Case Sol Nuryati
Case Sol Nuryati
Fakultas Kedokteran UR
SMF/ BAGIAN SARAF
Sekretariat : SMF Saraf – Irna Medikal Lantai 4
Jl. Diponegoro No. 2 Telp. (0761) 7026225
PE KAN BAR U
STATUS PASIEN
NIM/NUK 0508120870
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Ny. N
Umur 48 thn
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Jl. Sultan Syarif Qasim
Agama Islam
Status perkawinan Kawin
Pekerjaan IRT
Tanggal Masuk RS 22 April 2010
Medical Record 59 37 60
ANAMNESIS : Autoanamnesa
Keluhan Utama
Kepala terasa berputar
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 2 minggu SMRS pasien mengeluhkan kepala terasa berputar. Pingsan
tidak ada, Mual ada, muntah tidak ada, kejang tidak ada, demam tidak ada.
Kepala juga terasa nyeri, nyeri kepala muncul setiap hari hilang timbul terutama
1
2
di pagi hari. Nyeri kepala semakin lama semakin bertambah kuat dan sering.
Nyeri tidak hilang dengan minum obat penghilang sakit kepala yang di beli di
depot obat, karena tidak ada perubahan, hingga pasien datang berobat ke RSUD.
5 bulan SMRS, pasien merasakan timbul benjolan sebesar kelereng di kepala
kiri bagian bawah. Benjolan keras, tidak mudah digerakkan, dan benjolan
semakin cepat membesar. Sehingga sekarang benjolan sudah sebesar telur ayam.
2 tahun SMRS, pasien sering mengalami sakit kepala, namun pasien tidak
pernah kontrol ke dokter. Pasien hanya membeli obat seperti paramex dan
bodrex di warung terdekat.
RESUME ANAMNESIS
Ny N, 48 tahun, datang dengan keluhan utama kepala terasa berputar. Mual ada,
nyeri kepala muncul setiap hari hilang timbul. Nyeri kepala semakin lama
semakin bertambah kuat dan sering. Nyeri tidak hilang dengan minum obat
penghilang sakit kepala yang di beli di depot obat. 5 bulan SMRS, pasien
merasakan timbul benjolan sebesar kelereng di kepala kiri bagian bawah.
Benjolan keras, tidak mudah digerakkan, dan benjolan semakin cepat membesar.
Sehingga sekarang benjolan sudah sebesar telur ayam.
3
B. STATUS NEUROLOGIK
1) KESADARAN : Komposmentis GCS : E4 V5 M6
2) FUNGSI LUHUR : DBN
3) KAKU KUDUK : Tidak ada
4) SARAF KRANIAL
1. N. I (Olfactorius )
Kanan Kiri Keterangan
Dalam Batas Normal
Daya pembau N N
(dbn)
2. N.II (Opticus)
Kanan Kiri Keterangan
Daya penglihatan N ↓ >3/60
Lapang pandang N ↓
Pengenalan warna N N dbn
3. N.III (Oculomotorius)
Kanan Kiri Keterangan
Ptosis (-) (-)
dbn
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
dbn
Ukuran Φ2mm Φ2mm
Gerak bola mata N N
bebas ke segala arah
Refleks pupil
Langsung (+) (+)
dbn
Tidak langsung (+) (+)
4
4. N. IV (Trokhlearis)
Kanan Kiri Keterangan
Gerak bola mata ke
N N Dbn
medial bawah
5. N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri Keterangan
Motorik N N
Sensibilitas N N Dbn
Refleks kornea (+) (+)
6. N. VI (Abduscens)
Kanan Kiri Keterangan
Gerak bola mata N N
Strabismus (-) (-) dbn
Deviasi (-) (-)
7. N. VII (Facialis)
Kanan Kiri Keterangan
Tic (-) (-)
Motorik
Kerutkan dahi N (-)
Menutup mata N (-)
Paresis N.VII perifer
Lipatan nasolabial N (-)
Sudut mulut N ↓
Meringis N (-)
Menggembungkan pipi N (-)
Menaikkan alis N (-)
Daya perasa N ↓
Tanda chvostek (-) (-)
8. N. VIII (Akustikus)
Kanan Kiri Keterangan
Pendengaran N (-) Tuli Sensorineural
9. N. IX (Glossofaringeus)
Kanan Kiri Keterangan
Arkus farings N ↓
5
Daya perasa N ↓
Refleks muntah (+) (-)
10. N. X (Vagus)
Kanan Kiri Keterangan
Arkus farings N ↓
Dysfonia (-) (-)
11.N. XI (Assesorius)
Kanan Kiri Keterangan
Motorik N ↓
Trofi Eu Eu
V. SISTEM SENSORIK
Kanan Kiri Keterangan
Raba (+) (+)
Nyeri (+) (+)
Suhu (+) (+)
Propioseptif
Arah gerak (+) (+)
Diskriminasi 2 titik (+) (+)
Stereognosis Dbn dbn
VI. REFLEKS
Kanan Kiri Keterangan
Fisiologis
Biseps (+) (+)
Triseps (+) (+) Reflek fisiologis dbn
Patella (+) (+)
Achilles (+) (+)
Patologis
Babinski (-) (-) Reflek patologis dbn
Chaddock (-) (-)
Hoffman Tromer (-) (-)
Openheim (-) (-)
Schaefer (-) (-)
Reflek primitif : Reflek primitif dbn
Palmomental (-) (-)
7
C. STATUS LOKALIS
I. Regio Capiti
Inspeksi : Tampak benjolan berwarna kemerahan, tepi tidak teratur
dengan ukuran 10x4x2 cm
Palpasi : Teraba massa padat, permukaan tidak rata, keras, terfiksir
Refleks
Fisiologis : +/+ (normal)
Patologis : -/-
V. DIAGNOSIS KERJA :
PENATALAKSANAAN
IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Dexametason 3x1 ampul
Inj Ranitidin 2 x 1 ampul
Meloxicam 15 mg 1x1
LABORATORIUM
Darah rutin (tanggal 23 April 2010)
Hb : 10,8 gr%
Leukosit : 6.500 /mm3
Trombosit : 214.000/mm3
Ht : 36,1 vol%
Massa hiperdense besar pada fossa cranii posterior kiri ukuran 8x10 cm
yang menekan brainsterm dan cerebellum ke kanan & menyebabkan destruksi
tulang-tulang sphenoid, fossa cranii posterior kiri, mastoid kiri serta corpus &
arcus neuralis C1. Efek massa menyebabkan penyempitan ventrikel 4 & pelebaran
ventrikel 3 serta ventrikel lateralis kanan kiri derajat sedang.
Kesan: Tumor maligna fossa cranii posterior kiri uk 8x10 cm yang menyebabkan
destruksi tulang disekitarnya serta hydrocephalus derajat sedang curiga metastase
proses.
FOLLOW UP
Jumat, 23 April 2010
S : kepala terasa berat (+), demam (-), mual (-), muntah (-), kejang (-)
11
A : SOL + hidrocephalus
P :
IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Dexametason 3x1 ampul
Inj Ranitidin 2 x 1 ampul
Meloxicam tab 15 mg 1x1
A : SOL + hidrocephalus
P :
IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Dexametason 3x1 ampul
Inj Ranitidin 2 x 1 ampul
Meloxicam tab 15 mg 1x1
Konsul Bedah Syaraf
Motorik :
Kekuatan otot 5 5 Tonus N N Trofi Eu Eu
13
5 5 N N Eu Eu
Sensorik : + +
+ +
Kordinasi : DBN
Otonom : Miksi & defekasi DBN
Refleks
Fisiologis : +/+
Patologis : -/-
A : SOL + hidrocephalus
P :
IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Dexametason 3x1 ampul
Inj Ranitidin 2 x 1 ampul
Meloxicam tab 15 mg 1x1
Jawaban Konsul Bedah Syaraf
Konsul Spesialis Bedah Syaraf (24 April 2010) jawaban konsul 26 April 2010
Jawaban dr. Anthar Hadisi, Sp.BS
- dari Anamnesa dan Pemeriksaan didapatkan kesan Tumor primer di
fossa cranii posterior + hidrocephalus.
- Anjuran : VP Shunt
- Atas Kerjasama TS, BTK
A : SOL + hidrocephalus
P :
IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Dexametason 3x1 ampul
Inj Ranitidin 2 x 1 ampul
Meloxicam tab 15 mg 1x1
Refleks
Fisiologis : +/+
Patologis : -/-
A : SOL + hidrocephalus
P :
IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Dexametason 3x1 ampul
Inj Ranitidin 2 x 1 ampul
Meloxicam tab 15 mg 1x1
A : SOL + hidrocephalus
P :
IVFD RL 20 gtt/menit
16
A : SOL + hidrocephalus
P :
Dexametason tablet 3x1
Inj Ranitidin 2 x 150 mg
Meloxicam tab 1x15 mg
Ps diizinkan pulang
17
PEMBAHASAN
2.1.2 Epidemiologi
Saat ini, tiap tahun diperkirakan terdapat 540.000 kematian akibat kanker
di Amerika Serikat. Dimana sejumlah pasien yang meninggal akibat tumor otak
primer secara komparatif lebih kecil (sekitar 18.000, setengah dari keganasan
glioma) tetapi secara kasar 130.000 pasien lain meninggal akibat metastase.
Sekitar 25% pasien dengan kanker, otak dan yang melapisinya terkena neoplasma
dan kadang-kadang merupakan perjalanan penyakitnya. Sebagai perbandingan,
18
terdapat 200.000 kasus kanker payudara baru pertahun. Sejumlah kasus kematian
pada penyakit intrakranial selain tumor otak adalah akibat stroke. Secara
berlawanan, pada anak-anak, tumor otak primer tersering diakibatkan oleh tumor
padat dan menggambarkan 22% dari seluruh neoplasma pada masa anak-anak,
peringkat kedua adalah leukemia. Pada perspektif lain, di Amerika Serikat insiden
tumor otak pertahun adalah 46 per 100.000 dan 15 per 100.000 dari tumor otak
primer.
Tabel 1 Neoplasma intrakranial dan Penyakit-penyakit paraneoplastik2
2.1.3 Klasifikasi
A. Berdasarkan Patologi Anatomi1
Berdasarkan kebanyakan tumor patologi anatomi, tumos sistem saraf pusat
dibagi:
1. Tumor Jaringan Otak
2. Tumor Jaringan Mesenkim
3. Tumor Selaput Otak
4. Tumor dari cacat perkembangan
5. Tumor Kelenjar Pineal
19
B. Berdasarkan Lokasi1
Berdasarkan lokasi tumor pada jaringan otak, maka dapat dibagi menjadi
kelompok tumor intra aksial, ekstra aksial dan intra ventrikuler. Tumor intra aksial
disebut juga sebagai tumor intraserebral, yaitu tumor yang terdapat dalam jaringan
otak. Sedangkan tumor ekstra-aksial adalah tumor yang terdapar diluar jaringan
otak, dan kerap disebut pula ekstraserebral. Tumor intra-ventrikular adalah tumor
yang terdapat dalam ventrikel otak.:
1. Tumor intra-aksial
a. Tumor supratentorial
Glial, Astrositik
- Astrositoma derajat rendah
- Astrositoma anaplastik
- Glioblastoma multiforme
Glial Non Astrositik
- Oligodendroglioma
- ganglioglioma
- tumor disembrioblastik neuroepitelial
Non-Glial
- Limfoma serebri primer
- Tumor metastasis
b. Tumor infratentorial
Glial, Astrositik
- Astrositoma pilositik juvenilis
- Astrositoma (derajat rendah, anaplastik, glioblastoma)
Non-Glial
- Meduloblastoma
- Hemangioblastoma
- Tumor metastasis
2. Tumor ekstra aksial
20
a. Supratentorial
Dural
- meningioma
- hemangioperisitoma
- tumor metastasis
Hipofisis
- adenoma hipofisis
Pineal
- pineositoma
- tumor germ cell
- pineoblastoma
Suprasellar
- kraniofaringioma
- tumor germ cell
- limfoma
- tumor metastases
- astrositoma pilositik juvenilis
Basis kranii
- kordoma
- plasmasitoma
- tumor metastase
- tumor kondroid
b. Infratentorial
Dural
- meningioma
- hemangioperisitoma
- tumor metastase
Sudut serebelo-pontin
- meningioma
- schwannoma
- epidermoid
3. tumor intra ventrikel
21
a. Supratentorial
- tumor pleksus khoroideus
- neurositoma
- meningioma
- tumor metastase
b. Infratentorial
- ependimoma/subependimoma
- tumor pleksus khoroideus
Nyeri kepala merupakan gejala dini tumor intrakranial pada kira-kira 20%
penderita. Sifat nyeri kepalanya berdenyut-denyut atau rasa penuh di
kepala seolah-olah mau meledak.2 Awalnya nyeri dapat ringan, tumpul dan
episodik, kemudian bertambah berat, tumpul atau tajam dan juga
intermiten. Nyeri juga dapat disebabkan efek samping dari obat
kemoterapi. Nyeri ini lebih hebat pada pagi hari dan dapat diperberat oleh
batuk, mengejan, memiringkan kepala atau aktifitas fisik.3 Lokasi nyeri
yang unilateral dapat sesuai dengan lokasi tumornya sendri. Tumor di
fossa kranii posterior biasanya menyebabkan nyeri kepala retroaurikuler
ipsilateral. Tumor di supratentorial menyebabkan nyeri kepala pada sisi
tumor, di frontal orbita, temporal atau parietal.2
Muntah
Muntah ini juga sering timbul pada pagi hari dan tidak berhubungan
dengan makanan. Dimana muntah ini khas yaitu proyektil dan tidak
didahului oleh mual. Keadaan ini lebih sering dijumpai pada tumor di
fossa posterior.2
Kejang
Kejang fokal merupakan manifestasi lain yang biasa ditemukan pada 14-
15% penderita tumor otak.3 20-50% pasien tumor otak menunjukan gejala
kejang. Kejang yang timbul pertama kali pada usia dewasa
mengindikasikan adanya tumor di otak. Kejang berkaitan tumor otak ini
awalnya berupa kejang fokal (menandakan adanya kerusakan fokal
serebri) seperti pada meningioma, kemudian dapat menjadi kejang umum
yang terutama merupakan manifestasi dari glioblastoma multiforme.2
Kejang biasanya paroxysmal, akibat defek neurologis pada korteks serebri.
Kejang parsial akibat penekanan area fokal pada otak dan menifestasi pada
lokal ekstrimitas tersebut, sedangkan kejang umum terjadi jika tumor luas
pada kedua hemisfer serebri.3
Lobus temporalis
Gambaran tumor lobus temporal adalah disfungsi traktus kortikospinal
kontralateral, defisit perimetri visual homonimus, afasia (dengan kelainan
hemisfer dominan), dan kejang kompleks parsial. Kejan terjadi pada
sepertiga kasus pasien. Afasia konduktif dan disnomia secara khusus
sering menyertai tumor lobus temporal dominan. Perubahan kepribadian
dan disfungsi memori juga sering ditemukan.
Lobus parietal
Gambaran tumor lobus parietal adalah gangguan sensorik dan defisit
atensi. Dua pertiga pasien memperlihatkan tanda disfungsi kortikospinal
kontralateral. Keterlibatan radiata optik parietal menyebabkan
kuadrananopsia homonim inferior atau hemianopsia. Hilangnya visus
kontralateral pada stimulasi simultan dalam suatu kuadran atau
hemiperimeter dapat menjadi gambaran awal. Setengah kasus pasien
dengan tumor parietal mengalami kejang, yang umumnya berupa tipe
motorik atau sensorik sederhana. Kemungkinan gambaran lainnya,
bergantung pada hemisfer yang terkena, adalah penyangkalan (neglect)
motorik atau sensorik kontralateral, apraksia konstruksional, agnosia jari,
dan kekacauan sisi kanan-kiri (right-left confusion).
Lobus oksipital
Tumor lobus oksipital memberikan gejala gangguan visual. Defek
lapangan pandang yang paling sering adalah hemianopsia homonim
24
Pons
25
Medula oblongata
Lebih banyak pada anak-anak. Gambaran awal palsi abdusen, hemiparesis
kontralateral dan ketidak seimbangan pola jalan. Nistagmus vertikal atau
horizontal. Kompresi ventrikel keempat dapat menimbulkan gejala
hidrosefalus obstruktif.
e. Tumor Serebelum
Muntah-muntah yang bersiklus dan nyeri kepala oksipital menunjukan
gejala umum tumor serebelum. Nyeri kepala umumnya bilateral dan
menjalar ke dalam daerah retroorbital atau temporal, serta leher dan bahu.
Kekakuan dan keterbatasan gerak leher dan angkat kepala. Vertigo serta
nistagmus horisontal dan rotational. Ataksia apendikuler atau trunkat.
Reflek tendon dan tonus berkurang pada sisi ipsilateral. Palsi N kranialis
dan kortikospinal dapat muncul belakangan. Obstruksi aliran keluar
ventrikel empat menimbulkan tanda-tanda umum peningkatan tekanan
intrakranial.A
26
IN TUMOUR
c. Gejala lokal yang tidak sesuai dengan lokasi tumor (False localizing
signs)
Suatu tumor intrakranial dapat menimbulkan manifestasi yang tidak sesuai
dengan fungsi tempat yang didudukinya. Keadaan ini sering sebagai akibat dari
peningkatan tekanan intrakranial. Saat tekanan meningkat pada beberapa
kompartemen di otak, tumor mulai memencarkan jaringan, namun pemencaran ini
juga terjadi di tempat yang jauh dari tumor, keadaan inilah yang memberikan
gambaran false localizing signs, yaitu:1
28
2.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan SOL meliputi: 2,3,4
a. Simptomatik
29
Antikonvulsi
Mengontrol epilepsi merupakan bagian penting dari tatalaksana pasien
dengan tumor otak.
Edema serebri
Jika pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial dan gambaran
radiologi memperlihatkan adanya edema serebri, maka dexametason dapat
digunakan dengan keuntungan yang signifikan. Rasa tidak menyenangkan
pada pasien akan dikurangi dan kadang-kadang juga berbahaya, gejala dan
tanda status intrakranial ini akan lebih aman bila intervensi bedah saraf
akan diambil.
b. Etiologik (pembedahan)
Complete removal
Meningioma dan tumor-tumor kelenjar tidak mempan dengan terapi
medis, neuroma akustik dan beberapa metastase padat di berbagai regio
otak dapat diangkat total. Terkadang, operasi berlangsung lama dan sulit
jika tumor jinak tersebut relatif sulit dijangkau.
Partial removal
Glioma di lobus frontal, oksipital dan temporal dapat diangkat dengan
operasi radical debulking. Terkadang tumor jinak tidak dapat diangkat
secara keseluruhan karena posisi tumor atau psikis pasien.
2.1.7 Prognosis
Tumor otak umumnya memberikan prognosis yang jelek. Tabel berikut
memperlihatkan kesimpulan akhir untuk pasien dengan beberapa keganasan pada
otak yang sering dijumpai.
30
2.2 HIDROSEFALUS
Berdasarkan lokasi obstruksi, hidrosefalus terbagi menjadi 2 jenis, yaitu
tipe komunikans dan tipe non komunikans. Sedangkan berdasarkan keadaan
tekanan intracranial yang terjadi, terbagi menjadi hidrosefalus dengan dengan
tekanan normal, dan hidrosefalus dengan peningkatan tekanan intracranial.6
Hidrosefalus yang memiliki kenaikan tekanan intracranial akan
memberikan manifestasi gejala yang tipikal, yaitu antara lain berupa sakit kepala,
gangguan penglihatan, mual, muntah dan penurunan kesadaran. Sedangkan pada
hidrosefalus yang memiliki tekanan intracranial yang normal akan memberikan
manifestasi antara lain berupa gangguan memori, gait ataksia, retardasi
psikomotor dan inkontinensia urin.6
Pada hidrosefalus tipe non komunikan, terjadi obstruksi cairan
cerebrospinalis pada sistem ventrikel, yaitu pada foramen interventrikuler,
ventrikel ketiga, ventrikel keempat, dan aquaduct serebri. Dalam kasus cedera
kepala, obstruksi terjadi akibat penekanan efek massa perdarahan yang terjadi.
Biasanya penyebabnya adalah adanya perdarahan di fossa posterior, yang
menekan ventrikel keempat.6
31
Hidrosefalus tipe komunikans adalah tipe yang lebih sering terjadi pada
cedera kepala. Pada jenis ini, obstruksi terjadi pada ruang subarachnoid. Obstruksi
umumnya disebabkan karena adanya inflamasi dan gangguan absorbsi cairan
serebrospinalispada granulasi arakhnoid.6
Dalam penanganan hidrosefalus, tindakan yang harus dilakukan adalah
pembuatan pirau (shunt) untuk diversi cairan serebrospinalis, berupa
ventriculoperitoneal shunt atau ventriculoatrial shunt. 6
2.3 TULI
Tuli dibagi atas :7
1. Tuli konduktif
Pada tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara, disebabkan oleh
kelainan atau penyakit di telinga luaratau di telinga tengah.
2. Tuli sensorineural
Pada tuli sensorineural, kelainan terdapat pada koklea (telinga dalam),
nervus VIII, atau di pusat pendengaran.
3. Tuli campur.
Disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif dan tuli sensorineural. Tuli
campur dapat merupakan suatu penyakit, misalnya radang telinga tengah dengan
komplikasi ke telinga dalam atau merupakan dua penyakit yang berlainan,
misalnya tumor nervus VIII (tuli saraf) dengan radang telinga tengah (tuli
konduktif)
DASAR DIAGNOSIS
32
Daftar Pustaka