anak yaitu berjumlah 36 orang, sedangkan yang tidak ikutserta
hanya berjumlah 5 orang. Untuk orang tua yang memiliki persepsi negatif
berjumlah 14 orang diantaranya terdapat 5 orang yang mengikuti progam
imunisasi MR, dan 9 orang yang tidak mengikuti program imunisasi MR pada
anak. Hasil uji chi squere diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.000 < 0.05
yang artinya H0 ditolak dan kesimpulannya adalah terdapat hubungan
persepsi orang tua terhadap keikutsertaan program imunisasi MR di TK Litle
Star Pekanbaru
14

BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Bab ini akan membahas hasil penelitian berdasarkan teori-teori dan


penelitian terkait. Bab ini juga akan membahas pencapaian tujuan serta
keterbatasan penelitian yang bermanfaat untuk penelitian selanjutnya.

1. Data Umum

Persepsi adalah seluruh proses akal manusia yang sadar dalam


mengambarkan tentang lingkungan sekitar ( Konentjaraningrat, 2011 ).
Kemudian persepsi menurut (Sarwono, 2012) persepsi adalah kemampuan
untuk membeda-bedakan, megelompokan, memfokuskan suatu objek yang
ada di lingkungan sekitarnya. Persepsi adalah suatu proses yang di mulai dari
penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu
sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungan melalui indera-
indera yang di milikinya ( Jalaluddin rahmat dalam pratama, dkk, 2014 )
Persepsi biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya,
seperti umur, pendidikan serta pekerjaan seseorang. Berdasarkan hasil
penelitian didapatkan data bahwa dari 53 responden yang memiliki anak di
TK Litle Star Pekanbaru mayoritas umur responden yaitu tergolong kedalam
dewasa awal (21-40 tahun) sebanyak 49 orang (92.5%), dan dewasa
pertengahan (40-60 tahun) sebanyak 4 orang (7.5%). Semakin cukup umur,
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir.
Akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan
penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang (Wawan &
Dewi, 2010).
15

Hal ini dibuktikan responden yang tergolong kedalam dewasa awal


cukup tanggap menjawab pertanyaan melalui kuesioner yang diberikan, hal
ini dikarenakan responden yang cukup umurnya tidak canggung lagi
mengkomunikasikan suatu persoalan yang berkaitan dengan masalah
pemberian imunisasi MR pada anak. Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Isnayni (2016) menyatakan bahwa umur dapat mempengaruhi
orang tua memilih melengkapi imunisasi atau tidak. Perbedaan pengalaman
terhadap suatu masalah dalam hal ini tentang imunisasi lebih mempengaruhi
persepsi orang tua. Pengalaman terhadap masalah kesehatan/ penyakit dan
pengambilan keputusan dipengaruhi oleh umur individu (Noor 2008).
Berdasarkan pendidikan responden, didapat data bahwa dari 53
responden mayoritas berpendidikan tinggi sebanyak 38 orang (71.7%), dan
berpendidikan rendah sebanyak 15 orang (28.3%). Dalam penelitian ini
peneliti membuat kategori pendidikan menjadi dua yaitu tinggi dan rendah.
Hal ini sesuai dengan kategori pendidikan dalam Undang-Undang No. 20
tahun 2009. Sedangkan yang termasuk dalam kategori pendidikan tinggi
dimulai dari sekolah menengah atas (SMA). Sebagian besar responden dalam
penelitian ini masuk dalam kategori pendidikan tinggi. Tingginya pendidikan
seseorang akan memberikan pengaruh terhadap pengetahuan seseorang dalam
mempersepsikan suatu masalah. Sedangkan data responden berdasarkan
pekerjaannya didapatkan bahwa dari 53 responden mayoritas tidak bekerja
sebanyak 31 orang (58.5%), dan bekerja sebanyak 22 orang (41.5%). Seperti
yang dipaparkan oleh Wawan dan Dewi (2011), faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang dapat dilihat dari tingkat pendidikan,
pekerjaan, dan umur. Sedangkan menurut Adnani (2011), pendidikan adalah
segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik
individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan.
16

Dari paparan tersebut dapat dipahami bahwa melalui pendidikan


seseorang akan dipengaruhi untuk bisa melakukan serta memberikan
pendidikan pula kepada orang lain, terutama pendidikan orang tua dalam
pemberian imunisasi MR kepada anaknya.
Dari penjelasan diatas peneliti berasumsi bahwa umur, pendidikan,
serta pekerjaan dapat mempengaruh persepsi seseorang, terutama persepsi
orang tua dalam pemberian imunisasi MR di TK Litle Star Pekanbaru

2. Data Khusus
a. Hubungan Persepsi Orang Tua Dalam Keikutsertaan Program
Imunisai MR DI TK Litle Star Pekanbaru 2018
Persepsi orang tua tentang imunisasi dasar berdasarkan tabel 4.6
didapatkan hasil bahwa mayoritas orang tua yang menjadi responden
memiliki persepsi positif tentang imunisasi MR. Pada penelitian Luthy et al.
(2012) menyatakan bahwa persepsi salah satu faktor yang mempengaruhi
orang tua melakukan imunisasi. Hasil dari kuesioner yang di berikan,
responden dengan persepsi positif yang berjumlah 18 orang setuju bahwa
imunisasi dapat mencegah suatu penyakit infeksi. Imunisasi dirasa penting
untuk membentuk kekebalan tubuh pada anak, kandungan vaksin dalam
imunisasi juga dirasa aman untuk diberikan, serta orang tua juga telah
mendapat informasi yang baik dari petugas kesehatan baik dari kader
posyandu balita maupun petugas puskesmas setempat. Orang tua yang
menjadi responden juga merasakan manfaat dari imunisasi MR yaitu merasa
anaknya yang telah melengkapi imunisasi menjadi tidak mudah terkena
penyakit. Orang tua juga beranggapan meskipun tidak dalam lingkungan yang
beresiko terkena penyakit infeksi tetap harus melengkapi imunisasi dasar
untuk mencegah penyakit yang tidak diinginkan. Orang tua juga tidak setuju
bila imunisasi memiliki dampak pada kecacatan.
17

Hasil kuesioner orang tua yang memiliki persepsi negative yang


berjumlah 14 orang, setuju bahwa imunisasi MR yang diberikan dirasa dapat
menimbulkan penyakit lainnya seperti anak akan mengalami demam setelah
diberikan imunisasi MR. Orang tua juga merasa anak yang diimunisasi
dengan yang tidak diimunisasi tidak ada bedanya. Orang tua yang merasa
anaknya dalam keadaan sehat sehingga tidak perlu melakukan imunisasi.
Orang tua juga merasa lebih baik memberikan obat sewaktu anak sakit dari
pada mencegahnya dengan imunisasi . Informasi yang didapatkan dari orang
sekitar juga menimbulkan persepsi yang negatif tentang imunisasi. Pihak yang
lebih dominan memiliki pengaruh terhadap persepsi tentang imunisasi. Suami
yang dianggap menjadi pihak yang dominan memiliki persepsi negatif
sehingga melarang istrinya untuk memberikan imunisasi pada anaknya karena
tidak ingin terganggu saat anak terus menangis setelah diimunisasi. Sejalan
dengan penelitian Bazán et al. (2017) mengatakan pemberian imunisasi
dipengaruhi oleh pandangan dari orang sekitar terutama yang mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi.
Analisa statistik dalam penelitian ini menunjukan bahwa ada korelasi
yang kuat antara persepsi orang tua terhadap keikutsertaan program imunisasi
MR pada anak. Hasil dari uji statistik yang menggunakan chi square
menunjukan hasil nilai p = 0,000 < 0,05 yang artinya terdapat hubungan yang
signifikan antara persepsi orang tua terhadap keikutsertaan program imunisasi
MR pada anak. Seseorang akan selalu berinteraksi melalui rangsangan yang
diterima dari dirinya sendiri atau dari lingkungan sekitarnya. Proses interaksi
tersebut yang membuat seseorang memahami persepsi akan suatu hal yang
diyakini untuk membentuk atau menentukan perilaku yang akan dilakukan
(Sunaryo 2014). Sejalan dengan theory of planned behaviormenurut (Ajzen
2015) yang dimana menyatakan bahwa salah satu penunjang seseorang
melakukan suatu perilaku adalah dengan perceived behavior control atau
persepsi yang mengontrol tingkah laku. Persepsi disini merupakan salah satu
18

diantara tiga hal yang bisa memunculkan niat untuk melakukan suatu
perilaku. Hasil dari 53 orang tua didapatkan 13 yang tidak melengkapi
imunisasi anak dan 40 orang tua yang melengkapi imunisasi dasar pada
anaknya. Pada tabel 4.6 menunjukan bahwa dari 13 orang tua yang tidak
melengkapi imunisasi MR pada anaknya didapatkan 4 orang tua yang
memiliki persepsi positif. Alasan orang tua tidak mengimunisasi anaknya
dikarenakankan lupa atau tidak memiliki waktu untuk membawa anak ke
pelayanan kesehatan untuk di imunisasi MR. Sedangkan 9 diantaranya orang
tua memiliki persepsi yang negatif lebih banyak. Persepsi negatif dalam hal
ini adalah orang tua merasa imunisasi MR yang diberikan dapat menimbulkan
penyakit lainnya, orang tua juga merasa anak yang diimunisasi dengan yang
tidak diimunisasi tidak ada bedanya, orang tua yang merasa anaknya dalam
keadaan sehat sehingga tidak perlu melakukan imunisasi, orang tua juga
merasa lebih baik memberikan obat sewaktu anak sakit dari pada
mencegahnya dengan imunisasi.
Kebanyakan orang tua mengikuti saran dari orang sekitar seperti
tetangga. Salah informasi yang diterima mempengaruhi keputusan orang tua
untuk melengkapi imunisasi dasar pada anak sehingga menjadi salah satu
penghalang untuk memperoleh cakupan imunisasi yang lebih luas (Kubli et al.
2017). 14 dari 53 orang tua memiliki persepsi negatif dan sisanya memiliki
persepsi positif tentang imunisasi MR. Responden dengan persepsi yang
positif tetapi tidak melengkapi imunisasi MR pada anaknya kebanyakan
beralasan karena dilarang oleh suami sehingga lebih memilih untuk tidak
mengimunisasi anaknya. Peran ayah sangatlah berpengaruh pada keputusan
ibu untuk melengapi imunisasi pada anaknya (Setyowati et al. 2013). Petugas
puskesmas sudah memberikan informasi yang cukup baik bila dilihat dari
beberapa responden mengetahui manfaat dari imunisasi tetapi karena orang
sekitar kurang mendukung sehingga membuat responden tidak melengkapi
imunisasi pada anaknya. Seluruh orang tua yang ikutserta dalam pemberian
19

imunisasi MR pada anaknya memiliki persepsi yang positif tentang imunisasi


MR, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan persepsi orang tua
terhadap keikutsertaan program imunisasi MR pada anak di TK Litle Star
Pekanbaru.

B. Keterbatasan penelitian

Dalam melakukan penelitian ini terdapat keterbatasan-keterbatasan


penelitian, yaitu :
1. Instrumen penelitian menggunakan lembar kuesioner tanpa adanya observasi
langsung kepada responden yang diteliti, sehingga peneliti perlu melakukan
pengamatan dengan benar, teliti dan sabar untuk mendapatkan hasil yang
optimal.
2. Peneliti menyadari bahwa dalam melakukan penelitian ini beberapa
kekurangan dan hambatan. Hal ini dikarenakan keterbatasan peneliti dalam
melaksanakan penelitian. Misalnya pengetahuan yang dimiliki masih sedikit
dalam proses belajar mengajar dan pengetahuan dalam materinya
20

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 53 responden terdapat responden


yang tergolong kedalam dewasa awal yaitu sebanyak 49 orang (92.5%),
sedangkan dewasa pertengahan yaitu sebanyak 4 orang (7.5%).
Berdasarkan tingkat pendidikannya, dapat dilihat bahwa dari 53
responden mayoritas adalah berpendidikan Tinggi (SMA keatas)
sebanyak 38 orang (71.7%), dan minoritas berpendidikan Rendah (SMP
kebawah sebanyak 15 orang (28.3%). Sedangkan untuk tingkat
pendidikan dapat dilihat bahwa dari 53 responden mayoritas tidak bekerja
(IRT) sebanyak 31 orang (58.5%), dan bekerja (Swasta) sebanyak 22
orang (41.5%).
2. Persepsi orang tua terkait tentang imunisasi MR, dapat dilihat bahwa dari
53 responden mayoritas orang tua memiliki persepsi yang positif terhadap
pemberian imunisasi MR yaitu sebanyak 39 orang (73.6%), dan orang tua
yang memiliki persepsi negatif yaitu berjumlah 14 orang (26.4%).
Sedangkan keikutsertaan orang tua dalam pemberian imunisasi MR, dapat
dilihat bahwa dari 53 responden mayoritas orang tua mengikutsertakan
anak dalam pemberian imunisasi MR yaitu sebanyak 40 orang (75.4%),
dan yang tidak ikutserta dalam pemberian imunisasi MR yaitu sebanyak
13 orang (24.6%).
3. Dari hasil pengujian dengan menggunakan uji Chi Squere didapatkan
nilai signifikansi sebesar 0.000 < 0.05 yang artinya H0 ditolak dan
kesimpulannya adalah terdapat hubungan persepsi orang tua terhadap
keikutsertaan program imunisasi MR di TK Litle Star Pekanbaru.
21

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka saran yang dapat
diajukan oleh peneliti adalah :
1. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang masalah


psikologis terutama yang berhubungan dengan masalah kesehatan
keluarga dan dapat menerapkan ilmu yang telah di peroleh dari
pendidikan.
2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan informasi


dalam menyusun kebijakan dan strategi program-program dalam
melaksanakan penelitian bagi STIKes Payung Negeri, terutama
berhubungan dengan keperawatan keluarga.
3. Bagi Profesi Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat berfungsi sebagai acuan meningkatkan
peran serta dalam memberikan pengetahuan serta informasi terkait dalam
ruang lingkup kesehatan keluarga
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini sebagai proses pembelajaran metodologi penelitian dan
riset keperawatan serta pengalaman yang berharga dalam menerapkan
pengetahuan tentang kesehatan keluarga.

Anda mungkin juga menyukai