Anda di halaman 1dari 7

PAPER DIAGNOSA KLINIK

“CASE REPORT : FRACTURE OF THE ANCONEAL IN CAT”

Oleh

Intan Kirana Isnaeni 145130100111063


Risalia Elite Dityasari 145130101111067
Rizky Pamwidya A 145130101111073

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
Kasus fraktur pada radius ulna pada anjing dan kucing sering terjadi, persentase kasus
fraktur ini mencapai 17,3%. Pada regio ulna, terdapat beberapa jenis fraktur yang sering
terjadi yaitu intra articular fraktur dan ekstra articular fraktur, fraktur proximal diaphyseal
dan fraktur monteggia. Pada kasus dibawah ini, terjadi fraktur pada processus anconeus
sehingga menyebabkan efek sekunder yaitu terjadi ossifikasi pada central processus anconeus
sehingga gagal berfusi dengan regio ulna.

 Case Report

Seekor kucing betina domestik shorthair yang berumur 5 tahun mengalami


kepincangan akut pada extremitas cranial bagian kanan selama 2 hari. Pemilik kucing
menyadari bahwa terdapat trauma pada kucingnya. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan rasa
nyeri pada bagian siku kanan, tetapi hanya sedikit nyeri pada flexion. Terdapat swelling pada
jaringan lunak. Pada pemeriksaan klinis dan hematologi tidak terdapat perubahan. Pada
pemeriksaan radiografi dengan posisi pemotretan mediolateral, dapat terlihat bertukan
segitiga pada siku kanan dengan opasitas mineral craniodorsal hingga anconeus. Fragmen
seharusnya segaris dengan anconeus, tetapi terpisahkan oleh garis radiolucent. Opasitas
mineral ovoid sekunder terlihat pada cranial humerus, interpretasinya terjadi osteochondroma
atau sesamoid dengan tendon membentuk otot supinator. Pada posisi pemotretan dengan
posisi craniocaudal, tidak menunjukkan abnormalitas pada siku kanan.
 Etiologi
Penyebab fraktur os radius ulna secara umum dapat disebabkan menjadi 2, yaitu
penyebab ekstrinsik dan intrinsik. Penyebab ekstinsik dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu
penyebab fraktur akibat gangguan langsung yaitu berupa trauma yang merupakan penyebab
utama terjadinya fraktur, misalnya kecelakaan, tertabrak, jatuh. Penyebab yang lainnya
adalah fraktur akibat gangguan tidak langsung seperti perputaran, kompresi. Penyebab fraktur
secara intrinsik dapat diakibatkan kontraksi dari otot yang menyebabkan avulsion fraktur,
seperti fraktur yang sering terjadi pada hewan yang belum dewasa. Fraktur patologis adalah
fraktur yang diakibatkan oleh penyakit sistemik seperti neoplasia, cyste tulang, ricketsia,
osteoporosis, hiperparatyroidisme, osteomalasia. Tekanan yang berulang juga dapat
menyebabkan fraktura.
Fraktura dapat dibedakan berdasarkan tipe frakturanya yaitu menurut bentuk
kerusakannya, menurut perpindahan fragmen fraktur, keparahan fraktur, arah patahan,
stabilitas fragmen fraktur, dan lokasi fraktur. Menurut bentuk kerusakannya, fraktur dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu fraktur komplit dan fraktur inkomplit. Fraktur komplit adalah
patah tulang yang menyebabkan tulang menjadi 2 fragmen dan biasanya disertai dengan
displasia dari fragmen tersebut, sedangkan pada fraktur inkomplita biasanya terjadi pada
hewan muda dan ditandai denagn sebagian tulang masih menyambung dan jarang terjadi
perpindahan tulang. Fraktur menurut keparahan fraktur dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
fraktur tertutup atau simpel dan compound atau terbuka. Pada fraktur tertutup, tulang tidak
akan keluar dan tidak menusuk otot sedangkan pada fraktur terbuka, tulang akan menusuk
otot dan tulang akan terjulur keluar.

 Gejala Klinis
Menurut (Medl, 2010) pada pemeriksaan fisik, didapatkan rasa nyeri pada bagian
siku kanan, tetapi hanya sedikit nyeri pada flexion. Terdapat swelling pada jaringan lunak.
Pada pemeriksaan klinis dan hematologi tidak terdapat perubahan. Pada pemeriksaan
radiografi dengan posisi pemotretan mediolateral, dapat terlihat bertukan segitiga pada siku
kanan dengan opasitas mineral craniodorsal hingga anconeus. Fragmen seharusnya segaris
dengan anconeus, tetapi terpisahkan oleh garis radiolucent.
Hewan yang mengalami fraktura pada bagian os radius atau os ulna akan mengalami
kepincangan pada kaki bagian depan, pasien tidak mau untuk menapakan kakinya yang
fraktur karena akan merasa sakit bila di tapakan, kadang-kadang disertai dengan pincang
gerak, karena ada kalanya tulang yang mengalami fraktur akan merobek otot yang ada di
sekitarnya, dengan terdapatnya perobekan pada otot dapat menyebabkan gangguan dalam
pergerakan. (Degner,2010)
Pada bagian yang tulang yang fraktur akan terlihat bengkak, kemerahan, serta
hingga bisa mengkibatkan kebengkokan pada daerah yang fraktur. Bila yang terjadi
merupakan fraktur terbuka akan membuat tulang yang fraktur akan tampak ke permukaan.
Bila dilakukan palpasi, tulang yang mengalami fraktur akan terasa ada patahan dan akan
terasa adanya gesekan antar tulang dan akan terasa sakit. Kucing gelisah merasa tidak
nyaman. (Degner,2010)

 Diagnosa
Menurut (Medl, 2010) untuk meneguhkan diagnosa dilakukan pemeriksaan
histopatologi fraktur akut dari anconeus. Terdapat eksudat fibrous dengan proliferasi dari
fibroblas dan osteoblas dengan formasi osteoid.
- Pemeriksaan Klinis,

Teknik mendiagnosa fraktur os radius dan ulna melalui pemeriksaan klinis, terdiri dari
dua bagian yaitu melalui:
§ Signalement
Pengamatan signalement meliputi umur hewan, ras hewan, jenis kelamin, dan jenis
hewan. Pengamatan melalui signalement yang ada adalah salah satu diagnosa yang cukup
efektif, karena hewan yang masih muda lebih sering mengalami trauma dibandingkan hewan
yang sudah dewasa dan struktur tulang pada hewan muda masih sangat rapuh.
§ History (sejarah penyakit).
Pengamatan melalui history atau sejarah penyakit pada hewan cukup efektif juga untuk
mendiagnosa terjadinya fraktur pada tulang radius atau ulna, hewan yang mempunyai berat
badan yang berlebih dan pernah mengalami fraktur tulang radius atau ulna cendrung akan
mengalami fraktura kembali, karena tulang hewan yang sudah pernah mengalami fraktur
tidak terlalu kuat untuk menopang berat badan setelah trauma, kadang kala sang pemilik tidak
menyadarai hewannya mengalami trauma.

- Physical examination findings (temuan pengamatan pisik),

Mendiagnosa fraktur dengan menggunakan pengamatan fisik (Physical examination)


pada hewan sangatlah efektif, karena bila terjadi fraktur pada tulang radius atau ulna, hewan
akan mengalami abnormalitas pada sistem tubuh yang lain serta adanya gangguan fungsional
dari os radius yakni kuda akan mengalami kepincangan pada kaki depan yang mengalami
fraktur ketika diistirahatkan dalam keadaan berdiri, dan kuda menumpu sesingkat mungkin
pada kaki depan yang mengalami fraktur ketika harus berjalan. Perlakuan palpasi pada
tungkai yang mengalami trauma akan ditemukan rasa panas pada bagian yang dipalpasi, akan
dirasakan krepitasi pada bagian yang mengalami trauma dan hewan akan kesakitan bila
dilakukan palpasi pada daerah yang mengalmi trauma serta kepincangan disertai dengan
kebengkakan tungkai di atas persendian carpus. Bila fraktur yang terjadi merupakan fraktur
yang terbuka, hewan akan mengalami respon yang abnormal atau gerakan yang abnormal
karena hewan tersebut enggan untuk menggerakan tungkai kakinya.

- Laboratory findings (temuan laboratorium).

Pengamatan fraktur juga bisa dilakukan dengan mengevaluasi hasil laboratorium.


Pengamatan laboratorium yang dilakukan seperti evaluasi kimia serum darah dan pengamatan
jumlah sel darah bisa digunakan untuk mengevaluasi status hewan.

- Radiografi

Pengamatan fraktur radius dan ulna dengan menggunakan radiografi adalah teknik
diagnosa yang paling efektif karena fraktur yang terjadi akan terlihat dengan sangat jelas baik
letak, bentuk dan jumlah patahannya. Pengambilan gambar radiografi dengan sudut pandang
craniocaudal dan lateral (baik pandangan proximal dan distal dari sendi) pada pengamatan
tulang radius akan menghasilkan sudut pandang yang bagus dan jelas. Pengambilan gambar
X-ray dilakukan di sisi kaki yang dicurigai mengalami fraktur, pada posisi hewan berdiri
secara latero-medial, dengan jarak sorot 100 cm dari sumber sinar X kepada objek, intesitas
cahaya yang digunakan 46 – 48 MAS. Sebelum dilakukan pengambilan radiografi sebaiknya
hewan diberikan sedasi, karena hewan yang mengalami fraktur akan gelisah pada saat
dilaukan handling.

 Diagnosa Banding
Diagnosa banding pada fraktura anconeus yaitu :
1. X Ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang yang cedera.
2. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
3. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
4. CCT kalau banyak kerusakan otot.
5. Pemeriksaan Darah Lengkap
 Treatment
Menurut (Medl, 2010) treatmen yang diberikan yaitu dengan melakukan anastesi
umum yang diinduksi secara intravena dengan ketamin (10 mg/kg) dan midazolam (0,1
mg/kg) ditambahkan dengan isoflurane. Kemudian dilakukan analgesi perioperative pada
plexus brachialis dengan menggunakan bupivacaine 0,5% (2mg/kg), cefazolin (22 mg/kg)
yang digunakan sebagai antibiotik perioperatif.
Sedangkan menurut literatur, dapat dilakukan treatmen sebagai berikut :
1) Reposisi tanpa operasi
- Pemasangan GIPS (gybsona).
- Spalk (upih)
- Thomas Splint

2) Reposisi dengan operasi


- Kirscher splint
- Bone plate
- Bone pinning (intermedullary pin)
- Prosthesis insertid (Stainles Steel Screw)
- Bone Wire
- Kombinasi dengan Metode 1 – 5

3) Solusi Akhir
- Amputasi
- Euthanasia ( Brinker, W.O., Piermattei, D.L., Flo. G.L., 1983: Sisson, S., 1977 ).

 Kesimpulan
FAUSTA (bisa sembuh)
DAFTAR PUSTAKA

Brinker, W.O., Piermattei, D.L. and Flo, G.L. 1983. Handbook of Small Animal Orrthopedics
and Fracture Tratment. W.B. Saunders Company, Philadelphia, USA.
Degner, Daniel A. 2010. Humeral Condylar Fractures. Surgery Service, Michigan Veterinary
Specialist. Michigan, Amerika.
Medl, N. 2010. Case Report : Fracture of the Anconeal Process in Two Cats. Clinic for Small
Animal Surgery, Switzerland

Anda mungkin juga menyukai