Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

Pada tanggal 5 Oktober 2016, seorang klien yang bernama Riyan ingin melakukan
pemeriksaan klinis terhadap anjing peliharannya yang bernama Pocky. Anjing Pocky berusia
sekitar 1 tahun. Anjing ini berjenis kelamin betina. Sinyalmen atau ciri-ciri seekor hewan
merupakan ciri pembeda yang membedakannya dari hewan lain sebangsa dan sewarna meski
ada kemiripan satu sama lainnya (twin) (Widodo, 2011). Sinyalmen yang diperoleh yaitu
anjing ras Shitzu, berumur 1 tahun, memiliki warna putih abu-abu dan prognatia.

Anamnesis atau sejarah hewan adalah berita atau keterangan, lebih tepatnya keluhan
dari pemilik hewan mengenai keadaan hewannya ketika dibawa datang berkonsultasi untuk
pertama kalinya, namun dapat pula berupa keterangan tentang sejarah perjalanan penyakit
hewannya jika pemilik telah sering datang berkonsultasi (Widodo, 2011).Setelah berdiskusi
dengan klien, didapat anamnesa sebagai berikut : defekasinya normal, urinasi normal, sudah
di grooming sebelum dilakukan pemeriksaan, telah divaksin, dan telah diberi obat cacing.

Kemudian akan dilakukan pemeriksaan fisik, kondisi umum, kulit dan rambut,
membran mukosa, kelenjar limfa, muskuloskeletal, sistem sirkulasi, sistem respiasi, sistem
digesti, sistem urogenital, sistem syaraf, mata dan telinga, kemudian akan dilakukan
diagnosis serta penentuan prognosis. Tata cara pemeriksaan fisik hewan dapat dilakukan
dengan catur indera pemeriksa, yakni dengan penglihatan, perabaan, pendengaran, serta
penciuman (pembauan) antara lain dengan cara inspeksi, palpasi atau perabaan, perkusi atau
mengetuk, auskultasi atau mendengar, mencium atau membaui, mengukur dan menghitung,
pungsi pembuktian, tes alergi, pemeriksaaan laboratorium klinik serta pemeriksaan dengan
alat dignostik lain (Widodo, 2011).

PEMERIKSAAN FISIK

Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik yang meliputi temperatur, frekuensi pulsus,


frekuensi nafas, dan berat badan. Pemeriksaan temperatur pada anjing menggunakan
termometer yang diletakkan pada rectum, diperoleh data berupa suhu tubuh Pocky normal
yaitu 37,6°C. Menurut (Primarizky, 2012), temperatur rectum normal pada anjing berkisar
antara 37,5-39°C.

Pulsus diperiksa pada bagian arteri femoralis yaitu sebelah medial femur. Hasil
pemeriksaan frekuensi pulsus anjing Pocky adalah 88 kali/menit. Hal ini berarti frekuensi
pulsus Pocky dalam batas normal. Menurut (Primarizky, 2012), frekuensi pulsus normal
anjing kecil antara 80-120 kali/menit, sedangkan pulsus anjing besar sekitar 60-80 kali/menit.
Pada saat pemeriksaan, anjing Pocky tidak mengalami stress dan dalam keadaan tenang.

Frekuensi nafas diperiksa dengan cara menghitung frekuensi dan memperhatikan


kualitasnya dengan cara melihat kembang-kempisnya daerah thoraco-abdominal dan
menempelkan telapak tangan di depan cuping bagian hidung. Hasil pemeriksaan frekuensi
nafas anjing Pocky adalah 60 kali/menit. Hal ini berarti frekuensi nafas Pocky berada di atas
batas normal. Menurut (Primarizky, 2012), frekuensi nafas normal anjing muda antara 20-25
kali/menit, sedangkan pada anjing dewasa sekitar 14-16 kali/menit. Peningkatan frekuensi
nafas salah satunya dapat disebabkan karena anjing dalam keadaan stress dan dehidrasi,
sehingga meningkatkan frekuensi nafas setiap menitnya.

1. KONDISI UMUM

Dilakukan pemeriksaan kondisi umum yang meliputi pengukuran berat badan dan
melihat dari cara berjalannya. Setelah dilakukan penimbangan, diperoleh hasil berat bedan
sebesar 4,6 kg. Menurut (Ettinger, 2010), BCS (Body Condition Scoring) merupakan teknik
semikuantitatif untuk mengetahui tingkat kegemukan pada hewan. Sebagaimana sapi atau
hewan besar, BCS juga bisa dilakukan untuk anjing atau kucing. BCS adalah teknik yang
sangat mudah dilakukan dengan melihat keseluruhan bagian tubuh hewan. Setelah dilakukan
penimbangan, diketahui anjing Pocky berada dalam Body Scoring grade 3.
Menurut (Ettinger, 2010), Grade 1 adalah gambaran hewan kesayangan yang sangat
kurus. Tulang-tulang tubuh sangat jelas kelihatan, biasanya mempunyai berat badan 20%
dibawah berat ideal. Grade 2 adalah gambaran hewan kesayangan yang kurus. Tulang-tulang
masih kelihatan jelas, namun bilamana diraba masih terasa adanya daging atau lemah,
biasanya mempunyai berat badan kurang dari 10% berat badan ideal. Grade 3 adalah berat
ideal hewan kesayangan. Tubuhnya tidak tampak tonjolan tulang, namun bilamana diraba
cukup mudah merasakan adanya tulang-tulang. Grade 4 adalah gambaran hewan kesayangan
yang gemuk. Tidak tampak adanya tonjolan tulang-tulang dan bilamana diraba agak sulit
merasakan tulang karena tebalnya timbunan lemak dan daging, biasanya lebih dari 10 % berat
badan ideal. Grade 5 adalah hewan yang sangat gemuk atau obese. Berat badan biasanya
sudah lebih dari 20% berat badan ideal.

Periksaan cara berjalan anjing yaitu dilakukan dengan menyuruh anjing untuk
berjalan, kemudian diamati cara berjalannya. Setelah dilakukan pengamatan, diperoleh data
bahwa anjing Pocky memiliki cara berjalan yang baik. Dan didapat hasil bahwa secara
pemeriksaan kondisi umum, anjing Pocky normal. Menurut (Ikliptikawati, 2014), pada hewan
yang diinspeksi selama praktikum ditemukan bahwa Hewan sehat jalannya teratur, rapi,
bergantian antara keempat kakinya. Sedangkan pada hewan yang sedang sakit akan
meunjukkan cara berjalan yang pincang, loyo, atau bahkan tak bisa berjalan.

2. KULIT DAN RAMBUT

Pengamatan kulit dan rambut dapat dilihat dan diraba pada bagian tersebut. Bulu
anjing Pocky normal yang ditandai dengan tidak terdapat kerontokan bulu saat dilakukan
pemeriksaan. Pada kulit anjing Pocky tidak terdapat lesi, tumor, ataupun ekstoparasit. Hal ini
menadakan bahwa kulit dan rambut anjing Pocky normal.

Kemudian dilakukan uji CRT (Capillary Refill Time) yang bertujuan untuk
mengetahui derajat dehidrasi pada anjing. Pengujian dapat dilakukan pada bagian gusi
maupun subkutan. Pada anjing Pocky, kami melakukan pada daerah subkutan. Diperoleh data
uji CRT kurang dari 2 detik. Hal ini menandakan bahwa anjing Pocky normal dan tidak
mengalami dehidrasi.

Menurut(Widodo, 2011), untuk mengetahui normal tidaknya aliran darah maka dapat
diketahui dengan menekan gusi hewan dengan jari kemudian melepaskannya. Hal ini
bertujuan untuk memeriksa waktu isi ulang kapiler. Ketika sebuah daerah gusi ditekan darah
dipaksa keluar dari kapiler. Ketika tekanan dilepaskan darah harus segera mengisi ulang
kapiler. Waktu normal yang diperlukan untuk kapiler isi ulang pada anjing dan kucing adalah
1,5 detik. Sebuah waktu isi ulang yang berkepanjangan (CRT) terjadi ketika darah tidak
cukup mengalir. Hal ini bisa terjadi jika hewan dalam keadaan shock. Hal ini juga dapat
terjadi akibat penyakit jantung tertentu. Pemeriksaan juga dapat dilakukan pada mukosa
mulut dan mata.

3. MEMBRAN MUKOSA

Pemeriksaan membran mukosa dapat dilakukan pada daerah oral dan konjunktiva.
Pada pemeriksaan secara oral, dilakukan pengamatan pada gusi. Diperoleh hasil membran
mukosa berwarna pink. Hal ini menandakan bahwa anjing Pocky tidak mengalami dehidrasi.
Dapat disimpulkan bahwa membran mukosa anjing Pocky normal.

Terdapat beberapa pembagian dehidrasi. Dehidrasi ringan atau Mild Dehiydration


yaitu penurunan sekitar 5% pada tingkat hidrasi, dapat dirawat di rumah dengan
meningkatkan ketersediaan air dan elektrolit. Dehidasi sedang atau Moderate Dehydration
yaitu penurunan 5%-10% dalam tingkat air tubuh dan harus ditangani oleh dokter. Lalu
Dehidrasi Parah atau Severe Dehydration yaitu kehilangan air lebih dari 10%, anjing perlu
dirawat di rumah sakit.
Membran mukosa yang tampak anemia (warna pucat) dan lembek merupakan indikasi
anemia. Intensitas warna conjunctiva dapat menunjukkan kondisi peradangan akut seperti
enteritis, encephalonitis dan kongesti pulmo akut. Cyanosis (warna abu- abu kebiruan)
dikarenakan kekurangan oksigen dalam darah, kasusnya berhubungan dengan pulmo atau
sistem respirasi. Jaundice (warna kuning) karena terdapatnya pigmen bilirubin yang
menandakan terdapatnya gangguan pada hepar. Hiperemi (warna pink terang) adanya
hemoragi petechial menyebabkan hemoragi purpura (Fowler. 2008).

4. KELENJAR LIMFA

Kelenjar limfa yang dapat diamati terdapat pada darah cervicalis, axillaris, poplitea,
submandibularis dan messenterica. Pada pemeriksaan kelenjar limfa anjing Pocky, dilakukan
pengamatan pada kelenjar limfa poplitea dan submandibularis. Kelenjar limfa
submandibularis terletak pada daerah mandibula atau rahang. Sedangkan kelenjar limfa
poplitea berada pada bagian caudal tubuh, disekitar abdomen dan pelvis. Setelah dilakukan
perabaan pada kelenjar limfe, didapatkan hasil bahwa kelenjar limfe berbentuk bulat, padat,
dan dapat digerakkan.
Limfoglandula yang dapat dipalpasi pada anjing yaitu; lgl. submaxillaris, lgl.
parotidea, lgl. retropharyngealis, lgl. cervicalis anterior, lgl. cervicalis medius, lgl. cervicalis
caudalis, lgl. prescapularis, lgl. axillaris (dapat teraba jika kaki diabduksikan), lgl. inguinalis,
lgl. superficialis (pada betina disebut lgl. supramammaria), lgl. poplitea, lgl. mesenterialis.
Palpasi dilakukan di daerah limfoglandula, dengan cara memperhatikan reaksi, panas, besar
dan konsistensinya serta simetrinya kanan dan kiri (Boddie. 1962).

5. MUSKULOSKELETAL

Pemeriksaan muskuloskeletal dilakukan dengan mengamati kesimetrisan otot dan


tulang, posisi kepala dan leher, serta dilakukan palpasi sendi kepala dan leher. Pada
pemeriksaan gait atau kesimetrisan muskuloskeletal, anjing Pocky normal. Hal ini ditandai
dengan otot dan tulang yang simetris antara bagian dexter dan sinister saat dilakukan palpasi.
Pada pemeriksaan posisi kepala dan leher, keadaan anjing Pocky normal. Hal ini ditandai
dengan posisi kepala dan leher tidak miring ke kanan maupun ke kiri. Pada pemerriksaan
sendi kepala dan leher, keadaan anjing Pocky normal. Hal ini ditandai dengan letak sendi
kepala dan leher berada dalam satu garis lurus saat dilakukan palpasi.

Pemeriksaan tulang seperti musculi diperhatikan bentuk, panjang dan keadaan.


Persendian diperiksa dengan cara inspeksi cara berjalan dan keadaan persendian, lakukanlah
palpasi apakah ada penebalan, cairan (pada kantong synovial ataukah pada vagina tendinea)
(Boddie. 1962).

6. SISTEM SIRKULASI

Pada pemeriksaan sistem sirkulasi, dilakukan pengamatan pada bagian jantung. Hal
yang dapat diamati yaitu detak jantung dan suara jantung. Pada pengamatan detak jantung,
diperoleh data bahwa detak jantung anjing Pocky dalam keadaan normal. Terdapat beberapa
abnormalitas jantung yaitu aritmia (detak jantung tidak beraturan), tachycardi (detak jantung
lebih cepat), dan bradhycardi (detak jantung lebih lambat).

Kemudian dilakukan auskultasi agar dapat mengetahui suara dari detak jantung.
Diperoleh data bahwa suara detak jantung anjing Pocky normal. Terdapat beberapa suara
jantung yang abnormal. Suara yang didapatkan pada waktu auskultasi jantung digambarkan
sebagai suara pertama, suara kedua, suara ketiga dan suara keempat. Suara pertama
disebabkan oleh kontraksi kedua ventrikel yang diikuti oleh penutupan katub atrioventrikuler
dan suara kedua terdengar ketika terjadi penutupan katub semilunar segera setelah ejeksi
sempurna. Suara ketiga dan keempat merupakan temuan patologis yang disebut dengan suara
gallop (Widodo, 2011)

7. SISTEM RESPIRASI

Pemeriksaan kondisi sistem respirasi dilakukan dengan mengamati bagian permukaan


hidung dan cara bernafasnya. Dilakukan pengamatan pada bagian permukaan hidung,
diperoleh data bahwa permukaan hidung anjing Pocky lembab atau basah. Hal ini
menandakan bahwa anjing Pocky dalam keadaan normal.
Pada saat dilakukan pemeriksaan cara bernafasnya, diamati apakah anjing mengalami
dyspnea (sesak nafas) ataupun batuk. Setelah diamati, ternyata cara bernafas anjing Pocky
normal atau tidak mengalami dyspnea dan batuk.

8. SISTEM DIGESTI

Pemeriksaan kondisi umum pada sistem digesti meliputi pemeriksaan mulut, palpasi
abdomen, dan pemeriksaan feses. Pada pemeriksaan kondisi mulut, dilakukan pengamatan
halitosis atau bau mulut, gigi, tonsil, ginggiva, muntah dan diare. Halitosis atau bau mulut
anjing Pocky tercium bau pakan atau bau ikan, hal ini menandakan kondisi anjing normal.
Pengamatan gigi anjing, diperoleh data bahwa pada dentes caninus terdapat karies gigi
namun kecil, hal ini menandakan kondisi anjing normal. Kemudian dilakukan pengamatan
pada bagian ginggiva atau gusi, diperoleh data bahwa ginggiva anjing berwarna pink. Hal ini
menandakan kondisi anjing Pocky dalam keadaan normal.

Kemudian dilakukan palpasi bagian abdomen, hal yang dapat diamati yaitu colon, lien
dan hepar. Namun kelompok kami hanya dapat melakukan palpasi pada bagian colon,
diperoleh data bahwa pada bagian colon keras. Hal ini dikarenakan anjing Pocky belum
mengalami defekasi, maka dari itu colon akan terasa keras saat dilakukan palpasi. Pada
pemeriksaan feses dilakukan pengamatan pada warna feses, konsistensi, frekuensi defekasi,
dan keberadaan parasit. Feses anjing Pocky berwarna coklat dan memiliki konsistensi yang
lunak.
9. SISTEM UROGENITAL

Pemeriksaan kondisi umum pada sistem urogenital, dilakukan pengamatan pada


minum, urine, dan palpasi pada organ urogenital. Pengamatan ada minum anjing, diperoleh
data bahwa kesediaan minum anjing Pocky yaitu polydipsia. Pada pengamatan urin,
diperoleh data bahwa frekuensi urinasi anjing Pocky yaitu polyuria.
Kemudian dilakukan palpasi pada organ urogenital yaitu VU atau vesika urinaria dan
ginjal. Hasil palpasi organ vesika urinaria yaitu konsistensi organ kosong dan kenyal serta
dapat dirasakan dinding VU tebal. Hal ini dikarenakan anjing Pocky telah mengalami urinasi.
Saat anjing belum urinasi, VU akan mengembang sehingga dinding VU menjadi tipis.
Sedangkan saat anjing telah mengalami urinasi, VU akan mengempis sehingga dinding VU
menjadi tebal. Lalu pada saat dilakukan palpasi pada organ ginjal, diperoleh data bahwa
konsistensi ginjal kenyal dan berbentuk seperti kacang.
Anjing Pocky merupakan anjing betina, maka akan dilakukan pengamatan pada vulva,
vagina dan Glandula mammae. Kemudian dilakukan pengamatan estrus terakhir dan partus
terakhir. Hasil pemeriksaan vulva yaitu normal yang ditandai dengan vulva berwarna pink
pucat. Hal ini dikarenakan anjing Pocky sedang dalam kondisi tidak estrus.

10. SISTEM SYARAF

Pemeriksaan kondisi sistem syaraf meliputi tingkat kesadaran, gangguan syaraf


motorik dan gangguan syaraf sensorik. Tingkat kesadaran anjing Pocky yaitu pada kondisi
Alert atau waspada. Anjing Pocky tidak mengalami gangguan syaraf motorik maupun
gangguan syaraf sensorik pada saat dilakukan pemeriksaan.

Terdapat beberapa gangguan sistem syaraf motorik, yaitu paralisa (lumpuh), atrofi
muskular (pengecilan otot),spasmus (kejang), tetany, tremor (bergetar kecil secara terus
menerus), ataxia dan konvulsio. Sedangkan gangguan syaraf sensorik yaitu analgesia (rasa
nyeri), hiperesthesia (sensitif terhadap rangsangan dan cahaya), paraesthesia, dan disfungsi
saraf otonom (penurunan fungsi saraf otonom). (Suwed, 2011)

11. MATA DAN TELINGA

Pemeriksaan mata pada anjing Pocky dilakukan dengan menggunakan pen light. Hasil
pengamatan yaitu pupil menegcil saat terkena cahaya. Menurut (Ratnawati, 2001), kelainan
yang biasa dijumpai pada mata yaitu adanya kotoran berlebih sehingga mata tertutup, kelopak
mata bengkak, warna merah, kekuningan (icterus) atau cenderung putih (pucat). Hal ini
menujukkan bahwa mata anjing Pocky dalam keadaan normal. Pada pengamatan saluran
telinga, didapat telinga anjing Pocky daalm keadaan kotor dan saluran telinga bersifat wax.
Hal ini menunjukkan bahwa telinga anjing Pocky masih dalam keadaan normal, hanya perlu
dibersihkan kotoran di dalam telinga.

DIAGNOSIS

Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan kondisi umum, anjing Pocky dalam keadaan
sehat dan normal. Hal ini ditandai dengan pergerakan anjing yang lincah, aktif dan tidak
lemas saat dilakukan pemeriksaan.

PROGNOSIS

Fausta (bisa sembuh)


DAFTAR PUSTAKA

Boddie., G.F. 1962. Diagnostic Methods in Veterinary Medicine. Philadelphia: J.B.


Lippincott Company.

Ettinger, Stephen J, et al. 2010. Textbook of Veterinary Internal Medicine, Sixth Edition. US:
Saunders Elsevier.

Fowler, Murray E. 2008. Restraint and Handling of Wild and Domestic Animals 3rd Ed. UK:
Wiley-Blackwell Publishing

Ikliptikawati, Dini, K. 2014. Petunjuk Praktikum Diagnosis Klinik Veteriner. Makassar:


Program Studi Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran UNHAS.

Ratnawati, 2001. Pengaruh Berat Badan Anjing Lokal saat Lahir terhadap Pertumbuhan
Gigi dan Pertambahan Berat Badan. Skripsi. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Suwed, M. A dan Napitulu, R. M. 2011. Panduan Lengkap Anjing. Penebar Swadaya:


Jakarta.

Widodo, Setyo. 2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor: IPB Press.

Anda mungkin juga menyukai