Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Amputasi diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian seperti

kaki, tangan, lutut, atau seluruh bagian ekstremitas (Wright, 2014). Amputasi dilakukan

ketika ekstremitas sudah tidak dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain atau

terdapatnya kondisi yang dapat membahayakan keselamatan tubuh atau merusak organ

tubuh yang lain sehingga menimbulkan komplikasi infeksi, perdarahan dan

pertumbuhan stump yang abnormal (McArdle et al, 2015; Payne & Pruent, 2015; Mei et

al, 2014; Daryadi, 2012; Mark et al, 2016).

Amputasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menyelamatkan

seluruh tubuh dengan mengorbankan bagian tubuh yang lain. Terdapat berbagai sebab

mengapa dilakukan amputasi. 70% amputasi dilakukan karena penyumbatan arteri yang

sebagian besar disebabkan oleh diabetes militus, 3% amputasi dilakukan karena adanya

trauma, 5% amputasi dilakukan karena adanya tumor dan 5% lainnya karena cacat

kongenital. Kehilangan ekstremitas atas memberikan masalah yang berbeda bagi pasien

dari pada kehilangan ekstemitas bawah karena ekstremitas atas mempunyai fungsi yang

sangat spesial . Amputansi dapat di anggap sebagai jenis pembedahan rekonstruksi

dratis dan di gunakan untuk menghilangkan gejala memperbaiki fungsi dan

menyelamatkan atau memperbaiki kualitas hidup pasien.

Bila tim perawat kesehatan mampu berkomunikai dengan gaya positif maka

pasien akan lebih mampu menyesuaikan diri terhadap amputasi dan berpatisipasi aktif

dalam rencana rehabilitas karena kehilangan ekstremitas memerlukan penyusuaian

besar. Persepsi pasien mengenai amputasi harus di pahami oleh tim perawat kesehatan.

1
2

Pasien harus menyesuaikan diri dengan adanya perubahan citra diri permanen, yang

harus di selaraskan sedemikian rupa sehingga tidak akan menimbulkan harga diri

rendah pada pasien akibat perubahan citra tubuh.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah untuk

seminar ini adalah bagaimana hasil tinjauan secara teoritis dan kasus terhadap klien

dengan post op amputasi ?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan post op amputasi di

ruangan teratai rumah sakit Pekanbaru Medical Center (PMC) Pekanbaru.


2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien Tn. F dengan post op amputasi di

ruangan teratai rumah sakit Pekanbaru Medical Center (PMC).


b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan sesuai permasalahan yang ada.
c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai prioritas masalah

keperawatan yang ada pada Tn. F dengan post op amputasi di ruangan teratai

rumah sakit Pekanbaru Medical Center (PMC).


d. Mampu melaksanakan rencana tindakan keperawatan yang telah disusun dan

dilaksanakan sesuai kebutuhan klien saat ini.


e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada klien.

D. Manfaat

1. Pelayanan kesehatan

Hasil makalah ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi rumah sakit

Pekanbaru Medical Center (PMC) , khususnya di ruangan teratai dalam menyusun

rencana keperawatan dengan pasien post op amputasi.


2. Keluarga
3

Bagi masyarakat, terutama keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan post op

amputasi, makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan keluarga mengenai

perawatan yang tepat pada anggota keluarga dengan post op amputasi.

3. Perkembangan ilmu keperawatan

Hasil makalah ini dapat digunakan sebagai informsi tambahan untuk mahasiswa

keperawatan mengenai cara perawatan klien dengan post op amputasi.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar

1. Definisi
Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan

“pancung”. Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh

sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang

dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada

ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain,

atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara

utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi

infeksi (Daryadi, 2012).


Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem

tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan

sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan masalah psikologis bagi

klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.
2. Klasifikasi

Berdasarkan pelaksanaan amputasi menurut (Brunner & Suddart, 2002),

dibedakan menjadi:

a. Amputasi Elektif/Terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat

penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan

sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir.


b. Amputasi Akibat Trauma

4
5

Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan.

Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta

memperbaiki kondisi umum klien.

c. Amputasi Darurat

Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya

merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma

dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.

Jenis amputasi secara umum menurut (Daryadi,2012) adalah :

a. Amputasi Terbuka

Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan

pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.

b. Amputasi Tertutup

Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana

dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih

5cm dibawah potongan otot dan tulang. Setelah dilakukan tindakan pemotongan,

maka kegiatan selanjutnya meliputi perawatan luka operasi/mencegah terjadinya

infeksi, menjaga kekuatan otot/mencegah kontraktur, mempertahankan intaks

jaringan, dan persiapan untuk penggunaan protese ( mungkin ). Berdasarkan pada

gambaran prosedur tindakan pada klien yang mengalami amputasi maka perawat

memberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai dengan kompetensinya.

Berdasarkan ekstremitas, amputasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu:

a. Amputasi ekstremitas bawah

Contohnya yaitu pada amputasi Atas Lutut (AL), Disartikulasi Lutut, amputasi

Bawah Lutut (BL), dan Syme.

b. Amputasi ekstremitas atas


6

Contohnya yaitu pada amputasi Atas Siku (AS) dan Bawah Siku (BS).

Berdasarkan sifat, amputasi terbagi menjadi :

a. Amputasi terbuka

Suatu amputasi yang dilakukan untuk infeksi berat, yang meliputi pemotongan

tulang dan jaringan otot pada tingkat yang sama. Pembuluh darah dikauterisasi

dan luka dibiarkan terbuka untuk mengalir.

b. Amputasi tertutup
Suatu amputasi yang dilakukan dengan cara menutup luka dengan flap kulit yang

dibuat memotong tulang kira-kira 2inchi lebih pendek daripada kulit dan otot.
3. Anatomi Fisiologi

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung

jawab terhadap pergerakan. Komponen utama system musculoskeletal adalah

jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot, tendon, ligament, bursae, dan

jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.

a. Tulang
1) Bagian-bagian utama tulang rangka
7

Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah

jaringan hidup yang akan suplai saraf dan darah. Tulang banyak mengandung

bahan kristalin anorganik (terutama garam-garam kalsium) yang membuat tulang

keras dan kaku, tetapi sepertiga dari bahan tersebut adalah jaringan fibrosa yang

membuatnya kuat dan elastis.

Klasifikasi tulang pada orang dewasa digolongkan pada dua kelompok yaitu

axial skeleton dan appendicular skeleton.

1. Axial Skeleton (80 tulang)


Tengkorak 22 buah tulang
Tulang cranial (8 tulang) Frontal 1

Parietal 2

Occipital 1

Temporal 2

Sphenoid 1

Ethmoid 1
Tulang fasial (13 tulang) Maksila 2

Palatine 2

Zygomatic 2

Lacrimal 2

Nasal 2

Vomer 1

Inferior nasal concha 2


Tulang mandibula (1 tlng) 1
Tulang telinga tengah Malleus 2 6 tulang

Incus 2
8

Stapes 2
Tulang hyoid 1 tulang
Columna vertebrae Cervical 7 26 tulang

Thorakal 12

Lumbal 5

Sacrum (penyatuan dari 5 tl) 1

Korkigis (penyatuan dr 3-5 tl) 1


Tulang rongga thorax Tulang iga 24 25 tulang

Sternum 1
2. Appendicular Skeleton (126 tulang)
Pectoral girdle Scapula 2 4 tulang

Clavicula 2
Ekstremitas atas Humerus 2 60 tulang

Radius 2

Ulna 2

Carpal 16

Metacarpal 10

Phalanx 28
Pelvic girdle Os coxa 2 (setiap os coxa 2 tulang

terdiri dari penggabungan 3

tulang)
Ekstremitas bawah Femur 2 60 tulang

Tibia 2

Fibula 2

Patella 2

Tarsal 14
9

Metatarsal 10

Phalanx 28
Total 206 tulang

Fungsi utama tulang-tulang rangka adalah:

a. Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk tubuh


b. Untuk memberikan suatu system pengungkit yang digerakan oleh kerja otot-

otot yang melekat pada tulang tersebut; sebagai suatu system pengungkit yang

digerakan oleh kerja otot-otot yang melekat padanya.

c. Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-elemen lain

d. Untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit dalam

sumsum merah tulang tertentu.

4. Etiologi

Lebih dari 60 % dari amputasi tungkai bawah non traumatik di Amerika

Serikat terjadi di antara orang-orang dengan diabetes melitus, dan meningkat

enam hingga sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan orang tanpa diabetes. Setelah

amputasi tungkai bawah pertama, hingga 50 % pasien memerlukan amputasi lain

dalam waktu 3-5 tahun, (Lipsky, Weigelt, Sun, 2011). Menurut Jumeno dan Adliss

(2010) amputasi dapat juga disebabkan oleh berbagai hal seperti penyakit, faktor

cacat bawaan lahir ataupun kecelakaan.

Menurut Wahid tahun 2013, amputasi dapat dilakukan pada kondisi sebagai

berikut:

a. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.

b. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.

c. Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.


10

d. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.

e. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.

Indikasi utama bedah amputasi bisa disebabkan oleh:

a. Iskemia, karena penyakit reskularisasi perifer, biasa nya pada orang tua seperti

pada penyakit artherosklerosis dan diabetes mellitus.


b. Trauma, amputasi bisa diakibatkan karena kecelakaan dan thermal injury

seperti terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease

dan kelaian kongenital.

5. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik yang dapat di temukan pada pasien dengan post operasi

amputasi antara lain:

a. Nyeri akut
b. Keterbatasan fisik
c. Pantom syndrome

Phantom limb sensations adalah perasaan klien yang merasakan bahwa kakinya

masih ada, bahkan penderita mengetahui bahwa kakinya tersebut tidak ada

(Myers, 2015).

d. Pasien mengeluhkan adanya perasaan tidak nyaman


e. Gangguan psikologi
6. Patofisiologi
AMPUTASI
(Tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas)

Trauma:
Iskemia:
 Kecelakaan
 Penyakit reskularisasi  Thermal injury: terbakar, infeksi,
perifer seperti DM dan tumor, kelainan kongenital dan
atheroskerosis gangguan metabolisme
11

Amputasi metode terbuka Amputasi metode tertutup

Dilakukan pada pasien dengan Dilakukan dengan kulit tepi


infeksi yang berat, pemotongan ditarik atau dibuat skalf untuk
pada tulang dan otot pada tingkat menutupi luka, pada atas ujung
yang sama, bentuknya terbuka dan tulang dan dijahit pada daerah
dipasang drainase agar luka bersih yang diamputasi
dan dapat ditutup setelah tidak Post op Amputasi
terinfeksi

Terputusnya kontinuitas Luka post op Hilangnya bagian tubuh


jaringan atau ekstremitas
Invasi bakteri
MK: Gangguan rasa
nyaman (nyeri) Keterbatasan fisik
MK: Resti infeksi
MK: Gangguan MK: Gangguan
Pendarahan citra tubuh mobilitas fisik
Kehilangan
volume cairan
MK: Syock
hipovolemik
7. Komplikasi

Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi, dan kerusakan kulit.

Karena ada pembuluh darah besar yang dipotong, dapat terjadi perdarahan masif.

Infeksi merupakan infeksi pada semua pembedahan, dengan peredaran darah

buruk atau kontaminasi luka setelah amputasi traumatika, risiko infeksi

meningkat. Penyembuhan luka yang buruk dan iritasi akibat prostesis dapat

menyebabkan kerusakan kulit (Smeltzer, 2008).

Hemorage masif akibat lepasnya jahitan merupakan masalah yang paling

membahayakan. Klien harus dipantau secara cermat mengenai setiap tanda dan

gejala perdarahan. Tanda vital klien harus dipantau, dan drainase berpengisap

harus diobservasi sesering mungkin. Perdarahan segera setelah pasca operasi


12

dapat terjadi perlahan atau dalam bentuk hemorage masif akibat lepasnya jahitan.

Torniket besar harus tersedia dengan mudah disisi pasien sehingga bila sewaktu-

waktu terjadi perdarahan hebat, dapat segera dipasang pada sisa tungkai untuk

mengontrol perdarahan. Ahli bedah harus diberi tahu dengan segera bila ada

hemorage berlebihan (Smeltzer, 2010).

8. Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Daryadi,2012), pemeriksaan diagnostik pada klien Amputasi meliputi :

a. Foto rongent Untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang


b. CT san Mengidentifikasi lesi neoplestik, osteomfelitis, pembentukan hematoma
c. Angiografi dan pemeriksaan aliran darah mengevaluasi perubahan

sirkulasi / perfusi jaringan dan membantu memperkirakan potensial

penyembuhan jaringan setelah amputansi


d. Kultur luka mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab
e. Biopsy mengkonfirmasi diagnosa benigna / maligna
f. Led peninggian mengidentifikasi respon inflamasi
g. Hitung darah lengkap / deferensial peninggian dan perpindahan ke kiri di duga

proses infeksi

9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan dalam penangan pasien dengan

amputasi yaitu:

a. Tingkatan amputasi

Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat mencapai

penyembuhan dengan baik. Tempat amputasi ditentukan berdasarkan dua

faktor : peredaran darah pada bagian itu dan kegunaan fungsional misalnya

(sesuai kebutuhan protesis), status peredaran darah eksterimtas dievaluasi

melalui pemerikasaan fisik dan uji tertentu. Perfusi otot dan kulit sangat

penting untuk penyembuhan. Floemetri dopler penentuhan tekanan darah

segmental dan tekanan persial oksigen perkutan (pa02). Merupakan uji yang
13

sangat berguna angiografi dilakukan bila refaskulrisasi kemungkinan dapat

dilakukan.

Tujuan pembedahan adalah memepertahankan sebanyak mungkin tujuan

ekstrmitas konsisten dengan pembasmian proses penyakit. Mempertahankan

lutut dan siku adalah pilihan yang diinginkan. Hampir pada semua tingkat

amputasi dapat dipasangi prostesis. Kebutuhan energi dan kebutuhan

kardovaskuler yang ditimbulkan akan menigktkan dan mengunaka kursi roda

ke prostesis maka pemantauan kardivaskuler dan nutrisi yang kuat sangat

penting sehingga batas fisiologis dan kebutuhan dapat seimbang.

b. Penatalaksanaan sisa tungkai

Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka amputasi

menghasilkan sisa tungkai puntung yang tidak nyeri tekan dan kuli yang sehat

untuk pengunaan prostesis, lansia mungkin mengalami keterlambatan

penyembuhan luka karena nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan lainnya.

Setelah dilakukan tindakan amputasi, maka kegiatan selanjutnya meliputi

perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot /

mencegah kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk

penggunaan protese (mungkin). Berdasarkan pada gambaran prosedur

tindakan pada klien yang mengalami amputasi maka perawat memberikan

asuhan keperawatan pada klien sesuai dengan kompetensinya.

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
14

a. Identitas Diri Klien

Meliputi tanggal pengkajian, ruangan, nama (inisial), nomor MR, umur,

pekerjaan, agama, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk RS, alasan masuk

RS, cara masuk RS, penanggung jawab.

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama

Biasanya pada klien dengan amputasi keluhan utamanya yaitu klien

mengatakan nyeri pada luka, mengalami gangguan pada sirkulasi dan

neurosensori, serta memiliki keterbatasan dalam beraktivitas.

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Kita kaji kapan timbul masalah, riwayat trauma, penyebab, gejala (tiba-

tiba/perlahan), lokasi, obat yang diminum, dan cara penanggulangan

3) Riwayat Kesehatan Dahulu

Kaji apakah ada kelainan muskuloskeletal (jatuh, infeksi, trauma dan

fraktur), kaji apakah ada riwayat penyakit Diabetes Mellitus, penyakit

jantung, penyakit gagal ginjal dan penyakit paru.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit yang

sama, kaji apakah ada anggota keluarga yang merokok ataupun

menggunakan obat-obatan.

c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum Klien
Tingkat kesadaran : Biasanya Composmentis
Berat badan : Biasanya normal
Tinggi badan : Biasanya normal
2) Tanda-Tanda Vital
TD : Biasanya normal (120/80mmHg)
15

Nadi : Biasanya normal


RR : Biasanya normal (18-24 x/i)
Suhu : Biasanya normal (36-37 °C)
3) Pemeriksaan Head to Toe
Kepala
Inspeksi : Bentuk, karakteristik rambut serta kebersihan kepala
Palpasi : Adanya massa, benjolan ataupun lesi
Mata
Inspeksi : Sklera, conjungtiva, iris, kornea serta reflek pupil dan

tanda-tanda iritasi
Telinga
Inspeksi : Daun telinga, liang telinga, membran tympani, adanya

serumen serta pendarahan


Hidung
Inspeksi : Lihat kesimetrisan, membran mukosa, tes penciuman serta

alergi terhadap sesuatu


Mulut
Inspeksi : Kebersihan mulut, mukosa mulut, lidah, gigi dan tonsil
Leher
Inspeksi : Kesimetrisan leher, pembesaran kelenjar tyroid dan JVP
Palpasi : Arteri carotis, vena jugularis, kelenjar tyroid, adanya massa

atau benjolan
Thorax / Paru
Inspeksi : Bentuk thorax, pola nafas dan otot bantu nafas
Palpasi : Vocal remitus
Perkusi : Batas paru kanan dan kiri
Auskutasi : Suara nafas
Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis
Palpasi : Ictus cordis
Perkusi : Batas jantung kanan dan kiri
Auskultasi : Batas jantung I dan II
Abdomen
Inspeksi : Asites atau tidak
Palpasi : Adanya massa atau nyeri tekan
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus
Kulit
Inspeksi : Warna kulit, turgor kulit, adanya jaringan parut atau lesi dan

CRT.
Ekstremitas
Kaji nyeri, kekuatan dan tonus otot
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontunuitas jaringan
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan fisik
16

c. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh / ekstremitas


d. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post amputasi
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


1. Nyeri akut

 Pain level
Pain Management
 Pain control comfort
 Lakukan pengkajian
level
nyeri secara
Kriteria Hasil :
komprehensif
 Mampu mengontrol
 Observasi reaksi
nyeri
nonverbal dari
 Mampu mengenali
ketidaknyamanan
nyeri
 Gunakan teknik
 Mampu menggunakan
komunikasi
teknik non farmakologi
teraupetik
untuk mengurangi nyeri
 Evaluasi pengalaman
 Melaporkan bahwa
nyeri masa lampau
nyeri berkurang dengan
 Ajarkan teknik
menggunakan
relaksasi
manajemen nyeri  Kolaborasi dengan
 Menyatakan rasa
dokter dalam
nyaman setelah nyeri
pemberian therapy
berkurang
17

2 Hambatan
mobilitas fisik  Self care : ADLs
 Mobility level
Kriteria Hasil :
Exchercise Therapy :
 Klien meningkat dalam
Ambulation
aktivitas fisik
 Pantau TTV sebelum
 Mengierti tujuan dari
dan sesudah latihan
peningkatan mobilitas
 Ajarkan pasien
 Bantu untuk mobilisasi
tentang teknik
(walker)
ambulasi
 Latih pasien dalam
memenuhi
kebutuhan ADL
ssecara mandiri

Nutrion Management
 Kaji secara verbal
dan non verbal
respon klien
terhadap tubuhnya
 Body image
 Jelaskan tentang
 Self esteem
Gangguan citra pengobatan,
Kriteria Hasil :
perawatan, kemajuan
tubuh  Body image positif
 Mampu dan prognosis
3.
mengidentifikasi penyakit
 Dorong klien
kekuatan personal
 Tidak terjadi mengungkapkan
pengurangan berat perasaannya
badan yang berarti
18

Anda mungkin juga menyukai