Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan adalah proses

mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses, perbuatan,

serta cara mendidik. Setiap manusia berhak atas pendidikan yang layak agar tidak

menjadi bodoh, miskin dan diperbudak. Selain itu, pendidikan dipilih sebagai

alternatif utama pengembangan budaya dan karakter bangsa, karena pendidikan

merupakan sarana dalam membangun generasi barubangsa.

Matematika merupakan salah satu bidang yang memiliki peranan penting

dalam pendidikan. Matematika tidak hanya merupakan alat berpikir yang

membantu kita untuk menemukan pola, memecahkan masalah dan menarik

kesimpulan, tetapi juga sebuah alat untuk mengomunikasikan pikiran kita tentang

berbagai ide dengan jelas, tepat dan ringkas. Bahkan, matematika dianggap

sebagai bahasa universal dengan simbol-simbol dan struktur yang unik. Hal ini

dikarenakan matematika merupakan ilmu dasar yang berperan penting dalam

mempelajari ilmu pengetahuan dan dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-

hari. Seseorang akan merasa mudah memecahkan masalah dengan bantuan

matematika, karena ilmu matematika memberikan kebenaran berdasarkan alasan

logis dan sistematis (B. Uno & Masri Kuadrat, 2010:109).

Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

Mata Pelajaran Matematika, tujuan pembelajaran matematika adalah agar siswa

1
2

mampu: (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan

antarkonsepdan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,

efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) Menggunakan penalaran pada

pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,

menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3)

Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang

model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh;

(4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media

lainuntuk memperjelas keadaan atau masalah; dan (5) Memiliki sikap

menghargai. Kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin

tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan

percaya diri dalam pemecahan masalah.

Romberg dan Chair (dalam Qohar, 2011) mengemukakan bahwa

menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam idea matematika;

menjelaskan idea, situasi dan relasi matematik secara lisan atau tulisan dengan

benda nyata, gambar, grafik dan aljabar; menyatakan peristiwa sehari hari dalam

bahasa atau simbol matematika; mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang

matematika; membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis,

membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi;

menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari

merupakan kemampuan komunikasi matematis. Hal ini sesuai dengan tujuan

pelajaran matematika keempat yaitu mengomunikasikan gagasan dengan simbol,

tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
3

Peserta didik yang sudah memahami materi matematika dituntut untuk

dapat mengomunikasikannya karena matematika tidak hanya sebagai alat bantu

bagi ilmu lain tetapi juga sebagai media bagi siswa untuk berkomunikasi baik

antarsiswa maupun siswa dengan guru. Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat

(2010:109) mengemukakan bahwa dengan bahasa numerik, memungkinkan

seseorang dapat melakukan pengukuran secara kuantitatif yang kemudian

memberikan kemudahan bagi seseorang untuk menyikapi suatu masalah. Dengan

demikian kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan yang

penting dan perlu untuk dimiliki siswa.

Akan tetapi, kenyataan di lapangan dari berbagai bidang studi di sekolah,

matematika merupakan bidang studi yang dianggap menakutkan dan sulit

olehpara siswa. Menurut Ruseffendi (Ansari, 2012) bagian terbesar dari

matematika yang dipelajari siswa di sekolah tidak diperoleh melalui eksplorasi

matematik, tetapi melalui pemberitahuan. Selama proses pembelajaran

matematika berlangsung terdapat beberapa masalah yang menghambat

terlaksananya kegiatan belajar tersebut. Proses pembelajaran yang diterapkan

kurang membangun kemampuan komunikasi matematika siswa sehingga keadaan

tersebut menyebabkan siswa pasif dalam proses belajar mengajar di kelas.

Ansari (2012) mengungkapkan bahwa berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa merosotnya pemahaman matematik siswa di kelas antara lain

karena: (1) dalam mengajar guru mencontohkan pada siswa bagaimana

menyelesaikan soal; (2) siswa belajar dengan cara mendengar dan menonton guru

melakukan matematik, kemudian guru memecahkannya sendiri; dan (3) pada saat
4

mengajar matematika, guru langsung menjelaskan topik yang akan dipelajari,

dilanjutkan dengan pemberian contoh dan soal untuk latihan. Kondisi

pembelajaran yang seperti ini menyebabkan siswa tidak komunikatif dan tidak

mempunyai keterampilan mengembangkan dirinya.

Salah satu hal yang diduga dapat mengembangkan kemampuan

komunikasi matematis siswa adalah pembelajaran yang berpusat pada peserta

didik. Indonesia menerapkan Kurikulum 2013 sejak tahun ajaran 2013/2014.

Kurikulum 2013 menyarankan setiap pembelajaran menggunakan pendekatan

saintifik, termasuk untuk pembelajaran matematika. Pembelajaran saintifik

berpusat pada peserta didik. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran meliputi,

mencari informasi dengan cara mengamati, bertanya kepada pendidik ataupun

teman sebaya, melakukan percobaan, kemudian mengolah data atau informasi

yang telah diperoleh, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian

menyimpulkan, dan mencipta (Misykat Malik Ibrahim, 2013:85).

Penerapan pembelajaran saintifik ini dapat dikombinasikan dengan

pembelajaran lain, salah satunya yaitu model pembelajaran kooperatif karena

pembelajaran kooperatif dan pembelajaran saintifik sama-sama berpusat pada

peserta didik. Rusman (2016:202) mengemukakan bahwa inti dari pembelajaran

kooperatif adalah peserta didik belajar dan bekerjasama dalam kelompok kecil

secara berkelompok yang anggotanya terdiri dari minimal empat sampai dengan

enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Salah satu bentuk

kerjasamanya adalah adanya komunikasi antara nggota yang mengungkapkan ide-

ide matematis, sehingga pembelajaran kooperatif ini dapat memfasilitasi peserta


5

didik untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan

judul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pairs Check dengan

Pendekatan Santifik Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

kelas VII MTSS Baitul Arqom Polinggona”.

1.2 Batasan Masalah

Penelitian ini difokuskan untuk mendeskripsikan efektivitas model

pembelajaran kooperatif tipe pire check dengan pendekatan saintifik, serta

membandingkan hasilnya untuk mengetahui apakah ada perbedaan efektivitas

ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis pada peserta didik.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah, maka disusun rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe pairs check dengan

pendekatan saintifik?

2. Bagaimanakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang di ajar

menggunakan model pembelajaran konvensional?

3. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe pairs check dengan pendekatan

saintifik lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional

terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII MTSS Baitul

Arqom Polinggona?
6

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian yang

akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimanakah kemampuan komunikasi matematis

siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe pairs

check dengan pendekatan saintifik.

2. Untuk mengetahui bagaimanakah kemampuan komunikasi matematis

siswa yang di ajar menggunakan model pembelajaran konvensional.

3. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe pairs check

dengan pendekatan saintifik lebih efektif dibandingkan dengan model

pembelajaran konvensional terhadap kemampuan komunikasi

matematissiswa kelas VII MTSS Baitul Arqom Polinggona.

1.5 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian selalu memiliki kegunaan dan manfaat, baik manfaat

secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat bagi peserta didik

Dapat memberikan pengalaman belajar menggunakan pendekatan

pembelajaran saintifik dengan model pembelajaran kooperatif tipe pairs check.

Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis

pesertadidik.

2. Bagi guru matematika

Dapat memberikan referensi terkait alternatif model pembelajaran

matematika yang dapat diterapkan bersama-sama dengan pendekatan


7

pembelajaran saintifk dan diharapkan efektif ditinjau dari kemampuan

komunikasi matematis peserta didik.

3. Bagi peneliti

Dapat memberikan pengalaman merancang pembelajaran matematika

yang diharapkan efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis peserta

didik.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas berasal dari kata “efektif” dalam kamus besar Bahasa Indonesia

efektif berarti: (1) ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); (2) dapat

membawa hasil, berhasil guna. Adapun efektivitas berarti: (1) keadaan

berpengaruh (hal berkesan); (2) keberhasilan usaha atau tindakan (KBBI,

2009:127). Menurut supriadi (2013) pemebelajaran efektif adalah kombinasi yang

tersusun meliputi manusiawi, material, fasilisat, perlengkapan dan prosedur

diarahkan untuk mengubah perilaku siswa kearah yang positif dan perbedaan yang

dimiliki siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran

adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa maupun antar

siswa dengan guru dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2.1.2 Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Menurut Isrok’atun dan Amelia Rosmala (2018:126) model pembelajaran

kooperatif atau sering disebut cooperative learning merupakan salah satu rumpun

model pembelajaran interaksi sosial. Model ini identik dengan adanya suatu

interaksi antarsiswa dalam mengomunikasikan suatu ide atau gagasan. Proses

komonikasi antar siswa terjadi dalam suatu tim. Oleh karena itu, model

pembelajaran kooperatif disebut model gotong royong. Dalam sebuah tim, siswa

harus bekerja sama dalam menyelesaikan suatu tugas.

8
9

Pembelajaran kooperatif dilakukan dalam suatu kelompok yang heterogen,

yakni dalam satu kelompok terdiri dari beberapa siswa dengan karakter yang

berbeda. Karakter siswa yang heterogen menjadi sebuah kekuatan untuk saling

membantu dalam menyelesaikan masalah. Hal ini sejalan berarti bahwa

pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada sisiwa yang berbeda latar

belakang dan kondisi, untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-

tugas bersama, dan melalui struktur penghargaan dapat belajar untuk menghargai

salu sama lain.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

kooperatif merupakan model pembelajaran berkelompok yang bersifat heterogen,

untuk bekerja sama menyelesaikan masalah melalui pembagian suatu tugas belajar

dalam satu kelompok.

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check

1. Pengertian Model Cooperatif Learning Tipe Pair Check

Menurut Ridwan Abdullah Sani (2014:89) model pembelajaran merupakan

kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan

berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar untuk

mencapai tujuan belajar. Sedangkan menurut Hamzah B. Uno dan Nurdin

Mohamad (2011:219) model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya

para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk

mencapai tujuan pendidikannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru
10

agar terjadi proses belajar pada diri siswa atau interaksi antara guru dengan siswa

dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang lebih baik.

Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang ada adalah tipe

pairs check. Pairs check (pasangan mengecek) adalah salah satu model

pembelajaran berkelompok atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer

Kagen tahun 1990. Model ini menerapkan pembelajaran berkelompok yang

menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan

yang diberikan.

Model pembelajaran kooperatif tipe pairs check menerapkan pembelajaran

berkelompok dan berpasangan yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan serta meningkatkan jiwa sosial

siswa dengan menghargai dan saling membantu siswa lain. Model pembelajaran

kooperatif tipe pairs check juga melatih siswa untuk memberikan

penilaian kepada siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa model kooperatif tipe pairs

check ini bukan hanya menuntut kemandirian dan kemampuan dalam

menyelesaikan persoalan tetapi juga meningkatkan jiwa sosialsiswa.

2. Tahapan Model Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Pair Check

Miftahul Huda (2014:211) mengungkapkan bahwa secara umum sintak

pembelajaran pairs check adalah (1) bekerja berpasangan; (2) pembagian peran

partner dan pelatih; (3) pelatih memberi soal, partner menjawab; (4) pengecekan

jawaban; (5) bertukar peran; (6) penyimpulan; (7) evaluasi; (8) refleksi. Huda

mengungkapkan langkah-langkah rinci penerapan metode pairs check adalah

sebagai berikut:
11

1. Guru menjelaskan konsep.

2. Siswa dibagi ke dalam beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4 orang. Dalam

satu tim ada 2 pasangan. Setiap pasangan dalam satu tim dibebani masing-

masing satu peran yang berbeda: pelatih dan partner.

3. Guru membagikan soal atau LKS kepada partner.

4. Partner menjawab soal, dan si pelatih mengecek jawabnnya. Partner yang

menjawab satu soal dengan benar berhak mendapat satu kupon dari pelatih.

5. Pelatih dan partner saling bertukar peran. Pelatih menjadi partner dan partner

menjadi pelatih.

6. Guru membagikan soal kepada partner.

7. Partner menjawab soal, dan si pelatih mengecek jawabnnya. Partner yang

menjawab satu soal dengan benar berhak mendapat satu kupon dari pelatih.

8. Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama

lain.

9. Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaban dari berbagai soal.

10. Setiap tim mengecek jawabannya.

11. Tim yang paling banyak mendapatkan kupon diberi hadiah atau reward oleh

guru.

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperatif Learning Tipe Pair Check

Miftahul Huda (2014:212) metode pairs check memiliki kelebihan-

kelebihan, antara lain: (1) meningkatkan kerjasama antar siswa; (2) peer tutoring;

(3) meningkatkan pemahaman atas konsep dan/atau proses pembelajaran; dan (4)

melatih siswa berkomunikasi dengan baik dengan teman sebangkunya. Sementara

itu, metode ini juga memiliki kekurangan-kekurangan, utamanya karena metode


12

tersebut membutuhkan : (1) waktu yang benar-benar memadai; (2) kesiapan siswa

untuk menjadi pelatih dan partner yang jujur dan memahami soal dengan baik.

Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kelebihan

model pembelajaran kooperatif tipe pairs check adalah dipandu belajar oleh

sesama siswa, menciptakan kerjasama diantara siswa, meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah dan/atau proses melatih berkomunikasi, meningkatkan

kemandirian, pemahaman, keaktifan dan partisipasi siswa. Kekurangan atau

kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe pairs check adalah memerlukan

banyak waktu dan memerlukan pemahaman yang tinggi terhadap konsep untuk

menjadi pelatih.

2.1.4 Pendekatan Saintifik

Kuikulum 2013 merupakan kurikulum yang diharapkan menjadi

penyempurna kurikulum sebelumnya yang diberlakukan pada tahun 2013 secara

bertahap.

Abdur Rahman As’ari dkk (2013:19) mengemukakan bahwa

pengembangan kompetensi pada kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan

pada kompetensi yang dibutuhkan dalam mengarahkan siswa menjadi: (1)

manusia berkualitas yang mampu mengikuti perkembangan zaman yang bersifat

dinamis; (2) manusia atau makhluk berpendidikan yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, sehat, cakap, kreatif,

dan mandiri; serta (3) warga Negara atau masyarakat yang demokratis serta

bertanggung jawab. Kurikulum 2013 lebih mengacu pada dimensi pedagogik

modern dalam pengembangan pembelajaran semua matapelajaran yang terdiri

atas menggali informasi melalui kegiatan mengamati, bertanya, percobaan,


13

kemudian mengolah data atau informasi yang diperoleh, menyajikan data atau

informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan

dan mencipta (Misykat Malik Ibrahim, 2013:85).

Pendekatan saintifik diharapkan dapat menciptakan proses pembelajaran

yang secara aktif dapat memuat konsep, hukum, maupun prinsip melalui tahapan-

tahapan mengamati suatu permasalahan, merumuskan masalah, merumuskan

hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik yang sesuai, menganalisis

data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip

yang ditemukan (Daryanto, 2014:51). Pendekatan saintifik bertujuan memberikan

pemahaman serta pembelajaran kepada siswa dalam mengenal, memahami

berbagai materi pembelajaran menggunakan pendekatan yang bersifat ilmiah,

bahwa informasi atau pengetahuan berasal dari manasaja, kapansaja, dan tidak

selamanya tergantung informasi yang diberikan oleh guru. Berdasarkan hal

tersebut, proses belajar mengajar diharapkan dapat diarahkan mendorong siswa

dalam menemukan informasi dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan

hanya diberitahu.

Berdasrkan Permendikbud No.65 Tahun 2013 mengenai Standar Proses

Pendidikan Dasar dan Menengah, pembelajaran saintifik merupakan salah satu

pendekatan pembelajaran yang berdasarkan pada langkah-langkah saintis guna

membentuk ilmu pengetahuan dengan metode yang bersifat saintis atau ilmiah.

Dalam penerapannya, proses belajar mengajar pada pembelajaran saintifik

menyentuh tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Pembelajaran

saintis ranah sikap meliputi materi pembelajaran agar anak didik “tahu mengapa”.

Pembelajaran saintis ranah keterampilan meliputi materi ajar agar anak didik
14

“tahu bagaimana”. Sedangkan pembelajaran saintis ranah pengetahuan meliputi

materi ajar anak didik “tahu apa”. Hasil dari pembelajaran saintifik terdapat

peningkatan dan kesamaan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik

(soft skills) serta manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup

secara layak (hard skills) dari anak didik yang meliputi aspek kompetensi sikap,

keterampilan dan pengetahuan.

Langkah-langkah pembelajaran saintifik menurut Permendikbud No 81 A

Tahun 2013 tentang Pedoman Implementasi Kurikulum, yaitu:

1. Mengamati

Kegiatan yang termasuk dalam mengamati meliputi membaca, mendengar,

menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Kompetensi yang dapat

dikembangkan melalui kegiatan mengamati yaitu melatih kesungguhan, ketelitian

dan mencari informasi.

2. Menanya

Menanya merupakan kegiatan menyamapaikan pertanyaan mengenai

informasi yang tidak atau belum dipahami atau dimengerti terhadap apa yang

diamati atau pertanyaan agar dapat memperoleh informasi tambahan dari apa yang

diamati. Kompetensi yang dapat dikembangkan melalui kegiatan menanya antara

lain kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan mengkontruksi pertanyaan guna

membentuk pemikiran yang bersifat kritis untuk mewujudkan tujuan hidup cerdas

dan belajar sepanjang usia.


15

3. Mengumpulkan informasi/eksperimen/mencoba

Mengumpulkan informasi merupakan yang dapat dilakukan melalui

kegiatan seperti melakukan uji coba, membaca sumber pengetahuan lain selain

buku teks, mengamati objek/kejadian, wawancara dengan narasumber.

4. Mengasosiasi/mengolah informasi

Mengolah informasi yang telah dikumpulkan pada kegiatan mengamati

dan kegiatan mencoba. Mengolah informasi dapat menambah keluasan sampai

kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari ataupun menemukan solusi

atau pemecahan masalah dari berbagai sumber dan pendapat yang berbeda sampai

kepada pendapat yang saling bertentangan.

5. Mengomunikasikan

Mengomunikasikan merupakan bentuk kegiatan yang menyampaikan hasil

pengamatan, menyimpulkan berdasarkan hasil analisis secaralisan, tulisan,

ataupun media yang lainnya. Kegiatan ini dapat meningkatkan kemampuan dalam

berbahasa yang baik dan benar.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajarann

saintifik adalah pembelajaran yang disarankan pada impelementasi Kurikulum

2013 yang langkah-langkah pembelajarannya dikenal dengan sebutan 5 M, yaitu

mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi dan mengomunikasikan.

2.1.5 Komunikasi Matematis

Dalam Kamus besarbahasa Indonesia (KBBI), komunikasi adalah

pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga

pesan yang dimaksud dapat dipahami. Menurut Anderson, komunikasi merupakan

suatu proses dalam memahami dan dipahami oleh orang lain. Hal ini berjalan
16

secara terus-menerus, berubah dan berganti, tergantung situasi terkait (Edi

Susanto dan Mite Setianah, 2012:5).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan komunikasi adalah perilaku

manusia dalam kegiatan sehari-hari yang menjadi faktor penentu hubungan

dengan sesama, berupa pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua

orang atau lebih.

Kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan dalam

menyampaikan ide atau pemikiran matematis, baik dalam bentuk lisan maupun

tulisan serta kemampuan dalam memahami dan menerima ide atau pemikiran

matematis orang lain secara cermat, analitis, kritis dan evaluative untuk

mempertajam pemahaman. Menurut National Concil of Teachersof Mathematics

(NCTM), komunikasi matematis merupakan kemampuan peserta didik dalam

mengungkapkan ide-ide matematika secara lisan, tertulis, gambar, diagram,

menggunakan benda nyata atau menggunakan simbol matematika.

Komunikasi dalam matematika berkaitan dengan kemampuan dan

keterampilan siswa dalam berkomunikasi. Standar evaluasi untuk mengukur

kemampuan ini adalah: (1) menyatakan ide matematika dengan berbicara,

menulis, demonstrasi, dan menggambarkannya dalam bentuk visual; (2)

memahami, menginterpretasi dan menilai ide matematik yang disajikan dalam

tulisan, lisan atau bentuk visual; (3) menggunakan kosa kata/bahasa, notasi dan

struktur matematik untuk menyatakan ide, menggambarkan hubungan dan

pembuatan model (Bansu I. Ansari, 2016:15).

The Curriculumand Evaluation Standards for School Mathematics

diterbitkan oleh NCTM menyatakan dikelas 9-12, kurikulum mata pelajaran


17

matematika wajib mencakup pengembangan lanjutan dari bahasa dan simbolisme

dalam mengomunikasikan ide-ide matematika sehingga semua peserta didik dapat

merenungkan dan memperjelas pemikiran mereka mengenai ide-ide matematika

dan hubungan; merumuskan definisi dan mengeneralisasi matematika

mengekspresikan ditemukan melalui investigasi; mengekspresikan ide-ide

matematika secara lisan dan tertulis; membaca presentasi tertulis dari matematika

dengan pemahaman, meminta klarifikasi dan memperluas pertanyaan berkaitan

dengan matematika mereka telah membaca atau mendengar tentang; dan

menghargai ekonomi, kekuasaan, dan kegunaan notasi matematika dan perannya

dalam pengembangan ide-ide matematika (Mary E Branner, 1998:104). Jadi,

kurikulum matematika harus mencakup pengembangan lanjutan dari bahasa dan

simbolisme untuk mengomunikasikan ide-ide matematika sehingga semua siswa

dapat merenungkan dan memperjelas pemikiran mereka tentang ide-ide

matematika.

2.2 Uraian Materi Pokok Aritmatika Sosial

2.2.1 Memahami Keuntungan dan Kerugian

1. Persentase Keuntungan

Persentase keuntungan digunakan untuk mengetahui persentase

keuntungan dari suatu penjualan terhadap modal yang dikeluarkan.

Misal : PU = Persentase keuntungan

HB = Harga beli (modal)

HJ = Harga jual (total pemasukan)

Persentase keuntungan dapat ditentukan dengan rumus:


18

HJ  HB
PU  100%
HB

2. Persentase Kerugian

Persentase kerugian digunakan untuk mengetahui persentase kerugian dari

suatu penjualan terhadap modal yang dikeluarkan.

Misal : PR = Persentase kerugian

HB = Harga beli (modal)

HJ = Harga jual (total pemasukan)

Persentase kerugian dapat ditentukan dengan rumus:

HB  HJ
PR  100%
HB

Karena yang dihitung adalah persentasenya, maka orang dengan keuntungan lebih

besar belum tentu persentase keuntungannya juga lebih besar.

2.2.2 Bruto, Neto, dan Tara

1. Definisi Bruto, Neto Dan Tara

Istilah Neto diartikan sebagai berat dari suatu benda tanpa pembungkus

benda tersebut. Neto juga dikenal dengan istilah berat bersih. Misal dalam

bungkus suatu snack tertuliskan neto 300 gram. Ini bermakna bahwa berat snack

tersebut tanpa plastik pembungkusnya adalah 300 gram.

Istilah Bruto diartikan sebagai berat dari suatu benda bersama

pembungkusnya. Bruto juga dikenal dengan istilah berat kotor. Misal, dalam suatu

kemasan snack tertuliskan bruto adalah 350 gram. Ini berarti bahwa berat snack

dengan pembungkusnya adalah 350 gram.


19

Istilah Tara diartikan sebagai selisih antara bruto dengan neto. Misal

diketahui pada bungus snack tertuliskan bruto tertuliskan 350 gram, sedangkan

netonya adalah 300 gram. Ini berarti bahwa taranya adalah 50 gram. Atau secara

sederhana berat pembungkus dari snack tersebut tanpa isinya.

Tiga pemisalan di atas dimaksudkan agar kalian mudah dalam memahami

makna istilah bruto, neto, dan tara. Kalian bisa mengaplikasikan untuk benda-

benda lain yang sesuai.

2. Persentase Neto dan Tara

Misal diketahui Neto = N, Tara = T, dan Bruto = B; Persentase Neto= %N,

Persentase Tara = % T.

Persentase neto dapat dirumuskan

N
%N  100%
B

Persentase tara dapat dirumuskan

T
%T  100%
B

Dalam mengaplikasi pemahaman tentang bruto, neto, dan tara sering kali

terkait dengan harga suatu benda. Dalam kasus tersebut kita harus bisa

menentukan pilihan mana yang lebih menguntungkan.

2.3 Hasil Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan sebagai berikut :

1. Umi Munawarah (2018) dengan judul penelitian “Kemampuan komunikasi

matematis siswa dan faktor-faktor yang mempengaruhinya”. Menyimpulkan


20

bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa baik secara lisan maupun

tulisan masih rendah.

2. Dewi surani (2018) dengan judul “Pengaruh pembelajaranmodel kooperatif

tipe pair check terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika ditinjau

dari kemampuan verbal peserta didik kelas VII SMPN 1 Sidomulyo”

menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran pairs check

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik.

3. Galuh Adi Prakoso (2013) dengan judul penelitian “Keefektifan model

pembelajaran Pairs check dan Numbered Heads Together (NHT) ditinjau dari

hasil belajar siswa” menyimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar yang

signifikan dalam pembelajaran menggunakan model pair check dan model

numbered heads together (NHT) pada siswa.

2.4 Kerangka Berpikir

Menurut Sugiono (2009:60) kerangka berpikir adalah sintesa tentang

hubungan antara variabel yang disusun berdasarkan teori yang telah

dideskripsikan selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis sehingga

menghasilkan sintesa tentang hubungan antara variabel yang diteliti dengan

merumuskan hipotesis.

Kemampuan komunikasi matematis siswa MTS Swasta Baitul Arqom

Polinggona khususnya siswa kelas VII masih lemah dalam menyampaikan ide-ide

matematis baik di depan kelas maupun ketika mengerjakan soal uraian, serta siswa

kesulitan dalam menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa matematika.

Kemampuan komunikasi matematis yang tergolong kurang hal tersebut

perlu ditingkatkan dengan menggunakan pembelajaran yang berpusat pada peserta


21

didik yaitu pendekatan saintifik yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe pair check.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi Surani pada

tahun 2018, menjelaskan bahwa terlihat adanya perbedaan peningkatan nilai

kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

model pembelajaran kooperatif tipe pairs check dengan siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model konvensional.

Berdasarkan uraian di atas, diharapkan pair check efektif diterapkan

dalam pembelajaran matematika dan mampu menjadikan siswa lebih aktif

berpikir dan memecahkan masalah yang diberikan. Dengan demikian, akan

memungkinkan kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas yang

menggunakan model pair check lebih baik dari pada kemampuan komuikasi

matematis siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran Konvensional.

2.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pernyataan (Sugiyono, 2016:64). Berdasarkan pendapat tersebut, maka

peneliti membuat hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat perubahan terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa

yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe pairs check

dengan pendekatan saintifik.

2. Tidak terdapat perubahan terhadap kemampuan komunikasi matematis

siswa yang di ajar menggunakan model pembelajaran konvensional.


22

3. Model pembelajaran kooperatif tipe pairs check dengan pendekatan

saintifik lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran

konvensional terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII

MTSS Baitul Arqom Polinggona.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan penelitian eksperimen dengan jenis true

experimental design. Dikatakan true experimental (eksperimen yang betul-betul),

karena dalam desain ini, peneiliti dapat mengontrol semua variabel luar yang

mempengaruhi jalannya eksperimen (Sugiyono, 2016:75). Di sini peneliti

menggunakan salah satu bentuk desain true experimental yaitu posttest only

control design.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap di kelas VII MTSS

Baitul Arqom Polinggona tahun ajaran 2018/2019.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016:80)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTSS Baitul

Arqom Polinggona semester genap tahun ajaran 2018/2019 sebagaimana disajikan

pada tabel berikut:

23
24

Tabel 3.1 populasi siswa kelas VII MTSS Baitul Arqom Polinggona

No Kelas Jumlah Siswa Rata-rata


1 VII A 28 62,416
2 VII B 28 62,727
3 VII C 27 60,650
Jumlah Keseluruhan Siswa 83

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2016:81). Sampel penelitian diambil dengan teknik

purposive sampling yaitu teknik sampling yang mengambil dua kelas yang

memiliki kemampuan matematika yang relatif sama. Purposive sampling

merupakan penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono,

2016:82). Adapun penentuan kelas eksperimen dan kelas control dilakukan secara

acak.

Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak dua kelas yaitu kelas

eksperimen (perlakuan) dengan menggunakan model pembelajaran pairs check

dan satu kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional. Untuk

menentukan sampel adalam penelitian ini terlebih dahulu dilakukan:

1. Analisis Homogenitas

Untuk menentukan apakah populasi tersebut mempunyai varians yang

sama atau tidak, maka nilai rata-rata matematika semester ganjil ke tiga kelas

tersebut akan diuji dengan menggunakan statistik Uji Lavene yang dapat dilihat

pada tabel berikut:


25

Tabel 3.2 Hasil uji homogenitas varians nilai ulangan harian semester ganjil
kelas VII MTSS Baitul Arqom Polinggona
Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.920 1 54 .342

3.4 Variabel dan Desain Penelitian

3.4.1 Variabel

Pada penelitian ini melibatkan tiga variabel yaitu model pembelajaran

pairs check, pendekata saintifik, dan kemampuan komunikasi matematika siswa.

3.4.2 Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah posttest only control. Dalam desain ini

terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok

pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang

diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi

perlakuan disebut kelompok kontrol.

R X O2
R - O4
(sugiyono, 2016:76)

3.5 Definisi Operasional

1. Efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses

interaksi antar siswa maupun antar siswa dengan guru dalam situasi edukatif

untuk mencapai tujuan pembelajaran.


26

2. Model pembelajaran kooperatif disebut sebagai model gotong royong dan

bersifat heterogen.

3. Model pembelajaran pairs check menerapkan pembelajaran berkelompok

yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan

persoalan yang diberikan serta meningkatkan jiwa sosial siswa.

4. Pendekatan saintifik bertujuan memberikan pemahaman serta pembelajaran

kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi pembelajaran

menggunakan pendekatan yang bersifat ilmiah, bahwa informasi atau

pengetahuan berasal dari manasaja, kapansaja, dan tidak selamanya tergantung

informasi yang diberikan oleh guru dengan langkah pembelajaran yang

dimulai dari mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah

informasi, dan mengomunikasikan.

5. Kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan dalam

menyampaikan ide atau pemikiran matematis, baik dalam bentuk lisan

maupun tulisan serta kemampuan dalam memahami dan menerima ide atau

pemikiran matematis orang lain secara cermat, analitis, kritis dan evaluative

untuk mempertajam pemahaman.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan melalui:

1. Teknik Tes

Tes merupakan alat pengumpul informasi yang besifat lebih resmi

daripada alat-alat yang lain karena penuh dengan batasan-batasan (Suharsimi

Arikunto, 2006:47). Pada penelitianini, dilakukan satu kali tes untuk setiap kelas,
27

yaitu posttest yang dilaksanakan untuk mengatahui kemampuan komunikasi

matematis peserta didik setelah mereka diberi suatu pembelajaran.

2. Teknik Observasi

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian

berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila

responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2016:145). Hasil observasi

dalam penelitian ini adalah pengamatan langsung mengenai proses belajar

mengajar dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang objek dalam

penelitian.

3. Teknik Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah sekumpulan berkas

yakni mencari data mengenai hal-hal berupa catatan, transkip, buku, termasuk

juga RPP dan LKS (lembar kegiatan siswa).

3.7 Analisis Instrumen

Instrumen pengambilan data berupa instrumen tes, yaitu soal posttest, serta

instrumen non tes berupa lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Ketiga

instrumen ini disusun berdasarkan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Kurikulum 2013 mata pelajaran matematika siswa kelas VII MTSS Baitul Arqom

Polinggona.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis validitas dan

analisis reliabilitas instrumen.


28

3.7.1 Analisis Validitas Instrumen

Validitas instrumen terdiri atas validitas konstruk dan validitas isi. Secara

teknis, pengujian validitas konstruk dan validitas isi dapat dibantu dengan

menggunakan kisi-kisi instrumen, atau matriks pengembangan instrumen. Dalam

kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur, dan

nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari

indikator (Sugiyono, 2016:121). Uji validitas dalam penelitian ini peneliti

menggunakan rumus product moment/person untuk koefisien validitasnya yaitu:

 n   n   n 
n   X iYi  -   X i  -   Yi 
ri =  i-1   i-1   i-n 
 n  n    n
2
 n  
2

n X i -   X i   n Yi -   Yi  
 i-1  i-1    i-1  i-1  
(sugiyono. 2016: 356)

Keterangan:

ri : Koefisien korelasi

X
i 1
: Banyak skor item

Y
i 1
: Banyak skor total

n : Banyak responden

Pengujian signifikansi setiap koefisien korelasi yang diperoleh digunakan

uji-t dengan rumus sebagai berikut:

r n2
t
1  r 2 (Riduwan, 2010:10)

n : banyak responden
29

r : nilai koefisien korelasi ( 𝑟𝑖 )

hipotesis statistik yang diuji adalah:

𝐻0 : 𝜌 = 0, yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara skor butir soal dan

skor total

𝐻0 : 𝜌 ≠ 0, yaitu ada hubungan yang signifikan antara skor butir soal dan skor

total

Item dikatakan valid jika diperoleh hasil perhitungan thitung  ttabel

pada taraf signifikan 5%. Kriteria pengujian adalah jikanilai probabilitas (sig)

lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak atau dengan kata lain butir soal valid.

Sebaliknya, jika H0 tidak ditolak maka butir soal tidak valid.

Interpretasi besarnya koefisien korelasi 𝑟𝑖 menggunakan kriteria kalsifikasi

sebagai berikut :

Tabel 3.3 Interpretasi nilai koefisien korelasi

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,00  r11  0, 20 Sangat rendah

0, 20  r11  0, 40 Rendah

0, 40  r11  0,60 Cukup

0,60  r11  0,80 Tinggi

0,80  r11  1,00 Sangat tinggi

(Arikunto dalam Hendriana, 2014: 63)


30

3.7.2 Analisis Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus

Cronbach’s Alpha (α) sebagai berikut:

 n 1

 k    si 2 
r11    1
i 1

 k 1   st 2 
 
  (Sundayana. 2014 : 69)

Keterangan:

r11 : koefisien reliabilitas internal seluruh item

k : banyak butir pertanyaan yang valid

si 2 : varians skor butir

st 2 : varians skor total

Interpretasi besarnya koefisien korelasi r11 menggunakan kriteria

kalsifikasi sebagai berikut :

Tabel 3.3 Interpretasi nilai koefisien Reabilitas

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,00  r11  0, 20 Sangat rendah

0, 20  r11  0, 40 Rendah

0, 40  r11  0,60 Cukup

0,60  r11  0,80 Tinggi

0,80  r11  1,00 Sangat tinggi

(Arikunto dalam Hndriana, 2014:60)


31

3.8 Teknik Analisis Data

3.8.1 Analisis Deskriptif

Untuk mendeskripsikan atau menggambarkan data penelitian yang

berkaitan tentang mean dan standar deviasi, dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

1. Mean

X i
X i 1

n
(Kadir , 2015:53)
Dengan :

X : Mean (rata-rata)

Xi : Nilai tiap data

n : jumlah data

2. Varians

Varians dapat dihitung dengan rumus :

 x  x
n 2
i
s2  i 1

n 1
(Sugiyono, 2015 : 57)
Dengan :

s2 : Varians

X : Rata-rata

Xi : Nilai setiap harga X


32

n : Banyak sampel

3. Simpangan Baku

Menghitung simpangan baku skor hasil tes dengan menggunakan rumus :

 X i X
s i 1

n 1 (Sugiyono, 2016:58)

x : Standar deviasi

X : Rata-rata nilai hasil belajar

Xi : Nilai setiap harga X

n : Banyak sampel

3.9 Analisis Inferensial

3.9.1 Uji Prasyarat Analisis

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data menggunakan rumus Kolmogorov Smirnov hal ini

bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil belajar pada kelas kontrol maupun

eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Menurut Kadir (2015)

langkah-langkah uji normalitas data menggunakan Kolmogorov Smirnov sebagai

berikut:

a. Perumusan hipotesis

H o : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 : Sampel berasal dari populasi berditribusi tidak normal

D  maks F  Z i   Fn 1  X 1  , F  Z1   Fn  X i 
33

Dengan :

F (Zi) : fungsi distribusi komulatif teoritik

Fn (Xi): fungsi distribusi kumulatif empiris

Langkah-langkah yang diperlukan dalam pengujian ini adalah sebagai

berikut:

1) Data diurutkan dari yang terkecil ke yang terbesar

2) Menentukan komulatif proporsi ( kp )

xi  x x x x x
3) Data di transformasikan ke skor baku Z i  ZI  i Zi  i
SD SD SD

zi zi  z  tabel 
4) Menentukan luas kurva

5) Menentukan
a1 dan a2

a1 : selisih Z tabel dan kp pada batas atas (  2 = Absolut ( kp  Ztab )

a2 : selisih Z tabel dan kp pada batasan bawah (  2 = Absolut  2  fi / n) 

6) Nilai mutlak maksimum dari


a1 dan a2 dinotasikan dengan D0

7) Menentukan nilai
Dtabel

1,36
Dtab 
n

b. Kriteria pengujian:

Jika D0  Dtabel maka H 0 diterima dengan kata lain sampel berasal dari

populasi berdistribusi normal

Jika D0  Dtabel maka H 0 ditolak dengan kata lain sampel berasal dari populasi

berdistribusi tidak normal


34

2. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas data yaitu untuk mengetahui apakah kedua atau lebih

kelompok data yang diteliti mempunyai varians yang homogen atau tidak.Uji

homogenitas varians yang terdiri dari dua kelas menggunakan statistik Levene

.Adapun rumus uji Levene sebagai berikut:

 
k
 n  k   ni zi  z
2

W i 1

 k  1   zij  zi 
k n 2

i 1 j 1

Brown (dalam hartanti, 2013:282)


Dengan :

n : Jumlah pengamatan (data)

k : Banyaknya kelompok

zij  Yij  Yi

Yi : Rata-rata dari kelompok i

zi : Rata-rata kelompok dari zi

Z : Rata-rata menyeluruh dari zij

Dengan syarat, jika statistik uji levene W  F ,k 1,nk  maka H o ditolak,

maka dengan jata lain data tidak homogen.

1.9.2 Uji Syarat Analisis

1. Uji Hipotesis

Rumusan hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H o : 1  2 lawan H1 : 1  2
35

Dengan :

1 : Parameter rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan

menggunakan model pembelajaran pairs check dengan pendekatan saintifik.

 2 : Parameter rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan

menggunakan model pembelajaran Konvensional.

Untuk menguji hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak digunakan uji t (t-

test). Karena kedua kelas homogen dan jumlah sampel kelas eksperimen dan kelas

kontrol tidak sama, maka rumus t-test yang digunakan untuk pengujian adalah

Polled Varian.

X1  X 2
t
(n1  1) s12  (n1  1) s2 2  1 1 
  
n1  n2  2  n1 n2 
(Sugiyono. 2014: 259)
Dengan :
t : Harga uji statistik

X1 : Rata-rata posttest siswa kelas eksperimen

X2 : Rata-rata posttest kelas control

n1 : Banyak sampel kelas eksperimen

n2 : Banyak sampel kelas kontrol

s12 : Varians data kelas eksperimen

s2 2 : Varians data kelas control


36

Kriteria uji:

Dengan menggunakan hipotesis satu pihak (statistik uji t), maka kriteria

uji dalam penelitian ini yaitu dengan taraf signifikansi α=0,05 hipotesis nol ( H o )

ditolak jika thitung  ttabel dalam hal lain H o diterima jika thitung  ttabel
37

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, B. I. 2012. Komunikasi Matematik dan Politik. Banda Aceh: Yayasan


Pena

Ansari, Bansu I. 2016. Komunikasi Matematik Strategi Berfikir dan Manajemen


Belajar Banda Aceh : Pena

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta :Bumi


Aksara

As’ari, Abdurahman, dkk. Buku Guru Matematika untuk SMP/MTS Kelas VII.
Jakarta :Pusat Kurikulum dan Perbukuan Balitbang Kemdikbud, 2013

Atun, Isrok’ dan Amelia Rosmala. 2018. Model-Model Pembelajaran


Matematika. Jakarta Timur: Bumi Aksara

Chotimah, Siti. 2014. Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik


Siswa SMP di Kota Bandung Dengan Pendekatan Realistic Mathematics
Education Pada Siswa SMP di Kota Bandung. Dalam Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Volume 2

Dewisurani.2018. Pengaruh Pembelajaran Model Kooperatif Tipe Pair Check


Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau Dari
Kemampuan Verbal Peserta Didik Kelas VII Smpn 1 Sidomulyo.
Universitas Islam Negeri (Uin) RadenIntan Lampung.

Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

Ibrahim, Misykat Malik. Implementasi Kurikulum 2013. Makassar: Alauddin


University Press, 2014

Kadir. 2015. Statistik Terapan. Depok: RajawaliPers

Mary, E.Brenner, “Development of Mathematical Communication in Problem


Solving Groups By Language Minority Students”, Bilingual Research
Journal, Vol 22, No.2 (1998). http://psu.edu.(Diakses 27 November
2018).

Permendikbud No.81 ATahun 2013 tentang Pedoman Implementasi Krikulum.


https://luk.staff.ugm.ac.id (Diakses 11 Juni 2018).
38

Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentangStandar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Httpsasefts63.files.wordpress.com 20 11 01 permendiknas no-
22-tahun-2006-standarisi.pdf (Diakses 10 Mei 2018).

Prakoso, Galuh Adi. 2013. Keefektifan Model Pembelajaran Pair Check Dan
Numbered-Heads Together (Nht) Ditinjau Dari Hasil Belajar Dalam
Pembelajaran Ips Kelas Iv Sdn Gugus Mahesa Jenar Ambarawa. Jurnal
Pendidikan Sekolah Dasar. 5 (3): 6.

Qohar, A. 2011.Pengembangan Instrumen Komunikasi Matematis Untuk Siswa


SMP. Lomba dan Seminar Matematika XIX.UNY:Yogyakarta.

Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran. BumiAksara. Jakarta:2014

Ruseffendi, E.T., Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini. Tarsito.


Bandung:1988.

Santoso, Edi dan Mite Setiansah. Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2012.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Umi Munawarah. 2018. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa dan Faktor-


Faktor Yang Mempengaruhinya. Universitas Muhamadiah Ponorogo.

Uno, B. Hamzah dan Nurdin Mohamad. 2011. Belajar dengan Pendekatan


PAILKEM. Jakarta: BumiAksara.

Uno, B. Hamzah dan Masri Kuadrat. 2010. Mengelola Kecerdasan Dalam


Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai