Anda di halaman 1dari 86

Profil Daerah Kabupaten Belitung Timur Bidang Perumahan Dan Kawasan Permukiman

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN -1-


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
1.1 Latar Belakang

Pembangunan dan pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) harus


sejalan dengan pembangunan sektor lain, supaya terjadi sinkronisasi dan harmonisasi dalam
mewujudkan Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan. Untuk mengakomodasi kepentingan tersebut
Pemerintah Daerah perlu memiliki ‘Grand Design’ penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman yang disebut sebagai Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP).
RP3KP mempunyai kedudukan yang sama dengan berbagai rencana sektor dengan
peruntukan penyusunannya mengacu pada Rencana Pembangunan Daerah dan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) yang mengatur secara khusus ruang PKP serta berbagai tindak
lanjutnya. Hal yang turut mendasari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
mendorong pemerintah daerah untuk menyusun RP3KP adalah adanya kewajiban pemerintah
daerah dalam pembangunan PKP, yang diamanatkan dalam:

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman


pasal 14 huruf f dan Pasal 15 huruf c yang mengamanatkan tugas pemerintah provinsi
dan kabupaten/kota untuk menyusun RP3KP;
b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang
mengamanatkan bahwa perumahan rakyat dan kawasan permukiman merupakan urusan
Pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang,
penjelasan Pasal 97 Ayat (1) huruf f tentang Rencana Sektor;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Pembagian urusan Pemerintahan antara
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, dalam Pasal
8 ayat 1 dan 2 yang mengatur tentang urusan wajib pemerintah daerah.
e. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 12 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan
Permukiman (RP3KP) Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.
Selain permasalahan mendasar terkait konsep perumahan di kalangan pemerintahan
dan institusi pelaksana di daerah, masih banyak kalangan yang belum memiliki gambaran jelas
terhadap arah pembangunan perumahan dan kawasan permukiman di wilayah masing-masing
berdasarkan masalah dan potensi yang ada. Menyadari bahwa pembangunan perumahan dan
kawasan permukiman merupakan kegiatan yang bersifat multi sektor dan hasilnya selain
menyentuh salah satu kebutuhan dasar masyarakat, juga mendorong terjadinya pertumbuhan
ekonomi.

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN -2-


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Agar pelaksanaan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman berjalan
optimal, tertib dan terorganisasi, perlu disusun suatu skenario penyelenggaraan pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman secara umum yang selanjutnya disebut sebagai Rencana
Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman di Daerah (RP3KP).
Kedudukan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan
Permukiman di Daerah (RP3KP) dalam sistem perencanaan tata ruang wilayah adalah bahwa
harus berpedoman pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota yang berlaku. RP3KP
merupakan rencana detail/penajaman kawasan hunian yang dikaji dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota dan secara ideal perlu disusun di setiap daerah berdasarkan hasil kriteria dan
identifikasi pemerintah setempat, terutama pada daerah-daerah yang mempunyai pertumbuhan
cepat dan memerlukan pengendalian ketat atau khusus (High Controll Zones).
Berdasarkan amanat Undang-Undang dan perlunya suatu pedoman rencana kawasan
permukiman yang dapat diacu oleh lintas sektor dalam melakukan pembangunan permukiman,
serta didorong oleh potensi dan permasalahan serta pertumbuhan wilayah, dirasa perlu untuk
melakukan penyusunan suatu rencana pembangunan kawasan permukiman sehingga dapat
terintegrasi dan selaras dengan dokumen RTRW yang telah ada. Maka Pemerintah Kabupaten
menuangkan perencanaan ini kedalam suatu Rencana Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) sebagai tonggak pengembangan perumahan
dan kawasan permukiman di Kabupaten Belitung Timur.

1.2 Maksud, Tujuan Dan Sasaran

1.2.1 Maksud
Maksud Penyusunan Laporan Profil Daerah Kabupaten Belitung Timur Bidang
Perumahan Dan Kawasan Permukiman ialah untuk memberikan gambaran umum kondisi
perumahan dan permukiman di wilayah Kabupaten Belitung Timur agar penyelenggaraan
pembangunan dan pengembangan PKP di daerah terencana, terarah dan terpadu dengan
rencana pembangunan daerah dan rencana tata ruang yang berlandaskan kearifan lokal daerah.

1.2.2 Tujuan
Tersedianya gambaran awal dalam penyusunan Rencana Pembangunan dan
Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Kabupaten Belitung Timur.

1.2.3 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan laporan Profil Daerah Kabupaten
Belitung Timur Bidang Perumahan Dan Kawasan Permukiman yaitu; Mengetahui Kondisi,

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN -3-


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Tipologi, dan sebaran Rumah, Perumahan dan kawasana permukiman di Kabupaten Belitung
Timur.

1.3 Tinjauan Teori

A. Pengertian Pokok RP3KP Dalam Konteks Perencanaan dan Pembangunan Daerah,


yaitu:
RP3KP Daerah Provinsi/ arahan kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan
bidang perumahan dan kawasan permukiman lintas daerah kabupaten/kota:
1. berdasarkan RTRW;
2. mendukung program dan kegiatan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang.

B. Pengertian Pokok RP3KP Dalam Konteks Penataan Ruang


Merupakan penjabaran RTRW di sektor perumahan dan permukiman berupa alokasi ruang
bagi perumahan dan permukiman yang mencakup gambaran tentang:
▪ Kondisi dan permasalahan;
▪ Kebijakan perumahan dan permukiman di daerah;
▪ Kebutuhan perumahan, program dan sasaran pembangunan (Pengembangan kawasan
baru, revitalisasi, peningkatan kualitas);
▪ Arahan lokasi perumahan permukiman skala besar, kawasan khusus, skala kecil;
▪ Arahan pemberdayaan masyarakat;Arahan lingkungan dan daftar kawasan
▪ ;Arahan dukungan prasarana dan sarana kawasan

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN -4-


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Gambar 1. 1 Kedudukan RP3KP dalam Sistem Perencanaan Pembangunan

Sumber: Bahan Papapran Asdep Perencanaan Pengembangan Kawasan Deputi Bidang


Pengembangan Kawasan Kementerian Perumahan Rakyat 2014

Gambar 1. 2 Kedudukan RP3KP Terkait Ketentuan Perizinan Tata Ruang


(PP15/2010 Penyelenggaraan Penataan Ruang)

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN -5-


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Sumber: Bahan Papapran Asdep Perencanaan Pengembangan Kawasan Deputi Bidang
Pengembangan Kawasan Kementerian Perumahan Rakyat 2014

Keterkaitan Antara RP3KP dengan RTRW


RP3KP merupakan bagian integral dari rencana pembangunan dan pengembangan
kota/kabupaten sebagaimana yang telah dicantumkan dalam Rencana Strategis Sektoral, dan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

Penyusunan RP3KP mengacu pada Pola Dasar pembangunan daerah dan RTRW
Kota/kabupaten yang mengatur secara khusus ruang perumahan dan permukiman dan berbagai
tindak lanjutnya, dalam konteks penataan ruang, RP3KP merupakan:
▪ Jabaran dan pengisian RTRW dalam bentuk rencana untuk peruntukan perumahan dan
permukiman, yang selanjutnya akan diacu oleh seluruh sektor terkait
▪ Berisikan jabaran lebih lanjut dari program pembangunan prasarana dan sarana berskala
wilayah, khususnya dalam suatu kawasan permukiman dan perumahan.
▪ Penentuan arahan lokasi pembangunan kawasan perumahan dan permukiman mengacu
pada rencana peruntukan perumahan dan permukiman yang telah ditetapkan dalam perda
RTRW

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan RP3KP, yaitu :


▪ Mekanisme pemantauan, pengawasan, dan pengendalian program dan kegiatan;
▪ Mekanisme penyaluran aspirasi para pelaku yang terkait;
▪ Mekanisme pemberdayaan masyarakat;
▪ Daftar skala prioritas penanganan kawasan perumahan dan permukiman;
▪ Daftar kawasan terlarang (negative list) untuk pengembangan kawasan
perumanan dan permukiman baru.

Muatan Pokok RP3KP


Adapun muatan pokok yang terkandung dalam RP3KP, yaitu :
• Penjabaran kebijakan pembangunan perumahan dan permukiman di daerah;
• Rincian program, target dan sasaran kegiatan dan lokasi dari setiap sektor terkait;
• Kelembagaan yang mengatur pelaksanaan sampai dengan tingkat desa/kelurahan;
• Rincian rencana pembiayaan dan sumber dananya;
• Rincian jadwal pelaksanaan program, kegiatan dan pelakunya (Masyarakat, Badan
Usaha, Pemerintah).

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN -6-


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Gambar 1. 3 Ilustrasi Kawasan-kawasan permukiman yang diatur dalam RP3KP Provinsi,
Kota, dan Kabupaten

Sumber: Bahan Papapran Asdep Perencanaan Pengembangan Kawasan Deputi Bidang


Pengembangan Kawasan Kementerian Perumahan Rakyat 2014
1.4 Tinjauan Terhadap Peraturan Nasional

1.4.1 Tinjauan Terhadap Program Prioritas (Nawa Cita)


Untuk menunjukan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat
secara secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan,
maka dirumuskan sembilan agenda prioritas dalam pemerintahan kedepan. Kesembilan agenda
prioritas itu disebut Nawa Cita. Adapun sembilan agenda itu adalah :

1 Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa
aman pada seluruh warga Negara;
2 Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang
bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya;
3 Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daaerah-daerah dan desa dalam
kerangka negara kesatuan;
4 Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang
bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya;
5 Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN -7-


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
6 Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional;
7 Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi
domestik;
8 Melakukan revolusi karakter bangsa; dan
9 Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Berdasarkan poin-poin nawa cita di atas, penyediaan kebutuhan rumah bagi seluruh
lapisan masyarakat merupakan salah satu wujud dari Nawa Cita ke-3 Presiden Republik
Indonesia yaitu Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam kerangka negara kesatuan. Dalam rangka meningkatkan produktivitas rakyat dan
daya saing di pasar internasional maka terdapat sub agenda prioritas nasional yang yaitu
membangun perumahan dan kawasan permukiman dengan arah kebijakan kepada tersedianya
perumahan yang layak dan terjangkau. Selanjutnya, perumahan merupakan salah satu aspek
prioritas pembangunan untuk mencapai visi dan misi dari Presiden RI yang dituangkan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019. Berdasarkan
amanat dari RPJMN Tahun 2015-2019 maka telah ditetapkan sasaran umum terkait dengan
perumahan yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal yang layak
dengan didukung prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai dalam mendorong peningkatan
produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional. Rencana pembangunan nasional
memuat arahan kebijakan, strategi pembangunan nasional, program nasional dan kerangka
regulasi yang bersifat indikatif yang diacu oleh Pemerintah dalam merumuskan program serta
melaksanakan tugas dan fungsinya.

1.4.2 Tinjauan Terhadap Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

Ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merupakan negara


kepulauan berciri Nusantara, baik sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut,
dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, maupun sebagai sumber daya, perlu
ditingkatkan upaya pengelolaannya secara bijaksana, berdaya guna, dan berhasil guna dengan
berpedoman pada kaidah penataan ruang sehingga kualitas ruang wilayah nasional dapat terjaga
keberlanjutannya demi terwujudnya kesejahteraan umum dan keadilan sosial sesuai dengan
landasan konstitusional Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Berdasarkan Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007, perencanaan
penataan ruang adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan rencana tata ruang wilayah Provinsi mengacu pada:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
b. pedoman bidang penataan ruang; dan
c. rencana pembangunan jangka panjang daerah

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN -8-


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
2. Penyusunan rencana tata ruang wilayah Provinsi harus memperhatikan:
a. perkembangan permasalahan nasional dan hasil pengkajian implikasi penataan ruang
Provinsi;
b. upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Provinsi;
c. keselarasan aspirasi pembangunan Provinsi dan pembangunan kabupaten/kota;
d. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
e. rencana pembangunan jangka panjang daerah;
f. rencana tata ruang wilayah Provinsi yang berbatasan;
g. rencana tata ruang kawasan strategis Provinsi; dan
h. rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota
3. Dalam penataan ruang tingkat Provinsi pemerintah memilki wewenang dalam
penyelenggaraan penataan ruang meliputi:
a. pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang
wilayah Provinsi, dan kabupaten/kota, serta terhadap pelaksanaan penataan ruang
kawasan strategis Provinsi dan kabupaten/kota;
b. pelaksanaan penataan ruang wilayah Provinsi;
c. pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis Provinsi; dan
d. kerja sama penataan ruang antar Provinsi dan pemfasilitasan kerja sama
penataan ruang antar kabupaten/kota.

4. Wewenang pemerintah daerah Provinsi dalam pelaksanaan penataan ruang wilayah


Provinsi meliputi:
a. perencanaan tata ruang wilayah Provinsi;
b. pemanfaatan ruang wilayah Provinsi; dan
c. pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Provinsi.
5. Dalam penataan ruang kawasan strategis Provinsi pemerintah daerah Provinsi
melaksanakan:
a. penetapan kawasan strategis Provinsi;
b. perencanaan tata ruang kawasan strategis Provinsi;
c. pemanfaatan ruang kawasan strategis Provinsi; dan
d. pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis Provinsi
6. Pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis
Provinsi dapat dilaksanakan pemerintah daerah kabupaten/kota melalui tugas pembantuan.
7. Dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang wilayah Provinsi, pemerintah daerah
Provinsi dapat menyusun petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang pada tingkat
Provinsi dan kabupaten/kota.
8. Dalam pelaksanaan wewenang poin nomor 1-5, pemerintah daerah Provinsi:

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN -9-


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
a. menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan:
1) rencana umum dan rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan penataan
ruang wilayah Provinsi;
2) arahan peraturan zonasi untuk sistem Provinsi yang disusun dalam rangka
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Provinsi; dan
3) petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang;
b. melaksanakan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang.
9. Dalam hal pemerintah daerah Provinsi tidak dapat memenuhi standar pelayanan minimal
bidang penataan ruang, Pemerintah mengambil langkah penyelesaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
10. Dalam pemanfaatan ruang wilayah nasional, Provinsi, dan kabupaten/kota dilakukan:
a. perumusan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata ruang wilayah dan
rencana tata ruang kawasan strategis;
b. perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur ruang dan pola ruang
wilayah dan kawasan strategis; dan
c. pelaksanaan pembangunan sesuai dengan program pemanfaatan ruang wilayah dan
kawasan strategis.

11. Dalam rangka pelaksanaan kebijakan strategis operasional rencana tata ruang wilayah dan
rencana tata ruang kawasan strategis ditetapkan kawasan budi daya yang dikendalikan dan
kawasan budi daya yang didorong pengembangannya.
12. Pelaksanaan pembangunan dilaksanakan melalui pengembangan kawasan secara terpadu.
13. Pemanfaatan ruang dilaksanakan sesuai dengan:
a. standar pelayanan minimal bidang penataan ruang;
b. standar kualitas lingkungan; dan
c. daya dukung dan daya tampung lahan.
14. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi.
15. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan
distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
16. Rencana struktur ruang meliputi rencana sistem pusat permukiman dan rencana sistem
jaringan prasarana.

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 10 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
1.4.3 Tinjauan Terhadap Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman

Penataan perumahan dan pemukiman menurut Undang-Undang perumahan dan


kawasan permukiman berdasarkan pada asas kesejahteraan, keadilan dan pemerataan,
kenasionalan, koefisienan dan kemanfaatan, keterjangkauan dan kemudahan, kemitraan,
keserasian dan keseimbangan, keterpaduan, kesehatan, kelestarian dan keberlanjutan, serta
keselamatan, keamanan, ketertiban, dan keteraturan. Penataan perumahan dan kawasan
permukiman memiliki tujuan sebagai berikut:

a) Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggraan perumahan dan kawasan


permukiman guna memenuhi kebutuhan rumah;
b) Mendukung penataan dan penyebaran penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan
lingkungan hunian;
c) Meningkatkan hasil sumber daya guna alam bagi perumahan dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan;
d) Memberdayakan pemangku kepentingan bidang pembangunan perumahan dan kawasan
permukiman;
e) Menunjang pembangunan bidang ekonomi, sosial, dan budaya;
f) Menjamin terwujudnya rumah layak huni dan terjangkau dengan lingkungan yang sehat,
aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan keberlanjutan.
Menurut peraturan perundang-undangan, perumahan merupakan kumpulan rumah
sebagai bagian dari permukiman dengan dilengkapi prasarana, sarana, dan utilitas umum. Untuk
kawasan permukiman merupakan bagian dari lingkungan di luar kawasan lindung sebagai
lingkungan hunian.

Dalam penyelenggaran perumahan dan kawasan permukiman, pemerintah wajib


melakukan pembinaan yang meliputi menetapkan kebijakan tentang pemanfaatan hasil teknologi
bidang perumahan dan kawasan permukiman, pengelolaan Kasiba dan Lisba, memfasilitasi
penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi masyarakat, menyelenggarakan fungsi
operasionalisasi dan koordinasi, mendorong penelitian pengembangan penyelenggraan
perumahan dan kawasan permukiman, melakukan sertifikasi dan administrasi lainnya terhadap
badan penyelenggaran perumahan, dan menyelenggarakan pelatihan bidang perumahan dan
kawasan permukiman. Penyelenggaran perumahan meliputi:
a) Perencanaan perumahan, yang terdiri dari :
• Perencanaan dan perancangan rumah, baik rumah komersial, umum, swadaya, khusus,
dan rumah negara guna menciptakan rumah yang layak huni, mendukung uoaya

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 11 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
pemebuhan kebutuhan rumah oleh masyarakat dan pememrintah, dan meningkatkan tata
bangunan dan lingkungan yang terstruktur.
• Perencanaan prasarana, sarana, sarana, utilitas umum yang meliputi rencana
penyediaan kaveling tanah untuk perumahan sebagai bagian dari permukiman dan
rencana kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan.
• Penyediaan kavling tanah untuk meningkatkan hasil guna tanah bagi kavling siap bangun.

b) Pembangunan perumahan. Pembanguan perumahan skala besar terdiri dari hunian


berimbang seperti rumah sederhana, menengah, dan mewah. Tannggung jawab pemerintah
diberikan kepada pembangunan rumah umum, khusus, dan Negara melalui lembaga yang
ditugaskan. Pembangunan perumahan meliputi :
• Pembangunan rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum.
• Peningkatan kualitas perumahan.
• Pengembangan teknologi dan rancang bangunan yang ramah lingkungan.
c) Pemanfaatan perumahan yang meliputi pemanfaatan rumah, pemanfaatan dan pelestarian
prasarana dan sarana perumahan, dan pelestarian perumahan.
d) Pengendalian perumahan

Untuk penyelenggara kawasan permukiman berfungsi untuk memenuhi hak orang atas
tinggal dan mewujudkan wilayah yang berfungsi sebagai lingkungan hunian sesuai rencana tata
ruang. Penyelenggara kawasan permukiman di perkotaan maupun pedesaan dapat melalui:

a. Pengembangan yang telah ada dengan meningkatkan potensi lingkungan hunian


melalui fungsi kota, meningkatkan pelayanan lingkungan hunian, keberadaan
prasarana, sarana, dan utilitas umum, tanpa menambah tumbuhnya lingkungan
hunian yang tidak terencana atau permukiman kumuh.

b. Pembangunan lingkungan hunian baru melalui penyediaan lokasi permukiman, prasarana,


sarana, dan utilitas umum. Pembangunan kembali berfungsi untuk memulihkan fungsi
lingkungan hunian perkotaan dan pedesaan sesuai rencana tata ruang dengan persyaratan
sebagai berikut :
▪ Kesesuaian dnegan rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang wilayah
provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/ kota.
▪ Kesesuaian dengan rencana tata bangunan dan lingkungan.Kondisi dan kualitas, sarana,
dan utilitas umum yang memenuhi persyaratan dan tidak membahayakan penghuni.
▪ Tingkat kepadatan bangunan.
▪ Kualitas bangunan.
▪ Kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 12 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
c. Pembangunan kembali dapat dilakukan dengan rehabilitasi, rekonstruksi, dan peremajaan.
Untuk melakukan penanganan terhadap perumahan dan kawasan permukiman kumuh
dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas dan pencegahan. Pencegahan yang dilakukan
berfungsi untuk mengendalikan kepadatan bangunan, penurunan kualitas perumahan,
permukiman, sarana, dan prasarana serta pembangunan rumah yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang. Pencegahan dapat dilakukan melalui pengawasan dan pemberdayaan
masyarakat.
Untuk peningkatan kualitas terhadap perumahan dan kawasan permukiman kumuh
dapat dilakukan melalui:
• Pemugaran menjadi permukiman yang layak huni,
• Peremajaan untuk mewujudkan kondisi perumahan dan kualitas permukiman yang lebih
baik atau meningkatkan kualitas rumah dengan terlebih dahulu menyediakan tempat
tinggal bagi masyarakat yang terdampak.
• Permukiman kembali yang dilakukan untuk memindahkan masyarakat yang terdampak
dari lokasi yang tidak mungkin dibangun kembali karena tidak sesuai dengan rencana tata
ruang dengan lokasi yang telah ditetapkan pemerintah

Pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang bertumpu pada masyarakat


memberikan hak dan kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat untuk ikut berperan. Sejalan
dengan peran masyarakat di dalam pembangunan perumahan dan kawasan permukiman,
Pemerintah dan pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab untuk menjadi fasilitator,
memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat, serta melakukan penelitian dan
pengembangan yang meliputi berbagai aspek yang terkait, antara lain, tata ruang, pertanahan,
prasarana lingkungan, industri bahan dan komponen, jasa konstruksi dan rancang bangun,
pembiayaan, kelembagaan, sumber daya manusia, kearifan lokal, serta peraturan perundang-
undangan yang mendukung.

1. Pemerintah Provinsi dalam melaksanakan pembinaan mempunyai tugas:


a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pada tingkat Provinsi di bidang
perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan nasional;
b) Merumuskan dan menetapkan kebijakan Provinsi tentang pendayagunaan dan
pemanfaatan hasil rekayasa teknologi dibidang perumahan dan kawasan permukiman
dengan berpedoman pada kebijakan nasional;
c) Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan KASIBA dan LISIBA lintas
kabupaten/kota
d) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada tingkat Provinsi di bidang
perumahan dan kawasan permukiman;

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 13 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
e) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan
Provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan
permukiman;
f) Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman lintas kabupaten/kota;
g) Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat Provinsi;
h) Mengalokasikan dana dan/atau biaya pembangunan untuk mendukung terwujudnya
perumahan bagi MBR;
i) Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi masyarakat,
terutama bagi MBR; dan
j) Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat Provinsi.

2. Pemerintah Provinsi dalam melaksanakan pembinaan mempunyai wewenang:


a) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat Provinsi;
b) Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan
dan kawasan permukiman pada tingkat Provinsi;
c) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat Provinsi;
d) Melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, dan sosialisasi peraturan perundang-undangan
serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
pada tingkat Provinsi dalam rangka mewujudkan jaminan dan kepastian hukum dan
pelindungan hukum dalam bermukim;
e) Mengoordinasikan pemanfaatan teknologi dan rancang bangun yang ramah lingkungan
serta pemanfaatan industri bahan bangunan yang mengutamakan sumber daya dalam
negeri dan kearifan lokal;

f) Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-


undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat Provinsi;
g) Mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat Provinsi;
h) Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh
pada tingkat Provinsi;
i) Mengoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah untuk pembangunan perumahan
dan permukiman bagi MBR pada tingkat Provinsi;

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 14 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
j) Menetapkan kebijakan dan strategi daerah Provinsi dalam penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan nasional; dan
k) Memfasilitasi kerja sama pada tingkat Provinsi antara pemerintah Provinsi dan badan
hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.

3. Jenis dan Bentuk Rumah


➢ Jenis rumah dibedakan berdasarkan pelaku pembangunan dan penghunian yang meliputi:
a) Rumah komersial; diselenggarakan untuk mendapatkan keuntungan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
b) Rumah umum; diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR. Dan
mendapatkan kemudahan dan/atau bantuan dari Pemerintah dan/atau pemerintah
daerah.
c) Rumah swadaya; diselenggarakan atas prakarsa dan upaya masyarakat, baik secara
sendiri maupun berkelompok. Dan dapat memperoleh bantuan dan kemudahan dari
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.
d) Rumah khusus; dan diselenggarakan dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah untuk
kebutuhan khusus. Dan disediakan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah.
e) Rumah negara disediakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.
➢ Bentuk rumah
a) Dibedakan berdasarkan hubungan atau keterikatan antar bangunan.
b) Bentuk rumah meliputi: a. rumah tunggal; b. rumah deret; dan c. rumah susun.
c) Luas lantai rumah tunggal dan rumah deret memiliki ukuran paling sedikit 36 (tiga puluh
enam) meter persegi.

4. Perencanaan Perumahan
a) Perencanaan perumahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah.
b) Perencanaan perumahan terdiri atas:
• Perencanaan dan perancangan rumah; dan
• prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan.

c) Perencanaan perumahan merupakan bagian dari perencanaan permukiman.


d) Perencanaan perumahan mencakup rumah sederhana, rumah menengah, dan/atau
rumah mewah.
5. Perencanaan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
a) Perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan meliputi:
• Rencana penyediaan kaveling tanah untuk perumahan sebagai bagian dari
permukiman; dan

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 15 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
• Rencana kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan.
b) Rencana penyediaan kaveling tanah digunakan sebagai landasan perencanaan
prasarana, sarana, dan utilitas umum.
c) Rencana penyediaan kaveling tanah dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dan
hasil guna tanah bagi kaveling siap bangun sesuai dengan rencana tata bangunan dan
lingkungan.
d) Perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum harus memenuhi persyaratan
administratif, teknis, dan ekologis.
e) Perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum yang telah memenuhi persyaratan
wajib mendapat pengesahan dari pemerintah daerah.
f) Pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan harus memenuhi
persyaratan:
• Kesesuaian antara kapasitas pelayanan dan jumlah rumah;
• Keterpaduan antara prasarana, sarana, dan utilitas umum dan lingkungan hunian; dan
• Ketentuan teknis pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum.
6. Pembangunan Perumahan
a) Pembangunan perumahan meliputi:
• Pembangunan rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum; dan/atau
• Peningkatan kualitas perumahan.
b) Pembangunan perumahan dilakukan dengan mengembangkan teknologi dan rancang
bangun yang ramah lingkungan serta mengembangkan industri bahan bangunan yang
mengutamakan pemanfaatan sumber daya dalam negeri dan kearifan lokal yang aman
bagi kesehatan.
c) Industri bahan bangunan sebagaimana dimaksud wajib memenuhi Standar Nasional
Indonesia.

d) Pemerintah daerah wajib memberikan kemudahan perizinan bagi badan hukum yang
mengajukan rencana pembangunan perumahan untuk MBR.
e) Pemerintah daerah berwenang mencabut izin pembangunan perumahan terhadap badan
hukum yang tidak memenuhi kewajibannya.
f) Badan hukum yang melakukan pembangunan perumahan wajib mewujudkan perumahan
dengan hunian berimbang.
g) Pembangunan perumahan skala besar yang dilakukan oleh badan hukum wajib
mewujudkan hunian berimbang dalam satu hamparan.
h) Kewajiban sebagaimana dimaksud dikecualikan untuk badan hukum yang membangun
perumahan yang seluruhnya ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan rumah umum.

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 16 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
i) Dalam hal pembangunan perumahan, Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dapat
memberikan insentif kepada badan hukum untuk mendorong pembangunan perumahan
dengan hunian berimbang.
j) Pembangunan perumahan skala besar dengan hunian berimbang meliputi rumah
sederhana, rumah menengah, dan rumah mewah.
k) Dalam hal pembangunan perumahan dengan hunian berimbang tidak dalam satu
hamparan, pembangunan rumah umum harus dilaksanakan dalam satu daerah
kabupaten/kota.
l) Pembangunan rumah umum harus mempunyai akses menuju pusat pelayanan atau
tempat kerja.
m) Kemudahan akses diatur dengan peraturan daerah.
n) Pembangunan perumahan dengan hunian berimbang dilakukan oleh badan hukum yang
sama.
7. Kemudahan Pembangunan dan Perolehan Rumah bagi MBR
a) Pemerintah wajib memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR.
b) Untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR, Pemerintah dan/atau pemerintah daerah
wajib memberikan kemudahan pembangunan dan perolehan rumah melalui program
perencanaan pembangunan perumahan secara bertahap dan berkelanjutan.
c) Kemudahan dan/atau bantuan pembangunan dan perolehan rumah bagi MBR dapat
berupa:
• Subsidi perolehan rumah;
• Stimulan rumah swadaya;
• Insentif perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan;
• Perizinan;
• Asuransi dan penjaminan;
• Penyediaan tanah;
• Sertifikasi tanah; dan/atau
• Prasarana, sarana, dan utilitas umum.
d) Pemberian kemudahan dituangkan dalam akta perjanjian kredit atau pembiayaan untuk
perolehan rumah bagi MBR.
8. Perencanaan Kawasan Permukiman
a) Perencanaan kawasan permukiman harus dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah.

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 17 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
b) Perencanaan kawasan permukiman dimaksudkan untuk menghasilkan dokumen rencana
kawasan permukiman sebagai pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan dalam
pembangunan kawasan permukiman.
c) Pedoman digunakan untuk memenuhi kebutuhan lingkungan hunian dan digunakan untuk
tempat kegiatan pendukung dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang.
d) Perencanaan kawasan permukiman dapat dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan setiap orang.
e) Dokumen rencana kawasan permukiman ditetapkan oleh bupati/walikota.
f) Perencanaan kawasan permukiman harus mencakup:
• Peningkatan sumber daya perkotaan atau perdesaan;
• Mitigasi bencana; dan
g) penyediaan atau peningkatan prasarana, sarana, dan utilitas umum.
h) Perencanaan kawasan permukiman terdiri atas perencanaan lingkungan hunian
perkotaan dan perdesaan serta perencanaan tempat kegiatan pendukung perkotaan dan
perdesaan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan.

Gambar 1. 4 Objek Pengaturan PKP Dalam UU 1/2011

Sumber: Bahan Papapran Asdep Perencanaan Pengembangan Kawasan Deputi Bidang Pengembangan Kawasan
Kementerian Perumahan Rakyat 2014

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 18 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
1.4.4 Tinjauan Terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2016 Tentang
Pembangunan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Pembangunan Perumahan MBR dilakukan untuk luas lahan tidak lebih dari 5 (lima)
hektare dan paling kurang 0,5 (nol koma lima) hektare serta berada dalam 1 (satu) lokasi yang
diperuntukkan bagi pembangunan Rumah tapak. Lokasi pembangunan Perumahan MBR telah
sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Pelaksanaan pembangunan Perumahan MBR
dilakukan dalam 4 (empat) tahapan, yaitu:
a. persiapan;
b. prakonstruksi;
c. konstruksi; dan
d. pascakonstruksi.
Dalam hal persyaratan perizinan yang disampaikan oleh Badan Hukum kepada PTSP
telah terpenuhi dan perizinan tidak diberikan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan, Badan
Hukum menyampaikan kepada bupati/walikota untuk penerbitan izin sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pemerintahan daerah.
Dalam hal izin tidak diterbitkan oleh bupati/walikota, Badan Hukum menyampaikan
kepada gubernur untuk pemberian sanksi administratif sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pemerintahan daerah. Dalam hal sanksi administratif telah dikenakan dan
perizinan tidak diterbitkan oleh bupati/walikota, gubernur mengambil alih pemberian izin
dimaksud.
Dalam hal persyaratan perizinan yang disampaikan kepada gubernur telah terpenuhi
dan perizinan tidak diberikan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan, Badan Hukum
menyampaikan kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pemerintahan dalam negeri untuk pemberian sanksi administratif sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pemerintahan daerah. Dalam hal sanksi administratif telah
dikenakan dan perizinan tidak diterbitkan oleh gubernur, menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pemerintahan dalam negeri mengambil alih pemberian izin dimaksud.

1.4.5 Tinjauan Terhadap Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 34 Tahun 2006
Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Keterpaduan PSU Kawasan Perumahan
Pada Bab II dijelaskan bahwa keterpaduan PSU kawasan mengidentifikasikan
kebutuhan layanan yang optimal secara menyeluruh dan menyatukan secara utuh proses
pembangunan kawasan perumahan. Penanganan keterpaduan PSU kawasan melalui:
a) Pembangunan kawasan perumahan dan permukiman skala besar yang terencana secara
menyeluruh dan terpadu dengan pelaksanaan yang dapat dilaksanakan secara bertahap.
b) Pembangunan kawasan khusus, yaitu pada bagian wilayah dalam propinsi dan/ atau
Kabupaten/ Kota untuk menyelenggarakan kegiatan dengan fungsi khusus seperti industri,

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 19 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
perbatasan, nelayan, pertambangan, pertanian, pariwisata, pelabuhan, cagar budaya, dan
rawan bencana.
c) Peningkatan kualitas permukiman berupa kegiatan pemugaran, perbaikan dan peremajaan
dan mitigasi bencana.
Komponen PSU kawasan yang diatur untuk keterpaduannya, dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.

Tabel 1. 1 Komponen PSU Kawasan

No Komponen PSU Kawasan Skala Besar Kawasan Khusus

A. Prasarana
Jalan lokal sekunder, dan
1 Jalan Jalan lokal sekunder
Jalan diatas air
2 Drainase Primer dan sekunder Primer dan sekunder
3 Air limbah Terpusat, setempat Terpusat, setempat
Tempat Pengolahan Sementara / Komposter dan pengolahan
4 Persampahan
Akhir, dan Komposter sementara
5 Jaringan air minum Distribusi Distribusi, terminal air, HU
B. Sarana
1 Tempat pendidikan, TK, SD, SLTP, dan SMU SD, SLTP
Klinik, puskesmas, RS C, B dan Klinik, posyandu, puskesmas
2 Layanan kesehatan
A pembantu dan puskesmas
Warung, restoran, pujasera,
Warung, pujasera, pasar dan
3 Layanan perdagangan pasar, tradisional, minimarket dan
tempat pelelangan ikan
pertokoan
Rumah ibadah, balai pertemuan Rumah ibadah, dan balai
4 Fasos dan Fasum
dan kantor pertemuan
5 Tempat Olahraga Gedung, dan Lapangan olahraga Lapangan olahraga
6 Pemakaman Pemakaman -
Taman, dan tempat
7 Ruang Terbuka Hijau Taman
penjemuran ikan
8 Terminal Halte Dermaga
C. Utilitas umum
Gardu dan jaringan (PLN)
1 Jaringan listrik Gardu dan jaringan (PLN)
serta genset
2 Jaringan telepon Jaringan (Telkom) Jaringan (Telkom)
3 Jaringan gas Jaringan (migas) Jaringan (migas)
4 Transportasi Angkutan umum Angkutan umum
Perlengkapan pemadam Perlengkapan pemadam
5 Pemadam Kebakaran
kebakaran kebakaran.
Sumber: Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 34 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Keterpaduan Psu Kawasan Perumahan

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 20 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
1.4.6 Tinjauan Terhadap Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2012
Tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman dengan Hunian
Berimbang
Hunian berimbang adalah perumahan dan kawasan permukiman yang dibangun secara
berimbang dengan komposisi tertentu dalam bentuk rumah tunggal dan rumah deret antara
rumah sederhana, rumah menengah dan rumah mewah, atau dalam bentuk rumah susun antara
rumah susun umum dan rumah susun komersial.
Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan
maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil
upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Sedangkan permukiman adalah bagian dari
lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai
prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan.
Lingkungan hunian adalah bagian dari kawasan permukiman yang terdiri atas lebih dari
satu satuan permukiman. Dan kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar
kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan.
Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi standar
tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman dan nyaman. Sarana adalah
fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk mendukung penyelenggaraan dan
pengembangan kehidupan sosial, budaya dan ekonomi. Dan utilitas umum adalah kelengkapan
penunjang untuk pelayanan lingkungan hunian.
Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dengan hunian berimbang
bertujuan untuk:
a) menjamin tersedianya rumah mewah, rumah menengah, dan rumah sederhana bagi
masyarakat yang dibangun dalam satu hamparan atau tidak dalam satu hamparan untuk
rumah sederhana;
b) mewujudkan kerukunan antar berbagai golongan masyarakat dari berbagai profesi, tingkat
ekonomi dan status sosial dalam perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan
kawasan permukiman;
c) mewujudkan subsidi silang untuk penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas umum, serta
pembiayaan pembangunan perumahan;
d) menciptakan keserasian tempat bermukim baik secara sosial dan ekonomi; dan
e) mendayagunakan penggunaan lahan yang diperuntukkan bagi perumahan dan
kawasan permukiman.

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 21 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
1.4.7 Tinjauan Terhadap Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2014
Tentang Pedoman Mitigasi Bencana Alam Bidang Perumahan dan Kawasan
Permukiman
Pada peraturan ini ada 4 ruang lingkup yang di bahas yaitu identifikasi mitigasi bencana
alam, pelaksanaan mitigasi bencana, penanganan bencana alam dan peran masyarakat. Untuk
lebih jelasnya mengenai identifikasi mitigasi bencana alam, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

MITIGASI BENCANA
NO JENIS BENCANA ALAM
ALAM
1. Bahaya Alam Gempa bumi, tsunami, gunung meletus, tanah longsor dan banjir

2. Kerentanan Kerentanan fisik dan lingkungan melalui:


- Kekuatan struktur lahan/lokasi
- Struktur fisik bangunan
- Kepadatan bangunan
- bahan bangunan
- ketersediaan prasarana, sarana, dan utilitas umum.
Kerentanan sosial-kependudukan melalui:
- Jumlah penduduk
- Kepadatan penduduk
- Struktur penduduk rentan
- Budaya serat kearifan masyarakat lokal

Kerentanan kelembagaan melalui pembentukan struktur


kelembagaan yang melibatkan setiap orang dalam mitigasi
bencana bidang perumahan dan kawasan permukiman.

Kerentanan sistem melalui penanganan bencana secara


terpadu dan terkoordinasi dalam bidang perumahan dan
kawasan permukiman.

kesesuaian perumahan dan kawasan permukiman terhadap


3. Ketahanan -
rencana tata ruang wilayah;
kelengkapan dan kualitas prasarana, sarana, dan utilitas
-
untuk mengurangi dampak bencana alam;
kelengkapan dan kesiapan institusi penanggulangan bencana
-
alam;
ketersediaan dan kelengkapan prasarana dan sarana
-
evakuasi;
kualitas lingkungan fisik alami yang mampu mengurangi
-
dampak bencana alam.
Sumber: Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 34 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Keterpaduan Psu Kawasan Perumahan

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 22 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Mitigasi bencana alam bidang perumahan dan kawasan permukiman (perumahan,
permukiman, lingkungan hunian dan kawasan permukiman) dalam perencanaan dengan
memperhatikan:
a. jenis bahaya alam yang berada pada lokasi atau di sekitar perumahan dan kawasan
permukiman;
b. lokasi perumahan dan kawasan permukiman sesuai dengan rencana tata ruang wilayah;
c. sesuai standar kualitas lingkungan, daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
d. rencana dan rancangan perumahan dan kawasan permukiman tanggap terhadap bencana
alam terutama yang berlokasi yang rawan bencana;
e. melibatkanperansertamasyarakat;
f. meningkatkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kemandirian masyarakat
dalam mengelola risiko bencana alam.

Mitigasi bencana alam bidang perumahan dan kawasan permukiman dalam pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman, pemerintah daerah kabupaten/kota dapat meminta
masukan dari masyarakat sekitar lokasi serta harus memperhatikan:
a. pemilihan lokasi, dilakukan melalui:
1. sesuai dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dan/atau rencana
pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman;
2. bukan kawasan lindung; dan
3. tidak pada zona dengan tingkat kerawanan bencana tinggi.
b. pembatasan intensitas penggunaan lahan melalui Koefisien Dasar Bangunan (KDB),
Koefisien Luas Bangunan (KLB) Koefisien Daerah Hijau (KDH), ketinggian bangunan, dan
kepadatan bangunan.
c. peta mikrozonasi bencana alam pada lokasi perumahan dan kawasan permukiman;
d. struktur konstruksi bangunan, bahan bangunan sesuai dengan kearifan lokal;
e. penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas sesuai cakupan layanan yang mendukung
tindakan mitigasi dan tanggap darurat terhadap bencana alam; dan
f. pengendalian pembangunan perumahan dan kawasan permukiman sesuai perizinan.

Mitigasi bencana alam dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman yang telah
terbangun dilaksanakan melalui :
a. peningkatan kualitas prasarana, sarana, dan utilitas umum sesuai kebutuhan mitigasi
bencana alam;
b. pembatasan intensitas penggunaan lahan melalui pengaturan Koefisien Dasar Bangunan
(KDB), Koefisien Luas Bangunan (KLB) Koefisien Daerah Hijau (KDH), ketinggian
bangunan, dan kepadatan bangunan terutama wilayah rentan bencana alam;

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 23 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
c. pelibatan peran serta masyarakat dalam penentuan risiko bencana alam, mitigasi bencana;
dan penyusunan rencana kontijensi berbasis masyarakat; dan
d. penataan daerah aliran sungai, pantai, serta wilayah rawan bencana alam.

Mitigasi bencana alam bidang perumahan dan kawasan permukiman melalui tahapan:
a. identifikasi potensi bencana alam yang mengancam perumahan dan kawasan permukiman
sekurang-kurangnya meliputi:
1. jenis bencana alam;
2. sejarah dan potensi kejadian bencana alam; serta
3. kerugian yang diakibatkan oleh bencana alam.
b. identifikasi tingkat kerentanan bencana alam sekurang-kurangnya melakukan penilaian
terhadap:
1. rumah penduduk;
2. prasarana, sarana, dan utilitas umum yang mendukung evakuasi;
3. kapasitas struktural bangunan mencakup rumah serta prasarana, sarana, dan utilitas
umum.
c. identifikasi kapasitas perumahan dan kawasan permukiman dalam menghadapi dan
menanggulangi bencana alam;
d. penyusunan prioritas mitigasi bencana yang dilakukan berdasarkan analisis biaya dan
efektifitas mitigasi;
e. penyusunan rencana tindak,sekurang-kurangnya meliputi:
1. kajian risiko bencana;
2. tujuan mitigasi bencana;
3. mitigasi yang akan dilakukan;
4. perencanaan teknis;
5. skema pembiayaan;
6. jadwal pelaksanaan;
7. pelaksana/penanggung jawab pelaksanaan mitigasi;
8. pemantauan dan evaluasi.
f. Mekanisme pengawasan dan pengendalian.

Pelaksanaan Mitigasi Bencana Alam


1. Gempa Bumi
Mitigasi bencana gempa bumi terhadap perumahan dan kawasan permukiman dilakukan
untuk mengurangi kerusakan yang terjadi pada struktur rumah serta prasarana, sarana, dan
utilitas umum. Mitigasi bencana gempa bumi dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui :

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 24 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
a. perencanaan penempatan perumahan dan kawasan permukiman untuk mengurangi
tingkat kepadatan hunian di daerah rawan bencana;
b. pembangunan perumahan dan kawasan permukiman dengan perkuatan struktur dan
konstruksi bangunan tahan getaran/gempa;
c. pemanfaatan penerapan zonasi daerah rawan bencana dan pengaturan penggunaan
lahan; dan
d. pemeliharaan perumahan dan kawasan permukiman dengan mengikutsertakan peran
serta masyarakat dalam pelatihan program penyelamatan dan kewaspadaan terhadap
gempa bumi.

Mitigasi bencana gempa bumi bidang perumahan dan kawasan permukiman dilakukan
melalui identifikasi dan memetakan lokasi perumahan dan kawasan permukiman yang rawan
gempa bumi sesuai zonasi kerawanan gempa bumi. Pemerintah dan pemerintah daerah
melakukan pembinaan kepada masyarakat yang berlokasi rawan gempa bumi melalui:

a. sosialisasi mengenai lokasi rawan gempa bumi, cara penyelamatan; dan meningkatkan
kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi gempa bumi;
b. memberikan bimbingan teknis, pendidikan dan pelatihan, serta pendampingan; dan
c. meningkatkan kerjasama dengan masyarakat untuk mengetahui tanda-tanda gempa
bumi.

2. Tsunami
Mitigasi bencana tsunami bidang perumahan dan kawasan permukiman dilakukan terhadap
rumah serta prasarana, sarana, dan utilitas umum. Mitigasi bencana tsunami dilakukan
melalui :
a. pembangunan tembok penahan tsunami pada garis pantai perumahan dan kawasan
permukiman yang berisiko;
b. penanaman mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis pantai perumahan dan
kawasan permukiman meredam gaya air tsunami;
c. pembangunan tempat evakuasi yang cukup tinggi dan mudah diakses, serta aman di
sekitar daerah pemukiman; dan
d. pembangunan sistem peringatan dini tsunami.

Pemerintah daerah melakukan identifikasi dan pemetaan zonasi risiko tsunami untuk
menentukan lokasi perumahan dan kawasan permukiman yang terletak di dekat garis
pantai. Zonasi risiko tsunami meliputi zonasi risiko tinggi, zonasi risiko sedang dan zonasi

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 25 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
risiko rendah. Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pembinaan kepada
masyarakat yang berlokasi rawan tsunami melalui:
a. sosialisasi mengenai karakteristik, tanda-tanda tsunami, cara penyelamatan; dan
meningkatkan kewaspadaan dan kesiapaan dalam menghadapi tsunami; dan
b. memberikan bimbingan teknis, pendidikan dan pelatihan, serta pendampingan; dan
c. meningkatkan kerjasama dengan masyarakat untuk implementasi sistem peringatan dini
bencana tsunami.

3. Gunung Meletus
Bencana gunung meletus terhadap perumahan dan kawasan permukiman terdiri dari
bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer merupakan bahaya letusan gunung
yang sedang berlangsung. Bahaya sekunder merupakan bahaya yang terjadi setelah
letusan gunung. Mitigasi bencana gunung meletus ditekankan pada perumahan dan
kawasan permukiman untuk mengurangi dampak dari adanya gempa tektonik dan gempa
vulkanik yang diikuti dengan terjadinya awan panas, aliran lava, material lontaran dan
guguran batu (pijar), hujan abu lebat, hujan lumpur (panas) atau lahar dan gas beracun.
Mitigasi bencana gunung meletus terhadap perumahan dan kawasan permukiman
dilaksanakan sekurang-kurangnya:
a. perencanaan perumahan dan kawasan permukiman menghindari kawasan rawan
bencana gunung meletus terutama yang masih aktif serta lokasi yang cenderung dialiri
lava;
b. desain rumah serta sarana dan utilitas umum yang tahan terhadap beban dan bahaya
akibat letusan gunung; dan
c. menyediakan lokasi evakuasi dan pengungsian prasarana jalan yang memadai menuju
lokasi pengungsian, serta alat transportasi.

Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai kewenangannya melakukan pembinaan kepada


masyarakat di lokasi gunung meletus sekurang- kurangnya melalui:
a. sosialisasi sebagai peringatan dini dan pengelolaan bencana gunung meletus;
b. bimbingan teknis, pendidikan dan pelatihan, serta pendampingan;
c. menginformasikan secara berkala tentang aktifitas gunung meletus; dan
d. meningkatkan kerjasama antar aparat pemerintah daerah dan masyarakat dalam hal
melihat tanda-tanda aktivitas gunung meletus.

4. Tanah Longsor
Mitigasi bencana tanah longsor bidang perumahan dan kawasan permukiman dilakukan
terhadap rumah serta prasarana, sarana, dan utilitas umum, meliputi:

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 26 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
a. Membangun struktur bangunan dengan pondasi yang kuat;
b. membangun sengkedan-sengkedan lahan pada wilayah yang memiliki kelerengan cukup
tinggi untuk memperlandai lereng;
c. membangunprasarana,sarana,dan utilitas umum yang memadai;
d. menempatkan konstruksi penahan tanah konvensional;
e. memberi beban penyeimbang;dan
f. pembuatan jangkar untuk perkuatan tanah.

Pelaksanaan mitigasi bencana tanah longsor bidang perumahan dan kawasan


permukiman melalui :
a. identifikasi dan pemanfaatan peta mikrozonasi kerawanan bencana tanah longsor;
b. mengembangkan lokasi penyangga antara lokasi rawan longsor dengan lokasi yang akan
dikembangkan sebagai perumahan dan kawasan permukiman;
c. rekonstruksi terhadap bangunan dan prasarana, sarana, dan utilitas umum yang
memadai;
d. relokasi perumahan dan kawasan permukiman yang sudah tidak layak huni ke lokasi yang
lebih aman.
Pelaksanaan mitigasi bencana tanah longsor melalui pembangunan prasarana,
sarana, dan utilitas, dengan memperhatikan:
a. perencanaan lokasi evakuasi dan penampungan;
b. perencanaan jaringan jalan yang digunakan untuk jalur akses menuju ke lokasi evakuasi;
c. menstabilkan tanah lereng yang rawan longsor;
d. penyediaan drainase bawah tanah; dan
e. ketersediaan sarana peringatan dini dan rambu-rambu yang dibutuhkan.
Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pembinaan kepada masyarakat di
lokasi tanah longsor sekurang-kurangnya melalui:
a. sosialisasi terhadap kondisi tanah dan tindakan antisipasi terhadap bencana tanah
longsor;
b. bimbingan teknis, pendidikan dan pelatihan, serta pendampingan; dan
c. meningkatkan kerjasama antar aparat pemerintah daerah dan masyarakat
dalam hal melihat tanda-tanda tanah longsor.

5. Banjir
Pelaksanaan mitigasi bencana banjir bidang perumahan dan kawasan permukiman dalam
rangka mencegah dan mengurangi dampak terjadinya bencana banjir melalui identifikasi
dan pemetaan zonasi kerawanan banjir. Identifikasi dilakukan terhadap penentuan alternatif
pengurangan risiko kerusakan bencana banjir. Pemetaan zonasi kerawanan banjir

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 27 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
dilakukan terhadap kemiringan lokasi perumahan dan kawasan permukiman sehingga dapat
mengurangi dampak bencana banjir. Prinsip mitigasi bencana banjir untuk perumahan dan
kawasan permukiman adalah :
a. menghindari kawasan rawan banjir;
b. menghindari limpahan air ;
c. mengalihkan aliran banjir;dan
d. pengendalian aliran air.
Pelaksanaan mitigasi bencana banjir bidang perumahan dan kawasan permukiman, meliputi:
a. sesuai tataruang wilayah serta tata bangunan dan lingkungan;
b. penentuan lokasi melalui identifikasi dan pemanfaatan peta mikrozonasi kerawanan
bencana banjir;
c. pengelolaan perumahan dan kawasan permukiman secara swadaya melalui
pemeliharaan dan perawatan secara berkala.
Pelaksanaan mitigasi bencana banjir bidang perumahan dan kawasan permukiman terhadap
pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum, memperhatikan:
a. lokasi evakuasi dan penampungan sementara jika terjadi bencana banjir;
b. jaringan jalan yang dapat digunakan untuk jalur akses menuju ke lokasi evakuasi;
c. drainase dengan ukuran yang memadai berdasarkan data jenis dan daya serap tanah;
d. pembuatan sumur resapan;
e. pembuatan tanggul bagi sungai yang melewati perumahan dan kawasan permukiman;
f. ketersediaan sarana peringatan dini dan rambu-rambu yang dibutuhkan terkait dengan
peringatan dini dan evakuasi; dan
g. pembuatan tempat pembuangan sampah sementara.
Pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan pembinaan kepada masyarakat di lokasi banjir
melalui:
a. sosialisasi terhadap bencana banjir dan tindakan evakuasi;
b. bimbingan teknis, pendidikan dan pelatihan, serta pendampingan; dan
c. meningkatkan kerjasama antar aparat pemerintah daerah dan masyarakat dalam hal
melihat tanda-tanda banjir.

Peran Masyarakat
Peran masyarakat dalam mitigasi bencana alam bidang perumahan dan kawasan
permukiman, dapat dilakukan dengan memberikan masukan dalam penyusunan
rencana serta pelaksanaan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman
yang difasilitasi oleh pemerintah daerah. Peran masyarakat dalam mitigasi
bencana secara swadaya dilakukan melalui:
a. pemanfaatan rumah serta prasarana, sarana, dan utilitas umum sesuai fungsinya;

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 28 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
b. pemeliharaan dan perbaikan terhadap rumah serta prasarana, sarana, dan
utilitas umum; dan
c. pengendalian penyelenggaraan bidang perumahan dan kawasan
permukiman dengan melaporkan kepada instansi yang berwenang.

1.4.8 Tinjauan Terhadap Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 12 Tahun 2014
Tentang Pedoman Penyusunan Rencanan Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan Dan Kawasan Permukiman Daerah Provinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan RP3KP Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota
dimaksudkan untuk mewujudkan penyusunan RP3KP secara terkoordinasi dan terpadu lintas
sektoral pada daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota. Pedoman Penyusunan RP3KP
Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota bertujuan sebagai acuan dalam penyusunan
RP3KP oleh pemerintah daerah
provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota. RP3KP Daerah Provinsi merupakan
arahan kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan bidang perumahan dan
kawasan permukiman:
a. berdasarkan RTRW;
b. mendukung program dan kegiatan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang; dan
c. lintas daerah kabupaten/kota.

RP3KP Daerah Provinsi dan RP3KP Daerah Kabupaten/Kota berlaku sampai dengan 20 (dua
puluh) tahun. Dokumen RP3KP Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota terdiri atas Buku
Data dan Analisis; dan Buku Rencana. Penyusunan RP3KP provinsi mencakup:

A. Persiapan meliputi kegiatan:


a. penyusunan kerangka acuan kerja dan rencana anggaran biaya oleh SKPD yang
menangani bidang perumahan dan kawasan permukiman;
b. pembentukan Pokja PKP;
c. penetapan Pokja PKP; dan
d. konsolidasi Pokja PKP.
a. kerangka acuan kerja dan rencana anggaran biaya;
b. surat keputusan pembentukan Pokja PKP;
c. metodologi pelaksanaan pekerjaan yang akan digunakan;
d. rencana kerja pelaksanaan penyusunan RP3KP;
e. identifikasi data primer dan data sekunder;

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 29 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
f. perangkat survey data primer dan data sekunder; dan
g. pembagian tugas.

B. Penyusunan Rencana
Penyusunan rencana dilakukan melalui tahapan kegiatan:
a. pendataan;
b. analisis; dan
c. perumusan.
a. pengisian kuesioner;
b. wawancara;
c. media informasi; dan/atau
d. kegiatan forum-forum diskusi dan konsultasi publik.

1) data primer, meliputi:


- sebaran perumahan dan permukiman;
- sebaran perumahan kumuh dan permukiman kumuh;
- ketersediaan dan kondisi prasarana, sarana dan utilitas umum;
- tipologi perumahan dan permukiman;
- budaya bermukim masyarakat; dan
- kualitas lingkungan pada perumahan dan permukiman

2) data sekunder, meliputi:


- data dari RPJP dan RPJM Daerah Provinsi yang terdiri dari:
1. visi dan misi pembangunan daerah;
2. arah kebijakan dan strategi pembangunan daerah;
3. tujuan dan sasaran pembangunan daerah;
4. prioritas daerah; dan
5. program pembangunan daerah bidang perumahan
dan kawasan permukiman.
- data dari RTRW Daerah Provinsi, meliputi:
1. arahan kebijakan pemanfaatan ruang kawasan permukiman; dan
2. rencana struktur dan pola ruang.
- data dan informasi tentang kebijakan pembangunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman di tiap daerah kabupaten/kota;
- data izin lokasi pemanfaatan tanah;

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 30 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
- data dan informasi perumahan dan kawasan permukiman di tiap daerah
kabupaten/kota yang berada dalam wilayah provinsi, sekurang-kurangnya
meliputi:
1. data kependudukan tiap kecamatan;
2. data kondisi perumahan dan permukiman di daerah kabupaten/kota yang
berbatasan;
3. data dan informasi tentang rencana pembangunan terkait pembangunan dan
pengembangan perumahan dan kawasan permukiman lintas daerah
kabupaten/kota yang berbatasan, pada kawasan perkotaan atau kawasan
perdesaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota;
4. data tentang prasarana, sarana, dan utilitas umum lintas daerah kabupaten/kota
yang berbatasan;
5. data perizinan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang telah
diterbitkan;
6. data daya dukung wilayah;
7. data tentang kemampuan keuangan pembangunan daerah;
8. data tentang pendanaan dan pembiayaan perumahan dan kawasan
permukiman; dan
9. data dan informasi tentang kelembagaan terkait perumahan dan kawasan
permukiman di daerah provinsi.

3) peta-peta, meliputi:
1. peta dalam dokumen RTRW meliputi:
a) peta batas administrasi;
b) peta penggunaan lahan eksisting;
c) peta informasi kebencanaan dan rawan bencana;
d) peta kondisi tanah antara lain peta geologi, hidrologi, topografi;
e) peta-peta identifikasi potensi sumberdaya alam; dan
f) peta rencana struktur dan pola ruang;
2. peta daerah kabupaten/kota yang berbatasan dengan skala sekurang-
kurangnya 1: 25.000 sampai dengan 1 : 50.000;
3. citra satelit untuk memperbaharui (update) peta dasar dan membuat peta
tutupan lahan; dan
4. peta status perizinan lokasi pemanfaatan tanah.

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 31 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
C. Analisis
a. analisis implikasi kebijakan pembangunan dan kebijakan tata ruang nasional dan
daerah provinsi terhadap pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman;
b. analisis implikasi kebijakan pembangunan dan kebijakan tata ruang daerah
kabupaten/kota terhadap pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman;
c. analisis sistem pusat-pusat pelayanan yang didasarkan pada sebaran daerah
fungsional perkotaan dan perdesaan yang ada di wilayah perencanaan;

d. analisis karakteristik sosial kependudukan sekurang-kurangnya meliputi:


- pola migrasi, pola pergerakan penduduk;
- proporsi penduduk perkotaan dan perdesaan pada awal tahun perencanaan dan
proyeksi 20 (dua puluh) tahun ke depan;
- struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian, usia produktif, tingkat pendidikan,
sex ratio; dan
- sebaran kepadatan penduduk pada awal tahun perencanaan dan proyeksi 20 (dua
puluh) tahun ke depan;
e. analisis karakteristik perumahan dan kawasan permukiman sekurang-kurangnya
meliputi:
- identifikasi permasalahan perumahan dan kawasan permukiman di daerah;
- jumlah rumah dan kondisinya;
- jumlah kekurangan rumah (backlog) pada awal tahun perencanaan dan proyeksi 20
(dua puluh) tahun ke depan;
- lokasi perumahan pada kawasan fungsi lain yang perlu penanganan khusus;
- lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang perlu dilakukan pemugaran,
peremajaan atau pemukiman kembali; dan
- lokasi perumahan dan permukiman yang memerlukan peningkatan kualitas.
- analisis arah pengembangan perumahan dan kawasan permukiman di daerah
kabupaten/kota yang berbatasan terhadap rencana pengembangan wilayah
kabupaten/kota secara keseluruhan;
- analisis kebutuhan prasarana, sarana dan utilitas umum wilayah provinsi, dan lintas
daerah kabupaten/kota yang berbatasan yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah
kabupaten/kota;
- analisis arah pengembangan perumahan dan kawasan permukiman, dukungan
potensi wilayah, serta kemampuan penyediaan rumah dan jaringan prasarana, sarana,
utilitas umum;

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 32 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
- analisis kesesuaian terhadap rencana investasi prasarana, sarana, dan jaringan utilitas
regional atau rencana induk sistem;
- analisis besarnya permintaan masyarakat terhadap rumah;
- analisis kebutuhan tanah untuk pembangunan perumahan dan kawasan permukiman
dengan memperhatikan kebijakan hunian berimbang;
- analisis daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup serta optimasi pemanfaatan
ruang;
- analisis kemampuan keuangan daerah, sekurang-kurangnya meliputi: sumber
penerimaan daerah, alokasi pendanaan dan pembiayaan pembangunan, dan prediksi
peningkatan kemampuan keuangan daerah; dan
- analisis kebutuhan kelembagaan perumahan dan kawasan permukiman di daerah
Provinsi.
Konsep
Konsep RP3KP berisi:
a. visi, misi, tujuan, kebijakan, dan strategi pembangunan dan pengembangan perumahan dan
kawasan permukiman di daerah provinsi;
b. arahan operasionalisasi pemanfaatan ruang yang selaras dengan RTRW provinsi;
c. arahan lokasi dan sasaran pengembangan perumahan dan kawasan permukiman, serta
perumahan dan kawasan permukiman pada kawasan strategis provinsi;
d. arahan keterpaduan pemanfaatan dan pengendalian ruang daerah provinsi bagi
pengembangan kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan yang memiliki potensi menjadi
basis pengembangan ekonomi kawasan;
e. arahan investasi jaringan prasarana, sarana, dan utilitas umum berskala regional untuk
mendukung pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman;
f. arahan pencegahan tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman
kumuh;
g. penetapan prioritas penanganan kawasan permukiman yang bernilai strategis di daerah
provinsi;
h. fasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum di daerah provinsi;
i. pengaturan integrasi dan sinergi antara kawasan permukiman dengan sektor terkait
termasuk rencana investasi prasarana, sarana, dan utilitas umum lintas daerah
kabupaten/kota;
j. arahan keterpaduan pemanfaatan dan pengendalian pembangunan perumahan dan
kawasan permukiman pada lintas daerah kabupaten/kota;
k. sistem informasi pemantauan pemanfaatan kawasan permukiman yang terintegrasi dengan
sistem informasi pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman
daerah Provinsi dan daerah Kabupaten/Kota;

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 33 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
l. indikasi program dan kegiatan untuk pelaksanaan RP3KP yang ditetapkan berdasarkan
skala prioritas daerah provinsi;
m. indikasi program bidang perumahan dan kawasan permukiman di daerah provinsi dalam
jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang, termasuk rincian rencana
pendanaan dan/atau pembiayaan, sumber pendanaan dan/atau pembiayaan;
n. daftar daerah terlarang (negative list) untuk pembangunan atau pengembangan perumahan
dan kawasan permukiman;
o. arahan mitigasi bencana;
p. pengawasan dan penertiban penyelenggaraan pembangunan lintas program dan lintas
daerah kabupaten/kota yang terkait dengan pembangunan dan pengembangan perumahan
dan kawasan permukiman;
q. mekanisme pemberian insentif dan disinsentif oleh:
pemerintah daerah provinsi kepada pemerintah daerah kabupaten/kota;
pemerintah daerah provinsi kepada badan hukum; atau
pemerintah daerah provinsi kepada masyarakat.
r. pemberian insentif antara lain:
insentif perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan di bidang
perpajakan;
pemberian kompensasi berupa penghargaan, fasilitasi, dan prioritas
bantuan program dan kegiatan bidang perumahan dan kawasan permukiman;
subsidi silang; dan/atau
kemudahan prosedur perizinan.
s. pengenaan disinsentif antara lain:
pengenaan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
pengenaan retribusi daerah;
pembatasan fasilitasi program dan kegiatan bidang perumahan dan kawasan
permukiman dan/atau
pengenaan kompensasi.

Konsep RP3KP dalam penyusunannya harus memperhatikan:


a. persyaratan teknis, administratif, tata ruang dan ekologis;
b. tipologi, ekologi, budaya, dinamika ekonomi pada tiap daerah, serta mempertimbangkan
faktor keselamatan dan keamanan;
c. skala/batasan jumlah unit pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman sebagai berikut:
perumahan dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya 15 (lima belas) sampai dengan
1.000 (seribu) rumah;

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 34 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
permukiman dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya 1.000 (seribu) sampai dengan
3.000 (tiga ribu) rumah;
lingkungan hunian dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya 3.000 (tiga ribu) sampai
dengan 10.000 (sepuluh ribu) rumah; dan
kawasan permukiman dengan jumlah rumah lebih dari 10.000 (sepuluh ribu) rumah.

d. daya dukung dan daya tampung perumahan dan kawasan permukiman dengan lingkungan
hidup dalam rangka keberlanjutan;
e. hubungan antar kawasan fungsional sebagai bagian lingkungan hidup di luar kawasan
lindung;
f. keterkaitan lingkungan hunian perkotaan dengan lingkungan hunian perdesaan;

g. keterkaitan antara pengembangan lingkungan hunian perkotaan dan pengembangan


kawasan perkotaan;
h. keterkaitan antara pengembangan lingkungan hunian perdesaan dan pengembangan
kawasan perdesaan;
i. keterpaduan dan keseimbangan perkembangan antar wilayah, antar sektor, serta antar
lokasi perumahan dan kawasan permukiman terhadap kawasan fungsi lain;
j. keserasian tata kehidupan manusia dengan lingkungan hidup
k. akomodasi berbagai kegiatan lokal, regional maupun nasional di bidang perumahan dan
kawasan permukiman, untuk memberikan kearifan lokal yang dapat mengangkat citra
sosial-budaya daerah;
l. keseimbangan antara kepentingan publik dan kepentingan setiap orang; dan
m. lembaga yang mengoordinasikan bidang perumahan dan kawasan permukiman.

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 35 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Profil Daerah Kabupaten Belitung Timur Bidang Perumahan Dan Kawasan Permukiman

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 36 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
2.1 Gambaran Wilayah Kabupaten Belitung Timur

Belitung, atau Belitong (bahasa setempat), dulunya dikenal sebagai Billiton adalah
sebuah pulau di lepas pantai timur Sumatra, Indonesia yang diapit oleh Selat Gaspar dan Selat
Karimata. Pulau ini terkenal dengan lada putih (Piper-sp) yang dalam bahasa setempat
disebut sahang, dan bahan tambang tipe galian-C seperti timah putih (Stannuum), pasir kuarsa,
tanah liat putih (kaolin), dan granit. Serta akhir-akhir ini lebih dikenal sebagai Bumi Laskar Pelangi
yang menjadi tujuan wisata alam alternatif.
Pulau ini dahulu dimiliki Britania Raya (1812), sebelum akhirnya ditukar
kepada Belanda, bersama-sama Bengkulu, dengan Singapura dan New Amsterdam (sekarang
bagian kota New York). Kota utamanya adalah Tanjung Pandan. Pulau Belitung terbagi menjadi
2 kabupaten yaitu Kabupaten Belitung, beribukota di Tanjung Pandan, dan Belitung Timur,
beribukota di Manggar.
Pada tanggal 21 November 2000, berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000,
Pulau Belitung bersama dengan Pulau Bangka memekarkan diri dan membentuk satu provinsi
baru dengan nama Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Provinsi ini merupakan provinsi ke-31
di Indonesia. Berdasarkan aspirasi masyarakat dan berbagai pertimbangan, Kabupaten Belitung
dibagi menjadi 2 kabupaten yaitu Kabupaten Belitung beribukota di Tanjungpandan dengan
cakupan wilayah meliputi 5 kecamatan dan Kabupaten Belitung Timur dengan Manggar sebagai
ibukotanya dengan cakupan wilayah meliputi 4 kecamatan.
Kabupaten Belitung Timur yang dibentuk berdasarkan Undang-undang nomor 5 tahun
2003 dengan ibukota Manggar merupakan satu kesatuan wilayah daratan dengan Kabupaten
Belitung yang dipisahkan oleh wilayah daratan dan terletak di Pulau Belitong

A. Sejarah Belitung

Belitung merupakan kepulauan yang mengalami beberapa pemerintahan raja-raja. Pada


akhir abad ke-7, Belitung tercatat sebagai wilayah Kerajaan Sriwijaya, kemudian ketika Kerajaan
Majapahit mulai berjaya pada tahun 1365, pulau ini menjadi salah satu benteng pertahanan laut
kerajaan tersebut. Baru pada abad ke-15, Belitung mendapat hak-hak pemerintahannya. Tetapi
itupun tidak lama, karena ketika Palembang diperintah oleh Cakradiningrat II, pulau ini segera
menjadi taklukan Palembang.

Sejak abad ke-15 di Belitung telah berdiri sebuah kerajaan yaitu Kerajaan Badau dengan
Datuk Mayang Geresik sebagai raja pertama. Pusat pemerintahannya terletak di sekitar daerah
Pelulusan sekarang ini. Wilayah kekuasaaannya meliputi daerah Badau, Ibul, Bange, Bentaian,
Simpang Tiga, hingga ke Buding, Manggar dan Gantung. Beberapa peninggalan sejarah yang
menunjukkan sisa-sisa kerajaan Badau, berupa tombak berlok 13, keris, pedang, gong, kelinang,
dan garu rasul. Peninggalan-peninggalan tersebut dapat ditemui di Museum Badau.

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 37 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Kerajaan kedua adalah Kerajaan Balok. Raja pertamanya berasal dari keturunan
bangsawaan Jawa dari Kerajaan Mataram Islam bernama Kiai Agus Masud atau Kiai Agus
Gedeh Ja'kub, yang bergelar Depati Cakraningrat I dan memerintah dari tahun 1618-1661.
Selanjutnya pemerintahan dijalankan oleh Kiai Agus Mending atau Depati Cakraningrat II (1661-
1696), yang memindahkan pusat kerajaan dari Balok Lama ke suatu daerah yang kemudian
dikenal dengan nama Balok Baru. Selanjutnya pemerintahan dipegang oleh Kiai Agus Gending
yang bergelar Depati Cakraningrat III.

Pada masa pemerintahan Depati Cakraningrat III ini, Belitung dibagi menjadi 4 Ngabehi, yaitu :

1) Ngabehi Badau dengan gelar Ngabehi Tanah Juda atau Singa Juda;

2) Ngabehi Sijuk dengan gelar Ngabehi Mangsa Juda atau Krama Juda;

3) Ngabehi Buding dengan gelar Ngabehi Istana Juda;

4) Ngabehi Belantu dengan gelar Ngabehi Sura Juda.

Masing-masing Ngabehi ini pada akhirnya menurunkan raja-raja yang seterusnya lepas
dari Kerajaan Balok. Pada tahun 1700 Depati Cakraningrat III wafat lalu digantikan oleh Kiai Agus
Bustam (Depati Cakraningrat IV). Pada masa pemerintahan Depati Cakraningrat IV ini, agama
Islam mulai tersebar di Pulau Belitung.

Gelar Depati Cakraningrat hanya dipakai sampai dengan raja Balok yang ke-9, yaitu Kiai
Agus Mohammad Saleh (bergelar Depati Cakraningrat IX), karena pada tahun 1873 gelar
tersebut dihapus oleh Pemerintah Belanda. Keturunan raja Balok selanjutnya yaitu Kiai Agus
Endek (memerintah 1879-1890) berpangkat sebagai Kepala Distrik Belitung dan berkedudukan
di Tanjungpandan.

Kerajaan ketiga adalah Kerajaan Belantu, yang merupakan bagian wilayah Ngabehi
Kerajaan Balok. Rajanya yang pertama adalah Datuk Ahmad (1705-1741), yang bergelar Datuk
Mempawah. Sedangkan rajanya yang terakhir bernama KA. Umar.

Kerajaan keempat atau yang terakhir yang pernah berdiri adalah Kerajaan Buding, yang
merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Balok. Rajanya bernama Datuk Kemiring Wali Raib.
Dari keempat kerajaan yang telah disebutkan diatas, Kerajaan Balok merupakan kerajaan
terbesar yang pernah ada di Pulau Belitung.

B. Masa pendudukan Belanda-Jepang

Pada abad ke-17, Pulau Belitung menjadi jalur perdagangan dan tempat persinggahan
kaum pedagang. Dari sekian banyak pedagang, yang paling berpengaruh adalah pedagang Cina
dan Arab. Hal ini dapat dibuktikan dari tembikar-tembikar yang berasal dari Wangsa Ming abad
ke-14 hingga ke-17, yang banyak ditemukan dalam lapisan-lapisan tambang timah di daerah

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 38 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Kepenai, Buding, dan Kelapa Kampit. Berdasarkan catatan dari sejarawan Cina bernama Fei
Hsin (1436). Sedangkan orang Cina mengenal Belitung disebabkan pada tahun 1293, pedagang-
pedagang Cina tersebut masuk ke Pulau Belitung sekitar tahun 1293. Sebuah armada Cina di
bawah pimpinan Shi Pi, Ike Mise dan Khau Hsing yang sedang mengadakan perjalanan ke Pulau
Jawa terdampar di perairan Belitung.
Selain bangsa Cina, bangsa lain yang banyak mengenal Pulau Belitung adalah bangsa
Belanda. Pada tahun 1668, sebuah kapal Belanda bernama 'Zon De Zan Loper', di bawah
pimpinan Jan De Marde, tiba di Belitung. Mereka merapat di sungai Balok, yang saat itu
merupakan satu-satunya bandar di Pulau Belitung yang ramai dikunjungi pedagang asing.
Berdasarkan penyerahan Tuntang pada tanggal 18 September 1821, Pulau Belitung
masuk dalam wilayah kekuasaan Inggris (meskipun secara de facto terjadi pada tanggal 20 Mei
1812). Residen Inggris di Bangka, mengangkat seorang raja siak untuk memerintah Belitung
karena di pulau kecil ini sering terjadi perlawanan rakyat yang dipimpin oleh tetua adat. Kemudian
berdasarkan Surat Keputusan Komisaris Jenderal Kerajaan Inggris tanggal 17 April 1817, Inggris
menyerahkan Belitung kepada Kerajaan Belanda. Selanjutnya atas nama Baginda Ratu Belanda,
ditunjuk seorang Asisten Residen untuk menjalankan pemerintahan di Pulau Belitung.
Pada tahun 1823, seorang Kapten berkebangsaan Belgia bernama JP. De La Motte,
yang menjabat sebagai Asisten Residen dan juga pimpinan tentara Kerajaan Belanda, berhasil
menemukan timah di pulau tersebut. Selanjutnya seusai Traktat London (Perjanjian
London) tahun 1850, penambangannya diambil alih oleh Billiton Maatschapij, sebuah
perusahaan penambangan timah milik Pemerintah Belanda. Pada saat itu Belitung terbagi atas
6 daerah, yaitu :
• Tanjung pandan dan Gantung/Lenggang yang berada langsung di bawah pemerintahan
Depati;
• Badau, Sijuk, Buding dan Belantu yang berada di bawah pemerintahan masing-masing
Ngabehi.
Pada tahun 1890, pangkat Ngabehi dihapus dan digantikan dengan Kepala Distrik.
Selanjutnya terdapat 5 distrik yaitu : Tanjung pandan, Manggar, Buding, Dendang dan Gantung.
Tahun 1852 Belitung dipisahkan dari Bangka dalam urusan administrasi dan kewenangan
penambangan timah. Pemisahan tersebut atas desakan JF. Louden (kepala pemerintahan pusat
di Batavia), untuk mencegah pengaruh buruk dari Residen Bangka yang iri melihat pertambangan
timah yang berkembang dengan pesat di Belitung. Dalam rangkaian sistem pemerintahan Hindia
Belanda, pada tahun 1921 Belitung dijadikan sebuah distrik yang dikepalai oleh seorang Demang
yaitu KA. Abdul Adjis, yang dibantu 2 orang Asisten Demang yang membawahi 2 onder district,
yaitu Belitung Barat dan Belitung Timur. Gemeente atau kelurahan di Belitung dibentuk pada
tahun 1921-1924. Berdasarkan Ordonantie No. 73 tanggal 21 Februari 1924, Belitung terbagi
menjadi 42 Gemeente.

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 39 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Pada tahun 1933, Belitung berubah status menjadi satu Onder-afdeling yang diperintah
oleh seorang Controleur dengan pangkat Assistant Resident, yang bertanggung jawab kepada
Residen dari Afdeling Bangka - Belitung yang berkedudukan di Pulau Bangka. Tanggal 1 Januari
1939 berlaku peraturan baru di wilayah di wilayah Belitung, yang berarti Pulau Belitung sudah
diberi hak untuk mengatur daerahnya sendiri. Tentu saja hal tersebut memengaruhi beberapa
keadaan, misalnya Onder-afdeling Belitung meliputi 2 distrik yaitu, Distrik Belitung Barat dan
Distrik Belitung Timur, yang masing-masing dikepalai oleh seorang Demang.
Tentara Jepang menduduki Pulau Belitung pada bulan April 1944, pemerintahan
dikedua distrik dikepalai oleh Gunco. Pada awal tahun 1945, Jepang membentuk Badan
Kebaktian Rakyat di Belitung yang bertugas membantu pemerintahan. Masa
pendudukan Jepang tidak lama, selanjutnya terjadi perubahan kembali ketika
tentara Belanda kembali menguasai Belitung pada tahun 1946. Pada masa pemerintahan
Belanda ini, Onder-afdeling Belitung diperintah kembali oleh Asisten Residen Bangsa Belanda,
sedangkan penguasaan distrik tetap dipegang oleh seorang Demang yang kemudian diganti
dengan sebutan Bestuurhoofd.

C. Masa kemerdekaan

Pulau Belitung sebagai bagian dari Residensi Bangka - Belitung, beberapa tahun
lamanya pernah menjadi bagian dari Gewest Borneo, kemudian menjadi bagian Gewest Bangka
- Belitung dan Riau. Tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama, karena muncul peraturan yang
mengubah Pulau Belitung menjadi Neolanchap. Selanjutnya sebagai badan pemerintahan
dibentuklah Dewan Belitung pada tahun 1947. Pada waktu pembentukan Republik Indonesia
Serikat (RIS), Neolanchap Belitung merupakan negara tersendiri, bahkan karena sesuatu hal
tidak menjadi negara bagian. Tahun 1950 Belitung dipisahkan dari RIS dan digabungkan
dalam Republik Indonesia. Pulau Belitung menjadi sebuah kabupaten yang termasuk dalam
Provinsi Sumatera Selatan di bawah kekuasaan militer, karena pada waktu itu Sumatera Selatan
merupakan Daerah Militer Istimewa. Sesudah berakhirnya pemerintahan militer, Belitung kembali
menjadi kabupaten yang dikepalai oleh seorang Bupati.
Pada awal masa kemerdekaan pulau Belitung juga menjadi tempat lahirnya sebuah
organisasi mahasiswa daerah bernama IKPB (Ikatan Keluarga Pelajar Belitong) yang terbentuk
di Kelapa Kampit 13 Mei 1955. Organisasi pelajar daerah ini diinisiasi oleh siswa-
siswi mualimin Yogyakarta. Sebelum menjadi IKPB awalnya organisasi ini bernama KPB
(Keluarga Pelajar Belitong) yang merupakan persatuan siswa mualimin asal Belitung di
Yogyakarta dan IPB (Ikatan Pelajar Belitong) yang merupakan siswa-siswi SMA asal Belitong di
Jakarta dan Bandung.

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 40 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
➢ Potensi Pengembangan Wilayah
Berdasarkan Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah (RPJMD)
Potensi Pengembangan wilayah Kabupaten Belitung Timur dilakukan berdasarkan penataan
ruang yang memiliki potensi yang penting untuk dikembangkan dengan beberapa kebijakan,
diantaranya:
1. Pengembangan kawasan-kawasan perdesaan sebagai sentra penghasil komoditas
unggulan yang berbasis potensi pariwisata, agropolitan, dan potensi bahari dalam suatu
kawasan perdesaan yang terpadu;
2. Pengembangan kawasan-kawasan perkotaan sebagai sentra pelayanan pemenuhan
kebutuhan barang dan jasa bagi seluruh wilayah secara berjenjang;
3. Pengembangan kawasan pesisir, pulau-pulau kecil di setiap kecamatan, dan wilayah laut
sebagai pusat kegiatan wisata bahari, industri perikanan, serta mempermudah jangkauan
pelayanan publik dan penguatan struktur ekonomi bidang kelautan dan perikanan;
4. Pembangunan sarana dan prasarana wilayah yang berkualitas dan mampu melayani
masyarakat secara optimal dalam rangka meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan
ekonomi, serta berperan penting dalam aksesibilitas wilayah; dan
5. Pembangunan dan pengembangan kawasan-kawasan strategis kabupaten secara
terpadu yang menjadi andalan dalam meningkatkan perekonomian daerah dan
kesejahteraan masyarakat.

Beberapa kawasan yang telah dan berpotensi untuk dikembangkan, antara lain:
a) Kawasan Perkantoran Terpadu, Permukiman, dan Perdagangan di Desa Padang dengan
luas ± 500Ha, saat ini sudah dikembangkan ± 50Ha sedangkan sisa areal ± 450Ha masih
dalam proses penyusunan masterplan kawasan;
b) Kawasan Industri Air Kelik di Kecamatan Damar dengan luas ± 1.532Ha;
c) Kawasan Budidaya Pertanian Tanaman Pangan di Kecamatan Gantung dan Manggar
dengan luas ± 3.402Ha;
d) Kawasan Desa Wisata Sejuta Pelangi di Kecamatan Gantung dengan luas ±120Ha.
e) Kawasan Pelabuhan Dendang di Kecamatan Dendang;
f) Kawasan Wisata Kuala Tambak di Kecamatan Damar;
g) Kawasan Wisata Pantai Punai di Kecamatan Simpang Pesak; dan
h) Kawasan Minapolitan di Kecamatan Manggar.

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 41 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Gambar 2. 1 Peta Administrasi Kabupaten Belitung Tim

- 42 -
2.1.1 Geografis Kabupaten Belitung Timur
Secara geografis Kabupaten Belitung Timur terletak antara 107 o45’ BT sampai 108o18’ BT dan
02o30’ LS sampai 03o15’ LS dengan luas daratan mencapai 250.691 hektar atau kurang lebih
2.506,91 Km2.
Batas-batas wilayah Kabupaten Belitung Timur sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan laut Cina Selatan,
- Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Karimata,
- Sebelah Selatan berbatasan dengan laut Jawa, dan
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Belitung.

Setelah ditetapkannya Perda Kabupaten Belitung Timur Nomor 3 Tahun 2010 tentang
Pembentukan Kecamatan Damar, Simpang Renggiang, Dendang, dan Simpang Pesak,
Kabupaten Belitung Timur terdiri atas 7 (tujuh) Kecamatan, yaitu Kecamatan Kelapa Kampit,
Manggar, Gantung, Damar, Simpang Renggiang, Dendang, dan Simpang Pesak.

Tabel 2. 1 Luas Kecamatan dan Jumlah Desa di Kabupaten Belitung Timur

Luas
No Kecamatan Persentase
(Km2)
1 Manggar 229,00 9,13
2 Damar 236,90 9,45
3 Kelapa Kampit 498,51 19,89
4 Gantung 546,30 21,79
5 Dendang 362,20 14,45
6 Simpang Renggiang 390,70 15,58
7 Simpang Pesak 243,30 9,71
Total 2.506,91 39
Sumber: Belitung Timur Dalam Angka, 2018

2.1.2 Kondisi Fisik


A. Topografi
Keadaan alam Kabupaten Belitung Timur sebagian besar merupakan dataran lembah dengan
ketinggian antara 0-100 m di atas permukaan laut dan sisanya sebagian kecil merupakan
pegunungan dan perbukitan.

Adapun keadaan topografi di setiap kecamatan adalah sebagai berikut:


Tabel 2. 2 Keadaan Topografi menurut Kecamatan di Kabupaten Belitung Timur

Kecamatan Luas 0 – 10 m 10 – 25 m 25 – 100 m 100 – 500 m


(hektar)
Manggar
46.590 25.819 19.616 46.702 4.303
Damar

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 43 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Kecamatan Luas 0 – 10 m 10 – 25 m 25 – 100 m 100 – 500 m
(hektar)
Kelapa Kampit 58.741
Gantung 54.630
5.622 8.171 76.459 3.448
Simpang Renggiang 39.070
Simpang Pesak 36.220
5.752 5.571 48.337 890
Dendang 24.330
Jumlah 250.691 37.193 33.358 171.498 8.641
Sumber: Kabupaten Belitung Timur Dalam Angka, 2010

B. Kemiringan
Kemirigan lahan di Kabupaten Belitung Timur sebagian besar dengan ketinggian antara 2-15%
dan sisanya sebagian kecil mempunyai kemiringan antara >40%.

Tabel 2. 3 Kemiringan Lereng menurut Kecamatan di Kabupaten Belitung Timur

No Kecamatan Luas 0-2% 2 - 15 % 15 - 40 > 40 %


(Hektar) %
1 Dendang 24,330
19,070 36,417 3,350 1,713
2 Simpang Pesak 36,220
3 Gantung 54,630
16,154 65,974 6,700 4,872
4 Simpang Renggiang 39,070
5 Manggar
46,590
6 Damar 16,160 71,021 4,849 4,411
7 Kelapa Kampit 49,851
Jumlah 250,691 51,384 173,412 14,899 10,996
Sumber: Kabupaten Belitung Timur Dalam Angka, 2010

C. Keadaan/Tekstur Tanah
Untuk tanah yang memiliki kedalaman efektif dangkal. Kedalaman selain ditentukan oleh faktor
pembatas yang ada di dalam tanah juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar, yaitu erosi. Lapisan
tanah yang terkikis oleh erosi mengakibatkan dangkalnya kedalaman efektif tanah.

Tabel 2. 4 Kedalaman Efektif Tanah di Kabupaten Belitung Timur

Kedalaman Efektif Tanah


No. Kecamatan Luas (Ha)
< 30 cm 30 - 60 cm 60 - 90 cm > 90 cm
1 Manggar
37.700 2.741 720 33.877 362
2 Damar
3 Kelapa Kampit 58.741 805 241 36.742 12.952
4 Gantung
93.700 2.146 3.561 22.450 65.543
5 Simpang Renggiang
6 Dendang
60.550 170 1.858 16.724 41.798
7 Simpang Pesak
Jumlah 250.691 5.862 6.380 109.793 120.655
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belitung 2000 – 2010

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 44 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
D. Geologi
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Belitung Sumatra yang diterbitkan oleh Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi tahun 1995 (lihat Peta Geologi), keadaan batuan
pembentuk struktur geologi di wilayah perencanaan didominasi oleh batuan Endapan Aluvial,
Formasi Tajam dan Formasi Kelapakampit. Batuan endapan aluvial tersebut berupa kerikil-
kerakal, pasir, lanau, lempung dan pecahan koral. Sebaran batuan ini terutama di daerah pesisir
di sepanjang garis pantai di Kab. Belitung Timur, kecuali di sekitar Desa Tanjung Kelumpang dan
Batu Itam. Sedangkan Formasi Kelapa kampit merupakan batuan sedimen Flysch yang berlipat
lemah hingga sedang yang terdiri atas batu pasir malih berwarna putih kelabu muda, kompak,
berbutir halus–kasar, menyudut dan tanggung memudar. Untuk memberikan gambaran tentang
sebaran batuan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. 5 Penyebaran Luas Batuan Tiap Kecamatan di Kabupaten Belitung Timur

Batuan Granit Batuan Kwarsa dan Alluvial


No. Kecamatan Luas (Ha)
(Ha) Pasir (Ha) Pasir (Ha)
1 Manggar
37.700 4.000 8.193 25.507
2 Damar
3 Kelapa
58.741 0 34.799 15.942
Kampit
4 Gantung
5 Simpang 93.700 1.900 80.500 11.300
Renggiang
6 Dendang
7 Simpang 60.550 8.100 40.050 12.400
Pesak
Jumlah 250.691 14.000 163.542 65.149
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belitung 2000 – 2010

2.1.2 Kondisi Administratif


Secara Administratif Kabupaten Belitung Timur terbagi atas 39 Desa dan 7 kecamatan
diantaranya; Kecamatan Manggar, Kecamatan Damar, Kecamatan Kelapa Kampit, Kecamatan
Gantung, Kecamatan Simpang Pesak, Kecamatan Simpang Renggiang, dan Kecamatan
Dendang. Berdasarkan luas wilayah, Desa Gantung merupakan wilayah terluas sebesar 546,30
Km² atau 21,79% dari wilayah Kab. Belitung Timur. Kecamatan Manggar memiliki batas
administrasi terkecil seluas 229,00 atau 9,13% luas wilayah Kab. Belitung Timur

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 45 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Tabel 2. 6 Jarak Ibukota Kecamatan di Kabupaten Belitung Timur (km), 2017

Kelapa Simpang Simpang


Kecamatan Manggar Damar Gantung Dendang
Kampit Renggiang Pesak
Manggar 8 34,75 18 69,75 6 60,75
Damar 8 26,75 26 77,75 34 68,75
Kelapa Kampit 34,75 26,75 52,75 95,5 60,75 86,5
Gantung 18 26 52,75 44,25 19 35,25
Dendang 69,75 77,75 95,5 44,25 63,25 9
Simpang Renggiang 6 34 60,75 19 63,25 54,25
Simpang Pesak 60,75 68,75 86,5 35,25 9 54,25

2.1.3 Kondisi Demografi


Menurut data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Belitung
Timur tahun 2017, jumlah penduduk Kabupaten Belitung Timur sebanyak ….. Jiwa, dengan
penduduk terbanyak berada di Kecamatan …. . Dilihat berdasarkan jumlah Kepala Keluarga
Terbanyak berada di kecamatan
Tabel 2. 7 Tabel Jumlah Kepala Keluarga
Kabupaten Belitung Timur Tahun 2013-2017
Jumlah Kepala Keluarga (KK)
No Kecamatan
2013 2014 2015 2016 2017
1 Manggar
2 Gantung
3 Dendang
4 Kelapa Kampit
5 Damar
6 Simpang Renggiang
7 Simpang Pesak
Jumlah 0 0 0 0 0
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Belitung Timur

Tabel 2. 8 Tabel Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur


Kabupaten Belitung Timur Tahun 2013-2017

Jumlah Penduduk (Jiwa)


Struktur
Usia 2013 2014 2015 2016 2017
Lk Pr Jml Lk Pr Jml Lk Pr Jml Lk Pr Jml Lk Pr Jml
0-4
5-9
10 - 14
15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
40 - 44
45 - 49
50 - 54

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 46 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
55 - 59
60 - 64
65 - 69
70 - 74
75+
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Belitung Timur

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 47 -


KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Tabel 2. 9 Jumlah Penduduk Kab. Belitung Timur

berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2013-2017

Jumlah Penduduk (Jiwa)


N
Kecamatan 2013 2014 2015 2016 2017
o
Lk Pr Jumlah Lk Pr Jumlah Lk Pr Jumlah Lk Pr Jumlah Lk Pr Jumlah

1 Manggar 19.846 18.749 38.595 17.757 1.706 19.463 18.467 17.776 36.243 19.811 18.468 38.279 20.243 18.864 39.107

2 Gantung 13.290 12.496 25.786 12.492 11.771 24.263 12.956 12.179 25.135 13.775 12.722 26.497 14.140 13.054 27.194

3 Dendang 5.190 4.695 9.885 4.742 4.349 9.091 4.919 4.514 9.433 5.581 4.964 10.545 5.687 5.058 10.745

4 Kelapa Kampit 9.169 8.698 17.867 8.706 8.286 16.992 8.783 8.362 17.145 9.492 8.725 18.217 9.669 8.885 18.554

5 Damar 6.223 6.040 12.263 5.921 5.761 11.682 5.932 5.764 11.696 6.780 6.131 12.911 6.942 6.276 13.218

6 Simpang Renggiang 3.556 3.359 6.915 3.426 3.245 6.671 3.479 3.280 6.759 3.839 3.550 7.389 3.904 3.609 7.513

7 Simpang Pesak 4.355 4.026 8.381 3.982 3.727 7.709 3.973 3.711 7.684 4.225 3.908 8.133 4.290 3.966 8.256

Jumlah 61.629 58.063 119.692 57.026 38.845 95.871 58.509 55.586 114.095 63.503 58.468 121.971 64.875 59.712 124.587
Sumber : Kab. Belitung Timur Dalam Angka Tahun 2014-2018

- - 48 -
2.2 Arahan Rencana Struktur dan Pola Ruang Kabupaten Belitung Timur

2.3.1 Arahan Rencana Struktur dan Sistem Perkotaan Kabupaten Belitung Timur

Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana
dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarkis memiliki hubungan fungsional.

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten adalah adalah rencana yang mencakup
sistem perkotaan wilayah kabupaten yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah
pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah kabupaten yang dikembangkan untuk
mengintegrasikan wilayah kabupaten selain untuk melayani kegiatan skala kabupaten yang
meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan
telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, termasuk seluruh daerah hulu bendungan atau
waduk dari daerah aliran sungai, dan sistem jaringan prasarana lainnya.

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten berfungsi:

a) Sebagai arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah kabupaten yang memberikan
layanan bagi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan di sekitarnya yang berada dalam
wilayah kabupaten; dan
b) Sistem perletakan jaringan prasarana wilayah yang menunjang keterkaitannya serta
memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada dalam wilayah kabupaten, terutama
pada pusat-pusat kegiatan/perkotaan yang ada.

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan:

a) Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;


b) Kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah kabupaten dalam rangka mendukung
kegiatan sosial ekonomi;
c) Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten; dan
d) Ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rencana pengembangan sistem perkotaan di Kabupaten Belitung Timur dimaksudkan
untuk menggambarkan peran dan fungsi setiap perkotaan dalam pengembangan wilayah secara
keseluruhan dalam lingkup Kabupaten Belitung Timur. Pengembangannya dilakukan melalui
pembentukan pusat-pusat kegiatan yang ditetapkan sesuai potensi yang dimiliki setiap pusat
kegiatan, atau didasarkan pada arah kebijakan pengembangan. Artinya penetapan sesuai
potensi didasarkan pada kondisi saat ini (eksisting) baik yang menyangkut sumberdaya manusia,
sumberdaya alam, dan sumberdaya buatan; sedang arah kebijakan pengembangan didasarkan
pada tujuan yang akan dicapai melalui pengembangan suatu pusat kegiatan, namun

- - 49 -
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
pertimbangan pada sumberdaya yang ada tidak menjadi pertimbangan utama.
Penetapan tersebut selain didasarkan pada kondisi saat ini yang lebih penting adalah rencana
pengembangan kedepan dalam kurun waktu perencanaan yaitu 20 (dua puluh) tahun
mendatang.

Rencana sistem pusat pelayanan di wilayah kabupaten adalah rencana susunan


kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan di dalam wilayah kabupaten yang menunjukkan
keterkaitan saat ini maupun rencana yang membentuk hirarki pelayanan dengan cakupan dan
dominasi fungsi tertentu dalam wilayah kabupaten.

Mengacu pada pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten (Permen PU No 16 Tahun


2009), Pusat kegiatan di wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial, budaya,
ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah kabupaten, terdiri atas:

a. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang berada di wilayah kabupaten;

b. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang berada di wilayah kabupaten;

c. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang berada di wilayah kabupaten;

d. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang berada di wilayah kabupaten; dan

e. Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang penentuannya ada pada
pemerintah daerah kabupaten, yaitu:

1) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi


untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; dan

2) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi


untuk melayani kegiatan skala antar desa.

Pola pengembangan pusat-pusat permukiman ini dimaksudkan bersifat antisipatif


terhadap kecenderungan perkembangan yang diperkirakan akan berlangsung pada pusat-pusat
permukiman yang menonjol. Kencenderungan perkembangan ini meliputi pusat-pusat
permukiman yang pertumbuhan penduduknya tinggi dan pusat-pusat permukiman yang tidak
tumbuh (pertumbuhan negatif).
Dengan menggunakan ketentuan tersebut, maka pengembangan sistem pusat
pelayanan di Kabupaten Belitung Timur adalah sebagai berikut:
• Kota Manggar merupakan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota;
• Kelapa Kampit dan Gantung merupakan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa
kecamatan;

- - 50 -
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
• Simpang Renggiang, Dendang, Simpang Pesak, Damar dan Buding merupakan Pusat
Pelayanan Lokal (PPL) yang merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala antar desa.

Rencana struktur pusat kegiatan di Kabupaten Belitung Timur sampai tahun 2031 terdiri
dari 1 (satu) PKW, 2 (lima) PKL, dan 5 (lima) PPL sebagaimana disampaikan pada Tabel 3.1.

Tabel 2. 10

Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kabupaten Belitung Timur Tahun 2011 -2031

PKW PKL PPL


1. Kota Manggar 1. Kelapa Kampit 1. Simpang Renggiang
2. Gantung 2. Dendang
3. Simpang Pesak
4. Damar
5. Buding
Sumber : PP 26 Tahun 2008, dan Hasil Rencana, 2010
Keterangan :
PKW dan PKL : ditetapkan sesuai kebijakan nasional dan propinsi
PPL : ditetapkan atas usulan sesuai potensi dan arah kebijakan Kabupaten Belitung Timur

Berdasarkan rencana pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan di wilayah Kabupaten


Belitung Timur peran dan fungsi masing-masing kota adalah sebagai berikut:

1. Perkotaan Manggar sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang melayani wilayah
kabupaten. Sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) peran dan fungsi Kota Manggar
diarahkan sebagai:

• Pusat administrasi pemerintahan kabupaten;


• Pusat perdagangan, jasa, dan pemasaran skala kabupaten;
• Pusat pelayanan sosial ekonomi skala kabupaten;
• Pusat pelayanan transportasi regional;
• Pusat pengolahan; dan
• Pusat pendidikan tinggi.

2. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan
skala kabupaten atau beberapa kecamatan, diarahkan di Kota Kecamatan Kelapa Kampit
dan Gantung dengan peran dan fungsi kota-kota sebagai berikut:

• Pusat administrasi pemerintahan kecamatan;


• Pusat perdagangan, jasa, dan pemasaran skala kawasan;
• Pusat pelayanan sosial ekonomi skala kawasan (beberapa kecamatan); dan
• Pusat pelayanan transportasi skala kawasan/regional.

- - 51 -
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Pusat Pelayanan Lokal (PPL) diarahkan di Simpang Renggiang, Dendang, Simpang Pesak,
Damar dan Buding dengan peran dan fungsi diarahkan sebagai pusat permukiman yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.

- - 52 -
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Gambar 2. 2 Peta Struktur Ruang

53
2.3.2 Arahan Rencana Pola Ruang Kabupaten Belitung

Rencana pola pemanfaatan ruang dimaksudkan untuk mengatur alokasi dan lokasi
pemanfaatan ruang untuk kepentingan pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budidaya.

2.3.2.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung


2.3.2.1.1 Kawasan Hutan Lindung
Kawasan hutan lindung adalah kawasan lindung yang secara ekologis merupakan satu
ekosistem yang terletak pada wilayah kabupaten, kawasan lindung yang memberikan
pelindungan terhadap kawasan bawahannya yang terletak di wilayah kabupaten, dan kawasan-
kawasan lindung lain yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan pengelolaannya
merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten. Perlindungan terhadap kawasan hutan
lindung dilakukan untuk memelihara dan mempertahankan kawasan hutan lindung sebagai hutan
dengan tutupan vegetasi. Kawasan hutan diharapkan dapat menjamin ketersediaan unsur hara
tanah, air tanah, dan air permukaan.
Rencana kawasan hutan lindung di Kabupaten Belitung Timur meliputi lahan seluas kurang
lebih 45.088 ha, yang tersebar di:

a. Kecamatan Dendang
▪ HL Gunung Bantan di Desa Nyuruk
▪ HL Sungai Pala di Desa Balok dan Dendang
▪ HL Senunsur Sembulu (IIB, III, & IV) di Desa Batu Itam, Tanjung Kelumpang, Dukong,
Simpang Pesak, dan Dendang
▪ HL Bringsing Pepapuyu di Desa Nyuruk
b. Kecamatan Gantung
▪ HL Senunsur Sembulu (I & II) di Desa Selingsing, Gantung, Batu Penyu, Jangkar
Asam, Limbungan, dan Lilangan
▪ HL Bringsing Pepapuyu di Desa Simpang Tiga
▪ HL Gunung Sepang di Desa Simpang Tiga, Renggiang, dan Air Madu
c. Kecamatan Kelapa Kampit
▪ HL Gunung Sepang di Desa Buding, Mentawak, dan Senyubuk
▪ HL Gunung Kikarak di Desa Mentawak dan Senyubuk
▪ HL Buding Barat di Desa Cendil dan Buding
▪ HL Buding Timur di Desa Buding, Pembaharuan, dan Mayang
▪ HL Pantai Teluk Pring/Bukit Nayo di Desa Mayang dan Air Kelik
d. Kecamatan Manggar
▪ HL Pantai Teluk Pring/Bukit Nayo di Desa Mempaya, Mengkubang, dan Burung Mandi
▪ HL Burung Mandi di Desa Sukamandi, Desa Baru, dan Lalang Jaya

-54-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
▪ HL Senunsur Sembulu I di Desa Lalang dan Padang
▪ HL Gunung Sepang di Desa Kelubi

2.3.2.1.2 Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahnya


Pengembangan kawasan ini diarahkan pada fungsi perlindungan wilayah atau yang
memiliki keterkaitan kuat dengan fungsi hidrologis. Kawasan yang memberikan perlindungan
kawasan bawahannya seperti kawasan resapan air.
Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk
meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi yang berguna sebagai
sumber air. Perlindungan terhadap kawasan resapan air dilakukan untuk memberikan ruang yang
cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan air
tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya maupun kawasan yang
bersangkutan. Kawasan ini dapat berupa kawasan budidaya hutan, perkebunan dan pertanian
lahan kering. Pembangunan dapat dilakukan melalui disintensif antara lain tidak membangun
infrastuktur pada kawasan ini dan pembatasan KDB (Koefisien Dasar Bangunan). Untuk kawasan
resapan air yang telah terbangun, upaya pengendalian dilakukan dengan membangun parit
resapan, sumur resapan atau danau resapan. Kawasan resapan air di kawasan perencanaan
tersebar di tersebar di seluruh kecamatan, terutama di Kota Manggar.

2.3.2.1.3 Kawasan Perlindungan Setempat


Kawasan Perlindungan Setempat adalah meliputi daerah sempadan sungai, sempadan
pantai, sempadan waduk, kawasan sekitar mata air, dan ruang terbuka hijau.

a. Kawasan Sempadan Pantai

Berkaitan dengan rencana pengelolaan kawasan sempadan pantai ini akan dilakukan
penertiban kawasan sempadan pantai dari berbagai kegiatan/bangunan tanpa ijin, melalui
pembangunan jalan dan atau penanaman mangrove pada area yang memungkinkan.

Kawasan sempadan pantai tersebar di wilayah pantai selatan dan timur Kabupaten
Belitung Timur. Yang termasuk dalam ketentuan kawasan sempadan pantai selatan dan
timur di Kabupaten Belitung Timur memiliki minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi
kearah darat.

b. Kawasan Sempadan Sungai

Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri sungai, termasuk sungai


buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Perlindungan terhadap sempadan sungai
dilakukan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan

-55-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan
aliran sungai.

Tujuan ditetapkan kawasan sempadan sungai adalah melindungi sungai dari kegiatan
manusia yang dapat menggangu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan
dasar sungai, serta mengamankan aliran sungai. Adapun kriteria kawasan sempadan
sungai adalah sekurang-kurangnya (atau sesuai peraturan yang berlaku):

a. Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditentukan:

• Garis sempadan paling sedikit berjarak 10 (sepuluh) meter dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai
kurang dari atau sama dengan 3 (tiga) meter;

• Garis sempadan paling sedikit berjarak 15 (lima belas) meter dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai
lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan 20 (dua puluh) meter; dan

• garis sempadan paling sedikit berjarak 30 (tiga puluh) meter dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai
lebih dari 20 (dua puluh) meter.

b. Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan, terdiri atas:

• Garis sempadan untuk sungai besar dengan luas DAS lebih besar dari 500
(lima ratus) kilometer persegi ditentukan paling sedikit berjarak 100 (seratus)
meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai; dan

• Garis sempadan untuk sungai besar dengan luas DAS kurang dari atau sama
dengan 500 (lima ratus) kilometer persegi ditentukan paling sedikit berjarak
50 (lima puluh) meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur
sungai.

c. Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditentukan paling


sedikit berjarak 3 (tiga) meter dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai.

d. Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditentukan paling


sedikit berjarak 5 (lima) meter dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai.

e. Untuk sungai yang terpengaruh pasang air laut, penentuan garis sempadan
dilakukan dengan cara yang sama dengan penentuan garis sempadan sesuai
huruf a angka 1 sampai 4 yang diukur dari tepi muka air pasang rata-rata.

c. Kawasan Sempadan Kolong

-56-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Kawasan sekitar kolong adalah kawasan di sekeliling kolong yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian, dengan tujuan untuk melindungi kolong dari
kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsinya. Kawasan sekitar
kolong yang masuk kawasan lindung adalah kawasan sejauh 50 m - 100 m dari bibir
kolong. Rencana perlindungan kawasan sekitar kolong tersebar di seluruh kecamatan.

d. Kawasan Sekitar Mata Air

Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Perlindungan terhadap
kawasan sekitar mata air dilakukan untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang
dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air.

Kawasan sekitar danau/situ/waduk, kawasan sempadan sungai dan kawasan sekitar


mata air, seperti halnya kawasan resapan air, pemanfaatannya dapat berupa kawasan
budidaya hutan, pertanian lahan kering dan perkebunan/tanaman tahunan.

e. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Penataan Ruang bahwa proporsi 30 (tiga puluh)
persen luas lahan kota merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan
ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan sistem mikroklimat, maupun
sistem ekologis lain, yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih
yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kawasan
perkotaan. Menurut ketentuan peraturan perundang-undangan pengelolaan kawasan
ruang terbuka hijau merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten secara
keseluruhan, dimana letak ruang terbuka hijau Kabupaten Belitung Timur terdapat di
Kecamatan Manggar, Kelapa Kampit, dan Gantung.

2.3.2.1.4 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya


a. Kawasan Pelestarian Alam

Luas wilayah kawasan pelestarian alam ini meliputi kawasan seluas kurang lebih 5.045
ha. Kawasan pelestarian alam di Kabupaten Belitung Timur meliputi obyek wisata alam
yang perlu dilindung, seperti:

1. Kecamatan Dendang
▪ Gunung Mangkro dan Gunung Badau di Desa Nyuruk
▪ Pulau-pulau kecil
2. Kecamatan Gantung
▪ Pulau-pulau kecil

-57-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
3. Kecamatan Kelapa Kampit
▪ Gunung Lematang Panjang di Desa Air Kelik - Senyubuk
▪ Pulau-pulau kecil
4. Kecamatan Manggar
▪ Gunung Malang Lepau di Desa Burung Mandi
▪ Pulau-pulau kecil

b. Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan Lainnya

Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya terdapat di seluruh wilayah pesisir dan
perairan laut yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi dan terumbu karang dengan
tingkat penutupan karang hidup yang tinggi. Untuk wilayah Kabupaten Belitung Timur,
kawasan ini tersebar pada seluruh pesisir laut wilayah Kebupaten Belitung Timur dan
wilayah pulau-pulau kecil.

c. Kawasan Pantai Berhutan Bakau

Kawasan pantai berhutan bakau yang fungsinya sebagai kawasan konservasi pantai.
Kawasan Perlindungan Hutan Bakau, dilakukan untuk melestarikan hutan bakau sebagai
pembentuk ekosistem hutan bakau dan tempat berkembangbiaknya berbagai biota laut,
disamping sebagai pelindung pantai, air pasang dan pengikisan air laut (abrasi) serta
sebagai pelindung usaha budidaya di belakangnya. Daerah kawasan pantai berhutan
bakau tersebar diseluruh kecamatan Kabupaten Belitung Timur kecuali Kecamatan
Simpang Renggiang.

d. Kawasan Cagar Budaya

Kawasan ini merupakan kawasan non hutan yang berfungsi sebagai melindungi
permukiman dan budaya tradisional dan melindungi permukiman dan budaya tradisional
setempat. Cagar budaya ini ditujukan untuk melestarikan kebudayaan Kabupaten
Belitung Timur khususnya, seperti: budaya tradisional:

1. Gosong Cina di Kecamatan Gantung


2. Gunung Samak dan Kecamatan Manggar

2.3.2.1.5 Kawasan Rawan Bencana


Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami
bencana alam. Perlindungan terhadap kawasan rawan bencana alam dilakukan untuk
melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam. Kawasan
rawan bencana di Kabupaten Belitung Timur meliputi:

-58-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
a. Kawasan Rawan Gelombang Pasang

Adapun arahan kawasan rawan gelombang pasang di Kabupaten Belitung Timur tersebar
di pantai selatan dan timur, meliputi:

1. Kecamatan Kelapa Kampit (Desa Cendil, Air Kelik, Mayang, dan Desa
Pembaharuan);
2. Kecamatan Dendang (Desa Batu Itam, Dendang, Simpang Pesak, dan Desa Tanjung
Kelumpang);
3. Kecamatan Gantung (Desa Gantung, Jangkar Asam, Lilangan, dan Desa
Selingsing); dan
4. Kecamatan Manggar (Desa Buku Limau, Kurnia Jaya, Lalang, Lalang Jaya,
Mempaya, Mengkubang, Padang, Desa Sukamandi).

b. Kawasan Rawan Abrasi

Kawasan pantai di Kabupaten Belitung Timur mempunyai potensi abrasi. Oleh karena itu
kawasan pantai harus diproteksi dengan mangrove dan tanaman pantai lainnya sehingga
tidak menyebabkan abrasi. Lokasi rawan abrasi tersebar diseluruh pantai di Kabupaten
Belitung Timur.

c. Kawasan Rawan Banjir

Kawasan rawan bencana banjir merupakan salah satu masalah di Kabupaten Belitung
Timur. Dari titik lokasi genangan dan banjir diketahui bahwa terdapat di 6 (enam) titik
kawasan rawan banjir saat hujan turun meliputi: kawasan Desa Baru, Kurnia Jaya, Mekar
Jaya, Buding, Mayang dan Lenggang.

Beberapa faktor penyebab terjadinya genangan yang teridentifikasi adalah:

1. Faktor alamiah itu sendiri berupa tingginya gelombang pasang air laut dan ditambah
besarnya debit air hujan yang turun sehingga mengakibatkan terjadinya genangan
air;

2. Faktor pola perilaku masyarakat yang membuang sampah ke dalam saluran


drainase dan pembangunan fisik sehingga menyebabkan penyumbatan dan
kerusakan saluran drainase; dan

3. Adanya pengembangan wilayah kota yang mengubah tata guna lahan,


mengakibatkan bertambahnya debit air di saluran. Luapan/genangan terjadi karena
pertambahan debit tersebut tidak disertai dengan perencanaan ulang saluran
drainase eksisting.

-59-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
2.3.2.2 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya
2.3.2.2.1 Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Kawasan hutan produksi merupakan kawasan budidaya yang berfungsi lindung. Kawasan ini
di Kabupaten Belitung Timur memiliki luas 57.162 ha. Sebaran alokasi ruang untuk hutan
produksi dapat dilihat di bawah ini:

a. Kecamatan Dendang

▪ HP Sungai Pala di Desa Nyuruk dan Jangkang;


▪ HP Gunung Duren di Desa Nyuruk, Jangkang, Dendang, Simpang Pesak, dan Birah;
dan
▪ HP Senunsur Sembulu di Desa Batu Itam.

b. Kecamatan Gantung

▪ HP Gunung Duren di Desa Lintang, Jangkar Asam, Limbungan, dan Lilangan; dan
▪ HP Senunsur Sembulu di Desa Lilangan, Limbungan, Jangkar Asam, dan Batu Penyu.

c. Kecamatan Kelapa Kampit

▪ HP Buding Barat di Desa Cendil dan Buding; dan


▪ HP Buding Timur di Desa Buding dan Pembaharuan.

2.3.2.2.2 Kawasan Peruntukan Pertanian


Kawasan budidaya pertanian adalah kawasan dengan fungsi utama pertanian,
didasarkan pada kondisi alami, manusia, dan buatan. Pemanfaatan lahan untuk pertanian
dikelompokan pada peruntukan pertanian tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, dan
peternakan. Parameter untuk menilai kriteria yaitu kedalaman efektif, kesuburan tanah, tekstur,
drainase, erodibilitas, lereng, banjir dan iklim. Dalam hal ini lahan yang diarahkan untuk kawasan
pertanian budidaya adalah lahan yang cukup sesuai. Kondisi lahan lainnya seperti lahan yang
sesuai marginal dan tidak sesuai saat ini, apabila secara eksisting telah dilakukan perbaikan dan
atau memungkinkan dilakukan perbaikan diasumsikan cukup sesuai. Rencana pola pemanfaatan
ruang untuk pengembangan kawasan budidaya pertanian berdasarkan kesesuaian lahan adalah
sebagai berikut:

a. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan

Kawasan rencana peruntukan pertanian tanaman pangan di kabupaten Belitung Timur


seluas kurang lebih 3.079 ha yang tersebar di Kecamatan Manggar dan Gantung.

-60-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
b. Kawasan Pertanian Holtikultura

Kawasan rencana peruntukan pertanian lahan kering di kabupaten Belitung Timur seluas
kurang lebih 53.941 ha yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Belitung Timur.

c. Kawasan Perkebunan

Kawasan rencana peruntukan perkebunan di kabupaten Belitung Timur seluas kurang


lebih 38.451 ha yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Belitung Timur.

d. Kawasan Peternakan

Kawasan rencana peruntukan peternakan di kabupaten Belitung Timur tersebar di seluruh


kecamatan di Kabupaten Belitung Timur.

2.3.2.2.3 Kawasan Peruntukan Perikanan


Kawasan peruntukan perikanan merupakan kawasan yang fungsinya diperuntukan
untuk budidaya ikan. Kawasan perikanan yang dialokasikan di Kabupaten Belitung Timur meliputi
kawasan peruntukan perikanan tangkap, kawasan peruntukan budidaya perikanan dan kawasan
peruntukan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Kawasan perikanan ini diperuntukkan
untuk menampung kegiatan perikanan kolam atau pertambakan pada hamparan dengan luasan
minimum 10 hektar.
Kawasan peruntukan perikanan didukung oleh adanya pengembangan Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) Manggar, Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Desa Gantung Kecamatan
Gantung, PPI Desa Dendang Kecamatan Dendang dan PPI Selendang di Desa Senyubuk
Kecamatan Kelapa Kampit. Adapun rencana pola pemanfaatan ruang untuk pengembangan
kawasan peruntukan perikanan meliputi:

a. Kawasan Peruntukan Perikanan Tangkap

Rencana kawasan peruntukan perikanan perikanan diarahkan untuk dikembangkan di


seluruh wilayah yang potensial di Kabupaten Belitung Timur berdasarkan jenisnya.

b. Kawasan Peruntukan Budidaya Perikanan

Kawasan perikanan yang dialokasikan di Kabupaten Belitung Timur meliputi kawasan


perikanan budidaya air tawar, kawasan perikanan budidaya air payau dan kawasan
perikanan budidaya air laut baik di perairan umum maupun di laut. Adapun rencana
pengembangan kawasan budidaya perikanan air tawar tersebar di seluruh kecamatan
dan kawasan perikanan air payau dan perikanan air laut dikembangkan di perairan laut
masing-maing kecamatan kecuali Kecamatan Simpang Renggiang.

-61-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Rencana pengembangan peruntukan perikanan air laut dapat dilihat pada uraian dibawah
ini:

1. Kecamatan Dendang

▪ Pelabuhan Dendang di Desa Dendang


▪ Kawasan perikanan laut/nelayan tradisional di beberapa lokasi seperti: Tanjung
Batu Air, Tanjung Punai, dan Tanjung Batu Itam Desa Batu Itam, Tanjung
Kelumpang Desa Tanjung Kelumpang, dan di Desa Dukong.

2. Kecamatan Gantung

▪ Kawasan Hatchery di sekitar muara Sungai Sembulu dan pesisir Teluk Sembulu
di Desa Lilangan.
▪ Kawasan perikanan laut/nelayan tradisional di beberapa lokasi: Perkampungan
Suku Sawang (Teluk Sekacang) Desa Lilangan/Limbungan, Kawasan di sekitar
Dusun Gosong Cina Desa Jangkar Asam, dan Kawasan di sekitar Tanjung
Modong Desa Selingsing.

3. Kecamatan Kelapa Kampit

▪ Kawasan perikanan laut/nelayan tradisional di beberapa lokasi seperti: Tanjung


Batu Pulas/Gunung Mengguru Desa Cendil, Selindang di Desa Buding, dan
Tanjung Sengaran/Pantai Pring Desa Mayang.

4. Kecamatan Manggar

▪ Kawasan perikanan laut tradisional di beberapa lokasi di lepas pantai Kecamatan


Manggar.

c. Kawasan Peruntukan Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Perikanan

Rencana kawasan peruntukan pengelolaan dan pemasaran hasil perikanan di Kabupaten


Belitung Timur berada di Kecamatan Manggar, Gantung, Dendang, dan Kelapa Kampit.

2.3.2.2.4 Kawasan Peruntukan Pertambangan


Kawasan peruntukan pertambangan merupakan kawasan yang fungsinya diperuntukan
bagi kegiatan penambangan di permukaan dan di dalam bumi. Kegiatan penambangan terdiri
dari penambangan base metal dan galian C. Potensi kawasan peruntukan pertambangan di
Kabupaten Belitung Timur hampir tersebar di sebagian besar wilayah di Kabupaten Belitung
Timur. Kawasan pertambangan diarahkan (sesuai dengan Kuasa Pertambangan/KP dan Surat
Izin Penambangan Daerah/SIPD) pada seluruh kecamatan. Luas rencana kawasan

-62-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
pertambangan di Kabupaten Belitung Timur mencapai seluas kurang lebih 38.192 hektar, yang
didalamnya terdiri dari 45.445 hektar kawasan pertambangan Izin Usaha Pertambangan (IUP) di
darat, 30.075 hektar kawasan pertambangan Izin Usaha Pertambangan (IUP) di laut dan 7.439
hektar Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR).

Kegiatan eksplorasi pada kawasan Kabupaten Belitug Timur perlu mendapatkan


pengawasan yang sangat ketat, karena disekitar kawasan terdapat hutan lindung.

2.3.2.2.5 Kawasan Peruntukan Permukiman


Kawasan peruntukan permukiman diperuntukan bagi penyediaan hunian dan
sejenisnya. Kawasan ini dibedakan atas kawasan permukiman perdesaan dan kawasan
permukiman perkotaan.

Pengembangan kawasan permukiman perdesaan dan perkotaan disesuaikan dengan


proporsi jumlah penduduk di masing-masing kawasan. Secara keseluruhan, pertambahan
permintaan akan kawasan permukiman ke depan meningkat dari luas kawasan permukiman saat
ini. Rencana pengembangan kawasan permukiman seluas kurang lebih 12.999 hektar yang
terdiri atas peruntukan pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan untuk
pengembangan permukiman kawasan perdesaan.

a. Kawasan Permukiman Perkotaan

Adapun arahan kawasan permukiman perkotaan diarahkan pada wilayah-wilayah yang


secara eksisitng sudah menjadi permukiman (permukiman swadaya) secara linear
mengikuti perkembangan jaringan jalan dan tidak mengarah pada wilayah sempadan
pantai dan tidak mengekspansi hutan lindung. Rencana pembangunan permukiman
perkotaan di Kabupaten Belitung Timur, diarahkan pada Kecamatan Manggar (Desa
Baru, Desa Lalang, Desa Lalang Jaya, Desa Kurnia Jaya, Desa Padang, dan Desa Mekar
Jaya), Kecamatan Kelapa Kampit (Desa Pembaharuan, Desa Mentawak, Desa
Senyubuk, dan Desa Mayang), dan Kecamatan Gantung (Desa Gantung dan Desa
Lenggang).

b. Kawasan Permukiman Pedesaan

Pengembangan kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Belitung Timur diarahkan


pada kawasan-kawasan yang sudah ada atau sudah terbangun dan pada kawasan baru
yang tumbuh secara linier dengan tetap memperhatikan keseimbangan kawasan
peruntukan lainnya seperti sawah dan kawasan lindung.
Rencana kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Belitung Timur meliputi Desa
Buku Limau, Desa Kelubi, Desa Bentaian Jaya, Desa Buding, Desa Cendil, Desa Jangkar

-63-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Asam, Desa Limbongan, Desa Batu Penyu, Desa Selinsing, Desa Lilangan, Desa
Jangkang, Desa Dendang, Desa Balok, Desa Nyuruk, Desa Mengkubang, Desa Air Kelik,
Desa Sukamandi, Desa Burung Mandi, Desa Mempaya, Desa Renggiang, Desa Simpang
Tiga, Desa Lintang, Desa Air Madu, Desa Simpang Pesak, Desa Dukong, Desa Tanjung
Kelumpang, dan Desa Tanjung Batu Itam. Perluasan areal permukiman tetap
diperbolehkan dengan tetap memperhatikan kelestarian kawasan pertanian yang
merupakan peruntukan dominan di perdesaan.

2.3.2.2.6 Kawasan Peruntukan Pariwisata


Kawasan pariwisata dapat berupa kawasan wisata alam, wisata budaya, wisata
buatan/taman rekreasi, dan wisata lainnya. Kawasan pariwisata ini diperuntukkan bagi kegiatan
yang bersifat pemanfaatan obyek wisata maupun kegiatan penyediaan, pemeliharaan sarana dan
prasarana wisata, kegiatan promosi dan yang bersifat menunjang pariwisata.

Kawasan pariwisata di Kabupaten Belitung Timur sebagian besar merupakan kawasan


wisata alam. Kawasan wisata tersebut dibagi dalam 3 (tiga) kawasan (sumber: Dinas Pariwisata
Kabupaten Belitung Timur) yaitu kawasan pariwisata alam, kawasan pariwisata budaya, dan
kawasan pariwisata bahari. Adapun rencana rincian dan lokasi pengembangan kawasan
pariwisata di Kabupaten Belitung Timur adalah sebagai berikut:

a. Kawasan Pariwisata Alam

Kawasan Pariwisata Alam di Kabupaten Belitung Timur adalah: Pantai Genting, Gosong
Cine, Pantai Burung Mandi, Pantai Nyiur Melambai, Pantai Bukit Batu, Pantai Serdang,
Pantai Lalang, Pantai Sengaran, Pantai Tanjung Keluang, Kepulauan Memperak, Pantai
Pangkalan Limau, Pantai Pulau Punai, Pantai Pulau Pandan, Pantai Batu Belida, Pantai
Batu Buyung, Pantai Batu Lalang, Kepulauan Ayermasin, Pelabuhan Laut Dendang,
Tanjung Punai, dan Batu Lalang serta Kawasan Wisata Hutan di Kawasan Gunung
Bulong di Desa Kelubi.

b. Kawasan Pariwisata Budaya

Rencana peruntukan kawasan pariwisata budaya di Kabupaten Belitung Timur adalah:


kawasan wisata Sastra Laskar Pelangi di Kecamatan Gantung, kawasan pariwisata Situs
Bersejarah di Desa Batu Penyu Kecamatan Gantung, kawasan wisata bangunan
bersejarah peninggalan Belanda di Desa Lenggang Kecamatan Gantung, dan kawasan
pariwisata Ziarah Kuil Kwan Im di Desa Batu Penyu Kecamatan Gantung serta wisata
ziarah Makam Keramat KA. Loeso di Desa Batu Penyu Kecamatan Gantung.

-64-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
c. Kawasan Pariwisata Buatan

Rencana kawasan peruntukan pariwisata buatan di Kabupaten Belitung Timur yaitu


pengembangan obyek wisata di kawasan sirkuit Pulau Dapor di Desa Selinsing
Kecamatan Gantung.

2.3.2.2.7 Kawasan Peruntukan Industri


Rencana kawasan peruntukan industri dikembangkan di Kawasan Industri Air Kelik
(KIAK) dengan pengembangan kawasan industri pengolahan hasil pertanian dan perikanan.
Peruntukan lahan untuk rencana Kawasan Industri Air Kelik (KIAK) adalah 1.811 hektar. Untuk
mendukung pengembangan kawasan industri ini, akan dikembangkan pengembangan kawasan
sekitarnya, seperti: Kecamatan Kelapa Kampit/Damar. Ketentuan mengenai kawasan
industri/zona industri dilaksanakan melalui:

1. Peningkatan nilai tambah pemanfaatan ruang dalam memenuhi kebutuhan ruang bagi
pengembangan kegiatan industri, dengan tetap mempertahankan kelestarian fungsi
lingkungan hidup.
2. Mengarahkan kegiatan industri pengolahan hasil perkebunan.
Arahan lokasi pengembangan industri di Kabupaten Belitung Timur adalah sebagai berikut:
b. Kecamatan Kelapa Kampit
▪ Kawasan Industri Terpadu (KIAK) di Desa Air Kelik
▪ Kawasan Oil Refinery di Desa Mayang
▪ Pelabuhan Teluk Asam di Desa Air Kelik
c. Kecamatan Damar
▪ Kawasan Industri Terpadu (KIAK) di Desa Mempaya
▪ Pelabuhan Teluk Asam di Desa Mempaya

2.3.2.2.8 Kawasan Peruntukan Lainnya


Kawasan peruntukan lainnya yang dimaksud adalah kawasan pertahanan dan
keamanan negara yaitu kawasan latihan militer. Kawasan latihan militer berada di Kawasan AWR
(Air Weapon Range) TNI AU yang berada di Desa Buding Kecamatan Kelapa Kampit. Adapun
rencana kawasan latihan militer di Kabupaten Belitung Timur seluas 309 hektar.

-65-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Gambar 2. 3 Peta Pola Ruang Kabupaten Belitung Timur

-66-
2.4 Profil Masyarakat Kabupaten Belitung Timur

Berdasarkan data dari Kabupaten Belitung Timur Dalam Angka Tahun 2018, Tahun
2017 mengalami penambahan dari tahun sebelmnya sebesar 2.616 jiwa. Di Tahun 2017
penduduk Kabupaten Belitung Timur berjumlah 124.587 jiwa dengan komposisi 64.875 jiwa Laki-
laki (52,07%) dan 59.712 jiwa perempuan (47,93%). Jumlah laki-laki di Belitung Timur masih lebih
tinggi dibanding dengan jumlah perempuan. Sex Ratio di Kabupaten Belitung adalah 108,65 yang
menunjukkan terdapat 109 orang laki-laki di antara 100 perempuan. Berdasarkan sebaran dan
kepadatan penduduk terendah berada di kecamatan Simpang Renggiang sebesar 19,23
Jiwa/Km², dan tertinggi di Kecamatan Manggar sebesar 170,77 Jiwa/Km², angka ini lebuh tinggi
dari kepadatan Kabupaten Belitung Timur sebesar 49,70 Jiwa/Km².

Tabel 2. 11 Penduduk berdasarkan Rasio dan sebarannya di Kabupaten Belitung

Timu
Jenis Kelamin Rasio Kepadatan
Luas Persent
No Kecamatan Laki- Jenis Penduduk
(Km²) (%)
Laki Perempuan Jumlah Kelamin Jiwa/ Km²
Manggar 229,00 9,13 107,31 170,77
1 20.243 18.864 39.107
Gantung 546,30 21,79 108,32
2 14.140 13.054 27.194 49,78
Dendang 362,20 14,45 112,44
3 5.687 5.058 10.745 29,67
Kelapa Kampit 498,51 19,89 108,82
4 9.669 8.885 18.554 37,22
Damar 236,90 9,45 110,61
5 6.942 6.276 13.218 55,80
Simpang Renggiang 390,70 15,58 108,17
6 3.904 3.609 7.513 19,23
Simpang Pesak 243,30 9,71 108,17
7 4.290 3.966 8.256 33,93
Jumlah 2506,91 100,00 64.875 59.712 124.587 108,65 49,70
Sumber : BPS, Belitung Timur Dalam Angka Tahun 2018

-67-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
75+

70 - 74

65 - 69

60 - 64

55 - 59

50 - 54

45 - 49

40 - 44

35 - 39

30 - 34

25 - 29

20 - 24

15 - 19

10 - 14

5-9

0-4

8.000 6.000 4.000 2.000 0 2.000 4.000 6.000 8.000

Laki - laki Perempuan

Gambar 2. 4 Struktur Piramida Penduduk Kabupaten Belitung Timur Tahun 2017

Tabel 2. 12 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pekerjaan Kabupaten Belitung Timur


Tahun 2013-2017

No Pekerjaan 2013 2014 2015 2016 2017


1 Belum/ Tidak Bekerja
2 Mengurus Rumah Tangga
3 Pelajar/ Mahasiswa
4 Pensiunan
5 Pegawai Negeri Sipil
6 TNI
7 Polri
8 Perdagangan
9 Petani/ Pekebun
10 Peternak

-68-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
No Pekerjaan 2013 2014 2015 2016 2017
11 Nelayan/Perikanan
12 Industri
13 Konstruksi
14 Transportasi
15 Karyawan Swasta
16 Karyawan BUMN
17 Karyawan BUMD
18 Karyawan Honorer
19 Buruh Harian Lepas
20 Buruh Tani Perkebunan
21 Buruh Nelayan Perikanan
22 Buruh Peternakan

23 Pembantu Rumah Tangga

24 Tukang Cukur
25 Tukang Listrik
26 Tukang Batu
27 Tukang Kayu
28 Tukang Sol Sepatu
29 Tukang Las Pandai Besi
30 Tukang Jahit
31 Tukang Gigi
32 Penata Rias
33 Penata Rambut
34 Mekanik
35 Seniman
36 Tabib
37 Imam Mesjid
38 Pendeta
39 Pastor
40 Wartawan
41 Ustadz Mubaligh
42 Juru Masak
43 Bupati
44 Wakil Bupati
45 Anggota DPRD Provinsi

46 Anggota DPRD Kabupaten

47 Dosen
48 Guru
49 Pilot
50 Pengacara
51 Notaris
52 Arsitek
53 Konsultan

-69-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
No Pekerjaan 2013 2014 2015 2016 2017
54 Dokter
55 Bidan
56 Perawat
57 Apoteker
58 Psikiater Psikolog
59 Penyiar Televisi
60 Penyiar Radio
61 Pelaut
62 Sopir
63 Pedagang
64 Perangkat Desa
65 Kepala Desa
66 Biarawati
67 Wiraswasta
68 Lainnya
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Belitung Timur, Tahun 2018

Klasifikasi penduduk berdasarkan tigkat penghasilan dibagi atas beberapa dasar


pengklasifikasian. Penduduk dengan penghasilan Rp 0,- - Rp 400.000,- dilihat dari standar BPS
tentang Batasan penghasilan individu penduduk miskin. Penghasilan Rp 400.000,- - Rp
1.600.000,- standar penghasilan kepala keluarga penduduk miskin. Penghasilan Rp 1.600.000,-
- Rp 2.750.000,- berdasarkan upah minimum Prov. Bangka Belitung, dan penghasilan Rp
2.750.000,- - Rp 4.500.000,- Batasan penghasilan penduduk tidak kena pajak (PTKP) dalam satu
keluarga.

Tabel 2. 13 Jumlah Tingkat Penghasilan Keluarga

Tingkat Penghasilan/Pendapatan (Rupiah)


No Kecamatan 1,2 Jt - 1,8 Jt - 2,1 Jt - 2,6 Jt - 3,1 Jt - 3,6 Jt - Tidak
< 1.2 Jt 4>
1,8 Jt 2,1 jt 2,6 jt 3,1 Jt 3,6 jt 4,2 Jt Tahu
1 Manggar
2 Gantung
3 Dendang
4 Kelapa Kampit
5 Damar
Simpang
6 Renggiang
7 Simpang Pesak
Jumlah 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sumber : Pendataan Rumah dan Kondisi Rumah Tinggal Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Kab. Belitung Timur, Tahun 2018

Tabel 2. 14 Jumlah Penduduk Berdasarkan Perpindahan / Mutasi Tahun 2015-2017

-70-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Penduduk Masuk Penduduk Keluar
No Kecamatan Tahun Tahun
2015 2016 2017 2015 2016 2017
1 Manggar
2 Gantung
3 Dendang
4 Kelapa Kampit
5 Damar
6 Simpang Renggiang
7 Simpang Pesak
Jumlah 0 0 0 0 0 0

Tabel 2. 15 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelahiran dan Kematian Tahun 2015-2017


Angka Kelahiran Angka Kematian
N
Kecamatan Tahun Tahun
o
2015 2016 2017 2015 2016 2017
1 Manggar
2 Gantung
3 Dendang
4 Kelapa Kampit
5 Damar
6 Simpang Renggiang
7 Simpang Pesak
Jumlah 0 0 0 0 0 0

-71-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
A. Kepadatan Penduduk

Kebutuhan

Tabel 2. 16 Kepadatan Penduduk Kabupaten Belitung Timur

B. Jumlah Penduduk dan Hasil Proyeksi

Kebutuhan akan perumahan dapat diukur berdasarkan pertumbuhan penduduk Kab.


Belitung Timur serta faktor lainnya, seperti kebijakan kota, perkembangan ekonomi wilayah
dan kota, baik internal maupun eksternal. Tingkat pertumbuhan penduduk merupakan faktor
penting yang mempengaruhi kebutuhan akan perumahan, karena penduduk merupakan
subjek yang nantinya akan menempati rumah tersebut. Tingkat pertumbuhan penduduk
dipengaruhi oleh beberapa variabel.
▪ Kebijakan, diperhitungkan apabila terjadi perubahan jumlah penduduk sebagai
dampak suatu kebijakan (misal: pemekaran wilayah administratif, kebijakan
pembatasan migrasi, dan lain-lain).
▪ Perubahan penduduk natural, dihitung berdasarkan perubahan jumlah penduduk
yang lahir dan mati.
▪ Migrasi, dihitung berdasarkan jumlah penduduk yang masuk dan keluar Kota
Palangka Raya
Data di bawah ini menunjukkan jumlah penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Belitung
Timur selama 5 tahun terakhir.

bel 2. 17 Kepadatan Penduduk Kabupaten Belitung Timur

Tabel 2. 18 Proyeksi Penduduk Kabupaten Belitung Timur Tahun 2017-2038

-72-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
2.5 Sejarah, Budaya Dan Kebiasaan Bidang Perumahan Dan Permukiman Masyarakat
Belitung Timur

-73-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Profil Daerah Kabupaten Belitung Timur Bidang Perumahan Dan Kawasan Permukiman

-74-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
3.1 Gambaran Umum Rumah Dan Perumahan

Profil umum perumahan dan permukiman kabupaten Belitung Timur diidentifikasi


berdasarkan atas beberapa variabel yaitu rumah berdasarkan fungsi tinggal, wilayah permukiman
padat, kondisi fisik rumah, status kepemilikan bangunan rumah dan lahan.

Tabel 3. 1 Rumah Berdasarkan Status Kepemilikan Rumah

Status Kepemilikan
Unit
No Kecamatan Bukan Milik
Rumah Milik Sendiri Kontrak/Sewa Tidak Tahu
Sendiri
1 Manggar 5952
2 Gantung 2456
3 Dendang 1500
4 Kelapa Kampit 3472
5 Damar 478
6 Simpang Renggiang 1629
7 Simpang Pesak 719
Jumlah - -
16.206 -
Sumber : Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman

Tabel 3. 2 Rumah Berdasarkan Status Kepemilikan Tanah

Status Kepemilikan
Unit
No Kecamatan Bukan Milik
Rumah Milik Sendiri Kontrak/Sewa Tidak Tahu
Sendiri
1 Manggar 5952
2 Gantung 2456
3 Dendang 1500
4 Kelapa Kampit 3472
5 Damar 478
6 Simpang Renggiang 1629
7 Simpang Pesak 719
Jumlah - -
16.206 -
Sumber : Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman

Bersdasarkan table…...

Upaya pengembangan permukiman juga ditujukan secara seimbang bagi permukiman


yang telah terbangun, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya penurunan kualitas
permukimannya, melindungi nilai-nilai spesifik, unik, tradisional, dan bersejarah yang telah
tercipta sepanjang umur kawasan, dan untuk meningkatkan kinerja kawasan sehingga dapat
melampaui ukuran indeks minimal keberlanjutan kawasan.

-75-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman
(RP3KP) merupakan pedoman perencanaan, pemrograman, pembangunan dan pengendalian
pembangunan jangka menengah dan atau jangka panjang yang harus diupayakan dapat
melembaga di setiap daerah, melalui peraturan daerah, yang untuk realisasinya harus dipantau
dan dikendalikan dari waktu ke waktu, serta dikelola dengan tata pemerintahan yang baik dan
melibatkan secara sinergi kemitraan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. RP3KP
merupakan arahan utama sehingga pada setiap kurun waktu tertentu para pelaku pembangunan
perumahan dan permukiman di daerah dapat mengukur dan mengevaluasi kinerja keberhasilan
penataan lingkungan perumahan dan permukiman di daerah yang bersangkutan. Perumahan
atau permukiman yang bernilai spesifik dan unik ditinjau dari aspek sosial budaya, teknologi, dan
arsitektural, bernilai tradisional, dan bernilai sejarah, termasuk secara khusus pada bangunan
gedung dan lingkungannya, berdasarkan peraturan perundang-undangan cagar budaya yang
ada dapat dikategorikan sebagai benda atau situs yang harus dilindungi dan dipelihara.

Tabel 3. 3 Tingak Kepadatan Permukiman dan Penggunaan LahhPermukiman

-76-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
3.2 Tipologi Rumah Dan Perumahan

3.3 Kondisi Dan Sebaran Rumah Dan Perumahan

3.4 Kondisi Dan Sebaran Perumahan Tradisional

Gambar 3. 1 Rumah Tradisonal Kab. Belitung Timur

-77-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Profil Daerah Kabupaten Belitung Timur Bidang Perumahan Dan Kawasan Permukiman

-78-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
4.1 Sebaran Kawasan Permukiman

4.2 Ketersediaan Dan Kondisi Prasarana Dan Sarana Dasar

4.3 Ketersediaan Dan Kondisi Utilitas Umum

4.4 Kualitas Lingkungan Pada Perumahan Dan Permukiman

-79-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Profil Daerah Kabupaten Belitung Timur Bidang Perumahan Dan Kawasan Permukiman

-80-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
5.1 Kawasan Permukiman Kumuh

Kumuh adalah kesan atau gambaran secara umum tentang sikap dan tingkah laku yang
rendah dilihat dari standar hidup dan penghasilan kelas menengah. Dengan kata lain, kumuh
dapat diartikan sebagai tanda atau cap yang diberikan golongan atas yang sudah mapan kepada
golongan bawah yang belum mapan. Menurut kamus ilmu-ilmu sosial Slum’s diartikan sebagai
suatu daerah yang kotor yang bangunan-bangunannya sangat tidak memenuhi syarat. Jadi
daerah slum’s dapat diartikan sebagai daerah yang ditempati oleh penduduk dengan status
ekonomi rendah dan bangunan-bangunan perumahannya tidak memenuhi syarat untuk disebut
sebagai perumahan yang sehat. Slum’s merupakan lingkungan hunian yang legal tetapi
kondisinya tidak layak huni atau tidak memenuhi persyaratan sebagai tempat permukiman
(Utomo Is Hadri, 2000). Slum’s yaitu permukiman diatas lahan yang sah yang sudah sangat
merosot (kumuh) baik perumahan maupun permukimannya (Herlianto, 1985). Dalam kamus
sosiologi Slum’s yaitu diartikan sebagai daerah penduduk yang berstatus ekonomi rendah
dengan gedung-gedung yang tidak memenuhi syarat kesehatan (Sukamto Soerjono, 1985).

Kawasan kumuh adalah kawasan dimana rumah dan kondisi hunian masyarakat di
kawasan tersebut sangat buruk. Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada tidak sesuai
dengan standar yang berlaku, baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan rumah
sehat, kebutuhan sarana air bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan prasarana jalan,
ruang terbuka, serta kelengkapan fasilitas sosial lainnya. Kawasan permukiman kumuh
Kabupaten Belitung Timur disebabkan oleh:

1) Kondisi bangunan gedung yang tidak sesuai persyaratan teknis, tidak teratur dan
kepdatan tinggi;
2) Jalan lingkungan yang cakupan pelayanan rendah dan kualitas rendah;
3) Penyediaan air minum yang aksesnya keamanannya rendah dan tidak terpenuhi sesuai
kebutuhan rata-rata;
4) Kondisi drainase yang kualitas rendah, tidak terpelihara, tidak terhubung dengan jaringan
atas dan bawahnya, adanya genangan lama dan buruk dan tidak tersedia drainase;
5) Kondisi air limbah dan sampah yang tidak sesuai standar teknis dan pesyaratan teknis
dan tidak terpelihara;
6) Proteksi kebakaran yang masih minim prasarana dan sarananya.

Lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kabupaten Belitung Timur telah
diputuskan dalam SK Bupati pada tahun 2018. Jumlah luas wilayah perumahan kumuh dan
permukiman kumuh di Kabupaten Belitung Timur terdapat 55,78 Ha. Lokasi perumahan kumuh
dan permukiman kumuh di Kabupaten Belitung Timur terdapat di dua kecamatan, yaitu
Kecamatan Manggar dan Kecamatan Gantung.

-81-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Tabel 5.1 L uas Kawasan Kumuh Kabupaten Belitung Timur
Menurut SK No.188.45-400 Tahun 2018
Luas Lokasi
No Kecamatan
Kawasan (Ha) Desa RT
001, 002, 003,004, 005, 006,
007, 008, 009, 012, 013, 014,
1 Manggar 28,90 Baru
017, 019, 020, 021, 022, 023,
024, 031,032
2 Gantung 3,40 Lenggang
13,86 Gantung 018, 019, 020, 021, 022, 023
9,62 Selinsing
3 Dendang -
4 Kelapa Kampit -
5 Damar -
6 Simpang Renggiang -
7 Simpang Pesak -
Jumlah 55,78
Sumber : SK Bupati No.188.45-400 Tahun 2018

5.2 Kawasan Permukiman Rawan Bencana

Beberapa wilayah di Kabupaten Belitung Timur yang berpotensi sebagai wilayah rawan
bencana tersebar di beberapa wilayah kecamatan. Berdasarkan muatan dalam Dokumen
RSebaran wilayah kawasan permukiman rawan bencana berada di pinggiran bantaran sungai.
Namun sampai saat ini belum ditetapkan wilayah tertentu sebagai wilayah rawan bencana.
Wilayah rawan bencana di Kabupaten Belitung Timur dapat berupa abrasi pantai, banjir, dan
tanah longsor. Titik wilayah rawan bencana tersebut telah teridentifikasi sebagai berikut:

1. Wilayah Rawan Banjir, meliputi:


a. Lokasi sekitar Jembatan Sungai Baru,Kecamatan Kelapa Kampit
b. Dusun Balai Selatan Desa Mayang, Kecamatan Kelapa Kampit
c. Desa Mempaya Kecamatan Damar
d. Desa Sukamandi,Kecamatan Damar
e. Kampung Bugis Desa Lenggang, Kecamatan Gantung
f. Dusun Canggu Desa Lenggang, Kecamatan Gantung
g. Air Kundor Desa Batu Penyu, Kecamatan Gantung
h. Dusun Jaya, Desa Lenggang, Kecamatan Gantung

2. Wilayah Rawan Abrasi, meliputi:


a. Pantai Mudong, meliputi Kecamatan Gantung dan Manggar.

-82-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
b. Pulau Buku Limau, Pulau Long, Pulau Sekunyit, Pulau Ketapang, Pulau Bulian, Pulau
Batu, dan Pulau Pesemut.
c. Muara Sungai Manggar sampai ke Pantai Kuala Tambak.
d. Wilayah Dusun Canggu sepanjang Sungai Lenggang Kecamatan Gantung
3. Wilayah Rawan Longsor, lebih berpotensi pada lokasi-lokasi pertambangan.

5.3 Kawasan Permukiman Lainnya

-83-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
Table of Contents
..................................................................................................................................- 1 -
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................- 2 -
1.2 Maksud, Tujuan Dan Sasaran ..............................................................................................- 3 -
1.2.1 Maksud ..........................................................................................................................- 3 -
1.2.2 Tujuan ............................................................................................................................- 3 -
1.2.3 Sasaran .........................................................................................................................- 3 -
1.3 Tinjauan Teori..........................................................................................................................- 4 -
1.4 Tinjauan Terhadap Peraturan Nasional .............................................................................- 7 -
1.4.1 Tinjauan Terhadap Program Prioritas (Nawa Cita) .............................................- 7 -
1.4.2 Tinjauan Terhadap Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang - 8 -
1.4.3 Tinjauan Terhadap Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman ..............................................................................- 11 -
1.4.4 Tinjauan Terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2016 Tentang
Pembangunan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah ................................- 19 -
1.4.5 Tinjauan Terhadap Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 34 Tahun
2006 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Keterpaduan PSU Kawasan
Perumahan .................................................................................................................................- 19 -
1.4.6 Tinjauan Terhadap Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun
2012 Tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman dengan
Hunian Berimbang ...................................................................................................................- 21 -
1.4.7 Tinjauan Terhadap Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun
2014 Tentang Pedoman Mitigasi Bencana Alam Bidang Perumahan dan Kawasan
Permukiman ...............................................................................................................................- 22 -
1.4.8 Tinjauan Terhadap Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 12 Tahun
2014 Tentang Pedoman Penyusunan Rencanan Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan Dan Kawasan Permukiman Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota -
29 -
..........................................................................................................................- 36 -
2.1 Gambaran Wilayah Kabupaten Belitung Timur .............................................................- 37 -
2.1.1 Geografis Kabupaten Belitung Timur ............................................................................- 43 -
2.1.2 Kondisi Fisik ........................................................................................................................- 43 -
2.1.2 Kondisi Administratif .........................................................................................................- 45 -
2.1.3 Kondisi Demografi..............................................................................................................- 46 -
2.2 Arahan Rencana Struktur dan Pola Ruang Kabupaten Belitung Timur ...................... 49
2.3.1 Arahan Rencana Struktur dan Sistem Perkotaan Kabupaten Belitung Timur ............................ 49
2.3.2 Arahan Rencana Pola Ruang Kabupaten Belitung ................................................................ 54

-84-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
2.3.2.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung ............................................................. 54
2.3.2.1.1 Kawasan Hutan Lindung ........................................................................................ 54
2.3.2.1.2 Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahnya
...................................................................................................................................................... 55
2.3.2.1.3 Kawasan Perlindungan Setempat ........................................................................ 55
2.3.2.1.4 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya ........................ 57
a. Kawasan Pelestarian Alam ............................................................................................. 57
b. Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan Lainnya .................................................... 58
c. Kawasan Pantai Berhutan Bakau ................................................................................. 58
d. Kawasan Cagar Budaya .................................................................................................. 58
2.3.2.1.5 Kawasan Rawan Bencana ...................................................................................... 58
a. Kawasan Rawan Gelombang Pasang .......................................................................... 59
b. Kawasan Rawan Abrasi................................................................................................... 59
c. Kawasan Rawan Banjir.................................................................................................... 59
2.3.2.2 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya ................................................................. 60
2.3.2.2.1 Kawasan Peruntukan Hutan Produksi ................................................................ 60
2.3.2.2.2 Kawasan Peruntukan Pertanian ........................................................................... 60
a. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan ......................................................................... 60
b. Kawasan Pertanian Holtikultura .................................................................................... 61
c. Kawasan Perkebunan ...................................................................................................... 61
d. Kawasan Peternakan ....................................................................................................... 61
2.3.2.2.3 Kawasan Peruntukan Perikanan .......................................................................... 61
Rencana pengembangan peruntukan perikanan air laut dapat dilihat pada uraian
dibawah ini: .................................................................................................................................. 62
2.3.2.2.4 Kawasan Peruntukan Pertambangan .................................................................. 62
2.3.2.2.5 Kawasan Peruntukan Permukiman ...................................................................... 63
2.3.2.2.6 Kawasan Peruntukan Pariwisata .......................................................................... 64
2.3.2.2.7 Kawasan Peruntukan Industri ............................................................................... 65
2.3.2.2.8 Kawasan Peruntukan Lainnya .............................................................................. 65
2.4 Profil Masyarakat Kabupaten Belitung Timur .................................................................... 67
2.5 Sejarah, Budaya Dan Kebiasaan Bidang Perumahan Dan Permukiman Masyarakat
Belitung Timur....................................................................................................................................... 73
.............................................................................................. 74
3.1 Gambaran Umum Rumah Dan Perumahan ........................................................................ 75
3.2 Tipologi Rumah Dan Perumahan .......................................................................................... 77
3.3 Kondisi Dan Sebaran Rumah Dan Perumahan.................................................................. 77
3.4 Kondisi Dan Sebaran Perumahan Tradisional .................................................................. 77

-85-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018
..................... 78
4.1 Sebaran Kawasan Permukiman ............................................................................................ 79
4.2 Ketersediaan Dan Kondisi Prasarana Dan Sarana Dasar ............................................... 79
4.3 Ketersediaan Dan Kondisi Utilitas Umum .......................................................................... 79
4.4 Kualitas Lingkungan Pada Perumahan Dan Permukiman .............................................. 79
.............................................................................. 80
5.1 Kawasan Permukiman Kumuh .............................................................................................. 81
5.2 5.2 Kawasan Permukiman Rawan Bencana ....................................................................... 82
5.3 Kawasan Permukiman Lainnya ............................................................................................. 83

-86-
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2018

Anda mungkin juga menyukai