Anda di halaman 1dari 25

RSUD ARIFIN ACHMAD

Fakultas Kedokteran UNRI


SMF/ BAGIAN SARAF
Sekretariat : SMF Saraf – Irna Medikal Lantai 3
Jl. Diponegoro No. 2 Telp. (0761) 7026225
PEKAN BAR U

STATUS PASIEN

Nama Koass : RIRI JULIANTI

NIM/NUK : 0112192 / 0116-XXII/08

Tanggal : 26 November 2008

I. IDENTITAS PASIEN

Nama Ny. M.
Umur 32 tahun
Jenis kelamin Wanita
Alamat Desa Bangko Pusako ROHIL
Agama Islam
Status perkawinan Kawin
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk RS 26 November 2008 Pukul 04:57
Medical Record 60 22 34

II. ANAMNESIS (autoanamnesis / alloanamnesis dari : Pasien dan Suami pasien )


Keluhan Utama
Kepala Pusing berputar sejak 5 bulan yang lalu

1
Riwayat Penyakit Sekarang
o Kepala pusing berputar, terus menerus ,Sejak 5 bulan yang lalu, kadang diikuti
oleh mual dan muntah. Pingsan (-), jatuh (-) tapi pasien masih tetap dapat
beraktifitas melakukan pekerjaan rumah walaupun kadang terganggu
o 3 bulan SMRS pasien merasakan pandangannya mulai kabur, sulit untuk
memfokuskan pandangan apa lagi pada jarak pandang yang jauh, mual dan
muntah semakin sering , tidak bisa berjalan karena sempoyongan sehingga pasien
tidak dapat melakukan aktifitasnya hanya tidur-tiduran dirumah. Untuk
mengatasinya pasien hanya membeli obat diwarung atau mencari pengobatan
alternatif
o 13 hari SMRS pasien merasakan pusing dan sakit sakit kepala tidak tertahankan
bahkan sampai pasien tidak bisa duduk bahkan sering jatuh kesalah satu sisi
tempat tidur jika duduk, tidur menjadi kurang karena kepala terasa berputar
dirasakan terus menerus tidak berkurang dengan posisi apapun. Muntah (+).
Akhirnya pasien berobat ke Rumah sakit di Duri dan dirawat selama seminggu
tapi keluhan tidak berkurang sehingga pasien dirujuk ke RSUD AA

Riwayat Penyakit Dahulu


o Pasien belum pernah sakit sebelumnya
o Riwayat trauma (-)
o Riwayat penurunan berat badan secara drastis (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama

RESUME ANAMNESIS
Ny. M wanita 32 tahun, datang dengan keluhan gangguan keseimbangan sejak
5 bulan yang lalu berupa pusing kepala pusing berputar, mual (+), muntah (+),
pandangan kabur, tidak bisa duduk karena jatuh, Riwayat penurunan berat badan
secara drastis (-)

III. PEMERIKSAAN
A. KEADAAN UMUM
Tekanan darah : kanan: 140/90 mmHg,
Denyut nadi : kanan : 87 /mnt, teratur

2
Jantung : HR : 87 / mnt, irama : sinus rythm
Respirasi : 20 kali/mnt Tipe : Thorakoabdominal
Suhu : 36,8 oC

B. STATUS NEUROLOGIK
1) KESADARAN : Composmentis GCS : E4 M6 V5
2) FUNGSI LUHUR :
 Memori jangka panjang : Baik
 Memori jangka pendek : Baik
 Memori segera : Terganggu
3) KAKU KUDUK : (-)
4) SARAF KRANIAL :
1. N. I (Olfactorius )
Kanan Kiri Keterangan
Daya pembau + + Normal

2. N.II (Opticus)
Kanan Kiri Keterangan
Daya penglihatan sdn sdn
Lapang pandang N N Tidak ada kelainan
Pengenalan warna N N

3. N.III (Oculomotorius)
Kanan Kiri Keterangan
Ptosis - -
Pupil
Bentuk Bulat, isokor Bulat, isokor
Ukuran 3 mm 3 mm
Tidak ada
Gerak bola mata Normal Normal
kelainan
Refleks pupil
Langsung + +
Tidak langsung + +

4. N. IV (Trokhlearis)
Kanan Kiri Keterangan
Gerak bola mata N N Tidak ada kelainan

5. N. V (Trigeminus)

3
Kanan Kiri Keterangan
Motorik N N
Sensibilitas N N Tidak ada kelainan
Refleks kornea + +

6. N. VI (Abduscens)
Kanan Kiri Keterangan

Gerak bola mata Terbatas Terbatas


Strabismus - -
Deviasi - -

7. N. VII (Facialis)
Kanan Kiri Keterangan
Tic - -
Motorik N N
Daya perasa N N
Tanda Chvostek - -

8. N. VIII (Akustikus)
Kanan Kiri Keterangan
Pendengaran N N Tidak ada kelainan

9. N. IX (Glossofaringeus)
Kanan Kiri Keterangan
Arkus farings N N
Daya perasa N N Tidak ada kelainan
Refleks muntah (+) (+)

10. N. X (Vagus)
Kanan Kiri Keterangan
Arkus farings N N
Tidak ada kelainan
Dysfonia - -

11. N. XI (Assesorius)
Kanan Kiri Keterangan

4
Motorik N N
Tidak ada kelainan
Trofi E E

12. N. XII (Hipoglossus)


Kanan Kiri Keterangan
Motorik N N
Trofi E E Tidak ada kelainan
Tremor - -
Disartri - -

IV. SISTEM MOTORIK


Kanan Kiri Keterangan
Ekstremitas atas
Kekuatan
Distal 5 5
Proksimal 5 5
Tonus N N
Trofi E E
Ger.involunter - -
Tidak ada kelainan
Ekstremitas bawah
Kekuatan
Distal 5 5
Proksimal 5 5
Tonus N N
Trofi E E
Ger.involunter - -
Badan
Trofi E E Tidak ada kelainan
Ger. involunter - -
Ref.dinding perut + +

V. SISTEM SENSORIK
Sensasi Kanan Kiri Keterangan
Raba + +
Nyeri + +
Tidak ada kelainan
Suhu
Propioseptif N N

5
VI. REFLEKS
Kanan Kiri Keterangan
Fisiologis
Biseps + +
Triseps + + (+) Normal
KPR + +
APR + +
Patologis
Babinski - -
Chaddock - -
Hoffman Tromer - - Refleks patologis (-)
Reflek primitif :
Palmomental - -
Snout - -

VII. FUNGSI KORDINASI


Kanan Kiri Keterangan
Test telunjuk hidung (-) (-)
Test tumit lutut Tidak dapat
Gait dilakukan , karena
Tandem pasien tidak dapat
Romberg berdiri
Nistagmus (+) (+)

VIII. SISTEM OTONOM


Miksi : normal
Defekasi : sudah 2 hari tidak BAB

IX. PEMERIKSAAN KHUSUS/LAIN


a. Laseque : tidak terbatas
b. Kernig : (-)/(-)
c. Patrick : (-)/(-)
d. Kontrapatrick : (-)/(-)
e. Valsava test : tidak dilakukan
f. Brudzinski : (-)/(-)

6
X. RESUME PEMERIKSAAN
Keadaan umum
Kesadaran : komposmentis
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Pernafasan : 20x/menit,
Fungsi luhur : normal
Rangsang meningeal : (-)
Saraf kranial : Gerakan bola mata terbatas
Motorik : Tidak ditemukan kelainan
Sensorik : Tidak ditemukan kelainan
Kordinasi : Terdapat gangguan koordinasi
Otonom : Dalam batas normal
Refleks
Fisiologis : normal
Patologis : (-)

D. DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS KLINIS :
- Ataxia
- Gangguan koordinasi
- Sindrom peningkatan TTIK (cephalgia kronik progresif, pandangan
kabur, muntah)
DIAGNOSIS TOPIK :
Susp. Cerebellum
DIAGNOSIS ETIOLOGIK :
Susp. SOL infratentorial
DIAGNOSIS BANDING :
Tumor :
 Tumor primer
 Metastase
Infeksi :
 Abses

E. USUL PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Darah rutin : Hemoglobin, Hematokrit, trombosit, clotting time, bleeding time.

7
 CT Scan kepala dengan kontras
 Ro Thoraks

F. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG


a) Pemeriksaan Darah Rutin (26 November 2008)
Hb : 12,4 gr%
Leukosit : 11.100/mm3
Trombosit : 345.000/mm3
HT : 40%
BT : 1’30’’
CT : 3’30’’

b) Head CT Scan (27 November 2008)

Hasil Pemeriksaan CT Scan :


- Tepi tulang cranium intake, Fraktur (-)
- Lesi hipodens pada basis kranii
- Tidak terdapat pergeseran dari mid line shift

8
- Ventrikel IV dan lateral melebar
Kesimpulan
 SOL Basis Cranii
 Hidrosefalus  Susp. Massa pada batang otak
c) Ro Thorak : Tidak dilakukan

E. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan Umum :
 Bed Rest
 Observasi Kesadaran
2. Penatalaksanaan Khusus
 IVFD RL 20 tpm
 Inj. Metoclopramide 10 mg x 3
 Inj. Dexamethason 4 x 1 ampul
 Inj. Ranitidin 2 x 1 ampul

F. FOLLOW UP
Tanggal Subjective Objective Assesment Planning
27/11/2008 Kepala pusing Kesadaran : Susp. SOL 1. Umum :
berputar, tidak Komposmentis infratentorial  Bed Rest
dapat duduk, GCS E4M6V5  Observasi
mual + Muntah Vital sign : Kesadaran
 TD : 130/80 mmHg 2. Khusus
 Nadi : 88 x/menit  IVFD RL 20 tpm
 RR : 20 x/menit  Inj. Metoclopramide
 Suhu : 37 oC 10 mg x 3
Fungsi luhur :  Inj. Dexamethason 4 x

 Memori jangka 1 ampul

panjang : Baik  Inj. Ranitidin 2 x 1

 Memori jangka ampul

9
pendek: Baik
 Memori segera : Usulan pemeriksaan:
Terganggu Head CT Scan dengan
Motorik : DBN kontras
Sensorik : DBN
Refleks pupil : (+/+)
Refleks kornea : (+/+)
Refleks fisiologis : (+/+)
Refleks patologis : (-/-)
Sistem otonom : DBN
28/11/2008 Kepala pusing Kesadaran : SOL Hasil CT Scan :
berputar, tidak Komposmentis infratentorial  SOL Basis Cranii
dapat duduk, GCS E4M6V5  Hidrosefalus  Susp.
mual + Muntah Vital sign : Massa pada batang
 TD : 130/90 mmHg otak
 Nadi : 98 x/menit Penatalaksanaan :
 RR : 20 x/menit  Terapi lanjut +
 Suhu : 37 oC  Inj. Dexamethason
Fungsi luhur :  Konsul Bedah saraf
 Memori jangka
panjang : Baik
 Memori jangka
pendek: Baik
 Memori segera :
Terganggu
Motorik : DBN
Sensorik : DBN
Refleks pupil : (+/+)
Refleks kornea : (+/+)
Refleks fisiologis : (+/+)
Refleks patologis : (-/-)
Sistem otonom : DBN
29/11/2008 Kepala pusing Kesadaran : komposmentis SOL Penatalaksanaan :
berputar, tidak Vital sign : infratentorial  Terapi lanjut
dapat duduk,  TD : 120/80 mmHg  Konsul Bedah saraf

10
mual + Muntah  Nadi : 89 x/menit dijawab 
 RR : 20 x/menit PASIEN ALIH RAWAT

 Suhu : 37 oC BEDAH SARAF

Fungsi luhur :
 Memori jangka
panjang : Baik
 Memori jangka
pendek: Baik
 Memori segera :
Terganggu
Motorik : DBN
Sensorik : DBN
Refleks pupil : (+/+)
Refleks kornea : (+/+)
Refleks fisiologis : (+/+)
Refleks patologis : (-/-)
Sistem otonom : DBN
01/12/2008 Kepala pusing Seperti Diatas Hidrosefalus Cito
berputar, tidak Akut + SOL Pasien di Persiapan
dapat duduk, infratentorial Operasi VP Shunt
mual + Muntah Pasien di Operasi
pemasangan VP Shuunt
Pukul 23.00

02/12/2008 Kepala pusing Seperti Diatas Post VP Shunt  Ciprofloxacin 2 x 250


berputar, hari ke 1 + mg
Muntah SOL  Tramadol 3x100 mg
infratentorial  Ranitidin 3x 1 amp
 Citicolin 2 x 250 mg
04/12/2008 Kepala pusing, Kesadaran : komposmentis SOL Persiapkan Operasi
mual + Muntah Vital sign : infratentorial Craniotomi
 TD : 130/90 mmHg + Post VP SOL Infratentorial
 Nadi : 89 x/menit shunt

 RR : 20 x/menit
 Suhu : 37 oC
13/12/2008 Pusing dan Pukul 12.05 – 13.00 Wib Post Craniotomi

11
mual Kes : Sopor craniotomi Laporan Operasi :
GCS E1M3V2 hari ke I Ditemukan massa
Tanda Vital ; terbungkus kapsul
 TD : 135/92 mmHg arachnoid dengan
 ND : 94 x/menit diameter 0,3 cm
Saturasi ; 100% terbungkus cairan LCS
jernih dengan berat ± 100
Pukul 14.00 Wib gram
Kes : Komposmentis UMUM
GCS E1M3V2  IVFD Nacl 0,9% 20
Tanda Vital ; tpm
 TD : 135/92 mmHg  Plasmanat 1 fls/hr
 ND : 94 x/menit  Puasa sampai BU (+)
Saturasi ; 100%  Cek Hb, Ht,Leuko dan
Elektrolit
Hasil :
Hb 11,3 gr%
Leukosit 17.100/mm3
Ht 24 %
Elektrolit :
Na 139
K 3,9
Ca++ 0,55
KHUSUS
 Ciprofloxacin 2 x 250
mg
 Tramadol 3x100 mg
 Ranitidin 3x 1 amp
 Citicolin 2 x 250 mg
14/12/2008 Pusing + Kes : Komposmentis Post UMUM
Muntah setiap GCS E4M6V5 craniotomy  IVFD Nacl 0,9% 20
kali makan Tanda Vital ; hari ke II tpm
 TD : 135/92 mmHg  Plasmanat 1 fls/hr
 ND : 94 x/menit  MC 3 x 250 cc
Saturasi ; 100% KHUSUS

12
 Ciprofloxacin 2 x 250
mg
 Tramadol 3x100 mg
 Ranitidin 3x 1 amp
 Citicolin 2 x 250 mg

15/12/2008 Mual dan Kes : Komposmentis Post UMUM
Muntah GCS E4M6V5 craniotomi  IVFD Nacl 0,9% 20
Tanda Vital ; hari ke III tpm
 TD : 150/90 mmHg  Plasmanat 1 fls/hr
 ND : 96x/menit  ML 3 x 250 cc
 Saturasi ; 100% KHUSUS
 Ciprofloxacin 2 x
250mg
 Tramadol 3x100 mg
 Ranitidin 3x 1 amp
 Citicolin 2 x 250 mg
Nb: ACC Rawat ruangan

F. DIAGNOSIS AKHIR
DIAGNOSIS KLINIS :
- Sindrom serebellar
- Sindrom peningkatan TTIK
DIAGNOSIS TOPIK :
serebellum
DIAGNOSIS ETIOLOGIK :
Susp. Tumor Primer serebellar ( Susp. Arachnoid Cyst)

13
PEMBAHASAN

I. Tinjauan Pustaka

PENDAHULUAN

Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal di dalam otak.
Yang terdiri atas Tumor otak benigna dan maligna. Tumor otak benigna adalah
pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak ganas, sedangkan tumor
otak maligna adalah kanker di dalam otak yang berpotensi menyusup dan
menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah menyebar (metastase) ke otak
dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.(1)

Tumor otak dibagi menjadi dua tipe :

1. Tumor primer, yaitu tumor yang berasal dari dalam otak sendiri. Bisa berasal dari
astrosit, oligodendrosit, ependimosit, fibroblast arakhnoidal, neuroblas-meduloblas.

2. Tumor sekunder, yaitu tumor yang berasal dari karsinoma metastasis yang terjadi di
bagian tubuh lainnya, contohnya yang paling sering adalah yang berasal dari tumor
paru-paru pada pria dan tumor payudara pada wanita. (2)

Insidens tumor otak primer terjadi pada sekitar enam kasus per 100.000
populasi per tahun. Dimana tumor otak primer tersebut kira-kira 41% adalah glioma,
17% meningioma, 13% adenoma hipofisis dan 12% neurilemoma. Pada orang dewasa
60% terletak supratentorial sedang pada anak 70% terletak infratentorial. Pada anak
yang paling sering ditemukan adalah tumor serebellum yaitu meduloblastoma dan
astrositoma, sedangkan pada dewasa adalah glioblastoma multiforme. (2,3,4)

II. KLASIFIKASI

14
Ada beberapa macam klasifikasi, tetapi yang paling sering dijumpai adalah klasifikasi
berdasarkan lokasi, yaitu :

1. Tumor supratentorial

a. Hemisfer otak, terbagi lagi :

Glioma :

- Glioblastoma multiforme

- Astrositoma

- Oligodendroglioma

Meningioma

Tumor Metastasis

b. Tumor struktur median

- Adenoma hipofisis

- Tumor glandula pienalis

- Kraniofaringioma

2. Tumor infratentorial

a. Schwanoma akustikus

b. Tumor metastasis

c. Meningioma

d. Hemangioblastoma (4,5,6)

III. ETIOLOGI

15
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun
telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau,
yaitu :

1. Herediter

Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-
anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat
dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang
jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.

2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)

Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan


yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan
merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.

Arachnoid cyst ( “ Localized Pseudotumor’) adalah lesi yang umumnya


bersifat kongenital, secara klinis dapat mengenai semua usia tetapi akan menjadi lebih
jelas pada usia dewasa. Akan memberikan gejala berupa peningkatan TTIK, dan
terkadang tanda fokal di serebral atau tanda diserebellar. Kejang dapat terjadi tetapi
tidak spesifik(4)

3. Radiasi

Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu
glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.

4. Virus

Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses

16
terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi
virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.

5. Substansi-substansi Karsinogenik

Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.


Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone,
nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan (7,8)

IV. GEJALA KLINIK

Gejala klinik pada tumor intrakranial dibagi dalam 3 kategori, yaitu :

1. Gejala umum

2. Gejala lokal

3. Gejala lokal yang menyesatkan (False lokalizing features)

1. Gejala Klinik Umum

Gejala umum timbul karena peningkatan tekanan intrakranial atau akibat


infiltrasi difus dari tumor. Gejala yang paling sering adalah sakit kepala, perubahan
status mental, kejang, nyeri kepala hebat, papil edema, mual dan muntah. Tumor
maligna (ganas) menyebabkan gejala yang lebih progresif daripada tumor benigna
(jinak). Tumor pada lobus temporal depan dan frontal dapat berkembang menjadi
tumor dengan ukuran yang sangat besar tanpa menyebabkan defisit neurologis, dan
pada mulanya hanya memberikan gejala-gejala yang umum. Tumor pada fossa
posterior atau pada lobus parietal dan oksipital lebih sering memberikan gejala fokal
dulu baru kemudian memberikan gejala umum. (4,9)

Nyeri Kepala

Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang
kemudian berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri kepala
berat juga sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan
aktivitas fisik. Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri

17
kepala ipsilateral pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian
frontal. Tumor pada fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher. (4,9,10)

Perubahan Status Mental

Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan mood


dan berkurangnya inisiatif adalah gejala-gejala umum pada penderita dengan tumor
lobus frontal atau temporal. Gejala ini bertambah buruk dan jika tidak ditangani dapat
menyebabkan terjadinya somnolen hingga koma. (4,9,10)

Seizure

Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat seperti


astrositoma, oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering terjadi pada tumor di
lobus frontal baru kemudian tumor pada lobus parietal dan temporal. (4,9,10)

Edema Papil

Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab dengan
teknik neuroimaging tumor dapat segera dideteksi. Edema papil pada awalnya tidak
menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk melihat, tetapi edema papil yang
berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik buta, penyempitan lapangan
pandang perifer dan menyebabkan penglihatan kabur yang tidak menetap. (4,8,9)

Muntah

Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari massa
tumor tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah berulang pada
pagi dan malam hari, dimana muntah yang proyektil tanpa didahului mual menambah
kecurigaan adanya massa intrakranial. (4,8,9)

2. Gejala Klinik Lokal

Manifestasi lokal terjadi pada tumor yeng menyebabkan destruksi parenkim,


infark atau edema. Juga akibat pelepasan faktor-faktor ke daerah sekitar tumor
(contohnya : peroksidase, ion hydrogen, enzim proteolitik dan sitokin), semuanya
dapat menyebabkan disfungsi fokal yang reversibel. (4,9)

18
Tumor Kortikal

Tumor lobus frontal menyebabkan terjadinya kejang umum yang diikuti


paralisis pos-iktal. Meningioma kompleks atau parasagital dan glioma frontal khusus
berkaitan dengan kejang. Tanda lokal tumor frontal antara lain disartri, kelumpuhan
kontralateral, dan afasia jika hemisfer dominant dipengaruhi. Anosmia unilateral
menunjukkan adanya tumor bulbus olfaktorius. (4,9)

Tumor Lobus Temporalis

Gejala tumor lobus temporalis antara lain disfungsi traktus kortikospinal


kontralateral, defisit lapangan pandang homonim, perubahan kepribadian, disfungsi
memori dan kejang parsial kompleks. Tumor hemisfer dominan menyebabkan afasia,
gangguan sensoris dan berkurangnya konsentrasi yang merupakan gejala utama tumor
lobus parietal. Adapun gejala yang lain diantaranya disfungsi traktus kortikospinal
kontralateral, hemianopsia/ quadrianopsia inferior homonim kontralateral dan simple
motor atau kejang sensoris. (4,9)

Tumor Lobus Oksipital

Tumor lobus oksipital sering menyebabkan hemianopsia homonym yang


kongruen. Kejang fokal lobus oksipital sering ditandai dengan persepsi kontralateral
episodic terhadap cahaya senter, warna atau pada bentuk geometri.

Tumor pada Ventrikel Tiga dan Regio Pineal

Tumor di dalam atau yang dekat dengan ventrikel tiga menghambat ventrikel
atau aquaduktus dan menyebabkan hidrosepalus. Perubahan posisi dapat
meningkatkan tekanan ventrikel sehingga terjadi sakit kepala berat pada daerah
frontal dan verteks, muntah dan kadang-kadang pingsan. Hal ini juga menyebabkan
gangguan ingatan, diabetes insipidus, amenorea, galaktorea dan gangguan pengecapan
dan pengaturan suhu. (4,9)

Tumor Batang Otak

19
Terutama ditandai oleh disfungsi saraf kranialis, defek lapangan pandang,
nistagmus, ataksia dan kelemahan ekstremitas. Kompresi pada ventrikel empat
menyebabkan hidrosepalus obstruktif dan menimbulkan gejala-gejala umum. (4,9)

Tumor Serebellar

Muntah berulang dan sakit kepala di bagian oksiput merupakan gejala yang
sering ditemukan pada tumor serebellar. Pusing, vertigo dan nistagmus mungkin
menonjol. (4,9)

3. Gejala Lokal yang Menyesatkan (False Localizing Features)

Gejala lokal yang menyesatkan ini melibatkan neuroaksis kecil dari lokasi
tumor yang sebenarnya. Sering disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial,
pergeseran dari struktur-struktur intrakranial atau iskemi. Kelumpuhan nervus VI
berkembang ketika terjadi peningkatan tekanan intrakranial yang menyebabkan
kompresi saraf. Tumor lobus frontal yang difus atau tumor pada korpus kallosum
menyebabkan ataksia (frontal ataksia). (9)

V. DIAGNOSIS

Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita tumor


otak yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti, adapun
pemeriksaan penunjang yang dapat membantu yaitu CT-Scan dan MRI. () Dari
anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita yang
mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah diuraikan di atas. Misalnya ada
tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang. Sedangkan melalui pemeriksaan fisik
neurologik mungkin ditemukan adanya gejala seperti edema papil dan deficit
lapangan pandang. (2,5)

Pemeriksaan Penunjang

CT scan dan MRI memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi


prosedur investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau
tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari
sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun
proses lainnya.

20
Foto polos dada dan pemeriksaan lainnya juga perlu dilakukan untuk
mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang akan memberikan
gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.

Pemeriksaan cairan serebrospinal juga dapat dilakukan untuk melihat adanya


sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan
terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis
histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat
untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri). (8,11)

VI. TERAPI

Pemilihan jenis terapi pada tumor otak tergantung pada beberapa faktor, antara lain :

- kondisi umum penderita

- tersedianya alat yang lengkap

- pengertian penderita dan keluarganya

- luasnya metastasis. (5)

adapun terapi yang dilakukan, meliputi Terapi Steroid, pembedahan, radioterapi dan
kemoterapi.

Terapi Steroid

Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial,


namun tidak berefek langsung terhadap tumor. (4)

Pembedahan

Pembedahan dilaksanakan untuk menegakkan diagnosis histologik dan untuk


mengurangi efek akibat massa tumor. Kecuali pada tipe-tipe tumor tertentu yang tidak
dapat direseksi. (12)

Radioterapi

Tumor diterapi melalui radioterapi konvensional dengan radiasi total sebesar


5000-6000 cGy tiap fraksi dalam beberapa arah. Kegunaan dari radioterapi hiperfraksi

21
ini didasarkan pada alasan bahwa sel-sel normal lebih mampu memperbaiki kerusakan
subletal dibandingkan sel-sel tumor dengan dosis tersebut. Radioterapi akan lebih
efisien jika dikombinasikan dengan kemoterapi intensif. (12)

Kemoterapi

Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan, kemoterapi


tetap diperlukan sebagai terapi tambahan dengan metode yang beragam. Pada tumor-
tumor tertentu seperti meduloblastoma dan astrositoma stadium tinggi yang meluas ke
batang otak, terapi tambahan berupa kemoterapi dan regimen radioterapi dapat
membantu sebagai terapi paliatif. (12)

VII. DIAGNOSIS BANDING

Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekanan
intrakranial, kejang dan tanda deficit neurologik fokal yang progresif. Setiap proses
desak ruang di otak dapat menimbulkan gejala di atas, sehingga agak sukar
membedakan tumor otak dengan beberapa hal berikut :

- Abses intraserebral

- Epidural hematom

- Hipertensi intrakranial benigna

- Meningitis kronik. (5)

VIII. PROGNOSIS

Prognosisnya tergantung jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di Negara-


negara maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang tepat melalui
pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka ketahanan hidup 5 tahun (5 years
survival) berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup 10 tahaun (10 years survival)
berkisar 30-40%. Terapi tumor otak di Indonesia secara umum prognosisnya masih
buruk, berdasarkan tindakan operatif yang dilakukan pada beberapa rumah sakit di
Jakarta.(4,6)

II. PEMBAHASAN

22
A. Dasar Diagnosis

a) Dasar Diagnosis Klinis

Pada pasien didapatkan beberapa gambaran klinis yang bermakna bagi


diagnosis dari pasien berupa ataxia, Gangguan koordinasi yang ditandai dari test
koordinasi telunjuk hidung yang mengalami gangguan, pasien tidak dapat
berjalan, dan yang terakhir dijumpai adanya sindrom peningkatan TTIK yang
mana pada kasus ini dijumpai berupa cephalgia kronik progresif, pandangan kabur
dan muntah

b) Dasar Diagnosis Topik

Dari hasil anamnesis dan Pemeriksaan fisik didapatkan kecurigaan terbesar


adanya lesi yang berasal dari serebellum ini ditandai dengan adanya gangguan
koordinasi, pusing , gejala vertigo dan nistagmus .

c) Dasar Diagnosis Etiologik

Sesuai dengan kesimpulan dari diagnosis klinis dan topis maka yang paling
tepat disini untuk memikirkan adanya SOL yang bersifat infratentorial pada pasien
ini

d) Dasar Diagnosis Banding

Setelah anamnesis dan Pemeriksaan fisik hanya didapatkan kesimpulan


adanya massa di serebellum namun belum pasti jenis apakah memang SOL yang
bersifat primer, metastase atau berupa abses

B. Dasar Usulan Pemeriksaan

Pemeriksaan Darah rutin : Sebagai langkah awal untuk menilau keadaan


umum pasien dan persiapan operasi

Roentgen Thorak untuk menyingkirkan kemungkinan adanya metastase dari


paru

CT Scan Kepala dengan kontras sebagai Gold Standar bagi SOL

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Informasi tentang Tumor Otak dalam http://www.medicastore.com dikutip tanggal


27 November 2008
2. Adams and Victors, Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic Disorders in
Manual of Neurology edisi 7, McGraw Hill, New York, 2002 : 258 – 263

3. Adams and Victors, Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic Disorders in


Principles of Neurology edisi 7, McGraw Hill, New York, 2001 : 676 – 721

4. Syaiful Saanin, dr, Tumor Intrakranial dalam


http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Pendahuluan.html, dikutip tanggal 27
November 2008

5. Harsono, Tumor Otak dalam Buku Ajar Neurologi Klinis edisi I, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta, 1999 : 201 – 207

6. What you need to Know about Brain Tumor at http://www.cancer.gov

7. Mahar, M., Proses Neoplasmatik di Susunan Saraf dalam Neurologi Klinis Dasar
edisi 5, Dian Rakyat, Jakarta, 2000 : 390 – 402

8. Meyer, J.S., Gilroy J., Tumors of the Central Nervous System in Medical
Neurology edisi 2, McMillan Publishing C. Inc, New York, 1995 : 611 – 629

9. Bradley, Walter G., Neuro-Oncology in Pocket Companion to Neurology in


Clinical Practice edisi 3, Butterworth, Boston 2000 : 239 – 267

10. Howard L.W., Lawrence P. L., Malignancy and the Nervous System in Neurology
edisi 5, Williams & Wilkins, Philadelphia, : 139 - 142

24
11. Facts About Brain Tumors at http://www.braintumor.org, dikutip tanggal 27
November 2008

12. John R.M., Howard K.W, A ,B, Cs of Brain Tumors — From Their Biology to
Their Treatments at http://www.brain-surgery.com, dikutip tanggal27 November
2008

25

Anda mungkin juga menyukai