Pendekatan untuk mengetahui laju pengendapan sedimen pada waduk yang terbaik adalah
dengan analisis sedimentologi yang didasarkan pada pengambilan sample sedimen secara
berkala pada berbagai debit di sungai. Apabila akibat keterbatasan waktu, sehingga
pengambilan sample tidak mencukupi, maka dapat dilakukan pendekatan hidrologi dengan
metode Universal Soil Loss Equation (USLE) yang sudah dimodifikasi/dikalibrasi dengan
pengambilan sample pada musiim hujan, musim kering dan pada debit rata-rata bulanan.
Tidak semua produktivitas sedimen tersebut akan masuk kedalam tampungan mati waduk.
Secara teoritis, bila muka air waduk tinggi maka sebagian besar sedimen akan mengendap
pada daerah tampungan efektif dan bila muka air waduk rendah maka cenderung akan
mengendap di bawah tampungan mati. Suatu nilai reduksi yang dapat digunakan untuk
menetapkan besarnya sedimen yang masuk ke dalam tampungan mati biasa didefinisikan
sebagai Trap Efisiensi (%).
Menurut Brune, besarnya trap efisiensi akan sangat dipengaruhi oleh angka perbandingan
kapasitas aliran yang masuk untuk tiap-tiap aliran masuk tahunan (C/l).
Umumnya sedimen-sedimen yang masuk ke dalam waduk di estimasi dalam satuan berat per
waktu, sehingga untuk merubah satuan berat ke dalam satuan volume harus diasumsikan
hubungan pasti antara berat dan volume. Berat jenis sedimen di Waduk terutama tergantung
pada :
OperasiWaduk
Teksturdanukuranpartikelsedimen
Tingkat konsolidasiataukepadatan
Operasi Waduk diklasifikasikan menjadi beberapa tipe seperti yang disajikan tabel berikut :
ANNEX 2 - 1
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
BWSS I DED Bendung Pengarah Bendungan Tiro Kabupaten Pidie
TABEL
Klasifikasi Operasi Waduk
Tipe OperasiWaduk
I Sedimen selalu terendam atau hampir selalu terendam
II Normalnya moderat sampai kemungkinan surut cepat
III Waduk sering kosong
IV Waduk berfungsi seperti sungai (riverbed sediment)
dimana :
W = beratjenisawal (kg/m3)
Wc, Wm, Ws = koefisien lempung, lanau dan pasir
Pc, Pm, Ps = prosentasedarilempung, lanaudanpasir
TABEL
Koefisien Lempung (Wc), lanau (Wm) dan pasir (Wp)
BeratJenisAwal (kg/m3)
Tipeoperasi
Wc Wm Wp
I 416 1120 1150
II 561 1140 1150
III 641 1150 1150
IV 961 1170 1150
Untuk mengetahui berat jenis sedimen terendap setelah T tahun, dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Miller (1953), sebagai berikut:
T
WT W1 0.4343.K. ln T 1
T 1
ANNEX 2 - 2
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
BWSS I DED Bendung Pengarah Bendungan Tiro Kabupaten Pidie
dimana :
WT = berat volume rata-rata setelah operasi Waduk T tahun
W1 = berat volume awal
K = konstanta berdasarkan tipe operasi Waduk dan ukuran sedimen
TABEL
Konstanta K
Material Sedimen
TipeOperasiWaduk
Pasir (ks) Lanau (km) Lempung (kc)
I 0 91 256
II 0 29 135
III 0 0 0
Untuk mendapatkan umur layanan Waduk, terlebih dahulu harus diketahui pola
sedimentasi di Waduk. Sedimen yang terbawa aliran masuk ke dalam Waduk, kenyataannya
tidak akan langsung diendapkan di tampungan mati Waduk, namun akan diendapkan
tersebar melalui dari bagian hulu di mulut Waduk sampai bagian hilir di tampungan mati.
Material kasar akan diendapkan di bagian hulu membentuk delta sedang material yang
lebih halus akan terbawa aliran dan diendapkan semakin jauh ke bagian hilir Waduk. Untuk
memperkirakan umur layanan Waduk, bagi Waduk kecil sedimen yang masuk ke dalam
Waduk dapat dianggap langsung diendapkan secara merata di bagian tampungan mati.
Metode yang dikembangkan oleh Borland dan Muller adalah Metode Area – Reduction.
Metode ini merupakan pendekatan matematis yang didasarkan atas penyelidikan sebaran
sedimen pada beberapa Waduk yang ada di Amerika. Dari beberapa contoh hasil penyelidikan
maka Waduk diklasifikasikan menjadi 4 jenis standar, yaitu George, Hill, Flood plain –
Food hill dan Lake.
TABEL
Klasifikasi Standar Jenis Waduk
m JenisWaduk KlasifikasiStandar
1,0 – 1,5 George IV
1,5 – 2,5 Hill III
2,5 – 3,5 Flood – plain – foot - hill II
3,5 – 4,5 Lake I
dimana : m adalah Cotg kemiringan garis hubung antara kedalaman (feet) sebagai
ordinat dan tampungan (Acre-feet) sebagai absis, yang diplot pada kertas
logaritmis.
ANNEX 2 - 3
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
BWSS I DED Bendung Pengarah Bendungan Tiro Kabupaten Pidie
Tahapan secara umum penggunaan Metode Area Reduction dalam memperkirakan pola
sebaran sedimen di Waduk adalah sebagai berikut:
Klasifikasi Waduk ditentukan ke dalam salah satu jenis standar yang ada.
Luas areal ditentukandengancaracoba-cobahinggadidapatkan volume hasilperhitungan
(Vs’) sama volume hasilpengukuran (Vs).
Berdasarkan 4 jenis standar Waduk diatas dibuat kurva rencana luasan sedimen, yang
merupakan hubungan antara luasan sedimen relatif dan kedalaman Waduk relatif. Konversi
dari kurva jenis standar terhadap kurva rencana luasan sedimen diberikan oleh Moody
dengan persamaan (Priyantoro, 1987 : 89) ;
a p = C . Pm . ( 1 – P )n
dimana :
ap = luasan relatif
P = kedalaman relatif
C, m & n = konstanta karakteristik yang ditentukan berdasarkan 4 jenis standar
Waduk, yang disajikan pada tabel berikut.
TABEL
Konstanta Karakteristik Kurva Jenis Standar
ANNEX 2 - 4
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
BWSS I DED Bendung Pengarah Bendungan Tiro Kabupaten Pidie
0 y
0
dimana :
S = Jumlah total sedimen di Waduk
O = Elevasi dasar Waduk mula-mula
yo = Elevasi dasar Waduk baru setelah adanya sedimentasi
A = Luas permukaan Waduk pada elevasi dasar baru
H = Elevasi muka air normal
K = Konstanta koreksi luasan relatif dan luasan nyata
ap = Luasan relatif
dy = pertambahan kedalaman
Modifikasi dan pengembangan Metode Area Reduction dengan Metode Moody disebut
dengan Moody’s Modification – Area Reduction Method, atau biasa disebut dengan metode
Modification – Area Reduction.
1 v0 S V0
a0 H .A0
dimana :
vo = Volume relatif Waduk pada elevasi dasar Waduk baru
ao = Luasan relatif Waduk pada elevasi dasar Waduk baru
Ao = Luasan Waduk mula-mula pada elevasi dasar Waduk baru
Vo = Volume Waduk mula-mula pada elevasi dasar Waduk baru
H = Total kedalaman Waduk
Suatu keadaan elevasi dimana memenuhi persamaan di atas, maka elevasi tersebut
merupakan elevasi dasar Waduk baru. Untuk lebih mudah mendapatkan elevasi tersebut
digunakan metode titik potong kedua persamaan. Dengan menguraikan persamaan
tersebut untuk berbagai kondisi elevasi, yaitu :
S V ( pH)
h1 ( p)
H.A( pH)
ANNEX 2 - 5
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
BWSS I DED Bendung Pengarah Bendungan Tiro Kabupaten Pidie
l v( p)
h( p)
a( p)
dimana :
V(pH) = Volume Waduk mula-mula pada kondisi elevasi
A(pH) = Luasan Waduk mula-mula pada kondisi elevasi
a(p) = Luasan relatif Waduk pada kondisi elevasi
v(p) = Volume relatif Waduk pada kondisi elevasi, yang dinyatakan dengan persamaan.
C. P m .(1 p) n
P
0
dimana
C,m & n = konstanta karakteristik jenis standar
P = kedalaman relatif
Untuk mempermudah, harga h(p) untuk masing-masing jenis Waduk dapat diplot pada
gambar. Sedangkan titik potong h(p) dan h’(p) didapatkan dengan cara memplot nilai h’(p)
pada gambar diatas.
Potongan kedua kurva tersebut akan didapatkan nilai absis sebesar (Po), sehingga :
P0 . H = h0
ANNEX 2 - 6