PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
18
26
mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi akibat penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi dan menjadi komponen primer dari tingkat
pencegahan penyakit (Gusta, dkk, 2013).
Laporan UNICEF,2010 menyebutkan bahwa 27 juta anak balita dan
40 juta ibu hamil di seluruh dunia masih belum mendapatkan layanan
imunisasi rutin, sehingga menyebabkan lebih dari 2 juta kematian tiap
tahun. Angka ini mencangkup 1,4 juta anak balita yang terganggu jiwanya.
Berdasarkan data yang di peroleh, Indonesia merupakan salah satu dari
sepuluh negara yang termasuk angka tinggi pada kasus anak tidak di
imunisasi, yakni sekitar 1,3 juta anak ( ismet, 2013 ). Rata-rata angka
imunisasi di indonesia hanya 72% artinya, angka di beberapa daerah sangat
rendah. Pada sekitar 2400 anak di Indonesia meninggal setiap hari termasuk
yang meninggal karena sebab-sebab yang seharusnya dapat di cegah,
misalnya campak dan rubella. Ini merupakan tragedy yang mengejutkan dan
tidak seharusnya terjadi ( UNICEF, 2010).
Berdasarkan data surveilans dan cakupan imunisasi, maka imunisasi
campak rutin saja belum cukup untuk mencapai target eliminasi campak.
Sedangkan untuk akselerasi pengendalian rubella/CRS maka perlu di
lakukan kampanye imunisasi tambahan sebelum introduksi vaksin MR
kedalam imunisasi rutin. Untuk itu diperlukakan kampanye pemberian
imunisasi MR pada anak usia 9 bulan sampai dengan < 15 tahun.
Pemberian imuniasi MR pada usia 9 bulan sampai dengan <15 tahun dengan
cakupan tinggi (minimal 95%) dan merata diharapkan akan membentuk
imunitas kelompok (herd immunity), sehingga dapat mengurangi transmisi
virus ke usia yang lebih dewasa dan melindungi kelompok tersebut ketika
memasuki usia reproduksi (Gusta, dkk 2013).
Di Indonesia, rubella merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang memerlukakan upaya pencegahan efektif. Data surveilans
selama lima tahun terakhir menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada
kelompok usia <15 tahun. Selain itu, berdasarkan studi tentang estimilasi
beban penyakit CRS di Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan terdapat
19
26
2767 kasus CRS, 82/100.000 terjadi pada usia ibu 15-19 tahun dan menurun
menjadi 47/100.000 pada usia ibu 40-44 tahun. Sedangkan perhitungan
modelling di jawatimur diperkirakan 700 bayi dilahirkan dengan CRS setiap
tahunnya (Depkes RI, 2017).
Imunisasi diperkirakan dapat mencegah 2,5 juta kasus kematian anak
per tahun di seluruh dunia dapat dicegah dengan imunisasi. Penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi ( PD3I ). Seperti tuberculosis (TB),
penyakit pernafasan, campak dan rubella. Program imunisasi sangat penting
agar tercapai kekebalan masyarakat ( Probandari, dkk, 2013 ).
Campak merupakan penyakit yang sangat mudah menular yang
disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui batuk dan bersin. Gejala
penyakit campak adalah demam tinggi,bercak kemerahan pada kulit (rash)
disertai dengan batuk dan /atau konjugtivitas akan tetapi sangat berbahaya
apabila disertai dengan komplikasi pneumonia, diare, meningitis dan bahkan
dapat menyebabkan kematian. Penyakitnya ini sangat berpotensi menjadi
wabah apabila cakupan imunisasi rendah dan kekebalan kelompok /herd
immunity tidak terbentuk. Ketika seseorang terkena campak, besar
kemungkinan orang yang berinteraksi erat dengan penderita dapat tertular
jika mereka belum kebal terhadap campak. Seseorang dapat kebal jika telah
diimunisasi atau terinfeksi virus campak. Dengan pemberian imunisasi
campak dan berbagai upaya yang telah di lakukan, maka pada tahun 2014
kematian akibat campak menurun menjadi 115.000 per tahun, dengan
perikiraan 314 anak per hari atau 13 kematian setiap jamnya.
Rubella adalah penyakit akut dan ringan yang sering menginfeksi
anak dan dewasa muda yang rentan.Akan tetapi yang menjadi perhatian
dalam kesehatan masyarakat adalah efek teratogenik apabila rubella ini
menyerang pada wanita hamil pada trimester pertama.Infeksi rubella yang
terjadi sebelum konsepsi dan selama awal kehamilan dapat menyebabkan
abortus, kematian janin atau sindrom rubella congenital (Congenital Rubella
Syndrom/ CRS) Pada yang dilahirkan. Rubella termasuk dalam penyakit
ringan pada anak, tetapi dapat memberikan dampak buruk apabila terjadi
20
26
pada ibu hamil trimester pertama yaitu keguguran ataupun kecacatan pada
bayi sering di sebut Congential Rubella Syndrom (CRS) seperti kelainan
jantung dan mata, ketulian dan keterlambatan perkembangan ( Depkes RI,
2017).
Campak dan rubella merupakan penyakit infeksi menular melalui
saluran nafas yang disebabkan oleh virus campak dan rubella ( IDAI,2017).
Batuk dan bersin dapat menjadi jalur masuknya virus campak maupun
rubella (WHO,2017). Gejala campak muncul sekitar 10 hari setelah infeksi,
dan ruam coklat kemerahan muncul sekitar 14 hari setelah infeksi
(McGee,2013). Gejala penyakit campak diantaranya demam tinggi, bercak
kemerahan pada kulit ( rash) dapat di sertai batuk dan atau pilek maupun
konjungtivitas serta dapat mengakibatkan kematian apabila terdapat
komplikasi penyerta seperti pneumonia, diare, dan meningitis (Ditjen
P2P,2016).
Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai eliminasi campak dan
pengendalian rubella/ CRS pada tahun 2020. Vaksin MR (measles rubella)
memberikan manfaat seperti dapat melindungi anak dari kecacatan dan
kematian akibat komplikasi pneumonia,diare, kerusakan otak, ketulian,
kebutaan dan penyakit jantung bawaan (Ditjen P2P,2016).Penyakit campak
dan rubella dapat memberikan dampak buruk terhadapkesehatan anak di
Indonesia, sehingga pemerintah melaksanakan kampanye vaksinasi MR
(MMR VIS- Indonesia ,2012).
Imunisasi masal MR dilaksanakan diseluruh wilayah Indonesia (34)
provinsi dengan sasaran sekitar 66.859.112 anak. Pelaksaan imunisasi ini
dilaksanakan dalam 2 fase, fase 1(pertama) dilaksanakan pada bulan agustus
sampai semptember di seluruh pulau jawa dengan capaian 98%. Fase II
(kedua) pada bulan agustus sampai September 2018 untuk diluar pulau
jawa. Pelaksanaan MR di fase II ini banyak terdapat kendala mulai dari
berita-berita negative dari social media, surat kabar, dan makin diperjelas
dengan fatwa MUI tentang penundaan imunisasi MR di beberapa wilayah.
21
26
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
23
26
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang
masalah psikologis terutama yang berhubungan dengan masalah
kesehatan keluarga dan dapat menerapkan ilmu yang telah di peroleh
dari pendidikan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan informasi
dalam menyusun kebijakan dan strategi program-program dalam
melaksanakan penelitian bagi STIKes Payung Negeri, terutama
berhubungan dengan keperawatan keluarga.
3. Bagi Profesi Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat berfungsi sebagai acuan
meningkatkan peran serta dalam memberikan pengetahuan serta
informasi terkait dalam ruang lingkup kesehatan keluarga
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini sebagai proses pembelajaran metodologi penelitian
dan riset keperawatan serta pengalaman yang berharga dalam
menerapkan pengetahuan tentang kesehatan keluarga.
24
26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Persepsi
1. Definisi Persepsi
25
26
Apabila proses ini selesai dilalui, maka akan diproleh hasil akhir berupa
persepsi (Asrul, 2009).
3. Jenis-jenis persepsi
a. Persepsi visual, yaitu merupakan hasil dari apa yang kita lihat, baik
sebelum kita melihat atau masih membayangkan serta sesudah
melakukan pada objek yang disetuju.
b. Persepsi auditoria atau pendengaran, merupakan persepsi yang
didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga. Seseorang dapat
mempersepsikan sesuatu dari apa yang didengarnya.
c. Persepsi perabaan, merupakan persepsi yang didapatkan dari indera
perabaan yaitu kulit, seseorang dapat mempersepsikan sesuatu
dariapa yang disentuhnya atau akibat persentuhan sesuatu dengan
kulitnya.
d. Persepsi penciuman, merupakan persepsi yang didapatkan panca
indera penciuman yaitu hidung. Seseorang dapat mempersepsikan
sesuatu dari apa yang dicium.
e. Persepsi pengecapan, merupakan jenis persepsi yang didapatkan dari
indera pengecapan yaitu lidah (Asrul, 2009).
26
26
27
26
5. Pengukuran persepsi
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik
oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variable peneliti (
Sugiono, 2009). Menurut Azwar (2010), pengukuran persepsi dapat
dilakukan dengan menggunakan skala likert, dengan kategori sebagai
berikut: pernyataan positif / pernyataan Negatif.
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju
B. Konsep Imunisasi MR
28
26
2. Definisi Imunisasi MR
3. Fungsi Imunisasi MR
Imunisasi MR merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit campak ( meales ), dan rubella (Depkes RI,
2017).
29
26
7. Jadwal Imunisasi MR
Pada program imunisasi rutin, imunisasi MR diberikan pada
anak usia 9 bulan untuk imunisasi dasar, 18 bulan pada imunisasi
lanjutan, dan anak kelas 1 SD/MI/sederajat. Imunisasi MR dapat
diberikan secara bersamaan dengan imunisasi lainnya sepeti, DPT-HB-
Hib, TT, BCG ( Depkes RI, 2017).
8. Dosis Imunisasi MR
Imunisasi MR adalah vaksin hidup yang dilemahkan (live
attenuated) berupa serbuk kering dengan pelarut. Kemasan vaksin adalah
10 dosis per vial. Setiap dosis imunisasi MR mengandung: 1000 CCID50
virus campak dan 1000 CCID50 virus Rubella (Depkes RI, 2017).
D. Penelitian terkait
31
26
diterima public dengan baik dan medapat respon dan persepsi positif dari
orang tua.
3. Penelitian yang dilakukan oleh karromna (2014) dengan judul “ persepsi
otang tua tentang imunisasi tambahan pada bayi di BPS Ny M Amd.keb
desa kalirejo kec. Sumber malang kab. Situbondo” metode penelitian
yang digunakan deskriptif dengan rancang bangun penelitian survey
variable. Teknik sampling yang digunakan adalah probability sampling
tipe simple random sampling, dan hasil penelitian menunjukan bahwa
rata-rata mempunyai persepsi negative tentang imunisasi tambahan pada
bayi sebanyak 21 responden (61,8%), hal ini dikarenakan pemahaman
masyarakat tentang imunisasi tambahan masih kurang dan ibu tidak
mengetahui efek samping dari imunisasi tambahan.
4. Penelitian yang dilakukan oleh dewi wulandari (2017) dengan judul “
pengetahuan dan persepsi ibu yang menolak pemberian imunisasi dasar
balita” penelitian yang digunakan desain kualitatif dengan pendekatan
fenomenology. Peneliti menggunakan teknik FGD (focuss group
discuassion)untuk memperoleh data dari partisipan, hal ini dikarenakan
banyak ibu yang menolak karena menurut mereka vaksin yang
diimunisasikan tersebut berasal dari sel-sel babi dan bahan kimia buatan.
Persepsi ibu-ibu tersebut tentang penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi dasar adalah juga berbahaya bagi balitanya. Namun menurut
mereka, cara pencegahannya tidak harus dengan imunisasi melainkan
dengan cara tradisional.
E. Kerangka Konsep
Tahap yang penting dalam satu penelitian adalah menyusun kerangka
konsep. Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas adar dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterikatan
antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti).
Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan
dengan teori (Nursalam, 2011).
32
26
Kerangka Konsep
raa
F. Hipotesis
Hipotesis berasal dari kata hupo dan thesis.Hupo artinya sementara
/ lemah kebenarannya dan thesis artinya pernyataan / teori.Dengan
demikian, hipotesis berarti pernyataan sementara yang perlu diuji
kebenarannya (Priyo & Sabri, 2013).
2. Hipotesis Nol (H0) : Tidak ada hubungan persepsi orang tua terhadap
keikut sertaan program vaksin MR .
33
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Tabel 3.1
Rencana Jadwal Penelitian
Bulan
No UraianKegiatan
Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb
1 Persiapan penelitian
2 PraSurvei Penelitian
3 Penyusunan Proposal Penelitian
34
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah sekelompok orang atau penduduk yang menempati
wilayah tertentu. Dalam stastika kata populasi merujuk pada sekumpulan
individu dengan karakteristik khas yang menjadi perhatian dalam satu
penelitian atau pengamatan (Susila,suyatno, 2015). Populasi dalam penelitian
ini adalah 112 orang.
2. Sampel
Sampel adalah subset (bagian) populasi yang dipilih dengan cara
tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasi (Sastroasmoro,2008)
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian orang tua yang anaknya
bersekolah di TK Litle Star Pekanbaru. Teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik Probability Sampling
dengan teknik yang digunakan adalah Consecutive Sampling yaitu teknik
pengambilan sampel dimana semua populasi yang datang dan memenuhi
criteria dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah yang diperlukan
terpenuhi (Susila,Suyanto,2015)
Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus.
Rumus :
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑)2
Keterangan :
n : Besar Sampel
N : Jumlah Populasi
1
2
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑)2
112
𝑛=
1 + 112(0,1)2
112
𝑛=
1 + 112(0.01)
112
𝑛=
1 + 1.12
112
𝑛=
2.12
𝑛 = 53 Responden
D. Instrument Penelitian
Instrument penelitian adalah suatu alat pengumpul data yang digunakan
untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2014).
Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan adalah Skala Likert
yang merupakan skala yang digunakan untuk mengukur persepsi, sikap atau
pendapat seseorang ataupun kelompok mengenai sebuah peristiwa ataupun
fenomena sosial. Dalam Skala Likert terdapat dua bentuk pertanyaan, yaitu
bentuk pertanyaan positif untuk mengukur skala positif, dan bentuk pertanyaan
negatif untuk mengukur skala negatif. Pertanyaan negatif diberi skor 4, 3, 2, dan
1; sedangkan untuk pertanyaan negatif diberi skor 1, 2, 3, dan 4.
Sebelum alat ukur ini digunakan dalam penelitian yang sesungguhnya,
maka dilakukan terlebih dahulu uji Validitas data yaitu suatu instrument
pengukuran dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrument
tersebut mengukur apa yang sebenarnya diukur. Uji validitas menunjukkan
sejauh mana suatu alat ukur benar-benar cocok atau sesuai sebagai alat ukur yang
diinginkan. Pengujian validitas dilakukan untuk menguji apakah jawaban dari
kuesioner dari responden benar-benar cocok untuk digunakan dalam penelituan
ini atau tidak. Penelitian valid adalah apabila terdapat kesamaan antara data yang
dikumpulkan dengan data yang terjadi pada objek yang diteliti instrument valid
berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) valid
berarti instrument dapat digunakan untuk mengukur apa yang harus diukur.
Adapun kriteria pengambilan keputusan uji validitas untuk setiap
pertanyaan adalah nilai r hitung harus berada diatas 0.3, hal ini dikarenakan jika
nilai r hitung lebih kecil dari 0.3, berarti item tersebut memiliki hubungan yang
lebih rendah dengan item-item pertanyaan lainnya daripada variabel-variabel
yang diteliti, sehingga item tersebut dinyatakan tidak valid
4
2. Definisi Operasional
Definisi operasional menuru thidayat (2008) dalam susila,suyatno
(2015) adalah mendefinisikan variable secara operasional berdasarkan
criteria karakteristik yang diamati. Definisi operasional berdasarkan
parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara
pengukuran merupakan cara dimana variable dapat diukur dan ditentukan
karakteristiknya.
5
Tabel 3.2
Defenisi Operasional Variabel
Variabel Dependen
Keikutsertaa Pelaksanaan Lembar Absen Nominal 1. Ikut Sertadalam program
n imunisasi imunisasi MR Observasi si imunisasi MR
MR tercapai 100% orang
tua 2. Tidak Ikut Serta dalam
program imunisasi MR
6
e. Setelah dilakukan uji validitas dan setelah uji validitas selesai diolah dan
izin penelitian dari di TK Litle Star Pekanbaru untuk menemui
responden.
3. Pelaksanaan
a. Informed Consent pada Responden
Setelah peneliti sampai di TK Litle Star Pekanbaru, peneliti
memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan serta meminta
kesediaan responden dengan cara menanda tangani lembar persetujuan
(jumlah responden di setiap ruangan sesuai dengan jumlah yang didapati
saat perhitungan sampel).
b. Pengumpulan Data dari Responden
Setelah responden mendapatkan penjelasan maksud dan tujuan
penelitian serta menanda tangani informed consent, maka peneliti
memberikan kuesioner dan meminta responden menjawab dengan jujur
semua pernyataan yang ada pada kuesioner.
4. Tahap Akhir
Setelah penelitian selesai dilakukan maka selanjutnya peneliti
melakukan pengolahan data untuk penyusunan laporan dan penyajian hasil
penelitian. Tahapan pengolahan data penelitian adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan data (editing)
Kegiatan ini dilakukan untuk memeriksa ulang kelengkapan
kuesioner/datayang masuk.Editing meliputi kegiatan memastikan bahwa
setiap pernyataan dalam kuesioner terisi semua, jelas atau terbaca,
konsistensi jawaban, relevansi jawaban dengan pernyataannya yang
secara keseluruhan berkaitan dengan kemungkinan kesalahan.
b. Pengkodean data (coding)
Pengkodean data merupakan proses penyusunan secara sistematis
data mentah (data dalam kuesioner) kedalam bentuk yang mudah dibaca
oleh komputer.
8
G. Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2007) pada saat melakukan penelitian, peneliti
mempertimbangkan beberapa etika penelitian antaranya :
1. Lembar Persetujuan Responden (informed Consent)
Merupakan cara persetujuan antar peneliti dengan responden dan
peneliti dengan memberikan lembaran persetujuan. Namun peneliti
menjelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuan penelitian yang akan
dilakukan.
2. Kejujuran (Veracity)
Kejujuran merupakan upaya untuk mencapaikan keberadaan informasi
yang diberikan dan tidak melakukan kebohongan.
3. Tanpa Nama (Anonimity)
Didalam surat pengantar penelitian dijelaskan bahwa nama subjek
tidak harus tercantum.
4. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan oleh peneliti dan
responden akan dijamin kerahasiaannya.
9
H. Analisa Data
Analisa data merupakan proses lanjutan dari pengolahan data untuk
melihat bagaimana menginterpretasikan data, kemudian menganalisis data
darihasil yang sudah ada pada tahap hasil pengolahan data.
1. Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variable penelitian (Notoatmodjo, 2012). Pada umumnya
dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase
dari tiap variabel. Misalnya distribusi frekuensi responden berdasarkan
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan sebagainya.
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2012). Analisa bivariat
dilakukan untuk menganalisa hubungan variable independen dengan variable
dependen yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS, yaitu uji Chi
– Square dengan batas kemaknaan (α = 10%).
UjiChi – Square adalah teknik analisis yang digunakan untuk
menentukan perbedaan frekuensi observasi (O) dengan frekuensi ekspektasi
atau frekuensi harapan (E) suatu kategori tertentu yang dihasilkan. Dalam
penerapannya, uji chi – square digunakan untuk menguji apakah ada
hubungan antara dua variable kategori kata untuk menguji apakah ada
perbedaan proporsi pada populasi. Jika perbedaan proporsi itu eksist dapat
kita katakan bahwan ada nya keterkaitan atau hubungan antara dua variable
kategorik tersebut (Pamungkas, 2016).
KEIKUTSERTAAN
IMUNISASI Std. P
VARIABEL TOTAL
Ikut Serta Tidak Ikut Deviation Value
N % N %
Persepsi
Positif a b a+b
Negatif c d c+d
Jumlah a+c b+d
10
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Data Umum
Bekerja 22 41.5%
Pekerjaan Tidak Bekerja 31 58.5%
Jumlah 53 100
Sumber : Data olahan SPSS 17.0
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 53 responden terdapat responden
yang tergolong kedalam dewasa awal yaitu sebanyak 49 orang (92.5%),
sedangkan dewasa pertengahan yaitu sebanyak 4 orang (7.5%). Berdasarkan
tingkat pendidikannya dapat dilihat bahwa dari 53 responden mayoritas adalah
berpendidikan Tinggi (SMA keatas) sebanyak 38 orang (71.7%), dan minoritas
berpendidikan Rendah (SMP kebawah) sebanyak 15 orang (28.3%). Sedangkan
untuk pekerjaannya dapat dilihat bahwa dari 53 responden mayoritas tidak
bekerja (IRT) sebanyak 31 orang (58.5%), dan bekerja sebanyak 22 orang
(41.5%).
2. Data Khusus
a. Analisa Univariat
Analisa univariat digunakan untuk melihat gambaran masing-
masing variabel penelitian dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi
yaitu gambaran variable independen ( persepsi orang tua) dan variable
dependen (keikutsertaan program imunisasi MR)
12
Tabel 4.2
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan persepsi
orang tua dalam keikutsertaan program imunisasi MR pada anak. Hasil
analisis dengan menggunakan uji chi squere dapat dilihat pada tabel
berikut:
13
Tabel 4.3
Hubungan Persepsi Orang Tua Dalam Keikutsertaan Program
Imunisai MR DI TK Litle Star
Pekanbaru 2018
KEIKUTSERTAAN
IMUNISASI Std. P
VARIABEL TOTAL
Ikut Serta Tidak Ikut Deviation Value
N % N %
Persepsi
Positif 36 4 39
0.295 .000
Negatif 5 9 14
Jumlah 40 13 53
Sumber : Analisa Data Primer, 2017
Dari hasil pengujian Tabel 4.3 didapatkan hasil orang tua yang
mempunyai persepsi positif, ikutserta dalam program pemberian imunisasi
MR terhadap anak yaitu berjumlah 36 orang, sedangkan yang tidak ikutserta
hanya berjumlah 5 orang. Untuk orang tua yang memiliki persepsi negatif
berjumlah 14 orang diantaranya terdapat 5 orang yang mengikuti progam
imunisasi MR, dan 9 orang yang tidak mengikuti program imunisasi MR pada
anak. Hasil uji chi squere diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.000 < 0.05
yang artinya H0 ditolak dan kesimpulannya adalah terdapat hubungan
persepsi orang tua terhadap keikutsertaan program imunisasi MR di TK Litle
Star Pekanbaru
14
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
1. Data Umum
2. Data Khusus
a. Hubungan Persepsi Orang Tua Dalam Keikutsertaan Program
Imunisai MR DI TK Litle Star Pekanbaru 2018
Persepsi orang tua tentang imunisasi dasar berdasarkan tabel 4.6
didapatkan hasil bahwa mayoritas orang tua yang menjadi responden
memiliki persepsi positif tentang imunisasi MR. Pada penelitian Luthy et al.
(2012) menyatakan bahwa persepsi salah satu faktor yang mempengaruhi
orang tua melakukan imunisasi. Hasil dari kuesioner yang di berikan,
responden dengan persepsi positif yang berjumlah 18 orang setuju bahwa
imunisasi dapat mencegah suatu penyakit infeksi. Imunisasi dirasa penting
untuk membentuk kekebalan tubuh pada anak, kandungan vaksin dalam
imunisasi juga dirasa aman untuk diberikan, serta orang tua juga telah
mendapat informasi yang baik dari petugas kesehatan baik dari kader
posyandu balita maupun petugas puskesmas setempat. Orang tua yang
menjadi responden juga merasakan manfaat dari imunisasi MR yaitu merasa
anaknya yang telah melengkapi imunisasi menjadi tidak mudah terkena
penyakit. Orang tua juga beranggapan meskipun tidak dalam lingkungan yang
beresiko terkena penyakit infeksi tetap harus melengkapi imunisasi dasar
untuk mencegah penyakit yang tidak diinginkan. Orang tua juga tidak setuju
bila imunisasi memiliki dampak pada kecacatan.
17
diantara tiga hal yang bisa memunculkan niat untuk melakukan suatu
perilaku. Hasil dari 53 orang tua didapatkan 13 yang tidak melengkapi
imunisasi anak dan 40 orang tua yang melengkapi imunisasi dasar pada
anaknya. Pada tabel 4.6 menunjukan bahwa dari 13 orang tua yang tidak
melengkapi imunisasi MR pada anaknya didapatkan 4 orang tua yang
memiliki persepsi positif. Alasan orang tua tidak mengimunisasi anaknya
dikarenakankan lupa atau tidak memiliki waktu untuk membawa anak ke
pelayanan kesehatan untuk di imunisasi MR. Sedangkan 9 diantaranya orang
tua memiliki persepsi yang negatif lebih banyak. Persepsi negatif dalam hal
ini adalah orang tua merasa imunisasi MR yang diberikan dapat menimbulkan
penyakit lainnya, orang tua juga merasa anak yang diimunisasi dengan yang
tidak diimunisasi tidak ada bedanya, orang tua yang merasa anaknya dalam
keadaan sehat sehingga tidak perlu melakukan imunisasi, orang tua juga
merasa lebih baik memberikan obat sewaktu anak sakit dari pada
mencegahnya dengan imunisasi.
Kebanyakan orang tua mengikuti saran dari orang sekitar seperti
tetangga. Salah informasi yang diterima mempengaruhi keputusan orang tua
untuk melengkapi imunisasi dasar pada anak sehingga menjadi salah satu
penghalang untuk memperoleh cakupan imunisasi yang lebih luas (Kubli et al.
2017). 14 dari 53 orang tua memiliki persepsi negatif dan sisanya memiliki
persepsi positif tentang imunisasi MR. Responden dengan persepsi yang
positif tetapi tidak melengkapi imunisasi MR pada anaknya kebanyakan
beralasan karena dilarang oleh suami sehingga lebih memilih untuk tidak
mengimunisasi anaknya. Peran ayah sangatlah berpengaruh pada keputusan
ibu untuk melengapi imunisasi pada anaknya (Setyowati et al. 2013). Petugas
puskesmas sudah memberikan informasi yang cukup baik bila dilihat dari
beberapa responden mengetahui manfaat dari imunisasi tetapi karena orang
sekitar kurang mendukung sehingga membuat responden tidak melengkapi
imunisasi pada anaknya. Seluruh orang tua yang ikutserta dalam pemberian
19
B. Keterbatasan penelitian
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka saran yang dapat
diajukan oleh peneliti adalah :
1. Bagi Peneliti