Oleh
Case Report
Gejala Klinis
Menurut (Medl, 2010) pada pemeriksaan fisik, didapatkan rasa nyeri pada bagian
siku kanan, tetapi hanya sedikit nyeri pada flexion. Terdapat swelling pada jaringan lunak.
Pada pemeriksaan klinis dan hematologi tidak terdapat perubahan. Pada pemeriksaan
radiografi dengan posisi pemotretan mediolateral, dapat terlihat bertukan segitiga pada siku
kanan dengan opasitas mineral craniodorsal hingga anconeus. Fragmen seharusnya segaris
dengan anconeus, tetapi terpisahkan oleh garis radiolucent.
Hewan yang mengalami fraktura pada bagian os radius atau os ulna akan mengalami
kepincangan pada kaki bagian depan, pasien tidak mau untuk menapakan kakinya yang
fraktur karena akan merasa sakit bila di tapakan, kadang-kadang disertai dengan pincang
gerak, karena ada kalanya tulang yang mengalami fraktur akan merobek otot yang ada di
sekitarnya, dengan terdapatnya perobekan pada otot dapat menyebabkan gangguan dalam
pergerakan. (Degner,2010)
Pada bagian yang tulang yang fraktur akan terlihat bengkak, kemerahan, serta
hingga bisa mengkibatkan kebengkokan pada daerah yang fraktur. Bila yang terjadi
merupakan fraktur terbuka akan membuat tulang yang fraktur akan tampak ke permukaan.
Bila dilakukan palpasi, tulang yang mengalami fraktur akan terasa ada patahan dan akan
terasa adanya gesekan antar tulang dan akan terasa sakit. Kucing gelisah merasa tidak
nyaman. (Degner,2010)
Diagnosa
Menurut (Medl, 2010) untuk meneguhkan diagnosa dilakukan pemeriksaan
histopatologi fraktur akut dari anconeus. Terdapat eksudat fibrous dengan proliferasi dari
fibroblas dan osteoblas dengan formasi osteoid.
- Pemeriksaan Klinis,
Teknik mendiagnosa fraktur os radius dan ulna melalui pemeriksaan klinis, terdiri dari
dua bagian yaitu melalui:
§ Signalement
Pengamatan signalement meliputi umur hewan, ras hewan, jenis kelamin, dan jenis
hewan. Pengamatan melalui signalement yang ada adalah salah satu diagnosa yang cukup
efektif, karena hewan yang masih muda lebih sering mengalami trauma dibandingkan hewan
yang sudah dewasa dan struktur tulang pada hewan muda masih sangat rapuh.
§ History (sejarah penyakit).
Pengamatan melalui history atau sejarah penyakit pada hewan cukup efektif juga untuk
mendiagnosa terjadinya fraktur pada tulang radius atau ulna, hewan yang mempunyai berat
badan yang berlebih dan pernah mengalami fraktur tulang radius atau ulna cendrung akan
mengalami fraktura kembali, karena tulang hewan yang sudah pernah mengalami fraktur
tidak terlalu kuat untuk menopang berat badan setelah trauma, kadang kala sang pemilik tidak
menyadarai hewannya mengalami trauma.
- Radiografi
Pengamatan fraktur radius dan ulna dengan menggunakan radiografi adalah teknik
diagnosa yang paling efektif karena fraktur yang terjadi akan terlihat dengan sangat jelas baik
letak, bentuk dan jumlah patahannya. Pengambilan gambar radiografi dengan sudut pandang
craniocaudal dan lateral (baik pandangan proximal dan distal dari sendi) pada pengamatan
tulang radius akan menghasilkan sudut pandang yang bagus dan jelas. Pengambilan gambar
X-ray dilakukan di sisi kaki yang dicurigai mengalami fraktur, pada posisi hewan berdiri
secara latero-medial, dengan jarak sorot 100 cm dari sumber sinar X kepada objek, intesitas
cahaya yang digunakan 46 – 48 MAS. Sebelum dilakukan pengambilan radiografi sebaiknya
hewan diberikan sedasi, karena hewan yang mengalami fraktur akan gelisah pada saat
dilaukan handling.
Diagnosa Banding
Diagnosa banding pada fraktura anconeus yaitu :
1. X Ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang yang cedera.
2. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
3. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
4. CCT kalau banyak kerusakan otot.
5. Pemeriksaan Darah Lengkap
Treatment
Menurut (Medl, 2010) treatmen yang diberikan yaitu dengan melakukan anastesi
umum yang diinduksi secara intravena dengan ketamin (10 mg/kg) dan midazolam (0,1
mg/kg) ditambahkan dengan isoflurane. Kemudian dilakukan analgesi perioperative pada
plexus brachialis dengan menggunakan bupivacaine 0,5% (2mg/kg), cefazolin (22 mg/kg)
yang digunakan sebagai antibiotik perioperatif.
Sedangkan menurut literatur, dapat dilakukan treatmen sebagai berikut :
1) Reposisi tanpa operasi
- Pemasangan GIPS (gybsona).
- Spalk (upih)
- Thomas Splint
3) Solusi Akhir
- Amputasi
- Euthanasia ( Brinker, W.O., Piermattei, D.L., Flo. G.L., 1983: Sisson, S., 1977 ).
Kesimpulan
FAUSTA (bisa sembuh)
DAFTAR PUSTAKA
Brinker, W.O., Piermattei, D.L. and Flo, G.L. 1983. Handbook of Small Animal Orrthopedics
and Fracture Tratment. W.B. Saunders Company, Philadelphia, USA.
Degner, Daniel A. 2010. Humeral Condylar Fractures. Surgery Service, Michigan Veterinary
Specialist. Michigan, Amerika.
Medl, N. 2010. Case Report : Fracture of the Anconeal Process in Two Cats. Clinic for Small
Animal Surgery, Switzerland