Anda di halaman 1dari 6

DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS

BWSS I DED Bendung Pengarah Bendungan Tiro Kabupaten Pidie

ANNEX 2. SEDIMENTASI WADUK

2.1. TRAP EFISIENSI WADUK METODE BRUNE

Pendekatan untuk mengetahui laju pengendapan sedimen pada waduk yang terbaik adalah
dengan analisis sedimentologi yang didasarkan pada pengambilan sample sedimen secara
berkala pada berbagai debit di sungai. Apabila akibat keterbatasan waktu, sehingga
pengambilan sample tidak mencukupi, maka dapat dilakukan pendekatan hidrologi dengan
metode Universal Soil Loss Equation (USLE) yang sudah dimodifikasi/dikalibrasi dengan
pengambilan sample pada musiim hujan, musim kering dan pada debit rata-rata bulanan.

Tidak semua produktivitas sedimen tersebut akan masuk kedalam tampungan mati waduk.
Secara teoritis, bila muka air waduk tinggi maka sebagian besar sedimen akan mengendap
pada daerah tampungan efektif dan bila muka air waduk rendah maka cenderung akan
mengendap di bawah tampungan mati. Suatu nilai reduksi yang dapat digunakan untuk
menetapkan besarnya sedimen yang masuk ke dalam tampungan mati biasa didefinisikan
sebagai Trap Efisiensi (%).

Menurut Brune, besarnya trap efisiensi akan sangat dipengaruhi oleh angka perbandingan
kapasitas aliran yang masuk untuk tiap-tiap aliran masuk tahunan (C/l).

2.2. BERAT JENIS SEDIMEN

Umumnya sedimen-sedimen yang masuk ke dalam waduk di estimasi dalam satuan berat per
waktu, sehingga untuk merubah satuan berat ke dalam satuan volume harus diasumsikan
hubungan pasti antara berat dan volume. Berat jenis sedimen di Waduk terutama tergantung
pada :
 OperasiWaduk
 Teksturdanukuranpartikelsedimen
 Tingkat konsolidasiataukepadatan

Operasi Waduk diklasifikasikan menjadi beberapa tipe seperti yang disajikan tabel berikut :

ANNEX 2 - 1
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
BWSS I DED Bendung Pengarah Bendungan Tiro Kabupaten Pidie

TABEL
Klasifikasi Operasi Waduk

Tipe OperasiWaduk
I Sedimen selalu terendam atau hampir selalu terendam
II Normalnya moderat sampai kemungkinan surut cepat
III Waduk sering kosong
IV Waduk berfungsi seperti sungai (riverbed sediment)

Tekstur dan ukuran partikel sedimen dibedakan menjadi :


 Lempungbutiran (<0,004 mm)
 Lanaubutiran (0,004 - 0,062 mm)
 Pasirbutiran (0,062 - 2,0 mm)

Berat volume (density), sedimentasi tergantung kepada kepadatan sedimen. Kepadatan


sedimen akan bertambah sejalan dengan pertambahan waktu, demikian pula berat volumenya
akan bertambah sesuai dengan pertambahan waktu. Oleh karena itu berat volume sedimen
perlu di hitung dalam dua keadaan, yaitu :

 Berat volume awalpadasaatsedimendiendapkan


 Berat volume padawaktudihitung

Berat volume sedimen terendap, dapat digunakan rumus :

W = Wc. Pc + Wm. Pm + Ws. Ps

dimana :
W = beratjenisawal (kg/m3)
Wc, Wm, Ws = koefisien lempung, lanau dan pasir
Pc, Pm, Ps = prosentasedarilempung, lanaudanpasir

TABEL
Koefisien Lempung (Wc), lanau (Wm) dan pasir (Wp)

BeratJenisAwal (kg/m3)
Tipeoperasi
Wc Wm Wp
I 416 1120 1150
II 561 1140 1150
III 641 1150 1150
IV 961 1170 1150

Untuk mengetahui berat jenis sedimen terendap setelah T tahun, dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Miller (1953), sebagai berikut:
T
WT  W1  0.4343.K. ln T   1
T 1

ANNEX 2 - 2
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
BWSS I DED Bendung Pengarah Bendungan Tiro Kabupaten Pidie

dimana :
WT = berat volume rata-rata setelah operasi Waduk T tahun
W1 = berat volume awal
K = konstanta berdasarkan tipe operasi Waduk dan ukuran sedimen

TABEL
Konstanta K

Material Sedimen
TipeOperasiWaduk
Pasir (ks) Lanau (km) Lempung (kc)
I 0 91 256
II 0 29 135
III 0 0 0

2.3. DISTRIBUSI SEDIMEN METODE MODY’S MODIFICATION – AREA


REDUCTION

Untuk mendapatkan umur layanan Waduk, terlebih dahulu harus diketahui pola
sedimentasi di Waduk. Sedimen yang terbawa aliran masuk ke dalam Waduk, kenyataannya
tidak akan langsung diendapkan di tampungan mati Waduk, namun akan diendapkan
tersebar melalui dari bagian hulu di mulut Waduk sampai bagian hilir di tampungan mati.

Material kasar akan diendapkan di bagian hulu membentuk delta sedang material yang
lebih halus akan terbawa aliran dan diendapkan semakin jauh ke bagian hilir Waduk. Untuk
memperkirakan umur layanan Waduk, bagi Waduk kecil sedimen yang masuk ke dalam
Waduk dapat dianggap langsung diendapkan secara merata di bagian tampungan mati.

Metode yang dikembangkan oleh Borland dan Muller adalah Metode Area – Reduction.
Metode ini merupakan pendekatan matematis yang didasarkan atas penyelidikan sebaran
sedimen pada beberapa Waduk yang ada di Amerika. Dari beberapa contoh hasil penyelidikan
maka Waduk diklasifikasikan menjadi 4 jenis standar, yaitu George, Hill, Flood plain –
Food hill dan Lake.

TABEL
Klasifikasi Standar Jenis Waduk

m JenisWaduk KlasifikasiStandar
1,0 – 1,5 George IV
1,5 – 2,5 Hill III
2,5 – 3,5 Flood – plain – foot - hill II
3,5 – 4,5 Lake I

dimana : m adalah Cotg kemiringan garis hubung antara kedalaman (feet) sebagai
ordinat dan tampungan (Acre-feet) sebagai absis, yang diplot pada kertas
logaritmis.

ANNEX 2 - 3
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
BWSS I DED Bendung Pengarah Bendungan Tiro Kabupaten Pidie

Tahapan secara umum penggunaan Metode Area Reduction dalam memperkirakan pola
sebaran sedimen di Waduk adalah sebagai berikut:
 Klasifikasi Waduk ditentukan ke dalam salah satu jenis standar yang ada.
 Luas areal ditentukandengancaracoba-cobahinggadidapatkan volume hasilperhitungan
(Vs’) sama volume hasilpengukuran (Vs).

Berdasarkan 4 jenis standar Waduk diatas dibuat kurva rencana luasan sedimen, yang
merupakan hubungan antara luasan sedimen relatif dan kedalaman Waduk relatif. Konversi
dari kurva jenis standar terhadap kurva rencana luasan sedimen diberikan oleh Moody
dengan persamaan (Priyantoro, 1987 : 89) ;

a p = C . Pm . ( 1 – P )n

dimana :
ap = luasan relatif
P = kedalaman relatif
C, m & n = konstanta karakteristik yang ditentukan berdasarkan 4 jenis standar
Waduk, yang disajikan pada tabel berikut.

TABEL
Konstanta Karakteristik Kurva Jenis Standar

Type C M N Sedimen Storage Near


I 5,047 1,85 0,36 Top
II 2,487 0,57 0,41 Upper Middle
III 16,967 - 1,15 2,32 Lower Middle
IV 1,486 - 0,25 1,34 Bottom

Prosedurperhitunganpolasebaransedimenmetode Area Reduction, adalah:


1. Menentukan jenis standar Waduk dengan memplot kedalaman sebagai ordinat dan
tampungan sebagai absis pada kertas logaritmis.
2. Menentukan kedalaman relatif pada tiap ketinggian Waduk terhadap kedalaman Waduk
saat muka air normal.
3. Menentukan nilai luasan sedimen relatif (ap) sesuai jenis standar Waduk dengan
menggunakan persamaan atau dengan gambar .
4. Menentukan elevasi dasar Waduk baru yang memungkinkan setelah terjadinya
sedimentasi dengan cara coba-coba. Luasan sedimen di bawah elevasi dasar asumsi
dapat dilihat sesuai pada lengkung luasan Waduk. Sedangkan luasan sedimen di atas
elevasi dasar asumsi diperoleh dengan mengalikan (K) dengan (ap), yang mana (K)
didapatkan dari :
K = As / a p
dimana :
K = Faktor koresi luasan
As = Luasan Waduk pada elevasi asumsi
Ap = Luasan relatif pada elevasi asumsi
5. Volume sedimen di atas elevasi dasar asumsi pada tiap pertambahan elevasi dihitung
dengan menggunakan metode volume trapesium. Sedangkan di bawah elevasi dasar
asumsi dapat dilihat pada lengkung kapasitas.

ANNEX 2 - 4
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
BWSS I DED Bendung Pengarah Bendungan Tiro Kabupaten Pidie

6. Prosedur ini dilakukan berulang-ulang sampai didapatkan volume sedimen komulatif


sama dengan volume hasil pengukuran.
7. Moody (1962) mengembangkan metode yang mana menghilangkan cara coba-coba
dalam upaya mendapatkan elevasi dasar Waduk baru. Cara ini akan mempermudah dan
mempercepat dalam mendapatkan kurva rencana luasan sedimen berdasarkan data
jumlah sedimen yang ada. Persamaan dasar yang digunakan Moody (1962) dalam
memperkirakan elevasi dasar Waduk baru adalah:
S   0 Ad y   K.a p d y
y H

0 y
0

dimana :
S = Jumlah total sedimen di Waduk
O = Elevasi dasar Waduk mula-mula
yo = Elevasi dasar Waduk baru setelah adanya sedimentasi
A = Luas permukaan Waduk pada elevasi dasar baru
H = Elevasi muka air normal
K = Konstanta koreksi luasan relatif dan luasan nyata
ap = Luasan relatif
dy = pertambahan kedalaman

Modifikasi dan pengembangan Metode Area Reduction dengan Metode Moody disebut
dengan Moody’s Modification – Area Reduction Method, atau biasa disebut dengan metode
Modification – Area Reduction.

Dengan mengintegralkan persamaan dasar diatas, dan menyederhanakannya maka


didapatkan persamaan :

1 v0 S V0

a0 H .A0

dimana :
vo = Volume relatif Waduk pada elevasi dasar Waduk baru
ao = Luasan relatif Waduk pada elevasi dasar Waduk baru
Ao = Luasan Waduk mula-mula pada elevasi dasar Waduk baru
Vo = Volume Waduk mula-mula pada elevasi dasar Waduk baru
H = Total kedalaman Waduk

Suatu keadaan elevasi dimana memenuhi persamaan di atas, maka elevasi tersebut
merupakan elevasi dasar Waduk baru. Untuk lebih mudah mendapatkan elevasi tersebut
digunakan metode titik potong kedua persamaan. Dengan menguraikan persamaan
tersebut untuk berbagai kondisi elevasi, yaitu :

S V ( pH)
h1 ( p) 
H.A( pH)

ANNEX 2 - 5
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
BWSS I DED Bendung Pengarah Bendungan Tiro Kabupaten Pidie

l v( p)
h( p) 
a( p)

dimana :
V(pH) = Volume Waduk mula-mula pada kondisi elevasi
A(pH) = Luasan Waduk mula-mula pada kondisi elevasi
a(p) = Luasan relatif Waduk pada kondisi elevasi
v(p) = Volume relatif Waduk pada kondisi elevasi, yang dinyatakan dengan persamaan.

 C. P m .(1  p) n
P

0
dimana
C,m & n = konstanta karakteristik jenis standar
P = kedalaman relatif

Untuk mempermudah, harga h(p) untuk masing-masing jenis Waduk dapat diplot pada
gambar. Sedangkan titik potong h(p) dan h’(p) didapatkan dengan cara memplot nilai h’(p)
pada gambar diatas.

Potongan kedua kurva tersebut akan didapatkan nilai absis sebesar (Po), sehingga :

P0 . H = h0

Elevasi dasar Waduk baru = Elevasi dasar mula-mula + h0

Tahapan perhitungan dalam memperkirakan pola seberan sedimen Metode Modification-


Area Reduction, adalah sebagai berikut :
1. Baca data elevasi (pH), luasan A(pH) dan tampungan V(pH)
2. Tentukan kedalaman relatif (P)
3. Tentukan sisa sedimentasi pada tiap ketinggian elevasi, dengan rumus :
4. (S – V(pH))
5. Tentukan nilai H . A (pH) padatiap-tiap ketinggian elevasi
6. Tentukan h’(p)
7. Plot harga (p) dan h’(p) padakertas semi-logaritmis.
8. Buat garis atau kurva yang menghubungka ntitik-titik tersebut, kemudian tentukan titik
potong dengan kurva h(p) sesuai dengan jenis standar Waduk
9. Absistitikpotongtersebut merupakan kedalaman relatif dasar Waduk baru.

ANNEX 2 - 6

Anda mungkin juga menyukai