Anda di halaman 1dari 34

RSUD ARIFIN ACHMAD

Fakultas Kedokteran UR
SMF/ BAGIAN SARAF
Sekretariat : SMF Saraf – Irna Medikal Lantai 4
Jl. Diponegoro No. 2 Telp. (0761) 7026225
PE KAN BAR U

STATUS PASIEN

Nama Koass Hesti Ningrum

NIM/NUK 0508120870

Tanggal 7 Mei 2010

Pembimbing Dr. Riki Sukiandra, Sp.S

I. IDENTITAS PASIEN

Nama Ny. N
Umur 48 thn
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Jl. Sultan Syarif Qasim
Agama Islam
Status perkawinan Kawin
Pekerjaan IRT
Tanggal Masuk RS 22 April 2010
Medical Record 59 37 60

ANAMNESIS : Autoanamnesa
Keluhan Utama
Kepala terasa berputar
Riwayat Penyakit Sekarang
 Sejak 2 minggu SMRS pasien mengeluhkan kepala terasa berputar. Pingsan
tidak ada, Mual ada, muntah tidak ada, kejang tidak ada, demam tidak ada.
Kepala juga terasa nyeri, nyeri kepala muncul setiap hari hilang timbul terutama

1
2

di pagi hari. Nyeri kepala semakin lama semakin bertambah kuat dan sering.
Nyeri tidak hilang dengan minum obat penghilang sakit kepala yang di beli di
depot obat, karena tidak ada perubahan, hingga pasien datang berobat ke RSUD.
 5 bulan SMRS, pasien merasakan timbul benjolan sebesar kelereng di kepala
kiri bagian bawah. Benjolan keras, tidak mudah digerakkan, dan benjolan
semakin cepat membesar. Sehingga sekarang benjolan sudah sebesar telur ayam.
 2 tahun SMRS, pasien sering mengalami sakit kepala, namun pasien tidak
pernah kontrol ke dokter. Pasien hanya membeli obat seperti paramex dan
bodrex di warung terdekat.

Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat hipertensi ada
 Riwayat infeksi di telinga ada
 Riwayat stroke tidak ada
 Riwayat trauma kepala tidak ada
 Riwayat diabetes meilitus tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga


 Tidak ada anggota keluarga dengan riwayat penyakit yang sama
 Ada riwayat tumor dalam keluarga

RESUME ANAMNESIS
 Ny N, 48 tahun, datang dengan keluhan utama kepala terasa berputar. Mual ada,
nyeri kepala muncul setiap hari hilang timbul. Nyeri kepala semakin lama
semakin bertambah kuat dan sering. Nyeri tidak hilang dengan minum obat
penghilang sakit kepala yang di beli di depot obat. 5 bulan SMRS, pasien
merasakan timbul benjolan sebesar kelereng di kepala kiri bagian bawah.
Benjolan keras, tidak mudah digerakkan, dan benjolan semakin cepat membesar.
Sehingga sekarang benjolan sudah sebesar telur ayam.
3

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. KEADAAN UMUM
Tekanan darah : Kanan : 130/80 mmHg Kiri : 130/80 mmHg
Denyut nadi : Kanan : 80 x/mnt, teratur Kiri : 80 x/mnt, teratur
Jantung : HR : 80 x/mnt, teratur
Paru : Respirasi : 24 x/mnt Tipe : abdominotorakal
Suhu : 36,7°C
Status Gizi : Kesan normal (BB= 50 kg, TB= 155 cm, IMT= 20,83)

B. STATUS NEUROLOGIK
1) KESADARAN : Komposmentis GCS : E4 V5 M6
2) FUNGSI LUHUR : DBN
3) KAKU KUDUK : Tidak ada
4) SARAF KRANIAL
1. N. I (Olfactorius )
Kanan Kiri Keterangan
Dalam Batas Normal
Daya pembau N N
(dbn)

2. N.II (Opticus)
Kanan Kiri Keterangan
Daya penglihatan N ↓ >3/60
Lapang pandang N ↓
Pengenalan warna N N dbn

3. N.III (Oculomotorius)
Kanan Kiri Keterangan
Ptosis (-) (-)
dbn
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
dbn
Ukuran Φ2mm Φ2mm
Gerak bola mata N N
bebas ke segala arah
Refleks pupil
Langsung (+) (+)
dbn
Tidak langsung (+) (+)
4

4. N. IV (Trokhlearis)
Kanan Kiri Keterangan
Gerak bola mata ke
N N Dbn
medial bawah

5. N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri Keterangan
Motorik N N
Sensibilitas N N Dbn
Refleks kornea (+) (+)

6. N. VI (Abduscens)
Kanan Kiri Keterangan
Gerak bola mata N N
Strabismus (-) (-) dbn
Deviasi (-) (-)

7. N. VII (Facialis)
Kanan Kiri Keterangan
Tic (-) (-)
Motorik
 Kerutkan dahi N (-)
 Menutup mata N (-)
Paresis N.VII perifer
 Lipatan nasolabial N (-)
 Sudut mulut N ↓
 Meringis N (-)
 Menggembungkan pipi N (-)
 Menaikkan alis N (-)
Daya perasa N ↓
Tanda chvostek (-) (-)

8. N. VIII (Akustikus)
Kanan Kiri Keterangan
Pendengaran N (-) Tuli Sensorineural

9. N. IX (Glossofaringeus)
Kanan Kiri Keterangan
Arkus farings N ↓
5

Daya perasa N ↓
Refleks muntah (+) (-)

10. N. X (Vagus)
Kanan Kiri Keterangan
Arkus farings N ↓
Dysfonia (-) (-)

11.N. XI (Assesorius)
Kanan Kiri Keterangan
Motorik N ↓
Trofi Eu Eu

12.N. XII (Hipoglossus)


Kanan Kiri Keterangan
Motorik N deviasi
Trofi Eu Eu deviasi ke kiri
Tremor (-) (-)
Disartri (-) (-)

IV. SISTEM MOTORIK


Kanan Kiri Keterangan
Ekstremitas atas
Kekuatan
Distal 5 5
Proksimal 5 5
Tonus N N
Trofi Eu Eu
Ger.involunter (-) (-)
Clonus (-) (-)
Ekstremitas bawah
Kekuatan
Distal 5 5
Proksimal 5 5
Tonus N N
Trofi Eu Eu
Ger.involunter (-) (-)
6

Clonus (-) (-)


Badan
Trofi Eu Eu
Ger. involunter (-) (-) Tidak ada kelainan
Ref.dinding perut (+) (+)

V. SISTEM SENSORIK
Kanan Kiri Keterangan
Raba (+) (+)
Nyeri (+) (+)
Suhu (+) (+)
Propioseptif
 Arah gerak (+) (+)
 Diskriminasi 2 titik (+) (+)
 Stereognosis Dbn dbn

VI. REFLEKS
Kanan Kiri Keterangan

Fisiologis
Biseps (+) (+)
Triseps (+) (+) Reflek fisiologis dbn
Patella (+) (+)
Achilles (+) (+)

Patologis
Babinski (-) (-) Reflek patologis dbn
Chaddock (-) (-)
Hoffman Tromer (-) (-)
Openheim (-) (-)
Schaefer (-) (-)
Reflek primitif : Reflek primitif dbn
Palmomental (-) (-)
7

Snout (-) (-)

VII. FUNGSI KORDINASI


Kanan Kiri Keterangan
Test telunjuk hidung N N
Test tumit lutut N N
dbn
Gait N N
Tandem N N
Romberg N N

VIII. SISTEM OTONOM


Miksi : DBN
Defekasi : DBN

IX. PEMERIKSAAN KHUSUS/LAIN


a. Laseque : Tidak terbatas
b. Kernig : Tidak terbatas
c. Patrick : -/-
d. Kontrapatrick : -/-
e. Valsava test : -/-
f. Brudzinski : -/-

C. STATUS LOKALIS
I. Regio Capiti
Inspeksi : Tampak benjolan berwarna kemerahan, tepi tidak teratur
dengan ukuran 10x4x2 cm
Palpasi : Teraba massa padat, permukaan tidak rata, keras, terfiksir

II. Auricula Sinistra


Test Rinne : (+)
Test Weber : lateralisasi ke telinga yang sehat.
8

Test Schawabach : memendek.


Kesimpulan : Tuli Sensorineural

IV. RESUME PEMERIKSAAN


Keadaan umum:
Kesadaran : Komposmentis GCS : E4V5M6
TD : 130/80 mmHg
HR : 80 x/menit
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit tipe abdominotorakal
Suhu : 36,7°C
Status Gizi : Kesan normal
Fungsi luhur : DBN
Rangsang meningeal : (-)
Saraf kranial :
Motorik : dalam batas normal
Sensorik : dalam batas normal
Koordinasi : dalam batas normal
Otonom : dalam batas normal

Refleks
Fisiologis : +/+ (normal)
Patologis : -/-

V. DIAGNOSIS KERJA :

DIAGNOSIS KLINIS : Cefalgia Kronik Progresif + Paresis N. II +


Paresis N.VII perifer + Paresis N. VIII, IX,
X, XI, XII

DIAGNOSIS TOPIK : fossa posterior

DIAGNOSIS ETIOLOGIK : Suspek SOL tumor primer

DIAGNOSIS BANDING : - Tumor metastase


9

USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan darah rutin


2. Pemeriksaan kimia darah
3. CT Scan Kepala dengan kontras
4. Biopsi

PENATALAKSANAAN
 IVFD RL 20 gtt/menit
 Inj. Dexametason 3x1 ampul
 Inj Ranitidin 2 x 1 ampul
 Meloxicam 15 mg 1x1

LABORATORIUM
Darah rutin (tanggal 23 April 2010)
Hb : 10,8 gr%
Leukosit : 6.500 /mm3
Trombosit : 214.000/mm3
Ht : 36,1 vol%

Kimia darah (23 April 2010)


Glukosa : 122 mg/dl
Kolesterol : 169 mg/dl
HDLD : 36 mg/dl
TG-B : 85 mg/dl
TBIL : 1,3 mg/dl
BUN : 12 mg/dl
Crea : 0,7 mg/dl
Uric : 3,3 mg/dl
AST : 20 IU/L
ALT : 10 IU/L
Alb : 3,9 g/dl
TP : 7,6 g/dl
10

Ureum : 25,7 mg/dl


Globulin : 3,7 mg/dl
LDL-Chol : 116,0 mg/dl

CT SCAN KEPALA DENGAN KONTRAS (23 April 2010)

Hasil Pemeriksaan CT scan kepala:

Massa hiperdense besar pada fossa cranii posterior kiri ukuran 8x10 cm
yang menekan brainsterm dan cerebellum ke kanan & menyebabkan destruksi
tulang-tulang sphenoid, fossa cranii posterior kiri, mastoid kiri serta corpus &
arcus neuralis C1. Efek massa menyebabkan penyempitan ventrikel 4 & pelebaran
ventrikel 3 serta ventrikel lateralis kanan kiri derajat sedang.

Kesan: Tumor maligna fossa cranii posterior kiri uk 8x10 cm yang menyebabkan
destruksi tulang disekitarnya serta hydrocephalus derajat sedang curiga metastase
proses.

FOLLOW UP
Jumat, 23 April 2010
S : kepala terasa berat (+), demam (-), mual (-), muntah (-), kejang (-)
11

O : Kesadaran: komposmentis GCS : E4V5M6


TD : 110/90 mmHg Nadi : 76x/menit, teratur
Nafas : 24x/menit, tipe abdominotorakal Suhu : 36,5°C
Fungsi luhur : DBN
Rangsang meningeal : (-)
Saraf kranial : parese N.II, N.VII perifer, parese N.VIII, IX, X,
XI, XII
Motorik :
Kekuatan otot 5 5 Tonus N N Trofi Eu Eu
5 5 N N Eu Eu
Sensorik : + +
+ +
Kordinasi : DBN
Otonom : Miksi & defekasi DBN
Refleks
Fisiologis : +/+
Patologis : -/-

A : SOL + hidrocephalus
P :
 IVFD RL 20 gtt/menit
 Inj. Dexametason 3x1 ampul
 Inj Ranitidin 2 x 1 ampul
 Meloxicam tab 15 mg 1x1

Sabtu, 24 April 2010


S : kepala terasa berat (+), demam (-),mual (-), muntah (-), kejang (-)
O : Kesadaran: komposmentis GCS : E4V5M6
TD : 100/70 mmHg Nadi : 74x/menit, teratur
Nafas : 20x/menit, tipe abdominotorakal Suhu : 36,7°C
Fungsi luhur : DBN
Rangsang meningeal : (-)
12

Saraf kranial : Parese N. II, N.VII perifer, parese N.VIII, IX, X,


XI, XII
Motorik :
Kekuatan otot 5 5 Tonus N N Trofi Eu Eu
5 5 N N Eu Eu
Sensorik : + +
+ +
Kordinasi : DBN
Otonom : Miksi & defekasi DBN
Refleks
Fisiologis : +/+
Patologis : -/-

A : SOL + hidrocephalus
P :
 IVFD RL 20 gtt/menit
 Inj. Dexametason 3x1 ampul
 Inj Ranitidin 2 x 1 ampul
 Meloxicam tab 15 mg 1x1
 Konsul Bedah Syaraf

Senin, 26 April 2010


S : kepala masih terasa berat (+), demam (-),mual (-), muntah (-), kejang (-)
O : Kesadaran: komposmentis GCS : E4V5M6
TD : 140/80 mmHg Nadi : 80x/menit, teratur
Nafas : 26x/menit, tipe abdominotorakal Suhu : 37°C
Fungsi luhur : DBN
Rangsang meningeal : (-)
Saraf kranial : Parese N.II, N.VII perifer, parese N.VIII, IX, X,
XI, XII

Motorik :
Kekuatan otot 5 5 Tonus N N Trofi Eu Eu
13

5 5 N N Eu Eu
Sensorik : + +
+ +
Kordinasi : DBN
Otonom : Miksi & defekasi DBN
Refleks
Fisiologis : +/+
Patologis : -/-

A : SOL + hidrocephalus
P :
 IVFD RL 20 gtt/menit
 Inj. Dexametason 3x1 ampul
 Inj Ranitidin 2 x 1 ampul
 Meloxicam tab 15 mg 1x1
 Jawaban Konsul Bedah Syaraf
Konsul Spesialis Bedah Syaraf (24 April 2010)  jawaban konsul 26 April 2010
Jawaban dr. Anthar Hadisi, Sp.BS
- dari Anamnesa dan Pemeriksaan didapatkan kesan Tumor primer di
fossa cranii posterior + hidrocephalus.
- Anjuran : VP Shunt
- Atas Kerjasama TS, BTK

Selasa, 27 April 2010


S : kepala terasa berat (+), keluarga masih berunding buat operasi.
O : Kesadaran: komposmentis GCS : E4V5M6
TD : 140/90 mmHg Nadi : 84x/menit, teratur
Nafas : 28x/menit, tipe abdominotorakal Suhu : 37,2°C
Fungsi luhur : DBN
Rangsang meningeal : (-)
Saraf kranial : Parese N.II, N.VII perifer, parese N.VIII, IX, X,
XI, XII
Motorik :
14

Kekuatan otot 5 5 Tonus N N Trofi Eu Eu


5 5 N N Eu Eu
Sensorik : + +
+ +
Kordinasi : DBN
Otonom : Miksi & defekasi DBN
Refleks
Fisiologis : +/+
Patologis : -/-

A : SOL + hidrocephalus
P :
 IVFD RL 20 gtt/menit
 Inj. Dexametason 3x1 ampul
 Inj Ranitidin 2 x 1 ampul
 Meloxicam tab 15 mg 1x1

Rabu, 28 April 2010


S : kepala terasa berat (+).
O : Kesadaran: komposmentis GCS : E4V5M6
TD : 140/80 mmHg Nadi : 80x/menit, teratur
Nafas : 24x/menit, tipe abdominotorakal Suhu : 37°C
Fungsi luhur : DBN
Rangsang meningeal : (-)
Saraf kranial : Parese N.II, N.VII perifer, parese N.VIII, IX, X,
XI, XII
Motorik :
Kekuatan otot 5 5 Tonus N N Trofi Eu Eu
5 5 N N Eu Eu
Sensorik : + +
+ +
Kordinasi : DBN
Otonom : Miksi & defekasi DBN
15

Refleks
Fisiologis : +/+
Patologis : -/-

A : SOL + hidrocephalus
P :
 IVFD RL 20 gtt/menit
 Inj. Dexametason 3x1 ampul
 Inj Ranitidin 2 x 1 ampul
 Meloxicam tab 15 mg 1x1

Kamis, 29 April 2010


S : kepala terasa berat (+), keluarga menolak buat operasi.
O : Kesadaran: komposmentis GCS : E4V5M6
TD : 120/80 mmHg Nadi : 78x/menit, teratur
Nafas : 22x/menit, tipe abdominotorakal Suhu : 36,7°C
Fungsi luhur : DBN
Rangsang meningeal : (-)
Saraf kranial : Parese N.II, N.VII perifer, parese N.VIII, IX, X,
XI, XII
Motorik :
Kekuatan otot 5 5 Tonus N N Trofi Eu Eu
5 5 N N Eu Eu
Sensorik : + +
+ +
Kordinasi : DBN
Otonom : Miksi & defekasi DBN
Refleks
Fisiologis : +/+
Patologis : -/-

A : SOL + hidrocephalus
P :
 IVFD RL 20 gtt/menit
16

 Inj. Dexametason 3x1 ampul


 Inj Ranitidin 2 x 1 ampul
 Meloxicam tab 15 mg 1x1

Jumat, 30 April 2010


S : kepala terasa berat (+)
O : Kesadaran: komposmentis GCS : E4V5M6
TD : 120/80 mmHg Nadi : 76x/menit, teratur
Nafas : 22x/menit, tipe abdominotorakal Suhu : 37°C
Fungsi luhur : DBN
Rangsang meningeal : (-)
Saraf kranial : Parese N.II, N.VII perifer, parese N.VIII, IX, X,
XI, XII
Motorik :
Kekuatan otot 5 5 Tonus N N Trofi Eu Eu
5 5 N N Eu Eu
Sensorik : + +
+ +
Kordinasi : DBN
Otonom : Miksi & defekasi DBN
Refleks
Fisiologis : +/+
Patologis : -/-

A : SOL + hidrocephalus
P :
 Dexametason tablet 3x1
 Inj Ranitidin 2 x 150 mg
 Meloxicam tab 1x15 mg
Ps diizinkan pulang
17

PEMBAHASAN

2.1 TUMOR OTAK


2.1.1 Pendahuluan
Tumor otak dalam pengertian umum berarti benjolan, dalam istilah
radiologisnya disebut lesi desak ruang/ Space Occupying Lesion (SOL).
Neoplasma sistem saraf pusat umumnya menyebabkan suatu evaluasi progresif
disfungsi neurologis. Gejala yang disebabkan tumor yang pertumbuhanya lambat
akan memberikan gejala yang perlahan munculnya, sedangkan tumor yang
terletak pada posisi yang vital akan memberikan gejala yang muncul dengan
cepat.1 Sekitar 10% dari semua proses neoplasma di seluruh tubuh ditemukan
pada susunan saraf dan selaputnya, 8% berlokasi di ruang intrakranial dan 2% di
ruang kanalis spinalis. Proses neoplasma di susunan saraf mencakup dua tipe,
yaitu: 2
a. Tumor primer, yaitu tumor yang berasal dari jaringan otak sendiri yang
cenderung berkembang ditempat-tempat tertentu. Seperti ependimoma yang
berlokasi di dekat dinding ventrikel atau kanalis sentralis medulla spinalis,
glioblastoma multiforme kebanyakan ditemukan dilobus parietal,
oligodendroma di lobus frontalis dan spongioblastoma di korpus kalosum atau
pons.
b. Tumor sekunder, yaitu tumor yang berasal dari metastasis karsinoma yang
berasal dari bagian tubuh lain. Yang paling sering ditemukan adalah metastasis
karsinoma bronkus dan prostat pada pria serta karsinoma mammae pada
wanita.

2.1.2 Epidemiologi
Saat ini, tiap tahun diperkirakan terdapat 540.000 kematian akibat kanker
di Amerika Serikat. Dimana sejumlah pasien yang meninggal akibat tumor otak
primer secara komparatif lebih kecil (sekitar 18.000, setengah dari keganasan
glioma) tetapi secara kasar 130.000 pasien lain meninggal akibat metastase.
Sekitar 25% pasien dengan kanker, otak dan yang melapisinya terkena neoplasma
dan kadang-kadang merupakan perjalanan penyakitnya. Sebagai perbandingan,
18

terdapat 200.000 kasus kanker payudara baru pertahun. Sejumlah kasus kematian
pada penyakit intrakranial selain tumor otak adalah akibat stroke. Secara
berlawanan, pada anak-anak, tumor otak primer tersering diakibatkan oleh tumor
padat dan menggambarkan 22% dari seluruh neoplasma pada masa anak-anak,
peringkat kedua adalah leukemia. Pada perspektif lain, di Amerika Serikat insiden
tumor otak pertahun adalah 46 per 100.000 dan 15 per 100.000 dari tumor otak
primer.
Tabel 1 Neoplasma intrakranial dan Penyakit-penyakit paraneoplastik2

Tumor Persentase total


Glioma
- Glioblastoma multiforme 20
- Astrositoma 10
- Ependimoma 6
- Meduloblastoma 4
- Oligodendroglioma 5
Meningioma 15
Pituitary adenoma 7
Neurinoma 7
Karsinoma metastasis 6
Kraniofaringioma, dermoid, epidermoid, teratoma 4
Angioma 4
Sarkoma 4
Tak dapat diklasifikasikan (terutama glioma) 5
Miscellaneous (Pinealoma, kordoma, granuloma, 3
limfoma
Total 100

2.1.3 Klasifikasi
A. Berdasarkan Patologi Anatomi1
Berdasarkan kebanyakan tumor patologi anatomi, tumos sistem saraf pusat
dibagi:
1. Tumor Jaringan Otak
2. Tumor Jaringan Mesenkim
3. Tumor Selaput Otak
4. Tumor dari cacat perkembangan
5. Tumor Kelenjar Pineal
19

6. Tumor Medula Spinalis


7. Tumor Otak Metastatik.

B. Berdasarkan Lokasi1
Berdasarkan lokasi tumor pada jaringan otak, maka dapat dibagi menjadi
kelompok tumor intra aksial, ekstra aksial dan intra ventrikuler. Tumor intra aksial
disebut juga sebagai tumor intraserebral, yaitu tumor yang terdapat dalam jaringan
otak. Sedangkan tumor ekstra-aksial adalah tumor yang terdapar diluar jaringan
otak, dan kerap disebut pula ekstraserebral. Tumor intra-ventrikular adalah tumor
yang terdapat dalam ventrikel otak.:
1. Tumor intra-aksial
a. Tumor supratentorial
 Glial, Astrositik
- Astrositoma derajat rendah
- Astrositoma anaplastik
- Glioblastoma multiforme
 Glial Non Astrositik
- Oligodendroglioma
- ganglioglioma
- tumor disembrioblastik neuroepitelial
 Non-Glial
- Limfoma serebri primer
- Tumor metastasis
b. Tumor infratentorial
 Glial, Astrositik
- Astrositoma pilositik juvenilis
- Astrositoma (derajat rendah, anaplastik, glioblastoma)
 Non-Glial
- Meduloblastoma
- Hemangioblastoma
- Tumor metastasis
2. Tumor ekstra aksial
20

a. Supratentorial
 Dural
- meningioma
- hemangioperisitoma
- tumor metastasis
 Hipofisis
- adenoma hipofisis
 Pineal
- pineositoma
- tumor germ cell
- pineoblastoma
 Suprasellar
- kraniofaringioma
- tumor germ cell
- limfoma
- tumor metastases
- astrositoma pilositik juvenilis
 Basis kranii
- kordoma
- plasmasitoma
- tumor metastase
- tumor kondroid
b. Infratentorial
 Dural
- meningioma
- hemangioperisitoma
- tumor metastase
 Sudut serebelo-pontin
- meningioma
- schwannoma
- epidermoid
3. tumor intra ventrikel
21

a. Supratentorial
- tumor pleksus khoroideus
- neurositoma
- meningioma
- tumor metastase
b. Infratentorial
- ependimoma/subependimoma
- tumor pleksus khoroideus

2.1.4 Gejala Klinis


Gejala klinis tumor intrakranial dibagi atas 3 kategori, yaitu gejala umum,
gejala lokal dan gejala lokal yang tidak sesuai dengan lokasi tumor.
a. Gejala Umum
Gejala umum timbul akibat peningkatan tekanan intrakranial atau proses
difus dari tumor tersebut. Tumor ganas menyebabkan gejala yang lebih
progresif daripada tumor jinak. Tumor pada lobus temporal depan dan frontal
dapat berkembang menjadi tumor dengan ukuran yang sangat besar tanpa
menyebabkan defisit neurologis dan pada mulanya hanya memberikan gejala-
gejala yang umum. Tumor pada fossa posterior atau pada lobus parietal dan
oksipital lebih sering memberikan gejala fokal dahulu baru kemudian
memberikan gejala umum. Terdapat 4 gejala klinis umum yang berkaitan
dengan tumor otak, yaitu perubahan status mental, nyeri kepala, muntah, dan
kejang. 2
 Perubahan status mental
Gejala dini dapat samar. Ketidakmampuan pelaksanaan tugas sehari-hari,
lekas marah, emosi yang labil, inersia mental, gangguan konsentrasi,
bahkan psikosis.2 Fungsi kognitif merupakan keluhan yang sering
disampaikan oleh pasien kanker dengan berbagai bentuk, mulai dari
disfungsi memori ringan dan kesulitan berkonsentrasi hinggga disorientasi,
halusinasi, atau letargi.3
 Nyeri kepala
22

Nyeri kepala merupakan gejala dini tumor intrakranial pada kira-kira 20%
penderita. Sifat nyeri kepalanya berdenyut-denyut atau rasa penuh di
kepala seolah-olah mau meledak.2 Awalnya nyeri dapat ringan, tumpul dan
episodik, kemudian bertambah berat, tumpul atau tajam dan juga
intermiten. Nyeri juga dapat disebabkan efek samping dari obat
kemoterapi. Nyeri ini lebih hebat pada pagi hari dan dapat diperberat oleh
batuk, mengejan, memiringkan kepala atau aktifitas fisik.3 Lokasi nyeri
yang unilateral dapat sesuai dengan lokasi tumornya sendri. Tumor di
fossa kranii posterior biasanya menyebabkan nyeri kepala retroaurikuler
ipsilateral. Tumor di supratentorial menyebabkan nyeri kepala pada sisi
tumor, di frontal orbita, temporal atau parietal.2
 Muntah
Muntah ini juga sering timbul pada pagi hari dan tidak berhubungan
dengan makanan. Dimana muntah ini khas yaitu proyektil dan tidak
didahului oleh mual. Keadaan ini lebih sering dijumpai pada tumor di
fossa posterior.2
 Kejang
Kejang fokal merupakan manifestasi lain yang biasa ditemukan pada 14-
15% penderita tumor otak.3 20-50% pasien tumor otak menunjukan gejala
kejang. Kejang yang timbul pertama kali pada usia dewasa
mengindikasikan adanya tumor di otak. Kejang berkaitan tumor otak ini
awalnya berupa kejang fokal (menandakan adanya kerusakan fokal
serebri) seperti pada meningioma, kemudian dapat menjadi kejang umum
yang terutama merupakan manifestasi dari glioblastoma multiforme.2
Kejang biasanya paroxysmal, akibat defek neurologis pada korteks serebri.
Kejang parsial akibat penekanan area fokal pada otak dan menifestasi pada
lokal ekstrimitas tersebut, sedangkan kejang umum terjadi jika tumor luas
pada kedua hemisfer serebri.3

b. Gejala lokal (localizing signs)


1. Tumor Kortikal1
 Lobus frontalis
23

Lobus frontal memiliki berbagai fungsi penting, termasuk fungsi motorik,


bahasa, atensi, fungsi eksekutif, judgment, perencanaan (planning) dan
pemecahan masalah (problem solving).3 Gejala lokal yang sering timbul
akibat tumor di lobus frontalis adalah sakit kepala yang merupakan gejala
dini dan muntah timbul pada tahap lanjut. Gangguan mental, kemunduran
intelegensi, kejang adversif, katatonia, dan anosmia yang kadang timbul
bersama dengan sindrom Foster-Kennedy pada meningioma (atrofi nervus
optikus ipsilateral dan papiledema kontralateral).

 Lobus temporalis
Gambaran tumor lobus temporal adalah disfungsi traktus kortikospinal
kontralateral, defisit perimetri visual homonimus, afasia (dengan kelainan
hemisfer dominan), dan kejang kompleks parsial. Kejan terjadi pada
sepertiga kasus pasien. Afasia konduktif dan disnomia secara khusus
sering menyertai tumor lobus temporal dominan. Perubahan kepribadian
dan disfungsi memori juga sering ditemukan.

 Lobus parietal
Gambaran tumor lobus parietal adalah gangguan sensorik dan defisit
atensi. Dua pertiga pasien memperlihatkan tanda disfungsi kortikospinal
kontralateral. Keterlibatan radiata optik parietal menyebabkan
kuadrananopsia homonim inferior atau hemianopsia. Hilangnya visus
kontralateral pada stimulasi simultan dalam suatu kuadran atau
hemiperimeter dapat menjadi gambaran awal. Setengah kasus pasien
dengan tumor parietal mengalami kejang, yang umumnya berupa tipe
motorik atau sensorik sederhana. Kemungkinan gambaran lainnya,
bergantung pada hemisfer yang terkena, adalah penyangkalan (neglect)
motorik atau sensorik kontralateral, apraksia konstruksional, agnosia jari,
dan kekacauan sisi kanan-kiri (right-left confusion).
 Lobus oksipital
Tumor lobus oksipital memberikan gejala gangguan visual. Defek
lapangan pandang yang paling sering adalah hemianopsia homonim
24

kongruen yang melibatkan makula. Kejang oksipital fokal umumnya


ditandai oleh adanya episode penglihatan kilatan cahaya, warna-warni,
atau bentuk-bentuk pola geometris secara kontralateral. Adanya gangguan
visuospatial terhadap benda bergerak menuju hemiperimeter yang
berlawanan menunjukan adanya kerterlibatan pada pusat penatapan
oksipital (occipital gaze center). Kadang-kadang dapat pula terjadi
metamorphosia (distorsi pada bentuk gambaran visual).

c. Tumor Pada Ventrikel Ketiga dan Daerah Pineal


 Tumor yang terletak di dalam atau berdekatan ventrikel ketiga
seringkali mengobstruksi ventrikel atau akuaduktus, sehingga terjadi
hidrosefalus. Perubahan posisi dapat secara mendadak akan
meningkatkan tekanan ventrikuler dan dapat menyebabkan nyeri
kepala frontal atau verteks, muntah-muntah, atau bahkan sampai
terjadi sinkop. Tumor pada regio ventrikel ketiga juga dapat
menyebabkan gangguan memori, diabetes insipidus, amenorhea,
galaktorhea, dan gangguan satiasi (rasa kenyang) atau termoregulasi.
 Tumor daerah pineal dapat menyebabkan hidrosefalus bila
mengobstruksi bagian posterior ventrikel ketiga. Sindroma Parinaud
(disosiasi refleks akomodasi-cahaya pupil dan gangguan pada vertical
gaze) disebabkan oleh adanya tekanan pada tektum dari otak-tengah
dan komisura posterior. Pubertas prekoks dapat terjadi pada anak laki-
laki dengan tumor daerah pineal.

d. Tumor Pada Batang Otak


 Midbrain
Disfungsi neurologis fokal, vertical gaze, sindroma parinaud, kesulitan
pendengaran. Tumor pada tegmentum dapat menyebabkan kelemahan
dengan adanya penekanan pada jaras kortikospinal, serta oftalmoplegia
internuklear. Juga terdapat ataksia dan nistagmus.

 Pons
25

Neuropati kranial, disfungsi batang otak lebih khas untuk tumor


serebelopontin, nervus-nervus kranial, serebelum, meningen, dan basis
kranialis.

 Medula oblongata
Lebih banyak pada anak-anak. Gambaran awal palsi abdusen, hemiparesis
kontralateral dan ketidak seimbangan pola jalan. Nistagmus vertikal atau
horizontal. Kompresi ventrikel keempat dapat menimbulkan gejala
hidrosefalus obstruktif.

e. Tumor Serebelum
Muntah-muntah yang bersiklus dan nyeri kepala oksipital menunjukan
gejala umum tumor serebelum. Nyeri kepala umumnya bilateral dan
menjalar ke dalam daerah retroorbital atau temporal, serta leher dan bahu.
Kekakuan dan keterbatasan gerak leher dan angkat kepala. Vertigo serta
nistagmus horisontal dan rotational. Ataksia apendikuler atau trunkat.
Reflek tendon dan tonus berkurang pada sisi ipsilateral. Palsi N kranialis
dan kortikospinal dapat muncul belakangan. Obstruksi aliran keluar
ventrikel empat menimbulkan tanda-tanda umum peningkatan tekanan
intrakranial.A
26

IN TUMOUR

Gambar 1. Tampak lateral, defisit neurologis akibat tumor di berbagai tempat4


27

Gambar 2. Tampak Medial, defisit neurologis akibat tumor di berbagai tempat.4

c. Gejala lokal yang tidak sesuai dengan lokasi tumor (False localizing
signs)
Suatu tumor intrakranial dapat menimbulkan manifestasi yang tidak sesuai
dengan fungsi tempat yang didudukinya. Keadaan ini sering sebagai akibat dari
peningkatan tekanan intrakranial. Saat tekanan meningkat pada beberapa
kompartemen di otak, tumor mulai memencarkan jaringan, namun pemencaran ini
juga terjadi di tempat yang jauh dari tumor, keadaan inilah yang memberikan
gambaran false localizing signs, yaitu:1
28

 Kelumpuhan nervus kranialis, yang sering terkena adalah nervus 6, sebab


nervus ini merupakan nervus yang paling panjang di intrakranial. Hal ini juga
terjadi akibat penekanan ligamentum petrosal akibat peningkatan TIK.
 Invasi tumor difus pada lobus frontal atau korpus kalosum menyebabkan
ataksia pada pola jalan (frontal ataxia) yang sukar dibedakan dengan gejala
ataxia serebelar. Dismetria pada anggota gerak yang mengalami kelemahan
dan disartria kortikal dapat pula salah didiagnosis sebagai penyakit serebelar.
Nistagmus jarang ditemukan pada tumor frontal atau kalosal, dan tidak adanya
nistagmus pada lesi supratentorial dapat merupakan titik yang penting untuk
membedakannya.
 Kompresi pada pedunkulus serebri oleh tepi bebas tentorium serebeli yang
sifatnya kontralateral terhadap hemisfer serebri yang mengalami herniasi
(sindroma Kernohan’s notch) dapat menyebabkan hemiparesis terlokalisir
palsu yang bersifat ipsilateral lesi.
 Kompresi atau invasi dan status hiperkoagulabilitas yang berhubungan dengan
sifat keganasan atau terapinya dapat menyebabkan infark atau perdarahan
yang jauh dari lokasi tumor. Sebagai contohnya, infark korteks oksipital yang
dapat terjadi akibat kompresi arteri serebral posterior selama herniasi
transtentorial.

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang


Tumor otak dapat dideteksi dengan CT-scan atau MRI. Pilihannya
tergantung ketersediaan fasilitas pada masing-masing rumah sakit. CT-scan lebih
murah dibanding MRI, umumnya tersedia di rumah sakit dan bila menggunakan
kontras dapat mendeteksi mayoritas tumor otak. MRI lebih khusus untuk
mendeteksi tumor dengan ukuran kecil, tumor di dasar tulang tengkorak dan di
fossa posterior. Selain itu MRI juga dapat membantu ahli bedah untuk
merencanakan pembedahan karena memperlihatkan tumor pada sejumlah
bidang.3,5

2.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan SOL meliputi: 2,3,4
a. Simptomatik
29

 Antikonvulsi
Mengontrol epilepsi merupakan bagian penting dari tatalaksana pasien
dengan tumor otak.
 Edema serebri
Jika pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial dan gambaran
radiologi memperlihatkan adanya edema serebri, maka dexametason dapat
digunakan dengan keuntungan yang signifikan. Rasa tidak menyenangkan
pada pasien akan dikurangi dan kadang-kadang juga berbahaya, gejala dan
tanda status intrakranial ini akan lebih aman bila intervensi bedah saraf
akan diambil.

b. Etiologik (pembedahan)
 Complete removal
Meningioma dan tumor-tumor kelenjar tidak mempan dengan terapi
medis, neuroma akustik dan beberapa metastase padat di berbagai regio
otak dapat diangkat total. Terkadang, operasi berlangsung lama dan sulit
jika tumor jinak tersebut relatif sulit dijangkau.
 Partial removal
Glioma di lobus frontal, oksipital dan temporal dapat diangkat dengan
operasi radical debulking. Terkadang tumor jinak tidak dapat diangkat
secara keseluruhan karena posisi tumor atau psikis pasien.

2.1.7 Prognosis
Tumor otak umumnya memberikan prognosis yang jelek. Tabel berikut
memperlihatkan kesimpulan akhir untuk pasien dengan beberapa keganasan pada
otak yang sering dijumpai.
30

2.2 HIDROSEFALUS
Berdasarkan lokasi obstruksi, hidrosefalus terbagi menjadi 2 jenis, yaitu
tipe komunikans dan tipe non komunikans. Sedangkan berdasarkan keadaan
tekanan intracranial yang terjadi, terbagi menjadi hidrosefalus dengan dengan
tekanan normal, dan hidrosefalus dengan peningkatan tekanan intracranial.6
Hidrosefalus yang memiliki kenaikan tekanan intracranial akan
memberikan manifestasi gejala yang tipikal, yaitu antara lain berupa sakit kepala,
gangguan penglihatan, mual, muntah dan penurunan kesadaran. Sedangkan pada
hidrosefalus yang memiliki tekanan intracranial yang normal akan memberikan
manifestasi antara lain berupa gangguan memori, gait ataksia, retardasi
psikomotor dan inkontinensia urin.6
Pada hidrosefalus tipe non komunikan, terjadi obstruksi cairan
cerebrospinalis pada sistem ventrikel, yaitu pada foramen interventrikuler,
ventrikel ketiga, ventrikel keempat, dan aquaduct serebri. Dalam kasus cedera
kepala, obstruksi terjadi akibat penekanan efek massa perdarahan yang terjadi.
Biasanya penyebabnya adalah adanya perdarahan di fossa posterior, yang
menekan ventrikel keempat.6
31

Hidrosefalus tipe komunikans adalah tipe yang lebih sering terjadi pada
cedera kepala. Pada jenis ini, obstruksi terjadi pada ruang subarachnoid. Obstruksi
umumnya disebabkan karena adanya inflamasi dan gangguan absorbsi cairan
serebrospinalispada granulasi arakhnoid.6
Dalam penanganan hidrosefalus, tindakan yang harus dilakukan adalah
pembuatan pirau (shunt) untuk diversi cairan serebrospinalis, berupa
ventriculoperitoneal shunt atau ventriculoatrial shunt. 6

2.3 TULI
Tuli dibagi atas :7
1. Tuli konduktif
Pada tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara, disebabkan oleh
kelainan atau penyakit di telinga luaratau di telinga tengah.
2. Tuli sensorineural
Pada tuli sensorineural, kelainan terdapat pada koklea (telinga dalam),
nervus VIII, atau di pusat pendengaran.
3. Tuli campur.
Disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif dan tuli sensorineural. Tuli
campur dapat merupakan suatu penyakit, misalnya radang telinga tengah dengan
komplikasi ke telinga dalam atau merupakan dua penyakit yang berlainan,
misalnya tumor nervus VIII (tuli saraf) dengan radang telinga tengah (tuli
konduktif)

Test Rinne Test Weber Test Schawabach Diagnosis


Positif Tidak ada lateralisasi = pemeriksa Normal
Negatif Lateralisasi ke telinga memanjang Tuli konduktif
yang sakit
Positif Lateralisasi ke telinga memendek Tuli sensorineural
yang sehat

DASAR DIAGNOSIS
32

 Dasar Diagosis Klinis : Cefalgia kronik progresif + Paresis N.II, N.VII


perifer + Paresis N.VIII, IX, X, XI, XII
 Dari anamnesa didapatkan pasien sering mengeluh nyeri kepala muncul tiap
hari hilang timbul terutama di pagi hari, yang semakin berat dari hari ke hari
dan nyeri tidak hilang dengan minum obat penghilang rasa sakit.
 Dari pemeriksaan fisik didapatkan : motorik m
 Tanda-tanda paresis N.VII perifer sebelah kiri : tidak bisa mengerutkan dahi,
menutup mata, menggembungkan pipi, menaikkan alis, dll.
 Mata kiri, visus nya menurun > 3/60
 Telinga kiri kurang mendengar, di test garpu tala : Rinne (+), Weber
(lateralisasi ke telinga sehat), schwabach (memendek).
 Terdapat tanda-tanda paresis N.IX, X : arkus faring turun.
 Terdapat tanda-tanda paresis N.XI : motorik ↓
 Terdapat tanda-tanda paresis N.XII : lidah deviasi kearah yang sakit.

 Dasar Diagnosis Topis : Fossa cranii posterior


Tumor di fossa cranii posterior sudah mengobstruksi ventrikel atau
akuaduktus, sehingga terjadi hidrosefalus. Juga terdapat nyeri kepala, vertigo.
Hasil CT Scan : Tumor maligna fossa cranii posterior kiri uk 8x10 cm yang
menyebabkan destruksi tulang disekitarnya serta hydrocephalus derajat
sedang.

 Dasar Diagnosis Etiologis : SOL tumor primer


Pada pasien ini didapatkan nyeri kepala yang bersifat kronik progresif. Dari
pemeriksaan CT-scan didapatkan gambaran kesan Massa hiperdense besar
pada fossa cranii posterior kiri ukuran 8x10 cm.

 Dasar Diagnosis Banding


1. Tumor Metastase
Secara umum pasien ini memiliki gejala dan tanda adanya tumor otak.
Namun tidak salahnya jika kita memikirkan ada kemungkinan dari tempat
lain. Dari pemeriksaan CT-scan didapatkan kesan Tumor maligna fossa cranii
33

posterior kiri uk 8x10 cm yang menyebabkan destruksi tulang disekitarnya


serta hydrocephalus derajat sedang curiga metastase proses.
34

Daftar Pustaka

1. Wahjoepramono EJ. Tumor Otak. Jakarta: FK Pelita Harapan. 2006


2. Ropper AH, Brown RH. Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic
Disorders in Adams and Victor’s Principles of Neurology. 8 th edition.
USA: Mc Graw Hill, 2005. 546-88
3. Kleinberg LR.Brain Metastasis A multidisiplinary Approach. New York:
Demos Medical.
4. Wilkinson I, Lennox G, Essential Neurology, 4th edition, Blackwell
Publishing, Australia; 2005, 40-53.
5. Ropper AH, Brown RH. Epilepsy and Other Seizure Disorders in Adams
and Victor’s Principles of Neurology. 8th edition. USA: Mc Graw Hill,
2005. 271-99.
6. Fakultas kedokteran Universitas Pelita Harapan. Cedera Kepala. Lippo
Karawaci. 2005, 111-14.
7. Soepardi, EA, Iskandar N, Bashiruddin J, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi ke enam. Jakarta: FKUI.
2007, 16-18.

Anda mungkin juga menyukai