1.2.1 Maksud
Maksud Penyusunan Laporan Profil Daerah Kabupaten Belitung Timur Bidang
Perumahan Dan Kawasan Permukiman ialah untuk memberikan gambaran umum kondisi
perumahan dan permukiman di wilayah Kabupaten Belitung Timur agar penyelenggaraan
pembangunan dan pengembangan PKP di daerah terencana, terarah dan terpadu dengan
rencana pembangunan daerah dan rencana tata ruang yang berlandaskan kearifan lokal daerah.
1.2.2 Tujuan
Tersedianya gambaran awal dalam penyusunan Rencana Pembangunan dan
Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Kabupaten Belitung Timur.
1.2.3 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan laporan Profil Daerah Kabupaten
Belitung Timur Bidang Perumahan Dan Kawasan Permukiman yaitu; Mengetahui Kondisi,
Penyusunan RP3KP mengacu pada Pola Dasar pembangunan daerah dan RTRW
Kota/kabupaten yang mengatur secara khusus ruang perumahan dan permukiman dan berbagai
tindak lanjutnya, dalam konteks penataan ruang, RP3KP merupakan:
▪ Jabaran dan pengisian RTRW dalam bentuk rencana untuk peruntukan perumahan dan
permukiman, yang selanjutnya akan diacu oleh seluruh sektor terkait
▪ Berisikan jabaran lebih lanjut dari program pembangunan prasarana dan sarana berskala
wilayah, khususnya dalam suatu kawasan permukiman dan perumahan.
▪ Penentuan arahan lokasi pembangunan kawasan perumahan dan permukiman mengacu
pada rencana peruntukan perumahan dan permukiman yang telah ditetapkan dalam perda
RTRW
1 Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa
aman pada seluruh warga Negara;
2 Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang
bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya;
3 Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daaerah-daerah dan desa dalam
kerangka negara kesatuan;
4 Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang
bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya;
5 Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
Berdasarkan poin-poin nawa cita di atas, penyediaan kebutuhan rumah bagi seluruh
lapisan masyarakat merupakan salah satu wujud dari Nawa Cita ke-3 Presiden Republik
Indonesia yaitu Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam kerangka negara kesatuan. Dalam rangka meningkatkan produktivitas rakyat dan
daya saing di pasar internasional maka terdapat sub agenda prioritas nasional yang yaitu
membangun perumahan dan kawasan permukiman dengan arah kebijakan kepada tersedianya
perumahan yang layak dan terjangkau. Selanjutnya, perumahan merupakan salah satu aspek
prioritas pembangunan untuk mencapai visi dan misi dari Presiden RI yang dituangkan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019. Berdasarkan
amanat dari RPJMN Tahun 2015-2019 maka telah ditetapkan sasaran umum terkait dengan
perumahan yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal yang layak
dengan didukung prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai dalam mendorong peningkatan
produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional. Rencana pembangunan nasional
memuat arahan kebijakan, strategi pembangunan nasional, program nasional dan kerangka
regulasi yang bersifat indikatif yang diacu oleh Pemerintah dalam merumuskan program serta
melaksanakan tugas dan fungsinya.
1.4.2 Tinjauan Terhadap Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
11. Dalam rangka pelaksanaan kebijakan strategis operasional rencana tata ruang wilayah dan
rencana tata ruang kawasan strategis ditetapkan kawasan budi daya yang dikendalikan dan
kawasan budi daya yang didorong pengembangannya.
12. Pelaksanaan pembangunan dilaksanakan melalui pengembangan kawasan secara terpadu.
13. Pemanfaatan ruang dilaksanakan sesuai dengan:
a. standar pelayanan minimal bidang penataan ruang;
b. standar kualitas lingkungan; dan
c. daya dukung dan daya tampung lahan.
14. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi.
15. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan
distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
16. Rencana struktur ruang meliputi rencana sistem pusat permukiman dan rencana sistem
jaringan prasarana.
Untuk penyelenggara kawasan permukiman berfungsi untuk memenuhi hak orang atas
tinggal dan mewujudkan wilayah yang berfungsi sebagai lingkungan hunian sesuai rencana tata
ruang. Penyelenggara kawasan permukiman di perkotaan maupun pedesaan dapat melalui:
4. Perencanaan Perumahan
a) Perencanaan perumahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah.
b) Perencanaan perumahan terdiri atas:
• Perencanaan dan perancangan rumah; dan
• prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan.
d) Pemerintah daerah wajib memberikan kemudahan perizinan bagi badan hukum yang
mengajukan rencana pembangunan perumahan untuk MBR.
e) Pemerintah daerah berwenang mencabut izin pembangunan perumahan terhadap badan
hukum yang tidak memenuhi kewajibannya.
f) Badan hukum yang melakukan pembangunan perumahan wajib mewujudkan perumahan
dengan hunian berimbang.
g) Pembangunan perumahan skala besar yang dilakukan oleh badan hukum wajib
mewujudkan hunian berimbang dalam satu hamparan.
h) Kewajiban sebagaimana dimaksud dikecualikan untuk badan hukum yang membangun
perumahan yang seluruhnya ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan rumah umum.
Sumber: Bahan Papapran Asdep Perencanaan Pengembangan Kawasan Deputi Bidang Pengembangan Kawasan
Kementerian Perumahan Rakyat 2014
1.4.5 Tinjauan Terhadap Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 34 Tahun 2006
Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Keterpaduan PSU Kawasan Perumahan
Pada Bab II dijelaskan bahwa keterpaduan PSU kawasan mengidentifikasikan
kebutuhan layanan yang optimal secara menyeluruh dan menyatukan secara utuh proses
pembangunan kawasan perumahan. Penanganan keterpaduan PSU kawasan melalui:
a) Pembangunan kawasan perumahan dan permukiman skala besar yang terencana secara
menyeluruh dan terpadu dengan pelaksanaan yang dapat dilaksanakan secara bertahap.
b) Pembangunan kawasan khusus, yaitu pada bagian wilayah dalam propinsi dan/ atau
Kabupaten/ Kota untuk menyelenggarakan kegiatan dengan fungsi khusus seperti industri,
A. Prasarana
Jalan lokal sekunder, dan
1 Jalan Jalan lokal sekunder
Jalan diatas air
2 Drainase Primer dan sekunder Primer dan sekunder
3 Air limbah Terpusat, setempat Terpusat, setempat
Tempat Pengolahan Sementara / Komposter dan pengolahan
4 Persampahan
Akhir, dan Komposter sementara
5 Jaringan air minum Distribusi Distribusi, terminal air, HU
B. Sarana
1 Tempat pendidikan, TK, SD, SLTP, dan SMU SD, SLTP
Klinik, puskesmas, RS C, B dan Klinik, posyandu, puskesmas
2 Layanan kesehatan
A pembantu dan puskesmas
Warung, restoran, pujasera,
Warung, pujasera, pasar dan
3 Layanan perdagangan pasar, tradisional, minimarket dan
tempat pelelangan ikan
pertokoan
Rumah ibadah, balai pertemuan Rumah ibadah, dan balai
4 Fasos dan Fasum
dan kantor pertemuan
5 Tempat Olahraga Gedung, dan Lapangan olahraga Lapangan olahraga
6 Pemakaman Pemakaman -
Taman, dan tempat
7 Ruang Terbuka Hijau Taman
penjemuran ikan
8 Terminal Halte Dermaga
C. Utilitas umum
Gardu dan jaringan (PLN)
1 Jaringan listrik Gardu dan jaringan (PLN)
serta genset
2 Jaringan telepon Jaringan (Telkom) Jaringan (Telkom)
3 Jaringan gas Jaringan (migas) Jaringan (migas)
4 Transportasi Angkutan umum Angkutan umum
Perlengkapan pemadam Perlengkapan pemadam
5 Pemadam Kebakaran
kebakaran kebakaran.
Sumber: Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 34 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Keterpaduan Psu Kawasan Perumahan
MITIGASI BENCANA
NO JENIS BENCANA ALAM
ALAM
1. Bahaya Alam Gempa bumi, tsunami, gunung meletus, tanah longsor dan banjir
Mitigasi bencana alam bidang perumahan dan kawasan permukiman dalam pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman, pemerintah daerah kabupaten/kota dapat meminta
masukan dari masyarakat sekitar lokasi serta harus memperhatikan:
a. pemilihan lokasi, dilakukan melalui:
1. sesuai dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dan/atau rencana
pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman;
2. bukan kawasan lindung; dan
3. tidak pada zona dengan tingkat kerawanan bencana tinggi.
b. pembatasan intensitas penggunaan lahan melalui Koefisien Dasar Bangunan (KDB),
Koefisien Luas Bangunan (KLB) Koefisien Daerah Hijau (KDH), ketinggian bangunan, dan
kepadatan bangunan.
c. peta mikrozonasi bencana alam pada lokasi perumahan dan kawasan permukiman;
d. struktur konstruksi bangunan, bahan bangunan sesuai dengan kearifan lokal;
e. penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas sesuai cakupan layanan yang mendukung
tindakan mitigasi dan tanggap darurat terhadap bencana alam; dan
f. pengendalian pembangunan perumahan dan kawasan permukiman sesuai perizinan.
Mitigasi bencana alam dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman yang telah
terbangun dilaksanakan melalui :
a. peningkatan kualitas prasarana, sarana, dan utilitas umum sesuai kebutuhan mitigasi
bencana alam;
b. pembatasan intensitas penggunaan lahan melalui pengaturan Koefisien Dasar Bangunan
(KDB), Koefisien Luas Bangunan (KLB) Koefisien Daerah Hijau (KDH), ketinggian
bangunan, dan kepadatan bangunan terutama wilayah rentan bencana alam;
Mitigasi bencana alam bidang perumahan dan kawasan permukiman melalui tahapan:
a. identifikasi potensi bencana alam yang mengancam perumahan dan kawasan permukiman
sekurang-kurangnya meliputi:
1. jenis bencana alam;
2. sejarah dan potensi kejadian bencana alam; serta
3. kerugian yang diakibatkan oleh bencana alam.
b. identifikasi tingkat kerentanan bencana alam sekurang-kurangnya melakukan penilaian
terhadap:
1. rumah penduduk;
2. prasarana, sarana, dan utilitas umum yang mendukung evakuasi;
3. kapasitas struktural bangunan mencakup rumah serta prasarana, sarana, dan utilitas
umum.
c. identifikasi kapasitas perumahan dan kawasan permukiman dalam menghadapi dan
menanggulangi bencana alam;
d. penyusunan prioritas mitigasi bencana yang dilakukan berdasarkan analisis biaya dan
efektifitas mitigasi;
e. penyusunan rencana tindak,sekurang-kurangnya meliputi:
1. kajian risiko bencana;
2. tujuan mitigasi bencana;
3. mitigasi yang akan dilakukan;
4. perencanaan teknis;
5. skema pembiayaan;
6. jadwal pelaksanaan;
7. pelaksana/penanggung jawab pelaksanaan mitigasi;
8. pemantauan dan evaluasi.
f. Mekanisme pengawasan dan pengendalian.
Mitigasi bencana gempa bumi bidang perumahan dan kawasan permukiman dilakukan
melalui identifikasi dan memetakan lokasi perumahan dan kawasan permukiman yang rawan
gempa bumi sesuai zonasi kerawanan gempa bumi. Pemerintah dan pemerintah daerah
melakukan pembinaan kepada masyarakat yang berlokasi rawan gempa bumi melalui:
a. sosialisasi mengenai lokasi rawan gempa bumi, cara penyelamatan; dan meningkatkan
kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi gempa bumi;
b. memberikan bimbingan teknis, pendidikan dan pelatihan, serta pendampingan; dan
c. meningkatkan kerjasama dengan masyarakat untuk mengetahui tanda-tanda gempa
bumi.
2. Tsunami
Mitigasi bencana tsunami bidang perumahan dan kawasan permukiman dilakukan terhadap
rumah serta prasarana, sarana, dan utilitas umum. Mitigasi bencana tsunami dilakukan
melalui :
a. pembangunan tembok penahan tsunami pada garis pantai perumahan dan kawasan
permukiman yang berisiko;
b. penanaman mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis pantai perumahan dan
kawasan permukiman meredam gaya air tsunami;
c. pembangunan tempat evakuasi yang cukup tinggi dan mudah diakses, serta aman di
sekitar daerah pemukiman; dan
d. pembangunan sistem peringatan dini tsunami.
Pemerintah daerah melakukan identifikasi dan pemetaan zonasi risiko tsunami untuk
menentukan lokasi perumahan dan kawasan permukiman yang terletak di dekat garis
pantai. Zonasi risiko tsunami meliputi zonasi risiko tinggi, zonasi risiko sedang dan zonasi
3. Gunung Meletus
Bencana gunung meletus terhadap perumahan dan kawasan permukiman terdiri dari
bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer merupakan bahaya letusan gunung
yang sedang berlangsung. Bahaya sekunder merupakan bahaya yang terjadi setelah
letusan gunung. Mitigasi bencana gunung meletus ditekankan pada perumahan dan
kawasan permukiman untuk mengurangi dampak dari adanya gempa tektonik dan gempa
vulkanik yang diikuti dengan terjadinya awan panas, aliran lava, material lontaran dan
guguran batu (pijar), hujan abu lebat, hujan lumpur (panas) atau lahar dan gas beracun.
Mitigasi bencana gunung meletus terhadap perumahan dan kawasan permukiman
dilaksanakan sekurang-kurangnya:
a. perencanaan perumahan dan kawasan permukiman menghindari kawasan rawan
bencana gunung meletus terutama yang masih aktif serta lokasi yang cenderung dialiri
lava;
b. desain rumah serta sarana dan utilitas umum yang tahan terhadap beban dan bahaya
akibat letusan gunung; dan
c. menyediakan lokasi evakuasi dan pengungsian prasarana jalan yang memadai menuju
lokasi pengungsian, serta alat transportasi.
4. Tanah Longsor
Mitigasi bencana tanah longsor bidang perumahan dan kawasan permukiman dilakukan
terhadap rumah serta prasarana, sarana, dan utilitas umum, meliputi:
5. Banjir
Pelaksanaan mitigasi bencana banjir bidang perumahan dan kawasan permukiman dalam
rangka mencegah dan mengurangi dampak terjadinya bencana banjir melalui identifikasi
dan pemetaan zonasi kerawanan banjir. Identifikasi dilakukan terhadap penentuan alternatif
pengurangan risiko kerusakan bencana banjir. Pemetaan zonasi kerawanan banjir
Peran Masyarakat
Peran masyarakat dalam mitigasi bencana alam bidang perumahan dan kawasan
permukiman, dapat dilakukan dengan memberikan masukan dalam penyusunan
rencana serta pelaksanaan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman
yang difasilitasi oleh pemerintah daerah. Peran masyarakat dalam mitigasi
bencana secara swadaya dilakukan melalui:
a. pemanfaatan rumah serta prasarana, sarana, dan utilitas umum sesuai fungsinya;
1.4.8 Tinjauan Terhadap Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 12 Tahun 2014
Tentang Pedoman Penyusunan Rencanan Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan Dan Kawasan Permukiman Daerah Provinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan RP3KP Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota
dimaksudkan untuk mewujudkan penyusunan RP3KP secara terkoordinasi dan terpadu lintas
sektoral pada daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota. Pedoman Penyusunan RP3KP
Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota bertujuan sebagai acuan dalam penyusunan
RP3KP oleh pemerintah daerah
provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota. RP3KP Daerah Provinsi merupakan
arahan kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan bidang perumahan dan
kawasan permukiman:
a. berdasarkan RTRW;
b. mendukung program dan kegiatan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang; dan
c. lintas daerah kabupaten/kota.
RP3KP Daerah Provinsi dan RP3KP Daerah Kabupaten/Kota berlaku sampai dengan 20 (dua
puluh) tahun. Dokumen RP3KP Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota terdiri atas Buku
Data dan Analisis; dan Buku Rencana. Penyusunan RP3KP provinsi mencakup:
B. Penyusunan Rencana
Penyusunan rencana dilakukan melalui tahapan kegiatan:
a. pendataan;
b. analisis; dan
c. perumusan.
a. pengisian kuesioner;
b. wawancara;
c. media informasi; dan/atau
d. kegiatan forum-forum diskusi dan konsultasi publik.
3) peta-peta, meliputi:
1. peta dalam dokumen RTRW meliputi:
a) peta batas administrasi;
b) peta penggunaan lahan eksisting;
c) peta informasi kebencanaan dan rawan bencana;
d) peta kondisi tanah antara lain peta geologi, hidrologi, topografi;
e) peta-peta identifikasi potensi sumberdaya alam; dan
f) peta rencana struktur dan pola ruang;
2. peta daerah kabupaten/kota yang berbatasan dengan skala sekurang-
kurangnya 1: 25.000 sampai dengan 1 : 50.000;
3. citra satelit untuk memperbaharui (update) peta dasar dan membuat peta
tutupan lahan; dan
4. peta status perizinan lokasi pemanfaatan tanah.
d. daya dukung dan daya tampung perumahan dan kawasan permukiman dengan lingkungan
hidup dalam rangka keberlanjutan;
e. hubungan antar kawasan fungsional sebagai bagian lingkungan hidup di luar kawasan
lindung;
f. keterkaitan lingkungan hunian perkotaan dengan lingkungan hunian perdesaan;
Belitung, atau Belitong (bahasa setempat), dulunya dikenal sebagai Billiton adalah
sebuah pulau di lepas pantai timur Sumatra, Indonesia yang diapit oleh Selat Gaspar dan Selat
Karimata. Pulau ini terkenal dengan lada putih (Piper-sp) yang dalam bahasa setempat
disebut sahang, dan bahan tambang tipe galian-C seperti timah putih (Stannuum), pasir kuarsa,
tanah liat putih (kaolin), dan granit. Serta akhir-akhir ini lebih dikenal sebagai Bumi Laskar Pelangi
yang menjadi tujuan wisata alam alternatif.
Pulau ini dahulu dimiliki Britania Raya (1812), sebelum akhirnya ditukar
kepada Belanda, bersama-sama Bengkulu, dengan Singapura dan New Amsterdam (sekarang
bagian kota New York). Kota utamanya adalah Tanjung Pandan. Pulau Belitung terbagi menjadi
2 kabupaten yaitu Kabupaten Belitung, beribukota di Tanjung Pandan, dan Belitung Timur,
beribukota di Manggar.
Pada tanggal 21 November 2000, berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000,
Pulau Belitung bersama dengan Pulau Bangka memekarkan diri dan membentuk satu provinsi
baru dengan nama Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Provinsi ini merupakan provinsi ke-31
di Indonesia. Berdasarkan aspirasi masyarakat dan berbagai pertimbangan, Kabupaten Belitung
dibagi menjadi 2 kabupaten yaitu Kabupaten Belitung beribukota di Tanjungpandan dengan
cakupan wilayah meliputi 5 kecamatan dan Kabupaten Belitung Timur dengan Manggar sebagai
ibukotanya dengan cakupan wilayah meliputi 4 kecamatan.
Kabupaten Belitung Timur yang dibentuk berdasarkan Undang-undang nomor 5 tahun
2003 dengan ibukota Manggar merupakan satu kesatuan wilayah daratan dengan Kabupaten
Belitung yang dipisahkan oleh wilayah daratan dan terletak di Pulau Belitong
A. Sejarah Belitung
Sejak abad ke-15 di Belitung telah berdiri sebuah kerajaan yaitu Kerajaan Badau dengan
Datuk Mayang Geresik sebagai raja pertama. Pusat pemerintahannya terletak di sekitar daerah
Pelulusan sekarang ini. Wilayah kekuasaaannya meliputi daerah Badau, Ibul, Bange, Bentaian,
Simpang Tiga, hingga ke Buding, Manggar dan Gantung. Beberapa peninggalan sejarah yang
menunjukkan sisa-sisa kerajaan Badau, berupa tombak berlok 13, keris, pedang, gong, kelinang,
dan garu rasul. Peninggalan-peninggalan tersebut dapat ditemui di Museum Badau.
Pada masa pemerintahan Depati Cakraningrat III ini, Belitung dibagi menjadi 4 Ngabehi, yaitu :
1) Ngabehi Badau dengan gelar Ngabehi Tanah Juda atau Singa Juda;
2) Ngabehi Sijuk dengan gelar Ngabehi Mangsa Juda atau Krama Juda;
Masing-masing Ngabehi ini pada akhirnya menurunkan raja-raja yang seterusnya lepas
dari Kerajaan Balok. Pada tahun 1700 Depati Cakraningrat III wafat lalu digantikan oleh Kiai Agus
Bustam (Depati Cakraningrat IV). Pada masa pemerintahan Depati Cakraningrat IV ini, agama
Islam mulai tersebar di Pulau Belitung.
Gelar Depati Cakraningrat hanya dipakai sampai dengan raja Balok yang ke-9, yaitu Kiai
Agus Mohammad Saleh (bergelar Depati Cakraningrat IX), karena pada tahun 1873 gelar
tersebut dihapus oleh Pemerintah Belanda. Keturunan raja Balok selanjutnya yaitu Kiai Agus
Endek (memerintah 1879-1890) berpangkat sebagai Kepala Distrik Belitung dan berkedudukan
di Tanjungpandan.
Kerajaan ketiga adalah Kerajaan Belantu, yang merupakan bagian wilayah Ngabehi
Kerajaan Balok. Rajanya yang pertama adalah Datuk Ahmad (1705-1741), yang bergelar Datuk
Mempawah. Sedangkan rajanya yang terakhir bernama KA. Umar.
Kerajaan keempat atau yang terakhir yang pernah berdiri adalah Kerajaan Buding, yang
merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Balok. Rajanya bernama Datuk Kemiring Wali Raib.
Dari keempat kerajaan yang telah disebutkan diatas, Kerajaan Balok merupakan kerajaan
terbesar yang pernah ada di Pulau Belitung.
Pada abad ke-17, Pulau Belitung menjadi jalur perdagangan dan tempat persinggahan
kaum pedagang. Dari sekian banyak pedagang, yang paling berpengaruh adalah pedagang Cina
dan Arab. Hal ini dapat dibuktikan dari tembikar-tembikar yang berasal dari Wangsa Ming abad
ke-14 hingga ke-17, yang banyak ditemukan dalam lapisan-lapisan tambang timah di daerah
C. Masa kemerdekaan
Pulau Belitung sebagai bagian dari Residensi Bangka - Belitung, beberapa tahun
lamanya pernah menjadi bagian dari Gewest Borneo, kemudian menjadi bagian Gewest Bangka
- Belitung dan Riau. Tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama, karena muncul peraturan yang
mengubah Pulau Belitung menjadi Neolanchap. Selanjutnya sebagai badan pemerintahan
dibentuklah Dewan Belitung pada tahun 1947. Pada waktu pembentukan Republik Indonesia
Serikat (RIS), Neolanchap Belitung merupakan negara tersendiri, bahkan karena sesuatu hal
tidak menjadi negara bagian. Tahun 1950 Belitung dipisahkan dari RIS dan digabungkan
dalam Republik Indonesia. Pulau Belitung menjadi sebuah kabupaten yang termasuk dalam
Provinsi Sumatera Selatan di bawah kekuasaan militer, karena pada waktu itu Sumatera Selatan
merupakan Daerah Militer Istimewa. Sesudah berakhirnya pemerintahan militer, Belitung kembali
menjadi kabupaten yang dikepalai oleh seorang Bupati.
Pada awal masa kemerdekaan pulau Belitung juga menjadi tempat lahirnya sebuah
organisasi mahasiswa daerah bernama IKPB (Ikatan Keluarga Pelajar Belitong) yang terbentuk
di Kelapa Kampit 13 Mei 1955. Organisasi pelajar daerah ini diinisiasi oleh siswa-
siswi mualimin Yogyakarta. Sebelum menjadi IKPB awalnya organisasi ini bernama KPB
(Keluarga Pelajar Belitong) yang merupakan persatuan siswa mualimin asal Belitung di
Yogyakarta dan IPB (Ikatan Pelajar Belitong) yang merupakan siswa-siswi SMA asal Belitong di
Jakarta dan Bandung.
Beberapa kawasan yang telah dan berpotensi untuk dikembangkan, antara lain:
a) Kawasan Perkantoran Terpadu, Permukiman, dan Perdagangan di Desa Padang dengan
luas ± 500Ha, saat ini sudah dikembangkan ± 50Ha sedangkan sisa areal ± 450Ha masih
dalam proses penyusunan masterplan kawasan;
b) Kawasan Industri Air Kelik di Kecamatan Damar dengan luas ± 1.532Ha;
c) Kawasan Budidaya Pertanian Tanaman Pangan di Kecamatan Gantung dan Manggar
dengan luas ± 3.402Ha;
d) Kawasan Desa Wisata Sejuta Pelangi di Kecamatan Gantung dengan luas ±120Ha.
e) Kawasan Pelabuhan Dendang di Kecamatan Dendang;
f) Kawasan Wisata Kuala Tambak di Kecamatan Damar;
g) Kawasan Wisata Pantai Punai di Kecamatan Simpang Pesak; dan
h) Kawasan Minapolitan di Kecamatan Manggar.
- 42 -
2.1.1 Geografis Kabupaten Belitung Timur
Secara geografis Kabupaten Belitung Timur terletak antara 107 o45’ BT sampai 108o18’ BT dan
02o30’ LS sampai 03o15’ LS dengan luas daratan mencapai 250.691 hektar atau kurang lebih
2.506,91 Km2.
Batas-batas wilayah Kabupaten Belitung Timur sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan laut Cina Selatan,
- Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Karimata,
- Sebelah Selatan berbatasan dengan laut Jawa, dan
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Belitung.
Setelah ditetapkannya Perda Kabupaten Belitung Timur Nomor 3 Tahun 2010 tentang
Pembentukan Kecamatan Damar, Simpang Renggiang, Dendang, dan Simpang Pesak,
Kabupaten Belitung Timur terdiri atas 7 (tujuh) Kecamatan, yaitu Kecamatan Kelapa Kampit,
Manggar, Gantung, Damar, Simpang Renggiang, Dendang, dan Simpang Pesak.
Luas
No Kecamatan Persentase
(Km2)
1 Manggar 229,00 9,13
2 Damar 236,90 9,45
3 Kelapa Kampit 498,51 19,89
4 Gantung 546,30 21,79
5 Dendang 362,20 14,45
6 Simpang Renggiang 390,70 15,58
7 Simpang Pesak 243,30 9,71
Total 2.506,91 39
Sumber: Belitung Timur Dalam Angka, 2018
B. Kemiringan
Kemirigan lahan di Kabupaten Belitung Timur sebagian besar dengan ketinggian antara 2-15%
dan sisanya sebagian kecil mempunyai kemiringan antara >40%.
C. Keadaan/Tekstur Tanah
Untuk tanah yang memiliki kedalaman efektif dangkal. Kedalaman selain ditentukan oleh faktor
pembatas yang ada di dalam tanah juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar, yaitu erosi. Lapisan
tanah yang terkikis oleh erosi mengakibatkan dangkalnya kedalaman efektif tanah.
1 Manggar 19.846 18.749 38.595 17.757 1.706 19.463 18.467 17.776 36.243 19.811 18.468 38.279 20.243 18.864 39.107
2 Gantung 13.290 12.496 25.786 12.492 11.771 24.263 12.956 12.179 25.135 13.775 12.722 26.497 14.140 13.054 27.194
3 Dendang 5.190 4.695 9.885 4.742 4.349 9.091 4.919 4.514 9.433 5.581 4.964 10.545 5.687 5.058 10.745
4 Kelapa Kampit 9.169 8.698 17.867 8.706 8.286 16.992 8.783 8.362 17.145 9.492 8.725 18.217 9.669 8.885 18.554
5 Damar 6.223 6.040 12.263 5.921 5.761 11.682 5.932 5.764 11.696 6.780 6.131 12.911 6.942 6.276 13.218
6 Simpang Renggiang 3.556 3.359 6.915 3.426 3.245 6.671 3.479 3.280 6.759 3.839 3.550 7.389 3.904 3.609 7.513
7 Simpang Pesak 4.355 4.026 8.381 3.982 3.727 7.709 3.973 3.711 7.684 4.225 3.908 8.133 4.290 3.966 8.256
Jumlah 61.629 58.063 119.692 57.026 38.845 95.871 58.509 55.586 114.095 63.503 58.468 121.971 64.875 59.712 124.587
Sumber : Kab. Belitung Timur Dalam Angka Tahun 2014-2018
- - 48 -
2.2 Arahan Rencana Struktur dan Pola Ruang Kabupaten Belitung Timur
2.3.1 Arahan Rencana Struktur dan Sistem Perkotaan Kabupaten Belitung Timur
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana
dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarkis memiliki hubungan fungsional.
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten adalah adalah rencana yang mencakup
sistem perkotaan wilayah kabupaten yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah
pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah kabupaten yang dikembangkan untuk
mengintegrasikan wilayah kabupaten selain untuk melayani kegiatan skala kabupaten yang
meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan
telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, termasuk seluruh daerah hulu bendungan atau
waduk dari daerah aliran sungai, dan sistem jaringan prasarana lainnya.
a) Sebagai arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah kabupaten yang memberikan
layanan bagi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan di sekitarnya yang berada dalam
wilayah kabupaten; dan
b) Sistem perletakan jaringan prasarana wilayah yang menunjang keterkaitannya serta
memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada dalam wilayah kabupaten, terutama
pada pusat-pusat kegiatan/perkotaan yang ada.
- - 49 -
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
pertimbangan pada sumberdaya yang ada tidak menjadi pertimbangan utama.
Penetapan tersebut selain didasarkan pada kondisi saat ini yang lebih penting adalah rencana
pengembangan kedepan dalam kurun waktu perencanaan yaitu 20 (dua puluh) tahun
mendatang.
d. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang berada di wilayah kabupaten; dan
e. Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang penentuannya ada pada
pemerintah daerah kabupaten, yaitu:
- - 50 -
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
• Simpang Renggiang, Dendang, Simpang Pesak, Damar dan Buding merupakan Pusat
Pelayanan Lokal (PPL) yang merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala antar desa.
Rencana struktur pusat kegiatan di Kabupaten Belitung Timur sampai tahun 2031 terdiri
dari 1 (satu) PKW, 2 (lima) PKL, dan 5 (lima) PPL sebagaimana disampaikan pada Tabel 3.1.
Tabel 2. 10
Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kabupaten Belitung Timur Tahun 2011 -2031
1. Perkotaan Manggar sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang melayani wilayah
kabupaten. Sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) peran dan fungsi Kota Manggar
diarahkan sebagai:
2. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan
skala kabupaten atau beberapa kecamatan, diarahkan di Kota Kecamatan Kelapa Kampit
dan Gantung dengan peran dan fungsi kota-kota sebagai berikut:
- - 51 -
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Pusat Pelayanan Lokal (PPL) diarahkan di Simpang Renggiang, Dendang, Simpang Pesak,
Damar dan Buding dengan peran dan fungsi diarahkan sebagai pusat permukiman yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
- - 52 -
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Gambar 2. 2 Peta Struktur Ruang
53
2.3.2 Arahan Rencana Pola Ruang Kabupaten Belitung
Rencana pola pemanfaatan ruang dimaksudkan untuk mengatur alokasi dan lokasi
pemanfaatan ruang untuk kepentingan pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budidaya.
a. Kecamatan Dendang
▪ HL Gunung Bantan di Desa Nyuruk
▪ HL Sungai Pala di Desa Balok dan Dendang
▪ HL Senunsur Sembulu (IIB, III, & IV) di Desa Batu Itam, Tanjung Kelumpang, Dukong,
Simpang Pesak, dan Dendang
▪ HL Bringsing Pepapuyu di Desa Nyuruk
b. Kecamatan Gantung
▪ HL Senunsur Sembulu (I & II) di Desa Selingsing, Gantung, Batu Penyu, Jangkar
Asam, Limbungan, dan Lilangan
▪ HL Bringsing Pepapuyu di Desa Simpang Tiga
▪ HL Gunung Sepang di Desa Simpang Tiga, Renggiang, dan Air Madu
c. Kecamatan Kelapa Kampit
▪ HL Gunung Sepang di Desa Buding, Mentawak, dan Senyubuk
▪ HL Gunung Kikarak di Desa Mentawak dan Senyubuk
▪ HL Buding Barat di Desa Cendil dan Buding
▪ HL Buding Timur di Desa Buding, Pembaharuan, dan Mayang
▪ HL Pantai Teluk Pring/Bukit Nayo di Desa Mayang dan Air Kelik
d. Kecamatan Manggar
▪ HL Pantai Teluk Pring/Bukit Nayo di Desa Mempaya, Mengkubang, dan Burung Mandi
▪ HL Burung Mandi di Desa Sukamandi, Desa Baru, dan Lalang Jaya
-54-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
▪ HL Senunsur Sembulu I di Desa Lalang dan Padang
▪ HL Gunung Sepang di Desa Kelubi
Berkaitan dengan rencana pengelolaan kawasan sempadan pantai ini akan dilakukan
penertiban kawasan sempadan pantai dari berbagai kegiatan/bangunan tanpa ijin, melalui
pembangunan jalan dan atau penanaman mangrove pada area yang memungkinkan.
Kawasan sempadan pantai tersebar di wilayah pantai selatan dan timur Kabupaten
Belitung Timur. Yang termasuk dalam ketentuan kawasan sempadan pantai selatan dan
timur di Kabupaten Belitung Timur memiliki minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi
kearah darat.
-55-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan
aliran sungai.
Tujuan ditetapkan kawasan sempadan sungai adalah melindungi sungai dari kegiatan
manusia yang dapat menggangu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan
dasar sungai, serta mengamankan aliran sungai. Adapun kriteria kawasan sempadan
sungai adalah sekurang-kurangnya (atau sesuai peraturan yang berlaku):
• Garis sempadan paling sedikit berjarak 10 (sepuluh) meter dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai
kurang dari atau sama dengan 3 (tiga) meter;
• Garis sempadan paling sedikit berjarak 15 (lima belas) meter dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai
lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan 20 (dua puluh) meter; dan
• garis sempadan paling sedikit berjarak 30 (tiga puluh) meter dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai
lebih dari 20 (dua puluh) meter.
• Garis sempadan untuk sungai besar dengan luas DAS lebih besar dari 500
(lima ratus) kilometer persegi ditentukan paling sedikit berjarak 100 (seratus)
meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai; dan
• Garis sempadan untuk sungai besar dengan luas DAS kurang dari atau sama
dengan 500 (lima ratus) kilometer persegi ditentukan paling sedikit berjarak
50 (lima puluh) meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur
sungai.
e. Untuk sungai yang terpengaruh pasang air laut, penentuan garis sempadan
dilakukan dengan cara yang sama dengan penentuan garis sempadan sesuai
huruf a angka 1 sampai 4 yang diukur dari tepi muka air pasang rata-rata.
-56-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Kawasan sekitar kolong adalah kawasan di sekeliling kolong yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian, dengan tujuan untuk melindungi kolong dari
kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsinya. Kawasan sekitar
kolong yang masuk kawasan lindung adalah kawasan sejauh 50 m - 100 m dari bibir
kolong. Rencana perlindungan kawasan sekitar kolong tersebar di seluruh kecamatan.
Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Perlindungan terhadap
kawasan sekitar mata air dilakukan untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang
dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Penataan Ruang bahwa proporsi 30 (tiga puluh)
persen luas lahan kota merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan
ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan sistem mikroklimat, maupun
sistem ekologis lain, yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih
yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kawasan
perkotaan. Menurut ketentuan peraturan perundang-undangan pengelolaan kawasan
ruang terbuka hijau merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten secara
keseluruhan, dimana letak ruang terbuka hijau Kabupaten Belitung Timur terdapat di
Kecamatan Manggar, Kelapa Kampit, dan Gantung.
Luas wilayah kawasan pelestarian alam ini meliputi kawasan seluas kurang lebih 5.045
ha. Kawasan pelestarian alam di Kabupaten Belitung Timur meliputi obyek wisata alam
yang perlu dilindung, seperti:
1. Kecamatan Dendang
▪ Gunung Mangkro dan Gunung Badau di Desa Nyuruk
▪ Pulau-pulau kecil
2. Kecamatan Gantung
▪ Pulau-pulau kecil
-57-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
3. Kecamatan Kelapa Kampit
▪ Gunung Lematang Panjang di Desa Air Kelik - Senyubuk
▪ Pulau-pulau kecil
4. Kecamatan Manggar
▪ Gunung Malang Lepau di Desa Burung Mandi
▪ Pulau-pulau kecil
Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya terdapat di seluruh wilayah pesisir dan
perairan laut yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi dan terumbu karang dengan
tingkat penutupan karang hidup yang tinggi. Untuk wilayah Kabupaten Belitung Timur,
kawasan ini tersebar pada seluruh pesisir laut wilayah Kebupaten Belitung Timur dan
wilayah pulau-pulau kecil.
Kawasan pantai berhutan bakau yang fungsinya sebagai kawasan konservasi pantai.
Kawasan Perlindungan Hutan Bakau, dilakukan untuk melestarikan hutan bakau sebagai
pembentuk ekosistem hutan bakau dan tempat berkembangbiaknya berbagai biota laut,
disamping sebagai pelindung pantai, air pasang dan pengikisan air laut (abrasi) serta
sebagai pelindung usaha budidaya di belakangnya. Daerah kawasan pantai berhutan
bakau tersebar diseluruh kecamatan Kabupaten Belitung Timur kecuali Kecamatan
Simpang Renggiang.
Kawasan ini merupakan kawasan non hutan yang berfungsi sebagai melindungi
permukiman dan budaya tradisional dan melindungi permukiman dan budaya tradisional
setempat. Cagar budaya ini ditujukan untuk melestarikan kebudayaan Kabupaten
Belitung Timur khususnya, seperti: budaya tradisional:
-58-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
a. Kawasan Rawan Gelombang Pasang
Adapun arahan kawasan rawan gelombang pasang di Kabupaten Belitung Timur tersebar
di pantai selatan dan timur, meliputi:
1. Kecamatan Kelapa Kampit (Desa Cendil, Air Kelik, Mayang, dan Desa
Pembaharuan);
2. Kecamatan Dendang (Desa Batu Itam, Dendang, Simpang Pesak, dan Desa Tanjung
Kelumpang);
3. Kecamatan Gantung (Desa Gantung, Jangkar Asam, Lilangan, dan Desa
Selingsing); dan
4. Kecamatan Manggar (Desa Buku Limau, Kurnia Jaya, Lalang, Lalang Jaya,
Mempaya, Mengkubang, Padang, Desa Sukamandi).
Kawasan pantai di Kabupaten Belitung Timur mempunyai potensi abrasi. Oleh karena itu
kawasan pantai harus diproteksi dengan mangrove dan tanaman pantai lainnya sehingga
tidak menyebabkan abrasi. Lokasi rawan abrasi tersebar diseluruh pantai di Kabupaten
Belitung Timur.
Kawasan rawan bencana banjir merupakan salah satu masalah di Kabupaten Belitung
Timur. Dari titik lokasi genangan dan banjir diketahui bahwa terdapat di 6 (enam) titik
kawasan rawan banjir saat hujan turun meliputi: kawasan Desa Baru, Kurnia Jaya, Mekar
Jaya, Buding, Mayang dan Lenggang.
1. Faktor alamiah itu sendiri berupa tingginya gelombang pasang air laut dan ditambah
besarnya debit air hujan yang turun sehingga mengakibatkan terjadinya genangan
air;
-59-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
2.3.2.2 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya
2.3.2.2.1 Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Kawasan hutan produksi merupakan kawasan budidaya yang berfungsi lindung. Kawasan ini
di Kabupaten Belitung Timur memiliki luas 57.162 ha. Sebaran alokasi ruang untuk hutan
produksi dapat dilihat di bawah ini:
a. Kecamatan Dendang
b. Kecamatan Gantung
▪ HP Gunung Duren di Desa Lintang, Jangkar Asam, Limbungan, dan Lilangan; dan
▪ HP Senunsur Sembulu di Desa Lilangan, Limbungan, Jangkar Asam, dan Batu Penyu.
-60-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
b. Kawasan Pertanian Holtikultura
Kawasan rencana peruntukan pertanian lahan kering di kabupaten Belitung Timur seluas
kurang lebih 53.941 ha yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Belitung Timur.
c. Kawasan Perkebunan
d. Kawasan Peternakan
-61-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Rencana pengembangan peruntukan perikanan air laut dapat dilihat pada uraian dibawah
ini:
1. Kecamatan Dendang
2. Kecamatan Gantung
▪ Kawasan Hatchery di sekitar muara Sungai Sembulu dan pesisir Teluk Sembulu
di Desa Lilangan.
▪ Kawasan perikanan laut/nelayan tradisional di beberapa lokasi: Perkampungan
Suku Sawang (Teluk Sekacang) Desa Lilangan/Limbungan, Kawasan di sekitar
Dusun Gosong Cina Desa Jangkar Asam, dan Kawasan di sekitar Tanjung
Modong Desa Selingsing.
4. Kecamatan Manggar
-62-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
pertambangan di Kabupaten Belitung Timur mencapai seluas kurang lebih 38.192 hektar, yang
didalamnya terdiri dari 45.445 hektar kawasan pertambangan Izin Usaha Pertambangan (IUP) di
darat, 30.075 hektar kawasan pertambangan Izin Usaha Pertambangan (IUP) di laut dan 7.439
hektar Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR).
-63-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Asam, Desa Limbongan, Desa Batu Penyu, Desa Selinsing, Desa Lilangan, Desa
Jangkang, Desa Dendang, Desa Balok, Desa Nyuruk, Desa Mengkubang, Desa Air Kelik,
Desa Sukamandi, Desa Burung Mandi, Desa Mempaya, Desa Renggiang, Desa Simpang
Tiga, Desa Lintang, Desa Air Madu, Desa Simpang Pesak, Desa Dukong, Desa Tanjung
Kelumpang, dan Desa Tanjung Batu Itam. Perluasan areal permukiman tetap
diperbolehkan dengan tetap memperhatikan kelestarian kawasan pertanian yang
merupakan peruntukan dominan di perdesaan.
Kawasan Pariwisata Alam di Kabupaten Belitung Timur adalah: Pantai Genting, Gosong
Cine, Pantai Burung Mandi, Pantai Nyiur Melambai, Pantai Bukit Batu, Pantai Serdang,
Pantai Lalang, Pantai Sengaran, Pantai Tanjung Keluang, Kepulauan Memperak, Pantai
Pangkalan Limau, Pantai Pulau Punai, Pantai Pulau Pandan, Pantai Batu Belida, Pantai
Batu Buyung, Pantai Batu Lalang, Kepulauan Ayermasin, Pelabuhan Laut Dendang,
Tanjung Punai, dan Batu Lalang serta Kawasan Wisata Hutan di Kawasan Gunung
Bulong di Desa Kelubi.
-64-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
c. Kawasan Pariwisata Buatan
1. Peningkatan nilai tambah pemanfaatan ruang dalam memenuhi kebutuhan ruang bagi
pengembangan kegiatan industri, dengan tetap mempertahankan kelestarian fungsi
lingkungan hidup.
2. Mengarahkan kegiatan industri pengolahan hasil perkebunan.
Arahan lokasi pengembangan industri di Kabupaten Belitung Timur adalah sebagai berikut:
b. Kecamatan Kelapa Kampit
▪ Kawasan Industri Terpadu (KIAK) di Desa Air Kelik
▪ Kawasan Oil Refinery di Desa Mayang
▪ Pelabuhan Teluk Asam di Desa Air Kelik
c. Kecamatan Damar
▪ Kawasan Industri Terpadu (KIAK) di Desa Mempaya
▪ Pelabuhan Teluk Asam di Desa Mempaya
-65-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Gambar 2. 3 Peta Pola Ruang Kabupaten Belitung Timur
-66-
2.4 Profil Masyarakat Kabupaten Belitung Timur
Berdasarkan data dari Kabupaten Belitung Timur Dalam Angka Tahun 2018, Tahun
2017 mengalami penambahan dari tahun sebelmnya sebesar 2.616 jiwa. Di Tahun 2017
penduduk Kabupaten Belitung Timur berjumlah 124.587 jiwa dengan komposisi 64.875 jiwa Laki-
laki (52,07%) dan 59.712 jiwa perempuan (47,93%). Jumlah laki-laki di Belitung Timur masih lebih
tinggi dibanding dengan jumlah perempuan. Sex Ratio di Kabupaten Belitung adalah 108,65 yang
menunjukkan terdapat 109 orang laki-laki di antara 100 perempuan. Berdasarkan sebaran dan
kepadatan penduduk terendah berada di kecamatan Simpang Renggiang sebesar 19,23
Jiwa/Km², dan tertinggi di Kecamatan Manggar sebesar 170,77 Jiwa/Km², angka ini lebuh tinggi
dari kepadatan Kabupaten Belitung Timur sebesar 49,70 Jiwa/Km².
Timu
Jenis Kelamin Rasio Kepadatan
Luas Persent
No Kecamatan Laki- Jenis Penduduk
(Km²) (%)
Laki Perempuan Jumlah Kelamin Jiwa/ Km²
Manggar 229,00 9,13 107,31 170,77
1 20.243 18.864 39.107
Gantung 546,30 21,79 108,32
2 14.140 13.054 27.194 49,78
Dendang 362,20 14,45 112,44
3 5.687 5.058 10.745 29,67
Kelapa Kampit 498,51 19,89 108,82
4 9.669 8.885 18.554 37,22
Damar 236,90 9,45 110,61
5 6.942 6.276 13.218 55,80
Simpang Renggiang 390,70 15,58 108,17
6 3.904 3.609 7.513 19,23
Simpang Pesak 243,30 9,71 108,17
7 4.290 3.966 8.256 33,93
Jumlah 2506,91 100,00 64.875 59.712 124.587 108,65 49,70
Sumber : BPS, Belitung Timur Dalam Angka Tahun 2018
-67-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
75+
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5-9
0-4
-68-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
No Pekerjaan 2013 2014 2015 2016 2017
11 Nelayan/Perikanan
12 Industri
13 Konstruksi
14 Transportasi
15 Karyawan Swasta
16 Karyawan BUMN
17 Karyawan BUMD
18 Karyawan Honorer
19 Buruh Harian Lepas
20 Buruh Tani Perkebunan
21 Buruh Nelayan Perikanan
22 Buruh Peternakan
24 Tukang Cukur
25 Tukang Listrik
26 Tukang Batu
27 Tukang Kayu
28 Tukang Sol Sepatu
29 Tukang Las Pandai Besi
30 Tukang Jahit
31 Tukang Gigi
32 Penata Rias
33 Penata Rambut
34 Mekanik
35 Seniman
36 Tabib
37 Imam Mesjid
38 Pendeta
39 Pastor
40 Wartawan
41 Ustadz Mubaligh
42 Juru Masak
43 Bupati
44 Wakil Bupati
45 Anggota DPRD Provinsi
47 Dosen
48 Guru
49 Pilot
50 Pengacara
51 Notaris
52 Arsitek
53 Konsultan
-69-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
No Pekerjaan 2013 2014 2015 2016 2017
54 Dokter
55 Bidan
56 Perawat
57 Apoteker
58 Psikiater Psikolog
59 Penyiar Televisi
60 Penyiar Radio
61 Pelaut
62 Sopir
63 Pedagang
64 Perangkat Desa
65 Kepala Desa
66 Biarawati
67 Wiraswasta
68 Lainnya
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Belitung Timur, Tahun 2018
-70-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Penduduk Masuk Penduduk Keluar
No Kecamatan Tahun Tahun
2015 2016 2017 2015 2016 2017
1 Manggar
2 Gantung
3 Dendang
4 Kelapa Kampit
5 Damar
6 Simpang Renggiang
7 Simpang Pesak
Jumlah 0 0 0 0 0 0
-71-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
A. Kepadatan Penduduk
Kebutuhan
-72-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
2.5 Sejarah, Budaya Dan Kebiasaan Bidang Perumahan Dan Permukiman Masyarakat
Belitung Timur
-73-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Profil Daerah Kabupaten Belitung Timur Bidang Perumahan Dan Kawasan Permukiman
-74-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
3.1 Gambaran Umum Rumah Dan Perumahan
Status Kepemilikan
Unit
No Kecamatan Bukan Milik
Rumah Milik Sendiri Kontrak/Sewa Tidak Tahu
Sendiri
1 Manggar 5952
2 Gantung 2456
3 Dendang 1500
4 Kelapa Kampit 3472
5 Damar 478
6 Simpang Renggiang 1629
7 Simpang Pesak 719
Jumlah - -
16.206 -
Sumber : Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Status Kepemilikan
Unit
No Kecamatan Bukan Milik
Rumah Milik Sendiri Kontrak/Sewa Tidak Tahu
Sendiri
1 Manggar 5952
2 Gantung 2456
3 Dendang 1500
4 Kelapa Kampit 3472
5 Damar 478
6 Simpang Renggiang 1629
7 Simpang Pesak 719
Jumlah - -
16.206 -
Sumber : Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Bersdasarkan table…...
-75-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman
(RP3KP) merupakan pedoman perencanaan, pemrograman, pembangunan dan pengendalian
pembangunan jangka menengah dan atau jangka panjang yang harus diupayakan dapat
melembaga di setiap daerah, melalui peraturan daerah, yang untuk realisasinya harus dipantau
dan dikendalikan dari waktu ke waktu, serta dikelola dengan tata pemerintahan yang baik dan
melibatkan secara sinergi kemitraan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. RP3KP
merupakan arahan utama sehingga pada setiap kurun waktu tertentu para pelaku pembangunan
perumahan dan permukiman di daerah dapat mengukur dan mengevaluasi kinerja keberhasilan
penataan lingkungan perumahan dan permukiman di daerah yang bersangkutan. Perumahan
atau permukiman yang bernilai spesifik dan unik ditinjau dari aspek sosial budaya, teknologi, dan
arsitektural, bernilai tradisional, dan bernilai sejarah, termasuk secara khusus pada bangunan
gedung dan lingkungannya, berdasarkan peraturan perundang-undangan cagar budaya yang
ada dapat dikategorikan sebagai benda atau situs yang harus dilindungi dan dipelihara.
-76-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
3.2 Tipologi Rumah Dan Perumahan
-77-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Profil Daerah Kabupaten Belitung Timur Bidang Perumahan Dan Kawasan Permukiman
-78-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
4.1 Sebaran Kawasan Permukiman
-79-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Profil Daerah Kabupaten Belitung Timur Bidang Perumahan Dan Kawasan Permukiman
-80-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
5.1 Kawasan Permukiman Kumuh
Kumuh adalah kesan atau gambaran secara umum tentang sikap dan tingkah laku yang
rendah dilihat dari standar hidup dan penghasilan kelas menengah. Dengan kata lain, kumuh
dapat diartikan sebagai tanda atau cap yang diberikan golongan atas yang sudah mapan kepada
golongan bawah yang belum mapan. Menurut kamus ilmu-ilmu sosial Slum’s diartikan sebagai
suatu daerah yang kotor yang bangunan-bangunannya sangat tidak memenuhi syarat. Jadi
daerah slum’s dapat diartikan sebagai daerah yang ditempati oleh penduduk dengan status
ekonomi rendah dan bangunan-bangunan perumahannya tidak memenuhi syarat untuk disebut
sebagai perumahan yang sehat. Slum’s merupakan lingkungan hunian yang legal tetapi
kondisinya tidak layak huni atau tidak memenuhi persyaratan sebagai tempat permukiman
(Utomo Is Hadri, 2000). Slum’s yaitu permukiman diatas lahan yang sah yang sudah sangat
merosot (kumuh) baik perumahan maupun permukimannya (Herlianto, 1985). Dalam kamus
sosiologi Slum’s yaitu diartikan sebagai daerah penduduk yang berstatus ekonomi rendah
dengan gedung-gedung yang tidak memenuhi syarat kesehatan (Sukamto Soerjono, 1985).
Kawasan kumuh adalah kawasan dimana rumah dan kondisi hunian masyarakat di
kawasan tersebut sangat buruk. Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada tidak sesuai
dengan standar yang berlaku, baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan rumah
sehat, kebutuhan sarana air bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan prasarana jalan,
ruang terbuka, serta kelengkapan fasilitas sosial lainnya. Kawasan permukiman kumuh
Kabupaten Belitung Timur disebabkan oleh:
1) Kondisi bangunan gedung yang tidak sesuai persyaratan teknis, tidak teratur dan
kepdatan tinggi;
2) Jalan lingkungan yang cakupan pelayanan rendah dan kualitas rendah;
3) Penyediaan air minum yang aksesnya keamanannya rendah dan tidak terpenuhi sesuai
kebutuhan rata-rata;
4) Kondisi drainase yang kualitas rendah, tidak terpelihara, tidak terhubung dengan jaringan
atas dan bawahnya, adanya genangan lama dan buruk dan tidak tersedia drainase;
5) Kondisi air limbah dan sampah yang tidak sesuai standar teknis dan pesyaratan teknis
dan tidak terpelihara;
6) Proteksi kebakaran yang masih minim prasarana dan sarananya.
Lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kabupaten Belitung Timur telah
diputuskan dalam SK Bupati pada tahun 2018. Jumlah luas wilayah perumahan kumuh dan
permukiman kumuh di Kabupaten Belitung Timur terdapat 55,78 Ha. Lokasi perumahan kumuh
dan permukiman kumuh di Kabupaten Belitung Timur terdapat di dua kecamatan, yaitu
Kecamatan Manggar dan Kecamatan Gantung.
-81-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Tabel 5.1 L uas Kawasan Kumuh Kabupaten Belitung Timur
Menurut SK No.188.45-400 Tahun 2018
Luas Lokasi
No Kecamatan
Kawasan (Ha) Desa RT
001, 002, 003,004, 005, 006,
007, 008, 009, 012, 013, 014,
1 Manggar 28,90 Baru
017, 019, 020, 021, 022, 023,
024, 031,032
2 Gantung 3,40 Lenggang
13,86 Gantung 018, 019, 020, 021, 022, 023
9,62 Selinsing
3 Dendang -
4 Kelapa Kampit -
5 Damar -
6 Simpang Renggiang -
7 Simpang Pesak -
Jumlah 55,78
Sumber : SK Bupati No.188.45-400 Tahun 2018
Beberapa wilayah di Kabupaten Belitung Timur yang berpotensi sebagai wilayah rawan
bencana tersebar di beberapa wilayah kecamatan. Berdasarkan muatan dalam Dokumen
RSebaran wilayah kawasan permukiman rawan bencana berada di pinggiran bantaran sungai.
Namun sampai saat ini belum ditetapkan wilayah tertentu sebagai wilayah rawan bencana.
Wilayah rawan bencana di Kabupaten Belitung Timur dapat berupa abrasi pantai, banjir, dan
tanah longsor. Titik wilayah rawan bencana tersebut telah teridentifikasi sebagai berikut:
-82-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
b. Pulau Buku Limau, Pulau Long, Pulau Sekunyit, Pulau Ketapang, Pulau Bulian, Pulau
Batu, dan Pulau Pesemut.
c. Muara Sungai Manggar sampai ke Pantai Kuala Tambak.
d. Wilayah Dusun Canggu sepanjang Sungai Lenggang Kecamatan Gantung
3. Wilayah Rawan Longsor, lebih berpotensi pada lokasi-lokasi pertambangan.
-83-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Table of Contents
..................................................................................................................................- 1 -
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................- 2 -
1.2 Maksud, Tujuan Dan Sasaran ..............................................................................................- 3 -
1.2.1 Maksud ..........................................................................................................................- 3 -
1.2.2 Tujuan ............................................................................................................................- 3 -
1.2.3 Sasaran .........................................................................................................................- 3 -
1.3 Tinjauan Teori..........................................................................................................................- 4 -
1.4 Tinjauan Terhadap Peraturan Nasional .............................................................................- 7 -
1.4.1 Tinjauan Terhadap Program Prioritas (Nawa Cita) .............................................- 7 -
1.4.2 Tinjauan Terhadap Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang - 8 -
1.4.3 Tinjauan Terhadap Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman ..............................................................................- 11 -
1.4.4 Tinjauan Terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2016 Tentang
Pembangunan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah ................................- 19 -
1.4.5 Tinjauan Terhadap Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 34 Tahun
2006 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Keterpaduan PSU Kawasan
Perumahan .................................................................................................................................- 19 -
1.4.6 Tinjauan Terhadap Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun
2012 Tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman dengan
Hunian Berimbang ...................................................................................................................- 21 -
1.4.7 Tinjauan Terhadap Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun
2014 Tentang Pedoman Mitigasi Bencana Alam Bidang Perumahan dan Kawasan
Permukiman ...............................................................................................................................- 22 -
1.4.8 Tinjauan Terhadap Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 12 Tahun
2014 Tentang Pedoman Penyusunan Rencanan Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan Dan Kawasan Permukiman Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota -
29 -
..........................................................................................................................- 36 -
2.1 Gambaran Wilayah Kabupaten Belitung Timur .............................................................- 37 -
2.1.1 Geografis Kabupaten Belitung Timur ............................................................................- 43 -
2.1.2 Kondisi Fisik ........................................................................................................................- 43 -
2.1.2 Kondisi Administratif .........................................................................................................- 45 -
2.1.3 Kondisi Demografi..............................................................................................................- 46 -
2.2 Arahan Rencana Struktur dan Pola Ruang Kabupaten Belitung Timur ...................... 49
2.3.1 Arahan Rencana Struktur dan Sistem Perkotaan Kabupaten Belitung Timur ............................ 49
2.3.2 Arahan Rencana Pola Ruang Kabupaten Belitung ................................................................ 54
-84-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
2.3.2.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung ............................................................. 54
2.3.2.1.1 Kawasan Hutan Lindung ........................................................................................ 54
2.3.2.1.2 Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahnya
...................................................................................................................................................... 55
2.3.2.1.3 Kawasan Perlindungan Setempat ........................................................................ 55
2.3.2.1.4 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya ........................ 57
a. Kawasan Pelestarian Alam ............................................................................................. 57
b. Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan Lainnya .................................................... 58
c. Kawasan Pantai Berhutan Bakau ................................................................................. 58
d. Kawasan Cagar Budaya .................................................................................................. 58
2.3.2.1.5 Kawasan Rawan Bencana ...................................................................................... 58
a. Kawasan Rawan Gelombang Pasang .......................................................................... 59
b. Kawasan Rawan Abrasi................................................................................................... 59
c. Kawasan Rawan Banjir.................................................................................................... 59
2.3.2.2 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya ................................................................. 60
2.3.2.2.1 Kawasan Peruntukan Hutan Produksi ................................................................ 60
2.3.2.2.2 Kawasan Peruntukan Pertanian ........................................................................... 60
a. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan ......................................................................... 60
b. Kawasan Pertanian Holtikultura .................................................................................... 61
c. Kawasan Perkebunan ...................................................................................................... 61
d. Kawasan Peternakan ....................................................................................................... 61
2.3.2.2.3 Kawasan Peruntukan Perikanan .......................................................................... 61
Rencana pengembangan peruntukan perikanan air laut dapat dilihat pada uraian
dibawah ini: .................................................................................................................................. 62
2.3.2.2.4 Kawasan Peruntukan Pertambangan .................................................................. 62
2.3.2.2.5 Kawasan Peruntukan Permukiman ...................................................................... 63
2.3.2.2.6 Kawasan Peruntukan Pariwisata .......................................................................... 64
2.3.2.2.7 Kawasan Peruntukan Industri ............................................................................... 65
2.3.2.2.8 Kawasan Peruntukan Lainnya .............................................................................. 65
2.4 Profil Masyarakat Kabupaten Belitung Timur .................................................................... 67
2.5 Sejarah, Budaya Dan Kebiasaan Bidang Perumahan Dan Permukiman Masyarakat
Belitung Timur....................................................................................................................................... 73
.............................................................................................. 74
3.1 Gambaran Umum Rumah Dan Perumahan ........................................................................ 75
3.2 Tipologi Rumah Dan Perumahan .......................................................................................... 77
3.3 Kondisi Dan Sebaran Rumah Dan Perumahan.................................................................. 77
3.4 Kondisi Dan Sebaran Perumahan Tradisional .................................................................. 77
-85-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
..................... 78
4.1 Sebaran Kawasan Permukiman ............................................................................................ 79
4.2 Ketersediaan Dan Kondisi Prasarana Dan Sarana Dasar ............................................... 79
4.3 Ketersediaan Dan Kondisi Utilitas Umum .......................................................................... 79
4.4 Kualitas Lingkungan Pada Perumahan Dan Permukiman .............................................. 79
.............................................................................. 80
5.1 Kawasan Permukiman Kumuh .............................................................................................. 81
5.2 5.2 Kawasan Permukiman Rawan Bencana ....................................................................... 82
5.3 Kawasan Permukiman Lainnya ............................................................................................. 83
-86-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018