Anda di halaman 1dari 5

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

EKLAMPSIA

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Osita Putri (1633004)


2. Desi Natalia (1633005)
3. Eugennia Sakanti Putri (1633007)
4. Silviria Tidianes Indah .N. (1633018)
5. Wayan Indrayana (1633018)
6. Juntrilita Harefa (1633020)

Dosen Pengampu : Theresia Anita,S.ST.,M.Tr.Keb

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS FAKULTAS

ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU

KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

PALEMBANG

2019

A. Definisi
Eklamsia merupakan kelainan akut pada wanita hamil dalam
persalinan atau nifas yang ditandai dengan kejang dan atau koma yang
sebelumnya wanita ini menunjukan tanda dan gejala preeklamsia berat,
seperti tekanan darah >160/110, proteinuria, disertai dengan keluhan
subjektif seperti nyeri epigastrium, sakit kepala, gangguan pengelihatan,
dan oliguria (Fadlun and Feryanto, 2014, p. 50).
Eklamsia berasal dari Bahasa Yunani yang artinya halilintar, kata
tersebut di pakai karena gejala eklamsia yang datang tiba-tiba seperti petir,
dengan tanda dan gejala preeklamsa seperti kejang tonik-klonik yang
disusul dengan koma, eklamsia diklasifikasikan berdasarkan waktu
terjadinya yaitu, eklamsia gravidarum (pada saat kehamilan), eklamsia
partunientum (pada saat persalinan), dan eklamsia puerperale (pasca
persalinan) (Nugroho, 2012, p. 1; Maryunani, 2016, p. 328). Selain itu
menurut (Woodward, 2011, p. 48) eklamsia didefinisikan sebagai kejang
yang berkaitan dengan preeklamsia yang tidak dapat di hubungkan dengan
penyebab serebral lain.

B. Patofisiologi
C. Tanda dan Gejala
a. Pengantar
1) Yang kita kenal tanda dan gejala eklamsia itu kejang semakin
memburuknya pre-eklamsia, terjadinya gejala seperti nyeri kepala
di sekitar frontal, gangguan pada mata, lalu mual yang hebat, nyeri
di epigastrium dan hiper-refleksi.(Anik Maryunani, 2016, p. 329)
2) Jika kondisi ini tidak segera ditangani akan menimbulkan kejang.
Terutama pada saat persalinan dan dapat menyebabkan bahaya
yang besar.(Maryunani, 2016, p. 329)
b. Gejala-gejala eklamsia
Gejala eklamsia dapat berupa konvulsi eklamsia dapat dibagi 4 tingkat:

1) Tingkat awal (aura) atau kondisi invasi:


Tahap pertama keadaan ini berlangsung kira-kira 30 detik.;
Mata pasien terbuka tanpa melihatkelopak mata bergetar ; Ada juga
yang tangan dan kepalanya berputar ke kiri-kanan.(Anik
Maryunani, 2016, p. 329)
2) Tingkat kejang tonik atau stadium kejang tonik:
Berlangsung kurang dari 30 detik; Yang dirasakan seluruh otot
menjadi kaku; Wajah pun kelihatannya kaku; Tangan
menggenggam; Kaki dapat membengkok ke dalam; Pernafasan
berhenti; Wajah menjadi sianotik; Lalu lidah dapat tergigit.(Anik
Maryunani, 2016, p. 329)
3) Tingkat kejang kronik :
Dapat terjadi selama 1-2 menit; Semua otot berkontraksi dan
berulang-ulang tempo yang cepat; Mulut dapat membuka dan
menutup; Lidah dapat tergigit; Bola mata menonjol; Dari mulut
dapat terjadi keluar ludah berbusa; Wajah menunjukkan sianosis;
Pasien menjadi tidak sadar.(Anik Maryunani, 2016, p. 330)
4) Tingkat koma atau stadium koma:
Tahap yang paling akhir; Lama kesadaran tidak selalu sama,
tetapi perlahan-lahan pasien mulai sadar, namun dapat terjadi pula
jika sebelum terjadi serangan baru dan berulang sehingga dapat
menimbulkan pasien tetap dalam kondisi koma; Kemudian selama
serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat, dan suhu meningkat
sampai 40˚C. (Anik Maryunani, 2016, p. 330)

D. Penangganan dan Terapi


Penanganan Kejang :
Berikan obat anti kejang melalui intravena sesuai dengan yang di
instruksikan; Berikan oksigen dengan 4 – 6 liter per menit; Pasang infus
sesuai yang di anjurkan; Buka dan bersihkan jalan napas dengan
melakukan penghisapan lendir dengan posisi bahu di ganjal menggunakan
bantal berukuran kecil, kemudian posisikan kepala ke belakang dan
pasangkan Guedel’s tube dan lakukan penghisapan lender; Untuk
menghidari supaya pasien tidak terjatuh ikat tangan dan kaki di tempat
tidur.(Anik Maryunani, 2016, p. 335)
Penanganan Eklamsia : Jika tekanan darah diastol > 110 mmHg,
berikan obat antihipertensi sampai 90 – 100 mmHg; Pasang infus RL;
Pasang cateter untuk mengkur output urin dan untuk pemeriksaan
proteinuria; Monitor cairan jangan sampai terjadi overload; Jangan
tinggalkan pasien sendiri karena jika kejang di sertai dengan aspirasi dapat
mengakibatkan kematian pada ibu dan janin; Obsersavi tanda – tanda vital,
reflek dan denyut jantung janin per 1 jam sekali; Auskultasi suara paru
untuk mengatahui apakah ada edam paru atau tidak. Jika terdapat edama
pada paru hentikan pemberian cairan dan berikan diuretik.
(Fadlum,S.ST.,dr.Achad Feryanto, 2011, p. 55)

E. Pengelohaan umum
Preeklampsia ringan dengan pengelolaan rawat jalan; tidak mutlak
tirah baring; diet regular/tidak ada yang khusus; tidak perlu restriksi
komsumsi garam; tidak perlu pemberian diuretic, antihipertensi, dan
sedativum;kunjungan ke rumah sakit tiap minggu, dan sedangkan rawat
inap; hipertensi yang menetap selama dan proteinuria menetap >2 minggu;
hasil test laboratorium yang abnormal;adanya gejala atau 1 tanda atau
lebih preeclampsia berat; rujuk di rumah sakit dan pada pengelolaan
obsetrik; umurnya kehamilan < 37 minggu; bilang gejala tidak memburuk,
kehamilan dapat dipertahankan sampai arterm; jika serviks
matang,pecahkan ketuban dan induksi persalinan dengan oksitosis atau
prostaglandin; lakukan pematangan dengan prostaglandin atau kateter
foley atau seksio sesarea.(dr.Taufan Nugroho, 2012, p. 5, p.6)
preeklampsia berat sama seperti preeclampsia ringan tetapi
berlawanan, yang membedahkan yaitu pemberian infus ringer laktat 5 %;
pemberian anti kejang dan anti hipertensi.(dr.Taufan Nugroho, 2012, p. 7)

Daftar Pustaka

Anik Maryunani (2016) Asuhan Kegawat Dalam Kebidanan. Ari Maftuh. jakarta:
Cv.Trans Info Media.

dr.Taufan Nugroho (2012) Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Fadlum,S.ST.,dr.Achad Feryanto, S. O. (2011) Asuhan Kebidanan Patologis.


Aklia Susi. jakarta: Salemba Medika.

Fadlun and Feryanto, A. (2014) Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Selemba


Medika.

Maryunani, A. (2016) Asuhan Kegawatdaruratan dalam Kebidanan. Jakarta:


Trans Info Media.

Nugroho, T. (2012) Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Woodward, V. (2011) Kedaruratan Persalinan Manajemen di Komunitas. Jakarta:


EGC.

Anda mungkin juga menyukai