Kasus SOL - Riri J
Kasus SOL - Riri J
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Ny. M.
Umur 32 tahun
Jenis kelamin Wanita
Alamat Desa Bangko Pusako ROHIL
Agama Islam
Status perkawinan Kawin
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk RS 26 November 2008 Pukul 04:57
Medical Record 60 22 34
1
Riwayat Penyakit Sekarang
o Kepala pusing berputar, terus menerus ,Sejak 5 bulan yang lalu, kadang diikuti
oleh mual dan muntah. Pingsan (-), jatuh (-) tapi pasien masih tetap dapat
beraktifitas melakukan pekerjaan rumah walaupun kadang terganggu
o 3 bulan SMRS pasien merasakan pandangannya mulai kabur, sulit untuk
memfokuskan pandangan apa lagi pada jarak pandang yang jauh, mual dan
muntah semakin sering , tidak bisa berjalan karena sempoyongan sehingga pasien
tidak dapat melakukan aktifitasnya hanya tidur-tiduran dirumah. Untuk
mengatasinya pasien hanya membeli obat diwarung atau mencari pengobatan
alternatif
o 13 hari SMRS pasien merasakan pusing dan sakit sakit kepala tidak tertahankan
bahkan sampai pasien tidak bisa duduk bahkan sering jatuh kesalah satu sisi
tempat tidur jika duduk, tidur menjadi kurang karena kepala terasa berputar
dirasakan terus menerus tidak berkurang dengan posisi apapun. Muntah (+).
Akhirnya pasien berobat ke Rumah sakit di Duri dan dirawat selama seminggu
tapi keluhan tidak berkurang sehingga pasien dirujuk ke RSUD AA
RESUME ANAMNESIS
Ny. M wanita 32 tahun, datang dengan keluhan gangguan keseimbangan sejak
5 bulan yang lalu berupa pusing kepala pusing berputar, mual (+), muntah (+),
pandangan kabur, tidak bisa duduk karena jatuh, Riwayat penurunan berat badan
secara drastis (-)
III. PEMERIKSAAN
A. KEADAAN UMUM
Tekanan darah : kanan: 140/90 mmHg,
Denyut nadi : kanan : 87 /mnt, teratur
2
Jantung : HR : 87 / mnt, irama : sinus rythm
Respirasi : 20 kali/mnt Tipe : Thorakoabdominal
Suhu : 36,8 oC
B. STATUS NEUROLOGIK
1) KESADARAN : Composmentis GCS : E4 M6 V5
2) FUNGSI LUHUR :
Memori jangka panjang : Baik
Memori jangka pendek : Baik
Memori segera : Terganggu
3) KAKU KUDUK : (-)
4) SARAF KRANIAL :
1. N. I (Olfactorius )
Kanan Kiri Keterangan
Daya pembau + + Normal
2. N.II (Opticus)
Kanan Kiri Keterangan
Daya penglihatan sdn sdn
Lapang pandang N N Tidak ada kelainan
Pengenalan warna N N
3. N.III (Oculomotorius)
Kanan Kiri Keterangan
Ptosis - -
Pupil
Bentuk Bulat, isokor Bulat, isokor
Ukuran 3 mm 3 mm
Tidak ada
Gerak bola mata Normal Normal
kelainan
Refleks pupil
Langsung + +
Tidak langsung + +
4. N. IV (Trokhlearis)
Kanan Kiri Keterangan
Gerak bola mata N N Tidak ada kelainan
5. N. V (Trigeminus)
3
Kanan Kiri Keterangan
Motorik N N
Sensibilitas N N Tidak ada kelainan
Refleks kornea + +
6. N. VI (Abduscens)
Kanan Kiri Keterangan
7. N. VII (Facialis)
Kanan Kiri Keterangan
Tic - -
Motorik N N
Daya perasa N N
Tanda Chvostek - -
8. N. VIII (Akustikus)
Kanan Kiri Keterangan
Pendengaran N N Tidak ada kelainan
9. N. IX (Glossofaringeus)
Kanan Kiri Keterangan
Arkus farings N N
Daya perasa N N Tidak ada kelainan
Refleks muntah (+) (+)
10. N. X (Vagus)
Kanan Kiri Keterangan
Arkus farings N N
Tidak ada kelainan
Dysfonia - -
11. N. XI (Assesorius)
Kanan Kiri Keterangan
4
Motorik N N
Tidak ada kelainan
Trofi E E
V. SISTEM SENSORIK
Sensasi Kanan Kiri Keterangan
Raba + +
Nyeri + +
Tidak ada kelainan
Suhu
Propioseptif N N
5
VI. REFLEKS
Kanan Kiri Keterangan
Fisiologis
Biseps + +
Triseps + + (+) Normal
KPR + +
APR + +
Patologis
Babinski - -
Chaddock - -
Hoffman Tromer - - Refleks patologis (-)
Reflek primitif :
Palmomental - -
Snout - -
6
X. RESUME PEMERIKSAAN
Keadaan umum
Kesadaran : komposmentis
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Pernafasan : 20x/menit,
Fungsi luhur : normal
Rangsang meningeal : (-)
Saraf kranial : Gerakan bola mata terbatas
Motorik : Tidak ditemukan kelainan
Sensorik : Tidak ditemukan kelainan
Kordinasi : Terdapat gangguan koordinasi
Otonom : Dalam batas normal
Refleks
Fisiologis : normal
Patologis : (-)
D. DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS KLINIS :
- Ataxia
- Gangguan koordinasi
- Sindrom peningkatan TTIK (cephalgia kronik progresif, pandangan
kabur, muntah)
DIAGNOSIS TOPIK :
Susp. Cerebellum
DIAGNOSIS ETIOLOGIK :
Susp. SOL infratentorial
DIAGNOSIS BANDING :
Tumor :
Tumor primer
Metastase
Infeksi :
Abses
7
CT Scan kepala dengan kontras
Ro Thoraks
8
- Ventrikel IV dan lateral melebar
Kesimpulan
SOL Basis Cranii
Hidrosefalus Susp. Massa pada batang otak
c) Ro Thorak : Tidak dilakukan
E. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan Umum :
Bed Rest
Observasi Kesadaran
2. Penatalaksanaan Khusus
IVFD RL 20 tpm
Inj. Metoclopramide 10 mg x 3
Inj. Dexamethason 4 x 1 ampul
Inj. Ranitidin 2 x 1 ampul
F. FOLLOW UP
Tanggal Subjective Objective Assesment Planning
27/11/2008 Kepala pusing Kesadaran : Susp. SOL 1. Umum :
berputar, tidak Komposmentis infratentorial Bed Rest
dapat duduk, GCS E4M6V5 Observasi
mual + Muntah Vital sign : Kesadaran
TD : 130/80 mmHg 2. Khusus
Nadi : 88 x/menit IVFD RL 20 tpm
RR : 20 x/menit Inj. Metoclopramide
Suhu : 37 oC 10 mg x 3
Fungsi luhur : Inj. Dexamethason 4 x
9
pendek: Baik
Memori segera : Usulan pemeriksaan:
Terganggu Head CT Scan dengan
Motorik : DBN kontras
Sensorik : DBN
Refleks pupil : (+/+)
Refleks kornea : (+/+)
Refleks fisiologis : (+/+)
Refleks patologis : (-/-)
Sistem otonom : DBN
28/11/2008 Kepala pusing Kesadaran : SOL Hasil CT Scan :
berputar, tidak Komposmentis infratentorial SOL Basis Cranii
dapat duduk, GCS E4M6V5 Hidrosefalus Susp.
mual + Muntah Vital sign : Massa pada batang
TD : 130/90 mmHg otak
Nadi : 98 x/menit Penatalaksanaan :
RR : 20 x/menit Terapi lanjut +
Suhu : 37 oC Inj. Dexamethason
Fungsi luhur : Konsul Bedah saraf
Memori jangka
panjang : Baik
Memori jangka
pendek: Baik
Memori segera :
Terganggu
Motorik : DBN
Sensorik : DBN
Refleks pupil : (+/+)
Refleks kornea : (+/+)
Refleks fisiologis : (+/+)
Refleks patologis : (-/-)
Sistem otonom : DBN
29/11/2008 Kepala pusing Kesadaran : komposmentis SOL Penatalaksanaan :
berputar, tidak Vital sign : infratentorial Terapi lanjut
dapat duduk, TD : 120/80 mmHg Konsul Bedah saraf
10
mual + Muntah Nadi : 89 x/menit dijawab
RR : 20 x/menit PASIEN ALIH RAWAT
Fungsi luhur :
Memori jangka
panjang : Baik
Memori jangka
pendek: Baik
Memori segera :
Terganggu
Motorik : DBN
Sensorik : DBN
Refleks pupil : (+/+)
Refleks kornea : (+/+)
Refleks fisiologis : (+/+)
Refleks patologis : (-/-)
Sistem otonom : DBN
01/12/2008 Kepala pusing Seperti Diatas Hidrosefalus Cito
berputar, tidak Akut + SOL Pasien di Persiapan
dapat duduk, infratentorial Operasi VP Shunt
mual + Muntah Pasien di Operasi
pemasangan VP Shuunt
Pukul 23.00
RR : 20 x/menit
Suhu : 37 oC
13/12/2008 Pusing dan Pukul 12.05 – 13.00 Wib Post Craniotomi
11
mual Kes : Sopor craniotomi Laporan Operasi :
GCS E1M3V2 hari ke I Ditemukan massa
Tanda Vital ; terbungkus kapsul
TD : 135/92 mmHg arachnoid dengan
ND : 94 x/menit diameter 0,3 cm
Saturasi ; 100% terbungkus cairan LCS
jernih dengan berat ± 100
Pukul 14.00 Wib gram
Kes : Komposmentis UMUM
GCS E1M3V2 IVFD Nacl 0,9% 20
Tanda Vital ; tpm
TD : 135/92 mmHg Plasmanat 1 fls/hr
ND : 94 x/menit Puasa sampai BU (+)
Saturasi ; 100% Cek Hb, Ht,Leuko dan
Elektrolit
Hasil :
Hb 11,3 gr%
Leukosit 17.100/mm3
Ht 24 %
Elektrolit :
Na 139
K 3,9
Ca++ 0,55
KHUSUS
Ciprofloxacin 2 x 250
mg
Tramadol 3x100 mg
Ranitidin 3x 1 amp
Citicolin 2 x 250 mg
14/12/2008 Pusing + Kes : Komposmentis Post UMUM
Muntah setiap GCS E4M6V5 craniotomy IVFD Nacl 0,9% 20
kali makan Tanda Vital ; hari ke II tpm
TD : 135/92 mmHg Plasmanat 1 fls/hr
ND : 94 x/menit MC 3 x 250 cc
Saturasi ; 100% KHUSUS
12
Ciprofloxacin 2 x 250
mg
Tramadol 3x100 mg
Ranitidin 3x 1 amp
Citicolin 2 x 250 mg
15/12/2008 Mual dan Kes : Komposmentis Post UMUM
Muntah GCS E4M6V5 craniotomi IVFD Nacl 0,9% 20
Tanda Vital ; hari ke III tpm
TD : 150/90 mmHg Plasmanat 1 fls/hr
ND : 96x/menit ML 3 x 250 cc
Saturasi ; 100% KHUSUS
Ciprofloxacin 2 x
250mg
Tramadol 3x100 mg
Ranitidin 3x 1 amp
Citicolin 2 x 250 mg
Nb: ACC Rawat ruangan
F. DIAGNOSIS AKHIR
DIAGNOSIS KLINIS :
- Sindrom serebellar
- Sindrom peningkatan TTIK
DIAGNOSIS TOPIK :
serebellum
DIAGNOSIS ETIOLOGIK :
Susp. Tumor Primer serebellar ( Susp. Arachnoid Cyst)
13
PEMBAHASAN
I. Tinjauan Pustaka
PENDAHULUAN
Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal di dalam otak.
Yang terdiri atas Tumor otak benigna dan maligna. Tumor otak benigna adalah
pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak ganas, sedangkan tumor
otak maligna adalah kanker di dalam otak yang berpotensi menyusup dan
menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah menyebar (metastase) ke otak
dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.(1)
1. Tumor primer, yaitu tumor yang berasal dari dalam otak sendiri. Bisa berasal dari
astrosit, oligodendrosit, ependimosit, fibroblast arakhnoidal, neuroblas-meduloblas.
2. Tumor sekunder, yaitu tumor yang berasal dari karsinoma metastasis yang terjadi di
bagian tubuh lainnya, contohnya yang paling sering adalah yang berasal dari tumor
paru-paru pada pria dan tumor payudara pada wanita. (2)
Insidens tumor otak primer terjadi pada sekitar enam kasus per 100.000
populasi per tahun. Dimana tumor otak primer tersebut kira-kira 41% adalah glioma,
17% meningioma, 13% adenoma hipofisis dan 12% neurilemoma. Pada orang dewasa
60% terletak supratentorial sedang pada anak 70% terletak infratentorial. Pada anak
yang paling sering ditemukan adalah tumor serebellum yaitu meduloblastoma dan
astrositoma, sedangkan pada dewasa adalah glioblastoma multiforme. (2,3,4)
II. KLASIFIKASI
14
Ada beberapa macam klasifikasi, tetapi yang paling sering dijumpai adalah klasifikasi
berdasarkan lokasi, yaitu :
1. Tumor supratentorial
Glioma :
- Glioblastoma multiforme
- Astrositoma
- Oligodendroglioma
Meningioma
Tumor Metastasis
- Adenoma hipofisis
- Kraniofaringioma
2. Tumor infratentorial
a. Schwanoma akustikus
b. Tumor metastasis
c. Meningioma
d. Hemangioblastoma (4,5,6)
III. ETIOLOGI
15
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun
telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau,
yaitu :
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-
anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat
dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang
jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu
glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
16
terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi
virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi Karsinogenik
1. Gejala umum
2. Gejala lokal
Nyeri Kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang
kemudian berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri kepala
berat juga sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan
aktivitas fisik. Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri
17
kepala ipsilateral pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian
frontal. Tumor pada fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher. (4,9,10)
Seizure
Edema Papil
Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab dengan
teknik neuroimaging tumor dapat segera dideteksi. Edema papil pada awalnya tidak
menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk melihat, tetapi edema papil yang
berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik buta, penyempitan lapangan
pandang perifer dan menyebabkan penglihatan kabur yang tidak menetap. (4,8,9)
Muntah
Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari massa
tumor tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah berulang pada
pagi dan malam hari, dimana muntah yang proyektil tanpa didahului mual menambah
kecurigaan adanya massa intrakranial. (4,8,9)
18
Tumor Kortikal
Tumor di dalam atau yang dekat dengan ventrikel tiga menghambat ventrikel
atau aquaduktus dan menyebabkan hidrosepalus. Perubahan posisi dapat
meningkatkan tekanan ventrikel sehingga terjadi sakit kepala berat pada daerah
frontal dan verteks, muntah dan kadang-kadang pingsan. Hal ini juga menyebabkan
gangguan ingatan, diabetes insipidus, amenorea, galaktorea dan gangguan pengecapan
dan pengaturan suhu. (4,9)
19
Terutama ditandai oleh disfungsi saraf kranialis, defek lapangan pandang,
nistagmus, ataksia dan kelemahan ekstremitas. Kompresi pada ventrikel empat
menyebabkan hidrosepalus obstruktif dan menimbulkan gejala-gejala umum. (4,9)
Tumor Serebellar
Muntah berulang dan sakit kepala di bagian oksiput merupakan gejala yang
sering ditemukan pada tumor serebellar. Pusing, vertigo dan nistagmus mungkin
menonjol. (4,9)
Gejala lokal yang menyesatkan ini melibatkan neuroaksis kecil dari lokasi
tumor yang sebenarnya. Sering disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial,
pergeseran dari struktur-struktur intrakranial atau iskemi. Kelumpuhan nervus VI
berkembang ketika terjadi peningkatan tekanan intrakranial yang menyebabkan
kompresi saraf. Tumor lobus frontal yang difus atau tumor pada korpus kallosum
menyebabkan ataksia (frontal ataksia). (9)
V. DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang
20
Foto polos dada dan pemeriksaan lainnya juga perlu dilakukan untuk
mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang akan memberikan
gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
VI. TERAPI
Pemilihan jenis terapi pada tumor otak tergantung pada beberapa faktor, antara lain :
adapun terapi yang dilakukan, meliputi Terapi Steroid, pembedahan, radioterapi dan
kemoterapi.
Terapi Steroid
Pembedahan
Radioterapi
21
ini didasarkan pada alasan bahwa sel-sel normal lebih mampu memperbaiki kerusakan
subletal dibandingkan sel-sel tumor dengan dosis tersebut. Radioterapi akan lebih
efisien jika dikombinasikan dengan kemoterapi intensif. (12)
Kemoterapi
Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekanan
intrakranial, kejang dan tanda deficit neurologik fokal yang progresif. Setiap proses
desak ruang di otak dapat menimbulkan gejala di atas, sehingga agak sukar
membedakan tumor otak dengan beberapa hal berikut :
- Abses intraserebral
- Epidural hematom
VIII. PROGNOSIS
II. PEMBAHASAN
22
A. Dasar Diagnosis
Sesuai dengan kesimpulan dari diagnosis klinis dan topis maka yang paling
tepat disini untuk memikirkan adanya SOL yang bersifat infratentorial pada pasien
ini
23
DAFTAR PUSTAKA
5. Harsono, Tumor Otak dalam Buku Ajar Neurologi Klinis edisi I, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta, 1999 : 201 – 207
7. Mahar, M., Proses Neoplasmatik di Susunan Saraf dalam Neurologi Klinis Dasar
edisi 5, Dian Rakyat, Jakarta, 2000 : 390 – 402
8. Meyer, J.S., Gilroy J., Tumors of the Central Nervous System in Medical
Neurology edisi 2, McMillan Publishing C. Inc, New York, 1995 : 611 – 629
10. Howard L.W., Lawrence P. L., Malignancy and the Nervous System in Neurology
edisi 5, Williams & Wilkins, Philadelphia, : 139 - 142
24
11. Facts About Brain Tumors at http://www.braintumor.org, dikutip tanggal 27
November 2008
12. John R.M., Howard K.W, A ,B, Cs of Brain Tumors — From Their Biology to
Their Treatments at http://www.brain-surgery.com, dikutip tanggal27 November
2008
25