Anda di halaman 1dari 160

ANALISIS REAKSI PASAR DAN KINERJA KEUANGAN

PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK BUYBACK


(STUDI PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA)

SKRIPSI

Oleh:
Firda Sartika
NPM C1B013049

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BENGKULU
2017
i

ANALISIS REAKSI PASAR DAN KINERJA KEUANGAN


PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK BUYBACK
(STUDI PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA)

SKRIPSI

Diajukan Kepada
Universitas Bengkulu
Untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan dalam Menyelesaikan Sarjana Ekonomi

Oleh:

Firda Sartika
NPM C1B013049

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BENGKULU
2017
ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi oleh Firda Sartika ini


Telah diperiksa oleh pembimbing dan disetujui untuk diuji pada ujian skripsi/
Comprehensive
Bengkulu, Januari 2017

Pembimbing

Dr. Ridwan Nurazi SE., M.Sc.,Ak


NIP 19600915 198903 1 004

Mengetahui,
Ketua Jurusan Manajemen

Dr. Fitri Santi SE., MSM


NIP 19751006 200002 2 002
iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Firda Sartika


NIM : C1B013049
Jurusan/ Program Studi : Manajemen/ Manajemen
Fakultas/ Program : Ekonomi dan Bisnis

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang saya susun sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Unuversitas Bengkulu seluruhnya merupakan hasil

karya saya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan Skripsi yang saya kutip dari hasil

karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah

dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian Skripsi ini bukan hasil

karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia

menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi

lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Bengkulu, Januari 2017


Yang membuat penyataan

Firda Sartika
iv

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap Firda Sartika, lahir di Tegineneng Lampung


Selatan pada 14 Agustus 1995 merupakan putri pertama dari
Bapak Firman S.pd.SD dan Ibu Ida Nani Yanti
Menyelesaikan pendidikan di SDN 27 Bengkulu Selatan,
SMPN 1 Bengkulu Selatan di Kabupaten Bengkulu Selatan,
SMAN 1 Bengkulu Selatan di Kabupaten Bengkulu Selatan.
Pada tahun 2013 melanjutkan studi S1 di FEB Universitas
Bengkulu program studi Manajemen.
Sejak sekolah aktiv dalam kegiatan luar sekolah seperti PMR dan RISMA.
Penulis bergabung dalam PMR MADYA SMPN 1 Bengkulu Selatan pada tahun 2007
dan pada tahun 2008 merangkap sebagai sekretaris PMR MADYA SMPN 1
Bengkulu Selatan. Setelah memasuki jenjang SMA, penulis bergabung dengan PMR
WIRA SMAN 1 Bengkulu Selatan dan pada tahun 2011-2012 menjabat sebagai
Ketua PMR WIRA SMAN 1 Bengkulu Selatan. Selain kegiatan ekstrakulikuler
penulis juga aktiv dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Berikut prestasi yang
pernah diraih penulis:
 Peringkat 2 besar selama SD.
 Juara 1 LCC SD Tingkat Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2005
 Peringkat 10 besar selama SMP
 Penerima beasiswa Sampoerna Foundation selama SMP
 Juara 3 OSN Matematika SMP Tingkat Kabupaten Bengkulu Selatan
Tahun 2008.
 Peringkat 2 besar selama SMA
 Juara 1 OSN Kebumian SMA Tingkat Kabupaten 2011
 Juara 3 OSN Kebumian SMA Tingkat Provinsi 2012
 Penerima Beasiswa Bupati Bengkulu Selatan Tahun 2013.

Selama perkuliahan, penulis sangat aktif diberbagai kegiatan organisasi,


penulis pernah menjabat sebagai anggota FKSI (2013), Anggota English Club
Manajemen (2014-2015), Sekretaris Kementerian Perekenomian BEM KBM UNIB
(2014-2015).
v

MOTTO
 Tragedi terbesar dalam kehidupan bukanlah sebuah kematian, tapi hidup tanpa
tujuan. Karena itu, teruslah bermimpi untuk menggapai tujuan dan harapan,
supaya hidup bisa lebih bermakna. –Anonymous-

 Tak perlu malu karena berbuat kesalahan, sebab kesalahan akan membuatmu
lebih bijak dari sebelumnya. –Anonymous-

PERSEMBAHAN

Dengan segala puja dan puji syukur Allah SWT, karena hanya atas izin dan
karuniaNyalah maka skripsi ini dapat dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang
tak terhingga pada Tuhan penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan segala do’a.
Karya tulis ini saya persembahkan untuk keluarga saya terutama Bapak dan Mak-ku,
yang telah memberikan dukungan moril maupun materi serta do’a yang tiada henti untuk
kesuksesan saya, karena tiada kata seindah lantunan do’a dan tiada do’a yang paling khusuk
selain do’a yang terucap dari orang tua. Ucapan terimakasih saja takkan pernah cukup
untuk membalas kebaikan orang tua, karena itu terimalah persembahan bakti dan cinta ku
untuk kalian bapak mak-ku. Ading- ading bujang wa (Teja dan Deva) yang senantiasa
memberikan dukungan, semangat, senyum dan do’anya untuk keberhasilan ini, cinta kalian
adalah memberikan kobaran semangat yang menggebu, terimakasih dan sayang ku untuk
kalian.
End then, one and the only one my beloved friend Karyok, terima kasih telah menjadi
teman berbagi di masa- masa paling sulit (semester akhir) dalam hidupku sebagai anak
perantauan yang jauh dari orang tua, dan juga Paman Alek sekeluarga terima kasih telah
menjadi ayah dan ibu kedua ku yang pertama kali mengantar dan menemaniku menuju
kampus hijau UNIB, mencarikan kosan, dan selalu memberiku nasihat dan motivasi untuk
terus mengejar kesuksesan.
Para sepupu (Inga ria, yesi, nurbetty, wa piti, wa resti, acik yeni, inga nova, wa
mita, adek melsi) yang selalu cerewet, hitz and uptodate pas lagi dapet kiriman :D. Thanks
girl buat supportnya. Sorry i’d lose golden memories with u all when we together as a
mahasiswi. Maapkeun sepupu mu yang g sering gabung ini.
Semua yang empunya kos dan tetangga kos yang kadang baik kadang julid pondokon
un-name yang dimana i’ve lost my jemuran -__- (Kak cecep, Mbak Wida, Oci, Vera, Susi,
mbak Riri), pondokan ayuka yang dimana i’ve lost my marun netbook -__- (kak santi, fatma,
gribo, mila, ana, kak desi, kak della, kak irma, kak tantri, mesli), pondokan silaban yang
sebenarnya rame tapi sepi kyk kuburan dan selalu ribut pas tiba waktu bayar wifi sama
sampah (Ex-Ririn, Ex-Mulyani and husband, Ex-mbk sepda, Ayuk eef dan dedek Naura, Riky,
Edo, Ibenk, Reno, Selin, Vita, Rosani, Putra dan bang tory, rifky dan eby). Thanks guys untuk
semua keributan yang pernah kita jalani sama- sama. I’ll keep it in my heart. :D
Teman-temanku, yang entah apa kabarnya. (Rizka, Lewi, Vita, Hendra, Letes) thanks
untuk warna warni yang udah kalian berikan. At list, we’ve lost contact and maybe there is
something miss understanding between us. But, from the deepest of my heart, i still love u
guys, Im sorry for everything that i do.
vi

ANALYSIS OF MARKET REACTION AND FINANCIAL


PERFORMANCE PUBLIC COMPANY IN IMPLEMENTATION
STOCK BUYBACK (COMPANIES LISTED ON INDONESIAN
STOCK EXCHANGE)

By: Firda Sartika 1)


Ridwan Nurazi 2)

ABSTRACT

Stock repurchases (buyback) is a corporate action where issuers repurchase


shares that have been outstanding. Implementation of the buyback aims to increase
the liquidity of the shares, reducing the paid-up capital, and the gain on the sale of
buy-back shares. The purpose of this study was to analyze the differences of the
market reaction is reflected in the abnormal return and trading volume activity in
2013-2015 and financial performance public company when implementation
repurchase policy. Samples were tested in this quantitative research of 22 companies
listed on the Indonesian Stock Exchange and buy back in the period of observation.
Analysis of the data used is descriptive analysis, is Paired Sample t-Test with a
significance level of 0.05 and trend analysis for financial performance. The results
showed no significant effect of average abnormal return and average trading volume
activity before and after the announcement of the buy back. But, buyback have a
significant effect for financial performance organization in balance sheet that show
positive trend and negatif trend for statement of comprehensive income. It occurs as a
result of information obtained in common investors; economic, political and other
aspects related to the buy-back; and the factor of the study period. Based on the
results, it can be concluded that the announcement of buy-back does not give a
significant effect on the market reaction, both before and after the announcement of
buyback and the announcement of buy-back give a significant effect on the financial
performance organization after the announcement of buyback.

Keyword: stock buyback, financial performance, trading volume activity, abnormal


return, trend analysis
1)
: Candidate Master of Financial Management Program
2)
: Conselor
vii

ANALISIS REAKSI PASAR DAN KINERJA KEUANGAN


PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK BUYBACK
(STUDI PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA)

Oleh: Firda Sartika 1)


Ridwan Nurazi 2)

ABSTRAK

Pembelian kembali saham (buyback) adalah aksi korporasi dimana emiten


melakukan pembelian kembali saham yang telah beredar. Pelaksanaan buyback
bertujuan untuk meningkatkan likuiditas saham, mengurangi modal disetor, dan
memperoleh keuntungan atas penjualan kembali saham buyback. Tujuan penelitian
ini adalah menganalisis perbedaan reaksi pasar yang tercermin dalam abnormal
return dan trading volume activity dan menguraikan kinerja keuangan perusahaan
tahun 2013-2015. Sampel yang diuji dalam penelitian peristiwa ini sebesar 22
perusahaan yang terdaftar di BEI dan melakukan buy back pada periode pengamatan.
Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu uji t (Paired Sample t-
Test) dengan tingkat signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukan tidak terdapat
pengaruh signifikan average abnormal return dan average trading volume activity
sebelum dan sesudah pengumuman buyback. Namun, pengumuman buyback
berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan yang dimana terdapat tren naik
untuk laporan keuangan neraca dan tren turun untuk laporan laba rugi peruhaaan. Hal
tersebut terjadi akibat dari kesamaan informasi yang didapatkan investor; pengaruh
keadaan ekonomi, politik dan aspek lain yang berhubungan dengan buyback; serta
faktor periode penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa
pengumuman buyback tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap reaksi
pasar, baik sebelum maupun sesudah pengumuman buyback dan memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan sesudah
pengumuman buyback.

Kata kunci: stock buyback, kinerja keuangan, trading volume activity, abnormal
return, analisa tren

1)
: Mahasiswa
2)
: Dosen Pembimbing Skripsi
i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusunan Skripsi dengan judul “Analisis Reaksi Pasar dan
Kinerja Keuangan Perusahaan yang Melakukan Stock Buyback (Studi pada
Perusahaan yang Terdaftar di BEI) dapat terselesaikan. Skripsi ini dimaksudkan
untuk memenuhi sebagian syarat penyelesaian studi Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu, untuk memperoleh gelar
Sarjana.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Dr. Ridwan Nurasi S.E., M.Sc.,Ak selaku Dosen Pembimbing dan ibu
Trisna Murni SE., M.Si selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan, bantuan, dan
kerjasama dan arahannya sejak persiapan hingga terselesaikannya penulisan skripsi
ini. Semoga jerih payah beliau mendapat imbalan pahala dari Allah SWT.
Tidak lupa pula penulis sampaikan terimakasih kepada orang tua, saudara dan
Ketua Jurusan Manajemen Ibu Dr. Fitri Santi SE., MSM., seluruh dosen, staf
karyawan Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu,
rekan seperjuangan angkatan 2013, dan semua yang membantu selama penelitian
penulis sampaikan terimakasih.
Akhirnya kepada semua pihak yang turut membantu dalam penulisan skripsi
ini penulis sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya, semoga segala jerih
payahnya menjadikan skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu manajemen
serta mendapat ridho dari Allah SWT.

Bengkulu, Januari 2017

Firda Sartika
NPM. C1B01304
ii

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................... ii


PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................................ v
PERSEMBAHAN ......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... v
DAFTAR GRAFIK ...................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... vii
ABSTRACT ................................................................ Error! Bookmark not defined.
RINGKASAN ............................................................. Error! Bookmark not defined.
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 9
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................. 10
1.4 Batasan Masalah .............................................................................................. 10
1.5 Manfaat Penelitian........................................................................................... 10
BAB II ......................................................................................................................... 12
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 12
2.1 Landasan Teori ................................................................................................ 12
2.1.1 Aksi Korporasi (Corporate Action) ....................................................... 12
2.1.2 Pembelian Kembali Saham (Stock Buyback)/ Stock Repurchase .......... 14
2.1.2.1 Alasan Perusahaan Melakukan Stock Buyback ...................................... 16
2.1.2.2 Metode Pelaksanaan Stock Repurchase ................................................. 19
2.1.3 Teori yang Mendasari Pengaruh Pengumuman Stock Buyback Terhadap
Reaksi Pasar .................................................................................................... 22
iii

2.1.3.1 Signalling Theory ................................................................................... 22


2.1.3.2 Trading Volume Activity (TVA) ............................................................ 23
2.1.3.3 Abnormal Return (AR) .......................................................................... 24
2.1.4 Teori yang Mendasari Pengaruh Pengumuman Stock Buyback Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan ........................................................................ 25
2.1.4.1 Kinerja Keuangan Perusahaan ............................................................... 25
2.1.4.2 Trend Analysis ....................................................................................... 26
2.2 Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 27
2.3 Hipotesis Penelitian ......................................................................................... 34
2.4 Rerangka Analisis ........................................................................................... 36
BAB III ....................................................................................................................... 39
METODE PENELITIAN ............................................................................................ 39
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................ 39
3.2 Variabel Penelitian dan Operasionalisasi Variabel ......................................... 41
3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................................. 45
3.3.1 Sumber Data ............................................................................................. 45
3.4 Metode Penarikan Sampel ............................................................................... 46
3.5 Metode Analisis............................................................................................... 47
BAB IV ....................................................................................................................... 53
HASIL PENELITIAN ................................................................................................. 53
4.1 Deskripsi Objek Penelitian .............................................................................. 53
4.2 Hasil dan Pembahasan ..................................................................................... 56
4.2.1 Reaksi TVA atas Pengumuman Stock Repurchase ................................. 56
4.2.2 Reaksi Abnormal Return atas Publikasi Pengumuman Stock Repurchase
60
4.2.1 Reaksi Kinerja Keuangan Perusahaan atas Pengumuman Stock Repurchase64
BAB V....................................................................................................................... 110
SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................... 110
5.1 Simpulan........................................................................................................ 110
5.2 Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 111
5.3 Saran .............................................................................................................. 111
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 113
iv

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1 Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 31
Tabel 2 Operasionalisasi Variabel .............................................................................. 44
Tabel 3 Daftar Sampel Penelitian ............................................................................... 47
Tabel 4 Daftar Sampel Penelitian ............................................................................... 55
Tabel 5 Avarage TVA Perusahaan Sampel ................................................................. 57
Tabel 6 Paired Sample T-test Trading Volume Activity.............................................. 58
Tabel 7 Avarage Abnormal Return Perusahaan Sampel ............................................. 61
Tabel 8 Paired Sample T-test Abnormal Return ......................................................... 62
v

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1 Kinerja IHSG Tahun 2015 ........................................................................... 3
Gambar 2 Rerangka Analisis Penelitian ..................................................................... 38
Gambar 3 Periode Penelitian....................................................................................... 41
vi

DAFTAR GRAFIK
Halaman

Grafik 1 Trend Index Neraca PT Media Nusantara Citra Tbk ................................................ 65


Grafik 2 Trend Indeks Laba Rugi PT Media Nusantara Citra Tbk ......................................... 66
Grafik 3 Trend Index Neraca MNC Sky Vision Tbk .............................................................. 67
Grafik 4 Trend Indeks Laba Rugi PT MNC Sky Vision Tbk ................................................. 68
Grafik 5 Trend Indeks Neraca PT MNC Investama Tbk ........................................................ 69
Grafik 6 Trend Indeks Laba Rugi PT MNC Investama Tbk ................................................... 70
Grafik 7 Trend Indeks Neraca PT MNC Kapital Indonesia Tbk ............................................ 71
Grafik 8 Trend Indeks Laba Rugi PT MNC Kapital Indonesia Tbk ....................................... 72
Grafik 9 Trend Indeks Neraca PT Global Mediacom Tbk ...................................................... 73
Grafik 10 Trend Indeks Laba PT Global Mediacom Tbk ....................................................... 74
Grafik 11 Trend Indeks Neraca PT Gajah Tunggal Tbk ......................................................... 75
Grafik 12 Trend Indeks Laba Rugi PT Gajah Tunggal Tbk ................................................... 76
Grafik 13 Trend Indeks Neraca PT Bank Pan Indonesia Tbk ................................................. 77
Grafik 14 Trend Indeks Neraca PT Bank Pan Indonesia Tbk ................................................. 78
Grafik 15 Trend Indeks Neraca PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk ....................... 79
Grafik 16 Trend Indeks Laba Rugi PT PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk ............ 80
Grafik 17 Trend Indeks Neraca PT Nusantara Infrastructure Tbk .......................................... 81
Grafik 18 Trend Indeks Laba Rugi PT Nusantara Infrastructure Tbk .................................... 82
Grafik 19 Trend Indeks Neraca PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk .................................. 83
Grafik 20 Trend Indeks Laba Rugi PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk............................. 84
Grafik 21 Trend Indeks Neraca PT Surya Semesta Internusa................................................. 85
Grafik 22 Trend Indeks Laba Rugi PT Surya Semesta Internusa ........................................... 86
Grafik 23 Trend Indeks Neraca PT Intiland Development Tbk .............................................. 87
Grafik 24 Trend Indeks Laba Rugi PT Intiland Development Tbk ........................................ 88
Grafik 25 Trend Indeks Neraca PT Panin Insurance Tbk ....................................................... 89
Grafik 26 Trend Indeks Laba Rugi PT Panin Insurance Tbk.................................................. 90
Grafik 27 Trend Indeks Neraca PT Perdana Gapura Prima Tbk ............................................ 91
Grafik 28 Trend Indeks Laba Rugi PT Perdana Gapura Prima Tbk ....................................... 92
Grafik 29 Trend Indeks Neraca PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk ..................... 93
Grafik 30 Trend Indeks Laba Rugi Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk ..................... 94
Grafik 31 Trend Indeks Neraca PT Trimegah Securities ........................................................ 95
Grafik 32 Trend Indeks Laba Rugi PT Trimegah Securities .................................................. 96
Grafik 33 Trend Indeks Neraca PT Resource Alam Indonesia Tbk ....................................... 97
Grafik 34 Trend Indeks Laba Rugi PT Resource Alam Indonesia Tbk .................................. 98
Grafik 35 Trend Indeks Neraca PT Medco Energi Internasional Tbk .................................... 99
Grafik 36 Trend Indeks Laba Rugi PT Medco Energi Internasional Tbk............................. 100
Grafik 37 Trend Indeks Neraca PT Ciputra Property Tbk .................................................... 101
Grafik 38 Trend Indeks Laba Rugi PT Ciputra Property Tbk .............................................. 102
Grafik 39 Trend Indeks Neraca PT Panin Sekuritas Tbk...................................................... 103
Grafik 40 Trend Indeks Laba Rugi PT Panin Sekuritas Tbk ................................................ 104
Grafik 41 Trend Indeks Neraca PT Sampoerna Agro Tbk ................................................... 105
Grafik 42 Trend Indeks Laba Rugi PT Sampoerna Agro Tbk .............................................. 106
Grafik 43 Trend Indeks Neraca PT Nusa Raya Cipta Tbk.................................................... 107
Grafik 44 Trend Indeks Laba Rugi PT Nusa Raya Cipta Tbk .............................................. 108
vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar Perusahaan yang Melakukan Stock Buyback Tahun 2013 ........ 119
Lampiran 2 Daftar Perusahaan yang Melakukan Stock Buyback Tahun 2014 ........ 120
Lampiran 3 Daftar Perusahaan yang Melakukan Stock Buyback Tahun 2015 ........ 120
Lampiran 4 Daftar Pemilihan Sampel Perusahaan yang Melakukan Stock Buyback
Tahun 2013 ............................................................................................................... 121
Lampiran 5 Daftar Pemilihan Sampel Perusahaan yang Melakukan Stock Buyback
Tahun 2014 ............................................................................................................... 121
Lampiran 6 Daftar Pemilihan Sampel Perusahaan yang Melakukan Stock Buyback
Tahun 2015 ............................................................................................................... 122
Lampiran 7 Data Volume Perdagangan Harian Perusahaan Sampel ....................... 122
Lampiran 8 Trading Volume Activity Perusahaan Sampel ...................................... 123
Lampiran 9 Avarage TVA ........................................................................................ 123
Lampiran 10 Data IHSG Harian Tahun 2013-2015 .................................................. 124
Lampiran 11 Abnormal Return Perusahaan Sampel ................................................. 129
Lampiran 12 Analisa Tren Laporan Neraca Perusahaan Sampel.............................. 136
Lampiran 13 Data Laba/Rugi dalam bentuk tren ...................................................... 144
Lampiran 14 Laporan Keuangan Perusahaan Sampel .............................................. 145
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasar modal menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan

pertumbuhan ekonomi dan bisnis dalam suatu negara atau dengan kata lain sebagai

indikator perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal merupakan tempat

bertemunya investor dengan perusahaan yang secara umum melakukan transaksi jual

beli saham. Saham merupakan salah satu instrumen surat berharga di pasar modal

yang mempunyai bentuk berupa selembar kertas untuk menerangkan siapa

pemiliknya sebagai penanam modal di sebuah perusahaan (Tandelilin, 2010: 26).

Fungsi keuangan di pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan

bagi investor dalam memperoleh imbalan (return), sesuai dengan karakteristik

investasi yang dipilih. Ketika suatu perusahaan telah masuk ke dalam pasar modal,

maka sebagai konsekuensi, informasi perusahaan bersangkutan akan beredar luas

kepada para investor di bursa. Penyebaran informasi ini merupakan bentuk

keterbukaan informasi perusahaan di pasar modal. Terdapat dua jenis informasi yang

berhubungan dengan pergerakan harga saham yang diperlukan investor yaitu

informasi fundamental dan informasi teknikal.

Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham

(kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) di

waktu yang lalu. Sedangkan analisis fundamental adalah metode mengukur nilai aset,
2

ekonomi, politik, dan lingkungan lainnya yang mempengaruhi permintaan dan

penawaran atas aset tersebut (Brigham & Ehrhardt, 2005; Tandelilin, 2010).

Menurut Young (1967), analisis fundamental merupakan analisis untuk

menghitung nilai intrinstik saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan.

Analisis fundamental lebih menekankan pada data kunci dalam laporan keuangan dan

memberikan rincian yang medetail tentang kondisi keuangan perusahaan. Dalam

analisis fundamental, harga saham dipengaruhi oleh pengumuman kebijakan yang

dikeluarkan perusahaan.

Berbeda dengan analisis fundamental, analisis teknikal merupakan teknik

untuk memperdiksi arah pergerakan harga saham dan indikator pasar saham lainnya

berdasarkan pada data pasar historis seperti informasi harga dan volume. Model

analisis teknikal lebih menekankan pada tingkah laku pemodal di masa yang akan

datang berdasarkan kebiasaan di masa lalu (nilai psikologis). Di dalam analisis

teknikal informasi tentang harga dan volume perdagangan merupakan alat utama

untuk analisis. Hal ini sesuai dengan kecenderungan investor untuk selalu memantau

pergerakan saham sebagai upaya menentukan kapan akan membeli atau menjual

saham dengan memanfaatkan indikator-indikator teknis ataupun menggunakan

analisis grafis yang fokus pada trend yang sedang berlangsung, rentan waktu trend,

volume transaksi dan level-level psikologis yang ada.

Pada tahun 2015, kinerja IHSG cenderung menurun dimana IHSG ditutup

pada 4.593 poin, turun 12,13% dari posisi terakhir 5.227 poin di tahun 2014 dengan

rata-rata nilai transaksi saham harian di BEI adalah Rp 5,77 triliun pada tahun 2015,

turun 4,0% dari tahun 2014, sedangkan rata-rata volume transaksi harian naik 4,4%
3

menjadi 221.942 kali pada tahun 2015.(Indonesia Investments, Kamis 31 Desember

2015). Kinerja ini merupakan salah satu performa yang paling lemah di antara indeks-

indeks saham acuan di Asia. Penurunan ini dipengaruhi oleh berbagai macam

kebijakan pemerintah baik di dalam negeri maupun di luar negeri seperti adanya

ketidakpastian tentang waktu kenaikan tingkat suku bunga AS, perlambatan ekonomi

Republik Rakyat Tiongkok dan pertumbuhan ekonomi yang lamban di zona euro dan

Jepang.

Penurunan indeks disebabkan persepsi pelaku pasar terhadap kinerja

keuangan sejumlah perusahaan dan Indonesia sangat rentan terhadap arus keluar

modal karena terkendala oleh defisit transaksi berjalan lebar, rupiah yang rapuh,

perlambatan pertumbuhan ekonomi dan karena porsi aset negara yang berada di

tangan asing relatif besar. (Kompas, Kamis 31 Desember 2015). Grafik kinerja IHSG

tergambar dalam gambar berikut ini:

Gambar 1 Kinerja IHSG Tahun 2015

Sumber: IDX Annually 2015, page: 2


4

Sebagai dampak dari penurunan kinerja IHSG, banyak perusahaan yang

terdaftar di BEI mengalami undervalued. Kondisi ini mendorong pemerintah

Indonesia melalui Otoritas Jasa Keuangan pada tanggal 20 Agustus 2015

mengeluarkan satu peraturan baru terkait dengan buyback yaitu Surat Edaran

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 22/SEOJK.04/2015 tentang “Kondisi Lain sebagai

Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi Secara Signifikan dalam Pelaksanaan Pembelian

Kembali Saham Yang Dikeluarkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik”. Peraturan

tersebut bertujuan guna memberikan stimulus dan mengurangi dampak pasar yang

berfluktuasi secara signifikan karena adanya pengaruh dan tekanan dari luar terhadap

pasar. Dan dengan penerbitan SE tersebut maka emiten atau perusahaan publik dapat

melakukan pembelian kembali sahamnya tanpa perlu memperoleh persetujuan RUPS

dengan ketentuan: (a) total pembelian kembali saham paling banyak 20 persen dari

modal disetor (termasuk treasury stocks); dan (b) paling sedikit saham yang beredar

adalah 7,5 persen dari modal disetor.

Kebijakan tersebut sesuai dengan rekomendasi dari penelitian Brav et al.

(2005) yang mengemukakan bahwa sebagian besar manajer melakukan pembelian

kembali saham (buyback) ketika saham perusahaan mengalami undervalued melalui

penelitian yang telah dilakukan di beberapa negara, seperti Hong-Kong (Brockman

dan Chung, 2001), Jepang (Zhang, 2002), AS (Cook et al., 2004), dan Kanada

(McNally et al., 2006) dan menemukan bukti empiris bahwa keputusan melakukan

open market repurchase sebagai pelaksanaan market timing (dalam Rasbrant, 2011).

Dimana market timing merupakan suatu praktik yang dimana perusahaan akan
5

melakukan penjualan equity (saham) pada saat market value tinggi dan akan membeli

kembali pada saat market value rendah (Baker dan Wurgler, 2002).

Manajemen perusahaan harus mampu mendeteksi ketika harga sahamnya

turun bahkan ketika mengalami undervalued. Penurunan kepercayaan investor

terhadap kinerja perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

penurunan harga saham (Rasbrant, 2011). Pada momen tersebut, manajer perusahaan

akan sangat berperan dalam mengambil keputusan. Hal yang mungkin dapat

dilakukan manajer adalah memberi sinyal kepada investor untuk memulihkan

kembali minat dan kepercayaan para investor.

Pembelian kembali saham oleh perusahaan (buyback) dapat menjadi salah

satu alternatif dalam meningkatkan kembali harga saham yang turun. Buyback

dianggap sebagai suatu sinyal untuk menaikkan kembali harga saham perusahaan.

Dengan begitu pembelian saham kembali akan memberikan sinyal positif tentang

nilai perusahaan (Rasbrant, 2011). Hal ini, sesuai dengan temuan Nishikawa, et al.

(2011) yang mendokumentasikan reaksi pasar saham yang positif setelah

pengumuman buyback pada bursa saham Swedia, pembelian kembali saham dengan

metode Open Market Repurchase (OMR) memberikan sinyal baik, dua hari setelah

pengumuman terdapat abnormal return positif sebesar 2% dan berdampak kepada

volume pembelian kembali setiap harinya (Rasbrant, 2011).

Selain itu penelitian Maxwell dan Stephens (2003) menemukan reaksi harga

saham yang positif terhadap pengumuman program buyback. Oleh karena itu, stock

buyback sering menjadi pilihan corporate action yang dilakukan manajer perusahaan

akhir– akhir ini. Biasanya corporate action ini dilakukan jika perusahaan memiliki
6

kelebihan laba ditahan tetapi mempunyai sedikit kesempatan untuk berinvestasi, atau

bisa juga dilakukan ketika harga saham perusahaan mengalami penurunan. Program

stock buyback juga merupakan bagian dari strategi investasi dalam rangka

meningkatkan nilai perusahaan (company value).

Aksi stock buyback yang didukung dengan kinerja keuangan perusahaan yang

stabil memiliki dampak (multiplier effect) terhadap kenaikan nilai pasar dan

meningkatkan kekayaan pemilik. Perusahaan yang melakukan program stock buyback

sebaiknya memiliki cash flow yang kuat. Dengan demikian, dana yang dipakai untuk

melakukan stock buyback tidak mengganggu program ekspansi perusahaan.

Kemudian, saham yang dibeli kembali akan masuk kategori treasury stock dan dapat

dijual kembali ke pasar.

Marpaung dan Fadillah (2012) mengemukakan stock buyback cenderung

menghasilkan beragam reaksi dari pemegang saham. Biasanya ketika stock buyback

diumumkan maka harga saham akan naik (Stephens & Maxwell, 2003; Rahma, 2009;

Nishikawa et al, 2011; & Rasbrant, 2011). Hal ini wajar terjadi, karena meningkatnya

nilai EPS setelah dilakukannya stock buyback maka pasar menghargai saham lebih

tinggi. Pada umumnya harga saham perusahaan akan meningkat pada saat perusahaan

melakukan pengumuman aksi korporasi stock buyback, hal ini disebabkan karena

perusahaan yang akan melakukan stock buyback cenderung akan membeli dengan

harga di atas harga pasar dan menyebabkan jumlah saham yang beredar dipasar

berkurang dan meningkatkan minat investor untuk mendapatkan saham perusahaan

yang melakukan stock buyback (Rasbrant, 2011). Hal ini mengindikasikan saham

perusahaan yang melakukan stock buyback sering ditransaksikan yang berarti


7

semakin besar volume perdagangan perusahaan dan aktivitas volume perdagangan

(trading volume activity) dapat dijadikan sebagai indikator dari reaksi pasar (investor)

terhadap pengumuman stock buyback (Budiman, 2009).

Selanjutnya, Ariyanto dan Rinaningtias, (2009) mengemukakan bahwa reaksi

pasar terhadap perusahaan yang melakukan buyback dapat diukur dengan dua cara,

yaitu (a) bisa dilihat melalui perubahan harga saham yang diukur dengan

menggunakan abnormal return selama hari pengamatan dan (b) melihat trading

volume activity saham pada hari-hari selama pengamatan. Kemudian, pengujian

variabel trading volume activity (TVA) mengacu pada penelitian sejenis yang

dilakukan Rinaningtias (2009) dan Amalia (2010) terkait dengan menggunakan

metode event study untuk menguji pengaruh suatu peristiwa terhadap aktivitas volume

perdagangan (trading volume activity) menunjukkan reaksi pasar yang signifikan.

Disisi lain, penelitian Marpaung dan Fadillah (2012) menunjukkan tidak

semua aksi buyback berdampak positif terhadap kinerja keuangannya terlebih lagi

terhadap kinerja sahamnya. Hal tersebut mendorong manajemen maupun stakeholder

perusahaan untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan informasi akuntansi

yang lebih mendalam berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang selalu

dipublikasikan oleh manajemen perusahaan. Laporan keuangan bukan satu-satunya

alat pengambilan keputusan namun sebagai informasi finansial, namun laporan

keuangan sangat berpengaruh terhadap kualitas keputusan yang dihasilkan. Laporan

keuangan perlu dianalisis dengan menggunakan alat analisis laporan keuangan agar

dapat diketahui prospek dan risiko yang akan di hadapi perusahaan.


8

Laporan keuangan perusahaan dapat dianalisis menggunakan berbagai teknik

analisis seperti analisis rasio keuangan dan analisis trend, dengan adanya teknik

analisis tersebut dapat diketahui tentang prospek suatu perusahaan. Cara umum yang

biasanya digunakan untuk menilai dan mengukur kinerja perusahaan adalah dengan

analisis rasio keuangan yang meliputi rasio likuiditas, aktivitas, profitabilitas, dan

leverage. Dengan analisis rasio keuangan, stakeholder dapat menilai baik buruknya

keadaan atau posisi keuangan perusahaan. Namun kelemahan dalam analisis rasio ini

adalah tidak membandingkan semua nilai yang ada dalam laporan keuangan secara

lebih rinci.

Sedangkan analisis trend mampu membandingkan semua nilai yang ada pada

laporan keuangan perusahaan sesuai dengan apa yang diperbandingkan oleh investor

karena analisis tren tidak terbatas pada rumus melainkan menghitung dari persentase

data. Nilai suatu perusahaan akan berubah sepanjang waktu, variasi seperti ini akan

mempersulit suatu analisis keuangan. Dengan merancang trend financial statement

hal ini dapat dipermudah karena menggunakan nilai standar finansial. Memprediksi

kinerja perusahaan di masa yang akan datang dapat dilakukan dengan

membandingkannya dari waktu ke waktu atau membandingkannya dengan

perusahaan pesaing yang bergerak pada industri yang sama. Hal ini tentu akan sangat

berguna bagi investor dalam mengetahui kinerja-kinerja perusahaan di bidang industri

tertentu untuk menentukan mana yang terbaik dan yang lebih menguntungkan dilihat

dari perbandingan kinerja perusahaan. Kinerja di masa lalu sering dijadikan indikator

dalam memprediksi kinerja di masa yang akan datang. Oleh karena itu, investor

maupun kreditur melihat pada tren penjualan, beban, laba bersih, arus kas, dan
9

dividen guna menilai kinerja masa lalu manajemen perusahaan dan memprediksi

prospek dan risiko yang akan dihadapi perusahaan kedepan.

Penelitian ini berfokus pada perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia yang melakukan stock buyback pasca diterbitkan Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 2/POJK.04/2013 dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor

22/SEOJK.04/2015 dengan menggunakan metode event study dan uji beda pada

abnormal return dan trading volume activity (TVA) perusahaan sebagai indikator

reaksi pasar terhadap pengumuman stock buyback dan analisa tren dengan alat ukur

laba rugi dan neraca dalam bentuk tren sebagai indikator kinerja keuangan

perusahaan (Prastowo, 2000: 48). Untuk itu peneliti memilih judul “Analisis Reaksi

Pasar dan Kinerja Keuangan Perusahaan yang Melakukan Stock Buyback

(Studi Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan

permasalahan yang diajukan yaitu :

1. Apakah terdapat perbedaan trading volume activity perusahaan sebelum

dan setelah pengumuman stock buyback?

2. Apakah terdapat perbedaan abnormal return perusahaan sebelum dan

setelah pengumuman stock buyback?

3. Bagaimana tren kinerja keuangan perusahaan yang melakukan stock

buyback ?
10

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya, maka

penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menguji dan menganalisis ada tidaknya perbedaan trading volume activity

perusahaan sebelum dan setelah pengumuman stock buyback

2. Menguji dan menganalisis ada tidaknya perbedaan trading volume activity

perusahaan sebelum dan setelah pengumuman stock buyback

3. Menganalisis dan menguraikan kinerja keuangan perusahaan yang melakukan

stock buyback..

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu penelitian berfokus pada

perusahaan yang melakukan stock buyback pasca diterbitkannya Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan Nomor 2/POJK.04/2013 dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan

Nomor 22/SEOJK.04/2015, variabel reaksi pasar terhadap pengumuman stock

buyback diukur dengan menggunakan indikator trading volume activity dan abnormal

return serta variabel kinerja keuangan dianalisis menggunakan analisis tren dengan

alat ukur laba rugi dan neraca dalam bentuk tren.

1.5 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak,

manfaatnya antara lain:

 Manfaat Teoritis
11

1. Bagi perusahaan hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan bahan

pertimbangan dalam membuat kebijakan dan strategi selanjutnya agar kinerja

keuangan perusahaan semakin baik.

2. Bagi peneliti hasil penelitian tugas akhir ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan wawasan dalam bidang finansial khususnya analisis trading

volume activity, abnormal return, dan trend analisys dalam laporan keuangan

pada perusahaan-perusahaan yang melakukan stock buyback, dan dapat

mengaplikasikan teori-teori yang telah diperoleh pada waktu kuliah.

3. Bagi akademik hasil penelitian tugas akhir ini diharapkan dapat digunakan

sebagai referensi dalam perkembangan materi khususnya di bidang finansial

dan dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penulisan penelitian dengan

pokok bahasan yang serupa.

 Manfaat Praktis

1. Untuk menganalisis perbedaan rata-rata trading volume activity sebelum dan

sesudah pengumuman stock buyback berlangsung.

2. Menguraikan tren pos-pos akuntansi dalam laporan keuangan perusahaan

yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan bagi stakeholder perusahaan.


12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Sekaran (2006: 20) mengemukakan “scientific research focus on the goal of

problem solving and persuess a step by step logical, organized, and regiorious

method to identify problems, gender data, analyze them, and draw valid conclusion

therefrom”. Penelitian ini merujuk pada Williams (1938: 226) yang menjelaskan teori

tentang repurchase policy yang diambil perusahaan. Maka landasan teori yang

digambarkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.1.1 Aksi Korporasi (Corporate Action)

Pengertian sesungguhnya dari corporate action pada hakikatnya sangat luas

dan bervariasi tergantung kepada sudut pandang dari emiten maupun investor.

Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang memiliki keterlibatan dalam proses

corporate action emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memberikan definisi

tentang corporate action yaitu:

“Setiap tindakan perusahaan terdaftar yang memberikan hak kepada seluruh


pemilik manfaat atas efek dari jenis dan kelas yang sama seperti hak untuk
memperoleh dividen tunai, dividen saham, bunga, saham bonus, Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu, Waran atau hak-hak lainnya.”

Sedangkan menurut Hirschey & Jhon (2008) mengatakan bahwa “secara

umum corporate action adalah aksi yang dilakukan perusahaan, yang berdampak

signifikan terhadap berbagai kepentingan, antara lain kelangsungan operasi

perusahaan, harga saham serta pemegang saham.” Selanjutnya, Darmadji dan

Fakhruddin (2001: 177) menyatakan bahwa “corporate action merupakan berita yang
13

umumnya menarik pihak-pihak yang terkait di pasar modal, khususnya para

pemegang saham.”

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aksi korporasi

merupakan aktivitas atau tindakan emiten yang dapat mempengaruhi jumlah saham

yang beredar, harga saham dan keputusan investor dan umumnya mengacu pada

aktivitas penerbitan right, pemecahan saham (stock split), saham bonus, dan

pembagian dividen, baik dalam bentuk dividen saham (stock dividend), maupun

dividen tunai (cash dividend). Keputusan untuk melakukan corporate action

dilakukan emiten guna memenuhi tujuan-tujuan tertentu, seperti meningkatkan modal

perusahaan, meningkatkan likuiditas perdagangan saham, atau tujuan-tujuan lain

perusahaan.

2.1.1.1 Jenis- Jenis Aksi Korporasi

Dalam penelitiannya. Young (1967) menjelaskan tentang beberapa bentuk

aksi korporasi yang umumnya dilakukan emiten antara lain:

1. Dividen
Investor memiliki perspektif yang berbeda dalam hal dividen. Sebagian
menganggap dividen sebagai harapan utama dalam berinvestasi dan sebagian
lagi (terutama investor dengan horison jangka pendek) lebih mengedepankan
capital gain daripada perolehan dividen. Pada sisi lain, tidak sedikit
perusahaan yang lebih mementingkan pertumbuhan perusahaan dari pada
distribusi dividen dengan keyakinan bahwa menginvestasikan kembali laba
yang diperoleh akan meningkatkan nilai perusahaan dan pemegang saham.
2. Stock Split
Reverse stock split adalah pemecahan nominal saham menjadi nominal yang
lebih kecil, misalnya dari nominal Rp 1.000 per saham menjadi Rp 500 per 25
saham. Pemecahan saham ini mengakibatkan jumlah lembar saham menjadi
lebih banyak. Kebalikan dari stock split adalah reverse stock split. Jika pada
stock split nilai nominal dipecah menjadi lebih kecil, pada reverse stock split
nilai nominal saham digabungkan sehingga menjadi lebih besar. Akibat
14

reverse stok split adalah jumlah lembar saham setelah di-reverse akan menjadi
sekian kali lebih sedikit dari sebelumnya.
3. Saham Bonus
Saham bonus adalah saham yang dibagikan perusahaan kepada pemegang
saham yang merupakan kapitalisasi dari agio saham. Karena merupakan
kapitalisasi dari agio saham, pemegang saham tidak menyetorkan kas atau
aktiva lainnya kepada perusahaan untuk mendapatkan saham bonus tersebut.
4. Right Issue
Right issue atau istilah formalnya Penambahan Modal dengan Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu (HMETD) adalah suatu cara bagi emiten untuk
meningkatkan jumlah modal disetornya dengan memberikan penawaran
terlebih dahulu kepada pemegang saham lama untuk menambah modalnya di
perusahaan tersebut. Jika seorang investor tidak ingin menggunakan hak
tersebut, maka hak tersebut dapat diperjualbelikan.
5. Pembelian kembali saham (stock buyback)
Pembelian kembali saham yang telah dilepas ke publik atau sering disebut
dengan istilah stock buyback merupakan salah satu bentuk tindakan korporasi
yang dilakukan emiten. Bahkan di bursa-bursa saham yang sudah maju, aksi
tersebut merupakan hal yang umum dilakukan emiten. Alasan emiten
melakukan pembelian kembali saham adalah:
 Untuk menjaga kewajaran harga saham
 Sinyal psikologi ke pasar
 Melakukan pembelian kembali saham dan untuk dijual kembali
 Melakukan pembelian kembali saham untuk dibagikan kepada karyawan
 Untuk menghindari diri dari akuisisi oleh perusahaan yang lain karena
memiliki dana kas yang melimpah
 Pertimbangan pajak
 Faktor fleksibilitas bagi emiten
 Sebagai upaya penghematan dividen
2.1.2 Pembelian Kembali Saham (Stock Buyback)/ Stock Repurchase

Brigham dan Houston (2011: 237) mengartikan stock buyback sebagai suatu

transaksi perusahaan untuk membeli kembali sahamnya sendiri yang telah beredar,

sehingga jumlah saham yang beredar menurun, harga saham serta earning per share

(EPS) menjadi meningkat.

Stephens & Mason (1998) mendefinisikan stock repurchase sebagai berikut:

“The practice of a publicy traded company buying its own shares from
shareholders. This is done to reduce the number of shares outstanding, which
15

increases the earnings per share. Ideally, this will increase the share price.
Share repurchase is a common practice when the company’s management
believes that its shares are undervalued. It may also be used as an
antitakeover measure.”

Grullon dan Ikenberry (2000) dalam penelitiannya mengenai stock repurchase

yang mengungkapkan bahwa “perusahaan melakukan stock repurchase ketika

likuiditas pasar sedang mengalami penurunan atau ketika pasar sedang bearish.”

Terdapat beberapa istilah yang digunakan untuk pembelian kembali saham

antara lain buyback, share repurchase, acquisition of own shares. Semua istilah

tersebut mempunyai kesamaan makna yaitu pembelian oleh perseroan terhadap

sahamnya sendiri yang telah dikeluarkan. Maksud dan tujuan dari pelaksanaan aksi

korporasi ini antara lain adalah untuk men-stimulus dan mengurangi dampak pasar

yang berfluktuasi secara signifikan karena adanya pengaruh dan tekanan dari luar

terhadap pasar. Untuk mendistribusikan cashflow yang dimiliki perusahaan kepada

para pemegang sahamnya, perusahaan membagikan dividen dan melakukan buyback

saham yang beredar.

Pada saat membeli kembali sahamnya, biasanya perusahaan akan membeli

dengan harga di atas harga pasar. Kelebihan atas harga pasar inilah yang menjadi

keuntungan bagi para pemegang saham yang dikenal dengan istilah capital gain.

Stock buyback yang dilakukan perusahaan diyakini dapat memberikan sinyal positif

kepada masyarakat, sehingga dapat meningkatkan harga saham di pasar.

Dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tanggal 20 Agustus 2015

yaitu Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 22/SEOJK.04/2015 tentang

kondisi lain sebagai kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan dalam
16

pelaksanaan pembelian kembali saham yang dikeluarkan oleh emiten atau perusahaan

publik. Peraturan tersebut bertujuan guna memberikan stimulus dan mengurangi

dampak pasar yang berfluktuasi secara signifikan karena adanya pengaruh dan

tekanan dari luar terhadap pasar. Dan dengan penerbitan SE tersebut maka emiten

atau perusahaan publik dapat melakukan pembelian kembali sahamnya tanpa perlu

memperoleh persetujuan RUPS dengan ketentuan: (a) total pembelian kembali saham

paling banyak 20 persen dari modal disetor (termasuk treasury stocks); dan (b) paling

sedikit saham yang beredar adalah 7,5 persen dari modal disetor.

2.1.2.1 Alasan Perusahaan Melakukan Stock Buyback

Wansley, Lane, dan Sarkar (1989) menjelaskan mengenai alasan-alasan

perusahaan melakukan stock repurchase dan mengelompokkannya ke dalam enam

hipotesis berikut:

1. Dividend substitution hypothesis


Pajak yang dikenakan untuk stock buyback (pajak capital gain) lebih rendah
daripada pajak yang dikenakan untuk dividen, maka stock buyback menjadi
alternatif yang lebih baik dibandingkan dengan dividen dalam
mendistribusikan cashflow kepada para pemegang saham. Grullon dan
Michely (2002) menemukan adanya substitution effect antara dividen dan
stock buyback, bahwa suatu perusahaan yang biasa membayar dividen, tidak
mengurangi jumlah dividennya dan menggantinya dengan stock buyback.
Penelitian menyimpulkan bahwa perusahaan yang membayar dividen dengan
jumlah yang besar lebih memilih untuk melakukan stock buyback daripada
menaikkan jumlah dividen yang dibayarkan.
2. Leverage hypothesis
Kegiatan stock buyback dapat meningkatkan financial leverage. Pada saat
perusahaan membagi kelebihan jumlah kapitalnya, dalam hal ini melakukan
stock buyback, maka nilai ekuitas perusahaan akan menurun, sehingga debt
ratio perusahaan akan meningkat. Peningkatan ini berarti pula meningkatkan
leverage perusahaan. Perusahaan akan lebih suka untuk melakukan stock
buyback jika rasio leverage-nya di bawah angka yang ditargetkan untuk
mencapai struktur modal yang optimal.
3. Reissue hypothesis
17

Stock buyback dilakukan perusahaan untuk menyediakan sejumlah saham


sebagai keperluan program pensiun, bonus, stock option, atau bentuk stock
reissue lainnya.
4. Investment hyphotesis
Perusahaan yang kurang memiliki kesempatan berinvestasi akan
menggunakan kelebihan kas yang dimilikinya untuk membeli kembali saham
perusahaannya.
5. Information signaling hypothesis
Kebanyakan perusahaan melakukan stock buyback adalah untuk memberikan
informasi atau sinyal positif kepada para pemegang saham mengenai kondisi
perusahaan. Asqulin dan Mullin (1986) menyebutkan bahwa stock buyback
merupakan suatu sinyal yang diberikan perusahaan bahwa sahamnya memiliki
intrinsic yang lebih besar daripada harga pasarnya, sehingga perusahaan ingin
membeli kembali sahamnya dengan harga premium atau di atas harga pasar.
6. Wealth transfer hypothesis
Stock buyback yang dilakukan ketika saham perusahaan mengalami
undervalued akan menyebabkan adanya wealth transfer yaitu pemegang
saham yang bersedia menjual sahamnya kepada bukan pemegang saham.
Wealth transfer juga mungkin terjadi dari bondholder kepada non-
participating stockholder. Selain itu, stock buyback mungkin dilakukan karena
dapat memberikan keuntungan bagi pihak manajemen perusahaan, baik
dengan menurunnya kecenderungan perusahaan tersebut untuk diambil alih
oleh perusahaan lain, ataupun dengan meningkatnya persentase kepemilikan
manajemen terhadap saham perusahaan.

Selain keenam alasan di atas, ada satu alasan lain perusahaan melakukan stock

repurchase yaitu sebagai bentuk pertahanan dalam menghadapi ancaman takeover

oleh perusahaan lain seperti yang dikemukakan oleh Zhang (2002). Jagannathan dan

Stephens (2003) menambahkan bahwa alasan yang dimiliki perusahaan untuk

membeli kembali sahamnya berbeda, tergantung dari jumlah frekuensi pembelian

kembali saham tersebut serta karakteristik perusahaan yang bersangkutan.

Untuk perusahaan yang melakukan stock repurchase secara regular, biasanya

memiliki pendapatan operasi yang besar dan stabil, dan memiliki dividend payout

ratio yang lebih tinggi. Perusahaan menjadikan stock repurchase sebagai sebuah

pengganti adanya kenaikan dividen perusahaan. Sedangkan untuk perusahaan yang


18

jarang melakukan stock repurchase, biasanya disebabkan karena saham

perusahaannya yang dinilai undervalued. Perusahaan jenis ini merupakan jenis

perusahaan yang lebih kecil dengan tingkat terjadinya asymmetric information yang

lebih tinggi. Selain itu ditandai juga oleh pendapatan operasi perusahaan yang belum

stabil, dan market-to-book ratio yang lebih rendah sehingga kemungkinan untuk

saham tersebut undervalued akan semakin besar ( Hayes, 1967).

Stephens dan Weisbach (1998) juga memaparkan beberapa alasan yang

menentukan kapan suatu perusahaan melakukan stock repurchase. Peneliti

membaginya kedalam dua alasan. Pertama, Asymmetric Information atau

Undervalued Equity Hypothesis, yang mengatakan bahwa perusahaan akan

melakukan stock repurchase ketika perusahaan merasa bahwa saham perusahaan

mengalami undervalued. Kedua adalah pertimbangan cashflow perusahaan. Alasan

tersebut berhubungan dengan payout policy perusahaan bahwa jumlah payout akan

bervariasi menyesuaikan cashflow yang dimiliki perusahaan tersebut. Perusahaan

akan melakukan stock repurchase sebagai cara untuk menyesuaikan besarnya

cashflow perusahaan. Hal ini dilakukan karena perusahaan tidak yakin bahwa

peningkatan cashflow akan bersifat permanen, sehingga kelebihan cashflow yang

dimiliki digunakan perusahaan unuk membeli sahamnya kembali sebagai suatu cara

lain untuk mendistribusikan value kepada stockholder


19

2.1.2.2 Metode Pelaksanaan Stock Repurchase

Dalam penelitiannya, Vermaelen (1981) menjelaskan beberapa metode yang

dapat menjadi pilihan suatu perusahaan dalam melakukan stock buyback. Beberapa

diantaranya adalah:

1. Tender Offer
Metode tender offer perusahaan mengumumkan kepada seluruh pemegang
saham bahwa perusahaan akan membeli kembali beberapa lembar sahamnya
pada harga dan periode tertentu yang telah ditetapkan. Harga yang ditawarkan
perusahaan biasanya adalah harga di atas harga pasar. Setiap pemegang saham
akan memperkirakan sendiri apakah harga yang ditawarkan akan lebih besar
atau lebih kecil bila dibandingkan dengan harga saham tersebut setelah masa
penawaran berakhir, sehingga setiap pemegang saham dapat memutuskan
apakah bersedia untuk menjual sahamnya atau tidak. Stock buyback dengan
cara ini dapat meningkatkan harga saham.
2. Open Market Repurchase (OMR)
Dalam metode ini perusahaan membeli kembali saham perusahaannya dengan
jumlah yang relatif kecil. Pembelian kembali dilakukan melalui broker dengan
bayaran komisi pada tingkat normal pembelian dan pembelian harga pasar.
Tidak seperti metode tender offer, metode ini tidak mengikat suatu perusahaan
untuk benar-benar membeli kembali sahamnya sebanyak jumlah yang investor
umumkan sebelumnya. Metode ini memberikan fleksibilitas kepada
perusahaan untuk membeli kembali sahamnya lebih sedikit dibandingkan
dengan yang direncanakan jika sahamnya menjadi lebih mahal ataupun
membeli lebih banyak jika sahamnya tetap atau lebih murah.
3. Dutch Auction
Pada pembelian kembali saham perusahaan menggunakan metode ini,
perusahaan menyebutkan range harga saham yang ditawarkan. Para pemegang
saham akan memilih satu harga yang investor tetapkan untuk menjual saham
yang investor miliki kepada perusahaan. Pada akhir penawaran, perusahaan
akan membeli sahamnya berdasarkan harga penawaran yang terbaik.
4. Transferable Put Rights (TRP)
Dalam metode ini, perusahaan yang berencana akan membeli sahamnya
sebesar a dari sahamnya yang beredar, memberikan setiap pemegang
sahamnya satu TPR untuk setiap 1/a jumlah saham yang dimilikinya. Satu
TPR memberi hak kepada para pemegang saham untuk menjual kembali satu
lembar saham yang dimilikinya kepada perusahaan penerbit pada harga yang
telah ditentukan sebelumnya. Pemegang saham yang menolak menjual
sahamnya dapat menjual TPR yang dimilikinya kepada pemegang saham
lainya yang berkeinginan untuk menjual sahamnya lebih dari jumlah yang
telah dialokasikan perusahaan kepada dirinya.
5. Private Repurchase
20

Private repurchase memerlukan perusahaan untuk membeli saham dari


seorang pemegang saham dengan cara negoisasi langsung. Dilihat dari
jarangnya perusahaan mengumumkan stock buyback menggunakan metode
ini, private repurchase dianggap kurang signifikan pengaruhnya terhadap
harga saham perusahaan.

2.1.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Melakukan Stock Buyback

Woods dan Brigham (1966) menyebutkan beberapa kelebihan dan kekurangan

stock buyback dibandingkan dengan dividen. Berikut kelebihan dan kekurangan stock

buyback dari sudut pandang para pemegang saham maupun dari sudut pandang

perusahaan yang melakukannya:

a. Kelebihan buyback bagi pemegang saham yaitu:


 Pajak yang dikenakan kepada investor terhadap dividen yang diterima adalah
sebesar personal income tax rate, sedangkan pajak yang dikenakan atas
keuntungan dari buyback adalah pajak capital gain. Hal ini menguntungkan
bagi para investor karena pajak personal income tax biasanya memiliki
tingkat yang lebih besar bila dibandingkan dengan pajak capital gain.
 Dengan stock buyback, para pemegang saham dapat memilih untuk menjual
sahamnya atau tidak. Dibandingkan dengan dividen, pemegang saham harus
menerima dividen tersebut dan membayar pajaknya.
b. Kerugian stock buyback bagi pemegang saham yaitu:
 Perusahaan membeli kembali saham dengan harga yang terlalu tinggi
sehingga merugikan pemegang saham yang tidak menjual kembali sahamnya.
 Keuntungan stock repurchase dalam bentuk capital gains, padahal sebagian
investor menyukai dividen, tidak semua pemegang saham mengetahui
implikasi pembelian kembali saham perusahaan terutama menyangkut kondisi
perusahaan saat ini dan prospeknya di masa datang. Akibatnya tidak semua
investor memperoleh manfaat atas pembelian kembali saham perusahaan.
 Beberapa investor memandang bahwa pembelian kembali saham perusahaan
merupakan indikasi bahwa perusahaan tidak mempunyai tingkat pertumbuhan
yang baik. Jika hai ini benar, maka pembelian kembali saham ini akan
berakibat negatif terhadap harga saham.
c. Keunggulan stock buyback bagi perusahaan yaitu:
 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dividen bersifat kaku. Perusahaan
enggan mengubah kebijakan pembayaran dividennya jika investor ragu untuk
dapat mempertahankan kebijakan tersebut di masa mendatang. Perusahaan
lebih memandang serius pada kebijakan untuk meningkatkan pembayaran
dividen, namun tidak yakin untuk mempertahankan kebijakan tersebut
kedepannya, dibandingkan dengan kebijakan untuk mengurangi jumlah
21

dividen yang dibayarkan. Jika perusahaan merasa memiliki kelebihan kas


yang bersifat sementara, perusahaan akan lebih memilih untuk menggunakan
kas tersebut untuk stock buyback daripada menaikkan jumlah dividennya yang
belum tentu bisa dipertahankan ke depannya.
 Saham yang telah dibeli kembali dapat digunakan sebagai saham untuk
program stock option. Para manajer keuangan berpendapat bahwa akan lebih
tepat dan murah jika menggunakan saham yang dibelinya kembali
dibandingkan bila menerbitkan saham baru untuk program stock option
tersebut.
 Jika kepemilikan saham perusahaan lebih banyak dimiliki oleh para manajer
dalam perusahaan, maka investor akan memilih stock buyback dibandingkan
dividen karena keuntungan pajak yang diperoleh.
d. Kerugian stock repurchase bagi perusahaan:
 Dapat merusak image perusahaan karena sebagian investor merasa bahwa
manajemen perusahaan tidak mempunyai proyek yang baik. Namun, jika
perusahaan benar-benar tidak memiliki kesempatan investasi yang baik,
perusahaan memang sebaiknya mendistribusikan dana kembali kepada
pemegang saham dengan cara stock repurchase. Tetapi tidak banyak bukti
empiris yang mendukung alasan ini.
 Setelah stock repurchase, pasar mungkin merasa bahwa risiko perusahaan
meningkat sehingga dapat menurunkan harga saham
 Perusahaan mungkin membayar terlalu tinggi untuk membeli kembali saham
perusahaan, sehingga sangat merugikan pemegang saham yang memilih untuk
tidak menjual sahamnya.
 Jika saham ini tidak begitu likuid dan perusahaan melakukan pembelian
kembali saham dalam jumlah yang besar, maka harga saham akan cenderung
turun setelah pembelian kembali saham ini, perusahaan semestinya akan
dikenakan penalty jika ternyata pembelian kembali saham perusahaan dalam
jumlah besar semata-mata dilakukan untuk menghindari pajak atas dividen.
 Dividen merupakan pilihan yang sulit bagi pihak manajemen perusahaan
karena pihak manajemen enggan untuk menaikkan tingkat dividen dengan
alasan sulit untuk mempertahankan tingkat dividen yang tinggi tersebut.
Disamping itu, jika dividen naik terlalu tinggi dikhawatirkan di masa
mendatang (khususnya di masa sulit atau banyak membutuhkan dana untuk
investasi) perusahaan terpaksa memotong pembayaran dividen. Hal ini malah
akan memberikan sinyal negatif, dimana perusahaan dipandang investor
sedang mengalami kesulitan keuangan
22

2.1.3 Teori yang Mendasari Pengaruh Pengumuman Stock Buyback Terhadap


Reaksi Pasar
Penelitian mendokumentasikan pengumuman stock buyback yang dilakukan

perusahaan menghasilkan dampak positif terhadap harga saham (Maxwell dan

Stephens: 2003) dan temuan Nishikawa, et al. (2011) yang menyimpulkan reaksi

pasar saham yang positif setelah pengumuman buyback. Namun penelitian Marpaung

dan Fadillah (2012) menunjukkan tidak semua aksi stock buyback berdampak positif

terhadap kinerja keuangannya dan kinerja saham perusahaan terkait. Oleh sebab itu,

untuk menguraikan pengaruh pengumuman stock buyback terhadap reaksi pasar

digunakan teori- teori pendukung sebagai berikut:

2.1.3.1 Signalling Theory


Bhattacharya & Jacobsen (2015) dalam penelitiannya mengumukakan “sinyal

dari perusahaan yang kondisi fundamentalnya terpercaya tentu akan direspon oleh

investor, sehingga sinyal tersebut menjadi berkualitas, sedangkan sinyal yang dikirim

oleh perusahaan yang berkondisi fundamental kurang terpercaya tentu tidak akan

dapat menyamai sinyal yang dikirim oleh perusahaan yang kondisi fundamentalnya

terpercaya.” Selanjutnya Junizar (2013) mengemukakan signalling theory adalah

teori yang membahas tentang naik turunnya harga di pasar, sehingga akan memberi

pengaruh pada keputusan investor. Sinyal perusahaan dapat dilihat dari reaksi harga

saham. Reaksi harga saham dapat diukur dengan menggunakan return saham sebagai

nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return.

Menurut Brigham dan Houston (2001: 36) isyarat atau signal adalah suatu

tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi investor tentang
23

bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Sinyal ini berupa informasi

mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan

pemilik. Informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan merupakan hal yang penting,

karena pengaruhnya terhadap keputusan investasi pihak diluar perusahaan. Informasi

tersebut penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya

menyajikan keterangan, catatan atau gambaran, baik untuk keadaan masa lalu, saat ini

maupun masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup perusahaan dan bagaimana

efeknya pada perusahaan. Sehingga, keputusan perusahaan dalam melakukan stock

buyback bertujuan untuk memberikan informasi atau sinyal positif kepada para

pemegang saham mengenai kondisi perusahaan.

Perusahaan yang melakukan aksi stock buyback merefleksikan bahwa

perusahaan memiliki kelebihan dana yang diartikan tingkat profitabilitas perusahaan

dalam keadaan baik (Profits Bulletin Vol. XIV/2014, 2014). Berdasarkan signaling

hypothesis, pembelian kembali saham perusahaan merupakan indikasi bahwa saham

dinilai terlalu rendah atau undervalued. Hirschey & Jhon (2008) mengungkapkan

bahwa dengan adanya pengumuman stock repurchase juga memberikan sinyal yang

positif bahwa perusahaan memiliki free cash flow yang berlebih yang artinya tingkat

profitabilitas perusahaan dalam keadaan baik.

2.1.3.2 Trading Volume Activity (TVA)

Trading Volume Activity (TVA), yang juga disebut dengan aktivitas volume

perdagangan saham merupakan suatu rasio yang dapat digunakan untuk melihat

reaksi pasar modal terhadap informasi-informasi yang masuk pada pasar modal.
24

Trading volume activity (TVA) dianggap sebagai ukuran dari kekuatan atau

kelemahan pasar. Ketika trading volume activity cenderung meningkat selama harga

mengalami peningkatan maka pasar diindikasikan dalam keadaan bullish. Ketika

TVA cenderung mengalami penurunan selama harga mengalami penurunan maka

pasar berada dalam keadaan bearish. Besar kecilnya TVA menunjukkan seberapa

besar tingkat ketertarikan investor dalam berinvestasi terhadap saham perusahaan.

Perhitungan TVA seperti model yang dipakai oleh Vermaelen (1981) adalah sebagai

berikut:

𝑉. 𝑖. 𝑡
𝑇𝑉𝐴𝑖𝑡 =
𝑉. 𝑚. 𝑡
Keterangan:
𝑇𝑉𝐴𝑖𝑡 = Trading Volume Activiy
𝑉. 𝑖. 𝑡 = Total volume perdagangan saham perusahaan i pada waktu ke-t
𝑉. 𝑚. 𝑡 = Volume saham perusahaan ke -i yang tercatat di BEI

2.1.3.3 Abnormal Return (AR)

Seperti dalam hipotesis signaling theory pelaksanaan stock repurchase di

bursa efek menjadi kabar baik atau buruk oleh pemegang saham. Imbal hasil

abnormal (abnormal return) merupakan selisih antara imbal hasil sesungguhnya/

realisasi yang terjadi dengan imbal hasil ekspektasi (Halim, 2015: 99). Beberapa

metode pengukuran return ekpektasian dengan menggunakan data historis (Tandellin,

2010: 224-227) adalah sebagai berikut:

𝐴𝑅𝑖,𝑡 = 𝑅𝑖,𝑡 - E [𝑅𝑖,𝑡 ]


Keterangan:
𝐴𝑅𝑖𝑡 = Abnormal return saham perusahaan ke i periode ke-t
𝑅𝑖𝑡 = Actual return saham perusahaan ke i pada periode ke-t
25

𝐸⌊𝑅𝑖𝑡 ⌋ = Expected return saham perusahaan ke i periode ke-t, dengan rumus


indeks pasar

2.1.4 Teori yang Mendasari Pengaruh Pengumuman Stock Buyback Terhadap


Kinerja Keuangan Perusahaan

Sebelum melakukan program stock buyback perusahaan harus memiliki

kinerja keuangan yang stabil dan cash flow yang kuat agar tidak menganggu program

ekspansi perusahaan. Melalui kebijakan stock buyback diharapkan laba perusahaan

(NOPAT) meningkat sehingga akan meningkatkan nilai laba per saham perusahaan

atau earning per share (EPS) (Marpaung dan Fadillah, 2013). Jadi dapat disimpulkan

bahwa pengumuman stock buyback memiliki hubungan terhadap kinerja keuangan

perusahaan baik sebelum pengumuman stock buyback dan sesudah pengumuman

stock buyback.

2.1.4.1 Kinerja Keuangan Perusahaan

Kinerja keuangan perusahaan merupakan satu diantara dasar penilaian

mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dilakukan berdasarkan analisa terhadap

rasio keuangan perusahaan (Tifow & Ozlem, 2015). Selanjutnya, Nassar (2016)

mengemukakan kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang

dapat mengukur keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan dalam menghasilkan

laba. Suatu perusahaan dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai standar dan

tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan penilaian kinerja keuangan adalah untuk

mengetahui tingkat likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, leverage (Munawir, 2010:

31).
26

Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan diatas

kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Analisis kinerja

keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap review data,

menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap keuangan

perusahaan pada suatu periode tertentu. Kinerja keuangan dapat dinilai dengan

beberapa alat analisis. Menurut Jumingan (2006: 242) berdasarkan tekniknya, analisis

keuangan dapat dibedakan menjadi 8 macam, yaitu:

a. Analisis perbandingan laporan keuangan, merupakan teknik analisis dengan


cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih dengan
menunjukkan perubahan, baik dalam jumlah (absolut) maupun dalam
persentase (relatif).
b. Analisis tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untuk mengetahui
tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan kenaikan atau penurunan.
c. Analisis persentase per komponen (common size), merupakan teknik analisis
untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap
keseluruhan atau total aktiva maupun utang.
d. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja, merupakan teknik analisis
untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua
periode waktu yang dibandingkan.
e. Analisis sumber dan penggunaan kas, merupakan teknik analisis untuk
mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan kas pada suatu
periode waktu tertentu.
f. Analisis rasio keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk
mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun laporan
laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.
g. Analisis perubahan laba kotor, merupakan teknik analisis untuk mengetahui
posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba.
h. Analisis break even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat
penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

2.1.4.2 Trend Analysis

Analisis tren atau tendensi merupakan analisis laporan keuangan biasanya

dinyatakan dalam persentase tertentu. Dalam analisis trend perbandingan analisis


27

dapat dilakukan dengan menggunakan analisis horizontal atau dinamis. (Kasmir,

2008: 82). Data yang digunakan adalah data tahunan atau periode yang digunakan

biasanya hanya dua atau tiga periode saja. Hal ini disebabkan karena jika lebih dari

satu periode, akan mengalami kesulitan untuk menganalisisnya. Jika data yang

digunakan lebih dari dua atau tiga periode, metode yang digunakan adalah angka

indeks. Dengan menggunakan angka indeks akan dapat diketahui kecenderungan atau

trend atau arah dari posisi keuangan, apakah meningkat, menurun atau tetap. Hasil

analisis trend biasanya dihitung dalam persentase. Data keuangan yang akan

digunakan untuk melakukan analisis tren dengan persentase adalah data yang paling

awal. Setelah itu, data tersebut akan dibandingkan dengan data selanjutnya artinya

adalah data yang paling awal dianggap sebagai tahun dasar pada awal dilakukannya

perhitungan. Data awal tahun yang akan dianalisis tersebut dianggap sebagai data

normal diantara tahun yang akan dianalisis.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengaruh suatu event atau kejadian terhadap reaksi pasar

antara lain dilakukan oleh Junizar dan Septiani (2013) yang menguji Pengaruh

Pengumuman Pembelian Kembali Saham (Buyback) Terhadap Respon Pasar:

Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah pengumuman informasi stock buyback

mempengaruhi abnormal return dan trading volume activity dalam populasi dan

sampel yang berbeda pada kondisi pasca krisis Eropa 2008. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pengumuman informasi stock buyback memiliki pengaruh


28

terhadap abnormal return dan trading volume activity perusahaan terkait, dan

transaksi buyback memiliki pengaruh signifikan terhadap kenaikan abnormal return

dan trading volume activity perusahaan terkait.

Penelitian Marpaung dan Fadillah (2012) menguji Pengaruh Stock Buyback

Terhadap Kinerja Saham Dan Kinerja Keuangan: Studi Kasus Pada PT.

Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah stock

buyback mempengaruhi kinerja saham dan kinerja keuangan PT Jasuindo Tiga

Perkasa Tbk.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

komparatif dimana dalam metode ini volume perdagangan dan perubahan harga yang

terjadi saat sebelum dan sesudah dilakukannya stock buyback dibandingkan atau

menggunakan uji beda. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan metode deskriptif

yang merupakan analisis rasio keuangan yang berkaitan dengan laba perusahaan

(NOPAT). Analisis ini digunakan sebagai data pendukung dalam analisis perubahan

harga saham saat sesudah stock buyback dilakukan.

Hasil penelitian ini menunjukkan (1) sebelum dilakukannya stock buyback,

kinerja keuangan JTPE cenderung mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan dengan

rata-rata perubahan EPS yang meningkat hingga 90% pada triwulan ketiga tahun

2008 (2) sebelum dilakukannya pembelian kembali, harga pasar saham cenderung

mengalami peningkatan, namun berdasarkan perhitungan harga teoritis, harga pasar

saham perusahaan cenderung dibawah harga teoritisnya, sedangkan nilai PER

cenderung mengalami penurunan. Nilai rata-rata perubahan PER pada akhir periode

sebelum stock buyback adalah 9%, dimana hasil tersebut merupakan nilai terendah

pada periode tersebut (3) dengan dilakukannya pembelian kembali saham maka
29

jumlah saham yang beredar di masyarakat menjadi berkurang sebesar 3,2% (4)

setelah dilakukannya stock buyback, nilai EPS perusahaan cenderung mengalami

peningkatan. Bahkan rata-rata perubahan EPS tertinggi dicapai pada triwulan kedua

tahun 2010 dengan nilai 118% (5) harga saham JTPE cenderung mengalami

peningkatan setelah dilakukannya stock buyback, namun peningkatan harga riil yang

terjadi tidak sesuai dengan peningkatan EPS perusahaan dengan menggunakan

perhitungan teoritis maka diperoleh fakta bahwa harga riil saham perusahaan nilainya

di bawah harga teoritis (harga seharusnya). Selain itu, nilai PER perusahaan

cenderung mengalami penurunan.

Selanjutnya, penelitian Rasbrant (2011) yang berjudul The Price Impact of

Open Market Share Repurchases. Studi ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari

pengumuman transaksi buyback dengan metode open market repurchase terhadap

reaksi pasar bursa di Swedia. Data dalam penelitian ini diperoleh dari NASDAQ

OMX Stockholm. Reaksi pasar diproksikan dengan abnormal return dan uji melalui

metode event study. Hasil dari penelitian ini mendokumentasikan pengumuman

informasi stock buyback berpengaruh signifikan menaikkan abnormal return

perusahaan-perusahaan Swedia yang melakukan buyback sebesar 1,94% return

perusahaan mengalami kenaikan positif.

Penelitian serupa dilakukan oleh Nishikawa, Prevost, dan Rao (2011) yakni

menguji Dampak Wealth Transfer Dari Pemegang Obligasi Ke Pemegang Saham

Dengan Adanya Program Open Market Repurchase (OMR) melalui reaksi pasar

saham dan obligasi, serta memeriksa wealth effect transfer dengan

mengklasifikasikan subsampel berdasarkan atribut sensitif terhadap dampak transfer


30

kekayaan, termasuk peringkat obligasi, ukuran pembelian kembali, keberadaan

perjanjian dividen, dan pendapatan saham. Hasil penelitian ini mendokumentasikan

perubahan abnormal return saham yang signifikan positif, sedangkan untuk

instrumen obligasi menunjukkan penurunan harga yang signifikan negatif.

Sebelumnya, Amalia (2010) juga melakukan penelitian untuk menguji

Pengaruh Reaksi Pasar Atas Pengumuman PROPER Terhadap Abnormal

Return Dan Volume Perdagangan Saham. Metode yang digunakan adalah event

study. Data berupa pengungkapan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan

(PROPER) dan data sekunder berupa harga penutupan saham harian perusahaan

terkait. Hasil yang diperoleh yaitu tidak terdapat abnormal return dan tidak ada

perbedaan signifikan abnormal return di sekitar tanggal pengumuman, tetapi terdapat

rata- rata trading volume activity dan perbedaan signifikan trading volume activity di

sekitar tanggal pengumuman.

Kemudian, Mulia (2009) menguji Pengaruh Stock Repurchase terhadap

Stockholder, Bondholder, dan Value Perusahan di Indonesia Periode 2001-2007.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa harga

penutupan saham harian perusahaan yang berada di Indonesia dan melakukan

pengumuman buyback dari tahun 2001 sampai dengan 2007 dengan jumlah sampel

akhir 30 pengumuman. Metode yang digunakan adalah event study. Hasil yang

diperoleh yaitu adanya Average Cumulative Abnormal return (ACAR) yang

signifikan di sekitar tanggal pengumuman buyback.

Ditahun yang sama, penelitian mengenai Pengaruh Reaksi Pasar Modal

terhadap Peristiwa Bom J.W. Marriott dan Ritz Carlton 17 Juli 2009 dilakukan
31

Rinaningtias (2009). Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data

penutupan harga saham perusahaan yang masuk kedalam Indeks Kompas 100 sejak

Februari 2009 sampai Juli 2009. Reaksi pasar modal diproksikan dengan abnormal

return dan trading volume activity dengan metode pengujian menggunakan event

study. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada

abnormal return dan trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa bom

J.W. Marriot dan Ritz Carlton 17 Juli 2009. Untuk lebih ringkas, penulis meringkas

penelitian sebelumnya dalam tabel berikut:

Tabel 1 Penelitian Terdahulu

Variabel Alat Hasil


No. Peneliti Populasi/ Sampel
penelitian Analisis
1. Rahma Maita N= Perusahaan Abnormal Regresi Nilai average abnormal
Mulia, 2009 yang Return, linear return dan cumulative
mengeluarkan Average Uji F abnormal return yang
kebijakan stock Bond Uji secara signifikan bernilai
buyback di Rating, Parsial positif pada saat tanggal
Indonesia Value keterbukaan informasi
n= Perusahaan mengindikasikan adanya
yang melakukan wealth effect yang terjadi
stock buyback di kepada pemegang saham.
Indonesia Pada Hanya proksi cashflow
rentang periode dan undervaluation yang
pengumuman mempengaruhi secara
2001-2007 signifikan besarnya CAR
Dilihat dari peringkat
obligasi baik prediksi
maupun aktual, sebagian
besar tidak menunjukkan
penurunan peringkat
setelah pengumuman
buyback
32

Variabel Alat Hasil


No. Peneliti Populasi/ Sampel
penelitian Analisis
2. Resti D. N= Perusahaan X= TVA Event Terdapat perbedaan
Rinaningtias, yang masuk AR study, yang signifikan dimana
2009 dalam 9 Y= Uji Beda Abnormal return (AR)
klasifikasi sektor Peristiwa Paired saham setelah peristiwa
industry yang Bom J.W. Sample t- bom J.W. Mariott dan Ritz
terdaftar di BEI Marriott test Calton lebih besar
n= Perusahaan dan Ritz dibandingkan sebelum
yang terdaftar di Carlton 17 peristiwa terjadi.
BEI disekitar Juli 2009 Terdapat perbedaan
peristiwa bom yang signifikan dimana
J.W. Mariott dan trading volume activity
Ritz Calton 17 setelah peristiwa bom J.W.
Juli 2009 Mariott dan Ritz Calton
lebih besar dibandingkan
sebelum peristiwa terjadi.
3. Nur Safitri N= Perusahaan X= TVA, Event Tidak terdapat rata-rata
Amalia, 2010 yang terdaftar di AR Study, abnormal return dan
BEI Y= Uji Beda Volume Perdagangan
n= Perusahaan Pengumum Paired Saham di sekitar peristiwa
yang terdaftar di an Sample t- pengumuman PROPER.
BEI disekitar PROPER test
peristiwa
pengumuman
PROPER.
4. Takeshi N= Perusahaan X= AR, Regresi Perubahan abnormal return
Nishikawa, yang terdaftar di Bond linear, saham yang signifikan
Andrew K. bursa saham Rating ANOVA, positif, sedangkan untuk
Prevost, dan Swedia Y= Kruskall- instrumen obligasi
Ramesh P. Rao, n= Perusahaan Pengumum Wallis menunjukkan penurunan
2011 yang yang uman stock Test harga
terdaftar di bursa repurchase yang signifikan negatif.
saham Swedia s
dan melakukan
stock buyback
dengan metode
pelaksanaan
Tender Offer
33

Variabel Alat
No Peneliti Populasi/ Sample Hasil
Penelitian Analisis
5. Jonas Rasbrant, N= Perusahaan yang X= AR Event Pengumuman OMR
2011 terdaftar di bursa Y= study, memberikan reaksi positif
saham Swedia pengumu ANOVA, terhadap abnormal return
n= erusahaan yang man stock Uji saham sebesar 1,94%
yang terdaftar di buy Autokorel selama dua hari setelah
bursa saham Swedia back asi pengumuman. program
dan melakukan stock Durbin OMR.
buyback dengan Watson Penelitian menemukan 12
metode pelaksanaan bulan
Open Market Share kinerja saham positif
Repurchases abnormal sebesar 6-7%
setelah pengumuman buy
back yang positif terkait
dengan reaksi saham yang
dibeli dalam program
OMR
6. Marpaung dan n= PT Jasuindo Tiga X=AR, Uji beda Jumlah saham yang
Fadillah, 2012 Perkasa Tbk. TVA dan Paired t- beredar di masyarakat
kinerja sample menjadi berkurang,
keuangan Analisis setelah dilakukannya
Y= rasio stock buyback, nilai EPS
Pengumu keuangan perusahaan cenderung
man stock mengalami peningkatan.
buyback harga saham JTPE
cenderung mengalami
peningkatan setelah
dilakukannya stock
buyback
7. Muhamad Luky N= perusahaan yang X= AR, Event Pengumuman informasi
Junizar dan Aditya mengeluarkan TVA study, buyback memiliki
Septiani, 2013 kebijakan stock Y= Uji T-test pengaruh terhadap
buyback dan yang pengumu Uji beda abnormal return
terdaftar di BEI man Paired perusahaan terkait.
n= perusahaan yang pembelian Sample Transaksi buyback
mengeluarkan kembali Test/Wilc memiliki pengaruh
kebijakan stock saham oxon- signifikan terhadap
(buyback) Signed kenaikan abnormal
Rank Test return perusahaan terkait.
34

Variabel Alat
No Peneliti Populasi/ Sample Hasil
Penelitian Analisis
buyback dan yang Peristiwa transaksi
terdaftar di BEI buyback berpengaruh
periode 2008-2012 terhadap trading volume
activity perusahaan
terkait.
Pengumuman buyback
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap
trading volume activity
Sumber: diolah peneliti.
Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil

berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan

sebagai data pendukung. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan

menyiratkan persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah penggunaan variabel

pengumuman stock buyback yang mempengaruhi variable reaksi pasar yang dianalisis

dengan metode event study. Sedangkan, perbedaan antara penelitian ini dengan hasil-

hasil penelitian sebelumnya adalah pada kaitan pembahasan variable pengumuman

stock buyback dengan kinerja keuangan yang dianalisis menggunakan metode analisis

tren.

2.3 Hipotesis Penelitian

Reaksi pasar selain diukur dengan abnormal return dapat juga diukur

menggunakan trading volume activity (TVA). Trading volume activity sebagai ukuran

yang mencerminkan kegiatan perdagangan saham (Budiman, 2009). TVA digunakan

untuk melihat apakah investor menilai stock buyback cukup informatif. Jika investor

menganggap pengumuman stock buyback sebagai suatu sinyal yang dilakukan


35

perusahaan kepada investor dalam meningkatkan kembali harga saham perusahaan,

maka investor akan bereaksi dan dapat terlihat pada aktivitas pembelian ataupun

penjualan saham. Ada tidaknya pengaruh pengumuman stock buyback dapat dilihat

dari ada tidaknya rata-rata trading volume activity di sekitar tanggal pengamatan.

Selain itu, reaksi pasar dapat dilihat dari ada atau tidaknya perbedaan rata-rata trading

volume activity sebelum dan saat periode stock buyback direalisasi. Berdasarkan

uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1a : Terdapat perbedaan trading volume activity perusahaan sebelum dan setelah

pengumuman stock buyback.

Selanjutnya, pengumuman stock buyback dianggap memberikan pengaruh

terhadap harga saham yang mengalami penurunan dikarenakan perusahaan

memberikan sinyal (signaling theory) yang baik tentang prospek perusahaan di masa

mendatang, sehingga akan berdampak pada perubahan harga saham (Mulia, 2009).

Reaksi perubahan harga saham tentunya didukung oleh pasar yang efisien. Pada

pasar yang efisien, harga efek akan merefleksikan semua informasi yang mungkin

terjadi dengan cepat dan akurat. Faktor informasi yang tersedia dianggap sangatlah

penting dalam membentuk harga keseimbangan efek yang baru (Jogiyanto, 2001).

Pengumuman pembelian saham kembali adalah sinyal yang berharga ke pasar.

Pengumuman stock buyback sebagai suatu event yang dianggap memiliki pengaruh

penting. Dengan demikian, pengumuman stock buyback diharapkan akan

memberikan suatu dampak atau reaksi terhadap return saham. Penelitian yang

dilakukan Maxwell dan Stephens (2003) dan Nishikawa et al (2011) menyimpulkan

bahwa stock buyback memiliki kandungan informasi yang menguntungkan (good


36

news) bagi pemegang saham, sehingga abnormal return saham akan cenderung

bergerak ke arah positif, sejalan dengan signaling theory yang menyatakan bahwa

informasi yang dianggap menguntungkan akan memberikan reaksi pasar yang positif.

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1b : Terdapat perbedaan abnormal return perusahaan sebelum dan setelah

pengumuman stock buyback.

Kemudian, kinerja keuangan perusahaan dijadikan sebagai data pendukung

analisis perubahan harga saham saat sesudah stock buyback dilakukan. Pengukuran

kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan diatas kegiatan

operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Analisis kinerja

keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap review data,

menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap laporan

keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik itu laporan laba rugi, neraca,

dan lain-lain. Kinerja keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisis salah

satunya adalah analisa tren seperti yang digunakan dalam penelitian ini. Dengan

analisa tren ini, penelitian lebih berfokus pada laporan laba rugi dan neraca yang di

publikasikan perusahaan.

H2 : Terdapat perubahan tren kinerja keuangan perusahaan di sekitar peristiwa

transaksi pengumuman buyback.

2.4 Rerangka Analisis

Theoretical framework (rerangka analisis) merupakan model konseptual

tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah


37

dididentifikasi sebagai masalah yang penting (Sekaran, 2006: 69). Theoretical

framework yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang

akan diteliti. Rerangka analisis diperlukan untuk memperjelas dan menggambarkan

research design dari sebuah penelitian (Cooper dan Schindler 2011: 14).

Uma Sekaran (2003: 70) mengatakan:


“Theoretical framework yang baik setidaknya mencakup (a) variabel –
variabel yang dianggap relevan bagi penelitian harus diidentifikasi secara jelas
dan diberi nama yang mudah dimengerti dalam pembahasan, (b)
pembahasan harus menyatakan bagaimana dua atau lebih variabel saling
berkaitan satu sama lain, (c) jika sifat dan arah hubungan antar variabel dapat
disusun berdasarkan penemuan pada penelitian sebelumnya, maka harus ada
indikasi dalam penjelasan apakah hubungan akan menjadi positif atau negatif,
(d) harus ada keterangan yang jelas alasan menetapkan hubungan antar
variabel, (e) argumen dapat ditarik dari temuan penelitian sebelumnya.”

Pengumuman stock buyback dianggap memberikan pengaruh terhadap trading


volume activity, abnormal return dan kinerja keuangan perusahaan (Nishikawa et al.,
2011; Rasbrant, 2011; Rahma, 2009; Ariyanto & Rinaningtias, 2009; & Budiman,
2009). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
abnormal return dan trading volume activity perusahaan sebelum dan setelah
pengumuman stock buyback, serta membandingkan pos-pos dalam laporan laba rugi
dan neraca perusahaan yang melakukan stock buyback melalui analisis tren apakah
mengalami kenaikan, penurunan atau tetap.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka theoretical framework untuk masalah
pengaruh pengumuman stock buyback terhadap terhadap trading volume activity,
abnormal return dan kinerja keuangan perusahaan dapat digambarkan seperti
diagram di bawah ini:
38

Gambar 2.1 Rerangka Analisis Penelitian

Pengumuman
Stock Buyback

Kinerja
Reaksi
Pasar Keuangan

Trading Laporan
Volume Keuangan
Activity, Perusahaan:
Abnormal Laba Rugi,
Return Neraca

H1 H2 Trend Analysis

Uji Beda

Sebelum Sesudah Turun Tetap Naik


Sumber: data diolah peneli
39

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian (the purpose of study), penelitian ini merupakan

penelitian hypothesis testing. Sekaran (2003: 8) menyebut tujuan penelitian seperti

ini sebagai penelitian verifikatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengecek

kebenaran hasil penelitian lain atau penelitian sebelumnya. Berdasarkan type of

investigation, penelitian ini merupakan peneltian correlational. Sekaran (2003: 126)

menyatakan correlational study digunakan “when the researcher is interested in

delineating the important variables associated with the problem”, selanjutnya

Sekaran menyatakan penelitian correlational sebagai berikut:

“Given the fact that most of time there are multiple factors that influence one
another and the problem in a chainlike fashion, the researcher might be asked
to identify the crucial factors associated with the problem, rather than
establish a cause-and- effect relationship.”

Menurut Sekaran (2003: 117-118), desain penelitian (research design) adalah:

“Issues relating to decisions regarding the purpose of study (exploratory,


descriptive, hypothesis testing), its location (the study setting), the type it
should conform to (type of investigation), the extent to which it is manipulated
and controlled by the researcher (extent of researcher interference), its
temporal aspects (time horizon), and the level at which the data will be
analyzed (unit of analysis).”

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif

karena data yang digunakan berupa angka yang kemudian diolah menggunakan

metode statistik. Menurut Sugiyono (2008:2), secara umum metode penelitian

diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
40

tertentu. Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu menganalisis reaksi pasar yang dikur

dengan volume perdagangan dan abnormal return sebelum dan sesudah stock

buyback dan menguraikan kinerja keuangan perusahaan melalui analisa tren pada

laporan laba rugi dan neraca yang terverifikasi, dipublikasikan dan diaudit maka jenis

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif.

Sugiyono (2008: 2) menyatakan bahwa:

“Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk menganalisis


data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi.”

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah event study. Menurut

Jogiyanto (2009: 392) “Event study adalah penelitian yang mempelajari reaksi pasar

terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu

pengumuman.” Pada studi peristiwa, periode pengamatan dibagi menjadi dua, yaitu

periode estimasi (estimation period) dan periode kejadian (event period) disebut juga

dengan periode pengamatan atau jendela peristiwa (event window). Periode estimasi

adalah periode sebelum peristiwa sedangkan periode jendela adalah periode disekitar

terjadinya event yang hendak diteliti.

Dalam penentuan periode jendela ini memang tidak ada patokan atau standar

yang pasti, baik dari buku-buku maupun dari jurnal penelitian. Seperti yang

dikemukakan oleh Jogiyanto (2009 : 418):

“Lamanya periode jendela atau periode pengamatan tersebut tergantung dari


jenis penelitiannya. Jika peristiwa yang nilai ekonomisnya dapat ditentukan
dengan mudah oleh investor (misalnya pengumuman laba dan pengumuman
deviden), periode jendelannya dapat pendek, disebabkan oleh investor yang
dapat bereaksi cepat. Sebaliknya untuk peristiwa yang nilai ekonominya sulit
41

ditentukan oleh investor, maka periode jendelanya dapat panjang misalnya


untuk peristiwa merger.”

Periode jendela (event window) yang digunakan dalam penelitian ini adalah 7

hari, yang terdiri atas 3 hari sebelum stock buyback, satu hari saat diumumkannya

stock buyback dan 3 hari sesudah stock buyback dan telah dipastikan bahwa tidak ada

peristiwa-peristiwa lain seperti right issue, pembagian dividen dan lain-lain, kecuali

hanya peristiwa stock buyback. maka periode penelitian untuk perhitungan variabel

penelitian tersebut digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3 Periode Penelitian

Sebelum pengumuman Sesudah pengumuman


stock buyback stock buyback

h-3 h h+3

Sumber: data diolah peneliti.

3.2 Variabel Penelitian dan Operasionalisasi Variabel

Variabel menurut Sekaran (2003: 87) adalah “anything that can take on

differing or varying values“, sementara itu Arikunto (2006: 10) menyatakan variabel

adalah hal-hal yang menjadi objek penelitian. Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat, dimana:

a. Variabel Bebas (Independent Variable)


42

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, yang menyebabkan

timbulnya atau berubahnya variabe terikat. Variabel bebas yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pengumuman stock buyback.

b. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah variabel yang di pengaruhi karena adanya variabel

bebas. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah reaksi

pasar yang dilihat dari trading volume activity dan abnormal return dan

kinerja keuangan perusahaan yang dilihat dengan menggunakan analisa tren

pada laporan laba rugi dan neraca perusahaan yang melakukan stock buyback.

 Trading Volume Activity

Peningkatan volume perdagangan menunjukkan bahwa saham tersebut

menarik investor untuk melakukan investasi atau transaksi pada saham

tersebut (Amalia, 2010). Data volume perdagangan saham yang digunakan

adalah data volume perdagangan saham harian perusahaan yang dijadikan

sampel selama 7 hari periode pengamatan. Rumus menghitung TVA adalah

sebagai berikut:

𝑉. 𝑖. 𝑡
𝑇𝑉𝐴𝑖𝑡 =
𝑉. 𝑚. 𝑡
Keterangan:
𝑇𝑉𝐴𝑖𝑡 = Trading Volume Activiy
𝑉. 𝑖. 𝑡 = Total volume perdagangan saham perusahaan i pada waktu ke-t
𝑉. 𝑚. 𝑡 = Volume saham perusahaan ke -i yang tercatat di BEI
43

 Abnormal return

Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return

yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan

return ekspektasi (return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian

return tidak normal (abnormal return) adalah selisih antara return

sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi (Vermaelen, 1981

Jogiyanto, 2001). Adapun cara menghitung abnormal return sebagai berikut :

Keterangan:
𝐴𝑅𝑖𝑡 = Abnormal return saham perusahaan ke i periode ke-t
𝑅𝑖𝑡 = Actual return saham perusahaan ke i pada periode ke-t

𝐸⌊𝑅𝑖𝑡 = Expected return saham perusahaan ke i periode ke-t, dengan rumus
indeks pasar

Variabel terikat selanjutnya adalah kinerja keuangan perusahaan yang

merupakan satu diantara dasar penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yang

dilakukan berdasarkan analisa terhadap rasio keuangan perusahaan (Munawir, 2010:

30). Kinerja keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisis, diantaranya

analisis tren (Jumingan, 2006: 242).

Selanjutnya, setiap variabel dioperasionalisasikan secara rinci mencakup

penjelasan dari masing masing variabel yang digunakan dalam penelitian terhadap

indikator-indikator yang membentuknya. Maka operasionalisasi variabel penelitian

ini dapat dilihat pada table berikut ini :


44

Tabel 2 Operasionalisasi Variabel


Jenis Dimensi Definisi Indikator/ Rumus Skala
Variabel
Pengumuman Suatu transaksi Jumlah saham yang Ratio
Stock perusahaan beredar menurun, harga
Buyback untuk membeli saham, Earning Per
kembali Share (EPS) meningkat.
sahamnya
sendiri yang
telah beredar.
(Brigham dan
Huston, 2011:
237)
Reaksi Pasar Trading Ukuran yang 𝑉. 𝑖. 𝑡 Ratio
𝑇𝑉𝐴𝑖𝑡 =
Volume mencerminkan 𝑉. 𝑚. 𝑡
Activity kegiatan
perdagangan
saham
(Vermaelen,
1981)
Abnormal Selisih antara 𝐴𝑅𝑖,𝑡 = 𝑅𝑖,𝑡 - E [𝑅𝑖,𝑡 ] Ratio
Return imbal hasil
sesungguhnya/
realisasi yang
terjadi dengan
imbal hasil
ekspektasi
(Vermaelen,
1981).
Kinerja Satu diantara Analisa Tren Laporan Laba Likert
keuangan dasar penilaian Rugi dan Neraca
mengenai
kondisi
keuangan
perusahaan yang
dilakukan
berdasarkan
analisa terhadap
rasio keuangan
perusahaan
(Baker &
Jeffrey, 1986)
Sumber: data diolah peneliti.
45

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder dimana data

sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung

melalui media pelantara, diperoleh dan dicatat oleh pihak lain (Indriantoro,

2002:147). Menurut Sekaran (2006:65) keuntungan menggunakan data sekunder

adalah penghematan waktu dan biaya memperoleh informasi. Data yang digunakan

berkaitan dengan tanggal pengumuman stock buyback mulai dilakukan, data harga

saham harian perusahaan terkait, Indek Harga Saham Gabungan (IHSG), volume

perdagangan harian perusahaan terkait, dan informasi mengenai jumlah saham yang

beredar pada saat sebelum dan sesudah pengumuman stock buyback. Data

dikumpulkan dengan metode dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu melakukan

aktivitas pengarsipan dan penyalinan dari sumber-sumber sekunder yang berkaitan.

3.3.1 Sumber Data

Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari, daftar nama

perusahaan yang mempublikasikan pengumuman stock buyback saham, trading

volume activity saham, jumah saham beredar perusahaan, harga saham, dan Laporan

Keuangan (Annually Report) perusahaan yang melakukan stock buyback. Data

tersebut diperoleh dari berbagai sumber, yakni dari website (Bursa Efek Indonesia ,

Yahoo Finance, DuniaInvestasi dan SahamOK) dan Galeri Investasi BEI Universitas

Bengkulu.
46

3.4 Metode Penarikan Sampel

Perusahaan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan go

public yang terdaftar di BEI, dan objek dalam penelitian ini yaitu terdapat 50

perusahaan yang melakukan aktivitas stock buyback selama 3 tahun yaitu periode

2013 hingga 2015.

Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive

sampling, yaitu memilih sampel berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan

sebelumnya, kriteria yang harus dipenuhi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

 Perusahaan merupakan perusahaan go public yang terdaftar dalam Bursa

Efek Indonesia (BEI).

 Rentang waktu pengumuman kebijakan stock buyback lebih dari 3 tahun

setelah pengumuman IPO perusahaan.

 Perusahaan hanya mengelurkan 1 kali kebijakan stock buyback selama

periode pengamatan.

 Perusahaan melakukan stock buyback berdasarkan peraturan OJK

No.2/POJK.04/2013 tanggal 23 Agustus 2013 dan Surat Edaran OJK

No.22/SEO.JK.04/2015 tanggal 21 Agustus 2015selama periode

pengamatan.

 Perusahaan tidak melakukan aksi korporasi lainnya seperti akuisisi,

merger, right issue, stock split

 Data yang dibutuhkan tersedia lengkap untuk dianalisis.


47

Berdasarkan kriteria diatas perusahaan yang memenuhi persyaratan untuk

dijadikan sample penelitian sebanyak 22 perusahaan. Daftar nama perusahaan yang

dijadikan sampel sebagai berikut:

Tabel 3 Daftar Sampel Penelitian


No. Nama Perusahaan Kode
Perusahaan
1 PT Mitra Media Nusantara Citra Tbk MNCN
2 PT MNC Sky Vision Tbk MSKY
3 PT MNC Investama Tbk BHIT
4 PT MNC Kapital Indonesia Tbk BCAP
5 PT Global Mediacom Tbk BMTR
6 PT Gajah Tunggal Tbk GJTL
7 PT Bank Pan Indonesia Tbk PNBN
8 PT Pembanungunan Perumahan (Persero) Tbk PTPP
9 PT Nusantara Infrastructure Tbk META
10 PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk RBMS
11 PT Surya Semesta Internusa SSIA
12 PT Intiland Development Tbk DILD
13 PT Panin Insurance Tbk PNIN
14 PT Perdana Gapura Prima Tbk GPRA
15 PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk BBRM
16 PT Trimegah Securities TRIM
17 PT Resource Alam Indoneisa KKGI
18 PT Medco Energi Internasional Tbk MEDC
19 PT Ciputra Property Tbk CTRP
20 PT Panin Sekurita PANS
21 PT Sampoerna Agro Tbk SGRO
22 PT Nusa Raya Cipta Tbk NRCA
Sumber: data sekunder diolah peneliti.

3.5 Metode Analisis

Penelitian ini merupakan penelitian event study, dimana tujuannya adalah

untuk melihat dan mengetahui dampak stock buyback yang dilakukan terhadap reaksi

pasar dan kinerja keuangan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan (event study),

maka langkah-langkah teknik analisis data yang akan digunakan untuk menguji

hipotesis adalah sebagai berikut:


48

a. Mendapatkan data tanggal pengumuman stock buyback emiten yang dijadikan

sampel penelitian.

b. Menentukan periode peristiwa.

Periode peristiwa ditetapkan oleh peneliti yaitu 7 hari, yaitu 3 hari sebelum

dan 3 hari sesudah tanggal pengumuman.

c. Mendapatkan data jumlah lembar saham yang diperdagangkan setiap hari dari

saham-saham yang dipilih sebagai populasi. 3 hari sebelum dan 3 hari setelah

tanggal pengumuman.

d. Mendapatkan data harga saham harian pada saat penutupan 3 hari sebelum

dan 3 hari setelah pengumuman.

e. Mendapatkan data Index Harga Saham Gabungan (IHSG) harian 3 hari

sebelum dan 3 hari setelah pengumuman.

f. Mendapatkan data laporan keuangan tahunan sebelum dan sesudah

perusahaan melakukan stock buyback yang sudah diaudit dan dipublikasikan

di website BEI

Setelah mendapatkan data di atas, kemudian dilanjutkan dengan mencari

trading volume activity dan abnormal return.

 Menghitung Trading Volume Activity (TVA)

Cara menghitung volume aktivitas perdagangan saham adalah dengan

menggunakan rumus berikut ini:

𝑉. 𝑖. 𝑡
𝑇𝑉𝐴𝑖𝑡 =
𝑉. 𝑚. 𝑡
49

Dimana:
𝑇𝑉𝐴𝑖𝑡 = Trading Volume Activiy
𝑉. 𝑖. 𝑡 = Total volume perdagangan saham perusahaan i pada waktu ke-t
𝑉. 𝑚. 𝑡 = Volume saham perusahaan ke -i yang tercatat di BEI

Setelah TVA masing-masing diketahui, kemudian dihitung rata-rata

perdagangan relatif saham dengan menggunakan cara (George Foster,

1986:375):

∑𝑛𝑖=𝑡 𝑉. 𝑖. 𝑡
𝑥̅ 𝑇𝑉𝐴 =
𝑛

 Menghitung Abnormal Return

Untuk mendapatkan nilai Abnormal Return, diperlukan beberapa langkah,

yaitu :

 Menghitung Actual Return saham selama event period.

Untuk menghitung Actual Return digunakan rumus sebagai berikut:

𝑃𝑖,𝑡 − 𝑃𝑖,𝑡−1
𝑅𝑖,𝑡 =
𝑃𝑖,𝑡−1

Dimana:
Rit = return saham i pada hari t
Pn = harga saham i pada hari t
Pit-1 = harga saham i pada hari t-1

 Menghitung Expected Return saham harian selama event period.

Dengan menggunakan model market adjusted, menurut Strong (1992)

menyebutkan bahwa expected return untuk semua sekuritas

diasumsikan sama (mendekati ekuivalen) dengan expected return pasar

pada periode tersebut, yaitu :

E (Ri) = E(Rm)
50

Dimana:
E (Ri) = Expected Return saham i
E(Rm) = Expected Return pasar

Karena nilai expected return saham sama dengan return pasar, maka

rumus expected return adalah dengan menggunakan rumus return pasar

sebagai berikut:

IHSGt – IHSGt-1
Rmt =
IHSGt-1

Dimana:

Rmt = Return pasar


IHSGt = Index harga saham Gabungan pada hari t
IHSGt-1 = Index harga saham Gabungan pada hari t-1

 Menghitung Abnormal Return saham selama event period dengan rumus

ARit = Rit - E(Rit)

Dimana:
ARit = Abnormal Return saham i pada hari t
Rit = Actual Return saham i pada hari t
E(Rit) = Expected Return saham i pada hari t

Karena penelitian ini mengunakan Market Adjusted Model yang

mempumyai asumsi bahwa expected return semua saham atau emiten

sama (mendekati ekuivalen) dengan expected return pasar, maka akan

diperoleh rumus sebagai berikut :

ARit = Rit - Rm

Dimana:
ARit = abnormal return saham i pada hari t
Rit = actual return saham i pada hari t
Rm = return pasar pada hari t (IHSG hari t)
51

 Menghitung rata-rata Abnormal Return saham pada hari t dengan rumus

sebagai berikut:

∑𝐴𝑅𝑖,𝑡
𝐴𝐴𝑅𝑖,𝑡 = 𝑛

Dimana:
AARi,t = rata-rata abnormal return saham pada hari t
n = jumlah perusahaan yang diteliti.

 Menghitung Cummulative Abnormal Return harian tiap-tiap saham

selama periode pengamatan dengan rumus sebagai berikut :

t  10
CARNn =  AARnt
t  10

Dimana:
CARNn = akumulasi abnormal return harian tiap-tiap saham

Setelah data mengenai TVA dan AR perusahaan sampel didapatkan,

selanjutnya mencari data mengenai kinerja keuangan perusahaan yang akan dianalisa

menggunakan analisis tren. Analisis ini digunakan sebagai data pendukung dalam

analisis perubahan harga saham saat sesudah stock buyback dilakukan. Analisa tren

ini dilakukan dengan melalui prosedur sebagai berikut (Kasmir, 2014: 69):

 Mengumpulkan data keuangan dan data pendukung yang diperlukan


selengkap mungkin, baik untuk satu periode maupun beberapa periode.
 Melakukan pengukuran-pengukuran atau perhitungan-perhitungan dengan
rumus-rumus tertentu, sesuai dengan standar yang biasa digunakan secara
cermat dan teliti, sehingga hasil yang diperoleh benar-benar tepat.
 Melakukan perhitungan dengan memasukkan angka-angka yang ada dalam
laporan keuangan secara cermat.
 Memberikan interpretasi terhadap hasil perhitungan dan pengukuran yang
telah dibuat.
 Membuat laporan tentang posisi keuangan perusahaan.
52

 Memberikan rekomendasi yang dibutuhkan sehubungan dengan hasil analisis


tersebut.

Analisa laporan keuangan dengan menggunakan trend analysis bertujuan

untuk melihat struktur keuangan baik dari neraca dan laba rugi. Untuk melihat

struktur keuangan ini maka laporan keuangan dikonversikan dalam bentuk

persentase. Akun net income dalam laba rugi dan akun total aktiva dalam neraca

menjadi akun yang krusial dalam analisa ini (Prastowo, 2008: 48) Hasil perhitungan

trend dapat ditunjukkan dalam bentuk persentase atau indeks. Menurut S. Munawir

(2007: 52), ada beberapa langkah untuk melakukan analisis trend ini adalah sebagai

berikut :

1. Menentukan tahun dasar. Biasanya data atau laporan keuangan dari tahun
yang paling awal dalam deretan laporan keuangan yang dianalisa tersebut
dianggap sebagai tahun dasar (base year).
2. Tiap – tiap pos yang terdapat dalam laporan keuangan yang dipilih sebagai
tahun dasar diberikan angka index 100.

Menghitung angka indeks tahun – tahun lainnya dengan menggunakan angka

pos laporan keuangan tahun dasar sebagai penyebut. Rumus dari analisis tren adalah

sebagai berikut :

𝑻𝒂𝒉𝒖𝒏𝒂𝒏𝒂𝒍𝒊𝒔𝒂
𝑻𝒓𝒆𝒏𝒅 = X 100%
𝑻𝒂𝒉𝒖𝒏𝒅𝒂𝒔𝒂𝒓
53

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang

tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan mengeluarkan pengumuman pembelian

kembali saham (stock buyback) dalam periode tahun 2013 – 2015. Berdasarkan

pengamatan pada seluruh perusahaan-perusahaan yang tercatat di BEI sebanyak 536

emiten sampai dengan 30 Desember 2016, terdapat 51 emiten yang mengeluarkan

pengumuman pembelian kembali saham (stock buyback) sepanjang periode

pengamatan dan menyediakan informasi tanggal pengumuman pembelian kembali

saham (stock buyback) secara lengkap.

Berdasarkan periode pengamatan tahun 2013 menjadi periode dengan jumlah

emiten yang mengeluarkan pengumuman (stock buyback) terbesar sepanjang periode

pengamatan dalam penelitian ini. Total emiten yang mengeluarkan pengumuman

stock buyback adalah 28 emiten. Munculnya jumlah emiten yang relative besar dalam

periode tersebut sejalan dengan adanya gejolak yang terjadi di pasar saham mengikuti

gejolak perekonomian global. Otoritas Jasa Keuangan mengeluarkan Peraturan OJK

Nomor:02/POJK.04/2013 tentang Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh

Emiten atau Perusahaan Publik dalam Kondisi Pasar yang Berfluktuasi Secara

Signifikan. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa kondisi pasar dianggap

berfluktuasi secara signifikan jika IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 3 hari

bursa berturut-turut secara kumulatif turun 15% atau lebih, atau kondisi lain yang
54

ditetapkan oleh OJK, selain itu pembelian kembali saham baru dapat dilakukan

setelah menyampaikan keterbukaan informasi kepada OJK dan BEI paling lambat 7

(tujuh) hari bursa setelah terjadi kondisi pasar sebagaimana dimaksud.

Sementara itu, tahun 2014 adalah periode dimana emiten yang mengeluarkan

pengumuman stock buyback paling sedikit, yaitu 8 perusahaan. Emiten yang

mengeluarkan pengumuman stock buyback pada masing- masing periode tersebut

adalah SCBD, WIKA, TRIM, PTBA, JIHD, BBRM, APLI dan KKGI. Selanjutnya,

tahun 2015 terdapat 15 perusahaan yang mengeluarkan pengumuman stock buyback,

yaitu: TBIH, MEDC, RALS, MPMX, CTRP, SRTG, SIDO, PANS. PTBA, ECII,

ROTI, LTLS, SGRO, NRCA, dan DSNG.

Berdasarkan umur emiten sebagai perusahaan tercatat di BEI, diperoleh

beberapa emiten yang tercatat masih memiliki umur kurang dari satu tahun namun

sudah melakukan aksi korporasi stock buyback. Emiten-emiten tersebut adalah:

MPMX, DYAN, ECII, dan SMBR. Seluruh emiten tersebut melakukan pencatatan

saham perdana (initial public offering/ IPO) pada tahun 2013. Seperti telah dijelaskan

sebelumnya, bahwa pelaksanaan aksi korporasi stock buyback pada periode tahun

2013 relatif mendapatkan kelonggaran berdasarkan Peraturan OJK Nomor

02/POJK.04/2013 tentang Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Emiten

atau Perusahaan Publik dalam Kondisi Pasar yang Berfluktuasi Secara Signifikan

sejalan dengan gejolak pasar modal yang memperoleh imbas dari gejolak

perekonomian global.

Pertimbangan bahwa umur keempat emiten tersebut masih relatif kecil maka

dipertimbangkan untuk mengeluarkan emiten-emiten tersebut dari sampel penelitian.


55

Hal ini sejalan dengan hipotesis yang menyatakan bahwa harga-harga saham IPO

cenderung underpriced untuk jangka pendek (kurang dari tiga bulan pertama setelah

pencatatan saham) dan cenderung melemah untuk jangka waktu tiga bulan setelah

pencatatan saham di bursa.

Disamping itu, ada beberapa emiten yang melakukan stock buyback namun

tidak memenuhi kriteria purposive sampling karena (1) melakukan aksi korporasi

stock split (ACES, JRPT, ROTI, LTLS, dan DSNG), melakukan akuisisi (TBIG),

membagikan deviden saham (WINS) dan melakukan kebijakan HMETD (BUDI)

selama periode pengamatan (2) melakukan stock buyback lebih dari 1 kali dalam

periode pengamatan seperti MPMX, RALS, WIKA, BUDI, ECII, BBRM, dan PTBA

(3) dan tidak memiliki data lengkap terkait dengan trading volume activity, abnormal

return, dan kinerja keuangan (JIDH, SCBD, APLI). Dengan demikian, total sampel

penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 22 emiten, seperti

disajikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4 Daftar Sampel Penelitian


Kode
No. Nama Perusahaan
Perusahaan
1 PT Mitra Media Nusantara Citra Tbk MNCN
2 PT MNC Sky Vision Tbk MSKY
3 PT MNC Investama Tbk BHIT
4 PT MNC Kapital Indonesia Tbk BCAP
5 PT Global Mediacom Tbk BMTR
6 PT Gajah Tunggal Tbk GJTL
7 PT Bank Pan Indonesia Tbk PNBN
8 PT Pembanungunan Perumahan (Persero) Tbk PTPP
9 PT Nusantara Infrastructure Tbk META
10 PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk RBMS
11 PT Surya Semesta Internusa SSIA
12 PT Intiland Development Tbk DILD
13 PT Panin Insurance Tbk PNIN
56

Kode
No. Nama Perusahaan
Perusahaan
14 PT Perdana Gapura Prima Tbk GPRA
15 PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk BBRM
16 PT Trimegah Securities TRIM
17 PT Resource Alam Indoneisa KKGI
18 PT Medco Energi Internasional Tbk MEDC
19 PT Ciputra Property Tbk CTRP
20 PT Panin Sekurita PANS
21 PT Sampoerna Agro Tbk SGRO
22 PT Nusa Raya Cipta Tbk NRCA
Sumber: Hasil penelitian.

4.2 Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk menguji ada tidaknya reaksi pasar disekitar

tanggal publikasi corporate action yaitu kebijakan stock repurchase, dan untuk

mengetahui apakah terdapat perbedaan reaksi pasar dan kinerja keuangan sebelum

dan sesudah publikasi kebijakan tersebut. Reaksi pasar yang dimaksudkan dalam

penelitian ini adalah reaksi dari trading volume activity dan abnormal return yang

terjadi selama 3 hari sebelum dan sesudah publikasi dari pengumuman stock

repurchase dilakukan. Reaksi trading volume activity, dan abnormal return atas

adanya pengumuman stock repurchase dalam penelitian ini dijelaskan sebagai

berikut:

4.2.1 Reaksi TVA atas Pengumuman Stock Repurchase

Aktivitas volume perdagangan merupakan penjualan dari setiap transaksi

yang terjadi di bursa saham pada saat waktu dan saham tertentu, dan merupakan salah

satu faktor yang juga memberikan pengaruh terhadap pergerakan harga saham.

Pergerakan harga saham ini berkaitan dengan motivasi investor dalam melakukan

transaksi jual beli saham.


57

Trading volume activity dapat digunakan untuk menguji hipotesis pasar

efisien pada bentuk lemah (weak-form efficiency) karena pada pasar yang belum

efisien atau efisien dalam bentuk lemah, perubahan harga belum dengan segera

mencerminkan informasi yang ada sehingga peneliti hanya dapat mengamati reaksi

pasar modal melalui pergerakan pergadangan volume perdagangan pada pasar modal

yang diteliti. Gambaran trading volume activity selama windows period pengumuman

stock repurchase di tahun 2013-2015 dipaparkan pada tabel 5 berikut ini

Tabel 5 TVA Perusahaan Sampel


Hari TVA
H-3 0,001995904
H-2 0,002072717
H-1 0,002895912
H 0,002641961
H+1 0,003187996
H+2 0,002532851
H+3 0,002464569
Sumber: Hasil penelitian

Dari data trading volume activity diatas selanjutnya dilakukan pengujian

hipotesis pertama bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan yang

signifikan pada reaksi pasar trading volume activity sebelum dan sesudah

pengumuman stock repurchase. Pengujian perbedaan dilakukan antara tiga hari

sebelum dengan tiga hari sesudah pengumuman dalam periode pengamatan.

Uji statistik Paried Sampel T Test digunakan untuk menguji hipotesis,

dilakukan dengan membandingkan rata-rata nilai trading volume activity periode

pengamatan sebelum dengan periode pengamatan sesudah pengumuman stock

repurchase. Pengujian ini dilakukan menggunakan tingkat signifikansi () sebesar


58

5% (0,05). Uji signifikansi trading volume activity dapat dilakukan dengan melihat

nilai p value (level of significance). Hipotesis Ha1 diterima jika p value < nilai  yaitu

sebesar 5%. Hasil analisis Paried Sampel T Test trading volume activity dapat dilihat

pada tabel 6 di bawah ini:

Tabel 6 Paired Sample T-test Trading Volume Activity


Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of


the Difference
Std. Std. Error
Mean Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair sebelum – -
.0008130
sesudah 4.069503 .000469390 -.002426572 .001612672 -.867 2 .477
07
333E-4
Sumber: Hasil penelitian diolah dari SPSS 16 for Windows

Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa t-hitung untuk uji statistik rata-rata

trading volume activity periode sebelum pengumuman buyback terhadap rata-rata

trading volume activity sesudah pengumuman buyback adalah sebesar -0,867 dan

probabilitas sebesar 0,477 yang nilainya diatas 0,05. Dengan demikian H0 diterima

dan Ha ditolak karena t-hitung < t-tabel (-0,867 < 4,003) dan P value lebih besar dari

0,05 (0,477 > 0,05). Hal ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan

antara rata-rata trading volume activity sebelum pengumuman stock buyback saham

dengan rata-rata sesudah pengumuman stock buyback saham. Dengan demikian

hipotesis pertama yang menyatakan bahwa “tidak terdapat perbedaan trading volume

activity yang signifikan sebelum dan sesudah pengumuman pembelian kembali

saham (buyback)”, dapat diterima.


59

Dalam kasus stock buyback peningkatan volume perdagangan

mengindikasikan bahwa para pemegang saham tidak ingin mengalami kerugian yang

lebih besar pada investasinya karena harga saham yang dimilikinya mengalami

penurunan. Dengan begitu, diharapkan para pemegang saham akan melepas saham

yang dimilikinya, sehingga berdampak pada volume perdagangan di sekitar periode

pengumuman stock buyback.

Hasil penelitian justru membuktikan peristiwa pembelian kembali saham tidak

mengakibatkan perbedaan TVA yang signifikan pada periode sebelum dan sesudah

pengumuman pembelian kembali saham. Tidak adanya reaksi pasar yang signifikan

setelah pengumuman pembelian kembali saham merefleksikan bahwa investor di

Indonesia belum mengantisipasi secara cepat informasi yang diterimanya di pasar

modal atau investor menganggap bahwa peristiwa pembelian kembali saham

bukanlah good news, selain itu hal ini menurut Bhattacharya & Jacobsen (2015)

kemungkinan disebabkan investor dalam melakukan transaksi di pasar modal kurang

mempertimbangkan harga saham dalam mengambil keputusan sehingga tidak terjadi

perbedaan volume yang signifikan pada periode sebelum dan sesudah pembelian

kembali saham.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Ikenberry (1999) dalam Junizar (2013) yang menyatakan bahwa tidak terdapat

perbedaan volume perdagangan saham yang signifikan sebelum dan sesudah

pembelian kembali saham, namun penelitian ini tidak mendukung penelitian

terdahulu yang dilakukan Junizar (2013) yang membuktikan bahwa terdapat


60

perbedaan volume perdagangan saham yang signifikan sebelum dan sesudah

pembelian kembali saham.

4.2.2 Reaksi Abnormal Return atas Publikasi Pengumuman Stock Repurchase

Abnormal return merupakan kelebihan return dari return yang sesungguhnya

terjadi terhadap return normal (ekspektasi) yang diharapkan investor. Abnormal

return dapat digunakan untuk menganalisis apakah suatu peristiwa tertentu

mempunyai kandungan infomasi atau tidak dan juga untuk mengukur menguji pasar

melalui pengamatan pergerakan saham dipasar modal apakah ada abnormal return

yang diperoleh pemegang saham akibat dari suatu peristiwa tertentu dan seberapa

cepat abnormal return tersebut dihasilkan Zhang (2005).

Tidak adanya rata-rata abnormal return yang signifikan secara statistik di BEI

selama windows period pengumuman stock repurchase tersebut disebabkan karena

munculnya efek saling menghilangkan yang terjadi pada perhitungan abnormal

return harian saham, dimana pada satu periode harian ditemukan abnormal return

positif, dan pada periode lain ditemukan abnormal return negatif.. Pengumuman

stock repurchase untuk beberapa perusahaan dipandang oleh para investor akan

memberikan gambaran prospek yang positif terhadap kegiatan investasi pada saham

perusahaan-perusahaan tersebut, sedangkan beberapa perusahaan lain, pengumuman

stock repurchase telah memberikan gambaran investasi saham yang kurang

menguntungkan.

Dengan adanya dua pandangan yang berlawanan tersebut, maka pada rentang

pengamatan yang sama, akan dihasilkan dua kelompok nilai abnormal return dari
61

berbagai saham yang ada di pasar modal. Pada satu kelompok saham, akan didapat

abnormal return yang positif, dan pada kelompok saham yang lain akan didapat

abnormal return yang negatif. Kedua macam abnormal return tersebut, apabila

dihitung rata-ratannya secara keseluruhan akan menimbulkan efek yang saling

menghilangkan sehingga tidak ditemukan adanya rata-rata abnormal return saham

yang signifikan di BEI selama windows period pengumuman stock repurchase.

Gambaran abnormal return selama windows period pengumuman stock repurchase

di tahun 2013-2015 dipaparkan pada tabel 7 berikut ini.

Tabel 7 Avarage Abnormal Return Perusahaan Sampel


Hari AAR
H-3 -0,01575
H-2 -0,01786
H-1 0,003089
H 0,034802
H+1 0,026606
H+2 -0,00238
H+3 0,004075
Sumber: Hasil penelitian

Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis kedua bertujuan untuk

membuktikan ada tidaknya perbedaan yang signifikan pada reaksi pasar abnormal

return sebelum dan sesudah pengumuman stock repurchase. Pengujian perbedaan

dilakukan antara tiga hari sebelum dengan tiga hari sesudah pengumuman dalam

periode pengamatan.

Uji statistik yang digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis

menggunakan uji paried sampel t test. Uji paired sampel t test dalam pengujian

hipotesis kedua, dilakukan dengan membandingkan rata-rata nilai abnormal return


62

periode pengamatan sebelum dengan periode pengamatan sesudah pengumuman

stock repurchase. Pengujian ini dilakukan menggunakan tingkat signifikansi ()

sebesar 5% (0,05)

Uji signifikansi abnormal return dapat dilakukan dengan melihat nilai p value

(level of significance). Hipotesis Ha2 diterima jika p value < nilai  yaitu sebesar 5%.

Hasil analisis paried sampel t test abnormal return dapat dilihat pada tabel 8 di

bawah ini:

Tabel 8 Paired Sample T-test Abnormal Return

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the


Difference
Std. Error Sig. (2-
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper T df tailed)

Pair sebelum - - -
sesudah 1.963333 .021017075 .012134214 .07184264 .032575975 -1.618 2 .247
333E-2 1
Sumber: Hasil penelitian diolah dari SPSS 16 for Windows

Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa t-hitung untuk uji statistik rata-rata

abnormal return periode sebelum pengumuman buyback terhadap rata-rata abnormal

return sesudah pengumuman buyback adalah sebesar -1,618 dan probabilitas sebesar

0,247 yang nilainya diatas 0,05. Dengan demikian H0 diterima dan Ha ditolak karena

t-hitung < t-tabel (-1,618 < 4,003) dan P value lebih besar dari 0,05 (0,247 > 0,05).

Hal ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata

abnormal return sebelum pengumuman buyback saham dengan rata-rata sesudah

pengumuman buyback saham. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan


63

bahwa “tidak terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan sebelum dan

sesudah pengumuman pembelian kembali saham (buyback)”, dapat diterima.

Aktivitas pembelian kembali saham yang dilakukan oleh perusahaan akan

diinterpretasikan oleh investor sebagai sinyal bahwa manajer memiliki informasi

yang menguntungkan dimana hal tersebut ditunjukkan dengan adanya abnormal

return yang signifikan di sekitar pengumuman stock repurchase. Melalui penelitian

ini, diperoleh hasil yang berbeda, yaitu abnormal return tidak mengalami perbedaan

yang signifikan pada periode sebelum dan sesudah pengumuman pembelian kembali

saham. Hal ini berarti bahwa investor tidak mengantisipasi adanya informasi baru

yang dipublikasikan ke pasar, atau investor menganggap bahwa peristiwa pembelian

kembali saham bukanlah good news, sehingga tidak mengubah preferensi investor

terhadap keputusan investasinya (Grullon dan Ikenberry, 2000).

Hasil temuan ini memperkuat dugaan bahwa mungkin informasi stock

buyback tidak mempunyai kandungan informasi yang menyebabkan pasar tidak

bereaksi atas pengumuman tersebut atau pasar sudah mengantisipasi sebelumnya,

sehingga pada saat pengumuman stock buyback, informasi tersebut sudah tidak

bermakna. Hal ini menunjukan bahwa stock buyback bukan merupakan suatu sinyal

melainkan faktor utama alasan stock buyback adalah untuk menjaga nilai nominal

dari total modal disetor dan ditempatkan, jika sebagian dari modal tersebut tidak

likuid di pasar dalam jangka waktu tertentu (Nathania, 2013). Selain itu, menurut

Delphinea et al. (2016) faktor periode penelitian yang terlalu cepat yakni 7 hari juga

mempengaruhi ketidakadaannya perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah

pengumuman stock buyback.


64

Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Amalia (2010), Zumaila (2014), dan Delphinea et al. (2016) yang menyatakan bahwa

tidak terdapat adanya abnormal return yang signifikan sebelum dan sesudah

pengumuman pembelian kembali saham, namun tidak mendukung penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Junizar dan Septiani (2013), Rasbrant (2011),

Nishikawa et al (2011), Mulia (2009), dan Rinaningtias (2009) yang menunjukkan

pengumuman informasi stock buyback memiliki pengaruh terhadap abnormal return

dan trading volume activity perusahaan terkait, dan transaksi buyback memiliki

pengaruh signifikan terhadap kenaikan abnormal return dan trading volume activity

perusahaan yang melakukan stock buyback.

4.2.1 Reaksi Kinerja Keuangan Perusahaan atas Pengumuman Stock

Repurchase

Setelah perusahaan sampel melakukan stock buyback maka jumlah saham

yang beredar di masyarakat akan berkurang. Secara teoritis, ketika jumlah saham

yang beredar berkurang, maka kinerja keuangan perusahaan akan meningkat, hal ini

dikarenakan pengurangan jumlah saham akan meningkatkan nilai EPS perusahaan

(dengan asumsi laba bersih perusahaan tetap). Namun tidak semua stock buyback

mengakibatkan meningkatnya kinerja keuangan. Oleh karena itu perlu dilakukannya

analisis apakah kinerja keuangan 22 perusahaan sampel, meningkat atau justru

menurun setelah dilakukannya stock buyback.

Analisa laporan keuangan dengan menggunakan trend analysis bertujuan

untuk melihat struktur keuangan baik dari neraca dan laba rugi dan dikonversikan
65

dalam bentuk persentase. Akun Net Operating Profit After Tax (NOPAT ) dalam laba

rugi dan akun total aset/ aktiva dalam neraca menjadi akun yang krusial dalam analisa

ini (Prastowo, 2008: 48). Pemakaian Net Operating Profit After Tax (NOPAT ) dalam

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan bersih yang diperoleh

perusahaan setelah dikurangi beban pajak dan Net Operating Profit After Tax

(NOPAT ) merupakan salah satu alat ukur kinerja keuangan perusahaan.

Hasil perhitungan trend beberapa akun akuntansi semua perusahaan sampel

dapat ditunjukkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

1. PT Media Nusantara Citra Tbk

Grafik 1 Trend Index Neraca PT Media Nusantara Citra Tbk

20000000
18000000
16000000
2013
14000000
12000000 2012
10000000
8000000
6000000
4000000
2000000
0
KAS PIUTANG PERSEDIAAN AKTIVA TOTAL UTANG UTANG MODAL TOTAL
TETAP AKTIVA LANCAR JANGKA UTANG DAN
PANJANG MODAL

Sumber: data diolah peneliti.

Berdasarkan analisis tren terhadap neraca diatas dapat dilihat bahwa kinerja

keuangan PT Media Nusantara Citra Tbk mengalami tren naik. Tumbuh tidaknya

suatu perusahaan dapat dilihat dari nilai aset yang dimiliki, jika semakin lama

semakin bertambah aset yang dimiliki maka perusahaan tersebut dapat dikatakan
66

“tumbuh”. PT Media Nusantara Citra Tbk memiliki aset yang bertambah, ini

mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mengalami kenaikan/ pertumbuhan.

Dapat dilihat dari persentase total aset, total aset pada tahun 2013 mengalami

kenaikan sebesar 28% jika dibandingkan dengan tahun 2012 (sebagai tahun dasar)

sebesar 100%, Tahun 2013 yang menjadi tahun analisa karena perusahaan

melakukan stock buyback pada tahun ini dan jika perusahaan mengalami kenaikan

nilai total aset, besar kemungkinan untuk tahun dimasa yang akan datang akan

mengalami kenaikan juga, ini berarti manajemen perusahaan memiliki kinerja yang

baik dalam meningkatkan nilai aset.

Selain dilihat dari nilai total aset, tumbuh tidaknya suatu perusahan juga dapat

dilihat dari laba yang dihasilkan setiap periodenya. PT Media Nusantara Citra Tbk

mampu menghasilkan laba yang mengalami kenaikan sebesar 1% pada saat

perusahaan melakukan stock buyback jika dibandingkan dengan total laba pada tahun

2012. Kenaikan jumlah laba yang dihasilkan disebabkan oleh bertambahnya nilai

penjualan setiap tahunnya. Ini artinya kinerja manajemen perusahaan cukup baik (dari

segi pemasarannya).

Grafik 2 Trend Indeks Laba Rugi PT Media Nusantara Citra Tbk


1792000
1790000
1788000
1786000
1784000
Series1
1782000
1780000
1778000
1776000
sebelum sesudah

Sumber: data diolah peneliti


67

2. PT MNC Sky Vision Tbk

Grafik 3 Trend Index Neraca MNC Sky Vision Tbk

7000000
6000000
5000000
4000000
3000000
2000000 2012
1000000
0
KAS PIUTANG PERSEDIAAN AKTIVA TOTAL UTANG UTANG MODAL TOTAL
TETAP AKTIVA LANCAR JANGKA UTANG DAN
PANJANG MODAL

Sumber: data diolah peneliti

Berdasarkan analisis diatas dapat dilihat bahwa kinerja keuangan PT MNC

Sky Vision Tbk mengalami tren naik. Tumbuh tidaknya suatu perusahaan dapat

dilihat dari nilai aset yang dimiliki, jika semakin lama semakin bertambah aset yang

dimiliki maka perusahaan tersebut dapat dikatakan “tumbuh”. PT MNC Sky Vision

Tbk memiliki nilai aset yang bertambah, ini mengindikasikan bahwa perusahaan

tersebut mengalami kenaikan/ pertumbuhan. Dapat dilihat dari persentase total aset,

total aset pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 20% jika dibandingkan

dengan tahun 2012 (sebagai tahun dasar) sebesar 100%. Pada tahun perusahaan

melakukan stock buyback, perusahaan mengalami kenaikan nilai total aset, besar

kemungkinan untuk tahun dimasa yang akan datang akan mengalami kenaikan juga,

ini berarti manajemen perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam meningkatkan

nilai aset.
68

Selain dilihat dari nilai total aset, tumbuh tidaknya suatu perusahan juga dapat

dilihat dari laba yang dihasilkan setiap periodenya. PT MNC Sky Vision Tbk

memiliki laba yang mengalami penurunan sebesar 695% pada saat perusahaan

melakukan stock buyback jika dibandingkan dengan total laba pada tahun 2012.

Penurunan jumlah laba yang dihasilkan disebabkan oleh berkurangnya nilai penjualan

setiap tahunnya. Ini artinya kinerja manajemen perusahaan kurang baik (dari segi

pemasarannya).

Grafik 4 Trend Indeks Laba Rugi PT MNC Sky Vision Tbk

200000

100000

0
sebelum sesudah
-100000

-200000 Series1

-300000

-400000

-500000

-600000
Sumber: data diolah peneliti
69

3. PT MNC Investama Tbk

Grafik 5 Trend Indeks Neraca PT MNC Investama Tbk

35000000

30000000

25000000

20000000

15000000

10000000
2012
5000000

0
KAS PIUTANG PERSEDIAAN AKTIVA TOTAL UTANG UTANG MODAL TOTAL
TETAP AKTIVA LANCAR JANGKA UTANG DAN
PANJANG MODAL

Sumber: data diolah peneliti

Berdasarkan analisis diatas dapat dilihat bahwa kinerja keuangan PT MNC

Investama Tbk mengalami tren naik. Tumbuh tidaknya suatu perusahaan dapat

dilihat dari nilai aset yang dimiliki, jika semakin lama semakin bertambah aset yang

dimiliki maka perusahaan tersebut dapat dikatakan “tumbuh”. PT MNC Investama

Tbk memiliki aset yang bertambah, ini mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut

mengalami kenaikan/ pertumbuhan. Dapat dilihat dari persentase total aset, pada

tahun 2013 perusahaan mengalami kenaikan sebesar 16% jika dibandingkan dengan

tahun 2012 (tahun dasar) sebesar 100%. Pada tahun perusahaan melakukan stock

buyback, perusahaan mengalami kenaikan nilai total aset, besar kemungkinan untuk

tahun dimasa yang akan datang akan mengalami kenaikan juga, ini berarti

manajemen perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam meningkatkan nilai aset.
70

Selain dilihat dari nilai total aset, tumbuh tidaknya suatu perusahan juga dapat

dilihat dari laba yang dihasilkan setiap periodenya. PT MNC Investama Tbk

mengalami penurunan laba sebesar -16% pada saat perusahaan melakukan stock

buyback jika dibandingkan dengan total laba pada tahun 2012. Penurunan jumlah laba

yang dihasilkan disebabkan oleh nilai penjualan yang berkurang setiap tahunnya. Ini

artinya kinerja manajemen perusahaan kurang baik (dari segi pemasarannya).

Grafik 6 Trend Indeks Laba Rugi PT MNC Investama Tbk

2500000

2000000

1500000

1000000 Series1

500000

0
sebelum sesudah

Sumber: data diolah peneliti


71

4. PT MNC Kapital Indonesia Tbk

Grafik 7 Trend Indeks Neraca PT MNC Kapital Indonesia Tbk

4000000000
3500000000
3000000000
2500000000
2000000000
1500000000
1000000000
2012
500000000
0
KAS PIUTANG PERSEDIAAN AKTIVA TOTAL UTANG UTANG MODAL TOTAL
TETAP AKTIVA LANCAR JANGKA UTANG DAN
PANJANG MODAL

Sumber: data diolah peneliti

Berdasarkan analisis diatas dapat dilihat bahwa kinerja keuangan PT MNC

Kapital Indonesia Tbk mengalami tren naik. Tumbuh tidaknya suatu perusahaan

dapat dilihat dari nilai aset yang dimiliki, jika semakin lama semakin bertambah aset

yang dimiliki maka perusahaan tersebut dapat dikatakan “tumbuh”. PT MNC Kapital

Indonesia Tbk semakin bertambah tahun semakin bertambah nilai asetnya, ini

mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mengalami kenaikan/ pertumbuhan.

Dapat dilihat dari persentase total aset untuk tahun 2012 (sebagai tahun dasar) sebesar

100%, tahun 2013 sebesar 1%. Pada tahun perusahaan melakukan stock buyback,

perusahaan mengalami kenaikan nilai total aset, besar kemungkinan untuk tahun

dimasa yang akan datang akan mengalami kenaikan juga, ini berarti manajemen

perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam meningkatkan nilai aset.

Selain dilihat dari nilai total aset, tumbuh tidaknya suatu perusahan juga dapat

dilihat dari laba yang dihasilkan setiap periodenya. PT MNC Kapital Indonesia Tbk
72

menghasilkan laba yang mengalami penurunan (loss) sebesar -96% pada saat

perusahaan melakukan stock buyback jika dibandingkan dengan total laba pada tahun

2012. Penurunan jumlah laba yang dihasilkan disebabkan oleh berkurangnya nilai

penjualan setiap tahunnya. Ini artinya kinerja manajemen perusahaan kurang baik

(dari segi pemasarannya).

Grafik 8 Trend Indeks Laba Rugi PT MNC Kapital Indonesia Tbk

180000000
160000000
140000000
120000000
100000000
80000000 Series1
60000000
40000000
20000000
0
sebelum sesudah

Sumber: data diolah peneliti


73

5. PT Global Mediacom Tbk

Grafik 9 Trend Indeks Neraca PT Global Mediacom Tbk

25000000

20000000

15000000

10000000
2013
5000000

2012
0
KAS PIUTANG PERSEDIAAN AKTIVA TOTAL UTANG UTANG MODAL TOTAL
TETAP AKTIVA LANCAR JANGKA UTANG DAN
PANJANG MODAL

Sumber: data diolah peneliti

Berdasarkan analisis diatas dapat dilihat bahwa kinerja keuangan PT Global

Mediacom Tbk mengalami tren naik. Tumbuh tidaknya suatu perusahaan dapat

dilihat dari nilai aset yang dimiliki, jika semakin lama semakin bertambah aset yang

dimiliki maka perusahaan tersebut dapat dikatakan “tumbuh”. PT Global Mediacom

Tbk memiliki aset yang bertambah, ini mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut

mengalami kenaikan/ pertumbuhan. Dapat dilihat dari persentase total aset untuk

tahun 2012 (sebagai tahun dasar) sebesar 100%, tahun 2013 sebesar 5%. Pada tahun

perusahaan melakukan stock buyback, perusahaan mengalami kenaikan nilai total

aset, besar kemungkinan untuk tahun dimasa yang akan datang akan mengalami

kenaikan juga, ini berarti manajemen perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam

meningkatkan nilai aset.

Selain dilihat dari nilai total aset, tumbuh tidaknya suatu perusahan juga dapat

dilihat dari laba yang dihasilkan setiap periodenya. PT Global Mediacom Tbk
74

menghasilkan laba yang mengalami penurunan sebesar 47% pada saat perusahaan

melakukan stock buyback jika dibandingkan dengan total laba pada tahun 2012.

Penurunan jumlah laba yang dihasilkan disebabkan oleh berkurangnya nilai penjualan

setiap tahunnya. Ini artinya kinerja manajemen perusahaan kurang baik (dari segi

pemasarannya).

Grafik 10 Trend Indeks Laba PT Global Mediacom Tbk

2500000

2000000

1500000

1000000 Series1

500000

0
sebelum sesudah

Sumber: data diolah peneliti


75

6. PT Gajah Tunggal Tbk

Grafik 11 Trend Indeks Neraca PT Gajah Tunggal Tbk

18000000
16000000
14000000
12000000
10000000
8000000
6000000
2013
4000000
2012
2000000
0
KAS PIUTANG PERSEDIAAN AKTIVA TOTAL UTANG UTANG MODAL TOTAL
TETAP AKTIVA LANCAR JANGKA UTANG DAN
PANJANG MODAL

Sumber: data diolah peneliti

Berdasarkan analisis diatas dapat dilihat bahwa kinerja keuangan PT Gajah

Tunggal Tbk mengalami tren naik. Tumbuh tidaknya suatu perusahaan dapat dilihat

dari nilai aset yang dimiliki, jika semakin lama semakin bertambah aset yang dimiliki

maka perusahaan tersebut dapat dikatakan “tumbuh”. PT Gajah Tunggal Tbk

memiliki aset yang bertambah, ini mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut

mengalami kenaikan/ pertumbuhan. Dapat dilihat dari persentase total aset untuk

tahun 2012 (sebagai tahun dasar) sebesar 100%, tahun 2013 sebesar 19%. Pada tahun

perusahaan melakukan stock buyback, perusahaan mengalami kenaikan nilai total

aset, besar kemungkinan untuk tahun dimasa yang akan datang akan mengalami

kenaikan juga, ini berarti manajemen perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam

meningkatkan nilai aset.


76

Selain dilihat dari nilai total aset, tumbuh tidaknya suatu perusahan juga dapat

dilihat dari laba yang dihasilkan setiap periodenya. PT Gajah Tunggal Tbk

menghasilkan laba yang mengalami penurunan sebesar 72% pada saat perusahaan

melakukan stock buyback jika dibandingkan dengan total laba pada tahun 2012.

Penurunan jumlah laba yang dihasilkan disebabkan oleh berkurangnya nilai penjualan

setiap tahunnya. Ini artinya kinerja manajemen perusahaan cukup baik (dari segi

pemasarannya).

Grafik 12 Trend Indeks Laba Rugi PT Gajah Tunggal Tbk

1200000

1000000

800000

600000
Series1
400000

200000

0
sebelum sesudah

Sumber: data diolah peneliti


77

7. PT Bank Pan Indonesia Tbk

Grafik 13 Trend Indeks Neraca PT Bank Pan Indonesia Tbk

180000000
160000000
140000000
120000000
100000000
80000000
60000000
2013
40000000
2012
20000000
0
KAS PIUTANG PERSEDIAAN AKTIVA TOTAL UTANG UTANG MODAL TOTAL
TETAP AKTIVA LANCAR JANGKA UTANG DAN
PANJANG MODAL

Sumber: data diolah peneliti

Berdasarkan analisis diatas dapat dilihat bahwa kinerja keuangan PT Bank

Pan Indonesia Tbk mengalami tren naik. Tumbuh tidaknya suatu perusahaan dapat

dilihat dari nilai aset yang dimiliki, jika semakin lama semakin bertambah aset yang

dimiliki maka perusahaan tersebut dapat dikatakan “tumbuh”. PT Bank Pan Indonesia

Tbk memiliki aset yang bertambah, ini mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut

mengalami kenaikan/ pertumbuhan. Dapat dilihat dari persentase total aset untuk

tahun 2012 (sebagai tahun dasar) sebesar 100%, tahun 2013 sebesar 10%. Pada tahun

perusahaan melakukan stock buyback, perusahaan mengalami kenaikan nilai total

aset, besar kemungkinan untuk tahun dimasa yang akan datang akan mengalami

kenaikan juga, ini berarti manajemen perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam

meningkatkan nilai aset.

Selain dilihat dari nilai total aset, tumbuh tidaknya suatu perusahan juga dapat

dilihat dari laba yang dihasilkan setiap periodenya. PT Bank Pan Indonesia Tbk juga
78

mampu menghasilkan laba yang mengalami kenaikan sebesar 74% pada saat

perusahaan melakukan stock buyback jika dibandingkan dengan total laba pada tahun

2012. Kenaikan jumlah laba yang dihasilkan disebabkan oleh bertambahnya nilai

penjualan setiap tahunnya. Ini artinya kinerja manajemen perusahaan cukup baik (dari

segi pemasarannya).

Grafik 14 Trend Indeks Neraca PT Bank Pan Indonesia Tbk

2500000

2000000

1500000

1000000 Series1

500000

0
sebelum sesudah

Sumber: data diolah peneliti


79

8. PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk

Grafik 15 Trend Indeks Neraca PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk

14000000000000

12000000000000

10000000000000

8000000000000

6000000000000

4000000000000 2013

2000000000000 2012

0
KAS PIUTANG PERSEDIAAN AKTIVA TOTAL UTANG UTANG MODAL TOTAL
TETAP AKTIVA LANCAR JANGKA UTANG DAN
PANJANG MODAL

Sumber: data diolah peneliti

Berdasarkan analisis diatas dapat dilihat bahwa tingkat pertumbuhan PT

Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk semakin lama semakin naik. Tumbuh

tidaknya suatu perusahaan dapat dilihat dari nilai aset yang dimiliki, jika semakin

lama semakin bertambah aset yang dimiliki maka perusahaan tersebut dapat

dikatakan “tumbuh”. PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk terbukti bahwa

semakin bertambah tahun semakin bertambah nilai asetnya, ini mengindikasikan

bahwa perusahaan tersebut mengalami kenaikan/ pertumbuhan. Dapat dilihat dari

persentase total aset untuk tahun 2012 (sebagai tahun dasar) sebesar 100%, tahun

2013 sebesar 45%. Pada tahun perusahaan melakukan stock buyback, perusahaan

mengalami kenaikan nilai total aset, besar kemungkinan untuk tahun dimasa yang

akan datang akan mengalami kenaikan juga, ini berarti manajemen perusahaan

memiliki kinerja yang baik dalam meningkatkan nilai aset.


80

Selain dilihat dari nilai total aset, tumbuh tidaknya suatu perusahan juga dapat

dilihat dari laba yang dihasilkan setiap periodenya. PT Pembangunan Perumahan

(Persero) Tbk menghasilkan laba yang mengalami kenaikan sebesar 36% pada saat

perusahaan melakukan stock buyback jika dibandingkan dengan total laba pada tahun

2012. Kenaikan jumlah laba yang dihasilkan disebabkan oleh bertambahnya nilai

penjualan setiap tahunnya. Ini artinya kinerja manajemen perusahaan cukup baik (dari

segi pemasarannya).

Grafik 16 Trend Indeks Laba Rugi PT PT Pembangunan Perumahan (Persero)


Tbk

450000000000
400000000000
350000000000
300000000000
250000000000
200000000000 Series1
150000000000
100000000000
50000000000
0
sebelum sesudah

Sumber: data diolah peneliti


81

9. PT Nusantara Infrastructure Tbk

Grafik 17 Trend Indeks Neraca PT Nusantara Infrastructure Tbk

3000000000000

2500000000000

2000000000000

1500000000000

1000000000000
2013
500000000000
2012
0
KAS PIUTANG PERSEDIAAN AKTIVA TOTAL UTANG UTANG MODAL TOTAL
TETAP AKTIVA LANCAR JANGKA UTANG DAN
PANJANG MODAL

Sumber: data diolah peneliti

Berdasarkan analisis diatas dapat dilihat bahwa kinerja keuangan PT

Nusantara Infrastructure Tbk mengalami tren naik. Tumbuh tidaknya suatu

perusahaan dapat dilihat dari nilai aset yang dimiliki, jika semakin lama semakin

bertambah aset yang dimiliki maka perusahaan tersebut dapat dikatakan “tumbuh”.

PT Nusantara Infrastructure Tbk memiliki nilai aset yang bertambah, ini

mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mengalami kenaikan/ pertumbuhan.

Dapat dilihat dari persentase total aset untuk tahun 2012 (sebagai tahun dasar) sebesar

100%, tahun 2013 sebesar 28%. Pada tahun perusahaan melakukan stock buyback,

perusahaan mengalami kenaikan nilai total aset, besar kemungkinan untuk tahun

dimasa yang akan datang akan mengalami kenaikan juga, ini berarti manajemen

perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam meningkatkan nilai aset.


82

Selain dilihat dari nilai total aset, tumbuh tidaknya suatu perusahan juga dapat

dilihat dari laba yang dihasilkan setiap periodenya. PT Nusantara Infrastructure Tbk

menghasilkan laba yang mengalami kenaikan sebesar 79% pada saat perusahaan

melakukan stock buyback jika dibandingkan dengan total laba pada tahun 2012.

Kenaikan jumlah laba yang dihasilkan disebabkan oleh bertambahnya nilai penjualan

setiap tahunnya. Ini artinya kinerja manajemen perusahaan cukup baik (dari segi

pemasarannya).

Grafik 18 Trend Indeks Laba Rugi PT Nusantara Infrastructure Tbk

90000000000
80000000000
70000000000
60000000000
50000000000
40000000000 Series1
30000000000
20000000000
10000000000
0
sebelum sesudah

Sumber: data diolah peneliti


83

10. PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk

Grafik 19 Trend Indeks Neraca PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk

180000000000

160000000000

140000000000

120000000000

100000000000

80000000000

60000000000
2013
40000000000

20000000000
2012
0
KAS PIUTANG PERSEDIAAN AKTIVA TOTAL UTANG UTANG MODAL TOTAL
TETAP AKTIVA LANCAR JANGKA UTANG DAN
PANJANG MODAL

Sumber: data diolah peneliti

Berdasarkan analisis diatas dapat dilihat bahwa kinerja keuangan PT Ristia

Bintang Mahkotasejati Tbk mengalami tren naik. Tumbuh tidaknya suatu perusahaan

dapat dilihat dari nilai aset yang dimiliki, jika semakin lama semakin bertambah aset

yang dimiliki maka perusahaan tersebut dapat dikatakan “tumbuh”. PT Ristia Bintang

Mahkotasejati Tbk semakin bertambah tahun semakin bertambah nilai asetnya, ini

mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mengalami kenaikan/ pertumbuhan.

Dapat dilihat dari persentase total aset untuk tahun 2012 (sebagai tahun dasar) sebesar

100%, tahun 2013 sebesar 4%. Pada tahun perusahaan melakukan stock buyback,

perusahaan mengalami kenaikan nilai total aset, besar kemungkinan untuk tahun

dimasa yang akan datang akan mengalami kenaikan juga, ini berarti manajemen

perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam meningkatkan nilai aset.

Selain dilihat dari nilai total aset, tumbuh tidaknya suatu perusahan juga dapat

dilihat dari laba yang dihasilkan setiap periodenya. PT Ristia Bintang Mahkotasejati
84

Tbk menghasilkan laba yang mengalami penurunan (loss) sebesar 185% pada saat

perusahaan melakukan stock buyback jika dibandingkan dengan total laba pada tahun

2012. Penurunan jumlah laba yang dihasilkan disebabkan oleh berkurangnya nilai

penjualan setiap tahunnya. Ini artinya kinerja manajemen perusahaan kurang baik

(dari segi pemasarannya).

Grafik 20 Trend Indeks Laba Rugi PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk

20000000000

15000000000

10000000000

5000000000

0 Series1
sebelum sesudah
-5000000000

-10000000000

-15000000000

-20000000000

Sumber: data diolah peneliti


85

11. PT Surya Semesta Internusa

Grafik 21 Trend Indeks Neraca PT Surya Semesta Internusa

7000000000000

6000000000000

5000000000000

4000000000000

3000000000000
2013
2000000000000
2012
1000000000000

0
KAS PIUTANG PERSEDIAAN AKTIVA TOTAL UTANG UTANG MODAL TOTAL
TETAP AKTIVA LANCAR JANGKA UTANG DAN
PANJANG MODAL

Sumber: data diolah peneliti

Berdasarkan analisis diatas dapat dilihat bahwa kinerja keuangan PT Surya

Semesta Internusa mengalami tren naik. Tumbuh tidaknya suatu perusahaan dapat

dilihat dari nilai aset yang dimiliki, jika semakin lama semakin bertambah aset yang

dimiliki maka perusahaan tersebut dapat dikatakan “tumbuh”. PT Surya Semesta

Internusa memiliki nilasi aset yang bertambah, ini mengindikasikan bahwa

perusahaan tersebut mengalami kenaikan/ pertumbuhan. Dapat dilihat dari persentase

total aset untuk tahun 2012 (sebagai tahun dasar) sebesar 100%, tahun 2013 sebesar

20%. Pada tahun perusahaan melakukan stock buyback, perusahaan mengalami

kenaikan nilai total aset, besar kemungkinan untuk tahun dimasa yang akan datang

akan mengalami kenaikan juga, ini berarti manajemen perusahaan memiliki kinerja

yang baik dalam meningkatkan nilai aset.


86

Selain dilihat dari nilai total aset, tumbuh tidaknya suatu perusahan juga dapat

dilihat dari laba yang dihasilkan setiap periodenya. PT Surya Semesta Internusa

menghasilkan laba yang mengalami kenaikan sebesar 1% pada saat perusahaan

melakukan stock buyback jika dibandingkan dengan total laba pada tahun 2012.

Kenaikan jumlah laba yang dihasilkan disebabkan oleh bertambahnya nilai penjualan

setiap tahunnya. Ini artinya kinerja manajemen perusahaan cukup baik (dari segi

pemasarannya).

Grafik 22 Trend Indeks Laba Rugi PT Surya Semesta Internusa

748000000000

746000000000

744000000000

742000000000
Series1
740000000000

738000000000

736000000000
sebelum sesudah

Sumber: data diolah peneliti


87

12. PT Intiland Development Tbk

Grafik 23 Trend Indeks Neraca PT Intiland Development Tbk

8000000000000

7000000000000

6000000000000

5000000000000

4000000000000

3000000000000
2013
2000000000000
2012
1000000000000

0
KAS PIUTANG PERSEDIAAN AKTIVA TOTAL UTANG UTANG MODAL TOTAL
TETAP AKTIVA LANCAR JANGKA UTANG DAN
PANJANG MODAL

Sumber: data diolah peneliti

Berdasarkan analisis diatas dapat dilihat bahwa kinerja keuangan PT Intiland

Development Tbk mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Tumbuh tidaknya suatu perusahaan dapat dilihat dari nilai aset yang dimiliki, jika

semakin lama semakin bertambah aset yang dimiliki maka perusahaan tersebut dapat

dikatakan “tumbuh”. PT Intiland Development Tbk memiliki nilai aset yang

bertambah, ini mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mengalami kenaikan/

pertumbuhan. Dapat dilihat dari persentase total aset untuk tahun 2012 (sebagai tahun

dasar) sebesar 100%, tahun 2013 sebesar 24%. Pada tahun perusahaan melakukan

stock buyback, perusahaan mengalami kenaikan nilai total aset, besar kemungkinan

untuk tahun dimasa yang akan datang akan mengalami kenaikan juga, ini berarti

manajemen perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam meningkatkan nilai aset.
88

Selain dilihat dari nilai total aset, tumbuh tidaknya suatu perusahan juga dapat

dilihat dari laba yang dihasilkan setiap periodenya. PT Intiland Development Tbk

menghasilkan laba yang mengalami kenaikan sebesar 64% pada saat perusahaan

melakukan stock buyback jika dibandingkan dengan total laba pada tahun 2012.

Kenaikan jumlah laba yang dihasilkan disebabkan oleh bertambahnya nilai penjualan

setiap tahunnya. Ini artinya kinerja manajemen perusahaan cukup baik (dari segi

pemasarannya).

Grafik 24 Trend Indeks Laba Rugi PT Intiland Development Tbk

350000000000

300000000000

250000000000

200000000000

150000000000 Series1

100000000000

50000000000

0
sebelum sesudah

Sumber: data diolah peneliti


89

13. PT Panin Insurance Tbk

Grafik 25 Trend Indeks Neraca PT Panin Insurance Tbk

20000000
18000000
16000000
14000000
12000000
10000000
8000000
6000000
4000000
2012
2000000
0
KAS PIUTANG PERSEDIAAN AKTIVA TOTAL UTANG UTANG MODAL TOTAL
TETAP AKTIVA LANCAR JANGKA UTANG DAN
PANJANG MODAL

Sumber: data diolah peneliti

Berdasarkan analisis diatas dapat dilihat bahwa kinerja keuangan PT Panin

Insurance Tbk mengalami tren yang naik. Tumbuh tidaknya suatu perusahaan dapat

dilihat dari nilai aset yang dimiliki, jika semakin lama semakin bertambah aset yang

dimiliki maka perusahaan tersebut dapat dikatakan “tumbuh”. PT Panin Insurance

Tbk memiliki nilai aset yang bertambah, ini mengindikasikan bahwa perusahaan

tersebut mengalami kenaikan/ pertumbuhan. Dapat dilihat dari persentase total aset

untuk tahun 2012 (sebagai tahun dasar) sebesar 100%, tahun 2013 sebesar 36%. Pada

tahun perusahaan melakukan stock buyback, perusahaan mengalami kenaikan nilai

total aset, besar kemungkinan untuk tahun dimasa yang akan datang akan mengalami

kenaikan juga, ini berarti manajemen perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam

meningkatkan nilai aset.


90

Selain dilihat dari nilai total aset, tumbuh tidaknya suatu perusahan juga dapat

dilihat dari laba yang dihasilkan setiap periodenya. PT Panin Insurance Tbk

menghasilkan laba yang mengalami penurunan sebesar 4% pada saat perusahaan

melakukan stock buyback jika dibandingkan dengan total laba pada tahun 2012.

Penurunan jumlah laba yang dihasilkan disebabkan oleh berkurangnya nilai penjualan

setiap tahunnya. Ini artinya kinerja manajemen perusahaan kurang baik (dari segi

pemasarannya).

Grafik 26 Trend Indeks Laba Rugi PT Panin Insurance Tbk

1300000
1290000
1280000
1270000
1260000
1250000
1240000 Series1

1230000
1220000
1210000
1200000
sebelum sesudah

Sumber: data diolah peneliti


91

14. PT Perdana Gapura Prima Tbk

Grafik 27 Trend Indeks Neraca PT Perdana Gapura Prima Tbk

1400000000000
1200000000000
1000000000000
800000000000
Series1
600000000000
Series2
400000000000
200000000000
0
KAS PIUTANG PERSEDIAAN AKTIVA TETAP TOTAL AKTIVA UTANG UTANG MODAL TOTAL UTANG
LANCAR JANGKA DAN MODAL
PANJANG

Sumber: data diolah peneliti

Berdasarkan analisis diatas dapat dilihat bahwa kinerja keuangan PT Perdana

Gapura Prima Tbk mengalami kenaikan. Tumbuh tidaknya suatu perusahaan dapat

dilihat dari nilai aset yang dimiliki, jika semakin lama semakin bertambah aset yang

dimiliki maka perusahaan tersebut dapat dikatakan “tumbuh”. PT Perdana Gapura

Prima Tbk memiliki aset yang bertambah, ini mengindikasikan bahwa perusahaan

tersebut mengalami kenaikan. Dapat dilihat dari persentase total aset untuk tahun

2012 (sebagai tahun dasar) sebesar 100%, kenaikan total aset pada tahun 2013

sebesar 2%. Pada tahun perusahaan melakukan stock buyback, perusahaan mengalami

kenaikan nilai total aset, besar kemungkinan untuk tahun dimasa yang akan datang

akan mengalami penurunan juga, ini berarti manajemen perusahaan memiliki kinerja

yang buruk dalam meningkatkan nilai aset.

Selain dilihat dari nilai total aset, tumbuh tidaknya suatu perusahan juga dapat

dilihat dari laba yang dihasilkan setiap periodenya. PT Perdana Gapura Prima Tbk
92

menghasilkan laba yang mengalami kenaikan sebesar 4% pada saat perusahaan

melakukan stock buyback jika dibandingkan dengan total laba pada tahun 2012.

Kenaikan jumlah laba yang dihasilkan disebabkan oleh bertambahnya nilai penjualan

setiap tahunnya. Ini artinya kinerja manajemen perusahaan cukup baik (dari segi

pemasarannya).

Grafik 28 Trend Indeks Laba Rugi PT Perdana Gapura Prima Tbk

120000000000

100000000000

80000000000

60000000000
Series1
40000000000

20000000000

0
sebelum sesudah

Sumber: data diolah peneliti


93

15. PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk

Grafik 29 Trend Indeks Neraca PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya


Tbk

180000000
160000000
140000000
120000000
100000000
80000000 Series1
60000000 Series2
40000000
20000000
0
KAS PIUTANG PERSEDIAAN AKTIVA TETAPTOTAL AKTIVA UTANG UTANG MODAL TOTAL UTANG
LANCAR JANGKA DAN MODAL
PANJANG

Sumber: data diolah peneliti

Berdasarkan analisis diatas dapat dilihat bahwa kinerja keuangan PT

Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk mengalami tren naik. Tumbuh tidaknya

suatu perusahaan dapat dilihat dari nilai aset yang dimiliki, jika semakin lama

semakin bertambah aset yang dimiliki maka perusahaan tersebut dapat dikatakan

“tumbuh”. PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk memiliki nilai aset yang

bertambah, ini mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mengalami kenaikan/

pertumbuhan. Dapat dilihat dari persentase total aset untuk tahun 2012 (sebagai tahun

dasar) sebesar 100%, tahun 2013 sebesar 17%. Pada tahun perusahaan melakukan

stock buyback, perusahaan mengalami kenaikan nilai total aset, besar kemungkinan

untuk tahun dimasa yang akan datang akan mengalami kenaikan juga, ini berarti

manajemen perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam meningkatkan nilai aset.
94

Selain dilihat dari nilai total aset, tumbuh tidaknya suatu perusahan juga dapat

dilihat dari laba yang dihasilkan setiap periodenya. PT Pelayaran Nasional Bina

Buana Raya Tbk menghasilkan laba yang mengalami penurunan sebesar 23% pada

saat perusahaan melakukan stock buyback jika dibandingkan dengan total laba pada

tahun 2012. Penurunan jumlah laba yang dihasilkan disebabkan oleh berkurangnya

nilai penjualan setiap tahunnya. Ini artinya kinerja manajemen perusahaan kurang

baik (dari segi pemasarannya).

Grafik 30 Trend Indeks Laba Rugi Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk

8000000
7000000
6000000
5000000
4000000
Series1
3000000
2000000
1000000
0
sebelum sesudah

Sumber: data diolah peneliti


95

16. PT Trimegah Securities

Grafik 31 Trend Indeks Neraca PT Trimegah Securities

800000000

700000000

600000000

500000000

400000000

300000000
2014
200000000
2013
100000000

0
KAS PIUTANG PERSEDIAAN AKTIVA TOTAL UTANG UTANG MODAL TOTAL
TETAP AKTIVA LANCAR JANGKA UTANG DAN
PANJANG MODAL

Sumber: data diolah peneliti

Berdasarkan analisis diatas dapat dilihat bahwa kinerja keuangan PT

Trimegah Securities pada tahun 2014 lebih baik dibandingkan dengan tahun 2013, ini

mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mengalami kenaikan/ pertumbuhan.

Dapat dilihat dari persentase total aset untuk tahun 2013 (sebagai tahun dasar) sebesar

100%, kenaikan aset pada tahun 2014 sebesar 37%. Pada tahun perusahaan

melakukan stock buyback, perusahaan mengalami kenaikan nilai total aset, besar

kemungkinan untuk tahun dimasa yang akan datang akan mengalami kenaikan juga,

ini berarti manajemen perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam meningkatkan

nilai aset.

Selain dilihat dari nilai total aset, tumbuh tidaknya suatu perusahan juga dapat

dilihat dari laba yang dihasilkan setiap periodenya. PT Trimegah Securities

menghasilkan laba yang mengalami kenaikan sebesar 103% pada saat perusahaan
96

melakukan stock buyback jika dibandingkan dengan total laba pada tahun 2013.

Kenaikan jumlah laba yang dihasilkan disebabkan oleh bertambahnya nilai penjualan

setiap tahunnya. Ini artinya kinerja manajemen perusahaan cukup baik (dari segi

pemasarannya).

Grafik 32 Trend Indeks Laba Rugi PT Trimegah Securities

20000000

0
sebelum sesudah
-20000000

-40000000

-60000000 Series1

-80000000

-100000000

-120000000

-140000000
Sumber: data diolah peneliti
97

17. PT Resource Alam Indonesia Tbk

Grafik 33 Trend Indeks Neraca PT Resource Alam Indonesia Tbk

120000000

100000000

80000000

60000000
2014
40000000
2013
20000000

0
KAS PIUTANG PERSEDIAAN AKTIVA TOTAL UTANG UTANG MODAL TOTAL
TETAP AKTIVA LANCAR JANGKA UTANG DAN
PANJANG MODAL

Sumber: data diolah peneliti

Berdasarkan analisis diatas dapat dilihat bahwa kinerja keuangan PT Resource

Alam Indonesia Tbk mengalami penurunan. Turun tidaknya suatu perusahaan dapat

dilihat dari nilai aset yang dimiliki, jika semakin lama semakin berkurang aset yang

dimiliki maka perusahaan tersebut dapat dikatakan “turun”. PT Resource Alam

Indonesia Tbk semakin berkurang tahun semakin bertkurang nilai asetnya, ini

mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mengalami penurunan. Dapat dilihat

dari persentase total aset untuk tahun 2013 (sebagai tahun dasar) sebesar 100%, tahun

2014 sebesar -6%. Pada tahun perusahaan melakukan stock buyback, perusahaan

mengalami penurunan nilai total aset, besar kemungkinan untuk tahun dimasa yang

akan datang akan mengalami penurunan juga, ini berarti manajemen perusahaan

memiliki kinerja yang buruk dalam meningkatkan nilai aset.

Selain dilihat dari nilai total aset, tumbuh tidaknya suatu perusahan juga dapat

dilihat dari laba yang dihasilkan setiap periodenya. PT Resource Alam Indonesia Tbk
98

menghasilkan laba yang mengalami penurunan sebesar 40% pada saat perusahaan

melakukan stock buyback jika dibandingkan dengan total laba pada tahun 2013.

Penurunan jumlah laba yang dihasilkan disebabkan oleh berkurangnya nilai penjualan

setiap tahunnya. Ini artinya kinerja manajemen perusahaan kurang baik (dari segi

pemasarannya).

Grafik 34 Trend Indeks Laba Rugi PT Resource Alam Indonesia Tbk

14000000

12000000

10000000

8000000

6000000 Series1

4000000

2000000

0
sebelum sesudah

Sumber: data diolah penelitI


99

18. PT Medco Energi Internasional Tbk

Grafik 35 Trend Indeks Neraca PT Medco Energi Internasional Tbk

3500000000

3000000000

2500000000

2000000000

1500000000
2015
1000000000

2014
500000000

0
KAS PIUTANG PERSEDIAAN AKTIVA TOTAL UTANG UTANG MODAL TOTAL
TETAP AKTIVA LANCAR JANGKA UTANG DAN
PANJANG MODAL

Sumber: data diolah peneliti

Berdasarkan analisis diatas dapat dilihat bahwa tingkat pertumbuhan PT

Medco Energi Internasional Tbk semakin lama semakin naik. Tumbuh tidaknya

suatu perusahaan dapat dilihat dari nilai aset yang dimiliki, jika semakin lama

semakin bertambah aset yang dimiliki maka perusahaan tersebut dapat dikatakan

“tumbuh”. Medco Energi Internasional Tbk semakin bertambah tahun semakin

bertambah nilai asetnya, ini mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mengalami

kenaikan/ pertumbuhan. Dapat dilihat dari persentase total aset untuk tahun 2014

(sebagai tahun dasar) sebesar 100%, tahun 2015 sebesar 9%. Pada tahun perusahaan

melakukan stock buyback, perusahaan mengalami kenaikan nilai total aset, besar

kemungkinan untuk tahun dimasa yang akan datang akan mengalami kenaikan juga,
100

ini berarti manajemen perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam meningkatkan

nilai aset.

Selain dilihat dari nilai total aset, tumbuh tidaknya suatu perusahan juga dapat

dilihat dari laba yang dihasilkan setiap periodenya. PT Medco Energi Internasional

Tbk menghasilkan laba yang mengalami penurunan sebesar 908% pada saat

perusahaan melakukan stock buyback jika dibandingkan dengan total laba pada tahun

2014. Penurunan jumlah laba yang dihasilkan disebabkan oleh berkurangnya nilai

penjualan setiap tahunnya. Ini artinya kinerja manajemen perusahaan kurang baik

(dari segi pemasarannya).

Grafik 36 Trend Indeks Laba Rugi PT Medco Energi Internasional Tbk

50000000

0
sebelum sesudah
-50000000
Series1
-100000000

-150000000

-200000000

Sumber: data diolah peneliti


101

19. PT Ciputra Property Tbk

Grafik 37 Trend Indeks Neraca PT Ciputra Property Tbk

12000000000000

10000000000000

8000000000000

6000000000000
2015
4000000000000
2014
2000000000000

0
KAS PIUTANG PERSEDIAAN AKTIVA TOTAL UTANG UTANG MODAL TOTAL
TETAP AKTIVA LANCAR JANGKA UTANG DAN
PANJANG MODAL

Sumber: data diolah peneliti

Berdasarkan analisis diatas dapat dilihat bahwa kinerja keuangan PT Ciputra

Property Tbk semakin lama semakin naik. Tumbuh tidaknya suatu perusahaan dapat

dilihat dari nilai aset yang dimiliki, jika semakin lama semakin bertambah aset yang

dimiliki maka perusahaan tersebut dapat dikatakan “tumbuh”. PT Ciputra Property

Tbk semakin bertambah tahun semakin bertambah nilai asetnya, ini mengindikasikan

bahwa perusahaan tersebut mengalami kenaikan/ pertumbuhan. Dapat dilihat dari

persentase total aset untuk tahun 2014 (sebagai tahun dasar) sebesar 100%, tahun

2015 sebesar 11%. Pada tahun perusahaan melakukan stock buyback, perusahaan

mengalami kenaikan nilai total aset, besar kemungkinan untuk tahun dimasa yang

akan datang akan mengalami kenaikan juga, ini berarti manajemen perusahaan

memiliki kinerja yang baik dalam meningkatkan nilai aset.


102

Selain dilihat dari nilai total aset, tumbuh tidaknya suatu perusahan juga dapat

dilihat dari laba yang dihasilkan setiap periodenya. PT Ciputra Property Tbk

menghasilkan laba yang mengalami kenaikan sebesar 467% pada saat perusahaan

melakukan stock buyback jika dibandingkan dengan total laba pada tahun 2014.

Kenaikan jumlah laba yang dihasilkan disebabkan oleh berkurangnya nilai penjualan

setiap tahunnya. Ini artinya kinerja manajemen perusahaan cukup baik (dari segi

pemasarannya).

Grafik 38 Trend Indeks Laba Rugi PT Ciputra Property Tbk

400000000000

390000000000

380000000000

370000000000
Series1
360000000000

350000000000

340000000000
sebelum sesudah

Sumber: data diolah peneliti


103

20. PT Panin Sekuritas Tbk

Grafik 39 Trend Indeks Neraca PT Panin Sekuritas Tbk

2000000000000
1800000000000
1600000000000
1400000000000
1200000000000
1000000000000
800000000000
600000000000
2015
400000000000
2014
200000000000
0
KAS PIUTANG PERSEDIAAN AKTIVA TOTAL UTANG UTANG MODAL TOTAL
TETAP AKTIVA LANCAR JANGKA UTANG DAN
PANJANG MODAL

Sumber: data diolah peneliti

Berdasarkan analisis diatas dapat dilihat bahwa kinerja keuangan PT Panin

Sekuritas Tbk mengalami penurunan. Turun tidaknya suatu perusahaan dapat dilihat

dari nilai aset yang dimiliki, jika semakin lama semakin berkurang aset yang dimiliki

maka perusahaan tersebut dapat dikatakan “turun”. PT Panin Sekuritas Tbk semakin

bertambah tahun semakin berkurang nilai asetnya, ini mengindikasikan bahwa

perusahaan tersebut mengalami penurunan. Dapat dilihat dari persentase total aset

untuk tahun 2014 (sebagai tahun dasar) sebesar 100%, tahun 2015 sebesar -20%.

Pada tahun perusahaan melakukan stock buyback, perusahaan mengalami kenaikan

nilai total aset, besar kemungkinan untuk tahun dimasa yang akan datang akan

mengalami kenaikan juga, ini berarti manajemen perusahaan memiliki kinerja yang

buruk dalam meningkatkan nilai aset.


104

Selain dilihat dari nilai total aset, tumbuh tidaknya suatu perusahan juga dapat

dilihat dari laba yang dihasilkan setiap periodenya. PT Panin Sekuritas Tbk

menghasilkan laba yang mengalami kenaikan sebesar 467% pada saat perusahaan

melakukan stock buyback jika dibandingkan dengan total laba pada tahun 2014.

Kenaikan jumlah laba yang dihasilkan disebabkan oleh bertambahnya nilai penjualan

setiap tahunnya. Ini artinya kinerja manajemen perusahaan cukup baik (dari segi

pemasarannya).

Grafik 40 Trend Indeks Laba Rugi PT Panin Sekuritas Tbk

400000000000
350000000000
300000000000
250000000000
200000000000
Series1
150000000000
100000000000
50000000000
0
sebelum sesudah

Sumber: data diolah peneliti


105

21. PT Sampoerna Agro Tbk

Grafik 41 Trend Indeks Neraca PT Sampoerna Agro Tbk

8000000000
7000000000
6000000000
5000000000
4000000000
3000000000
2015
2000000000
2014
1000000000
0
KAS PIUTANG PERSEDIAAN AKTIVA TOTAL UTANG UTANG MODAL TOTAL
TETAP AKTIVA LANCAR JANGKA UTANG DAN
PANJANG MODAL

Sumber: data diolah peneliti

Berdasarkan analisis diatas dapat dilihat bahwa kinerja keuangan PT

Sampoerna Agro Tbk mengalami tren naik. Tumbuh tidaknya suatu perusahaan dapat

dilihat dari nilai aset yang dimiliki, jika semakin lama semakin bertambah aset yang

dimiliki maka perusahaan tersebut dapat dikatakan “tumbuh”. PT Sampoerna Agro

Tbk semakin bertambah tahun semakin bertambah nilai asetnya, ini mengindikasikan

bahwa perusahaan tersebut mengalami kenaikan/ pertumbuhan. Dapat dilihat dari

persentase total aset untuk tahun 2014 (sebagai tahun dasar) sebesar 100%, kenaikan

pada tahun 2015 sebesar 33%. Pada tahun perusahaan melakukan stock buyback,

perusahaan mengalami kenaikan nilai total aset, besar kemungkinan untuk tahun

dimasa yang akan datang akan mengalami kenaikan juga, ini berarti manajemen

perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam meningkatkan nilai aset.

Selain dilihat dari nilai total aset, tumbuh tidaknya suatu perusahan juga dapat

dilihat dari laba yang dihasilkan setiap periodenya. PT Sampoerna Agro Tbk
106

menghasilkan laba yang mengalami penurunan sebesar 15% pada saat perusahaan

melakukan stock buyback jika dibandingkan dengan total laba pada tahun 2014.

Penurunan jumlah laba yang dihasilkan disebabkan oleh berkurangnya nilai penjualan

setiap tahunnya. Ini artinya kinerja manajemen perusahaan kurang baik (dari segi

pemasarannya).

Grafik 42 Trend Indeks Laba Rugi PT Sampoerna Agro Tbk

350000000
340000000
330000000
320000000
310000000
300000000 Series1
290000000
280000000
270000000
260000000
sebelum sesudah

Sumber: data diolah peneliti


107

22. PT Nusa Raya Cipta Tbk

Grafik 43 Trend Indeks Neraca PT Nusa Raya Cipta Tbk

2500000000000

2000000000000

1500000000000

1000000000000
2015

500000000000
2014

0
KAS PIUTANG PERSEDIAAN AKTIVA TOTAL UTANG UTANG MODAL TOTAL
TETAP AKTIVA LANCAR JANGKA UTANG DAN
PANJANG MODAL

Sumber: data diolah peneliti

Berdasarkan analisis diatas dapat dilihat bahwa tingkat pertumbuhan kinerja

keuangan PT Nusa Raya Cipta Tbk semakin lama semakin naik. Tumbuh tidaknya

suatu perusahaan dapat dilihat dari nilai aset yang dimiliki, jika semakin lama

semakin bertambah aset yang dimiliki maka perusahaan tersebut dapat dikatakan

“tumbuh”. PT Nusa Raya Cipta Tbk memiliki nilai aset yang bertambah, ini

mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mengalami kenaikan/ pertumbuhan.

Dapat dilihat dari persentase total aset untuk tahun 2014 (sebagai tahun dasar) sebesar

100%, tahun 2015 sebesar 8%. Pada tahun perusahaan melakukan stock buyback,

perusahaan mengalami kenaikan nilai total aset, besar kemungkinan untuk tahun

dimasa yang akan datang akan mengalami kenaikan juga, ini berarti manajemen

perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam meningkatkan nilai aset.


108

Selain dilihat dari nilai total aset, tumbuh tidaknya suatu perusahan juga dapat

dilihat dari laba yang dihasilkan setiap periodenya. PT Nusa Raya Cipta Tbk

menghasilkan laba yang mengalami penurunan sebesar 30% pada saat perusahaan

melakukan stock buyback jika dibandingkan dengan total laba pada tahun 2014.

Penurunan jumlah laba yang dihasilkan disebabkan oleh berkurangnya nilai penjualan

setiap tahunnya. Ini artinya kinerja manajemen perusahaan kurang baik (dari segi

pemasarannya).

Grafik 44 Trend Indeks Laba Rugi PT Nusa Raya Cipta Tbk

300000000000
250000000000
200000000000
150000000000
Series1
100000000000
50000000000
0
sebelum sesudah

Sumber: data diolah peneliti

Dari data diatas, dapat diketahui bahwa keseluruhan akun dalam neraca

mengalami perubahan baik itu secara negatif maupun perubahan kearah yang positif.

Perusahaan yang melakukan stock buyback harus memiliki dasar kinerja keuangan

yang kuat dan sehat agar kebijakan stock buyback tidak mengganggu ekspansi

perusahaan karena kebijakan stock buyback cenderung berpengaruh terhadap kinerja

keuangan perusahaan yang berarti pada saat perusahaan melakukan stock buyback,
109

jumlah kas yang dimiliki perusahaan akan berkurang dalam jumlah yang cukup besar

dan dengan berkurangnya jumlah kas yang dimiliki perusahaan dapat mempengaruhi

kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. Oleh sebab itulah, sebagian besar

perusahaan sampel yang melakukan kebijakan stock buyback cenderung mengalami

tren negatif dalam akun Net Operating Profit After Tax (NOPAT ) jika dibandingkan

dengan tahun sebelumnya.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa bahwa hipotesis kedua

“terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan sebelum dan sesudah

pengumuman pembelian kembali saham (buyback)”, dapat diterima. Hasil

penelitian sejalan dengan Marpaung dan Fadillah (2012) yang menunjukkan terdapat

perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah peristiwa pengumuman

stock buyback.
110

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan terhadap

variabel rata- rata abnormal return (AAR) saham dan tranding volume activity

(TVA) saham yang digunakan untuk menganalisa reaksi pasar dan analisa tren

laporan keuangan di sekitar pengumuman pembelian kembali saham maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perubahan yang

signifikan di sekitar peristiwa pengumuman pembelian kembali saham. Hasil

ini mengindikasikan bahwa informasi yang diterima oleh investor adalah

sama, sehingga tidak terdapat investor yang mendapat keuntungan secara

berlebihan dari kondisi pasar tersebut. Selain itu, tidak adanya perubahan

yang signifikan di sekitar pengumuman pembelian kembali saham

mengindikasikan bahwa investor tidak langsung memberikan reaksi atas

informasi tersebut. Investor cenderung melakukan strategi wait and see untuk

menghindari timbulnya risiko yang lebih besar karena faktor pasar yang

belum memberi keuntungan atau berpihak kepadanya.

2. Hasil pengujian terhadap aktivitas volume perdagangan saham menunjukkan

bahwa tidak terdapat perubahan yang signifikan pada rata-rata trading volume

activity saham di sekitar pengumuman pembelian kembali saham. Hal ini

mengindikasikan bahwa peristiwa pengumuman pembelian kembali saham


111

memiliki kandungan informasi sehingga muncul reaksi pasar. Reaksi pasar

terjadi karena munculnya ekspektasi positif dari investor terhadap sinyal

perusahaan.

3. Hasil analisa tren laporan neraca menunjukkan kebijakan stock buybcak

menghasilkan tren naik secara keseluruhan pada akun akuntansi dalam

laporan neraca perusahaan dan menghasilkan tren menurun untuk akun net

income dalam laporan laba rugi perusahaan.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbasan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya menggunakan 22 sampel dari tiga tahun periode

pengamatan. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah periode

pengamatan sehingga akan memperoleh jumlah sampel yang lebih banyak

yang memungkinkan untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik.

2. Periode pengamatan mungkin masih bisa diperpanjang lagi waktunya menjadi

5 hari sebelum dan 5 hari sesudah event date, atau 7 hari sebelum dan 7 hari

dan tidak lebih dari 10 hari sebelum dan 10 hari sesudah event date karena

periode dengan jangka waktu yang panjang dikhawatirkan akan menimbulkan

hasil penelitian yang bias untuk mengukur reaksi pasar modal

5.3 Saran

a. Bagi Investor

Investor harus memperhatikan kebijakankebijakan yang dilakukan oleh

perusahaan, seperti kebijakan untuk melakukan buyback saham yang


112

dipublikasikan dalam bentuk pengumuman karena pengumuman tersebut

mengandung suatu informasi positif yang dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan oleh investor ketika akan melakukan pengambilan keputusan

investasi secara tepat.

c. Bagi Perusahaan

Perusahaan disarankan senantiasa dapat menjaga kestabilan kinerja

keuangannya agar penggunaan alternatif kebijakan buyback saham dengan

tujuan untuk meningkatkan harga saham beredar yang telah jatuh di pasar

dapat berhasil.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan fokus yang

sama, disarankan untuk menambahkan variabel-variabel lain selain trading

volume activity dan abnormal return, seperti earning per share (EPS) dan

diharapkan untuk memperpanjang waktu periode pengamatan penelitian agar

dapat melihat pengaruh pengumuman buy back saham dalam jangka waktu

yang panjang
113

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.

Amalia, Nur S. (2010). Reaksi Pasar atas Pengumuman PROPER Terhadap


Abnormal return dan Volume Perdagangan Saham. Skripsi tidak diterbitkan.
Semarang: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Ang, Robert. (1997). Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft
Indonesia.

Ang, James. S., Rebel, A. Cole & Lin, J. Wuh. (2010). Agency Costs and Ownership
Structure. Journal of Finance, Vol. 55 No. 1, pp. 81-106.

Ariyanto, Budi. (2009). Pengaruh Merger atau Akuisisi Terhadap Volume


Perdagangan dan Harga Saham. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Asquith, Paul & Mullins D. W, Jr. (1986). Signaling with Dividends, Stock
Repurchases, and Equity Issues. Financial Management, Vol. 15 No. 3, pp. 27-
44.

Baker, Malcolm. & Jeffrey, Wurgler S. (2002). Market Timing and Capital Structure
Author. The Journal of Finance, Vol. 57 No. 1, pp. 1-32.

Basir, Saleh dan Fakhruddin. (2005). Aksi Korporasi: Strategi untuk Meningkatkan
Nilai Saham melalui Tindakan Korporasi. Jakarta: Salemba Empat.

Bhattacharya, U. and S. Jacobsen. (2015). The Share Repurchase Announcement


Puzzle: Theory and Evidence, Review of Finance, Vol. 20 No. 2, pp. 1-34.

Budiman, Ferry., & Suptami. (2009). Pengaruh Pengumuman Indonesia


Sustainibility Reporting Award terhadap Abnormal return dan Volume Saham
(Studi Kasus pada PerusahaanPemenang ISRA 2005-2008). Makalah disajikan
dalam Seminar Nasional Akuntansi XII, Universitas Sriwijaya, Palembang, 4-6
November.

Brav, Alon., Graham, J.R., Harvey, C.R & Michaely, R. (2005). Payout Policy in the
21st Century. Journal of Financial Economics, Vol. 77 No. 3, pp. 483-527.

Brigham, Eugene. F. (1964). The Profitability of a Firm’s Purchase of its Own


Common Stock. California Management Review, Vol. 7 No.2, pp. 69-76.
114

Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. (2011). Dasar-dasar Manajemen


Keuangan. Buku 2 Edisi 11. Terjemahan oleh Ali Akbar Yulianto Jakarta:
Salemba Empat.

Bursa Efek Indonesia. 2015. IDX Yearly Statistics. Jakarta.

Chan, K., Ikenberry, D., & Lee, I. (2004). Economic Sources of Gain in Stock
Repurchases. Journal of Financial and Quantitative Analysis, Vol. 39 No. 3,
pp. 461–480.

Cooper, D. R., and Schindler, P. S. (2011). Business Research Methods. Singapore:


The McGraw-Hill Companies Inc.

Gantyowati, E dan Sulistiyani,Y. (2008). Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman


Dividen Pada Perusahaan yang masuk Corporate Governance Perception Index
(CGPI). Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 10 No. 3, pp: 161-171.

Grullon, G., Ikenberry, D.L., (2000). What Do We Know about Stock Repurchases?.
Journal of Applied Corporate Finance. Vol. 13. No.1, pp. 31-51.

Grullon, Gustavo, and Roni Michaely. (2002). Dividends, Share Repurchases and the
Substitution Hypothesis. Journal of Finance, Vol. 57 No. 4, pp: 1649-1684.

Hanafi, Mamduh. M dan Halim, Abdul. (2005). Analisis Laporan Keuangan Edisi
Kedua. Yogyakarta: STIE YKPN.

Hartono, Jogiyanto. (2001). Analisis & Desain Sistem Informasi: Pendekatan


Terstruktur Teori Dan Praktek Aplikasi Bisnis. Yogyakarta: Al-Bahra.

Hartono, Jogiyanto. (2014). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta:


Badan Penerbit Fakultas Ekonomi UGM.

Hayes, Douglas A. 1967. The Undervalued Issue Strategy. Financial Analysts


Journal, Vol. 23, No. 3, pp. 121-127

Hirschey, Mark & Nofsinger, John. (2008). Investment Analysis and Behavior. New
York: Grant Hill.

Ikenberry, D., Lakonishok, J., Vermaelen, T. (1995). Market Underreaction to Open


Market Share Repurchases. Journal of Financial Economics, Vol. 39 No. 2-3,
pp. 181-208.

Ikatan Akuntansi Indonesia. (2004). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba


Empat.
115

Jagannathan, M., Stephens, C. P., & Weisbach, M. P. (2000). Financial Flexibility


and The Choice between Dividends and Stock Repurchases. Journal of
Financial Economics, Vol. 57 No.3, pp. 355–384.

Jagananthan, Murai. and Clifford, Stephens. (2003). Motives for Multiple Open-
Market Repurchase Programs. Journal Financial Management, Vol. 32 No. 2,
pp. 71-91.

Jumingan. (2006). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Junizar, Muhammad.L., dan Septiani, A. Pengaruh Pengumuman Pembelian Kembali


Saham (Buyback) Terhadap Respon Pasar: Studi pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Akuntansi Diponegoro, Vol. 2
No. 3, pp. 1-10.

Kasmir. (2008). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Rajagrafindo


Persada.

Koentjaraningrat. (1991). Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Universitas


Indonesia (UI-Press).

Mason, D.R., dan Lind, A.D. (1999). Teknik Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi
Edisi Kesembilan. Jakarta: Erlangga.

Maxwell, William F. And Stephens Clifford P. (2003). The Wealth Effects of


Repurchases on Bondholders. The Journal of Finance, Vol. 8 No. 2, pp. 895-
919.

Mulia, Rahma M. (2009). Pengaruh Stock Repurchase Terhadap Stockholder,


Bondholder, dan Value Perusahan di Indonesia Periode 2001-2007. Skripsi
tidak diterbitkan. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Munawir, S. 2010. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Murni, A., & Amaliawati, Lia. 2012. Ekonomi Mikro. Bandung: Refika Aditama.

Nassar, S.,(2016). The Impact of Capital Structure on Financial Performance of The


Firms: Evidence From Borsa Istanbul. Journal of Business & Financial Affairs,
Vol 5. No. 2, pp. 1-4.

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian Cetakan Kelima. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nishikawa, Takeshi., Prevost, Andrew K., Rao, Ramesh. P. (2011). Bond Market
Reaction to Stock Repurchases: is There a Wealth Transfer Effect?. The
Journal of Financial Research, Vol. 34 No. 3, pp.503-522.
116

PT Phintraco Securities. (2014). Profits Bulletin. Vol. XIV/2014.

Purwanta, Wiji. dan Fakhruddin, Hendy. (2006). Mengenal Pasar Modal. Jakarta:
Salemba Empat.

Rasbrant, Jonas. (2011). The Price Impact of Open Market Share Repurchases.
Sweden: Department of Industrial Economics and Management, KTH Royal
Institute of Technology.

Rinaningtias, Resti D. (2009). Reaksi Pasar Modal Terhadap Peristiwa Bom J.W.
Marriott dan Ritz Carlton 17 Juli 2009. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang:
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Santoso, Singgih. (2001). Statistik Non Parametrik. Jakarta: PT Elex Media.

Samsul, Mohamad. (2008). Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta:


Erlangga.

Sekaran, Uma. (2003). Research Methods For Business Book 1 Edition 2. Jakarta:
Salemba Empat.

Siamat, Dahlan. (2005). Management Lembaga Keuangan; Kebijakan Moneter dan


Perbankan Edisi Kelima. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.

Stephens, C. P., & Weisbach, M. J. (1998). Actual Share Reacquisitions in Open-


Market Repurchase Programs. Journal of Finance, Vol. 53 No. 1, pp. 313–334.

Suryawijaya. & Setiawan. (1998). Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa
Politik dalam Negeri (Event Study pada Peristiwa 27 Juli 1996). Journal Kelola,
Vol. 18 No. 7, pp. 137-153.

Tandelilin, Eduardus. (2010). Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta: Kanisius.

Tifow , A. A., Sayilir, Ozlem. 2015. Capital Structure and Firm Performance: An
Analysis of Manufacturing Firms in Turkey. Eurasian Journal of Business and
Management, Vol. 3 No. 4, pp. 13-22.

Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. (1990).
Jakarta: PT Armas Duta Jaya.

Vermaelen, T. (1981). Common Stock Repurchases and Market Signaling: An


Empirical Study. Journal of Financial Economics, Vol. 9 No.2, pp.139-183.
117

Wansley, James W., William R. Lane, & Salil Sarkar. (1989). Managements' View
on Share Repurchase and Tender Offer Premiums. Financial Management, Vol.
18 No 3, pp. 97-110.

Williams, John B. (1938). The Theory of Investment Value. Cambridge, MA: Harvard
University Press.

Woods, D. H. & Brigham, E.F. (1966). Stockholder Distribution Decisions: Share


Repurchases or Dividends?. Journal of Financial and Quantitative Analysis,
Vol.1 No 1, pp. 15-26.

Young, A. (1967). The Performance of Common Stocks Subsequent to Repurchase.


Financial Analysts Journal, 23 (5): 117-121.

Young, A. (1969). Financial, Operating And Security Market Parameters of


Repurchasing. Financial Analysts Journal, Vol. 25 No.4, pp. 123-128.

Zhang, H. (2002). Share Repurchase Under Commercial Law 212-2 in Japan: Market
Reaction and Actual Implementation. Pacific Basin Finance Journal, Vol. 10
No. 3, pp. 287-305.

Zhang, H. (2005). Share Price Performance Following Actual Share Repurchases.


Journal of Banking and Finance, Vol. 29 No.7, pp. 1887-1901.

Zumaila, Ellis Afri. (2014). Analisis Reaksi Pasar dan Kinerja Saham Atas
Pengumuman dan Peristiwa Buyback di BEI. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
118

LAMPIRAN
119

Lampiran 1 Daftar Perusahaan yang Melakukan Stock Buyback Tahun 2013


No. Nama Perusahaan Kode Sektor Tanggal
Perusahaan Buyback
1 PT PP London Sumatera Indonesia LSIP Agriculture 23/04/2013
2 PT Salim Ivomas Pratama SIMP Agriculture 23/04/2013
3 PT Wintermar Offshore Marine Tbk WINS Infrastructure, Utilities & 21/05/2013
Transportation
4 PT Mitra Media Nusantara Citra Tbk MNCN Trade, Service & Investment 28/08/2013
5 PT MNC Sky Vision Tbk MSKY Trade, Service & Investment 28/08/2013
6 PT Mitra Pinathika Mustika Tbk MPMX Trade, Service & Investment 28/08/2013
7 PT MNC Investama Tbk BHIT Trade, Service & Investment 29/08/2013
8 PT MNC Kapital Indonesia Tbk BCAP Finance 29/08/2013
9 PT Global Mediacom Tbk BMTR Trade, Service & Investment 30/08/2013
10 PT Ace Hardware Indonesia Tbk ACES Trade, Service & Investment 03/09/2013
11 PT Jaya Real Property Tbk JRPT Property, Real Estate & 04/09/2013
Building
12 PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk RALS Trade, Service & Investment 04/09/2013
13 PT Gajah Tunggal Tbk GJTL Miscelenous Industry 04/09/2013
14 PT Wijaya Karya (Persero) Tbk WIKA Property, Real Estate & 04/09/2013
Building
15 PT Budi Starch& Sweetener Tbk BUDI Basic Industry and Chemical 04/09/2013
16 PT Bank Pan Indonesia Tbk PNBN Finance 04/09/2013
17 PT Pembanungunan Perumahan PTPP Property, Real Estate & 09/09/2013
(Persero) Tbk Building
18 PT Dyandra Media Internasional Tbk DYAN Trade, Service & Investment 10/09/2013
19 PT Nusantara Infrastructure Tbk META Infrastructure, Utilities & 10/09/2013
Transportation
20 PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk RBMS Property, Real Estate & 10/09/2013
Building
21 PT Surya Semesta Internusa Tbk SSIA Property, Real Estate & 11/09/2013
Building
22 PT Bukit Asam Tbk PTBA Mining 13/09/2013
23 PT Electronic City Indonesia Tbk ECII Trade, Service & Investment 16/09/2013
24 PT Intiland Development Tbk DILD Property, Real Estate & 17/09/2013
Building
25 PT Semen Baturaja Tbk SMBR Basic Industry and Chemical 17/09/2013
26 PT Panin Insurance Tbk PNIN Finance 18/09/2013
27 PT Perdana Gapuraprima Tbk GPRA Property, Real Estate & 02/10/2013
Building
28 PT Pelayaran Nasional Bina Buana BBRM Infrastructure, Utilities & 16/12/2013
Raya Tbk Transportation
Sumber: data sekunder diolah peneliti.
120

Lampiran 2 Daftar Perusahaan yang Melakukan Stock Buyback Tahun 2014

Kode Tanggal
No Nama Perusahaan Sektor
Perusahaan Buyback
1 PT Danayasa Arthatama Tbk SCBD Property, Real Estate & 10/01/2014
Building
2 PT Wijaya Karya (Persero) Tbk WIKA Property, Real Estate & 15/01/2014
Building
3 PT Trimegah Securities TRIM Finance 24/01/2014
4 PT Bukit Asam Tbk PTBA Mining 07/03/2014
5 PT Jakarta International Hotels & JIHD Trade, Service & Investment 02/04/2014
Development Tbk
6 PT Pelayaran Nasional Bina Buana BBRM Infrastructure, Utilities & 11/04/2014
Raya Tbk Transportation
7 PT Asiaplast Industries Tbk APLI Basic Industry and Chemical 12/04/2014

8 PT Resourch Alam Indonesia Tbk KKGI Mining 06/05/2014

Sumber: data sekunder diolah peneliti.

Lampiran 3 Daftar Perusahaan yang Melakukan Stock Buyback Tahun 2015


No Nama Perusahaan Kode Sektor Tanggal
Perusahaan Buyback
1 PT Tower Bersama Infrastucture Tbk TBIG Infrastructure, Utilities & 27/05/2015
Transportation
2 PT Medco Energi Internasional Tbk MEDC Basic Industry and Chemical 26/08/2015
3 PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk RALS Trade, Service & Investment 27/08/2015
4 PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk MPMX Trade, Service & Investment 31/08/2015
5 PT Ciputra Property Tbk CTRP Property, Real Estate & 31/08/2015
Building
6 PT Saratoga Investama Sedaya Tbk SRTG Trade, Service & Investment 01/09/2015
7 PT Industri Jamu dan Farmasi Sido SIDO Consumer Goods Industry 01/09/2015
Muncul Tbk
8 PT Panin Sekuritas PANS Finance 01/09/2015
9 PT Bukit Asam (Persero) Tbk PTBA Mining 02/09/2015
10 PT Electronic City Indonesia Tbk ECII Trade, Service & Investment 21/09/2015
11 PT Nippon Indosari Copindo Tbk ROTI Consumer Goods Industry 28/09/2015
12 PT Lautan Luas Tbk LTLS Trade, Service & Investment 01/10/2015
13 PT Sampoerna Agro Tbk SGRO Agriculture 27/10/2015
14 PT Nusa Raya Cipta Tbk NRCA Property, Real Estate & 01/12/2015
Building
15 PT Dharma Setya Nusantara Tbk DSNG Agriculture 08/12/2015
Sumber: data sekunder diolah peneliti
121

Lampiran 4 Daftar Pemilihan Sampel Perusahaan yang Melakukan Stock


Buyback Tahun 2013
Keterangan Jumlah
Perusahaan yang melakukan stock buyback 28
Perusahann yang mengumukan kebijakan stock 3
buyback sebelum ditetapkannya POJK No
Perusahann yang mengumukan kebijakan stock 4
buyback lebih dari 3 tahun setelah pengumuman
IPO perusahaan.
Perusahaan hanya mengeluarkan lebih dari 1 kali 5
kebijakan stock buyback selama periode
pengamatan.
Tidak mencantumkan tanggal pengumuman stock 0
buyback
Tidak memiliki data lengkap terkait dengan
variabel- variabel yang digunakan dalam peneltian
Melakukan corporate action lainnya seperti stock 4
split, right issue, merger dan akuisisi
Jumlah Sampel 17

Lampiran 5 Daftar Pemilihan Sampel Perusahaan yang Melakukan Stock


Buyback Tahun 2014
Keterangan Jumlah
Perusahaan yang melakukan stock buyback 8
Perusahann yang mengumukan kebijakan stock 0
buyback sebelum ditetapkannya POJK No
Perusahann yang mengumukan kebijakan stock 0
buyback lebih dari 3 tahun setelah pengumuman
IPO perusahaan.
Perusahaan hanya mengeluarkan lebih dari 1 kali 2
kebijakan stock buyback selama periode
pengamatan.
Tidak mencantumkan tanggal pengumuman stock 0
buyback
Tidak memiliki data lengkap terkait dengan 2
variabel- variabel yang digunakan dalam peneltian
Melakukan corporate action lainnya seperti stock 2
split, right issue, merger dan akuisisi
Jumlah Sampel 2
122

Lampiran 6 Daftar Pemilihan Sampel Perusahaan yang Melakukan Stock


Buyback Tahun 2015
Keterangan Jumlah
Perusahaan yang melakukan stock buyback 14
Perusahann yang mengumukan kebijakan stock 0
buyback sebelum ditetapkannya POJK No
Perusahann yang mengumukan kebijakan stock 0
buyback lebih dari 3 tahun setelah pengumuman
IPO perusahaan.
Perusahaan hanya mengeluarkan lebih dari 1 kali 3
kebijakan stock buyback selama periode
pengamatan.
Tidak mencantumkan tanggal pengumuman stock 0
buyback
Tidak memiliki data lengkap terkait dengan 2
variabel- variabel yang digunakan dalam peneltian
Melakukan corporate action lainnya seperti stock 4
split, right issue, merger dan akuisisi
Jumlah Sampel 5

Lampiran 7 Data Volume Perdagangan Harian Perusahaan Sampel

Hari MNCN MSKY BHIT BCAP BMTR GJTL PNBN PTPP META RBMS SSIA
h-3 27993000 921500 11354000 2402670 30281500 11550500 12663500 30846000 109945000 25000 20305000
h-2 13707000 1150500 4899500 2253716 74804500 11271000 5125000 38046000 84442000 0 33722500
h-1 28537500 458500 29771500 5666670 82636000 3990000 4421500 62055500 96502500 0 38412000
h 31542500 1210000 63433500 1288762 105829500 7286500 3957000 97254500 82180500 327500 37630500
h+1 19211000 1431000 29968000 7693716 74748000 6791500 38628000 89261500 71443500 48500 72152000
h+2 21373500 5769000 59701000 1923431 12794500 1958500 13759500 79565000 123519000 140500 46675500
h+3 18050500 5916000 40897500 2791239 13700500 3553000 5946500 99367500 96302500 40500 33191500

DILD PNIN GPRA BBRM TRIM KKGI MEDC CTRP PANS SGRO NRCA
h-3 639500 1696000 994000 1952116 1164500 232800 819800 5461900 273200 22438300 507600
h-2 20161000 341500 901500 10472256 273500 89200 191400 11900400 762700 6709500 2324300
h-1 11264500 500 961500 55467372 85100 33400 439000 11271600 926700 1822800 3864000
h 16156000 32000 997500 4261733 9910700 133900 691500 3384900 14600 2016400 4336200
h+1 17752000 2396000 1597000 6469919 23639900 929900 1320200 8987500 38100 2278500 5032900
h+2 29654000 69500 717500 997674 10077300 55200 577100 3089200 400 2957200 7661200
h+3 7829500 54000 1275500 1587965 4369800 29200 2314400 3378800 44500 9233100 2434100
123

Lampiran 8 Trading Volume Activity Perusahaan Sampel

Hari MNCN MSKY BHIT BCAP BMTR GJTL PNBN PTPP META RBMS SSIA
h-3 0,001985395 0,000652262 0,000316267 0,00176104 0,002154852 0,00331454 0,00053124 0,006369934 0,00721629 7,65175E-05 0,004315393
h-2 0,000972165 0,000814354 0,000136476 0,001651864 0,00532314 0,00323433 0,000214996 0,007856789 0,00554239 0 0,007166995
h-1 0,002024013 0,000324538 0,000829287 0,004153392 0,005880435 0,00114497 0,000185484 0,012814933 0,00633398 0 0,008163648
h 0,002237142 0,00085647 0,001766945 0,0009446 0,0075309 0,00209094 0,000165998 0,020083795 0,00539395 0,00100238 0,007997557
h+1 0,001362534 0,001012899 0,000834761 0,005639118 0,005319119 0,00194889 0,001620462 0,018433179 0,00468923 0,000148444 0,015334362
h+2 0,001515909 0,00408345 0,001662976 0,001409781 0,000910465 0,00056201 0,000577217 0,016430778 0,00810722 0,000430029 0,009919878
h+3 0,001280226 0,0041875 0,001139203 0,002045842 0,000974937 0,00101957 0,000249458 0,020520145 0,00632086 0,000123958 0,007054142

DILD PNIN GPRA BBRM TRIM KKGI MEDC CTRP PANS SGRO NRCA
h-3 6,16929E-05 0,000416879 0,000232425 0,000518205 0,0001638 0,0002328 0,000246005 0,000888114 0,00037944 0,011872116 0,000204677
h-2 0,001944943 8,39412E-05 0,000210796 0,002779944 3,84707E-05 0,0000892 5,74352E-05 0,001935024 0,00105931 0,00355 0,000937218
h-1 0,001086693 1,22901E-07 0,000224825 0,014724254 1,19702E-05 0,0000334 0,000131735 0,00183278 0,00128708 0,000964444 0,001558065
h 0,001558579 7,86565E-06 0,000233243 0,001131311 0,001394047 0,0001339 0,000207505 0,00055039 2,0278E-05 0,001066878 0,001748468
h+1 0,001712546 0,00058894 0,000373423 0,001717491 0,003325208 0,0009299 0,000396165 0,001461382 5,2917E-05 0,001205556 0,002029395
h+2 0,002860739 1,70832E-05 0,000167771 0,00026484 0,001417481 0,0000552 0,000173176 0,000502309 5,5556E-07 0,001564656 0,003089194
h+3 0,000755316 1,32733E-05 0,000298247 0,000421538 0,00061466 0,0000292 0,000694504 0,000549398 6,1806E-05 0,004885238 0,000981492

Lampiran 9 Avarage TVA


h-3 0,001995904
h-2 0,002072717
h-1 0,002895912
h 0,002641961
h+1 0,003187996
h+2 0,002532851
h+3 0,002464569
124

Lampiran 10 Data IHSG Harian Tahun 2013-2015


125
126
127
128
129

Lampiran 11 Abnormal Return Perusahaan Sampel

MNCN
Hari Abnormal
Harga Saham Actual Return IHSG Return Pasar
Return
H-4 2600 4171,413
H-3 2825 0,086538462 4169,827 -0,000380207 0,086918668
H-2 2700 -0,044247788 4120,669 -0,011788978 -0,032458809
H-1 2450 -0,092592593 3967,842 -0,03708791 -0,055504683
H 2675 0,091836735 4026,475 0,01477705 0,077059685
H+1 2800 0,046728972 4103,593 0,019152733 0,027576239
H+2 2950 0,053571429 4195,089 0,022296558 0,03127487
H+3 2775 -0,059322034 4101,233 -0,022372827 -0,036949207

MSKY
Hari Abnormal
Harga Saham Actual Return IHSG Return Pasar
Return
H-4 1820 4171,413
H-3 1870 0,027472527 4169,827 -0,000380207 0,027852734
H-2 1890 0,010695187 4120,669 -0,011788978 0,022484165
H-1 1770 -0,063492063 3967,842 -0,03708791 -0,026404154
H 1800 0,016949153 4026,475 0,01477705 0,002172102
H+1 1870 0,038888889 4103,593 0,019152733 0,019736156
H+2 1860 -0,005347594 4195,089 0,022296558 -0,027644152
H+3 1830 -0,016129032 4101,233 -0,022372827 0,006243795

BHIT
Hari Abnormal
Harga Saham Actual Return IHSG Return Pasar
Return
H-4 375 4171,413
H-3 375 0 4169,827 -0,000380207 0,000380207
H-2 370 -0,013333333 4120,669 -0,011788978 -0,001544355
H-1 310 -0,162162162 3967,842 -0,03708791 -0,125074252
H 305 -0,016129032 4026,475 0,01477705 -0,030906082
H+1 315 0,032786885 4103,593 0,019152733 0,013634152
H+2 345 0,095238095 4195,089 0,022296558 0,072941537
H+3 335 -0,028985507 4101,233 -0,022372827 -0,00661268
130

BCAP
Hari Abnormal
Harga Saham Actual Return IHSG Return Pasar
Return
H-4 1541 4169,827
H-3 1521 -0,012978585 4120,669 -0,011788978 -0,001189607
H-2 1393 -0,084155161 3967,842 -0,03708791 -0,047067251
H-1 1422 0,020818378 4026,475 0,01477705 0,006041328
H 1422 0 4103,593 0,019152733 -0,019152733
H+1 1610 0,132208158 4195,089 0,022296558 0,109911599
H+2 1561 -0,030434783 4101,233 -0,022372827 -0,008061956
H+3 1669 0,069186419 4164,012 0,015307348 0,053879071

BMTR
Hari Abnormal
Harga Saham Actual Return IHSG Return Pasar
Return
H-4 1660 4120,669
H-3 1520 -0,084337349 3967,842 -0,03708791 -0,04724944
H-2 1480 -0,026315789 4026,475 0,01477705 -0,04109284
H-1 1500 0,013513514 4103,593 0,019152733 -0,005639219
H 1750 0,166666667 4195,089 0,022296558 0,144370109
H+1 1720 -0,017142857 4101,233 -0,022372827 0,00522997
H+2 1690 -0,01744186 4164,012 0,015307348 -0,032749208
H+3 1650 -0,023668639 4073,455 -0,021747536 -0,001921103

GJTL
Hari Abnormal
Harga Saham Actual Return IHSG Return Pasar
Return
H-4 1810 4103,593
H-3 1870 0,033149171 4195,089 0,022296558 0,010852613
H-2 1900 0,016042781 4101,233 -0,022372827 0,038415608
H-1 1890 -0,005263158 4164,012 0,015307348 -0,020570506
H 1760 -0,068783069 4073,455 -0,021747536 -0,047035533
H+1 1770 0,005681818 4050,864 -0,005545906 0,011227725
H+2 1760 -0,005649718 4072,354 0,005305041 -0,010954759
H+3 1820 0,034090909 4191,258 0,029197855 0,004893054
131

PNBN
Hari
Harga Saham Actual Return IHSG Return Pasar Abnormal Return
H-4 570 4103,593
H-3 610 0,070175439 4195,089 0,022296558 0,04787888
H-2 570 -0,06557377 4101,233 -0,022372827 -0,043200944
H-1 560 -0,01754386 4164,012 0,015307348 -0,032851207
H 580 0,035714286 4073,455 -0,021747536 0,057461822
H+1 620 0,068965517 4050,864 -0,005545906 0,074511424
H+2 620 0 4072,354 0,005305041 -0,005305041
H+3 630 0,016129032 4191,258 0,029197855 -0,013068822

PTPP
Hari
Harga Saham Actual Return IHSG Return Pasar Abnormal Return
H-4 1030 4164,012
H-3 990 -0,038834951 4073,455 -0,021747536 -0,017087416
H-2 900 -0,090909091 4050,864 -0,005545906 -0,085363185
H-1 880 -0,022222222 4072,354 0,005305041 -0,027527263
H 960 0,090909091 4191,258 0,029197855 0,061711236
H+1 1050 0,09375 4358,143 0,039817401 0,053932599
H+2 1000 -0,047619048 4349,419 -0,00200177 -0,045617278
H+3 1090 0,09 4356,605 0,001652175 0,088347825

META
Hari
Harga Saham Actual Return IHSG Return Pasar Abnormal Return
H-4 225 4073,455
H-3 230 0,022222222 4050,864 -0,005545906 0,027768129
H-2 240 0,043478261 4072,354 0,005305041 0,03817322
H-1 235 -0,020833333 4191,258 0,029197855 -0,050031188
H 245 0,042553191 4358,143 0,039817401 0,002735791
H+1 255 0,040816327 4349,419 -0,00200177 0,042818097
H+2 260 0,019607843 4356,605 0,001652175 0,017955668
H+3 265 0,019230769 4375,539 0,004346045 0,014884725
132

RBMS
Hari
Harga Saham Actual Return IHSG Return Pasar Abnormal Return
H-4 92 4073,455
H-3 93 0,010869565 4050,864 -0,005545906 0,016415472
H-2 93 0 4072,354 0,005305041 -0,005305041
H-1 93 0 4191,258 0,029197855 -0,029197855
H 96 0,032258065 4358,143 0,039817401 -0,007559336
H+1 99 0,03125 4349,419 -0,00200177 0,03325177
H+2 102 0,03030303 4356,605 0,001652175 0,028650856
H+3 103 0,009803922 4375,539 0,004346045 0,005457877

SSIA
Hari
Harga Saham Actual Return IHSG Return Pasar Abnormal Return
H-4 670 4050,864
H-3 640 -0,044776119 4072,354 0,005305041 -0,050081161
H-2 650 0,015625 4191,258 0,029197855 -0,013572855
H-1 720 0,107692308 4358,143 0,039817401 0,067874907
H 740 0,027777778 4349,419 -0,00200177 0,029779548
H+1 810 0,094594595 4356,605 0,001652175 0,09294242
H+2 860 0,061728395 4375,539 0,004346045 0,05738235
H+3 890 0,034883721 4522,239 0,033527298 0,001356423

DILD
Hari
Harga Saham Actual Return IHSG Return Pasar Abnormal Return
H-4 315 4349,419
H-3 315 0 4356,605 0,001652175 -0,001652175
H-2 350 0,111111111 4375,539 0,004346045 0,106765066
H-1 390 0,114285714 4522,239 0,033527298 0,080758416
H 390 0 4517,62 -0,001021397 0,001021397
H+1 380 -0,025641026 4463,254 -0,012034213 -0,013606813
H+2 395 0,039473684 4670,733 0,046486039 -0,007012355
H+3 385 -0,025316456 4583,828 -0,018606287 -0,006710168
133

PNIN
Hari
Harga Saham Actual Return IHSG Return Pasar Abnormal Return
H-4 680 4356,605
H-3 710 0,044117647 4375,539 0,004346045 0,039771602
H-2 710 0 4522,239 0,033527298 -0,033527298
H-1 710 0 4517,62 -0,001021397 0,001021397
H 740 0,042253521 4463,254 -0,012034213 0,054287734
H+1 720 -0,027027027 4670,733 0,046486039 -0,073513066
H+2 720 0 4583,828 -0,018606287 0,018606287
H+3 720 0 4562,857 -0,004574997 0,004574997

GPRA
Hari
Harga Saham Actual Return IHSG Return Pasar Abnormal Return
H-4 144 4356,605
H-3 144 0 4375,539 0,004346045 -0,004346045
H-2 143 -0,006944444 4522,239 0,033527298 -0,040471742
H-1 144 0,006993007 4345,899 -0,038993959 0,045986966
H 151 0,048611111 4387,604 0,009596403 0,039014708
H+1 159 0,052980132 4418,643 0,007074248 0,045905884
H+2 158 -0,006289308 4389,347 -0,00663009 0,000340782
H+3 166 0,050632911 4374,959 -0,003277936 0,053910848

BBRM
Hari
Harga Saham Actual Return IHSG Return Pasar Abnormal Return
H-4 148 4275,678
H-3 120 -0,189189189 4271,743 -0,000920322 -0,188268867
H-2 104 -0,133333333 4212,218 -0,013934593 -0,11939874
H-1 126 0,211538462 4174,83 -0,008876084 0,220414545
H 162 0,285714286 4125,956 -0,011706824 0,29742111
H+1 179 0,104938272 4182,346 0,013667136 0,091271136
H+2 174 -0,027932961 4196,282 0,003332101 -0,031265062
H+3 175 0,005747126 4231,98 0,008507055 -0,002759928
134

TRIM
Hari
Harga Saham Actual Return IHSG Return Pasar Abnormal Return
H-4 57 4431,572
H-3 55 -0,035087719 4452,499 0,004722252 -0,039809971
H-2 56 0,018181818 4477,489 0,005612578 0,01256924
H-1 56 0 4496,042 0,004143617 -0,004143617
H 58 0,035714286 4437,343 -0,013055705 0,048769991
H+1 55 -0,051724138 4322,78 -0,025817928 -0,02590621
H+2 56 0,018181818 4341,651 0,004365478 0,01381634
H+3 58 0,035714286 4417,349 0,017435303 0,018278983

KKGI
Hari
Harga Saham Actual Return IHSG Return Pasar Abnormal Return
H-4 1750 4819,681
H-3 1735 -0,008571429 4840,146 0,004246132 -0,01281756
H-2 1695 -0,023054755 4838,76 -0,000286355 -0,0227684
H-1 1730 0,020648968 4842,503 0,000773545 0,019875422
H 1735 0,002890173 4834,468 -0,001659266 0,004549439
H+1 1785 0,028818444 4862,069 0,005709211 0,023109232
H+2 1745 -0,022408964 4860,889 -0,000242695 -0,022166269
H+3 1750 0,00286533 4898,138 0,007663002 -0,004797672

MEDC
Hari
Harga Saham Actual Return IHSG Return Pasar Abnormal Return
H-4 1910 4441,911
H-3 1700 -0,109947644 4335,953 -0,023854147 -0,086093497
H-2 1475 -0,132352941 4163,729 -0,039719988 -0,092632953
H-1 1375 -0,06779661 4228,501 0,015556248 -0,083352858
H 1420 0,032727273 4237,733 0,00218328 0,030543993
H+1 1495 0,052816901 4430,632 0,045519385 0,007297516
H+2 1375 -0,080267559 4446,201 0,003513946 -0,083781504
H+3 1240 -0,098181818 4509,607 0,014260714 -0,112442532
135

CTRP
Hari
Harga Saham Actual Return IHSG Return Pasar Abnormal Return
H-4 365 4228,501
H-3 345 -0,054794521 4237,733 0,00218328 -0,0569778
H-2 350 0,014492754 4430,632 0,045519385 -0,031026631
H-1 357 0,02 4446,201 0,003513946 0,016486054
H 365 0,022408964 4509,607 0,014260714 0,00814825
H+1 365 0 4412,459 -0,021542454 0,021542454
H+2 368 0,008219178 4401,293 -0,002530562 0,01074974
H+3 371 0,008152174 4433,111 0,007229239 0,000922935

PANS
Hari
Harga Saham Actual Return IHSG Return Pasar Abnormal Return
H-4 3475 4237,733
H-3 3500 0,007194245 4430,632 0,045519385 -0,03832514
H-2 3530 0,008571429 4446,201 0,003513946 0,005057483
H-1 3650 0,033994334 4509,607 0,014260714 0,01973362
H 3690 0,010958904 4412,459 -0,021542454 0,032501358
H+1 3750 0,016260163 4401,293 -0,002530562 0,018790724
H+2 3750 0 4433,111 0,007229239 -0,007229239
H+3 3590 -0,042666667 4415,343 -0,004008021 -0,038658646

SGRO
Hari
Harga Saham Actual Return IHSG Return Pasar Abnormal Return
H-4 1120 4605,226
H-3 1050 -0,0625 4584,562 -0,004487076 -0,058012924
H-2 1050 0 4653,146 0,014959772 -0,014959772
H-1 1085 0,033333333 4691,711 0,008287941 0,025045392
H 1085 0 4674,058 -0,003762593 0,003762593
H+1 1090 0,004608295 4608,74 -0,013974581 0,018582875
H+2 1100 0,009174312 4472,021 -0,029665158 0,03883947
H+3 1165 0,059090909 4455,18 -0,003765859 0,062856768
136

NRCA
Hari
Harga Saham Actual Return IHSG Return Pasar Abnormal Return
H-4 645 4585,546
H-3 645 0 4597,057 0,002510279 -0,002510279
H-2 645 0 4560,56 -0,00793921 0,00793921
H-1 645 0 4446,458 -0,025019296 0,025019296
H 645 0 4557,668 0,025010919 -0,025010919
H+1 635 -0,015503876 4545,863 -0,00259014 -0,012913736
H+2 595 -0,062992126 4537,382 -0,001865652 -0,061126474
H+3 590 -0,008403361 4508,452 -0,006375923 -0,002027438

Lampiran 12 Analisa Tren Laporan Neraca Perusahaan Sampel

COMPARATIF BALANCE SHEET


December 31, 2013 and 2012
PERUSAHAAN MNCN
POS AKUNTANSI 2012 2013 Increase / Decrease Percentage (%)
KAS 528415 574761 46346 9%
PIUTANG 119449 364026 244577 205%
PERSEDIAAN 1139486 1332726 193240 17%
AKTIVA TETAP 2194143 2803452 609309 28%
TOTAL AKTIVA 8960942 9615280 654338 7%
UTANG LANCAR 1250225 1606491 356266 28%
UTANG JANGKA PANJANG 413555 265215 -148340 -36%
MODAL 7297162 7743574 446412 6%
TOTAL UTANG DAN MODAL 8960942 9615280 654338 7%

COMPARATIF BALANCE SHEET


December 31, 2013 and 2012
PERUSAHAAN MSKY
POS AKUNTANSI 2012 2013 Increase / Decrease Percentage (%)
KAS 36002 513262 477260 1326%
PIUTANG 301335 366234 64899 22%
PERSEDIAAN 477393 440030 -37363 -8%
AKTIVA TETAP 2466727 3055488 588761 24%
TOTAL AKTIVA 4939425 5936028 996603 20%
UTANG LANCAR 1040628 1305969 265341 25%
UTANG JANGKA PANJANG 1637889 2884386 1246497 76%
MODAL 2260980 1745673 -515307 -23%
TOTAL UTANG DAN MODAL 4939425 5936028 996603 20%
137

COMPARATIF BALANCE SHEET


December 31, 2013 and 2012
PERUSAHAAN BHIT
POS AKUNTANSI 2012 2013 Increase / Decrease Percentage (%)
KAS 1947803 1338676 -609127 -31%
PIUTANG 2915049 3030164 115115 4%
PERSEDIAAN 1723639 1829529 105890 6%
AKTIVA TETAP 5100141 6064331 964190 19%
TOTAL AKTIVA 27253915 31748619 4494704 16%
UTANG LANCAR 4786454 4520609 -265845 -6%
UTANG JANGKA PANJANG 4040978 10407693 6366715 158%
MODAL 18426483 16820317 -1606166 -9%
TOTAL UTANG DAN MODAL 27253915 31748619 4494704 16%

COMPARATIF BALANCE SHEET


December 31, 2013 and 2012
PERUSAHAAN BCAP
POS AKUNTANSI 2012 2013 Increase / Decrease Percentage (%)
KAS 300223832 372346917 72123085 24%
PIUTANG 131935802 76219017 -55716785 -42%
PERSEDIAAN 382504980 195899900 -186605080 -49%
AKTIVA TETAP 49172145 49702322 530177 1%
TOTAL AKTIVA 3429069753 3464992494 35922741 1%
UTANG LANCAR 1178776781 277123777 -901653004 -76%
UTANG JANGKA PANJANG 1520335058 2383089442 862754384 57%
MODAL 768856534 765880655 -2975879 0%
TOTAL UTANG DAN MODAL 3429069753 3464992494 35922741 1%

COMPARATIVE BALANCE SHEET


December 31, 2013 and 2012
PERUSAHAAN BMTR
POS AKUNTANSI 2012 2013 Increase / Decrease Percentage (%)
KAS 952529 1529588 577059 61%
PIUTANG 2848115 2959745 111630 4%
PERSEDIAAN 1636112 1803445 167333 10%
AKTIVA TETAP 9124443 11320524 2196081 24%
TOTAL AKTIVA 19995526 21069471 1073945 5%
UTANG LANCAR 2481608 3681058 1199450 48%
UTANG JANGKA PANJANG 5699770 7716434 2016664 35%
MODAL 14295756 13353037 -942719 -7%
TOTAL UTANG DAN MODAL 19995526 21069471 1073945 5%
138

COMPARATIVE BALANCE SHEET


December 31, 2013 and 2012
PERUSAHAAN GJTL
POS AKUNTANSI 2012 2013 Increase / Decrease Percentage (%)
KAS 904547 1998591 1094044 121%
PIUTANG 1800172 1887194 87022 5%
PERSEDIAAN 1478827 1820112 341285 23%
AKTIVA TETAP 7675736 8506901 831165 11%
TOTAL AKTIVA 12869793 15350754 2480961 19%
UTANG LANCAR 3020030 2964235 -55795 -2%
UTANG JANGKA PANJANG 4371376 6662176 2290800 52%
MODAL 5478384 5724343 245959 4%
TOTAL UTANG DAN MODAL 12869793 15350754 2480961 19%

COMPARATIVE BALANCE SHEET


December 31, 2013 and 2012
PERUSAHAAN PNBN
POS AKUNTANSI 2012 2013 Increase / Decrease Percentage (%)
KAS 1438005 1562167 124162 9%
PIUTANG 478173 112338 -365835 -77%
PERSEDIAAN 2246880 1898243 -348637 -16%
AKTIVA TETAP 2114288 2440744 326456 15%
TOTAL AKTIVA 148792615 164055578 15262963 10%
UTANG LANCAR 312780 259028 -53752 -17%
UTANG JANGKA PANJANG 131144850 144097145 12952295 10%
MODAL 17647765 19958433 2310668 13%
TOTAL UTANG DAN MODAL 148792615 164055578 15262963 10%

COMPARATIVE BALANCE SHEET


December 31, 2013 and 2012
PERUSAHAAN PTPP
POS AKUNTANSI 2012 2013 Increase / Decrease Percentage (%)
KAS 1303123929922 2396801813562 1093677883640 84%
PIUTANG 303080803136 453461831210 150381028074 50%
PERSEDIAAN 1565641704087 1777419373872 211777669785 14%
AKTIVA TETAP 72775407301 141882278136 69106870835 95%
TOTAL AKTIVA 8550850524674 12415669401062 3864818876388 45%
UTANG LANCAR 6032342111437 8776012824226 2743670712789 45%
UTANG JANGKA PANJANG 862659381440 1654909270524 792249889084 92%
MODAL 1655849031797 1984747306312 328898274515 20%
TOTAL UTANG DAN MODAL 8550850524674 12415669401062 3864818876388 45%
139

COMPARATIVE BALANCE SHEET


December 31, 2013 and 2012
PERUSAHAAN META
POS AKUNTANSI 2012 2013 Increase / Decrease Percentage (%)
KAS 322810253027 512543267279 189733014252 59%
PIUTANG 1376942500 2326793841 949851341 69%
PERSEDIAAN 58100000000 211350000000 153250000000 264%
AKTIVA TETAP 1559669108123 1683335132040 123666023917 8%
TOTAL AKTIVA 2019527729661 2579581758462 560054028801 28%
UTANG LANCAR 255417599678 120130919506 -135286680172 -53%
UTANG JANGKA PANJANG 715915929722 703046680406 -12869249316 -2%
MODAL 1048194300261 1756404158505 708209858244 68%
TOTAL UTANG DAN MODAL 2019527729661 2579581758462 560054028801 28%

COMPARATIVE BALANCE SHEET


December 31, 2013 and 2012
PERUSAHAAN RBMS
POS AKUNTANSI 2012 2013 Increase / Decrease Percentage (%)
KAS 20774697156 46566633747 25791936591 124%
PIUTANG 13563470419 7514477584 -6048992835 -45%
PERSEDIAAN 30663880497 31152493350 488612853 2%
AKTIVA TETAP 87565432791 73539559862 -14025872929 -16%
TOTAL AKTIVA 152811855863 158997539543 6185683680 4%
UTANG LANCAR 8335367662 28175300065 19839932403 238%
UTANG JANGKA PANJANG 2602276037 2988078965 385802928 15%
MODAL 141874212164 127834160513 -14040051651 -10%
TOTAL UTANG DAN MODAL 152811855863 158997539543 6185683680 4%

COMPARATIVE BALANCE SHEET


December 31, 2013 and 2012
PERUSAHAAN SSIA
POS AKUNTANSI 2012 2013 Increase / Decrease Percentage (%)
KAS 1890286697836 1692417194733 -197869503103 -10%
PIUTANG 277207982864 698777804574 421569821710 152%
PERSEDIAAN 163816180129 458902019371 295085839242 180%
AKTIVA TETAP 1779660614515 2095886948906 316226334391 18%
TOTAL AKTIVA 4854633414808 5814435113331 959801698523 20%
UTANG LANCAR 1782520909149 1853743955441 71223046292 4%
UTANG JANGKA PANJANG 1402483373061 1348916986030 -53566387031 -4%
MODAL 1669629132601 2611774171861 942145039260 56%
TOTAL UTANG DAN MODAL 4854633414808 5814435113331 959801698523 20%
140

COMPARATIVE BALANCE SHEET


December 31, 2013 and 2012
PERUSAHAAN DILD
POS AKUNTANSI 2012 2013 Increase / Decrease Percentage (%)
KAS 221765835974 525610339004 303844503030 137%
PIUTANG 72460214526 123262737466 50802522940 70%
PERSEDIAAN 262190920613 524921049201 262730128588 100%
AKTIVA TETAP 5431634976616 6191638668447 760003691831 14%
TOTAL AKTIVA 6091751240542 7526470401005 1434719160463 24%
UTANG LANCAR 1145868660771 1689759703146 543891042375 47%
UTANG JANGKA PANJANG 994947172739 1740666192738 745719019999 75%
MODAL 3950935407032 4096044505121 145109098089 4%
TOTAL UTANG DAN MODAL 6091751240542 7526470401005 1434719160463 24%

COMPARATIVE BALANCE SHEET


December 31, 2013 and 2012
PERUSAHAAN PNIN
POS AKUNTANSI 2012 2013 Increase / Decrease Percentage (%)
KAS 1216816 3863816 2647000 218%
PIUTANG 74736 80295 5559 7%
PERSEDIAAN 3757875 3259050 -498825 -13%
AKTIVA TETAP 36933 39584 2651 7%
TOTAL AKTIVA 13059093 17740266 4681173 36%
UTANG LANCAR 94660 107145 12485 13%
UTANG JANGKA PANJANG 17891 21563 3672 21%
MODAL 9314895 1389987 -7924908 -85%
TOTAL UTANG DAN MODAL 13059093 17740266 4681173 36%

COMPARATIVE BALANCE SHEET


December 31, 2013 and 2012
PERUSAHAAN GPRA
POS AKUNTANSI 2012 2013 Increase / Decrease Percentage (%)
KAS 45281918242 44483899944 -798018298 -2%
PIUTANG 174645892912 169900545974 -4745346938 -3%
PERSEDIAAN 848866211145 886863680796 37997469651 4%
AKTIVA TETAP 218494222332 222034667983 3540445651 2%
TOTAL AKTIVA 1310251294004 133264653840 -1176986640164 -90%
UTANG LANCAR 395876621344 285478749502 -110397871842 -28%
UTANG JANGKA PANJANG 211331474271 246249950982 34918476711 17%
MODAL 703043198389 800917837925 97874639536 14%
TOTAL UTANG DAN MODAL 1310251294004 1332646538409 22395244405 2%
141

COMPARATIVE BALANCE SHEET


December 31, 2013 and 2012
PERUSAHAAN BBRM
POS AKUNTANSI 2012 2013 Increase / Decrease Percentage (%)
KAS 3328502 9017303 5688801 171%
PIUTANG 5604969 7301277 1696308 30%
PERSEDIAAN 1145870 416266 -729604 -64%
AKTIVA TETAP 12642809 139850026 127207217 1006%
TOTAL AKTIVA 139965093 164269294 24304201 17%
UTANG LANCAR 35503968 31314386 -4189582 -12%
UTANG JANGKA PANJANG 47749002 57440677 9691675 20%
MODAL 56712123 75514231 18802108 33%
TOTAL UTANG DAN MODAL 139965093 164269294 24304201 17%

COMPARATIVE BALANCE SHEET


December 31, 2013 and 2012
PERUSAHAAN TRIM
POS AKUNTANSI 2013 2014 Increase / Decrease Percentage (%)
KAS 197202907 114085035 -83117872 -42%
PIUTANG 82636394 184578455 101942061 123%
PERSEDIAAN 313574107 37095403 -276478704 -88%
AKTIVA TETAP 3786412 4493117 706705 19%
TOTAL AKTIVA 491857433 672801614 180944181 37%
UTANG LANCAR 28193130 35262522 7069392 25%
UTANG JANGKA PANJANG 34106245 36513796 2407551 7%
MODAL 240867485 532679335 291811850 121%
TOTAL UTANG DAN MODAL 491857433 672801614 180944181 37%

COMPARATIVE BALANCE SHEET


December 31, 2013 and 2012
PERUSAHAAN KKGI
POS AKUNTANSI 2013 2014 Increase / Decrease Percentage (%)
KAS 8577527 2649485 -5928042 -69%
PIUTANG 9488212 4289765 -5198447 -55%
PERSEDIAAN 9680244 8641594 -1038650 -11%
AKTIVA TETAP 18624777 17997552 -627225 -3%
TOTAL AKTIVA 106087702 99568691 -6519011 -6%
UTANG LANCAR 27986852 23565893 -4420959 -16%
UTANG JANGKA PANJANG 4750144 3808396 -941748 -20%
MODAL 73350706 72194402 -1156304 -2%
TOTAL UTANG DAN MODAL 106087702 99568691 -6519011 -6%
142

COMPARATIVE BALANCE SHEET


December 31, 2013 and 2012
PERUSAHAAN MEDC
POS AKUNTANSI 2014 2015 Increase / Decrease Percentage (%)
KAS 206639912 463175233 256535321 124%
PIUTANG 12442828 20220257 7777429 63%
PERSEDIAAN 42410834 40067047 -2343787 -6%
AKTIVA TETAP 1913544869 1864945552 -48599317 -3%
TOTAL AKTIVA 2667762730 2909808828 242046098 9%
UTANG LANCAR 467748375 526615346 58866971 13%
UTANG JANGKA PANJANG 1312928862 1681599623 368670761 28%
MODAL 887085493 701593859 -185491634 -21%
TOTAL UTANG DAN MODAL 2667762730 2909808828 242046098 9%

COMPARATIVE BALANCE SHEET


December 31, 2013 and 2012
PERUSAHAAN CTRP
POS AKUNTANSI 2014 2015 Increase / Decrease Percentage (%)
KAS 568047611290 686667012634 118619401344 21%
PIUTANG 287915738595 471335452582 183419713987 64%
PERSEDIAAN 1067275313332 713838198290 -353437115042 -33%
AKTIVA TETAP 1401511985477 1880603842009 479091856532 34%
TOTAL AKTIVA 8861336553234 9824081455343 962744902109 11%
UTANG LANCAR 1635580203873 1674674760132 39094556259 2%
UTANG JANGKA PANJANG 2345012205350 2913237714979 568225509629 24%
MODAL 4880744144010 5236168980232 355424836222 7%
TOTAL UTANG DAN MODAL 8861336553234 9824081455343 962744902109 11%

COMPARATIVE BALANCE SHEET


December 31, 2013 and 2012
PERUSAHAAN PANS
POS AKUNTANSI 2014 2015 Increase / Decrease Percentage (%)
KAS 21476897114 3932888425 -17544008689 -82%
PIUTANG 399468370822 338828322094 -60640048728 -15%
PERSEDIAAN 3927345407 3991391513 64046106 2%
AKTIVA TETAP 28545870487 26095273812 -2450596675 -9%
TOTAL AKTIVA 1825669037361 1465647415920 -360021621441 -20%
UTANG LANCAR 69000000000 121000000000 52000000000 75%
UTANG JANGKA PANJANG 236247913831 128060527585 -108187386246 -46%
MODAL 1311777829627 1050754220213 -261023609414 -20%
TOTAL UTANG DAN MODAL 1825669037361 1465647415920 -360021621441 -20%
143

COMPARATIVE BALANCE SHEET


December 31, 2013 and 2012
PERUSAHAAN SGRO
POS AKUNTANSI 2.014 2015 Increase / Decrease Percentage (%)
KAS 225963490 302977589 77014099 34%
PIUTANG 18452940 20462896 2009956 11%
PERSEDIAAN 1706165605 1909328520 203162915 12%
AKTIVA TETAP 4684373708 5688645794 1004272086 21%
TOTAL AKTIVA 5468888411 7294672621 1825784210 33%
UTANG LANCAR 978762779 1264557641 285794862 29%
UTANG JANGKA PANJANG 1479776528 2613329763 1133553235 77%
MODAL 3010349104 3416785217 406436113 14%
TOTAL UTANG DAN MODAL 5468888411 7294672621 1825784210 33%

COMPARATIVE BALANCE SHEET


December 31, 2013 and 2012
PERUSAHAAN NRCA
POS AKUNTANSI 2014 2015 Increase / Decrease Percentage (%)
KAS 276841255822 338182545046 61341289224 22%
PIUTANG 360201370655 366744449905 6543079250 2%
PERSEDIAAN 515684731894 493080139048 -22604592846 -4%
AKTIVA TETAP 138861633285 118991557861 -19870075424 -14%
TOTAL AKTIVA 1844708044787 1995091384706 150383339919 8%
UTANG LANCAR 789829144460 813409554884 23580410424 3%
UTANG JANGKA PANJANG 71446290106 95048676645 23602386539 33%
MODAL 983432610221 1086633153177 103200542956 10%
TOTAL UTANG DAN MODAL 1844708044787 1995091384706 150383339919 8%
144

Lampiran 13 Data Laba/Rugi dalam bentuk tren

Hari/
MNCN MSKY BHIT BCAP BMTR GJTL
Perusahaan
t-1 1781284 81849 2071541 154747321 2068219 1086114
T 1791090 -486980 731235 5645594 1101619 304488
Selisih 9806 -568829 -1340306 -149101727 -966600 -781626
Selisih (%) 1% -695% -65% -96% -47% -72%
Keterangan naik turun Turun turun turun Turun

Hari/
PNBN PTPP META RBMS SSIA
Perusahaan
t-1 1190493 309682829604 42991360396 16400792304 739521918887
T 2068219 420719976436 76947015272 -14004028601 746549004643
Selisih 877726 111037146832 33955654876 -30404820905 7027085756
Selisih (%) 74% 36% 79% -185% 1%
Keterangan Naik naik Naik turun Naik

Hari/
DILD PNIN GPRA BBRM TRIM KKGI
Perusahaan
-
t-1 200435726378 1294140 56281503224 7007004 128211222 11576400
T 329525970314 1236491 106511465341 5369904 3268224 6997038
Selisih 129090243936 -57649 50229962117 -1637100 131479446 -4579362
Selisih (%) 64% -4% 89% -23% -103% -40%
Keterangan Naik turun naik turun Turun turun

Hari/
MEDC CTRP PANS SGRO NRCA
Perusahaan
t-1 22495557 396599827256 64786197400 342011535 274751751898
T -181816526 364491172242 367174241961 289036171 191226700785
Selisih -204312083 -32108655014 302388044561 -52975364 -83525051113
Selisih (%) -908% -8% 467% -15% -30%
Keterangan Turun Turun naik turun turun
145

Lampiran 14 Laporan Keuangan Perusahaan Sampel

Anda mungkin juga menyukai